You are on page 1of 13

Askep Pneumonia

AKPER PPNI SOLO, 8.14.2009

Askep pneumonia infeksi atau radang yang cukup serius pada paru-paru. Dari jenis-jenis pneumonia

itu ada yang spesifik/khusus yang disebut dengan tuberkulosis atau tbc atau Tb, yang disebabkan oleh

bakteri tuberkulosa. Jenis yang lain, adalah SARS yang adalah pneumonia akibat -sampai hari ini-

virus

Pneumonia Virus adalah infeksi paru-paru yang disebabkan oleh virus.

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau alveoli. Terjadinya

pneumonia, khususnya pada anak, seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus,

sehingga biasa disebut dengan bronchopneumonia. Gejala penyakit tersebut adalah nafas yang cepat

dan sesak karena paru-paru meradang secara mendadak.

Pneumonia merupakan radang paru yang disebabkan mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, dan

parasit).

Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya konsolidasi akibat

eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993).

Penumonia adalah inflasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan di dalam

alveoli. Hal ini terjadi ini terjadi akibat adanya invaksi agen atau infeksius adalah adanya kondisi yang

mengganggu tahanan saluran. Trakhabrnkialis, adalah pun beberapa keadaan yang mengganggu

mekanisme pertahanan sehingga timbul infeksi paru misalnya, kesadaran menurun, umur tua,

trakheastomi, pipa endotrakheal, dan lain-lain. Dengan demikian flora endogen yang menjadi patogen

ketika memasuki saluran pernafasa. ( Ngasriyal, Perawatan Anak Sakit, 1997)

Pneumonia adalah sebuah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang

bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer menjadi "inflame" dan terisi oleh cairan.

Pneumonia dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur,

atau parasit. Pneumonia dapat juga disebabkan oleh iritasi kimia atau fisik dari paru-paru atau sebagai

akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau terlalu banyak minum alkohol.
B. ETIOLOGI

Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara primer atau sekunder setelah

infeksi virus. Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri positif-gram, Streptococus

pneumoniae yang menyebabkan pneumonia streptokokus. Bakteri Staphylococcus aureus dan

streptokokus beta-hemolitikus grup A juga sering menyebabkan pneumonia, demikian juga

Pseudomonas aeruginosa. Pneumonia lainnya disebabkan oleh virus, misalnya influenza. Pneumonia

mikoplasma, suatu pneumonia yang relatif sering dijumpai, disebabkan oleh suatu mikroorganisme

yang berdasarkan beberapoa aspeknya, berada di antara bakteri dan virus. Individu yang mengidap

acquired immunodeficiency syndrome, (AIDS) sering mengalami pneumonia yang pada orang normal

sangat jarang terjadi yaitu pneumocystis carinii. Individu yang terpajan ke aerosol dari air yang lama

tergenang, misalnya dari unit pendingin ruangan (AC) atau alat pelembab yang kotor, dapat mengidap

pneumonia Legionella. Individu yang mengalami aspirasi isi lambung karena muntah atau air akibat

tenggelam dapat mengidap pneumonia asporasi. Bagi individu tersebut, bahan yang teraspirasi itu

sendiri yang biasanya menyebabkan pneumonia, bukan mikro-organisme, denmgan mencetuskan

suatu reaksi peradangan.

Etiologi:

n Bakteri : streptococus pneumoniae, staphylococus aureus

n Virus : Influenza, parainfluenza, adenovirus

n Jamur : Candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis, coccidioido mycosis, cryptococosis, pneumocytis

carini

n Aspirasi : Makanan, cairan, lambung

n Inhalasi : Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas

Pneumonia virus bisa disebabkan oleh:

Virus sinsisial pernafasan

Hantavirus

Virus influenza

Virus parainfluenza

Adenovirus

Rhinovirus

Virus herpes simpleks

Sitomegalovirus.
Virus Influensa

Virus Synsitical respiratorik

Adenovirus

Rubeola

Varisella

Micoplasma (pada anak yang relatif besar)

Pneumococcus

Streptococcus

Staphilococcus

Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah: - virus sinsisial pernafasan - adenovirus

- virus parainfluenza dan - virus influenza.

Faktor-faktor risiko terkena pneumonia, antara lain, Infeksi Saluran Nafas Atas (ISPA), usia lanjut,

alkoholisme, rokok, kekurangan nutrisi, Umur dibawah 2 bulan, Jenis kelamin laki-laki , Gizi kurang,

Berat badan lahir rendah, Tidak mendapat ASI memadai, Polusi udara, Kepadatan tempat tinggal,

Imunisasi yang tidak memadai, Membedong bayi, efisiensi vitamin A dan penyakit kronik menahun.

Faktor-faktor yang meningkatkan resiko kematian akibat Pnemonia

ü Umur dibawah 2 bulan

ü Tingkat sosio ekonomi rendah

ü Gizi kurang

ü Berat badan lahir rendah

ü Tingkat pendidikan ibu rendah

ü Tingkat pelayanan (jangkauan) pelayanan kesehatan rendah

ü Kepadatan tempat tinggal

ü Imunisasi yang tidak memadai

ü Menderita penyakit kronis

KLASIFIKASI

Menurut buku Pneumonia Komuniti, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia yang

dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003 menyebutkan tiga klasifikasi pneumonia.

Berdasarkan klinis dan epidemiologis:


o Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).

o Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial pneumonia).

o Pneumonia aspirasi.

o Pneumonia pada penderita immunocompromised.

Berdasarkan bakteri penyebab:

o Pneumonia bakteri/tipikal.

Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering diistilahkan dengan pneumonia akibat

kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga mereka yang telah lanjut usia.

Para peminum alkohol, pasien yang terkebelakang mental, pasien pascaoperasi, orang yang menderita

penyakit pernapasan lain atau infeksi virus adalah yang mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah

dan menjadi sangat rentan terhadap penyakit itu.

Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri

pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-paru.

Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus, bahkan sebagian

besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi

cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran

darah. Bakteri Pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia bakteri

tersebut.

Gejalanya

Biasanya pneumonia bakteri itu didahului dengan infeksi saluran napas yang ringan satu minggu

sebelumnya. Misalnya, karena infeksi virus (flu). Infeksi virus pada saluran pernapasan dapat

mengakibatkan pneumonia disebabkan mukus (cairan/lendir) yang mengandung pneumokokus dapat

terisap masuk ke dalam paru-paru.

Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka, misalnya klebsiella pada

penderita alkoholik, staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza. Pneumonia Atipikal.

Disebabkan mycoplasma, legionella, dan chalamydia.

o Pneumonia Akibat virus.

Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza (bedakan dengan bakteri hemofilus influenza

yang bukan penyebab penyakit influenza, tetapi bisa menyebabkan pneumonia juga).
Gejalanya

Gejala awal dari pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk kering,

sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam penderita menjadi sesak, batuk lebih

parah, dan berlendir sedikit. Terdapat panas tinggi disertai membirunya bibir.

Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena bakteri. Hal itu yang disebut

dengan superinfeksi bakterial. Salah satu tanda terjadi superinfeksi bakterial adalah keluarnya lendir

yang kental dan berwarna hijau atau merah tua.

o Pneumonia jamur,

sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita dengan daya tahan lemah

(immunocompromised).

Berdasarkan predileksi infeksi:

o Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar dari pohon

bronkus) baik kanan maupun kiri.

o Pneumonia bronkopneumonia, pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai

tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada

bayi atau orang tua. Pada penderita pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan

cairan yang lain. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara bersih (oksigen) dan

mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh menderita kekurangan oksigen

dengan segala konsekuensinya, misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super

infeksi) dan sebagainya. Jika demikian keadaannya, tentu tambah sukar penyembuhannya. Penyebab

penyakit pada kondisi demikian sudah beraneka macam dan bisa terjadi infeksi yang seluruh tubuh.

C. PATOFISIOLOGI

Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau kuman di tenggorokan terisap

masuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui darah dari luka di tempat lain, misalnya di kulit.

Jika melalui saluran napas, agen (bibit penyakit) yang masuk akan dilawan oleh pelbagai sistem

pertahanan tubuh manusia. Misalnya, dengan batuk-batuk, atau perlawanan oleh sel-sel pada lapisan

lendir tenggorokan, hingga gerakan rambut-rambut halus (silia) untuk mengeluarkan mukus (lendir)

tersebut keluar. Tentu itu semua tergantung besar kecilnya ukuran sang penyebab tersebut.

Terpajan Bakteri
Teraspirasi ke dalam Bronkus Distal dan Alveoli

Konsolidasi Paru

Darah di Sekitar Alveoli Tidak Berfungsi Peradangan / Inflamasi di Paru

Hipoksia Ketidakadekutan Pembentukan Edema

Pertahanan Utama

Dx : Kerusakan Pertukaran Gas Dx : Ketidakefektifan

Dx : Infeksi, Resiko Tinggi Bersihan Jln Nfs

Keperawatan Medikal Bedah, Barbara C. Long

D. MANIFESTASI KLINIS

Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi saluran nafas atas akut selama beberapa hari.

Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat mencapai 40 derajat celsius, sesak

nafas, nyeri dada, dan batuk dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau.

Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit

kepala.

Tanda dan Gejala berupa:

Batuk nonproduktif

Ingus (nasal discharge)

Suara napas lemah

Retraksi intercosta

Penggunaan otot bantu nafas

Demam

Ronchii

Cyanosis

Leukositosis

Thorax photo menunjukkan infiltrasi melebar


Batuk

Sakit kepala

Kekakuan dan nyeri otot

Sesak nafas

Menggigil

Berkeringat

Lelah.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan: - kulit yang lembab - mual dan muntah - kekakuan sendi.

Secara umum dapat dibagi menjadi :

Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala, iritabel, gelisah, malise,

nafsu makan kurang, keluhan gastrointestinal.

Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnu, ekspektorasi sputum, napas cuping

hidung, sesak napas, air hunger, merintih, dan sianosis. Anak yang lebih besar dengan pneumonia

akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada.

Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat bernapas

bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas

melemah, dan ronki.

Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskursi dada tertinggal di daerah efusi, perkusi pekak,

fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler tepat di atas batas cairan, friction rub,

nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri berkurang bila efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri

tumpul), kaku kuduk/meningismus (iritasi meningen tanpa inflamasi) bila terdapat iritasi pleura lobus

atas, nyeri abdomen (kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan

bawah). Pada neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura pada bayi akan

menimbulkan pekak perkusi.

Tanda infeksi ekstra pulmunal.

E. KOMPLIKASI

n Abses paru

n Edusi pleural

n Empisema

n Gagal nafas

n Perikarditis
n Meningitis

n Atelektasis

n Hipotensi

n Delirium

n Asidosis metabolik

n Dehidrasi

n Penyakit multi lobular

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

§ Sinar X

Mengidentifikasikan distribusi strukstural (mis. Lobar, bronchial); dapat juga menyatakan abses

luas/infiltrate, empiema (stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bacterial); atau

penyebaran/perluasan infiltrate nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada

mungkin bersih.

§ GDA

Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.

§ JDL à leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi

tekanan imun.

§ LED à meningkat

§ Fungsi paru à hipoksemia, volume menurun, tekanan jalan nafas meningkat dan komplain menurun.

§ Elektrolit à Na dan Cl mungkin rendah

§ Bilirubin à meningkat

§ Aspirasi / biopsi jaringan paru

Alat diagnosa termasuk sinar-x dan pemeriksaan sputum. Perawatan tergantung dari penyebab

pneumonia; pneumonia disebabkan bakteri dirawat dengan antibiotik.

Pemeriksaan penunjang:

Rontgen dada

Pembiakan dahak

Hitung jenis darah

Gas darah arteri.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

PENGOBATAN
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotik per-oral (lewat mulut)

dan tetap tinggal di rumah.

Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau paru-

paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen

tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.

Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik

dalam waktu 2 minggu.

Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai yang ditentukan oleh

pemeriksaan sputum mencakup :

Oksigen 1-2 L/menit.

IVFD dekstrose 10 % : NaCl 0,9% = 3 : 1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai berat

badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.

Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik

dengan feeding drip.

Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk

memperbaiki transport mukosilier.

Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.

Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :

Untuk kasus pneumonia community base :

ü Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.

ü Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian

Untuk kasus pneumonia hospital base :

ü Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.

ü Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Identitas : -
Umur : Anak-anak cenderung mengalami infeksi virus dibanding dewasa Mycoplasma terjadi pada

anak yang relatif besar

Tempat tinggal : Lingkungan dengan sanitasi buruk beresiko lebih besar

Riwayat Masuk

Anak biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas, cyanosis atau batuk-batuk disertai dengan

demam tinggi. Kesadaran kadang sudah menurun apabila anak masuk dengan disertai riwayat kejang

demam (seizure).

Riwayat Penyakit Dahulu

Predileksi penyakit saluran pernafasan lain seperti ISPA, influenza sering terjadi dalam rentang waktu

3-14 hari sebelum diketahui adanya penyakit Pneumonia.

Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan dapat memperberat klinis penderita

Pengkajian

Sistem Integumen

o Subyektif : -

o Obyektif : kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder), banyak keringat , suhu

kulit meningkat, kemerahan

Sistem Pulmonal

§ Subyektif : sesak nafas, dada tertekan, cengeng

§ Obyektif : Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk (produktif/nonproduktif), sputum

banyak, penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan diafragma dan perut meningkat, Laju

pernafasan meningkat, terdengar stridor, ronchii pada lapang paru,

Sistem Cardiovaskuler

o Subyektif : sakit kepala

o Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas darah menurun

Sistem Neurosensori

§ Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang

§ Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi

Sistem Musculoskeletal

o Subyektif : lemah, cepat lelah

o Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan penggunaan otot aksesoris

pernafasan

Sistem genitourinaria
§ Subyektif : -

§ Obyektif : produksi urine menurun/normal,

Sistem digestif

o Subyektif : mual, kadang muntah

o Obyektif : konsistensi feses normal/diare

Studi Laboratorik

§ Hb : menurun/normal

§ Analisa Gas Darah : acidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen darah, kadar karbon darah

meningkat/normal

§ Elektrolit : Natrium/kalsium menurun/normal

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Ø .Kerusakan Pertukaran Gas berhubungan dengan Gangguan pengiriman oksigen.

Ø Infeksi, Resiko Tinggi Terhadap (penyebaran) berhungan dengan Ketidakadekuatan pertahanan

utama.

Ø Ketdakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan pembentukan edema.

C. INTERVENSI

Ø Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pengiriman oksigen.

Keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan jalannya gas (Oksigen dan Karbondioksida)

yang aktual (atau dapat mengalami potensial) antara alveoli paru-paru dan sistem vaskular.

KH:

§ Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan

tak ada gejala distres pernapasan.

§ Berpartisipasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi.

Intervensi:

1) Kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan bernapas.

R : Manifestasi distres pernapasan tergantung pada/indikasi derajat keterlibatan paru dan status

kesehatan umum.

2) Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, napas dalam, dan batuk efektif.

R : Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret untuk

memperbaiki ventilasi.

3) Pertahankan istirahat tidur. Dorong menggunakan teknik relaksasi dan aktivitas senggang.

R : Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/konsumsi oksigen untuk memudahkan


perbaikan infeksi.

4) Observasi penyimpangan kondisi, catat hipotensi banyaknya jumlah sputum merah

muda/berdarah, pucat, sianosis, perubahan tingkat kesadaran, dispnea berat, gelisah.

R : Syok dan edema paru adalah penyebab umum kematian pada pneumonia dan membutuhkan

intervensi medik segera.

Ø Infeksi, Resiko Tinggi Terhadap (penyebaran) berhungan dengan Ketidakadekuatan pertahanan

utama.

KH:

· Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi.

· Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.

Intervensi:

1) Pantau tanda vital dengan ketat, khusunya selama awal terapi.

R : Selama periode waktu ini, potensial komplikasi fatal (\hipotensi/syok) dapat terjadi.

2) Anjurkan pasien memperhatikan pengeluaran sekret (mis., meningkatkan pengeluaran daripada

menelannya) dan melaporkan perubahan warna, jumlah dan bau sekret.

R : Meskipun pasien dapat menemukan pengeluaran dan upaya membatasi atau menghindarinya,

penting bahwa sputum harus dikeluarkan dengan cara aman.

3) Tunjukkan/dorong tehnik mencuci tangan yang baik.

R : Efektif berarti menurunkan penyebaran /tambahan infeksi.

4) Batasi pengunjung sesuai indikasi.

R : Menurunkan pemajanan terhadap patogen infeksi lain.

Ø Ketdakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan pembentukan edema.

Suatu Keadaan di mana seorang individu mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada

status pernapasan sehubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif.

KH:

· Tidak mengalami aspirasi

· Menunjukkan batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran udara dalam paru-paru.

Intervensi :

1) Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada.

R : Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena

ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan/atau cairan paru.

2) Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas adventisius, mis.,

krekels, megi.
R : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas bronkial (normal

pada bronkus) dapat juga terjadi pada area konsolidasi. Krekels, ronki, dan mengi terdengar pada

inspirasi dan/atau ekspirasi pada respons terhadap pengumpulan cairan, sekret kental, dan spasme

jalan napas/obstruksi.

3) Bantu pasien napas sering. Tunjukkan/bantu pasien mempelajari melakukan batuk, mis., menekan

dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi.

R : Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/jalan napas lebih kecil. Batuk adalah

mekanisme pembersihan jalan napas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan napas

paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkinkan upaya napas

lebih dalam dan lebih kuat.

4) Penghisapan sesuai indikasi.

R : Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tak mampu

melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran.

DAFTAR PUSTAKA

C, Barbara Long. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 2. 1996.

Yayasan IAPK Pajajaran : Bandung.

Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II Edisi Ketiga. 1999. Media Aesculapius : Jakarta.

E, Marilynn Doenges, Mary Frances Moorhouse and Alice C. Geissler. Rencana Asuhan Keperawatan.

1999.EGC : Jakarta.

Juall, Lynda Carpenito. Buku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. 2000. EGC : Jakarta.

http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php?

id=&iddtl=448&idktg=2&idobat=&UID=20070925204927125.160.92.2

http://www.info-sehat.com/content.php?s_sid=797

http://www.suarapembaruan.com/News/2003/04/27/Kesehata/kes1.htm

http://www.medistra.com/Artikel_Kesehatan/Pneumonia.html

http://asuhan-keperawatan.blogspot.com/2006/05/pneumionia.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Pneumonia

http://spiritia.or.id/li/bacali.php?lino=512

You might also like