Professional Documents
Culture Documents
BIDANG KEGIATAN :
PKM-GT
Diusulkan oleh :
Revi Chairunnisa 240110060052 (Angkatan 2006)
Dewi Unaeni 240110060065 (Angkatan 2006)
Fajarina Feriza 240110080010 (Angkatan 2008)
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2010
2
ii
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya penyusun dapat
menyelesaikan suatu gagasan proposal Program Kreativitas Mahasiswa yang
berjudul “Sistem Peringatan Dini Pengendalian Hama Tikus Berbasis SMS Portal
di Lahan Pertanian”.
Bencana hama dan penyakit tanaman telah menimbulkan kerusakan yang
besar pada pertanian dan perkebunan penduduk yang dapat mempengaruhi tingkat
produksi. Salah satu hama yang mengakibatkan kerusakan besar adalah hama
tikus. Selama ini penanganan terhadap hama tikus dilakukan dengan berbagai cara
diantaranya melalui gerakan bersama yang dilakukan serentak pada awal tanam
melibatkan seluruh petani seperti penggalian sarang, pemukulan, penjeratan,
pengoboran malam, perburuan dengan anjing, dan sebagainya.
Gagasan mengenai sistem peringatan dini pengendalian hama tikus
berbasis sms portal di lahan pertanian ini disusun dalam upaya mengantisipasi
serangan hama tikus dan mempermudah petani dalam penanggulangan dan
pengendalian populasi hama tikus di lahan pertanian dan pada akhirnya
diharapkan dapat bermanfaat dalam membantu petani mencegah gagal panen
atapun penurunan hasil panen.
Gagasan ini merupakan karya kecil penyusun yang hanya dapat terwujud
dengan dukungan, bimbingan, bantuan, dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu
ucapan terima kasih sebesar-besarnya penyusun sampaikan kepada seluruh pihak
yang telah membantu, mendukung, membimbing, dan memotivasi penyusun
dalam penyusunan gagasan tertulis ini. Akhirnya, penyusun berharap semoga
gagasan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi pengembangan
pertanian di Indonesia.
Penyusun
iii
4
DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................................. 1
Tujuan dan Manfaat Penulisan ......................................................................... 2
GAGASAN
Kondisi Kekinian: Masih Tingginya Penyebaran Populasi Tikus dan
Kerusakan dan Yang Diakibatkan Serangan Hama Tikus Di Lahan Pertanian 2
Perkembangbiakan dan Penyebaran Populasi Tikus Sawah yang
Sulit Dikendalikan ……………………………………………………... .. 3
Status, Kerusakan Tanaman, dan Kerugian Ekonomi……………………. 3
Daya Rusak Tikus Sawah Terhadap Tanaman Padi…………………….... 3
Pengendalian Hama Tikus .......................................................................... 4
Sistem Peringatan Dini Sebagai Upaya Antisipasi Serangan Hama Tikus…. 6
Sistem Peringatan Dini Berbasis SMS Portal (SMS gateway)………….... 7
Pihak-pihak yang Berperan
Peran Pemerintah ………………………………………………………… 8
Peran Masyarakat ....................................................................................... 8
Peran Perguruan Tinggi, Institusi Atau Lembaga Penelitian ……………. 8
Peran Pihak Swasta ……………………………………………………… 9
Langkah-langkah Strategis dalam Penerapan
Rekomendasi Tindakan Pengendalian ………………………………….. 9
Penyuluhan dan Sosialisasi Mengenai Sistem Informasi Peringatan
Dini………………………………………………………………………. 9
KESIMPULAN ................................................................................................ 9
iv
5
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Tikus sawah (Rattus argentiventer)……………………………... 2
Gambar 2. Kerangka Kerja Konseptual Sistem Peringatan Dini ..................... 6
Gambar 3. Contoh alur sms gateway ............................................................... 8
Gambar 4. Langkah-langkah pembuatan sistem peringatan dini……………. 10
v
6
RINGKASAN
vi
1 7
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dari gagasan ini adalah untuk
merancang sistem informasi yang dapat mengetahui kehadiran hama tikus pada
lahan pertanian dan membantu peringatan penanggulangan hama tikus berbasis
28
G
GAGASAN
N
Kondisi Kekinian:
K K Masih
M Tinggginya Pennyebaran P
Populasi Tikus
T dan
K
Kerusakan dan Yanng Diakibattkan Seran
ngan Hamma Tikus Di
D Lahan
P
Pertanian
Jumlah anak tikus per induk beragam antara 6-18 ekor, dengan rata-rata
10,8 ekor pada musim kemarau dan 10,7 ekor pada musim hujan, untuk peranakan
pertama. Peranakan ke 2-6 adalah 6-8 ekor, dengan rata-rata 7 ekor. Peranakan ke
7 dan seterusnya, jumlah anak menurun mencapai 2-6 ekor, dengan rata-rata 4
ekor. Interval antar peranakan adalah 30-50 hari dalam kondisi normal.
Pada satu musim tanam, tikus betina dapat melahirkan 2-3 kali, sehingga satu
induk mampu menghasilkan sampai 100 ekor tikus, sehingga populasi akan
bertambah cepat meningkatnya. Tikus betina terjadi cepat, yaitu pada umur 40
hari sudah siap kawin dan dapat bunting. Masa kehamilan mencapai 19-23 hari,
dengan rata-rata 21 hari. Tikus jantan lebih lambat menjadi dewasa daripada
betinanya, yaitu pada umur 60 hari. Lama hidup tikus sekitar 8 bulan.
Sarang tikus pada pertanaman padi masa vegetatif cenderung pendek dan
dangkal, sedangkan pada masa generatif lebih dalam, bercabang, dan luas karena
mereka sudah mulai bunting dan akan melahirkan anak. Selama awal musim
perkembangbiakan, tikus hidup masih soliter, yaitu satu jantan dan satu betina,
tetapi pada musim kopulasi banyak dijumpai beberapa pasangan dalam satu
liang/sarang. Dengan menggunakan Radio Tracking System, pada fase vegetatif
dan awal generatif tanaman, tikus bergerak mencapai 100-200 m dari sarang,
sedangkan pada fase generatif tikus bergerak lebih pendek dan sempit, yaitu 50-
125 m dari sarang.
Daya rusak berkaitan dengan perilaku mengerat tikus sawah. Hal tersebut
berdampak kerusakan tanaman padi 5 kali lipat dari kebutuhan makannya. Pada
saat pesemaian, kerusakan terjadi karena benih dimakan atau dicabut. Seekor tikus
sawah mampu merusak ± 283 bibit per malam (126- 522 bibit berumur 2 hari).
Pada stadia anakan hingga anakan maksimal, tikus merusak dengan cara memakan
10
4
bagian titik tumbuh dan pangkal batang yang lunak, sedangkan bagian lain
ditinggalkannya. Daya rusak pada periode tersebut ± 80 batang per malam (11-
176 tunas). Ketika padi bunting, tikus merusak ± 103 batang per malam (24-246
tunas). Sedangkan pada waktu padi bermalai, daya rusak ± 12 malai per malam
(1- 35 malai). Dari sejumlah malai yang dipotongnya, tikus hanya mengkonsumsi
beberapa bulir gabah dan selebihnya dibiarkan berserakan.
11
5
sawah, maka tanah yang tidak ditanami akan tidak disukai mereka apabila di
genangi air.
2. Hayati
Pemanfaatan musuh alami tikus diharapkan dapat mengurangi populasi
tikus. Ular sawah sebenarnya menjadi pemangsa tikus yang handal, hanya
sekarang populasinya di alam turun drastis karena ditangkap dan mungkin
lingkungan tidak cocok lagi. Burung hantu (Tito alba) kini mulai diberdayakan di
beberapa daerah untuk ikut menanggulangi hama tikus. Musang sawah juga
memangsa tikus, namun sekarang sangat sedikit populasinya dan sulit dijumpai di
sawah. Pemburuan tikus dengan menggunakan anjing juga sudah banyak yang
menerapkan sebagai pembasmian serangan hama tikus.
3. Mekanis
Pagar plastik dan perangkap sistem bubu. Pesemaian merupakan awal
tersedianya pakan tikus di lahan sawah, sehingga menarik tikus untuk dating.
Pemasangan pagar plastik yang dikombinasikan dengan perangkap tikus dari bubu
dianggap merupakan tindakan dini menanggulangi tikus sebelum populasinya
meningkat. Cara ini akan lebih efektif apabila petani membuat pesemaian secara
berkelompok dalam beberapa tempat saja, sehingga jumlah perangkap dan plastik
sedikit.
Pemasangan perangkap diletakkan pada sudut pagar plastik, pada sudut
tersebut plastik dilubangi sebesar ukuran lubang pintu perangkap. Sekitar
perangkap diberi rumput untuk mengelabuhi tikus, sehingga mereka tidak
menyadari kalau sudah masuk perangkap. Pagar plastik menggunakan plastik
dengan lebar 50-75 cm dan panjang secukupnya. Penggunaan pagar plastik tidak
hanya untuk pesemaian, tetapi dapat juga untuk lahan sawah dengan tujuan
melokalisir tempat masuknya tikus, yaitu mengarahkan ke lubang perangkap.
Gropyokan, cara ini banyak dilaksanakan di pedesaan, dengan memburu
tikus di sawah. Seringkali dilibatkan anjing pelacak tikus dan jarring perangkap.
Hasil gropyokan dapat dalam jumlah banyak tangkapan, apabila menyertakan
banyak petani secara serempak di areal luas. Kegiatan ini memerlukan koordinasi
antar petani pemilik lahan, karena tikus yang digropyok sering lari melintas batas
lahan pemilik sawah.
4. Kimiawi
Umpan beracun. Cara pengendalian kimiawi dilakukan dengan
menggunakan rodentisida, misalnya Ramortal, Dora, Klerat, Racumin, belerang,
dan lainnya. Rodentisida yang dianjurkan sekarang adalah golongan anti koagulan
yang bekerja lambat (tikus mati 2-14 hari setelah makan umpan beracun).
Umumnya pelaksanaan pengendalian ini dengan memberikan umpan beracun
kepada tikus. Namun sebelum dipasang umpan, perlu pemantauan tikus apakah
populasinya tinggi atau belum. Tiap petakan sawah diberi sekitar 10 umpan,
biasanya disediakan dulu umpan yang tidak beracun guna mengelabuhi tikus
untuk tetap memakan umpan. Baru setelah beberapa lama, umpan beracun
dipasang di sawah.
Fumigasi liang. Tindakan ini manjur dilakukan saat padi pada stadium
awal keluar malai dan pemasakan, karena merupakan stadium perkembangan
optimal tikus, yaitu induk dan anaknya berada dalam liang.
12
6
13
7
tanggap darurat. Ada dua faktor yang berperan dalam kerangka sistem peringatan
dini yaitu pihak pengambil keputusan dan masyarakat.
Di pihak masyarakat, ada tiga unsur yang menentukan bagaimana
masyarakat bereaksi terhadap Sistem Peringatan Dini. Unsur-unsur tersebut terdiri
dari Pengetahuan (Knowledge), Sikap (Attitude) dan Perilaku (Behaviour).
Langkah awal dalam membentuk reaksi masyarakat terhadap Sistem Peringatan
Dini adalah memberikan informasi tentang Sistem Peringatan Dini. Terhadap
masyarakat yang telah memperoleh pengetahuan informasi ini diharapkan adanya
perubahan sikap yang positif terhadap Sistem Peringatan Dini. Perubahan ini
diharapkan mampu membuat masyarakat berperilaku positif terhadap Sistem
Peringatan Dini. Seandainya tahap – tahap perubahan reaksi masyarakat terhadap
Sistem Peringatan Dini sesuai dengan yang diharapkan, maka Sistem Peringatan
Dini dapat sampai ke masyarakat secara akurat. Selain faktor masyarakat, faktor
lain yang berperan dalam kerangka kerja Sistem Peringatan Dini adalah pihak
Pengambil Keputusan.
Dengan demikian Sistem Peringatan Dini sebagai sub segmen awal dalam
tahap kesiapsiagaan dapat berperan dengan baik sehingga pada akhirnya ketika
suatu bencana terjadi, tingkat keparahannya dapat dikendalikan. Adanya kerangka
kerja konseptual yang baik, maka Sistem Peringatan Dini sebagai mata rantai
antara tindakan kesiapsiagaan dengan kegiatan tanggap darurat akan
menghasilkan kegiatan respon yang mengarah kepada penanggulangan masalah
kerusakan dan penurunan produksi pertanian akibat serangan hama tikus sehingga
tingkat kerusakan dapat dikurangi.
14
8
Gambar
G 3. Contoh alur sm
ms gateway
P
Pihak-Pihak
k yang Berp
peran
Penggembangan sistem
s perinngatan dini pengendalia
p an hama tiku us berbasis
SMS portal ini dilakukkan dengan melibatkan berbagai pemangku
S p k
kepentingan
(
(stakeholderrs), seperti pemerintah,
p m
masyarakat, institusi penndidikan, pihhak swasta
y
yang bersanggkutan dalamm gagasan inni.
P
Peran Pemeerintah
P
Peran Masyyarakat
P
Peran Pergu
uruan Tingggi, Institusi atau Lembaga Penelitiann
KESIMPULAN
16
10
MULAI
Verifikasi
Validasi
SELESAI
DAFTAR PUSTAKA
Frumkin, H., Melius J., 2000. Toxins: Pesticides: Acute Poisoning in Green
Occupational Health. Fourth Edition. Editors: Barry S. Levy, David H.
Wegman. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. pp: 317-334
Kuswara, Awan. 2008. Sistem Peringatan Dini Antisipasi Masalah. Sumber
http://id.shvoong.com/law-and-politics/law/1867468-sistim-peringatan-
dini-antisipasi-masalah/ (diakses 30 Desember 2009. Pukul 14.28)
Natawigena, W. D. 2009. Bioekologi Tikus dan Pengendaliannya. Universitas
Padjadjaran : Bandung.
Sudarmadji. 2006. Tikus. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi : Subang.
Sujudi, Achmad. 2002. Pedoman Sistem Peringatan Dini pada Daerah Potensi
Bencana. Departemen Kesehatan RI.
http://balitklimat.litbang.deptan.go.id (diakses tanggal 2 Februari 2010)
http://regional.kompas.com/read/2010/02/21/08532131/Tikus-tikus.Itu.Sangat.
Cepat. Beranak.Pinak(diakses tanggal 21 Februari 2010)
http://www.gecko.web.id/resep-php/menggabungkan-sms-gateway-dan-php/
(diakses tanggal 2 Februari 2010)
http://www.ittelkom.ac.id/library/index.php?view=article&catid=17%3Asistem-
komunikasi-bergerak&id=404%3Asms-gateway&option=com_content&
Itemid=15 (diakses tanggal 2 Februari 2010)
18
12
(Revi Chairunnisa)
NIM. 240110060052
Anggota Pelaksana 1
(Dewi Unaeni)
NIM. 240110060065
19
13
Anggota Pelaksana 2
(Fajarina Feriza)
NIM. 240110080010
20
14
Riwayat Pendidikan
Pengalaman Penelitian
21
15
22
16
10. Staf Ahli bidang Sistem dan Manajemen keteknikan Pertanian pada Lembaga
Pemberdayaan masyarakat (LPM) Yayasan Bina Masyarakat Madani
(BIMMA) dari tahun 2000 hingga sekarang.
11. Staf Ahli bidang Manajemen Usaha pada Koperasi Agribisnis dan
Agroindustri (KOPAGRO) Bandung) dari tahun 2001 hingga sekarang.
12. Instruktur pada pada kegiatan Pemberdayaan masyarakat dengan penerapan
paket teknologi tepat guna di Pemda Garut, Tahun 2000.
13. Instruktur pada Pelatihan pembuatan tepung pisang dalam rangka
pemberdayaan masyarakat petani di Kecamatan Cisompet Kabupaten Garut.
Tahun 2000
14. Instruktur pada Pelatihan Manajerial dan Kewirausahaan dan Kewirausahaan
bagi pengelola KUKM se Jawa Barat Angkatan XII, Tahun 2001.
15. Instruktur pada Pelatihan Bidang Manajemen dan Industri Dinas Perindag
Propinsi Jawa Barat (Pelatihan pengrajin emping Melinjo di Kabupaten
Sumedang, Tahun 2001.
16. Instruktur pada kegiatan Pemberdayaan masyarakat peternak sapi di KUD
mandiri Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut Kerjasama pemberdayaan
masyarakat melalui Koppontren Darussalam Kabupaten Garut, Tahun 2001
17. Nara sumber dalam seminar di Dinas Koperasi dan UKM Propinsi Jawa Barat
masalah peraturan yang mendukung dan menghambat koperasi. Tahun 2001.
18. Konsultan pendamping bisnis (BDS/Business Delopment Services) Untuk
Koperasi Mina Sinar Laut di Sentra perikanan laut Kecamatan Pelabuhanratu
Kabupaten Sukabumi, Tahun 2001.
Publikasi Ilmiah
1723