You are on page 1of 10

Teori-Teori Hukum (Legal Theory) dari Para Pakar Hukum :

Legal theory stands between philosophy and political theory. It therefore is


dominated by the same antinomies. Legal theory takes its intellectual
categories from philosophy, its ideas of justice from political theory. Legal
theory, legal philosophy, and jurisprudence are interchangeably terms” :

Dari Buku Legal Theory : W. Friedmann, Prof Columbia University.

1. Filsuf Descartes yang mengatakan : “Cogito, ergo sum”, yang


dikembangkan oleh Immanuel Kant ... who establishes the individual
as the creator of the intelligible world of phenomena … “ kira-kira
maksudnya adalah bahwa orang adalah yang menghidupkan fenomena
dunia berpikir, sehingga sering dipopulerkan bahwa “Aku ada Aku
berpikir”
2. Kelsen’s pure theory of law :
3. Roscoe Pound : law as a tool of social engineering”
4. the two principal types of positivism in legal theory are analytical and
functional or pragmatic positivism;
5. ….
6. …
7. ….

Law of Nature :

1. The Roman lawyer Cicero drawing on Stoic Philosophy, usually


identified the three main components of any natural law : it is of
universal application, unchanging, and everlasting… God is the
author of this law, it’s promulgator, and its enforcing judge. This
underlines natural law is universality and immutability, it’s standing
as a ‘higher’ law, and its discoverability by reason (it is in this sense
‘natural’);

2. Thomas Aquinas (1225-1274) whose principal work Summa


Theologiae, he distinguishes between four categories of law : the
eternal law (divine reason known only to God), natural law (the
participation of the eternal law in rational creatures, discoverable by
reason), divine law (revealed in the scriptures), human law (supported
by reason and enacted for the common good). He states that a’law’
that fails to conform to natural or divine law is not a law at all. This is
usually expressed as lex iniusta non est lex (an unjust law is not law);

3. By the 17th century in Europe, the exposition of entire branches of the


law notably public international law, purported to be founded on
natural law. Hugo de Groot (1583-1645) or Grotius as he is generally
called, is normally associated with the secularization of natural law. In
his influential work, De Jure Belli ac Pacis, he asses that, even if God
did not exist, natural law would have the same content. This proved to
be an important basis for the developing discipline of public
international law;

4. Jeremy Bentham who described natural law as a mere work of the


fancy;

5. the principles of natural law have been used to justify revolution –


especially the American and the Frech – on the ground that the law
infringed individuals’ natural rights. Thus in America the revolution
against British colonial rule was based on an appeal to the natural
rights of all Americans, in the lofty words of the Declaration of
Independence of 1776, to ‘life, liberty and the pursuit of happiness’.
‘We hold these truths to be self-evident, that all men are created equal
that they are endowed by their Creator with certain unalienable
rights”;

6. Thomas Hobbes (1588-1679) is usually remembered for his dictum


that life is solitary, poor, nasty, brutish and short’ in his famous work.
Leviathan. Natural law, he contends, teaches us the necessity of self-
preservation. Hobbes concludes that peace is the first law of nature.
The second law of nature is that we mutually divest ourselves of
certain rights. This mutual transferring of rights is a contract.
Agreements need to be honoured. This is Hobbes’s third law of
nature;

7. John Locke (1632-1704) : on an account of man’s rights and


obligations under God, God owns the earth and has given it to us to
enjoy, there can therefore be no right of property…
8. Jean-Jacquires Rousseau (1712-1778) in his social contract is an
agreement between the individual and the community…

9. the Economic analysis of law : like utilitarianism, those who


champion an economic analysis of law believe that our rational
everyday choices ought to form the basis of what is just in society.
Each of us, it is argued, seeks to maximize our satisfactions – and if it
means paying for something that will achieve this objective, we are
generally willing to do so. In other words, if I want a Ferrari badly
enough, I will be prepared to find the money to buy one. The leader if
this latter-day form of economic hedonism is the jurist and judge
Richard Posner, Posner maintains that a good deal of the common law
can be explained as if judges were seeking to maximize economic
welfare

Dari Buku International Organizations by A. LeRoy Bennet, 1991 :

1. Hegel, Hobbes, and Machiavelli who uphold the power and


aggrandizement of individual states or rulers;

2. Ancient Greek philosophers as Plato (427-347) and Aristotle (384-


322). In his Laws, Plato esteemed wisdom and justice above courage.
He believed that a state should not neglect its military defence, but
the ideal state would be an isolated, self-sufficient unit with as little
dependence on the rest of the world as possible. Aristotle was also
ambivalent in his attitude toward war. He generally opposed war
except in self-defense, but in his politics he justified the conquest of
inferior people because he believed that some people were suited
only to serve as slaves;

3. Cicero believed in a universal and superior law of justice derived


through reason; Ibi ius ubi societas (ada hukum ada masyarakat), ubi
societas ibi ius (ada masyarakat ada hukum)

4. Hugo Grotius (1583-1645) as the father of modern international law.


Grotius believed that law is necessary in the relations among nations
and that it serves as limitation upon sovereignty. In his 1625 De Jure
Belli ac Pacis (on the law of war and peace), he expanded the
principles developmed by earlier scholars for a comprehensive
system of international law;

5. Jeremy Bentham in his principles of International Law (1786-89)


focused on the emancipation of all colonies and general disarmament
as twin fundamental principles for attaining an orderly world;

6. Immanuel Kant begins with an analysis of the nature of humanity.


People have two sides, on the one hand, they are selfish, egoistic, and
acquisitive, on the other hand, they are reasonable

Dari R. Otje Salman, Ikhtisar Filsafat Hukum, Armico, Bandung, 1986 :

1. Mochtar Kusumaatmadja : jurisprudence adalah ilmu yang


mempelajari pengertian-pengertian dasar dan sistem daripada hukum
secara lebih mendalam. Pengertian-pengertian dasar dan sistem
hukum tersebut disebut sebagai teori hukum, seperti subjek hukum,
hak dan kewajiban, peristiwa hukum, hubungan hukum, objek hukum
baik dalam sistem hukum perdata, pidana, adapt, tata Negara,
administrasi Negara, dan internasional. Pengertian secara lebih
mendalam adalah menyangkut filsafat hukumnya, seperti UUD 1945
filsafat hukumya ada pada pembukaan, sedangkan teori hukumnya
terdapat dalam Pasal 1-37. Demikian juga dalam UU organiknya
(pelaksanaan dari UUD 1945) bahwa filsafat hukumnya terdapat
dalam konsiderannya yang menunjuk pasal-pasal UUD 1945,
sehingga jiwa UU itu tidak terlepas dari Pembukaan UUD 1945.
Filsafat terapannya adalah Peranan hukum sebagai alat pembaharuan
masyarakat yang aslinya Law as a tool of social engineering sebagai
konsep Roscoe Pound yang menggambarkan situasi Amerika Serikat
yang masyarakatnya waktu itu adalah ras discriminated. Tindakan
masyarakat AS tersebut bertentangan dengan Konstitusi AS sendiri
yang dikatakan bahwa semua warga Negara AS adalah equal before
the law (sama di hadapan hukum). Jadi konsep tersebut hanya dapat
diterapkan di AS saja, sedangkan filsafat praktisnya adalah hukum
sebagai sarana pembaharuan masyarakat konsep hukum dari Mochtar
Kusumaatmadja (dari buku kecil ke-3 yang berjudul : “Hukum,
Masyarakat, dan Pembinaan Hukum Nasional”);

2. Ruang lingkup filsafat menurut Aristoteles meliputi :


a. Logika;
b. Filsafat teoretis yang meliputi : ilmu pengetahuan alam,
matematika, metafisika (filsafat kosmologi);
c. Filsafat praktis yang meliputi : etika, politik, ekonomi. Filsafat
hukum merupakan bagian daripada filsafat etika (yang
mengatur tingkah laku manusia tentang yang baik dan buruk).
Bagian lai dari filsafat etika adalah kesopanan, kesusilaan, dan
agama;
d. Poetika (estetika) misalnya kesenian.

3. Filsafat hukum membahas masalah tujuan hukum (1), menurut


Roscoe Pound adalah ketertiban guna mencapai keadilan, kepastian
hukum (menurut aliran positivisme hukum), kebahagiaan (menurut
Jeremy Bentham). Mengapa orang menaati hukum (2), seperti yang
dikemukakan oleh Demousteneus, yaitu bahwa karena hukum itu
berasal dari Tuhan, berasal dari kebiasaan orang yang bijaksana,
berasal dari kesusilaan, berasal dari persetujuan. Mengapa negara
berhak menghukum ?(3), karena seperti yang dikemukakan oleh Hans
Kelsen dengan teori kedaulatan negaranya. Hubungan hukum dengan
kekuasaan (4), seperti yang dikemukakan Mochtar Kusumaatmadja
(Buku ke-1 1970) bahwa hukum tanpa kekuasaan adalah angan-angan
dan kekuasaan tanpa hukum adalah kelaliman.

4. Asal mula hukum (teori imperatif) :


a. Teokrasi : asal mula hukum datang dari Tuhan (Thomas
Aquinas, Ausgustinus);
b. Kedaulatan hukum bahwa hukum berasal dari kesadaran hukum
masyarakat (Hans Krabbe);
c. Kedaulatan negara bahwa hukum berasal dari negara (Hans
Kelsen, George Jellineck);
d. Kontrak sosial/perjanjian masyarakat bahwa hukum berasal dari
adanya perjanjian masyarakat (Thomas Hobbes, John Locke, JJ
Rousseau. Hobbes dengan teorinya homo homini lupus bellum
omnium contra omnes lahirnya pactum unionis dan akhirnya
pactum subjektionis, konstruksinya monarkhi absolut. JJ
Rousseau dengan teorinya mengenal pactum unionis,
konstruksinya demokrasi mutlak, Mac Iver menyebut Rousseau
sebagai nabinya demokrasi;
e. Hans Kelsen menganut dualis, yaitu das sollen dan das sein,
dan sollen dilihat dari formalnya (bentuk) dan das sein dilihat
dari materiilnya (isinya yang mencerminkan grundnorm).
Mochtar Kusumaatmadja mengatakan bahwa hukum itu
mengandung normatif dan empiris (sosiologis) – lihat buku ke-
2 ”Pembinaan Hukum dalam Rangka Pembangunan Nasional”.

5. Carl von Savigny (Jerman) sebagai pelopor mazhab sejarah atau


Volkgeist (jiwa bangsa), dan Leon Duguit (Prancis) tentang solidaritas
sosial;

6. Tujuan hukum dan keadilan :


a. Aristoteles sebagai pendukung teori etis mengatakan bahwa
tujuan hukum yang utama adalah keadilan yang meliputi :
i. Distributif, didasarkan pada prestasi (jasa-jasa);
ii. Komutatif, tidak didasarkan pada jasa, tapi sama;
iii. Vindikatif, bahwa kejahatan harus setimpal dengan
hukumnya;
iv. Kreatif, harus ada perlindungn kepada orang yang kreatif
(cipta);
v. Protektif, ...
vi. Legalis, keadilan yang ingin diciptakan oleh UU

7. Jeremy Bentham sebagai pendukung teori kegunaan (utility theory)


bahwa tujuan hukum harus berguna bagi masyarakat untuk mencapai
kebahagiaan sebesar-besarnya. Kebahagiaan tersebut meliputi
individu dan masyarakat. Bentham dianggap sebagai bapak hukum
Inggris karena teorinya mendukung hukum yang berlaku di Inggris,
yaitu common law;
8. Apeldorn adalah pendukung teori gabungan keadilan dan kegunaan,
bahwa hukum itu harus memenuhi rasa keadilan dan berguna bagi
masyarakat.

9. Plato berpendapat bahwa keadilan merupakan cerminan tertib


individu dan menggambarkan keadaan harmonis;

10.Thomas Aquinas mengatakan bahwa ada keadilan menurut Tuhan dan


keadilan menurut ukuran manusia seperti yang dalam pendapatnya lex
aeterna (hukum abadi), lex divina (hukum Ilahi), lex naturalis (hukum
alam), lex positive.

11. Kranenburg menyatakan bahwa keadilan adalah adanya keseimbangan


antara hak dan kewajiban;

12.Mochtar Kusumaatmadja bahwa keadilan adalah suatu keadaan yang


mencerminkan nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang bersama-
sama dengan masyarakat;

Konsep-konsep/Aliran-aliran Hukum dalam Filsafat Hukum :

1. Aliran hukum alam, konsepnya bahwa hukum berlaku universal dan


abadi dengan para pendukungnya adalah Plato, Aristoteles, Thomas
Aquinas, Hugo Grotius. Dalil kaum Sofi : mempertahankan penguasa
bahwa penguasa adalah orang pilihan dan pada waktu itu pilihan pada
faktor darah (darah biru, bangsawan) yang patut jadi
pemimpin/penguasa sehingga jadi raja zaman Yunani. Socrates
melihat ada tindakan sewenang-wenang dari raja tsb. Plato berpendpat
bahwa apabila ada pertentangan antara hukum alam dan hukum
positif, maka hukum alam yang berlaku (idealis). Thomas Aquinas
membagi hukum dalam urutan teratas-terendah : lex aeterna (hukum
abadi), lex divina (hukum Tuhan), lex naturalis (hukum alam), dan lex
positive (hukum positif). Contoh hukum alam adalah diseluruh dunia
ada keadilan, hanya berbeda-beda bentuknya dan hukum positif,
hukum yang dibuat manusia adalah hukum yang berlaku pada waktu
dan tempat tertentu. Hukum perang dan mare liberum adalah contoh
hukum alam karena berlaku diseluruh dunia yang dikemukakan oleh
bapak hukum internasional Hugo Grotius;

2. Aliran positivisme hukum, konsepnya bahwa hukum merupakan


perintah penguasa yang berdaulat (John Austin) dan kehendak negara
(Hans Kelsen). Austin (Inggris) beranggapan bahwa hukum berisi
perintah, kewajiban, hak, kedaulatan, dan sanksi. Teori Austin :
analitical jurisprudence (hukum analitis) ada 2 bentuk, yaitu positive
law (UU) dan positive morality (hukum kebiasaan), hukum kebiasaan
akan diakui bila dikukuhkan menjadi UU oleh pejabat yang
berwenang (legislatif). Austin beraliran legisme yang menganggap
satu-satunya sumber hukum formil adalah UU, sedangkan kebiasaan
mengacu pada sistem hukum Inggris yang common law. Hans Kelsen
(Jerman) dengan 4 teorinya :
a. Teori hukum murni (pure theory of law) bahwa hukum harus
dibersihkan dari anasir-anasir yang non-juridis, yaitu hukum
tidak ada kaitannya dengan unsur etis, sosiologis, politis, dan
filosofis, jadi harus murni juridis normatif yang bersih dari
baik-buruk nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat, kekuasaan, dan keadilan;
b. Pendapat tentang rule of law berarti penegakan hukum yang
berarti hukuk ditegakan demi kepastian hukum, hukum sbg
sumber utama bagi hakim dalam memutus perkara (hakim
terompet UU/Pasal 22 AB), hukum itu tidak didasarkan pada
kebijaksanaan dalam pelaksanaannya, dan hukum itu bersifat
dogmatik;
c. Stufen bau des Recht : hukum itu bersifat hirarkhis bahwa
ketentuan yang paling bawah tidak boleh bertentangan dengan
ketentuan di atasnya, urutannya : Grundnorm, konstitusi, uu,
putusan pengadilan;
d. Dualis : hukum dalam arti bentuknya (formil) disebut das
sollen, dan hukum dalam arti isinya (materil) disebut das sein.
Kelsen disebut pengikut Neo-kantian.

3. Mazhab Sejarah (Jerman): dipelopori oleh Carl von Savigny sbg


reaksi atas kodifikasi hukum di Jerman karena pengaruh Code
Napoleon Prancis. Konsep hukumnya bahwa hukum tidak dibuat
melainkan tumbuh dan berkembang bersama-sama dengan
masyarakat, di Indonesia dikenal dengan hukum adat pengaruh
keseimbangan magis-religius;

4. Aliran Sociological Jurisprudence yang dipelopori oleh Eugen


Ehlich (Jerman), tetapi ternyata berkembang di AS dengan
pendapatnya Roscoe Pound dengan konsep hukumnya bahwa hukum
yang dibuat agar memperhatikan hukum yang hidup dalam
masyarakat (living law) baik tertulis maupun tidak tertulis. Aliran ini
mengakui sumber hukum UU dan kebiasaan. Pandangan ini
dipengaruhi oleh aliran positif-sosiologis August Comte yang
orientasinya sosiologis.

5. Aliran pragmatic legal realism lahir di AS dengan pelopornya


Roscoe Pound, pragmatic adalah berguna sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Konsep hukumnya bahwa hukum dapat berperan sebagai
alat pembaharuan masyarakat (law as a tool of social engineering)
sebagai upaya membangun persamaan di depan hukum antara orang
putih dan hitam karena waktu itu terjadi diskriminasi ras, sehingga
dengan adanya hukum sebagai alat tsb, diskriminasi ras dapat diatasi
dengan adanya persamaan hukum. Realisme hukum yang berkembang
di AS menganggap bahwa yang realis itu adalah adanya subjektivitas
hakim (sumber hukum utama adalah jurisprudence daru Supreme
Court). Pragmatisme yang dikemukakan William James
mempengaruhi lahirnya aliran pragmatic legal realism.

6. Aliran Marxis Jurisprudence yang dipelopori oleh Karl Marx


bahwa hukum itu harus memberi perlindungan kepada golongan
proletar (golongan ekonomi lemah);

7. Aliran Anthropolocal Jurisprudence yang dipelopori oleh Northrop


dan Mac Dougall. Northrop dalam karangannya tentang ”culture
values” bahwa hukum mencerminkan nilai sosial budaya, sedangkan
Mac Dougall tentang ”Values System” bahwa hukum mengandung
sistem nilai. Kedua pendapat tersebut mempengaruhi Mochtar
Kusumaatmadja dalam tulisannya ” Fungsi dan Perkembangan
Hukum dalam Pembangunan Nasional (1970) bahwa hukum dan nilai
sosial budaya yang dicerminkan adanya berbagai hukum adat (Van
Vollenhoven menyebutkan Indonesia mempunyai 19 lingkungan
hukum adat). Keadilan diukur dengan adanya keseimbangan kosmis
(magis religius);

8. Mazhab Unpad : lahir di Unpad tahun 1976 bahwa sarjana hukum


mampu membina hukum (academic lawyers) di samping practical
lawyers. Pencetus Mazhab ini adalah Mochtar Kusumaatmadja
(Dekan FH UNPAD) waktu itu. Konsep hukumnya adalah bahwa
hukum dapat berfungsi sebagai sarana pembaharuan masyarakat
(sebagai modifikasi konsep Roscoe Pound ’Law as a tool of social
engeneering’ dalam tulisan ke -3 Mochtar ’Hukum, Masyarakat, dan
Pembinaan Hukum Nasional’. Mazhab Unpad tersebut kemudian
menjadi mazhab pemerintah ’Filsafat Hukum Pembangunan dalam
GBHN 1973-1983 dan Teori Hukum Pembangunan pada Pelita II Bab
27 dan Pelita III Bab 23 (mengenai hukum).
9.

You might also like