You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sekitar tahun 1778 – 1829 Sir Humpry Duvy adalah orang pertama yang

berhasil memperoleh logam – logam golongan IA dan IIA serta masih banyak

para ilmuan yang berhasil menemukan unsur dari golongan IA dan IIA, seperti

Johanes Afzelius Arvision (Swedia) yang berhasil menemukan Litium, Vaaguelin

berhasil menemukan berilium, R.W. Bunsen dan Gr. R. Kirchoff berhasil

menemukan Sesium dan Rubidium.

Sifat utama logam alkali adalah mampu bereaksi dengan Air, Oksigen,

Halogen, Hidrogen, dan Belerang sehingga lebih reaktif . Sedangkan logam alkali

tanah kurang reaktifitasnya dibanding dengan logam alkali, artinya tidak bisa

bereaksi dengan Air, Oksigen, dan Hidrogen.

Untuk membuktikan kereaktifan dari kedua logam diatas, maka dapat

dilihat dalam percobaan ini

1.2. Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1. Maksud percobaan

Maksud dari percobaan kali ini yaitu untuk mempelajari beberapa sifat

unsur golongan IA dan IIA.


1.2.2. Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan kali ini yaitu untuk membedakan antara unsur yang

satu dan unsur yang lainnya, yaitu unsur yang termasuk pada golongan IA dan

golongan IIA.

1.3. Prinsip Percobaan

Menguji kelarutan NaOH dan H2SO4 pada BaCl2, MgCl2, CaCl2, dan SrCl2

dengan melihat endapan yang terbetuk. Serta membuktikan asam dan basa pada

logam Ca dan logam Na dengan meneteskan indikator Phenolpetalin(PP). Kedua

hal ini dilakukan untuk mengetahui reaktifitas unsur, kelarutan asam sulfat

(H2SO4), dan kelarutan garam Hidroksida (NaOH).

1.3.1. Reaktifitas unsur

Menguji kereaktifan logam – logam alkali dan alkali tanah dengan

mereaksikannya dangan air pada keadaan-keadaan tertentu dan

penambahan indikator
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Energi ionisasi dan afinitas elektron adalah dua sifat fisika yang membantu

dalam memahami jenis reaksi yang dialami oleh unsur – unsur dan sifat unsur –

unsur senyawa. Telah kita ketahui bahwa unsur – unsur dalam golongan yang

sama mempuyai sifat kimia yang mirip satu sama lainnya karena mempunyai

konfigurasi elektron terluar yang mirip. Kecenderungan lain kelakuan kimia unsur

– unsur utama adalah hubungan diagonal adalah kemiripan kelakuan antara

sepasang unsur dalam golongan dan periode yang berbeda didalam tabel

periodik(Respati,1986).

Di dalam membandingkan unsur-unsur dalam golongan yang sama, kita

harus melakukan parbandingan yang benar, yaitu harus di pilih unsur-unsur yang

jenisnya sama. Untuk itu kita akan membandingkan unsur-unsur golongan IA dan

golongan IIA karna unsur-unsur dalam kedua golongan tersebut adalah logam

(Respati,1986)

Unsur – unsur golongan IA mempunyai energi ionisasi yang rendah dan

mempunyai kecenderungan yang kuat melepaskan elektron valensi tunggalnya.


Logam – logam ini cukup reaktif sehingga jarang ditemukan di alam dalam

keadaan bebas. Unsur – unsur ini bereaksi dengan air menghasilkan gas Hidrogen

dan logam Hidroksida.

Unsur golongan IIA juga adalah logam reaktif, tetpi kurang reaktif jika

dibandingkan dengan logam alkali. Energi ionisasi pertama dan kedua logam –

logam ini menurun dari Berilium ke Barium. Jadi kecenderungannya adalah

membentuk ion Mg2+, dan didalam golongan, karakter ini meningkat dari atas

kebawah. Kebanyakan senyawa berilium dialam adalah senyawa molekul

dibanding senyawa ionik.

Reaktifitas logam alkai tanah terhadap air sangat berbeda – beda. Berilium

tidak bereaksi dengan air, magnesium bereaksi lambat dengan air mendidih :

Kalsium, Stronsium, dan barium cukup reaktif terhadap air dingin. Sifat – sifat

kimia kalsium dan Stronsium memberikan suatu contoh yang menarik dalam

sistem periodik(Respati,1986).

Unsur – unsur golongan IA dan IIA memiliki elektron terluar atau elektron

valensi satu atau dua, sehingga bersifat elektropositif, membentuk ion – ion tidak

berwarna, valensinya sama dengan nomor golongannya. Karena elektron

valensinya sama, unsur – unsur golongan IA mempunyai sifat – sifat kimia yang

sama, demikian pula unsur – unsur pada golongan IIA(Sukardjo,1985).

Sepanjaang periode, energi ionisasi bertambah. Dibandingkan dengan Li,

Be mempunyai tambahan satu elektron dan satu proton. Kenaikan energi ionisais

disini disebabkan oleh muatan yang bertambah. Pada periode kedua terdapat dua

patahan dalam grafik (Be B dan N O). Hal ini dapat dijelaskan dengan efek
sekatan. Energi ionisasi boron lebih kecil dibanding dengan ionisasi

berilium(Respati,1986).

Semakin besar afinitas elektron suatu unsur maka energi yang dilepaskan

semakin besar, sedangkan unsur – unsur gas yang memiliki afinitas elektron

positif berarti bahwa unsur – unsur tersebut membutuhkan energi untuk

membutuhkan ion negatif, natrium dan senyawanya sangat penting, logamnya

sebagai aliansi Na.Rb. dipakai untuk membuat tetraalkil, dan banyak kegunaannya

pada industri yang lain. Baik Na+ maupun K+ penting secara fisiologis dalam

hewan dan tanaman yaitu: sel – sel dapat membedakan Na+ dan K+ mungkin

engan beberapa jens mekanisme pengompleksan. Selain sifat ionik yang hakiki

dari senyawa golongan IA, terdapat beberapa derajat ikatan kovalen. Li dan Na

dapat diperoleh dengan elektrolisis garam leburan atau eutatik bertitik leleh

rendah seperti CaCl2 + NaCl. Karena titk lelehnya yang rendah dan mudah dibuat

melalui elektrolisis, namun diperoleh dengan mengolah lelehan klorida dengan

uap Na. Li, Na, atau K dapat tersebar dengan pelelehan pada berbaai padatan

pendukung, seperti Na2CO3, Kleselghur. Dengan air Na bereaksi hebat, dan K

meyala, dan Rb serta Cs bereaksi dengan menimbulkan ledakan. Perbedaan yang

mendasar terdapat pada ukuran kation yang ditunjukkan oleh reaksi dengan O2.

dalam udara atau O2 pada 1 atm, logam – logamnya terbakar. Li hanya

memberikan Li2O dengan sedikit runutan Li2O2. Na biasanya memberikan

perioksida Na2O2, tetapi akan berlanjut dengan adanya O2 dibawah tekanan serta

panas, menghasilkan superoksida NaO2. K, Rb, Cs, membentuk superoksida MO2.

kenaikan kestabilan perioksida dan super oksida sesuai dengan kenaikan ukuran
ion – ion alkali merupakan contoh yag khas mengenai kestabilan anion yang lebih

besar dengan kation yang lebih besar melalui pengaruh energi kisi(Cotton,1976).

BAB III

METODELOGI PERCOBAAN

3.1. ALAT DAN BAHAN


3.1.1. ALAT
Alat – alat yang digunakan dalam reaktifitas unsur yaitu : Tabung reaksi,

Cawan petridish, Pipet tetes, Gelas piala(500 mL), Lampu spirtus, Kertas Label,

Kertas Saring, dan Aquades.

3.1.2. BAHAN
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu : Logam Na, Mg

dan Ca, MgCl2, CaCl2, SrCl2, BaCl2 masing – masing 0,5 M, H2SO4, NaOH, dan

Indikator Phenolpetalin (pp).

3.2. PROSEDUR PERCOBAAN


A. Reaktifitas unsur:
1.a. Disiapkan dua buah tabung reaksi yang berisi air 2 mL.

b. Tabung reaksi (1) diisi dengan logam Mg dan tabung (2) dengan

logam Ca.

c. Diamati dan diperhatikan reaksi yang terjadi, jika tidak terjadi

reaksi, panaskan tabung hingga terjadi reaksi. (terjadi reaksi di

tandai adanya gelembung- gelembung gas).


2.a. Diapungkan secarik kertas saring di atas permukaan air dalam

cawan petridish.

b. Dengan digunakan pinset, diletakan sepotong logam Na di atas

kertas tersebut.

c. dibiarkan hingga ledakan kecil-kecil ( jangan terlalu dekat).

d. diteteskan indikator pp dan dicatat perubahan warnanya.

B. Kelarutan Garam Sulfat


a. Disiapkan 4 tabung reaksi.

b. Diisikan tabung reaksi (1) dengan MgCl2, tabung reaksi (2)

dengan CaCl2, tabung reaksi (3) dengan SrCl2, tabung reaksi (4) dengan

BaCl2, masing – masing 1mL dengan konsentrasi 0,5 M.

c. Ditambahkan 1mL H2SO4 0,5 M pada masing – masing tabung.

d. Diperhatikan endapan yang terbentuk (diperhatikan endapan yang

ada setiap tabung).

C. Kelarutan Garam Hidroksida

a. Disiapkan 4 tabung reaksi

b. Diisikan Tabung reaksi (1) dengan MgCl2, tabung reaksi (2)

dengan CaCl2, tabung reaksi (3) dengan SrCl2, dan tabung reaksi (4)

dengan BaCl2,masing – masing 1 mL dengan konsentrasi 0,5M.

c. Ditambahkan 1 mL NaOH 0,5M pada masing – masing tabung

reaksi tersebut. Kemudian diamati reaksi yang terjadi.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. TABEL PENGAMATAN

A. REAKTIFITAS UNSUR

Unsur Ditambah Air Dipanaskan Ditambah Keterangan


Dingin Phenolptalin(pp)
Bereaksi, terjadi
Na ledakan kecil, lalu Berwarna ungu Basa
nyala api.
Tidak ada
Mg Tidak ada reaksi reaksi/tidak Berwarna ungu Basa
berubah
Bereaksi, ada
gelembung –
Ca Bereaksi Berwarna ungu Basa
gelembung
gas

B. PENGENDAPAN GARAM SULFAT

Larutan DitambahkanH2SO4 Keterangan


MgCl2 0,5 M - Bening, bersifat asam
CaCl2 0,5 M - Bening, bersifat asam
SrCl2 0,5 M +++ Putih pekat, bersifat asam
BaCl2 0,5 M ++ Putih, bersifat asam
Keterangan :

(-) : Tidak terjadi perubahan

(++) : Terdapat endapan

(+++) : Teradapat banyak endapan


C. PENGENDAPAN GARAM HIDROKSIDA

Larutan Ditambahkan NaOH Keterangan


MgCl2 0,5 M ++ Bersifat Basa
CaCl2 0,5 M +++ Bersifat Basa
SrCl2 0,5 M + Bersifat Basa
BaCl2 0,5 M ++ Bersifat Basa
Keterangan :

(+) : Sedikit Keruh

(++) : Keruh

(+++) : Sangat Keruh

4.2. REAKSI

a. 2 Na + 2 H2O 2 NaOH + H2

Mg + 2 H2O 2 MgOH + H2

CA + 2 H2O Ca(OH)2 + H2

b. MgCl2 + H2SO4 MgSO4 + 2 HCl

CaCl2 + H2SO4 CaSO4 + 2 HCl

SrCl2 + H2SO4 SrSO4 + 2 HCl

BaCl2 + H2SO4 BaSO4 + 2 HCL

c. MgCl2 + NaOH Mg(OH)2 + 2 NaCl

CaCl2 + NaOH Ca(OH)2 + 2 NaCl

SrCl2 + NaOH Sr(OH)2 + 2 NaCl


BaCl2 + NaOH Ba(OH)2 + 2 NaCl

4.3. PEMBAHASAN

* Reaktifitas Unsur

Unsur Na jika ditambah air dingin akan bereaksi, dan apabila dipanaskan

tidak bereaksi, namun pada saat dietesi indikator phenopetalin maka Na akan

berwarna ungu. Ini menandakan Na bersifat basa.

Unsur Mg pada saat ditetesi air dingin tidak bereaksi, jika dipanaskan akan

bereaksi, dan pada saat ditetesi indikator pp akan berwrna ungu. Ini

menandakan Mg bersifat basa.

Unsur Ca bereaksi jika ditambah air dingin, dan akan lebih bereaksi jika

dipanaskan. Saat ditambah indiktor pp akan berwarna ungu. Ini berarti Ca

bersifat basa.

* Pengendapan Garam Sulfat

Jika larutan H2SO4 0,5 M ditambahkan pada :

a) Larutan MgCl2 0,5 M, maka akan menghasilkan larutan bening tanpa

terdapat endapan, yang menandakan MgCl2 0,5 M bersifat asam.

b) Larutan CaCl2 0,5 M, maka akan menghasilkan larutan bening tanpa

terdapat endapan, yang menandakan CaCl2 0,5 M bersifat asam.

c) Larutan SrCl2 0,5 M, maka akan menghasilkan larutan yang berwarna

putih pekat/kental, yang menandakan CaCl2 0,5 M bersifat basa.


d) Larutan BaCl2 0,5 M, maka akan menghasilkn larutan berwarna putih,

yang menandakan BaCl2 bersifat basa.

Percobaan ini membuktikan bahwa unsur-unsur makin ke bawah makin

mengendap.

* Pengendapan Garam Hidroksida

Jika larutan NaOH 0,5 M ditambahkan pada :

a). MgCl2 0,5 M, terbentuk larutan keruh yang bersifat basa.

b). CaCl2 0,5 M, terbentuk larutan sangat keruh yang bersifat basa.

c). SrCl2 0,5 M, terbentuk larutan sedikit keruh yang bersifat basa.

d). BaCl2 0,5 M, terbentuk larutan keruh yang bersifat basa.

Dari percobaan ini, CaCl2 0,5 M menghasilkan larutan keruh yang paling

baik karena Ca hanya bisa larut dalam basa, buktinya jika direaksikan dengan

asam, maka Ca tidak mengendap dan hanya menghasilkan larutan bening.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah melakukan percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa reaktifitas

unsur-unsur pada golongan IA dan IIA bertambah dari atas ke bawah.

Kelarutan garam sulfatnya makin ke bawah makin kecil. Pada pengendapan

garam hidroksida, yang lebih cepat mengendap adalah CaCl2, karena

hidroksida yang dimiliki Ca hanya sedikit yang larut dalam air, sehingga sisa

hidroksida yang tidak larut mengendap ke dasar tabung reaksi.

5.2. Saran

Bagi asisten agar lebih perlahan dalam menjelaskan, serta bagi keadaan

laboratorium agar kiranya lebih ditingkatkan kebersihannya.


DAFTAR PUSTAKA

Respati, 1986, Dasar-dasar Ilmu Kimia, Lephas_Unhas, Makassar.

Cotton, F.A., 1976, Kimia Anorganik Dasar, Jakarta.

Sukardjo, 1984, Ikatan Kimia, Jilid I,Erlangga, Jakarta.

You might also like