Professional Documents
Culture Documents
I. PENDAHULUAN
Perpolisian masyarakat adalah sebuah strategi kolaborasi antara polisi dan masyarakat yang
bertujuan untuk mengindentifikasi masalah kamtibmas yang ada di wilayah komunitasnya dan
bersama-sama mencari solusi mengatasi permasalahan tersebut. Keuntungan timbal balik yang
diperoleh dalam penerapan strategi tersebut dapat membangun kekuatan dalam menghadapi
permasalahan yang sesulit apa pun yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang berkembang
dalam wilayahnya.
Konsepsi Polmas sebenarnya berangkat dari beberapa kesamaan anggapan yaitu : masyarakat
dengan segala potensi / sumber daya dan kekuatannya dapat berkontribusi untuk tugas-tugas
kepolisian, dalam mewujudkan kontribusi tersebut santa diperlukan terjalinnya hubungan polisi dan
masyarakat yang bersifat kemitraan sederajad, intim dan saling membutuhkan, masyarakat
membutuhkan fasilitas dan bimbingan dari polisi agar terwujud kontribusinya serta hubungan
kemitraan sederajad dalam keadaan yang saling bersinergi dan saling melengkapi.
Polsek Sukoharjo merupakan salah satu Polsek yang berada dalam wilayah hukum Polres
Tanggamus. Wilayah Hukum Polsek Sukoharjo terdiri dari 3 kecamatan (Kecamatan Sukoharjo,
Kecamatan Adiluwih dan Kecamatan Banyumas ) dan 33 Desa. Dengan luas wilayah 305,76 KM2
dan jumlah penduduk + 35.103 jiwa serta berbatasan langsung dengan 2 Kabupaten lain.
Berdasarkan demografi penduduk wilyah hukum Polsek Sukoharjo pada umumnya tinggal di
wilayah pedesaan yang mata pencahariannya adalah petani yang bekerja di persawahan dan
perkebunan . Hal inilah yang menyebabkan wilayah hukum Polsek Sukoharjo sangat rentan
terjadinya gangguan kamtibmas.
Dengan melihat permasalahan yang disampaikan penulis diatas, penulis akan berusaha
menjabarkan sejauh mana implementasi Polmas telah dilakukan oleh Polsek Sukoharjo pasca
terbitnya Skep Kapolri No. Pol. : Skep/737/X/2005 tanggal 13 Oktober 2005 tentang Kebijakan
dan strategi penerapan model Polmas dalam penyelenggaraan Tugas Polri yang wilayahnya
terdiri komunitas penduduk yang tinggal di pedesaan dimana sebelum menjadi mahasiswa PTIK
penulis bertugas menjadi Kapolsek Sukoharjo.
II. PEMBAHASAN
Polsek merupakan organisasi Polri yang terdepan pada tingkat kecamatan yang tentunya
sangat bersentuhan dengan segala dinamika masyarakat yang berkembang di wilayah
kecamatan tersebut. Pelaksanaan implementasi konsep Pemolisian Masyarakat di tingkat
Polsek Sukoharjo dimulai pada Bulan Desember 2005 dengan ditandai dikeluarkan Perintah
Kapolres Tanggamus melalui Telegram Kapolres No. Pol. : TR/1144/XII/2005 tanggal 3
Desember 2005 tentang Pelaksanaan Implementasi Konsep Polmas di wilayah hukum Polres
Tanggamus. Setelah menerima Telegram Kapolres tersebut, Kapolsek menjalankan perintah
tersebut dengan membuat Konsep Rencana Implementasi Polmas di Wilayah Hukum
Polsek Sukoharjo kedalam tiga tahapan yaitu Tahap Persiapan, Tahap Pelaksanaan dan
Tahap Pemantapan.
Pentahapan tersebut diatas disesuaikan dengan kondisi dan situasi masyarakat serta
kebijaksanaan pimpinan Polri dimana pentahapan tersebut dibagi kedalam rentang waktu
tertentu. Hal ini dilakukan untuk menjamin kontinuitas pelaksanaan Implementasi Konsep
Polmas di Wilayah Hukum Polsek Sukoharjo walaupun pimpinan Polsek (Kapolsek) berganti.
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap persiapan tersebut Kapolsek Sukoharjo merencanakan kegiatan tersebut
dilaksanakan pada rentang waktu satu tahun yaitu Th. 2005 – 2006. Adapun kegiatan yang
dilaksanakan antara lain :
a. Pengarahan dan Paparan Konsep Polmas di Internal Polsek dan Masyarakat
Pengarahan dan paparan ini dilaksanakan dengan mengambil materi dari Penjabaran
Konsep Polmas dari Skep Kapolri No. Pol. : Skep/737/X/2005 tanggal 13 Oktober
2005 tentang Kebijakan dan strategi penerapan model Polmas dalam penyelenggaraan
Tugas Polri. Pada awalnya pemaparan konsep tersebut dilakukan oleh Polres
Tanggamus ( Kapolres dan Kabag Binamitra ). Kemudian setelah menerima silabus
tersebut Kapolsek mensosialisasikan kepada seluruh anggota Polsek Sukoharjo secara
berkala dan pada setiap kesempatan APP Kapolsek kemudian setelah anggota
memahami konsep tersebut. Kapolsek merencanakan kegiatan sosialisasi konsep
Polmas yang ditujukan kepada Aparat Pemerintahan Kecamatan, Kepala Desa se-
wilayah hukum Polsek Sukoharjo dan perwakilan tokoh agama, tokoh masyarakat
masing-masing desa. Kemudian setelah melaksanakan sosialisasi Polmas dengan
metode mengundang mereka Kapolsek merencanakan kegiatan sosialisasi Konsep
Polmas dengan mengadakan kunjungan langsung / sambang ke desa-desa secara
terjadwal dengan pelaksana utama yaitu petugas Babinkamtibmas Polsek Sukoharjo
dan Pos Pol.
2. Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan Kapolsek Sukoharjo merencanakan kegiatan tersebut
dilaksanakan pada rentang waktu satu tahun yaitu Th. 2006 – 2007. Adapun kegiatan yang
dilaksanakan antara lain:
a. Pengorganisasian FKPM
Untuk dapat melaksanakan Konsep Polmas di wilayah hukum Polsek Sukoharjo
diperlukan pembentukan FKPM di masing-masing desa sehingga perencanaan yang
telah disusun sebelumnya dapat berjalan dengan sesuai alur yang telah disusun. Oleh
sebab itu dengan berdasarkan Telegram Kapolres Tanggamus No.Pol.: TR/891/XI/2006
tanggal 23 November 2006 tentang Pembentukan FKPM di masing Desa / Kelurahan di
wilayah Hukum Polres Tanggamus maka Kapolsek Sukoharjo menjalan perintah
tersebut dengan cara sebagai berikut :
1) Koordinasi dengan Camat dan Kepala Desa di wilayah hukum Polsek Sukoharjo
Koordinasi yang dilakukan oleh Polsek Sukoharjo kepada mereka yaitu bertujuan
untuk menyusun orang-orang yang duduk dalam Forum Komunikasi Perpolisian
Masyarakat (FKPM) di masing-masing desa dan meminta masukan sehubungan
dengan profil para Tomas/Toga tersebut.
Bentuk Koordinasi lainnya yang dilakukan yaitu penentuan lokasi Balai FKPM di
masing-masing desa dan penyusunan Rencana Kebutuhan FKPM dalam bentuk
proposal kepada Polres Tanggamus , dimana dalam pertemuan tersebut diputuskan
bahwa sambil menunggu bantuan dari Pemda Tanggamus Balai FKPM disediakan
oleh masing-masing Kades di Kantor Desa dan mencari lokasi/ tanah yang akan
dijadikan sebagai Balai FKPM
3. Tahap Pemantapan
Pada tahapan ini dirancang agar FKPM yang sudah terbentuk dimasing-masing desa akan
sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat yang ada di masing-masing kampung dan
kehadirannya sangat dipercaya dan dibutuhkan oleh masyarakat komunitasnya. Rentang
waktu pelaksanaannya yaitu Th. 2007 s.d. 2009 disesuaikan dengan ketersediaan anggaran
bagi FKPM dari Polri dan Pemerintah Daerah. Beberapa kegiatan yang dilakukan antara
lain :
a. Pemenuhan sarana/prasarana, dana operasional FKPM dan Honor FKPM
Tokoh masyarakat yang tergabung dalam FKPM di Wilayah Hukum Polsek Sukoharjo
diharapkan dapat menyampaikan kepada Bupati dan Wakil Rakyat (anggota DPRD)
yang berasal dan tinggal di Kecamatan Sukoharjo, Banyumas dan Adiluwih agar
Pelaksanaan FKPM/Polmas dimasukkan dalam mata anggaran Pemerintahan Daerah
Tanggamus. Hal ini penting demi keterlangsungan program Polmas yang sudah
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Hambatan-hambatan yang terjadi masih tetap ada dalam pelaksanaan Implementasi Konsep
Polmas di wilayah hukum Polsek Sukoharjo terutama dalam hal pembiayaan operasional sehingga
masih diakui pelaksanaannya masih belum maksimal, namun dengan segala keterbatasan yang ada
Polsek Sukoharjo bersama dengan seluruh elemen masyarakat tetap menjalankan kegiatan Polmas
tersebut secara Swadaya. Salah satu hal yang sangat positif dalam implementasi Konsep Polmas
ini adalah semakin menurunnya tingkat kriminalitas di wilayah hukum Polsek Sukoharjo.
Berdasarkan data yang pada Tahun 2004 ( sebelum pelaksanaan Konsep Polmas ) tingkat
kriminalitas di Polsek Sukoharjo adalah 134 Kasus dan pada Tahun 2005 – 2006 jumlah kejahatan
mengalami penurunan sekitar 15 % yaitu 113 Kasus dan Pada tahun 2006-2007 kejahatan
mengalami penurunan sekitar 6 % yaitu 107 Kasus. Hambatan lainnya yang cukup mengganggu
dalam pelaksanaan Konsep Polmas yaitu masih sulitnya perubahan kultur polisi dan masih adanya
image negatif masyarakat tentang polisi untuk itu peran kehumasan Polri untuk tetap memberikan
kesan positif di masyarakat sampai dengan tingkat desa dan peran Propam dan pengawasan
pimpinan untuk memperkecil ruang gerak anggota Polri untuk melakukan perbuatan menyimpang
dan penyalahgunaan wewenang.
Disarankan dalam kegiatan Implementasi Konsep Polmas yang dilakukan oleh petugas
Babinkamtibmas dilakukan dengan prinsip transparansi, partisipasi dan kesetaraan serta
otonomisasi sehingga implementasinya dapat lebih menyesuaikan dengan kondisi kemasyarakatan
yang ada di masing-masing wilayah Indonesia. Kemudian juga diharapkan program Polmas ini
tidak hanya menjadi Program Polri semata tetapi pula menjadi Program Pemerintah sehingga
pembiayaan Implementasi Polmas lebih dapat dialokasikan dalam anggaran pemerintah pusat
sampai dengan pemerintah daerah.
Demikian Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas yang dberikan oleh Dosen Mata Kuliah
Polmas, penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna maka penulis meminta koreksi,
saran dan kritik yang membangun dari para dosen dan pembaca demi lebih baiknya makalah ini
dikemudian hari. Jakarta, Juli 2008
PENULIS
DOLLY GUMARA
NO. MHSW 6496