You are on page 1of 3

KAUSALITAS

1. Pengertian?
2. Kapankahdiperlukanajarankausalitas?
3. AjaranKausalitas?

Ilustrasi :
B pinjam uang ke rumah A, karena kedatangan B, maka A terlambat; karena terlambat
A mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi; A menubruk C sehingga luka-luka; C
dibawa ke RS dan dioperasi oleh dokter D; D meminta E merawat dengan suntikan
tertentu; E salah memberikan obatpada C; C mati.

Pengertian Kausalitas

 Hal sebab-akibat
 Hubunganlogisantarasebabdanakibat
 Persoalanfilsafatyang penting
 Setiapperistiwaselalumemilikipenyebabsekaligusmenjadisebabperistiwalain
 Sebabdanakibatmembentukrantaiyang bermuladisuatumasalalu
 Yang menjadi fokus perhatian ahli hukum pidana (bukan makna diatas), tetapi
makna yang dapat dilekatkan pada pengertian kausalitas agar mereka dapat
menjawab persoalan siapa yang dapat dimintai pertanggung jawaban atas suatu
akibat tertentu

Kapankah diperlukan diperlukan ajaran ajaran Kausalitas Kausalitas ?

 Delik Materiil: perbuatan yang menyebabkan konsekuensi-konsekuensi tertentu,


dimana perbuatan tersebut kadang tercakup dan kadang tidak tercakup sebagai
unsur dalam perumusan delik, mis. Ps. 338, Ps 359, Ps 360
 Delik Omisi takmurni/semu (delicta commissiva per omissionem/ Oneigenlijke
Omissiedelicten) : Pelaku tidak melakukan kewajiban yang dibebankan padanya
dan dengan itu menciptakan suatu akibat yang sebenarnya tidak boleh ia ciptakan.
Ia sekaligus melanggar suatu larangan dan perintah; ia sesungguhnya harus
menjamin bahwa suatu akibat tertentu tidak timbul.

 Delik yang terkualifikasi/dikwalifisir : tindak pidana yang karena situasi dan kondisi
khusus yang berkaitan dengan pelaksanaan tindakan yang bersangkutan atau
karena akibat-akibat khusus yang dimunculkannya, diancam dengan sanksi pidana
yang lebih berat ketimbang sanksi yang diancamkan pada delik pokok tersebut.

(pengkualifikasian delik juga dapat dilakukan atas dasar akibat yang muncul setelah
delik tertentu dilakukan, mis. Ps 351 (1) → Ps 351 (2)/→ Ps 351 (3)

1|Page
Ajaran Kausalitas

 Conditio Sine Qua Non/ Ekuivalensi (Von Buri)


 Teori-teori Individualisasi/ Causa Proxima: Birkmeyer, Mulder
 Teori-teori menggeneralisasi : teori Adekuat (Von Kries, Simons, Pompe, Rumelink)
 Teori Relevansi: Langemeyer

Ajaran Conditio Sine Qua Non

 Semua faktor yaitu semua syarat, yang turut serta menyebabkan suatu akibat dan
yang tidak dapat dihilangkan dari rangkaianfaktor-faktor ybs. Harus dianggap causa
(sebab) akibat itu.
 Semua syarat nilainya sama (ekuivalensi)
 Ada beberapa sebab
 Syarat= sebab

Pembatasan Ajaran Von Buri

 Pembatasan ajaran Von Buri oleh Van Hamel [dibatasi dgn ajaran kesalahan
(dolus/culpa)]
 Pengkesampingan semua sebab yang terletak diluar dolus atauculpa; dalam
banyak kejahatan dolus atau culpa merupakan unsur-unsur perumusan delik.
 Jika hal itu bukan merupakan unsur delik, maka solusinya harus dicari dengan
bantuan alasan atau dasar-dasar yang meniadakan pidana.

Teori-teori Individualisasi / Causa Proxima

 Birkmeyer: Teori ini berpangkal dari teori Conditio Sine Qua Non . Di dalam
rangkaian syarat-syarat yang tidak dapat dihilangkan untuk timbulnya akibat, lalu
dicari syarat manakah yang dalam keadaan tertentu itu, yang paling banyak
membantu untuk terjadinya akibat.
 G.E Mulder: Sebab adalah syarat yang paling dekat dan tidak dapat dilepaskan dari
akibat.

Teori-teori menggeneralisasi (1)

 Von Bar : teori ini tidak menyoal tindakan mana atau kejadian mana yang in
concreto memberikan pengaruh (fisik/psikis) paling menentukan. Yang dipersoalkan
adalah apakah satu syarat yang secara umum dapat dipandang mengakibatkan
terjadinya peristiwa seperti yang bersangkutan mungkin ditemukan dalam
rangkaian kausalitas yang ada

2|Page
Teori-teori menggeneralisasi (2)

 Von Kries (Teori Adequat Subjectif) : Sebab adalah keseluruhan faktor positif &
negatif yang tidak dapat dikesampingkan tanpa sekaligus meniadakan akibat.
Namun pembatasan demi kepentingan penetapan pertanggung jawaban pidana
tidak dicari dalam nilai kualitatif/kuantitatif atau berat/ringannya faktor dalam situasi
konkret, tetapi dinilai dari makna semua itu secara umum, kemungkinan dari faktor-
faktor tersebut untuk memunculkan akibat tertentu. Sebab= syarat-syarat yang
dalam situasi dan kondisi tertentu memiliki kecenderungan untuk memunculkan
akibat tertentu, biasanya memunculkan akibat itu, atau secara objectif
memperbesar kemungkinan munculnya akibat tersebut.
 Apakah suatu tindakan memiliki kecenderungan memunculkan akibat tertentu
hanya dapat diselesaikan apabila kita memiliki 2 bentuk pengetahuan:
a) hukum umum probabilitas dalam peristiwa yg terjadi/ pengetahuan Nomologis yg
memadai
b) situasi faktual yg melingkupi peristiwa yg terjadi/ pengetahuan Ontologis/
pemahaman fakta (empirik)

Teori-teori menggeneralisasi (3)

 Rumelink(TeoriAdequatObjectif) : Faktor yang ditinjau dari sudut objektif, harus


(perlu) ada untuk terjadinya akibat. Ihwal probabilitas tidak berdasarkan pada apa
yang diketahui atau mungkin diketahui pada waktu melakukan tindakannya,
melainkan pada fakta yang objektif pada waktu itu ada, entah diketahuinya atau
tidak–jadi pada apa yang kemudian terbukti merupakan situasi dan kondisi yang
melingkupi peristiwa tersebut.
 Simons: Sebab adalah tiap-tiap kelakuan yang menurut garis-garis umum
pengalaman manusia dapat menimbulkan akibat
 Pompe: Sebab adalah hal yang mengandung kekuatan untuk dapat menimbulkan
akibat.

Teori Relevansi

 Langemeijer: Teori ini ingin menerapkan ajaran Von Buri dengan memilih satu atau
lebih sebab dari sekian yang mungkin ada, yang dipilih sebab-sebab yang relevan
saja, yakni yang kiranya dimaksudkan sebagai sebab oleh pembuatundang-
undang.

3|Page

You might also like