You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan anak yang menandakan
adanya kelainan khusus. Anak berkebutuhan khusus mempunyai karakteristik
yang berbeda antara yang satu dan yang lainnya. Di negara Indonesia, anak
berkebutuhan khusus yang mempunyai gangguan perkembangan dan telah
diberikan layanan antara lain adalah anak dengan ADHD.

ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder,


suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulit
memusatkan perhatian), Minimal Brain Disorder (Ketidak beresan kecil di otak),
Minimal Brain Damage (Kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (Terlalu banyak
bergerak / aktif), dan Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3-5% anak usia
sekolah menderita ADHD (Tanner, 2007)

Dengan memperoleh pendidikan yang sesuai dengan jenis dan tingkatan


kelainan ABK khususnya anak dengan ADHD , diharapkan ABK khususnya
ADHD memiliki pengetahuan dan keterampilan yang berguna untuk dirinya
sendiri serta dapat turut berpatisipasi dalam pembangunan demi menciptakan
kesejahteraan bangsa dan negaranya.

Prinsip bimbingan dan konseling adalah “ Guiedance For All” dimana


semua individu memiliki hak yang sama dalam mendapatkan layanan bimbingan
dan konseling, siapa pun individu itu, dari mana pun individu itu berasal, dan
bagaimana pun kondisi konseli.

B. Tujuan Penulisan Makalah


Sesuai dengan penulisan makalah ini, adalah untuk mendapatkan
gambaran yang jelas mengenai hal-hal yang berkenaan dengan ADHD, baik emosi
maupun perilaku yang dialami anak ADHD, sehingga gambaran yang diperoleh

1
memungkinan pengembangan pengajaran dan program-program yang sesuai
untuk pelayanan terhadap Anak ADHD.

C. Sistematika Penulisan Makalah


Adapun sistematika penulisan adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan Makalah
C. Sistematika Penulisan Makalah
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian ADHD
B. Penyebab dan Pengaruh ADHD
C. Karakteristik Anak ADHD
D. Jenis ADHD
E. Permasalah Yang dialami Oleh Anak ADHD
BAB IV BANTUAN YANG DIBERIKAN
A. Alternatif Bantuan Atas Dasar Pertimbangan Konseptual
B. Keterlibatan Pihak Lain dalam Pemberian Bantuan
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan dan Saran
B. Penutup

2
BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Pengertian ADHD
Menurut Baihaqi dan Sugiarmin (2006: 2) ADHD merupakan attention
deficit hyperactivity disorder, (Attention= perhatian, Deficit= berkurang,
Hiperactivity= hiperaktif, dan Disorder= gangguan) apabila diartikan dalam
bahasa indonesia berarti gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif.
ADHD = kurang pemusatan perhatian + impulsivitas + hiperaktivitas.
Seseorang dapat memenuhi kriteria ADHD, jika ia kurang perhatian (Inattention)
atau Hiperaktifitas (tidak dapat tenang) & Impulsif, atau keduanya. Kondisi ini
terjadi selama periode paling tidak enam bulan, yang mana mengakibatkan
pertumbuhan seseorang tersebut menjadi tidak sesuai dengan tingkat pertumbuhan
usia normal (Widhata, 2008).
Maka berdasarkan pemaparan di atas ADHD merupakan hambatan
seorang individu dalam pemusatan perhatian yang disertai perilaku hiperaktivitas.

B. Penyebab dan Pengaruh ADHD


Penyebab ADHD sebenarnya tidak diketahui. Tetapi teori lama
mengatakan penyebabnya antara lain adalah keracunan, komplikasi pada saat
melahirkan, alergi terhadap gula dan beberapa jenis makanan, dan kerusakan pada
otak. Meskipun teori ini ada benarnya, banyak kasus ADHD yang tidak cocok
dengan penyebab tersebut.
Penelitian membuktikan bahwa ADHD ada hubungannya dengan genetika
seorang anak. Bukan berarti kalau salah seorang orang tua menderita ADHD, si
anak juga akan menderita ADHD. Juga tidak berarti jika si anak menderita ADHD
karena ada kerabat dekat yang menderita ADHD.
ADHD hanya dapat di lihat dari perilaku yang sangat kentara pada diri
anak ADHD. Mengapa demikian? Karena ADHD adalah istilah yang digunakan
untuk menggambarkan beberapa pola perilaku yang sulit dibedakan diantara anak-

3
anak yang kelak suatu hari ditemukan perbedaan beserta penyebabnya (Baihaqi
dan Sugiarmin, 2006: 13).
Hyperactive bukan merupakan penyakit tetapi suatu gejala atau symptoms.
Symptoms terjadi disebabkan oleh faktor-faktor brain damage, an emotional
disturbance, a hearing deficit, or mental retardaton (Batshaw & Perret, 1986: 261
dalam Delphie, 2006: 73)
ADHD membawa pengaruh kepada setiap aspek kehidupan anak. Anak-
anak yang menderita ADHD seringkali mendapat kesulitan dalam memahami
instruksi, mengingat tugas, bermain dengan baik dengan saudara sekandung, atau
mengingat peraturan-peraturan. Sepertinya mereka selalu berada dalam kesulitan.
Mereka sulit untuk ikut serta dalam aktivitas kelompok atau duduk diam di kelas.
Mereka mungkin dicap sebagai anak nakal. Bagi sebagian anak yang menderita
ADHD, sangat sulit berteman.
Problem diatas menjadikan mereka anak yang kesepian dan sulit
dimengerti dan mereka menjadi lebih nakal karenanya. Bagaimana mereka dapat
menyelesaikan sekolah jika sulit memusatkan perhatian? Tanpa penyesuaian diri
dalam bersosialisasi secara benar, mereka akan mendapat kesulitan dalam mencari
teman pada masa mereka dewasa.
Beberapa bukti-bukti menunjukkan bahwa orang yang menderita ADHD
juga mengalami kesulitan belajar, selalu menentang dan berkelakuan
menyimpang. Kondisi-kondisi seperti ini membuat mereka mengalami kesulitan
dalam bergaul.
Baihaqi dan Sugiarmin (2006: 46-47) memaparkan pengaruh ADHD
adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh ADHD pada pendidikan
a. Tidak dapat segera memulai.
b. Prestasi kurang.
c. Bekerja terlalu lambat/ cepat.
d. Melupakan intruksi atau penjelasan.
e. Tidak melakukan tugas.
f. Selalu meninggalkan benda-benda sampai menit terakhir.

4
g. Selalu binggung.
h. Menangguhkan pekerjaan.
i. Motivasi yang kurang, mudah frustasi.
j. Kesulitan dalam menyelesaikan tugas.
k. Menghindari teman, berperilaku kacau.
2. Pengaruh ADHD pada perilaku
a. Menuntut.
b. Turut campur dengan orang lain.
c. Mudah frustasi.
d. Kurang mengendalikan diri.
e. Tidak tenang/ gelisah.
f. Lebih banyak berbicara.
g. Suka menjadi pemimpin, mudah berubah pendirian.
h. Mengganggu, cenderung untuk mendapat kecelakaan.
i. Mudah binggung, mengalami hari-hari baik dan buruk.
3. Pengaruh ADHD pada aspek sosial
a. Mementingkan diri sendiri.
b. Cemas, kasar. Tidak peka.
c. Tidak dewasa, tertekan.
d. Harga diri rendah.
e. Keras/ tenang, membuat ramai.
f. Tidak berpikir panjang.
g. Menarik diri dari kelompok.
h. Sering berperilaku tanpa perasaan.
i. Tidak mau menunggu giliran.

C. Karakteristik Anak ADHD


Menurut Baihaqi dan Sugiarmin (2006: 2-3) ciri utama ADHD adalah:
1. Rentang perhatian yang kurang, adapun gejala-gejala yang menunjukkan
’rentang perhatian yang kurang’ meliputi:
a. Gerakan yang kacau;

5
b. cepat lupa;
c. mudah binggung; dan
d. kesulitan dalam mencurahkan perhatian terhadap tugas-tugas atau
kegiatan bermain.
2. Impulsivitas yang berlebihan dan adanya hiperaktivitas, gejala-gejala
tersebut meliputi:
a. Emosi gelisah;
b. mengalami kesulitan bermain dengan tenang;
c. mengganggu anak lain; dan
d. selalu bergerak.
Adapun menurut Muhammad (2008: 128), anak-anak hiperaktif dapat dikenali
dari gejala-gejala berikut:
1. Tidak memberi perhatian
a. Lalai mengerjakan tugas.
b. Tidak mengikuti arahan.
c. Sulit untuk berkonsentrasi pada satu aktivitas.
2. Impulsif
a. Bertindak tanpa berpikir.
b. Selalu berganti-ganti aktifitas.
c. Sulit menjalani satu aktivitas.
d. Membutuhkan perhatian lebih.
e. Tidak bisa menunggu giliran.
3. Hiperaktif
a. Sering berlari atau memanjat benda-benda yang tinggi atau perabotan
dan sulit diatur.
b. Sulit untuk duduk di satu tempat dengan tenang.
c. Bergerak-gerak berlebihan ketika tidur.
d. Selalu aktif setiap saat.

6
Menurut Widhata (2008) seseorang dapat dikategorikan sebagai
Inattention, hiperaktifitas, dan Impulsif Jika ia minimal memenuhi minimal 6
kriteria dibawah ini:
1. Inattention:
a. Tidak teliti atau sering ceroboh dalam menyelesaikan tugas sekolah,
pekerjaan atau kegiatan lainnya.
b. Sulit mempertahankan konsentrasi untuk menyelesaikan tugas atau
permainan.
c. Sering tidak mendengarkan pada saat diajak berbicara.
d. Cenderung tidak mengikuti instruksi dalam menyelaesaikan tugas sekolah
atau pekerjaan.
e. Mengalami masalah dalam mengatur atau mengorganisasi tugas atau
kegiatan.
f. Tidak menyukai atau cenderung menghindar tugas yang memerlukan
kemampuan mental dan konsentrasi yang panjang.
g. Sering kehilangan barang – barang atau peralatan yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas. Misalnya, buku, pensil, penghapus dan lain – lain.
h. Mudah terpecah konsentrasinya.
i. Pelupa.
2. Hiperaktifitas:
a. Tidak dapat duduk dengan tenang.
b. Sering meninggalkan bangku tanpa alasan yang jelas.
c. Berlari, memanjat tidak pada tempatnya (pada usia dewasa, lebih
ditunjukkan dengan sikap gelisah).
d. Kesulitan dalam menikmati kegiatan atau permainan yang tenang dan
membawa relaksasi.
e. Berkeinginan untuk selalu bergerak aktif.
f. Cerewet, suka berbicara kadang tidak sesuai dengan konteks.
3. Impulsif:
a. Sering memberikan jawaban sebelum pertanyaan yang ditanyakan selesai.
b. Mengalami masalah dalam menunggu giliran.

7
c. Sering memotong pembicaraan orang lain atau menyerobot.
Dan menurut Tanner (2007) ada tiga tanda utama anak yang menderita
ADHD, yaitu:
1. Tidak ada perhatian. Ketidak mampuan memusatkan perhatian pada beberapa
hal seperti membaca, menyimak pelajaran, atau melakukan permainan.
Seseorang yang menderita ADHD akan mudah sekali teralih perhatiannya
karena bunyi bunyian, gerakan, bau bauan atau pikiran, tetapi dapat
memusatkan perhatian dengan baik jika ada yang menarik minatnya.
2. Hiperaktif. Mempunyai terlalu banyak energi. Misalnya berbicara terus
menerus, tidak mampu duduk diam, selalu bergerak, dan sulit tidur
3. Impulsif. Bertindak tanpa dipikir, misalnya mengejar bola yang lari ke jalan
raya, menabrak pot bunga pada waktu berlari di ruangan, atau berbicara tanpa
dipikirkan terlebih dahulu akibatnya.
Setiap anak yang seringkali bertindak seperti contoh-contoh diatas selama
lebih dari enam bulan berturut-turut, dibandingkan dengan anak seusianya, dapat
didiagnosa menderita ADHD. Gejala ini biasanya muncul sebelum si anak berusia
enam tahun.
Ciri yang paling mudah dikenal bagi anak hiperaktif adalah anak akan
selalu bergerak dari satu tempat ke tempat lain, selain itu yang bersangkutan
sangat jarang untuk berdiam selama kurang 5 hingga 10 menit guna melakukan
suatu tugas kegiatan yang diberikan gurunya (Delphie, 2006: 73).
Adapun untuk kriteria lain mengenai ADHD dapat dilihat pada DSV IV
(1994) yang akan dipaparkan pada bagian berikutnya.

D. Jenis ADHD
ADHD adalah sebuah kondisi yang amat kompleks; gejalanya berbeda-
beda. Para ahli mempunyai perbedaan pendapat mengenai hal ini, akan tetapi
mereka menggunakan jenis ADHD sebagai berikut ini:
1. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau
Impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada

8
pada anak perempuan. Mereka seringkali melamun dan dapat digambarkan seperti
sedang berada di awang-awang.
2. Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive
Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi
tidak bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak- anak
kecil.
3. Tipe gabungan
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif.
Kebanyakan anak anak termasuk tipe seperti ini.
Sama halnya dengan pemaparan Baihaqi dan Sugiarmin (2006: 7)
bahwasannya anak ADHD dibedakan ke dalam tiga tipe:
1. Tipe ADHD gabungan
Untuk mengetahui tipe ini dapat didiagnosis/ dideteksi oleh adanya paling
sedikit 6 diantara 9 kriteria untuk ’perhatian’, ditambah paling sedikit 6
diantara 9 kriteria untuk hiperaktivitas impulsifitas, tentunya disertai bukti
antara lain sebagai berikut:
a. Gejala-gejala tersebut tampak sebelum anak mencapai usia 7 tahun.
b. Gejala-gejala diwujudkan pada -paling sedikit- dua seting yang berbeda.
c. Gejala yang muncul menyebabkan hambatan yang signifikan dalam
kemampuan akademik.
d. Gangguan ini tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh kondisi
psikologi atau psikiatri lainnya.
2. Tipe ADHD kurang memerhatikan
Untuk mengetahui tipe ini, dapat didiagnosis oleh adanya paling sedikit 6
diantara 9 gejala untuk ’perhatian’ dan mengakui bahwa individu-individu
tertentu mengalami sikap kurang memerhatikan yang mendalam tanpa
hiperaktivitas/impulsifitas.
3. Tipe ADHD hiperaktif impulsif
Tipe ketiga ini menuntut paling sedikit 6 diantara 9 gejala yang terdaftar pada
bagian hiperaktif impulsifitas. Tipe ini mengacu pada anak pada anak-anak
yang mengalami kesulitan lebih besar dengan memori (ingatan) mereka dan

9
kecepatan motor perseptual (persepsi gerak), cenderung untuk melamun, dan
kerap kali menyendiri secara sosial.
Adapun kriteria ADHD tersebut terdapat pada DSM IV (1994)
Berikut kriteria ADHD berdasarkan Diagnostic Statistical Manual yang
diambil dari Manual Diagnostik dan Statistika mengenai Gangguan-gangguan
Mental menurut Asosiasi Psikiater Amerika, tahun 1994 (Baihaqi dan Sugiarmin,
2006: 7):
1. Kriteria
a. Kurang perhatian
Pada kriteria ini, penderita ADHD paling sedikit mengalami 6 atau lebih
dari gejala-gejala berikutnya, dan berlangsung selama paling sedikit enam
bulan sampai suatu tingkatan yang maladaptif dan tidak konsisten dengan
tingkat perkembangan.
1) Seringkali gagal memperhatikan baik-baik terhadap sesuatu yang
detail atau membuat kesalahan yang sembrono dalam pekerjaan
sekolah dan kegiatan-kegiatan lainnya.
2) Sering kali mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian
terhadap tugas-tugas atau kegiatan bermain.
3) Seringkali tidak mendengarkan jika diajak bicara secara langsung.
4) Sering kali tidak mengikuti baik-baik intruksi dan gagal dalam
menyelesaikan pekerjaan sekolah, pekerjaan, atau tugas di tempat kerja
(bukan di sebabkan karena perilaku melawan atau kegagalan untuk
mengerti intruksi).
5) Seringkali mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas dan
kegiatan.
6) Seringkali kehilangan barang/ benda penting untuk tugas-tugas dan
kegiatan.
7) Seringkali menghindari, tidak menyukai atau enggan untuk
melaksanakan tugas-tugas yang membutuhkan usaha mental yang
didukung, seperti menyelesaikan pekerjaan sekolah atau pekerjaan
rumah.

10
8) Sering kali bingung/ terganggu oleh rangsaan dari luar.
9) Seringkali lekas lupa dalam menyelesaikan kegiatan sehari-hari.
b. Hiperaktivitas dan Impulsifitas
Paling sedikit 6 atau lebih dari gejala-gejala hiperaktivitas impulsifitas
berikutnya bertahan selama paling sedikit 6 bulan sampai dengan
tingkatan yang maladaptif dan tidak dengan tingkat perkembangan.
Hiperaktif:
1) Seringkali gelisah dengan tangan atau kaki mereka, dan sering
menggeliat di kursi.
2) Sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas atau dalam situasi
lainnya di mana diharapkan agar anak tetap duduk.
3) Sering berlarian atau naik-naik secara berlebihan dalam situasi di mana
hal ini tidak tepat.
4) Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam
kegiatan senggang secara tenang.
5) Sering’bergerak’ atau bertindak seolah-olah ’dikendalikan oleh motor’.
6) Sering berbicara berlebih.
Impulsifitas:
1) Sering memberi jawaban sebelum pertanyaan selesai.
2) Sering mengalami kesulitan menanti giliran.
3) Sering mengintrupsi atau menggangu orang lain, misalnya memotong
pembicaraan atau permainan.
2. Beberapa gejala hiperaktivitas impulsifitas atau kurang perhatian yang
menyebabkan gangguan muncul seelum anak berusia 7 tahun.
3. Ada suatu gangguan di dua atau lebih setting/ situasi.
4. Harus ada gangguan yang secara klinis, signifikan di dalam fungsi sosial,
akademik, atau pekerjaan.
5. Gejala-gejala tidak terjadi selama berlakunya PDD, Skizofrenia, atau
gangguan psikotik lainnya, dan tidak dijelaskan dengan lebih baik oleh
gangguan mental lainnya.

11
C. Permasalah Yang dialami Oleh Anak ADHD
Anak dengan tipe ADHD biasanya mempunyai problem dalam
memperhatikan instruksi, menyelesaikan tugas, berhubungan dengan anak lain,
atau duduk tenang. Artinya mereka seringkali membuat masalah di rumah,
dijuluki sebagai anak nakal di sekolah, dan diganggu oleh teman-temannya.
Keadaan ini seringkali membuat si anak berpikir bahwa dia tidak baik, yang
membuatnya rendah diri dan tidak percaya diri.
Di sekolah anak hiperaktif mendapatkan kesulitan untuk berkonsentrasi
dalam tugas-tugas kerjanya. Ia selalu mudah bingung atau kacau pikirannya, tidak
suka memperhatikan perintah atau penjelasan gurunya, dan selalu tidak berhasil
dalam melaksanakan tugas-tugas pekerjaan sekolah, sangat sedikit mengeja huruf,
tidak mampu meniru huruf-huruf (Rapport & Ismond, 1984 dalam Betshaw &
Perret, 1986 dalam Delphie, 2006: 73).

12
BAB III
BANTUAN YANG DIBERIKAN

A. Alternatif Bantuan Atas Dasar Pertimbangan Konseptual Pada nank


ADHD
Dalam memberikan perhatian kepada anak yang mengalami ADHD,
Baihaqi dan Sugiarmin (2006: 65) memaparkan:
1. Langkah penanganan anak ADHD banyak jenisnya, sebagian bergantung pada
pandangan pelaksana terhadap perkembangan anak.
2. Penanganan belajar anak ADHD bergantung pada masalah yang dihadapi
anak.
Maka berdasarkan pemaparan diatas bahwasanya penanganan anak ADHD
tergantung kepada masalah apa yang dihadapi oleh anak, berarti dalam hal ini
penanganan yang bisa dilakukan dalam menangani konseli adalah bagaimana
upaya meningkatkan kemampuan untuk mengendalikan dirinya sehingga dengan
mampu mengendalikan dirinya konseli dapat meminimalisir perilaku yang
merugikan orang lain dan dapat meningkatkan konsentrasi dalam mengikuti
pelajaran.
Teknik yang bisa digunakan dalam menghilangkan atau mengurangi
tingkah laku yang tidak dikehendaki adalah sebagai berikut (Baihaqi dan
Sugiarmin, 2006: 69):
Dalam upaya menganalisis tingkah laku yang akan menjadi sasaran penanganan.
Teknik ini disebut analisis A-B-C, yaitu bahwa kebanyakan tingkah laku
dipengaruhi oleh kejadian yang mendahuluinya atau antecedent (A) yang terjadi
sebelum terjadinya tingkah laku atau behavior (B), dan akan mengakibatkan suatu
konsekuensi (C).
Tentunya dalam hal ini informasi tersebut dapat diperoleh melalui
wawancara dengan orang tua, mengamati, dan mencatat kejadian-kejadian yang
terjadi terutama pada tingkah laku yang tidak dikehendaki. Selanjutnya tingkah
laku tersebut dipelajari bentuk tingkah lakunya, kapan terjadinya, dalam situasi

13
bagaimana, dsb. Gambaran yang jelas dari tingkah laku yang dimunculkan oleh
anak memudahkan dalam memberikan perubahan kejadian sebelum dan sesudah
tingkah laku yang tidak dikehendaki terjadi. Perubahan ini akan menghasilkan
suatu tingkah laku yang baik menggantikan tingkah laku yang tidak dikehendaki.
Sebagai contoh perilaku yang sering dimunculkan oleh konseli adalah
tidak bisa duduk diam, dan mengganggu temannya. Maka dalam hal ini cari
alasan mengapa anak tersebut melakukan hal demikian, beberapa alasan hal
demikian terjadi karena anak tersebut membutuhkan perhatian, merasa bosan, dsb.
Maka hal pertama yang bisa dilakukan adalah menghilangkan alasan-
alasan tersebut dengan cara memberikan perhatian, mengubah kegiatan, atau
menghampiri si anak. Seyogyanya orang tua dan guru memberitahukan kepada
anak tentang cara yang baik untuk menyatakan rasa ketidakpuasan, kejengkelan,
dan kemarahanya.
Adapun teknik lain yang bisa diberikan, adalah sebagai berikut:
1. Ekstingsi
Teknik ini berasumsi bahwa tanpa penguat terhadap suatu respon akan
menurunkan atau menghilangkan respon tersebut.
2. Satiasi
Satiasi berupaya menghilangkan alasan yang menghasilkan tingkah laku yang
tidak dikehendaki, misalkan dengan memberikan perhatian sebelum anak
menuntut perhatian, atau bisa juga dengan melebihkan layanan daripada yang
diinginkan.
3. Pemberian hukuman
Hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemberian hukuman:
a. Hukuman digunakan jika tidak ingin membiarkan suatu tingkah laku
berlanjut.
b. Hukuman dilakukan jika prosedur lain tidak berhasil
c. Sebaiknya diberikan hukuman ringan yang terbukti efektif untuk tingkah
laku tertentu.
d. Jangan melakukan hukuman dalam keadaan marah.
4. Time out

14
Tteknik ini dilakukan dengan cara anak dipindahkan dari tempat yang
tingkahlaku tidak dikehendaki terjadi.
Baihaqi dan Sugiarmin (2006: 76) memaparkan bahwa pada intinya,
faktor-faktor kunci untuk anak ADHD merupakan peraturan yang ditetapkan
dengan jelas, sesuai dengan harapan dan instruksi. Selain itu, mereka
membutuhkan umpan balik yang segera dan konsisten atas perilaku dan
pengarahan kembali pada tugas. Mereka membutuhkan orang dewasa, baik orang
tua maupun guru dalam mengatasi masalah yang dialaminya dengan cara yang
didasarkan atas pengetahuan, rasa iba, dan rasa hormat.
Alternatif bantuan yang diungkapkan Tenner (2007) terhadap anak
ADHD, adalah:
1. Tingkatkan Kejelasan
Tentukan aturan-aturan, konsekuensi, dan imbalan . Seringkali, anak
dengan ADHD sepertinya selalu mendapatkan kesulitan. Meskipun guru telah
menentukan aturan-aturan, mereka seringkali melanggarnya dan seperti keheranan
ketika diberi hukuman. Untuk menghindari hal ini, sebaiknya guru atau orang tua
membicarakan aturan-aturannya dengan anak. Lalu tuliskan aturan-aturan tersebut
dan pastikan anak mengerti tentang peraturan-peraturan itu. Misalnya, kita (guru,
orang tua) menuliskan: jagalah kebersihan, tetapi anak anda tidak mengerti
sebelum anda menjelaskan apa arti kebersihan. Kamarmu harus dibersihkan setiap
minggu, mainan dibereskan sebelum tidur, harus mandi setiap hari. Peraturan-
peraturan ini mempunyai arti yang berbeda yang tidak dapat diinterpretasikan
secara berbeda.
Tuliskan peraturan-peraturan tersebut disertai dengan konsekuensinya
kalau dilanggar juga hadiahnya kalau dipatuhi. Gambar atau symbol dapat
dipergunakan untuk anak-anak yang masih kecil. Letakkan tulisan atau gambar
tersebut di tempat yang mudah dilihat. Sebaliknya si anakpun dapat membuat
peraturan-peraturan bagi orang tuanya.
Bantu si anak memahami tugasnya . Anak dengan ADHD seringkali
menemui kesulitan dalam menyelesaikan suatu tugas. Contohnya: tugas yang
diberikan adalah membersihkan semua keranjang sampah yang ada di dalam

15
rumah. Dia membuang sampah yang di dapur saja dan lupa membuang yang di
kamar mandi. Sebaiknya dibuatkan semacam daftar mengenai apa saja yang harus
dikerjakan. Untuk anak yang belum bisa membaca gunakan gambar atau symbol.
Daftar semacam ini dapat dipakai untuk segala macam tugas, misalnya
membersihkan kamar, memberi makan binatang peliharaan, atau mencuci piring.
Daftar ini dapat juga digunakan untuk mengingatkan anak mengenai kegiatan
rutin sehari-hari, bahkan dalam kegiatanya di sekolah.
2. Tingkatkan Tatanan
Tempatkan segala sesuatu pada tempatnya dan buat segala sesuatu lebih
teratur misalnya mainan anak yang berceceran karena terburu-buru berangkat ke
sekolah sediakan tempat untuk meletakannya.
Gunakan beker atau sinyal waktu, Anak dengan ADHD seringkali tidak
memperhatikan waktu. Mereka tidak mempunyai konsep waktu, karena itu
mereka mungkin akan lupa dengan tugas yang diberikan. Lebih parah lagi mereka
merasa terganggu dengan waktu.
3. Tingkatkan Kewaspadaan Akan Berbagai Kemungkinan
Jadwal harian dapat merupakan hal yang pasti. Dengan mengikuti jadwal
si anak merasa lebih mudah mengingat apa yang harus dikerjakan. Namun, anak
dengan ADHD akan sangat bergantung pada jadual, karena itu ada baiknya kita
mengingatkan mereka akan kemungkinan yang ada diluar jadwal. Ingatkan si anak
beberapa hari sebelumnya dan pada hari dimana aktivitas dalam jadwal
seharusnya dilakukan.
Hindari suara atau bunyi-bunyian - Ketika si anak sudah akan memulai
suatu aktivitas, dia akan mudah sekali teralih perhatiannya karena bunyi pesawat
yang kebetulan lewat, gonggongan anjing, suara orang bercakap-cakap diruang
lain, atau gambar yang tergantung di dinding. Kita ingin si anak bekerja sebaik-
baiknya, karena itu hindari menempatkan mereka di depan jendela atau ruang
dimana banyak kegiatan di dalam rumah. Carilah tempat yang tenang, tetapi
pastikan si anak benar-benar melakukan semua proses tugasnya, bisa saja si anak
mempunyai pilihan lain dalam melaksanakan tugasnya yang kadang-kadang tidak
terfikirkan oleh kita. Mungkin saja mereka melakukan tugasnya dengan baik

16
sambil berbaring atau berdiri di samping meja. Mungkin juga mereka minta
diputarkan lagu atau penerangan di ruangan diredupkan sedikit. Yang penting
jangan sampai si anak merasa terisolasi dalam sebuah ruangan. Si anak akan
merasa aman berada dengan anda selama dia melaksanakan tugasnya dan andapun
dapat memonitor proses penyelesaian tugas. Dalam hal ini si anak punya pola
tingkah laku tersendiri dalam menyelesaikan tugas yang sebaiknya tidak
diganggu.
Muhammad (2008: 181-187) penanganan murid yang ADHD:
1. Interaksi sosial:
a. Kenali tingkah laku sosial yang sesuai untuknya, dan hargai apabila ia
menunjukakan tingkah laku tersebut.
b. Duduk dengannya dan buat perjanjian yang jelas yang didalamnya
menyatakan tujuan yang harus dicapai olehnya.
c. Gunakan pujian secara lisan dan tulisan. Pujian yang jelas dan dikatakan
secara langsung menjadikan murid memahami tindakan yang seharusnya,
dan dapat menilai tingkah lakunya sendiri.
d. Hadapkan dirinya pada interaksi kelompok kecil yang diberi tujuan yang
harus dicapai.
e. Kenali kelebihannya yang dapat diumumkan kepada teman-temanya yang
lain. Dengan begitu murid-murid lain akan membentuk tanggapan positif
padanya.
f. Jalankan situasi memainkan peran dengannya dan tekankan kepada
penggunaan kemampuan yang spesifik.
2. Kemampuan dalam mengurus diri sendiri
a. Buat tugas untuk dibuat di rumah dan serahkan padanya sebelum pulang.
b. Minta orang tuanya untuk mengurus dalam mengatur perlengkapannya
supaya dia bisa menyediakan kebutuhannya keesokan harinya.
c. Hindari untuk member tugas dan arahan yang bermacam-macam. Biarkan
dia menyelesaikan satu tugas terlebih dahulu sebelum menyelesaikan tugas
selanjutnya.
3. Masalah dalam mengerjakan tugas

17
a. Guru dapat memintanya untuk menyelesaikan semua tugas di sekolah.
b. Selalu berikan murid waktu tambahan untuk membuatnya dapat
menyelesaikan tugasnya.
c. Bherikan tugas yang ringan namun intensif.
d. Perintahkan temanya apabila dia mengalami kesulitan dalam mendengar
dan mencatat.
e. Selalu berdekatan dengannya.
4. Sikap impulsive
a. Guru harus bersikap realistis tentang apa yang diharapkan mengenai
tingkah lakunya.
b. Ajarkan tingkah laku yang sesuai dengan memberi pengakuan secara
langsung untuk respons positif.
c. Sediakan jadwal yang menentukan bila waktunya dia boleh meninggalkan
tempat duduknya untuk melakukan aktivitas lain.
5. Kemampuan akademik
a. Bimbing dia dalam menggunakan kertas diagram saat membuat tugas
matematika agar ia dapat mengetahui tempat yang benar untuk mencatat
nomor, ini dapat membuatnya lebih focus.
b. Gunakan sarana yang dapat dimanipulasi untuk menjaga minat murid.
c. Sampaikan apa tujuan tugas yang diberi kepada muri dan sediakan sarana
yang dapat membantu mencapai tujuan tersebut.
6. Akspresi emosi
a. Guru harus menyadari keterbatasannya dalam memberi perhatian dan
menunjukakan perasaannya.
b. Beri pilihan kata-kata yang berkaitan dengan emosi. Penggunaan istilah
yang sesuai dapat meningkatkan kemampuannya dalam menyatakan
perasaanya dan juga mengurangi tingkah laku buruknya.
c. Ajarkan dirinya tentang bagaimana menyalurkan kemarahan yang baik.
d. Cobalah beri kekuasaan kepadanya untuk focus terhadap semua aspek
kehidupannya yang dapat dikontrolnya.

18
B. Keterlibatan Pihak Lain dalam Pemberian Bantuan
1. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Oleh Orang Tua
a. Pengaturan Waktu, tentunya dalam hal ini upaya bantuan orang tua dalam
mengawasi anaknya selama berada dilingkungan rumah. Orang tua
hendaknya membuat jadwal, sehinggga adanya kegiatan yang terencana,
kapan waktunya anak bermain dan kapan waktunya untuk belajar. Hal ini
dapat membantu anak dalam meningkatkan kedisiplinannya.
b. Tempat yang Baik Untuk Melakukan Aktivitas, tentunya dalam hal ini
adalah strategi orang tua dalam mengatur tempat yang sesuia dengan
aktifitas yang akan dilakukan oleh si anak.
c. Tempat Untuk Menyendiri, orang tua yang mempunyai anak yang impulsif
tentunya dibutuhkan tempat baginya untuk menyendiri, Sediakan sebuah
bantal guling yang dapat ditinju atau dilempar. Dengan cara ini si anak
bisa melampiaskan rasa frustrasinya tanpa memukul orang atau
membanting benda-benda.
d. Pemberian perhatian dan kasih sayang, hal ini sangat penting dilakukan
oleh orang tua. Terkadang anak yang ADHD sangat membutuhkan
perhatian dari orang tuanya. Jangan pernah bosan untuk memujinya ketika
ada hal yang menunjukan keadaan yang lebih baik.

2. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Di Sekolah


a. Ruang Kelas, Ruang kelas yang terbaik bagi anak dengan ADHD adalah
adanya penempatan peraturan dan jadwal sekolah yang mudah dilihat dan
dibaca. Aktivitas sekolah sebaiknya merangsang minat anak dan pekerjaan
sekolah mungkin sukar, tetapi diimbangi dengan praktik yang
menyenangkan, misalnya penggunaan komputer, pekerjaan laboratorium
dsb. Tetapi jika lingkungannya terlalu merangsang minat anak, si anak
akan sulit berkonsentrasi. Hindari menempati si anak di dekat jendela,
pintu terbuka atau gambar / lukisan yang warnanya cerah karena akan
merusak konsentrasi anak. Tempatkan si anak dekat meja guru agar guru

19
bisa mengawasi dan membantu. Tetapi jangan sampai si guru sering
didatangi murid lain karena inipun bisa mengganggu, karena anak akan
mengalihkan perhatiannya kepada apa yang didiskusikan temannya dengan
guru. Jangan tempatkan anak di sudut kelas atau jauh dari pantauan guru.
Tanpa perhatian guru si anak akan dengan mudah beralih dan sibuk
dengan pikirannya sendiri dan hanya melamun.
b. Guru hendaknya menjalin hubungan yang baik dengan ketika menghadapi
anak ADHD, dalam hal ini guru harus sabar menghadapi anak dan tak
pernah bosan untuk selalu membimbingnya.
c. Pemberian pujian biasanya efektif karena memberikan pengaruh baik bagi
tingkah laku anak.
d. Anak dengan ADHD sepatutnya mendapatkan pelayanan pendidikan
khusus di sekolah. Jika sekolah tidak mempunyai sarananya, sebaiknya
hubungi lembaga yang mempunyai tenaga ahli dalam mengatasi ADHD,
misalnya klub Anak Anak Berkesulitan Belajar (Klub AABB).

3. Bantuan Pihak Medis atau tenaga ahli (psikolog)


Jika memang pihak medis sangat dibutuhkan dalam membantu perubahan
perilaku anak maka hal ini bisa dilakukan. Karena dengan melakukan konsultasi
maka kita bisa lebih tepat dalam menangani kasus anak tersebut.

20
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada bab terakhir ini penulis sajikan beberapa kalimat sebagai kesimpulan dari
permasalahan yang dibahas dalam makaalah ini, yaitu sebagai berikut :
Anak ADHD (Attention Deficit and Hyperactive Disorder) merupakan anak
yang memiliki hambatan dalam pemusatan perhatian yang disertai perilaku
hiperaktivitas. Anak ADHD memilki rentang waktu yang sangat sedikit dalam
berkonsentrasi, berdasarkan pengamatan yang penulis lakukaan anak yang penulis
assessment mengalami gangguan emosi dan prilaku, dari tolak ukur ini penulis
mendapat beberapa pengetahuan bahwasanya anak ADHD memiliki emosi yang
berubah-ubah, dan perilaku yang labil. Anak ADHD tidak sepenuhnya Inattention,
mereka menaruh perhatian yang besar terhadap apa yang membuat mereka
senang, sedangkan yang lainnya tergantung dari apa yang menarik perhatian
mereka.
Anak ADHD ini memerlukan perhatian yang extra untuk membuat mereka
focus, baik dalam pengajaran maupun hal-hal yang tidak terlalu penting supaya
secara tidak sadar anak diajarkan untuk tetap focus terhadap apa yang ia lakukan.

B. Saran
Berdasarkan pengamatan dari sudut pandang penulis, penulis memberikan
beberapa buah pikiran yang mungkin dapat dipertimbangkan oleh semua pihak,
khusunya pihak orang tua, pendidik dan institusi pendidikan dalam menghadapi
anak ADHD baik yang memiliki gagguan perilaku dan emosi maupun tidak, yaitu
dengan cara memberikan kasih sayang,dan kesabaran yang tinggi dengan harapan
dapat mengurangi kehiperaktifan anak ADHD tersebut, serta dapat meningkatkan
kemampuan dirinya yang secara potensial dapat berguna bagi dirinya sendiri dan
lingkungan sekitar , selain itu dapat melatih emosi dan mengubah perilaku anak
ADHD melalui proses pembelajaran yang kondusif .

21

You might also like