You are on page 1of 25

Tugas Kelompok KDM IV

OLEH :

NURUL HALFYANI
NUR SUKMAWATY F.
RISKA ANDRIANA
RISNAWATI

SMK KESEHATAN TERPADU


MEGA REZKY MAKASSAR
2009
PEMBERIAN OBAT-OBATAN

A. PENTINGNYA PEMBERIAN OBAT DALAM KEPERAWATAN


Obat merupakan sebuah subastansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai
perawatan atau pengobatan, bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di
dalam tubuhnya. Seorang perawat yang akan bekerja secara langsung dalam pemenuhan
asuhan keperawatan sangat membutuhkan keterampilan dalam tindakan medis berupa
pengobatan. Mengingat tindakan yang bersifat dependen (kolaboratif), maka perawat
membutuhkan suatu peran tersendiri. Dalam pelaksanaan tugasnya, tenaga medis memiliki
tanggung jawab mengenai keamanan obat dan pemberian secara langsung kepada pasien.
Akan tetapi, kenyataannya di lapangan, pemberian obat yang merupakan peran dokter
dilakukan oleh perawat. Hal ini semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pasien dalam
pengobatan dan juga sebagai bagian dari kolaborasi perawat dengan dokter.
Karena dituntut untuk memahami secara lebih jauh proses pengobatan, maka perawat
dianjurkan untuk mempelajari farmakologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang efek dari
obat sehingga diharapkan mampu mengevaluasi efek pengobatan.
Pada kehidupan sehari-hari, kita biasa mendengar beberapa istilah yang berhubungan
dengan obat, di antaranya: generik, yaitu nama pertama dari pabrik yang sudah mendapatkan
lisensi dan belum diterima secara resmi; official, yaitu nama di bawah lisensi salah satu
publikasi resmi; chemikal, yaitu nama yang berasal dari susunan zat kimia, seperti obat
acetylsalicyic acid atau aspirin; nama dagang (trade mark), yaitu nama yang keluar sesuai
dengan perusahaan atau pabrik dalam menggunakan symbol seperti ecortin, bufferin empirin
analgetis; dan lain-lain.

B. STANDAR OBAT
Sebaiknya obat yang akan digunakan memenuhi berbagai standar persyaratan obat, di
antaranya: kemurnian, yaitu bahwa obat mengandung unsur keaslian, tidak ada percampuran;
standar potensi yang baik; memiliki bioavailability, yaitu keseimbangan obat; adanya
keamanan; dan efektivitas. Kelima standar tersebut harus dimiliki agar menghasilkan efek
yang baik terhadap kepatenan obat sendiri.
C. REAKSI OBAT
Sebagai bahan atau benda asing yang masuk ke dalam tubuh, obat akan bekerja sesuai
dengan proses kimiawi. Salah satu reaksi obat dapat dihitung dalam satuan waktu paruh,
yaitu suatu interval waktu yang diperlukan dalam tubuh untuk proses eliminasi sehingga
terjadi pengurangan konsentrasi obat (12 dari kadar puncak) dalam tubuh.

D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REAKSI OBAT


Beberapa hal yang dapat mempengaruhi reaksi dari pengobatan di antaranya: absorpsi obat,
distribusi obat dalam tubuh, metabolism (biotransformasi) obat, dan ekskresi. Faktor-faktor
tersebut dapat dipelajari dalam ilmu farmakokinetik (sub-ilmu farmakologi).

1. Absorpsi obat
Absorpsi obat merupakan proses pergerakan obat dari sumber ke dalam tubuh melalui
aliran darah, kecuali jenis topical yang dipengaruhi oleh cara dan jalur pemberian obat,
jenis obat, keadaan tempat, makanan, dan keadaan pasien.

2. Distribusi obat ke dalam tubuh


Setelah absorpsi, obat didistribusikan ke dalam tubuh melalui darah dan sistem limfatis
menuju sel dan masuk ke dalam jaringan tertentu. Proses ini dapat dipengaruhi oleh
keseimbangan cairan, elektrolit, dan keadaan patologis.

3. Metabolisme obat
Setelah melalui sirkulasi, obat akan mengalami proses metabolism. Obat akan ikut
sirkulasi ke dalam jaringan kemudian berinteraksi dengan sel dan mengalami perubahan
zat kimia untuk kemudian diekskresikan.

4. Ekskresi sisa melalui obat


Setelah obat mengalami metabolism atau pemecahan, akan terdapat sisa zat yang tidak
dapat dipakai dan tidak bereaksi. Sisa zat ini kemudian keluar melalui ginjal dalam
bentuk urine, intestinal dalam bentuk feses, dan paru dalam bentuk udara.
Reaksi obat di dalam tubuh tidak semuanya sama. Ada kalanya obat memiliki reaksi
yang cepat dan ada kalanya memiliki reaksi yang lambat. Semuanya tergantung dari faktor-
faktor yang mempengaruhinya, di antaranya usia dan berat badan, jenis kelamin, faktor
genetis, faktor psikologis, kondisi patologis, waktu, cara pemberian, dan lingkungan.
Dalam perjalanannya, obat memiliki dua efek, yaitu efek terapeutik dan efek samping.
Efek terapeutik merupakan kesesuaian obat terhadap efek yang diharapkan sebagaimana
kandungan dalam obat, seperti paliatif (berefek mengurangi gejala), kuratif (memiliki efek
pengobatan), suportif (berefek menaikkan fungsi atau respons tubuh), substitutive (berefek
sebagai pengganti), kemoterapi (berefek mematikan atau menghambat), restoratif (berefek
memulihkan fungsi tubuh). Efek samping merupakan dampak yang tidak diharapkan dari
obat, tidak bias diramal, dan bahkan kemungkinan dapat membahayakan, seperti adanya
alergi, toksisitas (keracunan), penyakit iatrogenic, kegagalan dalam pengobatan, dan lain-
lain.

E. MASALAH DALAM PEMBERIAN OBAT DAN INTERVENSI KEPERAWATAN


1. Menolak pemberian obat
Jika pasien menolak pemberian obat, intervensi keperawatan pertama yang dapat
dilakukan adalah dengan menanyakan alasan pasien melakukan hal tersebut. Kemudian,
jelaskan kembali kepada pasien alasan pemberian obat. Jika pasien terus menolak
sebaiknya tunda pengobatan, laporkan ke dokter dan catat dalam pelaporan.

2. Integritas kulit terganggu


Untuk mengatasi masalah gangguan integritas kulit, lakukan penundaan dalam
pengobatan, kemudian laporkan ke dokter dan catat ke dalam laporan.

3. Disorientasi dan bingung


Masalah disorientasi dan bingung dapat diatasi oleh perawat dengan cara melakukan
penundaan pengobatan. Jika pasien ragu, laporkan ke dokter dan catat ke dalam
pelaporan.
4. Menelan obat bukal atau sublingual
Sebagai perawat yang memiliki peran dependen, jika pasien menelan obat bukal atau
sublingual, maka sebaiknya laporkan kejadian tersebut kepada dokter, untuk selanjutnya
dokter yang akan melakukan intervensi.

5. Alergi kulit
Apabila terjadi alergi kulit atas pemberian obat kepada pasien, keluarkan sebanyak
mungkin pengobatan yang telah diberikan, beritahu dokter, dan catat dalam pelaporan.

F. CARA PEMBERIAN OBAT


Pemberian obat kepada pasien dapat dilakukan melalui beberapa cara, di antaranya: oral,
parental, rectal, vaginal, kulit, mata, telinga, dan hidung, dengan menggunakan prinsip lima
tepat, yaitu tepat nama pasien, tepat nama obat, tepat dosis obat, tepat cara pemberian, dan
tepat waktu pemberian.

 Pemberian Obat Melalui Oral


Pemberian obat melalui oral merupakan pemberian obat melalui mulut dengan tujuan
mencegah, mengobati, dan mengurangi rasa sakit sesuai dengan jenis obat.

Alat dan Bahan:


1. Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat.
2. Obat dan tempatnya.
3. Air minum dalam tempatnya.

Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Baca aturan pakai yang tertera pada bungkus obat.
4. Bantu untuk meminumkannya dengan cara:
• Apabila memberikan obat tablet atau kapsul dari botol, maka tuangkan jumlah
yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ke tempat obat. Jangan
sentuh obat dengan tangan. Untuk obat berupa kapsul, jangan dilepaskan
pembungkusnya.
• Kaji kesulitan menelan. Bila ada, jadikan tablet dalam bentuk bubuk dan campur
dengan minuman.
• Kaji denyut nadi dan tekanan darah sebelum pemberian obat yang membutuhkan
pengkajian.
5. Catat perubahan, reaksi terhadap pemberian, dan evaluasi respons terhadap obat
dengan mencatat hasil pemberian obat.
6. Cuci tangan.

 Pemberian Obat Intrakutan


Pemberian obat intrakutan merupakan cara memberikan atau memasukkan obat ke dalam
jaringan kulit, tujuannya adalah untuk melakukan tes terhadap reaksi alergi jenis obat
yang akan digunakan. Pemberian intrakutan pada dasarnya di bawah dermis atau
epidermis, secara umum pada daerah lengan bagian ventral.

Alat dan Bahan:


1. Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat.
2. Obat dalam tempatnya.
3. Spuit 1 cc / spuit insulin.
4. Kapas alkohol dalam tempatnya.
5. Cairan pelarut.
6. Bak steril dilapisi kasa steril (tempat spuit).
7. Bengkok.
8. Perlak dan alasnya.
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Bebaskan daerah yang akan dilakukan suntikan. Bila menggunakan baju lengan
panjang, buka dan gulung ke atas.
4. Pasang perlak/pengalas di bawah bagian yang akan disuntik.
5. Ambil obat yang akan diberikan, tes alergi, kemudian larutkan/encerkan dengan
aquades (cairan pelarut). Lalu, ambil 0,5 cc dan encerkan lagi sampai kurang lebih 1
cc, dan siapkan pada bak injeksi atau steril.
6. Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan disuntik.
7. Tegangkan dengan tangan kiri atau daerah yang akan disuntik.
8. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan sudut 15-20 derajat
pada permukaan kulit.
9. Semprotkan obat hingga terjadi gelembung.
10. Tarik spuit dan jangan lakukan masase.
11. Catat reaksi pemberian.
12. Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat, tanggal dan waktu, serta jenis obat.

Gambar Posisi Penusukan Intrakutan


 Pemberian Obat Subkutan
Pemberian obat subkutan adalah pemberian obat melalui suntikan ke bawah kulit yang
dapat dilakukan pada daerah lengan atas sebelah luar 1/3 bagian dari bahu, paha sebelah
luar, daerah dada, dan daerah sekitar umbilikus (abdomen). Pemberian obat melalui
subkutan ini pada umumnya dilakukan dalam program pemberian insulin yang digunakan
untuk mengontrol kadar gula darah. Dalam pemberian insulin terdapat dua tipe larutan,
yaitu larutan yang jernih dan larutan yang keruh. Larutan jernih adalah insulin tipe reaksi
cepat (insulin reguler) dan larutan keruh adalah tipe lambat karena adanya penambahan
protein yang memperlambat absorpsi obat.

Alat dan Bahan:


1. Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat.
2. Obat dalam tempatnya.
3. Spuit insulin.
4. Kapas alkohol dalam tempatnya.
5. Cairan pelarut.
6. Bak injeksi.
7. Bengkok.
8. Perlak dan alasnya.

Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Bebaskan daerah yang akan dilakukan suntikan atau bebaskan suntikan dari pakaian.
Apabila menggunakan baju maka buka atau lipat ke atas.
4. Ambil obat dalam tempatnya sesuai dengan dosis yang akan diberikan, setelah itu
tempatkan pada bak injeksi.
5. Desinfeksi dengan kapas alkohol.
6. Tegangkan dengan tangan kiri (daerah yang akan dilakukan suntikan subkutan).
7. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan sudut 45 derajat pada
permukaan kulit.
8. Lakukan aspirasi, bila tidak ada darah semprotkan obat perlahan-lahan hingga habis.
9. Tarik spuit dan tahan dengan kapas alkohol. Masukkan spuit yang telah terpakai ke
dalam bengkok.
10. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu pemberian, dan jenis/dosis obat.
11. Cuci tangan.

Gambar Letak Pemberian Subkutan

 Pemberian Obat Intravena Langsung


Pemberian obat intravena langsung adalah pemberian obat yang dilakukan melalui vena,
di antaranya vena mediana cubiti/cephalika (lengan), vena saphenous (tungkai), vena
jugularis (leher), dan vena frontalis/temporalis (kepala), serta bertujuan memberikan obat
dengan reaksi cepat dan langsung masuk pada pembuluh darah.

Alat dan Bahan:


1. Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat.
2. Obat dalam tempatnya.
3. Spuit sesuai dengan jenis ukuran.
4. Kapas alkohol dalam tempatnya.
5. Cairan pelarut.
6. Bak injeksi.
7. Bengkok.
8. Perlak dan alasnya.
9. Karet pembendung (torniquet).
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Bebaskan daerah yang akan disuntik dari pakaian. Apabila tertutup pakaian, buka
atau lipat pakaian ke atas.
4. Ambil obat dalam tempatnya dengan spuit sesuai dengan dosis yang akan diberikan.
Apabila obat berbentuk bubuk maka larutkan dengan pelarut (aquades steril).
5. Pasang perlak atau pengalas di bawah vena yang akan dilakukan penyuntikan.
6. Tempatkan obat yang telah diambil pada bak injeksi.
7. Desinfeksi dengan kapas alkohol.
8. Lakukan pengikatan dengan karet pembendung (torniquet) pada bagian atas daerah
yang akan dilakukan pemberian obat atau tegangkan dengan tangan/minta bantuan
atau bending di atas vena yang akan dilakukan penyuntikan.
9. Ambil spuit yang telah ada obatnya.
10. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan memasukkan ke
pembuluh darah.
11. Lakukan aspirasi. Bila sudah ada darah, lepaskan karet pembendung dan langsung
semprotkan obat hingga habis.
12. Setelah selesai, ambil spuit dengan menarik dan melakukan penekanan pada daerah
penusukan dengan kapas alkohol. Letakkan spuit yang telah digunakan ke dalam
bengkok.
13. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis obat.
14. Cuci tangan.

Gambar Pemberian Injeksi Intravena Secara Langsung


 Pemberian Obat Melalui Wadah Cairan Intravena
Pemberian obat melalui wadah cairan intravena merupakan cara memberikan obat dengan
menambahkan atau memasukkan obat ke dalam wadah cairan intravena yang bertujuan
untuk meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar terapeutik dalam darah.

Alat dan Bahan:


1. Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran.
2. Obat dalam tempatnya.
3. Wadah cairan (kantong/botol).
4. Kapas alkohol.

Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Periksa identitas pasien dan ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit.
4. Cari tempat penyuntikan obat pada daerah kantong.
5. Lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol dan stop aliran.
6. Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menmbus bagian
tengah dan masukkan obat perlahan-lahan ke dalam kantong/wadah cairan.
7. Setelah selesai, tarik spuit dan campur larutan dengan membalikkan kantong cairan
secara perlahan-lahan dari satu ujung ke ujung lain.
8. Periksa kecepatan infus.
9. Cuci tangan.
10. Catat obat yang telah diberikan dan dosisnya.

 Pemberian Obat Melalui Selang Intravena

Alat dan Bahan:


1. Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran.
2. Obat dalam tempatnya.
3. Selang intravena.
4. Kapas alkohol.
Prosedur Kerja:

1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Periksa identitas pasien dan ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit.
4. Cari tempat penyuntikan obat pada daerah selang intravena.
5. Lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol dan stop aliran.
6. Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian
tengah dan masukkan obat perlahan-lahan ke dalam selang intravena.
7. Setelah selesai takik spuit.
8. Periksa kecepatan infus dan observasi reaksi obat.
9. Cuci tangan.
10. Catat obat yang telah diberikan dan dosisnya.

 Pemberian Obat Intramuskular


Pemberian obat intramuskular dilakukan dengan cara memasukkan obat ke dalam
jaringan otot. Lokasi penyuntikan adalah pada daerah paha (vastus lateralis),
ventrogluteal (dengan posisi berbaring), dorsogluteal (posisis tengkurap), atau lengan atas
(deltoid). Tujuan pemberian obat dengan cara ini adalah agar absorpsi obat lebih cepat.

Alat dan Bahan:


1. Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat.
2. Obat dalam tempatnya.
3. Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran: dewasa 2,5-3,75 cm dan anak - anak
1,25-2,5 cm.
4. Kapas alkohol dalam tempatnya.
5. Cairan pelarut.
6. Bak injeksi.
7. Bengkok.
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit sesuai dengan dosis, setelah itu
letakkan pada bak injeksi.
4. Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan (lihat lokasi penyuntikan).
5. Desinfeksi dengan kapas alkohol tempat yang akan dilakukan penyuntikan.
6. Lakukan penyuntikan:
• Pada daerah paha (vestus lateralis), anjurkan pasien untuk berbaring terlentang
dengan lutut sedikit fleksi.
• Pada ventrogluteal, anjurkan pasien untuk miring, tengkurap, atau terlentang
dengan lutut dan pinggul pada sisi yang akan dilakukan penyuntikan dalam
keadaan fleksi.
• Pada daerah dorso gluteal, anjurkan pasien untuk tengkurap dengan lutut diputar
ke arah dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul fleksi dan
diletakkan di depan tungkai bawah.
• Pada daerah deltoid (lengan atas), anjurkan pasien untuk duduk atau berbaring
mendatar dengan lengan atas fleksi.
7. Lakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus.
8. Setelah jarum masuk, lakukan aspirasi spuit. Bila tidak ada darah, semprotkan obat
secara perlahan hingga habis.
9. Setelah selesai, ambil spuit dengan menarik spuit dan tekan daerah penyuntikan
dengan kapas alkohol, kemudian letakkan spuit yang telah digunakan pada bengkok.
10. Catat reaksi, jumlah dosis, dan waktu pemberian.
11. Cuci tangan.

Gambar Daerah Deltoid


 Pemberian Obat Melalui Anus/Rektum
Pemberian obat melalui anus/rektum dilakukan dengan cara memasukkan obat melalui
anus atau rektum, bertujuan memberikan efek lokal dan sistematik. Tindakan pengobatan
ini disebut pemberian obat suppositoria yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi
obat, menjadikan lunak pada daerah feses, dan merangsang buang air besar.
Contoh pemberian obat yang memiliki efek lokal adalah pada obat dulcolac
supositoria yang berfungsi secara lokal untuk meningkatkan defeakksi dan contoh efek
sistemik adalah pada obat aminofilin supositoria yang berfungsi mendilatasi bronkhus.
Pemberian obat supositoria ini diberikan tepat pada dinding rektal yang melewati sfingter
ani interna. Kontra indikasi terjadi pada pasien yang mengalami pembedahan rektal.

Alat dan Bahan:


1. Obat supositoria dalam tempatnya.
2. Sarung tangan.
3. Kain kasa.
4. Vaselin/pelican/pelumas.
5. Kertas tisu.

Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Gunakan sarung tangan.
4. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
5. Oleskan pelican pada ujung obat supositoria.
6. Regangkan glutea dengan tangan kiri, kemudian masukkan supositoria dengan
perlahan melalui anus, sfingter anal interna, dan mengenai dinding rektal kurang lebih
10 cm pada orang dewasa dan 5 cm pada bayi atau anak.
7. Setelah selesai, tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tisu.
8. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama kurang lebih 5
menit.
9. Lepaskan sarung tangan ke dalam bengkok.
10. Cuci tangan.
11. Catat obat, jumlah/dosis, dan cara pemberian.

Gambar Posisi Pemberian Obat Melalui Rektum

 Pemberian Obat Melalui Vagina


Pemberian obat yang dilakukan dengan memasukkan obat melalui vagina bertujuan untuk
mendapatkan efek terapi obat dan mengobati saluran vagina atau serviks. Obat ini
tersedia dalam bentuk krim dan supositoria yang digunakan untuk mengobati infeksi
lokal.

Alat dan Bahan:


1. Obat dalam tempatnya.
2. Sarung tangan.
3. Kain kasa.
4. Kertas tisu.
5. Kapas sublimat dalam tempatnya.
6. Pengalas.
7. Korentang dalam tempatnya.

Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Gunakan sarung tangan.
4. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
5. Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat.
6. Anjurkan pasien tidur dalam posisi dorsal recumbert.
7. Apabila jenis obat supositoria, maka buka pembungkus dan berikan pelumas pada
obat.
8. Regangkan labia minora dengan tangan kiri dan masukkan obat sepanjang dinding
kanal vaginal posterior sampai 7,5-10 cm.
9. Setelah obat masuk, bersihkan daerah sekitar orificium dan labia dengan tisu.
10. Anjurkan pasien untuk tetap pada posisinya selama kurang 10 menit agar obat
bereaksi.
11. Cuci tangan.
12. Catat jumlah, dosis, waktu, dan cara pemberian.
Apabila menggunakan obat jenis krim, isi aplikator krim atau ikuti petunjuk krim
yang tertera pada kemasan, regangkan lipatan labia dan masukkan aplikator kurang
lebih 7,5 cm dan dorong penarik aplikator untuk mengeluarkan obat dan lanjutkan
nomor 8,9,10,11.

Gambar Posisi Cara Pemberian Obat Melalui Vagina

 Pemberian Obat Topical


 Pada Kulit
Pemberian obat yang dilakukan pada kulit bertujuan untuk mempertahankan hidrasi,
melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit atau mengatasii infeksi. Obat
kulit terdiri atas bermacam-macam, yaitu krim, losion, aerosol, dan sprei.

Alat dan Bahan:


1. Obat dalam tempatnya (seperti losion, krim, aerosol, sprei).
2. Pinset anatomis.
3. Kain kasa.
4. Kertas tisu.
5. Balutan.
6. Pengalas.
7. Air sabun, air hangat.
8. Sarung tangan.

Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskaan prosedur yang akan dilakukan.
3. Pasang pengalas di bawah daerah yang akan dilkukan tindakan.
4. Gunakan sarung tangan.
5. Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat (apabila terdapat kulit
mengeras) dan gunakan pinset anatomis.
6. Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti mengoleskan atau
mengompres.
7. Jika diperlukan, tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah diobati.
8. Cuci tangan.

 Pada Mata
Pemberian obat pada mata dilakukan dengan cara meneteskan obat mata atau
mengoleskan salep mata. Persiapan pemeriksaan struktur internal mata dilakukan
dengan cara mendilatasi pupil, untuk mengukur refraksi lensa dengan cara
mendilatasi pupil, untuk mengukur refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa,
kemudian dapat juga digunakan untuk menghilangkan iritasi mata.

Alat dan Bahan:


1. Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa salep.
2. Pipet.
3. Pinset anatomi dalam tempatnya.
4. Korentang dalam tempatnya.
5. Plester.
6. Kain kasa.
7. Kertas tisu.
8. Balutan.
9. Sarung tangan.
10. Air hangat/kapas pelembab.

Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Atur posisi pasien dengan kepala menengadah, dengan posisi perawat di samping
kanan.
4. Gunakan sarung tangan.
5. Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut mata ke
arah hidung. Apabila sangat kotor basuh dengan air hangat.
6. Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari, jari
telunjuk di atas tulang orbita.
7. Teteskan obat mata di atas sakus konjungtiva. Setelah tetesan selesai sesuai
dengan dosis, anjurkan pasien untuk menutup mata secara perlahan.
8. Apabila obat mata jenis salep, pegang aplikator salep di atas pinggir kelopak mata
kemudian pijat tube sehingga obat keluar dan berikan obat pada kelopak mata
bawah. Setelah selesai, anjurkan pasien untuk melihat ke bawah, secara
bergantian dan berikan obat pada kelopak mata bagian atas dan biarkan pasien
untuk memejamkan mata dan menggerakkan kelopak mata.
9. Tutup mata dengan kasa bila perlu.
10. Cuci tangan.
11. Catat obat, jumlah, waktu, dan tempat pemberian.

Gambar Pemberian Obat Melalui Mata


 Pada Telinga
Pemberian obat pada telinga dilakukan dengan cara memberikan tetes telinga atau
salep. Obat tetes telinga ini pada umumnya diberikan pada gangguan infeksi telinga,
khususnya pada telinga tengah (otitis eksterna), dan dapat berupa obat antibiotik.

Alat dan Bahan:


1. Obat dalam tempatnya.
2. Penetes.
3. Spekulum telinga.
4. Pinset anatomi dalam tempatnya.
5. Korentang dalam tempatnya.
6. Plester.
7. Kain kasa.
8. Kertas tisu.
9. Balutan.

Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Atur posisi pasien dengan kepala miring ke kanan atau ke kiri sesuai dengan
daerah yang akan diobati, usahakan agar lubang telinga pasien di atas.
4. Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga ke atas/ke belakang (pada
orang dewasa), ke bawah pada anak.
5. Apabila obat berupa tetes, maka teteskan obat pada dinding saluran untuk
mencegah terhalang oleh gelembung udara, dengan jumlah tetesan sesuai dosis.
6. Apabila obat berupa salep, maka ambil kapas lidi dan oleskan salep kemudian
masukkan atau oleskan pada liang telinga.
7. Pertahankan posisi kepala kurang lebih selama 2-3 menit.
8. Tutup telinga dengan pembalut dan plester jika diperlukan.
9. Cuci tangan.
10. Catat jumlah, tanggal, dan dosis pemberian.
 Pada Hidung
Pemberian obat pada hidung dilakukan dengan cara memberikan tetes hidung yang
dapat dilakukan pada seseorang dengan keradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring.

Alat dan Bahan:


1. Obat dalam tempatnya.
2. Pipet.
3. Spekulum hidung.
4. Pinset anatomi dalam tempatnya.
5. Korentang dalam tempatnya.
6. Plester.
7. Kain kasa.
8. Kertas tisu.
9. Balutan.

Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Atur posisi pasien dengan cara:
• Duduk di kursi dengan kepala menengadah ke belakang.
• Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur.
• Berbaring dengan bantal di bawah bahu dan kepala tengadah ke belakang.
4. Berikan tetesan obat pada tiap lubang hidung (sesuai dengan dosis).
5. Pertahankan posisi kepala tetap tengadah ke belakang selama 5 menit.
6. Cuci tangan.
7. Catat, cara, tanggal, dan dosis pemberian obat.

Gambar Pemberian Obat Melalui Hidung


G. JENIS – JENIS OBAT
 Obat paten : obat dengan nama dagang dan menggunakn nama yang merupakan milik
produsen obat yang bersangkutan atau yang memproduksinya.
 Obat generic : obat yang mempunyai zat berkhasiat sesuai yang tercantum dalm buku
farmakope Indonesia atau buku resmi lainnya seperti INN (International Non
Proprietary Names)
 Obat anestesi umum
Obat Penggunaan dan Informasi Lain
Inhalasi cairan Cairan berbau khas, mudah terbakar, efek kardiovaskuler dan
Eter hati lebih ringan, waktu induksi lambat. Khasiat anestetik tak
kuat, relaksan otot baik. Dosis 6-7% tercampur udara dengan
sistem terbuka atau tertutup.
ESO: merangsang mukosa saluran napas, kerja lambat, recovery
tak enak
Kontra indikasi: penyakit hati, ginjal dan DM. Ekskresi obat
paling banyak melalui paru-paru.
Vinyl Eter Cairan tak berwarna, berbau seperti eter, mudah rusak maka
harus ditutup rapat, sekali terbuka harus terpakai dalam 24 jam.
Daya anestesi 7 kali lebih kuat dari Eter. Cara pemberian sistem
terbuka, tak dapat digunakan untuk operasi lebih dari 1 jam
karena dapat merusak hati dan hipoksia.
Halotan Sifatnya sama dengan kloroform, khasiat 4 x eter, 2 x kloroform.
(Fluothan) Waktu induksi cepat dan nyaman, pemulihan cepat, relaksasi
baik tetap menurunkan tekanan darah, curah jantung,
menurunkan reflek baroreseptor dan bronkodilator mulai
kerjanya cepat, pemulihannya juga cepat, sering dipakai untuk
anestesi bedah thorax. Tidak digunakan untuk bedah obstetric.
Pada pernapasan terjadi penurunan control ventilasi volume
tidal, frekuensi pernapasan, respon terhadap CO2 dan hipoksia.
Terjadi bronkodilatasi kuat.
ESO: hapatotoksis, dan eso lain ringan.
Kontra indikasi: penyakit hati berat.
Metoksifluran Waktu induksi lambat, menimbulkan hipotensi.
Kontra indikasi: gangguan ginjal.
Enfluran Sama dengan metoksfluran, waktu induksi cepat, Efek pada
(Ethrane) kardiovaskuler: depresi miokardium kuat, penurunan curah
jantung dan resistensi vaskuler sistemik, memperlambat
frekuensi jantung. Indeks terapi lebar, kecuali toksisitas ginjal.
Isofluran Efek minimal pada kardiovaskuler, meningkatkan sedikit
frekuensi jantung, meningkatkan tekanan atrium kanan menekan
fungsi miokardium, menurunkan resistensi vaskuler sistemik,
tetapi sering menimbulkan distres pernapasan. Waktu induksi
cepat.
Trikloretilen Cairan tak berwarna, baud an rasa seperti kloroform. Mulai kerja
(Trilene) lama, relaksasinya tak lengkap, pemulihan lambat dengan
muntah-muntah. Hanya digunakan untuk pembedahan kecil.
Penyimpanan harus pada tempat bebas cahaya, udara dan panas.
Hati-hati penggunaan pada penyakit hati dan jantung.

Kloroform Cairan tak berwarna, bau khas rasa kemanisan, pedas tak dapat
(CHC12) terbakar. Toksis terhadap jantung dan hati, sekarang jarang
digunakan.
Inhalasi gas
Nitrous Oksida Gas berbau tak khas, rasa kemanis-manisan, berat 1,5 x udara.
(gas gelak) Tidak merangsang, tak dapat dibakar, masa eksitasi ditandai
dengan tertawa-tawa. Khasiat anestetik lemah, analgetiknya kuat.
Waktu induksi sangat cepat, pemulihan cepat, efek minimal pada
kardiovaskuler. Diberikan bersama oksigen (20%) semi terbuka.
Siklopropan Waktu induksi sangat cepat, mudah terbakar dan meledak
Kloretil Pada suhu dan tekanan biasa berupa gas, pada tekanan lebih
(Chlorethyl) ringan berupa cairan tak berwarna, mudah menyala. Bau seperti
eter, pedas. Banyak digunakan untuk anestesi lokal pada
pembedahan kecil, karena toksis terhadap hati dan jantung. Obat
ini mempunyai titik didih rendah (12 derajat Celsius), maka
apabila disemprotkan pada kulit akan timbul rasa dingin hebat,
dan terjadi anestesi lokal untuk beberapa waktu.
Intra Vena
Natrium Merupakan barbiturat intra vena yang berkhasiat anestetik.
Tiopental Digunakan untuk induksi anestesi umum, waktu induksi cepat.
(pentothal, Dapat terjadi gemetar dan tremor pada pasien. Hati-hati potensial
kemithal, menekan pernapasan, menurunkan tekanan intra cranial.
heksobarbital) Menurunkan curah jantung 10-20%, dan menurunkan tekanan
darah.
ESO: hipotensi, takikardi, depresi pernapasan, bronco spasme,
anafilaktik. Obat ini berkhasiat juga hipnotik, tetapi khasiat
analgesi dan relaksanya tak kuat, maka sering digunakan untuk
pembedahan kecil.
Kontraindikasi: pasien gangguan sirkulasi dan hipertensi.
Natrium Tiamilal Waktu induksi cepat, sering digunakan untuk induksi anestesi
umum.
Droperidol Sering dikombinasi cepat, sering digunakan untuk induksi
anastesi umum.
Etomidat Untuk pembedahan singkat, atau induksi anastesi umum, atau
pemeliharaan anestesi. Waktu induksi cepat. Serupa barbiturat,
depresi kardiovaskuler minimal.
ESO: Muntah post anestesi.
Ketamin (ketalar) Efek analgetik kuat walau dalam dosis rendah, toleransi jaringan
baik, sehigga dapat diberikan IM maupun IV, tak menimbulkan
hipotensi, baik untuk pasien anak, rentan dan penderita asma.
Berkhasiat analgesi, amnesia, dan hipnotik.
Digunakan untuk anestesi luka bakar, radioterapi, fungsi sumsum
tulang, ortopedik minor, pembedahan singkat atau induksi
anestesi umum. Dapat meningkatkan salvias, tekanan darah dan
denyut jantung, konsumsi O2 miokard dan otak waktu induksi
cepat.
ESO: peningkatan sekresi oral, mimpi buruk, halusinasi,
peningkatan tekanan intra okuler dan intra cranial, peningkatan
tekanan darah, halusinasi pada fase sadar, mual, muntah,
anoreksi, dan nyeri tempat suntikan.
Kontra indikasi: pasien skizofrenia, hipertensi, CVA, gagal
jantung, peningkatan tekanan intra kranial karena cedera atau
tumor, kenaikan tekanan intraokuli. Diberikan IV, dengan efek
terlihat setelah 3-5 mnt, lama kerja 25 mnt. Dosis 6-8 mg/kg bb.
Suntikan IM efek setelah 1-2 menit, lama kerja 5-10 mnt. Dosis
IM: 1-2 mg/Kg bb.
Propofol Efek 2 x lebih kuat dari Tiopental. Menimbulkan bradikardi dan
penurunan tekanan darah 15-30%, penurunan konsumsi O2 dan
aliran darah miokard.
ESO: nyeri saat suntik, stimulasi SSP, depresi kardiovaskuler
berat dasn hipovolemik pada pasien tua.
Siklopropan Gas tak berwarna, bau dan rasa kemanis-manisan, tak
merangsang, lebih berat dari udara. Khasiat kuat, kerjanya cepat,
pemulihan cepat, sering melompati tahap eksitasi sehingga
berbahaya. Dalam konsentrasi tertentu obat mudah menyala
bersama oksigen.
ESO: Ventrikel ekstra sistol, takikardi karena sensitisasi
Norepinefrin.

H. PENGGOLONGAN OBAT
• Obat bebas : obat yang dapat dibeli bebas tanpa resep dokter.
• Obat bebas terbatas : obat yang dapat dibeli bebas tanpa resep dokter dengan ketentuan
atau batas dosis yang yang telah ditentukan.
• Obat keras : obat yang didaftarkan sebagai obat berbahaya yang dapat dibeli hanya
dengan menggunakan resep dokter di Apotik.
• Obat narkotika : obat yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
• Obat psikotropik : obat keras tetapi bukan narkotika yang bekhasiat pengaruh selektif
pada SSP yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku.
• Obat trdisional : obat/bahan yang diambil dari bahan alami di olah secara sederhana
dan digunakan berdasarkan pengalaman.
• Obat inhalasi cairan eter :cairan berbau khas,mudah terbakar, efek kadiovaskuler dan
hati lebih ringan, waktu induksi lambat. Khasiat anastetik tak kuat, relaksan otot baik.
Dosis 6-7 % tercampur udarah dengan system terbuka atau tertutup.
DAFTAR PUSTAKA

Foster, PC dan Bennett, AM., 1995, Dorothea E onem, Nursing Theories, the Base for
Professional Nursing Practice, 4th edition, Norwalk, Connecticut: Appleton & Lange.

La Rocca, Joanne, 1993, Pocket Guide to Intravenous Therapy, 2nd edition, Mosby Year
Book, Inc.

Morison, MJ., 1992, A Colour Guide to the Nursing Management of Wounds, alih bahasa
Monica Ester, Jakarta: EGC.

Perry, Anne Grifin, 1994, Pocket Guide to Basic Skills and Procedures, 3rd edition, Mosby
Year Book.

Taylor, C et al., 1997, Fundamental of Nursing the Art and Science of Nursing Care 3rd
edition, Philadelphia: Lippincott.

You might also like