You are on page 1of 10

SURFAKTAN UNTUK DETERGENTT

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pilihan Emulsi dan Surfaktan
Kelas Reguler 2 Angkatan 2009

Disusun oleh :

Kelompok 1

1. Anggun Puspitarini S NIM: L2C309029


2. Ahmad Dzul Aufa NIM: L2C309031
3. Anisa Harismawati NIM: L2C309032
4. Fajar Prasetyo NIM: L2C309033
5. Avivah Novenda Putri NIM: L2C309010
6. Iva Puji Rahayu NIM: L2C309036

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2010
PENGERTIAN
Detergent adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu
pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan sabun,
detergent mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta
tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Detergent merupakan garam natrium dari asam sulfonat.
Rantai hidrokarbon, R, di dalam molekul sabun di atas mungkin rantai hidrokarbon yang
lurus atau rantai hidrokarbon yang bercabang.

Gambar 1. Molekul detergent rantai lurus dan bercabang


Detergent sudah sangat akrab di kehidupan kita, terutama bagi ibu rumah tangga.
Detergent digunakan untuk mencuci pakaian. Untuk menyempurnakan kegunaannya,
biasanya pabrik menambahkan natrium perborat, pewangi, pelembut, naturium silikat,
penstabil, enzim, dan zat lainnya agar fungsinya semakin beragam. Tapi diantara zat-zat
tersebut ada yang tak bisa dihancurkan/dilarutkan oleh mikroorganisme sehingga otomatis
menyebabkan pencemaran lingkungan. Apabila air yang mengandung detergent dibuang ke
dalam air, tercemarlah air dan pertumbuhan alga yang sangat cepat. Hal ini akan
menyebabkan kandungan oksigen dalam air berkurangan dan otomatis ikan, tumbuhan laut,
dan kehidupan air lainnya mati. Selain itu limbah detergent juga menyebabkan pencemaran
tanah yang menurunkan kualitas kesuburan tanah yang mengakibatkan tanaman serta hidupan
tanah termasuk cacing mati. Padahal cacing bisa menguraikan limbah organik, non organik &
menyuburkan tanah.
Bahan utama detergent ialah garam natrium yaitu asam organik yang dinamakan asam
sulfonik. Asam sulfonik yang digunakan dalam pembuatan detergent merupakan molekul
berantai panjang yang mengandungi 12 hingga 18 atom karbon per molekul.
Detergent pertama disintesis pada tahun 1940-an, yaitu garam natrium dari alkyl
hydrogen sulfat. Alkohol berantai panjang dibuat dengan cara penghidrogenan lemak dan
minyak. Alkohol berantai panjang ini direaksikan dengan asam sulfat menghasilkan alkil
hydrogen sulfat yang kemudian dinetralkan dengan basa.
Natrium lauril sulfat adalah detergent yang baik. Karena garamnya berasal dari asam
kuat, larutannya hampir netral. Garam kalsium dan magnesiumnya tidak mengendap dalam
larutannya, sehingga dapat dipakai dengan air lunak atau air sadah. Pada masa kini, detergent
yang umum digunakan adalah alkil benzenesulfonat berantai lurus. Pembuatannya melalui
tiga tahap. Alkena rantai lurus dengan jumlah karbon 14-14 direaksikan dengan benzena dan
katalis Friedel-Craft (AlCl3 atau HF) membentuk alkil benzena. Sulfonasi dan penetralan
dengan basa melengkapi proses ini.
Rantai alkil sebaiknya tidak bercabang. Alkil benzenasulfonat yang bercabang bersifat
tidak dapat didegradasi oleh jasad renik (biodegradable). Detergent ini mengakibatkan
masalah polusi berat pada tahun 1950-an, yaitu berupa buih pada unit-unit penjernihan serta
disungai dan danau-danau. Sejak tahun 1965, digunakan alkil benzenasulfonat yang tidak
bercabang. Detergent jenis ini mudah didegradasi secara biologis oleh mikroorganisme dan
tidak berakumulasi dilingkungan kita (Ratna,2010).

JENIS SURFAKTAN
Surfaktan merupakan suatu zat yang dapat menurunkan tegangan muka cairan yang
memudahkan proses penyebaran dan menurunkan tegangan antar muka di antara dua cairan.
Surfaktan biasa disebut dengan surface active agent yang berguna sebagai zat pembersih
(cleaning agents) pada sabun dan detergent (detergentts and soaps.com). Molekulnya terdiri
dari rantai panjang hidrokarbon dan group ionic yang larut dalam air (water soluble ionic
group). Pada dasarnya terdapat beberapa jenis detergent berdasarkan jenis surfaktannya,
yaitu:
1. Anionic detergentt
Pada jenis surfaktan ini terdapat group ion negatif sehingga dinamakan anionic
detergentt. Umumnya, bagian head merupakan gugus yang bermuatan negative. Sifat
detergentcy ditentukan oleh anion yang terdapat dalam rantainya. Apabila ingin
menghasilkan tingkat detergentcy optimum, maka anion dapat dinetralisasi dengan alkali
atau material yang bersifat basa.
Gambar 2. Anionic Detergentt
2. Kationik detergent
Kationic detergent memiliki head yang bermuatan positif. Sifat detergentcy berhubungan
dengan kation dimana berhubungan erat dengan ukuran molekul. Namun demikian,
kation detergent tidak memberikan efek detergentcy yang baik.

Gambar 3. Cationic Detergent

3. Nonionic detergent
Sebagaimana kata “nonionic” maka surfaktan pada detergentt ini tidak memiliki ion.
Oleh karena itu, detergentt ini tidak dapat bereaksi dengan ion-ion pada air keras
(Ophardt, 2003).

Gambar 4. Nonionic Detergentt


CARA PEMBUATAN
Detergent sintetis, atau deodesilsulfat akan dibuat dengan mereaksikan deodesil
alkohol (deodekanol) dengan asam sulfat.

Deodesilsulfat kemudian direaksikan dengan sodium hidroksida menjadi sodium


deodesilsulfat.

Prosedur pembuatannya (skala kecil) adalah sebagai berikut:


1. Masukkan 5 ml deodekanol ke dalam beaker glass 100 ml.
2. Masukkan 2 ml asam sulfat pekat secara perlahan ke dalam beaker glass, sambil
diaduk selama kurang lebih 1 menit. Diamkan larutan selama 10 menit.
3. Ke dalam beaker glass 250 ml dimasukkan es hingga sepertiga bagian, lalu tambahkan
10 g NaCl dan aduk hingga rata. Tambahkan air hingga volume menjadi 75 ml.
4. Larutkan 5 ml NaOH 6 M dalam 10 ml air di dalam beaker glass kecil. Aduk hingga
merata lalu tambahkan 4 tetes inddikator PP. Warna pink akan muncul dalam larutan
yang sangat basa.
5. Siapkan air es 25 ml.
6. Setelah 10 menit, masukkan larutan NaOH secara hati-hati ke dalam larutan
deodekanol-asam sulfat. Aduk hingga warna pink menghilang. Akan terbentuk
padatan detergentt dalam jumlah banyak.
7. Masukkan campuran detergent ke dalam es garam. Aduk untuk menghasilkan
semacam lumpur detergent.
8. Pisahkan detergent yang terendapkan secara filtrasi, dengan 2-3 lapis kain penyaring
yang ditempatkan pada funnel.
9. Cuci detergent yang didapatkan dengan 10 ml air es sebanyak dua kali.
10. Lepaskan kain penyaring dari funnel, peras air dari padatan detergent, kemudian
keringkan (Katz,2000).

FUNGSI DETERGENT DAN SURFAKTAN


Detergent adalah campuran berbagai bahan yang berfungsi mengangkat zat pengotor
yang terdapat pada permukaan zat tertentu agar kotororan yang telah terangkat tetap
tersuspensi dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Detergent merupakan sediaan
pembersih yang terdiri dari zat aktif permukaan (surfaktan), bahan pengisi, pemutih, pewangi
(bahan pembantu), bahan penimbul busa, dan optical brightener (bahan tambahan yang
membuat pakaian lebih cemerlang). Dibanding dengan sabun, detergent mempunyai
keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh
kesadahan air. Dalam kenyataannya di indonesia orang mengenal detergentt sebagai sabun
cuci pakaian saja padahal pada kenyataannya disemua aspek kehidupan kita menggunakan
detergent. misal di pelumas  kita menggunakan detergent untuk membantu agar mesin tidak
cepat kotor akibat sisa pembakarannya.
Daya bersih detergent dipengaruhi oleh:
1. jenis kotoran yang akan dihilangkan dan jenis air yang digunakan
2. surfaktan zat aktif detergent
3. bahan tambahan yang terkandung dalam detergent zat penetralisir kesadahan air, anti
endapan balik , enzym dll
Pada umumnya detergentt mengandung bahan-bahan sebagai berikut :
1. Surfaktan
Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai
ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi
menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel
pada permukaan bahan. Surfaktan merupakan bahan utama detergent. Pada detergent ini, jenis
muatan yang dibawa surfaktan adalah anionik. Kadang ditambahkan surfaktan kationik
sebagai bakterisida (pembunuh bakteri). Fungsi surfaktan anionik adalah sebagai zat
pembasah yang akan menyusup ke dalam ikatan antara kotoran dan serat kain. Hal ini akan
membuat kotoran menggulung, lama kelamaan menjadi besar, kemudian lepas ke dalam air
cucian dalam bentuk butiran.
Agar butiran ini tidak pecah kembali dan menempel di kain, perlu ditambahkan jenis
surfaktan lain yang akan membungkus butiran tersebut dan membuatnya tolak menolak
dengan air, sehingga posisinya mengambang. Ini untuk memudahkannya terbuang bersama air
cucian.
Pada umumnya kotoran yang dapat dihilangkan surfaktan adalah yang berasal dari
debu atau tanah. Bila kotoran lebih berat seperti noda makanan dan noda darah, perlu
ditambahkan enzim tertentu seperti enzim pengurai protein atau lemak. Namun, jika nodanya
sudah lama, akan sukar sekali dihilangkan karena antara noda dan serat kain dapat terjadi
reaksi polimerisasi yang menyatukan noda dengan kain. Secara garis besar, terdapat empat
kategori surfaktan yaitu:
a Anionik : Alkyl Benzene Sulfonate (ABS), Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS),
Alpha Olein Sulfonate (AOS)
b Kationik : Garam Ammonium
c Non ionik : Nonyl phenol polyethoxyle
d Amphoterik : Acyl Ethylenediamines
2. Builder
Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan
cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air.
a Fosfat : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)
b Asetat : Nitril Tri Acetate (NTA), Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA)
c Silikat : Zeolit
d Sitrat : Asam Sitrat
3. Filler
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan detergent yang tidak mempunyai kemampuan
meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh Sodium sulfat.
4. Aditif
Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik,
misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya
cuci detergent. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh :
Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC).
Selain itu, daya pembersih detergent juga tergantung pada bahan pengisi. Bahan
pengisi ini berfungsi menetralisir kesadahan air atau melunakkan air, mencegah menempelnya
kembali kotoran pada bahan yang dicuci dan mencegah terbentuknya gumpalan dalam air
cucian. Tetapi jika air terlalu sadah maka daya pembersih detergent apa pun tidak akan
optimal.
Kemampuan daya pembersih detergent ini dapat ditingkatkan jika cucian dipanaskan
karena daya kerja enzim dan pemutih akan efektif. Tetapi, mencuci dengan air panas akan
menyebabkan warna pakaian memudar. Jadi untuk pakaian berwarna, sebaiknya jangan
menggunakan air hangat/panas.
Sedangkan hubungan antara daya pembersih detergent dengan bahan penimbul busa
sama sekali tidak signifikan. Busa dengan luas permukaannya yang besar memang bisa
menyerap kotoran debu, tetapi dengan adanya surfaktan, pembersihan sudah dapat dilakukan
tanpa perlu adanya busa.

HLB (HYDROPHILIC LIPOPHILIC BALANCE)

MEKANISME SURFAKTAN SEBAGAI DETERGENTT


Proses pencucian pakaian untuk membersihkan kotoran yang menempel secara
memerlukan tiga jenis energi. Ketiga energi tersebut adalah:
a. Energi kimia, yang diberikan oleh detergent.
b. Energi termal, yang diberikan oleh air hangat atau panas.
c. Energi mekanik, yang berasal dari mesin cuci atau tangan.
Ketiga energi ini harus bekerja secara bersinergi sehingga proses pencucian bisa
efektif. Misalkan ada kotoran yang berupa minyak dan tanah yang menempel pada pakaian.
Jika menggunakan air saja tidak akan dapat membantu untuk menghilangkan minyak yang
sudah meresap ke dalam serat kain. Untuk itu digunakan detergent untuk melepaskan minyak
yang telah meresap ke serat kain. Air panas atau hangat dapat membantu melepaskan minyak
yang meresap dalam tanah yang menempel pada kain. Sedangkan energi mekanik yang
berasal dari gerakan mesin cuci atau tangan dapat membantu melepaskan tanah yang
menempel pada kain.
Detergent memiliki kandungan surfaktan yang dapat berfungsi untuk membersihkan
kotoran, khususnya yang menempel pada serat kain pakaian. Seperti yang sudah dipaparkan
pada penjelasan terdahulu, bahwa surfaktan memiliki bagian yang hidrofilik dan bagian yang
hidrofobik.

Gambar 5. Surfaktan mengelilingi minyak


Mekanisme proses pencucian yang dilakukan oleh detergent adalah sebagai berikut:
a. Surfaktan – surfaktan yang berasal dari detergent bergerak menuju minyak yang
menempel pada kain.
b. Surfaktan tersebut kemudian mengelilingi minyak dengan bagian ekor (hidrofob)
berada pada minyak dan bagian kepala surfaktan (hidrofil) berada pada air.
c. Pada proses surfaktan mencoba mengelilingi minyak inilah terjadi pelepasan minyak
yang menempel pada serat kain.
Gambar 6. Proses pencucian
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Conditioning agent, http://www.detergentsandsoaps.com/conditioning-agent.html
diakses dari: 6 Juni 2010.
Anonim, Emulsifiers, http://www.detergentsandsoaps.com/emulsifiers.html
diakses dari: 6 Juni 2010.
Anonim, How they work, http://www.detergentsandsoaps.com/how-they-work.html
diakses dari: 6 Juni 2010.
Anonim, Conditioning agent, http://www.detergentsandsoaps.com/conditioning-agent.html
diakses dari: 6 Juni 2010.
Gentschev, Pavel (Monheim, DE) et al. 2009.United States Patent Application 20090165821
Gentschev, Pavel (Dusseldorf, DE) et al. 2007 .United States Patent Application
20070054829
Katz, David A.2000. The science of soaps and detergents. Diakses dari :
www.chymist.com/soap%20and%20detergent.pdf, 6 Juni 2010.
Ophardt, Charles E. 2003.detergents and surfactans. Diakses dari: http://www.elmhurst .edu /
~chm/vchembook/558detergent.html, 6 Juni 2010.
Ratna dkk. 2010. Definisi detergent. Diakses dari : http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/
kimiasmk/kelas_xi/ definisi-detergen/, 8 Juni 2010.
Schulz, William E.1974.United States Patent 3816318
Wegst et al.1974.United States Patent 4826618

You might also like