Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu melakukan anestesi umum dengan menggunakan eter
pada kelinci percobaan.
1.3 Manfaat
1. Mampu melakukan anestesi umum dengan menggunakan eter pada
kelinci percobaan.
2. Mampu mengamati stadium anestesi yang terjadi melalui parameter
parameter antara lain: respon nyeri, lebar pupil, jenis pernafasan, frekuensi
jantung dan tonus otot.
BAB IV
DISKUSI
Stadium I anestesi umum dicapai setelah 2 menit 41 detik. Hal ini ditandai
dengan terjadinya bradikardi. Tahap ini dimulai dari saat pemberian zat anestetik
sampai hilangnya kesadaran. Kesadaran kelinci masih tampak namun ukuran
pupil mengecil dari keadaan awal. Pada tahap ini, rasa sakit telah hilang (efek
analgesia telah muncul).
Stadium II, yang disebut juga dengan stadium eksitasi atau delirium, dimulai
dari hilangnya kesadaran hingga permulaan stadium pembedahan. Kelinci
memasuki stadium ini pada setelah 3 menit 52 detik, yang ditandai dengan
pernapasan cepat dan tidak teratur. Pada stadium ini terlihat jelas adanya eksitasi
dan gerakan yang tidak menurut kehendak, seperti refleks bulu mata, pelebaran
pupil mata (midriasis), tertawa, berteriak, menangis, menyanyi, gerakan
pernafasan yang tak teratur, laryngospasme atau muntah (bahaya aspirasi),
terkadang disertai apnae dan hiperapnae, tonus muskulus skeletal meningkat,
inkontinensia urin, takikardia, hipertensi hingga terjadinya kematian, sehingga
3,4,5,6
harus segera dilewati .
Eksitasi dapat disebabkan karena adanya depresi atau hambatan pada pusat
inhibisi. Pernafasan torakal–abdominal yang cepat dan tidak teratur diakibatkan
oleh depresi pernafasan sehingga terjadi retensi CO2 dan menuju pada Sympatho
Adrenal Discharged (SAD) yaitu pelepasan adrenalin dari kelenjar medula
adrenalin dan noradrenalin dari ujung saraf simpatis. Bola mata bergerak-gerak
karena terjadi paralisa otot ekstrinsik bola mata sehingga kontraksinya tak
terkoordinir 6.
Stadium III yaitu stadium sejak mulai teraturnya lagi pernafasan hingga
hilangnya pernafasan spontan. Stadium ini ditandai oleh hilangnya pernafasan
spontan, hilangnya refleks kelopak mata dan dapat digerakkannya kepala ke kiri
dan kekanan dengan mudah.9 Stadium III ini dibagi dalam 4 plane, yaitu 7,8,9 :
1. Plane 1
Kelinci memasuki plane ini setelah 4 menit 23 detik, ditandai dengan pernafasan
teratur, pernafasan torakal sama kuat dgn pernafasan abdominal, pergerakan bola
mata tak teratur, kadang-kadang letaknya eksentrik, pupil mengecil lagi
(miosis) dan refleks cahaya masih ada, lakrimasi akan meningkat, refleks
farings dan muntah menghilang, tonus otot menurun.7,8 Belum tercapai relaksasi
otot lurik yang sempurna.9
2. Plane 2
Kelinci memasuki plane ini setelah 4 menit 23 detik, ditandai dengan pernafasan
8,
yang teratur tetapi kurang dalam bila dibanding plane 1 volume tidal menurun
dan frekwensi pernafasan naik. Mulai terjadi depresi pernafasan torakal, bola
mata terfiksir ditengah, pupil mulai midriasis dengan refleks cahaya menurun
dan refleks kornea menghilang.7 Relaksasi otot lurik sedang, refleks laring hilang.9
3. Plane 3
Kelinci memasuki plane ini setelah 4 menit 45 detik, ditandai dengan pernafasan
abdominal yang lebih dominan daripada torakal karena paralisis otot interkostal
yang makin bertambah sehingga pada akhir plane 3 terjadi paralisis total otot
interkostal, juga mulai terjadi paralisis otot-otot diafragma, relaksasi otot lurik
sempurna 9, pupil melebar tetapi belum maksimal dan refleks cahaya akan
menghilang pada akhir plane 3 ini, lakrimasi refleks farings & peritoneal
menghilang, tonus otot-otot makin menurun.7,8
4. Plane 4
Kelinci memasuki plane ini setelah 4 menit 50 detik, ditandai dengan pernafasan
tidak adekuat, pernafasan dengan perut sempurna karena kelumpuhan otot
interkostal sempurna 8,9, irreguler, ‘jerky’ karena paralisis otot diafragma yg
makin nyata, pada akhir plane 4, paralisis total diafragma, tonus otot makin
menurun dan akhirnya flaccid, pupil melebar maksimal dan refleks cahaya
menghilang, refleks sphincter ani menghilang.7 Tekanan darah mulai menurun.8,9
2. Bila dapat terlihat dengan jelas, apakah tanda-tanda pada tiap stadium
didapatkan? Tanda-tanda mana sajakah yang tidak didapatkan atau tidak
terlihat dengan jelas?
Ya, terdapat tanda-tanda yang khas pada setiap stadium anastesi sehingga
dapat dibedakan dengan jelas sudah memasuki stadium yang mana.
Efek euphoria (disertai rasa nyaman) sulit dideteksi pada percobaan ini.
3. Pada auskultasi, apakah yang didapatkan? Kenapa hal ini dapat terjadi?
Jelaskan!
Pemeriksaan denyut jantung dengan auskultasi menunjukkan berbagai
perubahan selama waktu kontrol serta saat anastesi dan saat sadar kembali.
Relaksasi otot bergaris terjadi pada stadium tiga, dimulai dari akhir
stadium II, dimana pernafasan mulai teratur. Ditandai dengan pernafasan
teratur, pernafasan torakal sama kuat dgn pernafasan abdominal,
pergerakan bola mata terhenti, kadang-kadang letaknya eksentrik,
pupil mengecil lagi dan refleks cahaya (+), lakrimasi akan
meningkat, refleks farings dan muntah menghilang, dan tonus otot
menurun.
8. Cara pemberian anestesi pada percobaan ini disebut cara apa? Cara-cara
apa saja yang dapat digunakan pada pemberian anestesi umum?
Teknik anestesi umum dengan cara anestesi inhalasi. Untuk anestesi
umum, ada 3 cara pemberian yang dapat digunakan, yaitu anestesi
inhalasi, parenteral (IV, IM, drip), per-rectal.
11. Anasthesi umum apa sajakah yang tidak boleh digunakan pada penderita
yang baru menderita hepatitis infeksiosa?
Anasthesi halotan, enfluran, dan isofluran, karena jenis anasthesi ini akan
menghasilkan metabolit yang dapat merusak hepar.
12. Anastesi manakah yang baik / dapat digunakan pada penderita dengan
tuberculosis paru dupleks?
Anasthesi yang baik / dapat digunakan pada penderita dengan tuberculosis
paru dupleks adalah anasthesi yang tidak mengiritasi saluran napas dan
tidak merangsang sekresi kelenjar bronkus, yaitu Ketamin, karena hanya
menganasthesia area spesifik saja di otak, dan tidak menyebabkan depresi
pernafasan, sehingga nafas tetap normal.
13. Apakah pemberian adrenalin dapat dilakukan pada semua anasthesi diatas?
Dengan anastesi apa yang tidak boleh? Jelaskan!
Tidak. Pada anasthesi menggunakan halotan tidak boleh diberikan
adrenalin, karena halotan memberikan efek kardiovaskular dengan
meningkatkan sensitifitas miokardium terhadap adrenalin, sehingga jika
diberikan adrenalin, bisa menyebabkan terjadinya aritmia. Pada anestesi
menggunakan ketamin juga tidak boleh dikombinasikan dengan adrenalin
recovery-nya sudah lama dan tekanan darahnya sudah bisa meningkat
tanpa adrenalin
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Bekerjanya eter sebagai obat anestesi umum pada kelinci dapat dilihat
dengan pengamatan pada ciri-ciri tiap stadiumnya.
5.2 Saran
Sebaiknya dilakukan pengamatan secara teliti pada kelincing percobaan
sehingga dapat benar-benar dikethaui kapan kelinci mulai memasuki stadium
I,II, dst. Selain itu, juga perlu berhati-hati saat kelinci akan pulih dari
pengaruh obat anestesi karena kelinci cendrung memberontak.