Professional Documents
Culture Documents
Biografi merupakan salah satu bagian dari diri seorang tokoh yang sangat
penting untuk diungkap. Tanpa biografi, deskripsi tentang seorang tokoh
menjadi tidak substansial lagi karena memang harus ada dan menjadi
bagian integral dalam tulisan tentang tokoh. Biografi dapat diartikan
sebagai catatan atau riwayat hidup seorang tokoh yang ditulis oleh orang
lain. Dengan demikian, biografi juga bisa dipahami sebagai alat
pengumpul data untuk mengetahui riwayat hidup seorang tokoh yang ditulis
oleh orang lain. Biografi bisa berhubungan tentang data diri tokoh
tersebut, silsilah, latar belakang keluarga, pendidikan, pengalaman
jabatan, aktivitas nasional dan internasional, serta penghargaan. Dengan
biografi ini, pembaca akan mengetahui bagaimana latar belakang dan
riwayat perjalanan hidup tokoh tersebut, mulai dari kelahiran hingga
kematiannya.
Raja Ali Haji (RAH) merupakan tokoh penting di dunia Melayu. Pengaruh
pemikirannya terhadap perkembangan dunia Melayu sangat kentara melalui
berbagai karya sastra dan lain-lain yang dijadikan rujukan dalam tradisi
penulisan klasik maupun modern. Ia juga dikenal sebagai ulama yang
banyak berpengaruh terhadap wacana dan tradisi pemikiran di dunia
Melayu. Berikut ini dikemukakan biografi RAH.
1. Data Diri
Nama Lengkap RAH adalah Raja Ali al-Hajj ibni Raja Ahmad al-Hajj ibni
Raja Haji Fisabilillah bin Opu Daeng Celak alias Engku Haji Ali ibni
Engku Haji Ahmad Riau. Ia dilahirkan pada tahun 1808 M di pusat
Kesultanan Riau-Lingga di Pulau Penyengat (kini masuk dalam wilayah
Kepulauan Riau, Indonesia).
Catatan tentang hari dan bulan kelahiran RAH berbeda dengan ayahnya.
Catatan mengenai kelahiran ayahnya begitu rinci, yaitu pada hari Kamis
waktu ?Ashar bulan Rajab tahun 1193 H di Istana Yang Dipertuan Muda
Riau-Raja Haji Ibni Daeng Celak. Sedangkan catatan mengenai RAH jusru
singkat sekali. Bahkan, catatan kelahiran RAH lebih banyak didasarkan
pada perkiraan saja. Menurut Hasan Junus (2002: 62), masa yang berbeda,
keadaan yang berbeda, mengantar pada semangat zaman yang berbeda.
Semangat zaman yang berkembang pada saat itu menyebabkan orang-orang
memanggil nama RAH dengan sebutan ?Raja?.
RAH adalah putra Raja Ahmad, yang setelah berhaji ke Mekkah bergelar
Engku Haji Tua, cucu Raja Haji Fisabilillah. Ibunya bernama Encik
Hamidah binti Panglima Malik Selangor atau Putri Raja Selangor yang
meninggal pada tanggal 5 Agustus 1844.
Raja Ahmad (ayah RAH) dikenal sebagai intelektual Muslim yang produktif
menulis karya-karya besar, seperti /Syair Perjalanan Engku Putri ke
Lingga /(1835), /Syair Raksi/ (1841), dan/ Syair Perang Johor/ (1843).
Ia juga dikenal sebagai pemerhati sejarah, terutama sejarah masa lalu.
Dalam karyanya, /Syair Perang Johor/, ia menguraikan fakta perang
Kesultanan Johor dan Kesultanan Aceh pada abad XVII, yaitu pada masa
keemasan Johor. Ia dikenal sebagai penulis pertama yang melahirkan
sebuah epik yang menghubungkan sejarah Bugis di wilayah Melayu dan
hubungannya dengan sultan-sultan Melayu.
Keluarga Raja Ahmad terdiri dari orang-orang terpelajar dan suka dengan
dunia tulis-menulis. Anggota keluarganya yang pernah menghasilkan karya
adalah Raja Ahmad Engku Haji Tua, RAH, Raja Haji Daud, Raja Salehah,
Raja Abdul Mutallib, Raja Kalsum, Raja Safiah, Raja Sulaiman, Raja
Hasan, Hitam Khalid, Aisyah Sulaiman, Raja Ahmad Tabib, Raja Haji Umar,
Abu Muhammad Adnan, dan lain sebagainya. Jika ditelusuri hingga
keturunan Raja Haji Fisabilillah (kakek RAH), maka anggota keluarga Raja
Ahmad yang giat berkarya akan bertambah lagi, yaitu Raja Ali, Raja
Abdullah, Raja Ali Kelana, R. H. M. Said, dan lain sebagainya.
Dari ayah yang sama (Raja Ahmad), Raja Ali Haji mempunyai beberapa
saudara laki-laki dan perempuan, yaitu Raja Haji Daud yang menjadi
tabib, Raja Haji Umar (Raja Endut), Raja Salehah (Zaleha), Raja Cik,
Raja Aisyah, Raja Haji Abdullah, Raja Ishak, Raja Muhammad Said, Raja
Abu Bakar, Raja Siti, Raja Abdul Hamid, dan Raja Usman.
RAH sebenarnya berasal dari keturunan Bugis. Garis keturunan ini berasal
neneknya (Opu Daeng Cellak) yang berasal dari tanah Bugis, namun
kemudian menetap di Riau dan memperoleh jabatan sebagai Yang Dipertuan
Agung (pembantu sultan dalam urusan pemerintahan). Cerita ini bermula
ketika La Madusilat, Raja Bugis yang pertama kali masuk Islam, ternyata
memiliki keturunan yang salah satunya bernama Daeng Rilaka.
Daeng Rilaka mempunyai lima anak, yaitu Opu Daeng Parani, Opu Daeng
Marewah, Opu Daeng Menambun, Opu Daeng Cellak, dan Opu Daeng Kemasi.
Bersama kelima anaknya itu, Daeng Rilaka meninggalkan tanah Bugis dan
mengembara ke wilayah Kesultanan Riau-Johor. Keturunan ini mendapat
kedudukan di istana kesultanan. Anak keempat Daeng Rilaka, Opu Daeng
Cellak yang merupakan nenek RAH menjadi Yang Dipertuan Muda (YDM) Riau
II (1728-1745), menggantikan saudaranya Opu Daeng Marewah, YDM Muda Riau
I (1723-1728).
RAH memiliki 17 orang putra-putri, yaitu: 1). Raja Haji Hasan, 2). Raja
Mala?, 3). Raja Abdur Rahman, 4). Raja Abdul Majid, 5). Raja Salamah,
6). Raja Kaltsum, 7). Raja Ibrahim Kerumung, 8). Raja Hamidah, 9). Raja
Engku Awan ibu Raja Kaluk, 10). Raja Khadijah, 11). Raja Mai, 12). Raja
Cik, 13). Raja Muhammad Daeng Menambon, 14). Raja Aminah, 15). Raja Haji
Salman Engku Bih, 16). Raja Siah, dan 17). Raja Engku Amdah.
Anak RAH yang pertama (Raja Haji Hasan) mempunyai 12 orang putra-putri,
yaitu: 1). Raja Haji Abdullah Hakim, 2). Raja Khalid Hitam (meninggal
dunia di Jepang), 3). Raja Haji Abdul Muthallib, 4). Raja Mariyah, 5).
Raja Manshur, 6). Raja Qamariyah, 7). Raja Haji Umar, 8). Raja Haji
Andi, 9). Raja Abdur Rasyid, 10). Raja Kaltsum, 11). Raja Rahah, dan
12). Raja Amimah. Cucu-cucu RAH ini kemudian menjadi ulama-ulama dan
tokoh-tokoh masyarakat.
3. Pendidikan
Ketika masih dalam usia muda, RAH sudah diamanahi tugas-tugas kenegaraan
yang penting. Dalam usia 30 tahun, RAH mengikuti saudara sepupunya, Raja
Ali bin Ja?far, pergi ke seluruh kawasan Kesultanan Riau-Lingga hingga
ke pulau-pulau terpencil. Keperluan mereka adalah untuk memeriksa
kawasan tersebut. Ketika Raja Ali bin Ja?far dipercaya menjadi Wakil
Yang Dipertuan Muda di Kesultanan Riau-Lingga, RAH juga ikut membantu
pekerjaan saudara sepupunya itu.
Ketika Raja Ali bin Ja?far diangkat sebagai Yang Dipertuan Muda Riau
VIII pada tahun 1845, RAH diangkat sebagai penasehat keagamaan
kesultanan. Meski diserahi tanggung jawab kenegaraan yang begitu berat
karena menguras tenaga dan pikirannya, namun RAH tetap menunjukkan
profesionalitasnya sebagai penulis yang sangat produktif.
Bersama dengan Raja Abdullah Mursyid dan Raja Ali bin Ja?far, RAH
berdagang di Pulau Karimun dan Kundur. Mereka juga mengelola penambangan
timah. Ketika Yang Dipertuan Muda Riau Raja Ali bin Ja?far digantikan
oleh adiknya Raja Haji Abdullah Mursyid, RAH dan Raja Ali bin Ja?far
kemudian membangun lembaga ?/Ahlul Halli wa Aqdi/? yang membantu
jalannya roda pemerintahan kesultanan.
Menjelang wafatnya pada tahun 1858, Yang Dipertuan Muda Raja Haji
Abdullah Munsyi menulis surat wasiat yang isinya mengangkat RAH sebagai
pemegang segala pekerjaan hukum, yaitu semua urusan yang menyangkut
jurisprudensi Islam. Di sela-sela tugasnya sebagai abdi negara, pada
tanggal 7 Mei 1868, RAH mengetuai rombongan Kesultanan Riau-Lingga
menuju Teluk Belanga untuk menghadiri penobatan Tumenggung Johor Abu
Bakar sebagai Maharaja Johor. Pekerjaan sebagai penanggung jawab bidang
hukum Islam di Kerajaan Riau-Lingga diemban oleh RAH hingga ia meninggal
pada tahun 1873.
RAH dikenal sangat dekat dengan ayahnya. Pada tahun 1822, RAH ikut
ayahnya ke Betawi selama tiga bulan. Ayahnya membawa rombongan
Kesultanan Riau-Lingga, termasuk istri dan dua orang anaknya, yaitu RAH
sendiri dan Raja Muhammad. Kepergian ayahnya beserta rombongan itu
adalah dalam suatu urusan Kesultanan Riau-Lingga dengan pemerintah
Hindia Belanda, tepatnya dalam urusan perdagangan dan penelitian. Secara
khusus, rombongan ini akan menemui Gubernur Jenderal Hindia-Belanda
Godart Alexander Gerad Philip Baron van der Capellen. Mereka bertolak
dari Riau dengan menggunakan sebuah /penjajab/, sebuah penisi, sebuah
?belah semangka?, dan sebuah perahu biasa. Perjalanannya dimulai dengan
bersinggah sebentar di Lingga, dan kemudian meneruskan pelayaran melalui
Selat Bangka.
Pada abad ke-19, sebenarnya ada tiga buah gedung yang sering digunakan
sebagai tempat pertunjukan kesenian di Betawi, yaitu Gedung Schouwburg,
Gedung Societet de Harmonie, dan Gedung Societet Concordia. Gedung
terakhir tidak mungkin ditonton oleh RAH dan rombongan Kesultanan
Riau-Lingga karena baru dibangun setelah kedatangan mereka, yaitu pada
tahun 1833. Gedung Societet de Harmonie sendiri dibangun pada tahun 1815
dengan kapasitas tempat duduk 250 orang dan beratapkan rumbia. Oleh
Daendels, gedung ini difungsikan sebagai gedung pameran. Pada tahun
1821, gedung ini dipugar kembali untuk dijadikan sebagai gedung teater
dengan luas 1.476 meter persegi dan diberi nama Schouwburg.
Pada tahun 1826, RAH juga pernah ikut ayahnya pergi ke pesisir utara
Pulau Jawa, selain Betawi. Ayahnya melakukan perjalanan ke sana dengan
tujuan berniaga agar dapat menghasilkan dana untuk pergi haji. Menurut
cerita, RAH sempat sakit di Kota Juana, bahkan dalam keadaan koma
(hampir meninggal). Ayahnya sempat membelikan keranda karena mengira
anaknya akan meninggal. Namun atas kuasa Allah SWT, RAH akhirnya dapat
sembuh kembali.
RAH dikenal dekat dengan Hermann von de Wall yang nama aslinya adalah
Hermann Theodor Friedrich Karl Emil Wilhelm August Casimir von de Wall
(kelahiran Giessen, Jerman, tanggal 30 Maret 1807). Pada bulan November
hingga Desember 1807, RAH menyiapkan sebuah silsilah untuk sahabatnya
itu. Pada tanggal 12 Juni 1862, RAH menyarankan kepada Hermann von de
Wall agar menyusun sebuah kamus bahasa Melayu. Kerjasama mereka
berlanjut hingga tahun 1870, di mana H. Von de Wall menerbitkan
/Bustanul Katibin/ karya RAH sebagai ?/Kitab perkeboenan djoeroetoelis
bagi kanak-kanak yang hendak menoentoet belajar akan dija/?. Atas
kerjasama sahabatnya itu pula, pada tahun 1872 karya RAH berjudul
/Tjakap-2 Rampai-2 Bahasa Malajoe Djohor/ jilid II diterbitkan oleh
Percetakan Gupernemen di Betawi (Batavia). Pada tanggal 2 Mei 1873, H.
Von de Wall meninggal dunia. Sebagaimana disebutkan di atas,
diperkirakan RAH meninggal dunia pada tahun yang sama.
6. Penghargaan