Professional Documents
Culture Documents
RISMAWATI
RISNAWATI
RISYATI
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN .................................................................................. 1
Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
Rumusan Masalah................................................................................... 2
Tujuan ..................................................................................................... 3
Manfaat ................................................................................................... 3
BAB II
KAJIAN PUSATAKA ........................................................................... 4
Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia .............................................. 4
Pengertian Bahasa .................................................................................. 4
Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia .............................................. 5
Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia .............................................. 7
Ragam Bahasa ......................................................................................... 18
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 19
Kesimpulan ............................................................................................. 19
Saran ....................................................................................................... 19
A. LATAR BELAKANG
Slang bersifat temporal, dan lebih umum digunakan oleh kaula muda, meski
kaula tua pun ada pula yang menggunakannya. Karena slang ini bersifat
kelompok dan rahasia, maka timbul kesan bahwa slang ini adalah bahasa
rahasianya para pencopet dan penjahat, padahal tidaklah demikian. Faktor
kerahasiaan ini menyebabkan pula kosakata yang digunakan dalam slang
selalu beubah. Dalam hal ini yang disebut bahasa prokem ( lihat Rahardjo dan
Camber Loir 1988 : 72 ; juga Kawira 1990 : 54 ) dapat dikatagorikan sebagai
slang.
B. RUMUSAN MASALAH
Setiap bahasa yang terdapat di dunia pasti mengenal dan memliki
keragaman atau variasi bahasa. Variasi bahasa ialah keragaman bahasa yang
terdapat pada masyarakat tutur (Kridalaksana 1974 : 134) dan merupakan bahasan
pokok dalam bidang sosiolinguistik. Dalam hal ini sosiolinguistik berusaha
menjelaskan ciri-ciri variasi bahasa dan menetapkan korelasi ciri-ciri variasi
bahasa tersebut dengan ciri-ciri sosial kemasyarakatan. Terjadinya keragaman
atau kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan oeh para penuturnya yang
tidak homogen, tetapi karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan
sangat beragam. Dalam hal variasi atau ragam bahasa ini ada dua pandangan.
Pertama, dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan
keragaman fungsi bahasa itu. Jadi variasi atau ragam bahasa itu terjadi sebagai
akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Kedua, alat
interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam.
Hartman dan Strok (1972 : 65) membedakan variasi berdasarkan kriteria (a)
latar belakang geografi dan sosial penutur, (b) medium yang digunakan, (c)
pokok pembicaraan. Preston dan Shuy (1979 : 43) membagi variasi bahasa
khususnya bahasa Inggris Amerika berdasarkan (a) penutur, (b) interaksi, (c)
kode dan (d) realisasi. Halliday (1970, 1990 : 76) membedakan variasi bahasa
berdasarkan (a) pemakai yang disebut dialek, dan (b) pemakaian yang disebut
register. Sedangkan Mc David (1969 : 38) membagi variasi bahasa ini
berdasarkan (a) dimensi regional, (b) dimensi sosial, dan (c) dimensi temporal.
Dalam kehidupan sehari-hari kita lebih sering menggunakan ragam bahasa
santai/biasa, bahkan dalam lingkungan pergaulan anak muda/remaja tak jarang
menggunakan ragam bahasa prokem/gaul. Penggunaan kosakata bahasa ini
diperoleh dari berbagai macam sumber seperti, pergaulan sehari-hari, multi
media (televisi, majalah, komik dll).
C. TUJUAN
Pembahasan makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan:
a. Konsep yang mengaitkan ranah sumber dan ranah sasaran.
b. Skema metaforis kedua pidato.
c. Persamaan dan perbedaan metafora yang digunakan kedua tokoh tersebut.
D. MANFAAT
Manfaat penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk membantu mahasiswa dalam pembahasan materi.
2. Sebagai sarana untuk menguji dan meningkatkan kemampuan mahasiswa
dalam menyusun laporan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
(BAHASA INDONESIA SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI)
A. PENGERTIAN BAHASA
Menurut Gorys Keraf (1997 : 1), Bahasa adalah alat komunikasi antara
anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Mungkin ada yang keberatan dengan mengatakan bahwa bahasa bukan satu-
satunya alat untuk mengadakan komunikasi. Mereka menunjukkan bahwa dua
orang atau pihak yang mengadakan komunikasi dengan mempergunakan cara-cara
tertentu yang telah disepakati bersama. Lukisan-lukisan, asap api, bunyi gendang
atau tong-tong dan sebagainya. Tetapi mereka itu harus mengakui pula bahwa bila
dibandingkan dengan bahasa, semua alat komunikasi tadi mengandung banyak
segi yang lemah.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), bahasa adalah sistem
la,bamg bunyi yang arbiter, yan dipergunakan oleh sekelompok masyarakat untuk
bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.
Menurut sumber dari Wilkipedia, bahasa adalah alat atau perwujudan
budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan,
baik lewat tulisan, lisan atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain.
Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adapt istiadat, tingkah
laku, tata karma masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan
segala bentuk masyarakat.
Fodor (1974) mengatakan bahwa bahasa adalah sistem simbol dan tanda.
Yang dimaksud dengan sistem simbol adalah hubungan simbol dengan makna
yang bersifat konvensional. Sedangkan yang dimaksud dengan sistem tanda
adalah bahwa hubungan tanda dan makna bukan konvensional tetapi ditentukan
oleh sifat atau ciri tertentu yang dimiliki benda atau situasi yang dimaksud.
Dari defenisi di atsa maka dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah amat
untuk berkomunikasi melalui lisan (bahsa primer) dan tulisan (bahasa sekunder).
Berkomunikasi melalui lisan (dihasilkan oleh alat ucap manusia), yaitu dalam
bentuk symbol bunyi, dimana setiap simbol bunyi memiliki cirri khas tersendiri.
Suatu simbol bisa terdengar sama di telinga kita tapi memiliki makna yang sangat
jauh berbeda. Misalnya kata ’sarang’ dalam bahasa Korea artinya cinta,
sedangkan dalam bahasa Indonesia artinya kandang atau tempat. Tulisan adalah
susunan dari simbol (huruf) yang dirangkai menjadi kata bermakna dan dituliskan.
Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat
bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Lidah
setajam pisau / silet oleh karena itu sebaiknya dalam berkata-kata sebaiknya tidak
sembarangan dan menghargai serta menghormati lawan bicara / target
komunikasi.
B. SEJARAH PERKEMBANGAN
1. Perkembangan Bahasa Indonesia Sebelum Merdeka
Pada dasarnya bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada
zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa perhubungan antar
suku di nusantara dan sebagai bahasa yang digunakan dalam perdagangan
antara pedagang dari dalam nusantara dan dari luar nusantara.
Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak lebih jelas
dari berbagai peninggalan – peninggalan, misalnya :
• Tulisan yang terdapat pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun
1380 M.
• Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang, pada tahun 683.
• Prasasti Talang Tuo, di Palembang, pada tahun 684.
• Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada tahun 686.
• Prasasti Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada tahun 688.
Bahasa Melayu menyebar ke pelosok nusantara bersamaan dengan
menyebarnya agama islam di wilayah nusantara. Serta makin berkembang dan
bertambah kokoh keberadaannya, karena bahasa Melayu mudah diterima oleh
masyarakat nusantara sebagai bahasa perhubungan antar pulau, antar suku,
antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan.
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah nusantara mempengaruhi
dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa
Indonesia oleh karena itu para pemuda Indonesia yang tergabung dalam
perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi
bahasa Indonesia yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa
Indonesia (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928)
c. Fungsi Bahasa
Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan
berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan
diri, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan
integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan
sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial (Keraf, 1997: 3).
Derasnya arus globalisasi di dalam kehidupan kita akan berdampak
pula pada perkembangan dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung
pertumbuhan dan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di
dalam era globalisasi itu, bangsa Indonesia mau tidak mau harus ikut
berperan di dalam dunia persaingan di bidang politik, ekonomi, maupun
komunikasi. . Konsep-konsep dan istilah baru di dalam pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) secara tidak langsung
memperkaya khasanah bahasa Indonesia.
Menurut Sunaryo (2000 : 6), tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa
Indonesia) iptek tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu bahasa
Indonesia di dalam struktur budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan
peran ganda, yaitu sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi
sebagai sarana berfikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran bahasa serupa
itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat berkembang.
Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar, menjadikan bahasa sebagai
prasarana berfikir modern. Oleh karena itu, jika cermat dalam menggunakan
bahasa, kita akan cermat pula dalam berfikir karena bahasa merupakan
cermin dari daya nalar (pikiran).
Fungsi bahasa dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu fungsi bahasa secara
umum dan secara khusus.
1. Fungsi Bahasa Secara Umum
- Sebagai alat untuk berkespresi
Contohnya; mampu menggungkapkan gambaran,maksud
,gagasan, dan perasaan. Melalui bahasa kita dapat menyatakan secara
terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada dan pikiran kita,
sekurang-kurangnya dapat memaklimkan keberadaan kita. Misalnya
seperti seorang penulis buku, mereka akan menuangkan segala seseuatu
yang mereka pikirkan ke dalam sebuah tulisan tanpa memikirkan si
pembaca, mereka hanya berfokus pada keinginan mereka sendiri.
Sebenarnya ada 2 unsur yang mendorong kita untuk
mengekspresikan diri, yaitu:
(1) Agar menarik perhatian orang lain terhadap kita;
(2) Keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi.
- Sebagai alat komunikasi
Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan
maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita
menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai
macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan
masa depan kita (Gorys Keraf, 1997 : 4). Komunikasi merupakan akibat
yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila
ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain.
Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi,
kita sudah memiliki tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang
lain. Kita ingin menyampaikan gagasan dan pemikiran yang dapat
diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat orang lain yakin terhadap
pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi,
kita ingin orang lain membeli atau menanggapi hasil pemikiran kita.
Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran
menjadi perhatian utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan
memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita.
Pada saat kita menggunakan bahasa untuk berkomunikasi,
antara lain kita juga mempertimbangkan apakah bahasa yang kita
gunakan laku untuk dijual. Oleh karena itu, seringkali kita mendengar
istilah “bahasa yang komunikatif”. Misalnya, kata makro hanya
dipahami oleh orang-orang dan tingkat pendidikan tertentu, namun kata
besar atau luas lebih mudah dimengerti oleh masyarakat
umum..Dengan kata lain, kata besar atau luas,dianggap lebih
komunikatif karena bersifat lebih umum. Sebaliknya, kata makro akan
memberikan nuansa lain pada bahasa kita, misalnya, nuansa keilmuan,
nuansa intelektualitas, atau nuansa tradisional.
- Alat untuk mengadakan imtegrasi dan adaptasi sosial
Pada saat kita beradaptasi kepada lingkungan sosial tertentu, kita
akan memilih bahasa yang akan kita gunakan bergantung pada situasi
dan kondisi yang kita hadapi. Kita akan menggunakan bahasa yang
berbeda pada orang yang berbeda. Kita akan menggunakan bahasa
yang nonstandar di lingkungan teman-teman dan menggunakan
bahasa standar pada orang tua atau orang yang kita hormati.
Dalam mempelajari bahasa asing, kita juga berusaha
mempelajari bagaimana cara menggunakan bahasa tersebut. Misalnya,
pada situasi apakah kita akan menggunakan kata tertentu, kata
manakah yang sopan dan tidak sopan. Jangan sampai kita salah
menggunakan tata cara berbahasa dalam budaya bahasa tersebut.
Dengan menguasai bahasa suatu bangsa, kita dengan mudah berbaur
dan menyesuaikan diri dengan bangsa tersebut.
- Sebagai alat kontrol sosial
Kontrol sosial ini dapat diterapkan pada diri kita sendiri atau
kepada masyarakat. Berbagai penerangan, informasi, maupun
pendidikan disampaikan melalui bahasa. Buku-buku pelajaran, buku-
buku instruksi, ceramah agama (dakwah), orasi ilmiah atau politik
adalah contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Selain
itu, kita juga sering mengikuti diskusi atau acara bincang-bincang
(talk show) di televisi dan radio, iklan layanan masyarakat atau
layanan sosial merupakan salah satu wujud penerapan bahasa sebagai
alat kontrol sosial. Semua itu merupakan kegiatan berbahasa yang
memberikan kepada kita cara untuk memperoleh pandangan baru,
sikap baru, perilaku dan tindakan yang baik. Di samping itu, kita
belajar untuk menyimak dan mendengarkan pandangan orang lain
mengenai suatu hal.
Contoh lain yang menggambarkan fungsi bahasa sebagai alat
kontrol sosial yang sangat mudah kita terapkan adalah sebagai alat
peredam rasa marah. Menulis merupakan salah satu cara yang sangat
efektif untuk meredakan rasa marah kita. Tuangkanlah rasa dongkol
dan marah kita ke dalam bentuk tulisan. Biasanya, pada akhirnya, rasa
marah kita berangsur-angsur menghilang dan kita dapat melihat
persoalan secara lebih jelas dan tenang.
2. Fungsi bahasa secara khusus
- Mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari
Manusia adalah mahkluk sosial yang tak akan pernah mungkin
dapat terlepas dari hubungan (komunikasi) dengan mahluk sosialnya.
Komunikasi yang berlangsung dapat mempergunakan dialeg resmi
(baku) atau dialeg santai (tidak menghiraukan pemakaian bahasa resmi,
biasanya saat berkomunikasi dengan teman).
- Mewujudkan seni (sastra)
Bahasa yang dipakai untuk menyampaikan atau mengungkapkan
perasaan melalui media seni, misalnya puisi, syair, prosa,dll. Terkadang
bahasa yang dipergunakan merupakan bahasa yang memiliki makna artau
arti denotasi atau memiliki makna yang tersirat. Dalam hal ini, kita
memerlukan pemahaman yang lebih mendalam agar bisa mengetahui apa
makna atau apa yang ingin disampaikan kepada kita.
- Mempelajari bahasa-bahasa kuno
Dengan kita mempelajari bahasa-bahasa kuno ini, kita akan dapat
mengetahui kejadian atau peristiwa yang sudah di masa lampau, untuk
mengantisipasi kejadian yang mungkin atau dapat terjadi di masa yang
akan datang, atau hanya sekedar memenuhi rasa keingintahuan tentang
latar belakang dari suatu hal, misalnya saja untuk mengetahui keberadaan
atau asal dari suatu budaya yang dapat ditelusuri melalui naskah-naskah
kuno atau penemuan prasasti-prasasti..
- Mengeksploitasi IPTEK
Dengan jiwa dan sifat keingintahuan yang dimiliki manusia,
ditambah dengan akal dan pikiran yang sudah diberikan Tuhan hanya
kepada manusia, maka manusia akan selalu mengembangkan berbagai
hal untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Pengetahuan yang
dimiliki oleh manusia akan selalu akan didokumentasikan supaya
manusia lainnya juga dapat mempergnakannya dan melestarikannya demi
kebaikan manusia itu sendiri.
D. Ragam Bahasa
Bahasa Indonesia digunakan oleh bangsa Indonesia sebagai alat
komunikasi untuk berbagai keperluan dalam berbagai kesempatan. Jika kita
perhatikan pemakaian bahasa Indonesia pada kelompok-kelompok tertentu,
ternyata bahasa Indonesia yang digunakan sangat bervariasi. Variasi ini terdapat
pada bunyi bahasa, intonasi, morfologi, pilihan kata ataupun istilah, dan jenis
serta bentuk kalimat. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok remaja di
Jakarta ataupun di Bandung, misalnya, variasi terdapat pada morfologi. Contoh:
“dikerjain” dan “ngumpul” untuk bentuk kata “dikerjakan” dan “berkumpul”.
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok ilmuwan, variasi terdapat pada
pilihan istilah, yaitu sesuai dengan bidang ilmu yang dipelajarinya. Misalnya,
orang awam menggunakan istilah “mencret”, sedangkan dokter menggunakan
istilah “diare” untuk pengertian yang sama. Walaupun terdapat variasi dalam
pemakaian bahasa Indonesia oleh kelompok-kelompok masyarakat tertentu, ide
yang diungkapkan tetap dapat dipahami oleh kelompok penutur bahasa Indonesia
lainnya. Hal ini terjadi karena bahasa Indonesia mempunyai pola umum yang
terdapat pada setiap variasi tersebut. Variasi pemakaian bahasa Indonesia oleh
kelompok masyarakat tersebut disebut ragam bahasa.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi, bahasa itu
adalah satu sistem, sama dengan sistem-sistem lain, yang sekaligus bersifat
sistematis dan bersifat sistematis. Jadi, bahasa itu bukan merupakan satu sistem
tunggal melainkan dibangun oleh sejumlah subsistem (subsistem fonologi,
sintaksis, dan leksikon). Sistem bahasa ini merupakan sistem lambang, sama
dengan sistem lambang lalu lintas, atau sistem lambang lainnya.
B. SARAN
Selanjutnya, sumber informasi tidak perlu objektif dan tidak biasa. Pada
kenyataannya, pembuatan makalah ini bersifat sangat sederhana dan simpel.
Pembuatan makalah ini masih memerlukan kritikan dan saran bagi pembahasan
materi tersebut. Dan saran dari teman mahasiswa dianggap lebih kredibel, tetapi
tentu saja merupakan sumber informasi yang tidak objektif.
DAFTAR PUSTAKA
Halim, Amran. 1976b. “Fungsi dan Kedudukan Bahasa Nasional”. Dalam Politik
Bahasa Nasional II, Amran, ed. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembanga
Bahasa.
http://ninityulianita.wordpress.com/2009/08/19/sejarah-perkembangan-bahasa-
indonesia/
http://freezcha.wordpress.com/2009/09/25/fungsi-dan-kedudukan-bahasa-
indonesia/