You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Teknologi rontgen sudah digunakan lebih dari satu abad yang lalu ketika
fisikawan terkemuka berkebangsaan Jerman, Conrad Roentgen, menemukan sinar yang
tidak dikenalinya, yang kemudian diberi label sinar X. Sinar ini mampu menembus
bagian tubuh manusia, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memotret bagian-bagian
dalam tubuh.
Pada prinsipnya sinar yang menembus tubuh ini perlu dipindahkan ke format
film agar bisa dilihat hasilnya. Selain itu di temukan juga CT Scan yaitu sebuah metode
penggambaran medis menggunakan tomografi di mana pemrosesan geometri
digunakan untuk menghasilkan sebuah gambar tiga dimensi bagian dalam sebuah objek
dari satu seri besar gambar sinar-X dua dimensi diambil dalam satu putaran "axis".
CT. Scan ini merupakan alat penunjang diagnosa yang mempunyai aplikasi yang
universal untuk pemeriksaan seluruh organ tubuh. Kemudian MRI( Magnetic Resonance
Imaging ) juga merupakan suatu alat diagnostik mutakhir untuk memeriksa dan
mendeteksi tubuh anda dengan menggunakan medan magnet yang besar dan gelombang
frekuensi radio, tanpa operasi, penggunaan sinar X, ataupun bahan radioaktif.

2. Tujuan Penulisan
a. Mahasiswa dapat mengetahui kegunaan alat-alat tersebut
b. Mahasiswa dapat mengetahui cdara pemakaian alat tersebut

3. Metode Penulisan
a. Studi pustakaan
b. Observasi melalui internet
4. Sistematika Penulisan

Kata pengantar
Daftar isi
Bab 1 Pendahuluan
1. Latar Belakang
2. Tujuan Penulisan
3. Sistematika Penulisan

Bab II Pembahasan

1. Definisi
2. Jenis Pemeriksaan
3. Tujuan Pemeriksaan
4. Kasus
5. Peran Perawat dalam Pemeriksaan
6. Persiapan sebelum,selama,sesudah pemeriksaan
7. Prosedur persiapan alat dan langkah-langkah pemeriksaan

Bab III Penutup


1. Kesimpulan
2. Saran

Daftar Pustaka
BAB II
PEMBAHASAN

A. Foto Rontgen Torak

1. Definisi Foto Rontgen Torak

Teknologi rontgen sudah digunakan lebih dari satu abad yang lalu. Tepatnya
sejak 8 November 1890 ketika fisikawan terkemuka berkebangsaan Jerman, Conrad
Roentgen, menemukan sinar yang tidak dikenalinya, yang kemudian diberi label sinar
X. Sinar ini mampu menembus bagian tubuh manusia, sehingga dapat dimanfaatkan
untuk memotret bagian-bagian dalam tubuh.
Pada prinsipnya sinar yang menembus tubuh ini perlu dipindahkan ke format
film agar bisa dilihat hasilnya. Seiring dengan kemajuan teknologi, kini foto rontgen
juga sudah bisa diproses secara digital tanpa film. Sementara hasilnya bisa disimpan
dalam bentuk CD atau bahkan dikirim ke berbagai belahan dunia menggunakan
teknologi e-mail.

2. Jenis Pemeriksaan

a. Fluoroskopi

Fluoroskopi adalah cara pemeriksaan yang mempergunakan sifat tembus


sinar Roentgen dan suatu tabir yang bersifat fluo resensi bila terkena sinar tersebut.
Fluoroskopi terutama diperlukan untuk menyelidiki pergerakan suatu organ/sistem
tubuh seperti dinamika alat-alat peredaran darah, misalnya jantung dan pembuluh
darah besar; serta pernapasan berupa pergerakan diafragma dan aerasi paru-paru.
Karena pada fluoroskopi, baik penderita maupun pemeriksa mungkin terpapar sinar
Roentgen sehingga dapat menyebabkan bahaya radiasi, maka perlu diperhatikan
beberapa petunjuk agar bahaya sinar dibatasi pada tingkat minimum yang masih
praktis. Output alat Roentgen harus diukur secara berkala dan tidak boleh melebihi
10 Rad per menit disebelah atas meja pemeriksaan.

b. Roentgenografi
Roentgenografi adalah pembuatan foto Roentgen toraks, yang biasanya
dibuat dengan arah postero-anterior (PA) dan lateral bila perlu. Agar distorsi dan
magnifikasi yang diperoleh menjadi sekecil mungkin, maka jarak antara tabung dan
film harus 1.80 meter dan foto dibuat sewaktu penderita sedang bernapas dalam
(inspirasi).

c. Bronkografi

Bronkografi ialah pemeriksaan percabangan bronkus, biasanya dilakukan


baik dengan fluoroskopi maupun roentgenografi, de ngan cara mengisi saluran
bronkial dengan suatu bahan kontras yang bersifat opaque (menghasilkan
bayangan putih pada foto). Bahan kontras tersebut biasanya mengandung jodium
(lipiodol, dionosil, dan sebagainya). Indikasi pemeriksaan ini misalnya pada
bronkiektasis untuk meneliti letak, luas, dan sifat bagian-bagian bronkus yang
melebar; dan pada tumor-tumor yang terletak dalam lumen bronkus (space
occupying lesions), yang mungkin mempersempit bahkan menyumbat sama
sekali bronkus bersangkutan. Tetapi dengan adanya computed tomography
(CTScan), yang dapat memperlihatkan baik bronkiektasis maupun tumor dengan
lebih jelas, maka bronkografi yang memerlukan persiapan-persiapan tertentu dan
teknik pemeriksaan yang serba sulit, mulai dianggap usang dan ditinggalkan.

d. Tomografi

Istilah lain untuk tomografi'ialah : planigrafi, laminagrafi, atau stratigrafi.


Dengan istilah ini dimaksudkan pemeriksaan terhadap 1 lapisan jaringan dengan
mengaburkan lapisan-lapisan lain di atas dan di bawahnya. Hal ini dapat
dilakukan dengan menghubungkan tabung Roentgen dan kaset yang berisi film
dan pada saat foto dibuat, kedua bagian ini digerakkan dalam jurusan yang saling
bertentangan. Dengan cara ini, maka semua bangunan pada hasil foto menjadi
kabur, kecuali lapisan yang tepat berada di persimpangan arus sinar lapisan yang
hendak diselidiki. Cara pemeriksaan ini berguna sekali untuk lebih mempertegas
persangkaan akan adanya suatu kavitas pada foto biasa, misalnya pada
tuberkulosis.
Pada penyelidikan karsinoma bronkogen, cara pemeriksaan ini dapat
dipergunakan untuk melihat adanya penyumbatan pada bron kus terutama
bronkus yang besar seperti pada daerah hilus. Tomografi juga berguna sekali
untuk mengetahui apakah ada sarang perkapuran dalam tumor-tumor kecil di
parenkima paru-paru dan dalam penyelidikan lebih lanjut terhadap abses paru.

e. Angiokardiografi

Angiokardiografi adalah pemeriksaan untuk melihat ruang-ruang jantung


dan pembuluh-pembuluh darah besar dengan sinar Roentgen (fluoroskopi atau
roentgenografi), dengan menggunakan suatu bahan kontras radioopak, misalnya
Hypaque 50 %, dimasukkan ke dalam salah satu ruang jantung melalui kateter
secara intravena.

Angiokardiografi ternyata sangat berguna dalam pemeriksaan penyakit-


penyakit jantung dan pembuluh darah besar, baik bawaan mau pun yang
diperoleh, serta dalam pemeriksaan penyakit paru menahun. Cara pemeriksaan
ini misalnya sangat diperlukan pada penyakit Tetralogi Fallot, koarktasi aorta,
dan pada diagnostik diferensial aneurisma aortae.

f. Pneumografi retroperitoneal

Pneumografi retroperitoneal dipergunakan untuk memeriksa


mediastinum, setelah diisi dengan udara yang dimasukkan secara re troperitoneal
melalui suntikan ke dalam spatium presacrale, kira-kira 12 jam sebelum foto
Roentgen dibuat.

Cara pemeriksaan ini dianggap usang setelah adanya CTScan yang dapat
memperlihatkan rongga intra dan retroperitoneal de ngan sempurna tanpa
mempergunakan persiapan-persiapan dan alat-alat pemeriksaan khusus.

g. Foto fluorografi

Untuk menghemat ongkos, pemeriksaan toraks dapat dilakukan dengan


membuat foto biasa pada bayangan di tabir Roentgen pada film-film kecil.
3. Tujuan dan Kasus – kasus yang Memerlukan Pemeriksaan Foto Rontgen
Torak

Foto Roentgen thorak dapat digunakan untuk mendeteksi kelainan dini pada paru-
paru sebelum timbul gejala-gejala klinis, sehingga pemeriksaan secara rutin pada
orang-orang yang tidak mempunyai keluhan apa-apa (mass-chest-survey) sudah
menjadi prosedur yang lazim dalam pemeriksaan kesehatan masyarakat secara
massal, seperti yang dilakukan pada para mahasiswa, murid sekolah, anggota alat
negara, pegawai perusahaan, serta para karyawan lainnya. Misalnya suatu sarang
tuberkulosis yang hanya sekecil 2 mm diameternya, mungkin telah dapat dilihat
pada foto Roentgen, sedangkan pemeriksaan fisik klinis tentu tidak akan berhasil
menemukan sarang sekecil ini

Kasus yang memerlukan pemeriksaan foto thorak

Pemeriksaan foto rongen thorak perlu di lakukan pada klien yang mengalami kasus
TBC, Tumor Hidung, Cardiomegali dengan udem pulmo,Efusi Pleura, Abses Paru,
Pleuro Pneumania, Sirosis hepatis, Kanker Paru, Gagal Jantung, Bronkhitis, dan
Tumor Paru.

4. Peran Perawat Untuk Pemeriksaan Foto Rontgen Torax


Peran perawat mencakup pemantauan klien dan peralatan yang di gunakan
selama prosedur dan selalu waspada terhadap komplikasi yang berhubungan
dengan possisi klien dan lamanya prosedur. Pemeriksaan foto Rontgen di tempat
lainnya juga diperlukan jika terdapat kelainan pada pemeriksaan fisik, seperti
adanya masalah pada asistem pernapasan yang memerlukan pemeriksaan rontgen
torax atau jika ada trauma pada ekstremitas, pemeriksaan foto rontgen di lokasi
tempat trauma harus dilakukan.

5. Persiapan Pasien Sebelum, Selama, dan Sesudah Pemeriksaan Foto Rontgen


Torak
6. Prosedur : Persiapan Alat dan Langkah Pemeriksaan Foto Rontgen Torak

B. CT. SCAN

1. Definisi CT. Scan

Tomografi terkomputasi (bahasa Inggris: Computed tomography, CT),


awalnya dikenal sebagai computed axial tomography (CAT), adalah sebuah
metode penggambaran medis menggunakan tomografi di mana pemrosesan geometri
digunakan untuk menghasilkan sebuah gambar tiga dimensi bagian dalam sebuah
objek dari satu seri besar gambar sinar-X dua dimensi diambil dalam satu putaran
"axis".

Kata tomografi berasal dari bahasa Yunani tomos (potongan) dan graphia
(penggambaran). CT menghasilkan satu seria gambar axial yang dapat dimanipulasi,
melalui sebuah proses yang dikenal sebagai "windowin", untuk menghasilkan
gambar dalam bidang yang berbeda. Ini adalah khusus X-ray yang dapat
menghasilkan gambar penampang bagian dari tubuh.CT.

Maka dapat didefinisikan CT scan adalah test diagnostik yang memiliki


informasi yang sangat tinggi. CT. Scan ini merupakan alat penunjang diagnosa yang
mempunyai aplikasi yang universal untuk pemeriksaan seluruh organ tubuh. Ct Scan
mulai dipergunakan sejak tahun 1970 dalam alat bantu dalam proses diagnosa dan
pengobatan pada pasien neurologis. Gambaran Ct Scan adalah hasil rekonstruksi
komputer terhadap gambar X-Ray. Gambaran dari berbagai lapisan secara multiple
dilakukan dengan cara mengukur densitas dari substansi yang dilalui oleh sinar X.

2. Jenis Pemeriksaan

Kepala, leher, tulang belakang untuk melihat adanya infeksi, tumor,


kelainan pembuluh darah. Telinga, Hidung, Tenggorokan untuk melihat adanya
Sinusitis, ca nasopharynx, larynx. Rongga Dada (Thorax) untuk melihat adanya
Tumor paru, infeksi. Rongga Perut (abdomen) Hati, ginjal, limpa, pankreas, tractus
biliaris. Organ kebidanan dan kandungan . Otot tulang (Muculoskeletal).

3. Tujuan dan Kasus – kasus yang Memerlukan Pemeriksaan CT. Scan

CT. Scan ini merupakan alat penunjang diagnosa yang mempunyai aplikasi
yang universal untuk pemeriksaan seluruh organ tubuh, seperti sususan saraf pusat,
otot dan tulang, tenggorokan, rongga perut.

Tujuan utama penggunaan ct scan adalah mendeteksi perdarahan intra


cranial, lesi yang memenuhi rongga otak (space occupying lesions/ SOL), edema
serebral dan adanya perubahan struktur otak. Selain itu Ct scan juga dapat digunakan
dalam mengidentikasi infark , hidrosefalus dan atrofi otak. Bagian basilar dan
posterior tidak begitu baik diperlihatkan oleh Ct Scan.

4. Peran Perawat untuk Pemeriksaan CT. Scan

5. Persiapan Pasien Sebelum, Selama, dan Sesudah


a. Persiapan klien
b. Memberikan form persetujuan tindakan
c. Periksa kebijakan RS, biasanya pasien puasa 8 jam sebelum pemeriksaan
d. Berikan medikasi selama 2 Jam sebelum tes
e. Kaji kemungkinan reaksi alergi iodine. Laporkan kepada dokter atau radiologist
jika ditemukan riwayat alergi seafood
f. Lepaskan peralatan yang terbuat dari logam.
g. Puasa 4-6 jam sebelum pemeriksaan.
h. Periksa laboratorium kadar ureum (BUN) dan creatinin.
i. Pasien diberi penjelasan tentang pemeriksaan yang akan dilakukan dan breathold
j. technique yang digunakan.
k. Cek riwayat asma, alergi dan penyakit lain.
l. Cek vital sign

6. Prosedur : Persiapan Alat dan Langkah Pemeriksaan CT. Scan


Persiapan Alat
Peralatan CT Scan dalam keadaan Stanby
Obat kontras non ionik 100-150 cc
Peralatan injeksi
Obat-obatan emergency
Oksigen
Suction

Prosedur-prosedur yang dilakukan saat proses Scan adalah :

- Posisi terlentang dengan bagian tangan, pinggang, dan paha terkendali (diblebet).
Meja elektronik masuk ke dalam alat scanner.
- Pemantauan melalui komputer dan pengambilan gambar dari beberapa sudut
- Selama prosedur berlangsung pasien harus diam komputer selama 20-45 menit.
- Pengambilan gambar dilakukan dari berbagai posisi dengan pengaturan komputer.
- Selama prosedur berlangsung perawat harus menemani pasien dari luar dengan
memakai protektif lead approan.
- Sesudah pengambilan gambar pasien dirapihkan dan hasil photo dapat langsung
diambil.

C. MRI

1. Definisi MRI
MRI( Magnetic Resonance Imaging ) merupakan suatu alat diagnostik
mutakhir untuk memeriksa dan mendeteksi tubuh anda dengan menggunakan medan
magnet yang besar dan gelombang frekuensi radio, tanpa operasi, penggunaan sinar
X, ataupun bahan radioaktif.

2. Jenis Pemeriksaan
Kelainan pada otak, syaraf tulang belakang. otot, sendi, sumsum tulang
belakang, organ - organ reproduksi wanita, saluran empedu dan pembuluh darah.

3. Tujuan dan Kasus – kasus yang Memerlukan Pemeriksaan MRI


4. Persiapan Pasien Sebelum, Selama, dan Sesudah Pemeriksaan MRI
• Pasien tetap boleh melakukan aktifitas rutin serta makan dan minum obat seperti
biasa.
• Khusus untuk pemeriksaan saluran empedu (MRCP), pasien perlu berpuasa
selama 6 jam sebelum pemeriksaan.
• Pasien diminta untuk melepas semua barang - barang yang terbuat dari logam,
maupun elektronik, seperti : perhiasan, jam tangan, kaca mata, gigi palsu, alat
bantu dengar, handphone, kartu kredit, kartu ATM, dompet dan sebagainya.
Barang - barang tersebut dapat menginterferensi gambar yang terjadi sehingga
dapat mempengaruhi hasil MRI. Disamping itu, medan magnet yang
dipancarkan oleh alat MRI dapat merusak barang-barang yang terbuat dari
elektronik.

5. Prosedur : Persiapan Alat dan Langkah Pemeriksaan MRI

• Pasien berbaring terlentang dengan posisi kedua tangan disamping badan.


• Meja MRI akan bergerak maju kedalam posisi medan magnet yang tepat.
• Pasien akan mendengar suara dari gelombang radio frekwensi, seperti suara
ketukan selama jalannya pemeriksaan.
• Selama pemeriksaan MRI, pasien akan selalu dibawah pengawasan petugas,dan
dapat langsung berkomunikasi dengan petugas MRI.
• Pasien akan diberi bel di tangan, dan dapat ditekan untuk memanggil petugas
MRI, atau mengalami kondisi yang kurang nyaman.
• Pada umumnya pemeriksaan MRI membutuhkan waktu sekitar 40 menit.
• Setelah pemeriksaan MRI selesai, pasien dapat melakukan aktifitas normal
seperti biasa.

6. Jenis Pemeriksaan MRI


a. MRI jenis pemeriksaannya untuk :
1. Pemeriksaan kepala untuk melihat kelainan pada : kelenjar pituitary, lobang
telinga dalam , rongga mata , sinus
2. Pemeriksaan otak untuk mendeteksi : stroke / infark, gambaran fungsi otak,
pendarahan, infeksi; tumor, kelainan bawaan, kelainan pembuluh darah
seperti aneurisma, angioma, proses degenerasi, atrofi
3. Pemeriksaan tulang belakang untuk melihat proses Degenerasi (HNP),
tumor, infeksi, trauma, kelainan bawaan.
4. Pemeriksaan Musculo-skeletal untuk organ : lutut, bahu , siku, pergelangan
tangan, pergelangan kaki , kaki , untuk mendeteksi robekan tulang rawan,
tendon, ligamen, tumor, infeksi/abses.
5. Pemeriksaan Abdomen untuk melihat hati , ginjal, kantong dan saluran
empedu, pakreas, limpa, organ ginekologis, prostat, buli-buli
6. Pemeriksaan Thorax untuk melihat : paru –paru, jantung.

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Perkembangan teknologi di bidang radiologi telah mengalami kemajuan yang pesat,


mulai dari dikembangkannya foto rontgen, CT.Scan, serta MRI. Teknologi rontgen sudah
digunakan lebih dari satu abad yang lalu. Tepatnya sejak 8 November 1890 ketika fisikawan
terkemuka berkebangsaan Jerman, Conrad Roentgen, menemukan sinar yang tidak dikenalinya,
yang kemudian diberi label sinar X. Sinar ini mampu menembus bagian tubuh manusia, sehingga
dapat dimanfaatkan untuk memotret bagian-bagian dalam tubuh.
Kemudian ditemukan penemuan baru yakni,CT. Scan dan MRI. Pada pemeriksaan
CT.Scan dan MRI kita dapat menghasilkan, hasil yang lebih baik. CT.Scan sendiri adalah
singkatan dari Tomografi terkomputasi (bahasa Inggris: Computed tomography, CT), awalnya
dikenal sebagai computed axial tomography (CAT), Ct Scan mulai dipergunakan sejak tahun
1970 dalam alat bantu dalam proses diagnosa dan pengobatan pada pasien neurologis. Sedangkan
MRI adalah singkatan dari Magnetic Resonance Imaging. MRI menggunakan magnit, tidak
menggunakan sinar X. CT scan menggunakan sinar X. Pemeriksaan MRI dan CT scan saling
melengkapi, ada keunggulan dan kekurangannya masing-masing. MRI lebih unggul untuk
pemeriksaan sumsum tulang belakang, kelainan otak (deteksi stroke awal), sendi – sendi, otot,
pembuluh darah, kelainan saluran empedu. MRI mampu membuat potongan horizontal ,
longitudinal dan coronal tanpa mengubah posisi pasien. Sendang CT.Scan memiliki kemampuan
lebih untuk menggambarkan jaringan lunak, tulang dan pembuluh darah.

You might also like