Professional Documents
Culture Documents
Makalah Sejarah Peradaban Islam
Kelompok I
Kelas C Semester I
1. Wiwik Erawati (NIM. 2021210087)
2. Ahmad Hafidz (NIM. 2021210089)
3. Renny Novia Putriani (NIM. 2021210090)
4. Muhammad Zulqornein (NIM. 2021210091)
5. Muhammad Saiful Amri (NIM. 2021210092)
6. Dewi Erminangsih (NIM. 2021210093)
7. Rizqi Muqoddimah (NIM. 2021210094)
8. Nur Rofikoh (NIM. 2021210095)
9. Mu’sodah (NIM. 2021210096)
10. Ahmad Faoyi Yudhoab (NIM. 2021210097)
Jurusan Tarbiyah (Pendidikan Agama Islam)
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Pekalongan
2010
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga dilimpahkan atas
Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan sekalian umatnya yang
bertagwa.
Atas berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “ PERADABAN ISLAM MASA KHULAFAUR
RASYIDIN “ ini dengan lancar tanpa halangan suatu apapun.
Selain itu, dalam proses penulisan makalah ini penulis merasa berhutang
budi kepada berbagai pihak terutama kepada Dosen Pembimbing Dra. Hj.
Fathikhah MAg, yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh
sabar dan tulus ikhlas.
Atas segala bantuan tersebut, penulis tidak dapat membalas berupa apapun
kecuali mengucapkan terima kasih seraya mengharapkan limpahan rahmat dari
Allah SWT sehingga segala kebaikan itu mendapatkan pahala dari Allah SWT.
Akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini tentu disana sini
masih terdapat kelemahan atau pun kekurangan, maka penulis mengharapkan
kritik dan saran yang konstruktif dari pihak manapun demi perbaikan selanjutnya,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, fungsi sebagai rasullah tidak dapat
digantikan oleh siapa pun manusia di dunia ini, karena pemilihan fungsi tersebut
adalah mutlak dari Allah SWT. Fungsi beliau sebagai kepala pemerintahan dan
pemimpin masyarakat harus ada yang menggantinya. Selanjutnya pemerintahan
Islam dipimpin oleh empat orang sahabat terdekatnya, kepemimpinan dari para
sahabat Rasul ini disebut periode KhulafaurRasyidin ( para pengganti yang
mendapatkan bimbingan ke jalan lurus.
Meskipun hanya berlangsung 30 tahun, masa Khalifah KhulafaurRasyidin
adalah masa yang penting dalam sejarah Islam. KhulafaurRasyidin berhasil
menyelamatkan Islam, mengkonsolidasi dan meletakkan dasar bagi keagungan
umat Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kondisi Masyarakat Sepeninggalnya Muhammad SAW
Dengan wafatnya Rasul, umat muslim dihadapkan kepada suatu krisis
konstitusional. Rasul tidak menunjuk penggantinya, bahkan tidak pula
membentuk suatu majelis untuk masalah tersebut. Sejumlah suku melepaskan
diri dari kekuasaan Madinah dan menolak memberi penghormatan kepada
Khalifah yang baru, bahkan menolak perintahnya. Sebagian dari mereka
bahkan menolak Islam. Ada golongan yang telah murtad, ada yang mengaku
dirinya sebagai nabi dan mendapat pengikut/pendukung yang tidak sedikit
jumlahnya. Ada juga golongan yang tidak mau lagi membayar zakat karena
mengira zakat sebagai upeti kepada Muhammad SAW. Yang masih tetap patuh
kepada agama Islam adalah penduduk Mekkah, Madinah dan Thaif. Mereka
tetap memenuhi kewajiban dan mau mengorbankan apa yang mereka miliki
untuk mengambilkan kejayaan Islam.
B. Sistem Pemilihan Khalifah
Permasalahan politik yang pertama kali muncul sepeninggal Rasullah
adalah siapakah yang menjadi penggantinya sebagai kepala pemerintahan dan
bagaimana sistem pemerintahannya. Rasul telah mengajarkan suatu prinsip,
yaitu musyawarah, sesuai dengan ajaran Islam itu sendiri. Prinsip tersebut
telah dibuktikan dengan peristiwaperistiwa yang terjadi dalam setiap
pergantian pimpinan dari empat khalifah periode khulafa'ur rasyidin, meski
dengan versi yang beragam.
Abu Bakar memangku jabatan khalifah berdasarkan pilihan yang
berlangsung sangat demokratis di Muktamar Tsaqifah Bani Sa'idh, memenuhi
tata cara perundingan yang dikenal dunia modern ini. Kaum anshar
menekankan pada persyaratan jasa (merit), mereka mengajukan calon Sa'ad
bin Ubadah. Kaum Muhajirin menekankan pada persyaratan kesetiaan mereka
mengajukan calon Abu Ubaidah bin Jarrah. Sementara itu dari Ahlul Bait
menginginkan agar Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah atas kedudukannya
dalam Islam, juga sebagai menantu dan karib Nabi. Hampir saja perpecahan
terjadi bahkan adu fisik, melalui perdebatan dengan beradu argumentasi,
akhirnya Abu Bakar disetujui oleh jamaah kaum muslimin untuk menduduki
jabatan Khalifah.
Umar bin Khatab diangkat dan dipilih para pemuka masyarakat dan
disetujui oleh jamaah kaum muslimin. Pilihan itu sudah dimintakan pendapat
dan persetujuan pada saat mereka menengok Abu Bakar sewaktu sakit.
Usman bin Affan dipilih dan diangkat dari enam orang calon yang
ditunjuk oleh khalifah Umar saat menjelang ajalnya karena pembunuhan. Ia
menunjuk enam calon pengganti Umar menurut pengamatannya dan
pengamatan mayoritas kaum muslimin.
Ali bin Abi Thalib tampil memegang pucuk pimpinan negara di
tengahtengah kericuhan dan huruhara perpecahan akibat terbunuhnya Usman
oleh kaum pemberontak. Kholifah Ali dipilih dan diangkat oleh Jamaah kaum
muslimin di Madinah dalam suasana yang sangat kacau, dengan pertimbangan
jika Khalifah tidak segera dipilih dan diangkat, maka keadaan akan semakin
bertambah kacau, meskipun ada golongan yang tidak menyukai Ali, tetapi
tidak ada seorang yang ingin diangkat menjadi khalifah karena Ali masih ada.
C. KebijakanKebijakan Pemerintah
1. Memerangi Kaum Riddah
Abu Bakar dihadapkan pada keadaan, masyarakat sepeninggalnya
Muhammad SAW. Ia menghadapi kesulitankesulitan yang memuncak.
Dengan ketegasan Abu Bakar ini disambut dan didukung oleh hampir seluruh
kaum muslimin, untuk memerangi kemurtadan (nadah) ini.
2. Pengelolaan Kas Negara
Pada Masa Abu Bakar kekuasaan bersifat sentral (eksekutif, legislatif,
yudikatif, terpusat pada pimpinan tertinggi ).Pada masa Umar lembaga
yudikatif dipisahkan dengan didirikannya lembaga pengadilan, bahkan di
daerahdaerah).Masa pemerintahan Umar mulai diatur dan ditertibkan tentang
pembayaran gaji dan pajak tanah. Untuk mengelola keuangan negara didirikan
Baitul Mal. Mulai saat ini pemerintahan Umar sudah menempa mata uang
sendiri.Seluruh kebijakan yang dilaksanakan, pada hakekatnya merupakan
upaya mengkonsoldasikan bangsa arab dan melebur sukusuku arab kedalam
satu suku bangsa.
Pemerintahan Usman mengalami masa kemakmuran dan berhasil
dalam beberapa tahun pertama permerintahanya. Ia melanjutkan kebijakan
kebijakan khalifah Umar. Pada separuh terakhir masa pemerintahannya,
muncul kekecewaan dan ketidakpuasan di kalangan mayarakat karena ia
mulai mengambil kebijakan yang berbeda dari sebelumnya. Usman
mengangkat keluarganya (Bani Umayah) pada kedudukan yang tinggi.
Sebagai khalifah keempat, Ali bin Abi Thalib meneruskan citacita Abu
Bakar dan Umar. Ia mengikuti dengan tepat prinsipprinsip Baitul Mal dan
memutuskan untuk mengembalikan semua tanah yang diambil alih oleh Bani
Umayah ke dalam perbendaraan negara. Demikian hibah atau pemberian
Usman kepada siapapun yang tiada beralasan, diambil kembali. Ali kemudian
bertekad unruk mengganti semua gubernur yang tidak disenangi rakyat, tetapi
Mua’wiyah, gubenur syria, menolaknya. Oleh karenanya khalifah Ali harus
menghadapi kesulitan dengan Bani Ummayah.
3. Penataan Birokrasi Pemerintahan
Pengembangan sistem birokrasi pemerintahan ini berdasarkan pada
pemikiran para khalifah, khususnya Umar bin Khatab, yang berhasil
memadukan sistem yang ada di daerah perluasan dengan kebutuhan
masyarakat yang sudah mulai berkembang pada saat itu.
4. Perluasan dan Pengelolaan Wilayah
Satu keterkaitan antara perluasan dan pengelolaan wilayah dengan
masuk Islamnya penduduk di wilayahwilayah tersebut adalah sikap toleransi
dari kaum muslimin dan mereka mendapatkan perlakuan yang baik. Mereka
hidup lebih aman dan damai di bawah perlindungan pemerintahan Islam,
sehingga mereka masuk Islam dengan kemauan sendiri tanpa adanya paksaan
dari kaum muslimin.
5. Sistem Nepotisme
Pergantian Umar dan Usman dapat diartikan pergantian keradilan dan
kekerasan dengan kelonggaran , kelemahan dan sikap raguragu. Akibatnya
banyak kaum muslimin yang meninggalkan Usman, yang berarti hilangnya
kawankawan dan oarangorang tempat nya ia menumpahkan kepercayaan,
kecuali kerabatnya. Oleh sebab itu banyak pejabat dipecat dan digantikan oleh
senak kerabatnya. Pada masa itulah oleh lawanlawan politiknya ia dituduh
melakukan nepotisme (sistem family).
D. Perkembangan Peradaban Islam.
1. Pembukuan AlQur’an
Setelah Rasulullah wafat dan Abu Bakar menjadi khalifah, terjadi
perang Yammah yang merenggut korban kurang lebih 70 sahabat penghafal
AlQur’an. Banyaknya sahabat yang gugur dalam peristiwa tersebut, timbul
kekawatiran di kalangan sahabat khususnya Umar bin Khathab, akan
menyebabkan hilangnya AlQur’an. Awalnya Abu Bakar keberatan karena
hal itu tidak dilakukan oleh Rasul. Umar menyarankan kepada Abu Bakar
agar menghimpun suratsurat dan ayatayat yang masih berserakan kedalam
satu mushaf. Akhirnya Abu Bakar menyutujuinya. Ketika Umar menjadi
khalifah, mushaf itu berada dalam pengawasannya. Sepeninggal Umar,
mushaf tersebut disimpan di rumah Hafsah binti Umar, isteri Rasul SAW.
Dimasa Usman bin Affan, timbul perbedaan cara membaca Al
Qur’an dikalangan umat islam. Untuk itu Usman membentuk suatu panitia
yang di ketuai oleh Zaid bin Tsabit. Setelah selesai mushaf dikembalikan
kepada Hafsah, Zaid membuat salinan sejumlah 6 buah. Khalifah menyuruh
agar salinan tersebut di kirim kebeberapa wilayah islam.
2. Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Pada masa permulaaan islam, para sahabat yang utama baik dalam
kedudukannya sebagai pejabat maupun dengan sukarela, berangkat
ketempattempat pemukiman baru dan kotakota lainya untuk mengajarkan
agama islam kepada penduduk setempat. Di tempattempat baru itu mereka
berhadapan dengan berbagai masalah, Pemecahan masalahmasalah tersebut
merupakan cikal bakal bagi lahirnya ilmu pengetahuan, terutama dalam
bidang agama.
3. Perkembangan Arsitektur
Arsitektur dalam islam di mulai tumbuhnya dari masjid. Salah
satunya masjid yang dibangun dan diperbaiki pada masa khulafaur rosyidin
yaitu;
1. Masjid alHaram, khalifah Umar mulai memperluas masjid yang pada
masa Rasulullah masih amat sederhana, dengan membeli tembok rumah
rumah di sekitarnya. Pada masa Usman (26H). Masjid alHaram di
perluas.
2. Masjid Madinah (Nabawi), Khalifah Umar mulai memperluas masjid ini
(17H) bagian selatan ditamabah 5meter dibuat mihrab, bagian barat di
tamabah 5meter dan bagian utara ditambah 15meter, pintu masuk
menjadi 3 buah. Masa khalifah Usman, diperluas lagi dan diperindah.
dindingnya diganti dengan batu, bidangbidang dinding dihiasi dengan
berbagai ukiran. Tiangtiangnya dibuat dari beton bertulang dan ditatah
dengan ukiran, plafonnya dari kayu pilihan. Unsur estetisnya mulai
diperhatikan.
BAB III
PENUTUP
1.Simpulan
Pada pemerintahan masa khulafaur rasyidin kekuasaan Abu Bakar bersifat
sentral. Sedangkan khalifah Umar menduduki sistem pemerintahan yang
menonjol, Ia juga dijuluki Peletak Dasar / Pembangunan Negara Modern.
Pemerintahan Usman mengalami masa kemakmuran dan berhasil dalam beberapa
tahun pertama permerintahanya. Ia melanjutkan kebijakankebijakan khalifah
Umar. Pada separuh terakhir masa pemerintahannya, muncul kekecewaan dan
ketidakpuasan di kalangan mayarakat karena ia mulai mengambil kebijakan yang
berbeda dari sebelumnya. Usman mengangkat keluarganya (Bani Umayah) pada
kedudukan yang tinggi.
Melainkan masa Ali, ingin bercitacita mengembalikan sistem
pemerintahan yang sudah dilakukan oleh Usman untuk dirubah seperti masa
pemerintahan Umar. Ali kemudian bertekad untuk mengganti semua gubernur
yang tidak disenangi rakyat, tetapi Mua’wiyah, gubenur syria, menolaknya. Oleh
karenanya khalifah Ali harus menghadapi kesulitan dengan Bani Ummayah.
2. Kata Penutup
Demikianlah makalah yang sangat sederhana ini, penulis berharap semoga
bermanfaat bagi kita. Saran dan kritik kami harapkan demi perbaikan selanjutnya,
tak lupa di ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Maryam Siti dkk. Sejarah Peradaban Islam dari masa klasik hingga modern,
Yogyakarta. Fak. Adab,2002.
Sou’yb joesoef , Sejarah Daulat KhulafaurRasyidin, Bulan Bintang, Jakarta,
1979.
Yatim Badri Dr M.A, Sejarah Peradaban Islam, PT. Raja Findo Persada,
Jakarta, 2007.