You are on page 1of 3

FPI dan NU, Fitnah itu bernama Ahmadiyah

12 Juli 2008
Rabu, 2008 Juni 04

Bermula dari sepak terjang Ahmadiyah hingga timbul Fatwa MUI tentang penyimpangan
Aqidah hingga diambil keputusan untuk dibubarkan, FPI merupakan salah satu garda
terdepan menjaga dan mengusung fatwa MUI tsb.

Setelah di konfirmasikan kepada aparat terkait mengenai gerakan penyimpangan ini,


negara belum mengambil langkah kongkrit dalam menyelamatkan pondasi negara yaitu
sila pertama Pancasila, Negara berketuhanan YME artinya negara belum mampu menjaga
agama mayoritas di Republik ini. Usaha Ahmadiyah dalam menjaga gerakannya,
berhasil meloby pihak2 terkait untuk menunda eksekusi pembubaran jemaah ini.

Salah satu langkah dalam menggagalkan pemerintah membubarkan mereka, Ahmadiyah


berkoalisi dengan paham-paham sejenis. Dengan bergabung dalam AKK-BB, posisi
ahmadiyah semakin nyaman.

Faktor pengganjal yg paling berat dirasakan adalah ketika mereka berhadapan dengan
FPI. Yang nota bene mempunyai karakter yg keras. Dibuatlah strategi baru mengenai
insiden monas dengan cara mengejek sebutan laskar kafir dan laskar setan dan
gertakan sambal untuk menstimulasi amarah dengan cara menodongkan dan menembakkan
senjata api keudara.

Ahmadiyah berhasil memancing emosi Laskar FPI dan menjadikan tameng wanita dan
anak-anak sebagai dalih menjatuhkan popularitas FPI. Skenario JIL dan Ahmadiyah
ini terbukti berhasil dengan cara mengirimkan bukti foto dan rekaman emosi laskar
dalam insiden tsb.

Tidak cukup disitu opini kebrutalan FPI diekspos secara besar-besaran melalui
semua media, mulai dari internet, TV, radio, koran dan majalah. Track record FPI
dalam menghancurkan mafia kemaksiatan di ibukota diubah opini sebagai track record
kebrutalan dan bangsa bar-bar dalam memporak porandakan masyarakat umum.

Upaya penghancuran FPI berjalan dengan mulus dengan cara menghasut masyarakat
dengan opini terbalik bukan lagi sebagai pembela Islam tapi penghancur Islam. Isu
Pembubaran dan hukuman ramai di bicarakan dan dielukan sampai poling pun digelar.

Pemerintah dengan bahasa “negara” mengambil langkah serupa sejalan isu yang
berkembang, tidak lagi menjaga agama mayoritas ini tapi mengeksekusi pembela agama
dengan cara menjebloskan 50 orang lebih kedalam tahanan negara, tidak tertinggal
pimpinan FPI, Habib Riziq Shihab. 20 DPO digelar bak residivis yg telah nelakukan
pelanggaran berat.

Masyarakat masih tetap memelihara opini yg terjadi, di warung, rumah hingga meja
makan obrolan seputar sepak terjang FPI menjadi kebrutalan yg mengerikan seperti
pembantaian ribuan orang meninggal akibat tsunami di ACEH

1500 aparat kepolisian lengkap menjemput FPI di sekretariatan mereka di


petamburan. bak penyerbuan ke markas musuh, dengan peralatan penuh dan lengkap
seperti instruksi komando POLRI.

Tubuh-tubuh kecil dan berjanggut itu digiring kedalam mobil tahanan dan kemudian
dijebloskan kedalam penjara. Wajah wajah berwudhu yang awalnya ingin menjaga
eksistensi agama mereka menjadi tawanan negara yg sangat mengerikan melebihi
kelompok rahasia SINBAD milik Israel.
Nafsu Ahmadiyah belum dipuaskan sampai dengan keluar statemen GUSDUR yg notabene
mempolitisir NU sebagai tunggangan politiknya dan ISRAEL sebagai gandengannya
mengusulkan pembubaran FPI. Terpancing statemen gusdur habib Rizq membalas dengan
lebih tajam dan pedas. Harapan Ahmadiyah dan Gusdur dalam menghancurkan musuh
bebuyutan mereka berhasil dengan respon dari BANSER NU yg siap mengerahkan ribuan
orang ke Jakarta untuk membubarkan sekretariat FPI yg merupakan rumah Habib Riziq
berisikan hanya istri dan 6 orang gadis anaknya.

Tidak bisa dibayangkan, ketika sang ayah berusaha menjaga istri dan 6 anaknya
harus berhadapan dengan ribuan orang dengan wajah garang yg telah dilengkapi ilmu
kebal dan siap perang.

Sekali lagi FPI yg awalnya berusaha menjaga eksistensi dasar negara pancasila sila
1 yaitu agama masyarakat mayoritas bangsa ini berubah menjadi target pembumi
hangusan dari peta republik ini.

Ahmadiyah, JIL, Gusdur dan konco-konconya tertawa puas karena berhasil mengantongi
FPI dan Banser NU yg beringas ke dalam satu penjara dengan alasan yang sama,
tindakan kekerasan terhadap orang lain.

Apa yang berbeda dari FPI dan NU ????

Anda bisa menilai sendiri dari kronologi yg saya paparkan diatas.

Dimana ustad kami yg selalu tersenyum dengan sorban hijau dan janggut diwajahnya?
Dimana ustad yg dulu mengajarkan alif ba ta tsa di surau kami?
Dimana ustad yg dulu memberikan tausiah tentang iman dan Islam di langgar2
kampung?
Dimana ustad yg mengajarkan etika, sopan santun dan akhlaqul karimah kepada kami?

Ustad2 itu sudah tidak ada, yang ada ustad2 yg menunggangi ummat untuk kepentingan
pribadi.
Tidak ada lagi uluran tangan untuk kami cium sebagai hormat kami
Tidak ada lagi yg mentartil tilawah kami
Tidak ada lagi yg mentausiahkan kami untuk tegar dalam Iman dan Islam
Tidak ada lagi penjaga akhlaq kami

yang ada adalah para ustad dan santri yang siap menghajar kami
membubarkan tempat pengajian kami
menghancurkan rumah dan sekretariat tempat kami berkumpul dan tilawah qur’an
jumlahnya ratusan bahkan ribuan
datang dari jauh
bukan untuk mentausiahkan kami
mengajak kami mengaji
tapi menghancurkan kami

karena kami menjaga eksistensi agama Islam ini, yang dulu telah diajarkan mereka
kepada kami.

Dimana ulama itu ?


Dimana MUI itu ?
Dimana Ummat Islam ???

Ketika penjara penuh dengan orang pengajian dan ustad yg komit dalam Islam
Selamat datang kemaksiatan
Selamat datang penyimpangan
Selamat datang kebebasan
Fitnah itu bernama Ahmadiyah

You might also like