Professional Documents
Culture Documents
( GUGAT REKONVENSI )
1. Gugat Konvensi adalah gugatan yang mula mula diajukan , yang berisikan tuntutan pihak penggugat agar
pihak lawan ( pihak tergugat ) melaksanakan suatu prestasi atau jasa kepada pihak penggugat .
3. Gugat Rekonvensi adalah gugatan balasan atau gugat balik , contoh : dalam hal ini diantara kedua belah pihak
yang sama ada kalanya ada suatu urusan lain , yang berisikan juga kewajiban salah satu pihak untuk
berprestasi kepada pihak yang lain ., dan dimana kita ketahui apabila akan mengajukan gugatan lagi harus
mmeklalui proses awal kembali , tetapi disini hukum memberikan jalan kepada pihak yang sedang
berperkara untuk tidak usah mengajukan gugatan baru tersebut . , melainkan cukup dengan mengajukan
tuntutan baliknya di dalam jawabannya terhadap gugatan semula .
1. Jika Penggugat dalam gugat asal mengenai sifat , sedangkan gugat balasan itu mengenai dirinya sendiri dan
sebaliknya
3. Jika dalam pemeriksaan tingkat 1 tidak dimasukkan gugat balasan , maka dalam tingkat banding maupun
kasasi
- sebab di dalam haper dalilnya “ siapa yang mengemukakan dalil , maka dia yang berkewajiban
membuktian dalilnya , tersebut apabila dalil tersebut disangkal olehnya.
10. Gugat Rekonvensi , ada hal- hal yang tidak membenarkan untuk mengajukan gugat rekonvensi , yaitu tidak
boleh menarik orang yang tidak bersangkut paut dengan gugatan rekonvensinya
Rekonvensi adalah gugatan balasan yang diajukan oleh Tergugat asli (penggugat dalam rekonvensi) yang
digugat adalah Penggugat asli (Tergugat dalam rekonvensi) dalam sengketa yang sedang berjalan antara
mereka.
Gugat rekonvensi diatur dalam pasal 132a dan 132b HIR yang disisipkan dalam HIR dengan Stb. 1927-300
yang diambil alih dalam pasal 244-247 B. Rv. sedangkan dalam R.Bg tentang rekonvensi ini diatur dalam
pasal 157 dan 158. dalam hukum Acara Perdata, gugat rekonvensi ini dikenal dengan “gugat balik”
berhubung Tergugat juga melakukan wanprestasi pada Tergugat. Tergugat baru dapat melakukan gugat
rekonvensi apabila secara kebetulan berkaitan dengan hokum kebendaan yang sedang diperiksa dalam
sidang Pengadilan, gugat rekonvensi tidak boleh dilaksanakan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
hukum perorangan atau yang menyangkut dengan status orang. Jadi tidak semua gugatan Penggugat dibalas
dengan gugat rekonvensi. Tuhuan gugat rekonvensi ini adalah untuk mengimbangi gugatan Penggugat,
agar sama-sama dapat diperiksa sekaligus.Di samping itu, tujuan daripada gugat rekonvensi ini adalah:
a) Menggabungkan dua tuntutan yang berhubungan untuk diperiksa dalam persidangan sekaligus,
b) Mempermudah prosedur pemeriksaan,
c) Menghindarkan putusan yang saling bertentangan satu sama lain,
d) Menetralisir tuntutan konvensi,
e) Memudahkan acara pembuktian dan menghemat biaya.
Dengan dimungkinkannya pihak Tergugat mengajukan gugat rekonvensi kepada Penggugat, maka
Tergugat tidak perlu mengajukan gugat baru, gugatan rekonvensi ini cukup diajukan bersama-sama dengan
jawaban terhadap gugatan Penggugat. Jadi dalam gugatan itu ada gugatan yang saling berlawanan yaitu
gugatan konvensi (gugat asal) dan gugatan rekonvensi (gugat balik).
Dalam gugatan konvensi Penggugatnya adalah Penggugat asal, dan Tergugatnya adalah Tergugat asal,
sedangkan dalam gugat rekonvensi Penggugatnya adalah Tergugat atau salah seorang dari Tergugat asal
yang disebut Penggugat dalam rekonvensi.
Beberapa syarat gugat rekonvensi diajukan di muka persidangan Pengadilan Agama, yakni:
a) Gugatan rekonvensi harus diajukan bersama-sama dengan jawaban pertama oleh Tergugat baik tertulis
maupun dengan lisan. Namun menurut Wiryono Projodikoro, gugatan rekonvensi masih dapat diajukan
dalam acara jawab menjawab dan sebelum acara pembuktian.
b) Tidak dapat diajukan dalam tingkat banding, bila dalam tingkat pertama tidak diajukan.
c) Penyusunan gugatan rekonvensi sama dengan gugatan konvensi.
Menurut ketentuan Pasal 132 (a) HIR dan Pasal 157 R.Bg dalam setiap gugatan, tergugat dapat mengajukan
rekonvensi terhadap penggugat, kecuali dalam tiga hal, yaitu:
Intervensi adalah suatu aksi hukum oleh pihak yang berkepentingan dengan jalan melibatkan diri dalam
suatu perkara Perdata yang sedang berlangsung antara dua pihak yang berperkara.
Dasar hukum intervensi adalah pasal 279 sampai dengan pasal 282 B.Rv dan pasal 70-76 Rv. Tidak ada
ketentuan tersebut diatur dalam HIR dan RBg.
Dalam Reglement Op de Burgerlijke Rechtsvordering (RV) terdapat dua bentuk intervensi, yaitu Intervensi
yang bersifat menengahi (Tussenkomst) dan intervensi yang bersifat menyertai (Voeging). Kecuali dua
bentuk intervensi tersebut dijumpai juga dalam praktik Intervensi Vrijwaring.
lanjutan : eksepsi
Gugat balik atau gugat dalam rekonvensi diatur dalam Pasal. 132 (a) dan Pasal 132 (b)
HIR. Kedua pasal tersebut memberi kemungkinan bagi tergugat atau para tergugat untuk
mengajukan gugatan balik kepada penggugat. Yng disebut dengan gugat rekonvensi
adalah gugatan balasan yang diajukan oleh tergugat asli (penggugat dalam rekonvensi)
yang digugat adalah penggugat asli (tergugat dalam rekonvensi) dalam sengketa yang
sedang berjalan antara mereka. Penggugat rekonvensi dapat juga menempuh jalan lain
yakni dengan mengajukan gugatan baru dan tersendiri, lepas dari gugat asal.
Gugat balasan diajukan bersama=sama dengan jawaban, baik itu berupa jawaban
lisanatau tertulis, dalam praktik gugat balasan dapat diajukan selama belum dimulai
dengan pemeriksaan bukti, artinya belumsampai pada pendengaran keterangan saksi.
Sedang tujuan diperbolehkan mengajukan gugatan balasan atas gugatan penggugat
adalah:
1. Bertujuan menggabungkan dua tuntutan yang berhubungan.
2. Mempermudah prosedur.
3. Menghindarkan putusan-putusan yang saling bertentangan antara satu dengan yang
lainnya.
4. Menetralisir tuntutan konvensi.
5. Acara pembuktian dapat disederhanakan.
6. Menghemat biaya.
Gugatan rekonvensi hendaknya berkaitan dengan hal-hal yang berhubungan dengan
hukum kebendaan, bukan yang berhubungan dengan hukum perorangan atau berkaitan
dengan status seseorang.237 Sebagai contoh dalam praktek sidang peradilan agama, jika
suami selaku pemohon, kemudian pihak istri selaku termohon menuntut kepada pihak
suami sebagai pemohon asal perihal nafkah wajib, mut’ah, kiswah, mas kawin dan
pemeliharaan anak, Begitu juga bila istri mengajukan gugatan cerai terhadap suaminya
baik dengan jalan pelanggaran ta’lik talak (Sighot ta’lik talak) maupun syiqoq, maka
pihak suami sebagai tergugat mengajukan gugat balik (rekonvensi) tentang harta
bersama, pemeliharaan anal dan lain-lain.238
Beberapa syarat gugat rekonvensi diajukan dimuka persidangan pengadilan agama, yakni
:
1. Gugatan rekonvensi harus diajukan bersama-sama dengan jawaban pertamaoleh
tergugat baik tertulis maupun dengan lisan.239. namun menurut Wiryono Projodikoro,
gugatan rekonvensi masih dapat diajukan dalam acara jawab menjawabdan sebelum acara
pembuktian.
2. Tidak dapat diajukan dalam tingkat banding, bila dalam tingkat pertama tidak
diajukan.240.
3. Penyusunan gugatan rekonvensi sama dengan gugatan konvensi.
Baik gugat asal (konvensi) maupun gugatan balik (rekonvensi) pada umumnya
diselesaikan secara sekaligus dengan satu putusan, dan pertimbangan hukumnya memuat
dua hal, yakni pertimbangan hukum dalam konvensi dan pertimbangan hukum dalam
rekonvensi.
Menurut ketentuan pasal 132 (a) HIR dan pasal 157 R.Bg dalam setiap gugatan, tergugat
dapat mengajukan rekonvensi terhadap penggugat, kecuali dalam tiga hal, yaitu: 241.
Ciri-ciri tussenkomst:
Sebagai pihak ketiga yang berkepentingan dan berdiri sendiri.
Adanya kepentingan untuk mencegah timbulnya kerugian, atau kehilangan haknya yang
mungkin terancam.
Melawan kepentingan kedua belah pihak yang berperkara.
Dengan memasukkan tuntutan terhadap pihak-pihak yang berperkara (Penggabungan
tuntutan).
Syarat-syarat mengajukan tussenkomst adalah :
Merupakan tuntutan hak.
Adanya kepentingan hukum dalam sengketa yang sedang berlangsung.
Kepentingan tersebut harus ada hubungannya dengan pokok perkara yang sedang
berlangsung.
Kepentingan mana untuk mencegah kerugian atau mempertahankan hak puihak ketiga.
Keuntungan tussenkomst:
Prosedur beracara dipermudah dan disederhanakan.
Proses berperkara dipersingkat.
Terjadi penggabungan tuntutan.
Mencegah timbulnya putusan yang saling bertentangan.
Mengenai prosedur acaranya adalah pihak ketiga yang berkepentingan mengajukan
gugatan kepada Ketua Pengadilan Agama dengan melawan pihak yang sedang
bersengketa (Penggugat dan tergugat) dengan menunjuk nomor dan tanggal perkara yang
dilawan tersebut. Suarat gugatan disusun seperti gugatan biasa dengan memuat identitas,
posita dan potitum. Surat gugatan tersebut diserahkan ke meja I yang selanjutnya
diproses seperti gugatan biasa , dengan membayar biaya tambahan panjar perkara tetapi
tidak diberi nomor perkara baru melainkan memakai nomor perkara yang dilawan
tersebut dan dicatat dalam regester, nomor dan kolom yang sama.
Yang dilakukan oleh Ketua Pengadilan Agama adalah mendisposisikan kepada majlis
hakim yang menangani perkara itu. Kemudian ketua majlis mempelajari gugatan
intervensi tersebut dan membuat “penetapan” yang isinya memerintahkan kepada juru
sita agar pihak ketiga tersebut dipanggil dalam sidang yang akan dating untuk
pemeriksaan gugatan intervensi tersebut bersama pihak lawan. Terhadap intervensi
tersebut hakim akan menjatuhkan putusan “sela” untuk mengabulkan atau menolak
intervensi tersebut. Apabila dikabulkan maka intervenient ditarik sebagai pihak dalam
sengketa yang sedang berlangsung.
b. Voeging (menengahi).
Yang disebut dengan voeging yaitu suatu aksi hukum oleh pihak yang
berkepentingandengan jalan memasuki perkara perdata yang sedang berlangsung antara
penggugat dan tergugat untuk bersama-sama tergugat untuk menghadapi penggugat.
Perbedaannya dengan tussenkomst adalah keberpihakannya ditujukan langsung kepada
pihak tergugat.
Ciri-ciri voeging:
Sebagai pihak yang berkepentingan dan berpihak kepada salah satu pihak dari penggugat
atau tergugat.
Adanya kepentingan hukum untuk melindungi dirinya sendiri dengan jalan membela
salah satu yang bersengketa.
Memasukkan tuntutan terhadap pihak-pihak yang berperkara.
Syarat-syarat untuk mengajukan voeging adalah :
1. Merupakan tuntutan hak
2. Adanya kepentingan hukum untuk melindungi dirinya dengan jalan berpihak kepada
tergugat.
3. Kepentingan tersebut haruslah ada hubungannya dengan pokok perkara yang sedang
berlangsung.
Keuntungan voeging adalah :
Prosedur beracara dipermudah dan disederhanakan.
Proses berperkara dipersingkat.
terjadinya penggabunga tuntutan
Mencegah timbulnya putusan yang saling bertentangan.
Prosedur acaranya adalah pihak ketiga yang berkepentingan mengajukan permohonan
kepada Ketua Pengadilan Agama dengan mencampuri yang sedang bersengketa, yaitu
penggugat dan tergugat untuk bersama-sama salah satu pihak menghadapi pihak lain
guna kepentingan hukumnya. Permohonan dibuat seperti gugatan biasa dengan menunjuk
nomor dan tanggal perkara yang akan diikutinya itu.
Permohonan voeging dimasukkan pada meja pertama dan diproses oleh kasir dan meja II
sampai pada ketua, kemudian ketua Pengadilan Agama menyerahkan berkas tuntutan itu
lewat panitera kepada majlis hakim yang menangani perkara itu, kemudian majlis hakim
memberikan penetapan , dengan isi penetapan menolak atau menerima pihak ketiga untuk
turut campur dalam sengketa tersebut, apabila dikabulkan maka permohonan ditarik
sebagai pihak dalam sengketa yang sedang berlangsung.
A. Vrijwaring (penarikan)
Vrijwaring atau penarikan pihak ketiga dalamperkara adalah suatu aksi hukum yang
dilakukan oleh tergugat untuk menarik pihak ketiga dalam perkara guna menjamin
kepentingan tergugat menghadapi gugatan penggugat.
Adapun cirri-ciri Vrijwaring adalah :255
Merupakan penggabungan tuntutan.
Salah satu pihak yang bersengketa menarik pihak ketiga didalam sengketa.
Keikut sertaan pihak ketiga timbul karena dipaksa dan bukan karena kehendaknya.
Tujuan salah satu pihak (tergugat) menarik pihak ketiga adalah agar pihak ketiga yang
ditarik dalam sengketa yang sedang berlangsung akan membebaskan pihak yang
memanggilnya (tergugat) dari kemungkinan akibat putusan tentang pokok perkara.
Prosedur Vrijwaring tergugat dalam jawabannya atau dupliknya memohon kepada majlis
hakim yang memeriksa perkaranya agar pihak ketiga yang dimaksudkan oleh tergugat
sebagai penjamin ditarik masuk kedalam proses perkara untuk menjamin tergugat.Majlis
hakim dengan penetapan yang dimuat dalam berita acara persidangan memerintahkan
memanggil pihak ketiga tersebut dalam persidangan yang akan datanguntuk pemeriksaan
vrijwaring bersama-sama penggugat dan tergugat .
Dari hasil pemeriksaan itu hakim menjatuhkan “putusan sela” untuk menolak atau
mengabulkan permohonan vrijwaring tersebut. Apabila dikabulkan maka pihak pihak
ketiga ditarik masuk dalam proses perkara tersebut.
C. Komulasi Gugatan.
Komulasi gugatan tidak diatur dalam HIR atau BW, bahwa yang disebut dengan gugatan
adalah diajukan oleh seorang, karena ia merasa haknya dilanggar. Jadi dalam hal ini ada
kepentingan dari yang bersangkutan sehubungan dengan pe3ngajuan gugatan tersebut,
yaitu adanya suatu fakta hukum yang menjadi dasar gugatan. Komulasi yang tidak ada
hubungannya sama sekali adalah tidak benar.
Pada umumnya gugatan harus berdiri sendiri , penggabungan gugatan yang
diperkenankan sepanjang masih dalam batas-batas tertentu, yaitu apabila pihak penggugat
atau pihak tergugat adalah mereka yang secara nyata telah bersengketa yang diajukan
dimuka persidangan dan dalam penggabungan gugatan itu memang sudah diatur dalam
undang-undang, sebagai contoh gugatan perceraian, didalamnya terdapat masalah lain
yang melekat pada gugatan perceraian tersebut, seperti pembagian harta bersama, nafkah
anak, nafkah istri dan penguasaan anak.
Contoh lain dalam hal gugatan hak waris, apabila suatu warisan diperebutkan oleh
beberapa ahli waris, maka hal tersebut adalah diperbolehkan karena yang menjadi
persengketaan pada hakekatnya adalah satu persoalan tentang kewarisan, bahkan hal ini
sudah menjadi yurisprodensi Mahkamah Agung, bahwa dalam hal gugatan mengenai
warisan, penggugat harus menggugat semua ahli waris sebagai pihak dalam perkara waris
tersebut.
Permohonan penggabungan gugatan itu apabila diajukan oleh penggugat harus diajukan
dalam surat gugatan kedua atau gugatan yang berikutnya, sedangkan apabila diajukan
oleh pihak tergugat, maka hal itu harus diajukan bersama-sama dengan jawaban pertama,
apabila permohonan dikabulkan , maka perkara yang baru itu akan diserahkan kepada
majlis hakim yang memeriksa perkara yang pertama untuk digabungkan, penggabungan
dan komulasi gugatan diatur dalam pasal 134 dan 135 RV. Dalam bahasa Belanda disebut
dengan voeging van zaken, untuk menggabungkan perkara tersebut dijatuhkan dengan
putusan sela yang disebut dengan putusan insidentil.
Komulasi gugatan kemungkinan terjadi dalam 3 (tiga) bentuk yakni :
3. Concursus (kebersamaan)
Komulasi kebersamaan yang dimaksud adalah apabila seseorang penggugat mempunyai
beberapa tuntutan yang meneju pada suatu akibat hukum saja. Dimana apabila satu
tuntutan sudah terpenuhi, maka tuntutan yang lain dengan sendirinya terpenuhi juga.
Contoh permonan pemohon dalam hal terlaksanya pernikahan yang terhambat karena
masalah wali adhal, dispensasi nikah, dan ijin kawin. Ketiga hal tersebut hamper serupa
dalam persoalannya dan memiliki tujuan yang sama pula yakni terlaksanya pernikahan,
maka ketiga hal tersebitdapat digabung menjadi satu, sehingga apabila ijin kawin
dikabulkan maka dengan sendirinya kedua hal yang lain tersebut mengikutinya.