You are on page 1of 149

PENGARUH PENGUASAAN MATERI BILANGAN KOMPLEKS

TERHADAP KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL-SOAL


RANGKAIAN LISTRIK ARUS BOLAK-BALIK PADA SISWA KELAS 1
PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK LISTRIK INDUSTRI BIDANG
KEAHLIAN TEKNIK ELEKTRO DI SMKN 7 (STM PEMBANGUNAN)
SEMARANG TAHUN PEMELAJARAN 2004/2005

Skripsi
Diajukan dalam rangka menyelesaikan Studi Strata 1
Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Nama : Dini Nurinda Hanggarani


NIM : 5314000005
Program Studi : S1- Pendidikan Teknik Elektro
Jurusan : Teknik Elektro

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2005
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Pengaruh Penguasaan Materi Bilangan Kompleks Terhadap


Kemampuan Menyelesaikan Soal-soal Rangkaian Listrik Arus Bolak-balik pada Siswa
Kelas 1 Program Keahlian Teknik Listrik Industri Bidang Keahlian Teknik Elektro di
SMKN 7 (STM Pembagunan) Semarang Tahun Pemelajaran 2004/2005”, telah
dipertahankan dihadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Teknik Universitas
Negeri Semarang, yang diselenggarakan pada :
Hari :Selasa
Tanggal :26 Juli 2005

Panitia
Ketua Sekretaris

Drs. Djoko Adi Widodo, M.T Drs. R. Kartono, M.Pd


NIP. 131570064 NIP. 131474229

Pembimbing I Penguji I

Drs. Usman Nurzaman, M.Pd Drs. Usman Nurzaman, M.Pd


NIP. 130515780 NIP. 130515780

Pembimbing II Penguji II

Drs. M. Harlanu, M.Pd Drs. M. Harlanu, M.Pd


NIP. 131931823 NIP. 131931823

Penguji III

Drs. Agus Murnomo, M.T


NIP. 131616610
Dekan

Prof. Dr. Soesanto


NIP. 130875753
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

Mukmin yang kuat adalah lebih baik dan lebih disenangi daripada mukmin yang
lemah. Masing-masing adalah baik. Senanglah mencapai masalah yang
bermanfaat padamu, mintalah tolong kepada Allah dan jangan lemah. Apabila
kamu tertimpa sesuatu, jangan berkata: “Seandainya aku berbuat begini... dan
begitu...”, tapi berkatalah :”Allah sudah menakdirkan sesuatu yang dikehendaki
dan dilakukan” Sesunggguhnya kalimat “seandainya...”, membuka pintu bagi
setan.
(H. R. Muslim 4/2052)

Senyum manismu kepada saudaramu adalah sedekah.


(H. R Tirmidzi)

PERSEMBAHAN:

1. Allah SWT, yang telah mengabulkan


do’aku.
2. Mama dan Papa, yang telah
membimbingku dan memberikan segala
motivasi.
3. Diyan satriyo, yang selalu membantu
dan mendorongku hingga selesainya
pembuatan skripsi ini.
4. Adik-adiku dan teman-temanku, I love
you all.
5. Almamaterku, UNNES
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul ” Pengaruh Penguasaan Materi Bilangan Kompleks terhadap

Kemampuan Menyelesaikan Soal-soal Rangkaian Listrik Arus Bolak-balik pada

Siswa Kelas 1 Program Keahlian Teknik Listrik Industri Bidang Keahlian Teknik

Elektro SMKN 7 (STM Pembangunan) Semarang Tahun Pelajaran 2004/2005”

dalam rangka menyelesaikan studi Strata Satu untuk mencapai gelar Sarjana

Pendidikan di Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

Skripsi ini dapat penulis selesaikan berkat bimbingan, motivasi dan

bantuan semua pihak. Oleh karena itu dengan rendah hati penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih khususnya kepada Drs. Usman Nurzaman,

M.Pd dan Drs M. Harlanu, M.Pd selaku dosen pembimbing serta Drs. Agus

Murnomo, MT selaku dosen penguji skripsi ini, yang telah banyak memberikan

bimbingan, saran dan motivasi. Selain itu penulis juga perlu mengucapkan terima

kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini,

antara lain:

1. Prof. Dr. Soesanto, M.Pd, Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri

Semarang yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk melaksanakan

penelitian sampai terselesainya skripsi ini.

2. Drs.Djoko Adi Widodo, M.T, ketua jurusan Teknik Elektro Universitas

Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk

melaksanakan penelitian sampai terselesainya skripsi ini.


3. Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang, Drs Sri Santoso yang telah

memberikan ijin penelitian di SMKN 7 Semarang.

4. Kepala SMK N 7 Semarang, yang telah memberikan iojin penelitian di SMK

N 7 Semarang.

5. Guru mata diklat Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika (PKDLE),

Albasori S.Pd yang telah membimbing dan membantu pelaksanaan penelitian

di SMK N 7 Semarang

6. Siswa kelas 1 program keahlian Teknik Listrik Industri bidang keahlian

Teknik Elektro SMK N 7 Semarang Tahun Pelajaran 2004/2005 , yang telah

bersedia menjadi responden instrumen penelitian.

7. Semua pihak yang tidak bisa kusebutkan satu persatu yang telah membantu

dan memberikan semangat dalam penyelesaian skripsi.

Penulis hanya dapat memohon, semoga Allah SWT memberikan balasan

kebaikan dan barakah kepada pihak-pihak tersebut.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penulisan skripsi ini,

namun penulis menyadari adanya kekurangan dan keterbatasan pengetahuan

sehingga skripsi ini jauh dari sempurna. Penulis menyadari bahwa skripsi ini

masih banyak kekurangan. Oleh karena itu masukan berupa saran dan kritik

sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembaca pada umumnya dan dunia pendidikan pada khususnya.

Semarang, 25 Juni 2005

Dini Nurinda Hanggarani


RINGKASAN

Dini Nurinda Hanggarani. 2005. Pengaruh Penguasaan Materi Bilangan


Kompleks terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal-soal Rangkaian Listrik
Arus Bolak-Balik pada Siswa Kelas I Program Keahlian Teknik Listrik Industri
Bidang Keahlian Teknik Elektro SMK N 7 (STM Pembangunan) Semarang
Tahun Pelajaran 2004/2005. Skripsi. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro. Fakultas
Teknik. Universitas Negeri Semarang.

Rangkaian listrik arus bolak-balik merupakan salah satu pokok bahasan


yang diajarkan di SMK kelas I program keahlian teknik listrik industri pada mata
diklat penerapan konsep dasar listrik dan elektronika. Permasalahan pada
rangkaian listrik arus bolak-balik dapat diselesaikan dengan menggunakan operasi
bilangan kompleks, jadi materi tersebut merupakan prasyarat yang harus dikuasai
siswa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penguasaan
materi bilangan kompleks terhadap kemampuan menyelesaikan soal-soal
rangkaian listrik arus bolak-balik di SMK N 7 Semarang dan mengetahui
prosentase besarnya pengaruh penguasaan materi bilangan kompleks terhadap
kemampuan menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik di SMK N
7 Semarang.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas I program keahlian
teknik listrik industri bidang keahlian teknik elektro yang terbagi menjadi 2 kelas
yang berjumlah 70 siswa. Sampel penelitian ini 50 siswa yang diambil dengan
teknik random sampling. Variabel yang diteliti yaitu penguasaan materi bilangan
kompleks sebagai variabel bebas dan kemampuan menyelesaikan soal-soal
rangkaian listrik arus bolak-balik sebagai variabel terikat. Data primer diambil
dengan teknik tes dan dianalisis menggunakan analisis regresi.
Hasil penelitian menunjukkan diperoleh nilai Fhitung = 36,882 > Ftabel
(4,043) pada taraf signifikansi 5%, sehingga hipotesis yang menyatakan ada
pengaruh penguasaan materi bilangan kompleks terhadap kemampuan
menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik pada siswa kelas 1
program keahlian teknik listrik industri bidang keahlian teknik elektro SMKN 7
Semarang tahun pelajarn 2004/2005 diterima. Penguasaan materi bilangan
kompleks memberikan kontribusi sebesar 43,5% terhadap kemampuan
menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik.
Disarankan kepada guru untuk memberikan materi rangkaian listrik arus
bolak-balik dengan memberikan latihan soal-soal sehingga dapat meningkatkan
pemahaman dan penguasaan siswa. Guru hendaknya dalam memberikan materi
bilangan kompleks dengan memberikan aplikasinya dalam soal-soal materi
bilangan kompleks sehingga siswa mampu menyelesaikan soal-soal dalam
rangkaian listrik arus bolak-balik dengan baik.
DAFTAR ISI
Halaman

JUDUL .................................................................................................................... i

PENGESAHAN...................................................................................................... ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iii

KATA PENGANTAR............................................................................................ iv

ABSTRAK .............................................................................................................. vi

DAFTAR ISI........................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. viii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1

B. Penegasan Istilah........................................................................................ 2

C. Identifikasi Masalah................................................................................... 5

D. Pembatasan Masalah.................................................................................. 5

E. Rumusan Masalah ...................................................................................... 6

F. Tujuan Penelitian........................................................................................ 6

G. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7

H. Sistematika Skripsi..................................................................................... 8

BAB II LANDASAN TEORI

A. Teori Belajar............................................................................................... 9

B. Transfer Belajar.......................................................................................... 9
C. Pengertian belajar matematika, proses belajar matematika, dan

apersepsi dalam pengajaran matematika................................................... 12

1. Pengertian belajar mnatematika ............................................................ 12

2. Proses belajar matematika ..................................................................... 13

3. Apersepsi dalam pengajaran matematika.............................................. 13

D. Matematika Bilangan Kompleks............................................................... 15

1. Pengertian bilangan kompleks............................................................... 15

2. Bentuk-bentuk bilangan kompleks........................................................ 16

3. Operasi hitung bilangan kompleks........................................................ 19

4. Phasor ..................................................................................................... 22

5. Konversi bilangan kompleks ................................................................. 23

E. Rangkaian Listrik Arus Bolak-balik.......................................................... 28

1. Pengertian rangkaian listrik arus bolak-balik........................................ 28

2. Materi pokok bahasan rangkaian listrik arus bolak-balik pada siswa

kelas 1 jurusan listrik menurut kurikulum 1999.................................. 35

3. Kemampuan penyelesaian rangkaian listrik arus bolak-balik.............. 37

F. Kerangka Berpikir...................................................................................... 38

G. Hipotesa Penelitian..................................................................................... 39

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................... 41

B. Penentuan Obyek Penelitian...................................................................... 41

1. Populasi dan sampel penelitian.............................................................. 41

2. Variabel penelitian ................................................................................. 42


C. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 43

1. Metode dokumentasi.............................................................................. 43

2. Metode tes .............................................................................................. 43

D. Metode Analisis Data................................................................................. 43

1. Analisis data tahap awal......................................................................... 44

2. Analisis data tahap akhir........................................................................ 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ............................................................................................ 61

1. Penguasaan materi bilangan kompleks ................................................. 61

2. Kemampuan menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-

balik........................................................................................................ 63

B. Analisis Data .............................................................................................. 67

1. Uji Persyaratan hipotesis ...................................................................... 67

2. Uji hipotesis .......................................................................................... 70

C. Pembahasan................................................................................................ 72

D. Keterbatasan Penelitian.............................................................................. 76

BAB V PENUTUP

A. Simpulan..................................................................................................... 77

B. Saran ........................................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 78

LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Grafik pada bidang kompleks ................................................................... 15

Gambar 2. Titik bilangan kompleks pada bidang kompleks...................................... 16

Gambar 3. Grafik bilangan kompleks bentuk rektangular...................................... 16

Gambar 4. Grafik bilangan kompleks bentuk polar................................................. 17

Gambar 5. Grafik sinusoida......................................................................................... 22

Gambar 6. Gelombang sinusoida ................................................................................ 28

Gambar 7. Garis grafik/gelombang pada waktu sesaat.............................................. 29

Gambar 8. Vektor diagram tegangan dan segitiga daya............................................. 34

Gambar 9. Grafik Histogram Sebaran nilai Penguasan Materi Bilangan

Kompleks................................................................................................. 62

Gambar 10. Grafik Tingkat Kecenderungan nilai Penguasan Materi

Bilangan Kompleks.......................................................................... 63

Gambar 11. Grafik Histogram Sebaran nilai Kemampuan Menyelesaikan

Soal-soal Rangkaian Listrik Arus Bolak-balik................................... 64

Gambar 12. Grafik Tingkat Kecenderungan nilai Kemampuan

Menyelesaikan Soal-soal Rangkaian Listrik Arus Bolak-balik ....... 65


DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal.................................................................. 47

Tabel 2 Kriteria Daya Pembeda Soal................................................................... 49

Tabel 3. Kriteria Kecenderungan dari Variabel X dan Variabel Y...................... 53

Tabel 4. Rangkuman Harga Yang Perlu Untuk Uji Bartlett ................................ 55

Tabel 5. Rangkuman Rumus Uji ANAVA Untuk Uji Linieritas......................... 57

Tabel 6. Rangkuman Rumus ANAVA untuk Uji Hipotesis ................................ 58

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Penguasaan Siswa tentang Bilangan Kompleks... 61

Tabel 8. Tingkat Kecenderungan Penguasaan Siswa tentang Bilangan

Kompleks ............................................................................................. 62

Tabel 9. Daftar Distribusi Frekuensi Kemampuan Menyelesaikan Soal-

soal Rangkaian Listrik Arus Bolak-balik............................................. 64

Tabel 10. Tingkat Kecenderungan Penguasaan Siswa tentang Kemam-

puan Menyelesaikan Soal-soal Rangkaian Listrik Arus Bolak-balik .. 65

Tabel 11. Distribusi Frekuensi kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-

soal rangkaian listrik arus bolak-balik ................................................. 66

Tabel 12. Hasil uji Kenormalan Data .................................................................. 68

Tabel 13. Hasil Uji Homogenitas Data ................................................................ 69

Tabel 14. Hasil Uji Kelinieran Garis Regresi ...................................................... 69

Tabel 15. Hasil Uji Independent .......................................................................... 72


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar nama siswa yang dijadikan sampel dan uji coba penelitian ...... 80

Lampiran 2. Daftar nama siswa yang dijadikan subyek uji coba instrumen penelitian

................................................................................................................. 81

Lampiran 3. Daftar nama siswa yang dijadikan sampel penelitian ........................... 82

Lampiran 4. Hasil analisis uji coba soal materi bilangan kompleks.......................... 83

Lampiran 5. Perhitungan validitas butir soal materi bilangan kompleks .................. 86

Lampiran 6. Perhitungan tingkat kesukaran butir soal materi bilangan kompleks ... 88

Lampiran 7. Perhitungan daya pembeda soal materi bilangan kompleks ................. 89

Lampiran 8. Perhitungan reliabilitas instrumen materi bilangan kompleks.............. 90

Lampiran 9. Hasil analisis uji coba soal rangkaian listrik arus bolak-balik .............. 91

Lampiran 10. Perhitungan validitas butir rangkaian listrik arus bolak-balik ............ 94

Lampiran 11. Perhitungan tingkat kesukaran soal-soal rangkaian listrik arus

bolak-balik ............................................................................................ 96

Lampiran 12 Perhitungan daya pembeda soal rangkaian listrik arus bolak-balik.... 97

Lampiran 13. Perhitungan reliabilitas instrumen rangkaian listrik arus bolak-balik 98

Lampiran 14. Kisi-kisi instrumen penguasaan materi bilangan kompleks................ 99

Lampiran 15. Instrumen penelitian penguasaan materi bilangan kompleks .............101

Lampiran 16. Kisi-kisi instrumen kemampuan menyelesaikan rangkaian listrik

arus bolak-balik ...................................................................................113

Lampiran 17. Instrumen penelitian kemampuan menyelesaikan rangkaian

listrik arus bolak-balik........................................................................ 115

Lampiran 18. Lembar kunci jawaban instrumen penelitian.......................................126


Lampiran19. Daftar distribusi bergolong nilai penguasaan materi bilangan

kompleks ................................ ................................ ............................... 127

Lampiran 20. Daftar distribusi frekuensi bergolong nilai kemampuan

menyelesaikan soal -soal rangkaian listrik arus bolak -balik ............... 129

Lampiran 21. Uji normalitas variabel X ................................ ................................ ..... 131

Lampiran 22. Uji normalitas variabel Y ................................ ................................ ..... 132

Lampiran 23. Uji homogenitas varians kelompok Y untuk pengulangan

kelompok X ................................ ................................ ........................ 133

Lampiran 24. Analisis regresi ................................ ................................ ...................... 134

Lampiran 25. Data hasil penelitian ................................ ................................ .............. 138

Lampiran 26. Tabel nilai chi kuadrat ................................ ................................ .......... 139

Lampiran 27. Daftar kritik r product moment ................................ ........................... 140

Lampiran 28. Daftar kritik uji F ................................ ................................ .................. 141

Lampiran 29. Daftar hadir tes instrumen penelitian ................................ ...................142

Lampiran 30. Berita acara penelitian ................................ ................................ .......... 150

Lampiran 31. Usulan judul skripsi ................................ ................................ .............. 154

Lampiran 32 SK penetapan dosen pembi mbing................................ .........................155

Lampiran 33. Surat ijin penelitian pemkot Semarang ................................ ................ 156

Lampiran 34. Surat ijin penelitian Diknas kota Semarang ................................ ......... 157

Lampiran 35. Surat keterangan selesai penelitian ................................ .....................158

Lampiran 36. Surat pernyataan selesai bimbingan ................................ .....................159


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rangkaian listrik adalah salah satu teori dasar dari ilmu listrik dan

merupakan salah satu mata pelajaran di bidang teknik yang paling banyak

digunakan dalam penerapan nyata. Teori rangkaian listrik bertujuan untuk

membuat prediksi kuantitatif dan kualitatif terhadap gejala listrik yang terjadi

pada rangkaian (Chua, 1986: 2). Rangkaian listrik yang menggunakan sumber

bolak-balik dapat berupa beban yang bersifat resistif, induktif, dan kapasitif.

Beban yang bersifat resistif, arusnya sefase terhadap tegangan dan mempunyai

sudut fasa sebesar 0°. Beban yang bersifat kapasitif, arusnya bergeser fasa

terhadap tegangan atau arusnya mendahului tegangan, sedangkan beban yang

bersifat induktif arusnya bergeser fasa terhadap tegangan atau arusnya tertinggal

terhadap tegangan. Berbeda dengan rangkaian listrik arus searah yang tidak

mengandung frekuensi, pada rangkaian listrik arus bolak-balik mengandung

frekuensi sehingga pada beban kapasitif dan induktif mengandung bilangan riil

dan imajiner yang menggunakan bilangan kompleks. Berdasarkan uraian tersebut,

maka di dalam menganalisis beban pada rangkaian listrik arus bolak-balik

diperlukan aljabar vektor atau bilangan kompleks.

Kurikulum SMK tahun 1999 khususnya kurikulum Sekolah Menengah

Kejuruan 4 tahun terdapat materi pokok bahasan bilangan kompleks pada

pelajaran matematika dan pokok bahasan rangkaian arus listrik bolak-balik pada
mata pedidikan dan latihan (diklat) Penerapan Dasar Listrik dan

Elektronika (PKDLE) yang dipelajari di kelas 1. Materi pokok bahasan bilangan

kompleks pada pelajaran matematika diberikan pada siswa supaya siswa terampil

dalam menyelesaikan soal-soal rangkaian lisrik arus bolak-balik dalam

pengajaran mata diklat Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika

(PKDLE) di SMK . Maka dapat disimpulkan adanya keterkaitan antara materi

bilangan kompleks dengan rangkaian listrik arus bolak-balik yang menunjukkan

bahwa penguasaan materi bilangan kompleks merupakan salah satu modal untuk

mempelajari rangkaian listrik arus bolak-balik. Oleh karena itu penguasaan

materi bilangan kompleks perlu diperkuat sebagai awal untuk memahami dan

menyelesaikan permasalahan pada rangkaian listrik arus bolak-balik yang

berkaitan dengan bilangan kompleks.

Berdasarkan uraian di atas penulis bermaksud mengadakan penelitian

yang berjudul “Pengaruh Penguasaan Materi Bilangan Kompleks Terhadap

Kemampuan Menyelesaikan Soal-Soal Rangkaian Listrik Arus Bolak-Balik pada

Siswa Kelas 1 Program Keahlian Teknik Listrik Industri Bidang Keahlian Teknik

Elektro di SMKN 7 (STM Pembangunan) Semarang Tahun Pemelajaran

2004/2005”.

B. Penegasan Istilah

Untuk memberikan kejelasan arti dan menghindari penafsiran yang salah

pada istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini maka diberikan batasan-

batasan istilah yang ada hubungannya dengan judul skripsi, yaitu :


1. Pengaruh

Pengaruh dapat diartikan sebagai daya yang timbul dari sesuatu

(orang/benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan

seseorang ( KBBI, 1989:604) . Pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah daya penguasaan materi bilangan kompleks terhadap kemampuan

menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik .

2. Penguasaan

Penguasaan diartikan sebagai proses, cara, perbuatan menguasai atau

mengusahakan (KBBI,1989:468) . Penguasaan yang dimaksud dalam penelitian

ini diartikan sebagai kesanggupan memahami, menguasai dan menerapkan

bilangan kompleks pada penyelesaian persoalan rangkaian listrik arus bolak-

balik.

3. Materi

Materi adalah sesuatu yang menjadi bahan (KBBI, 1989: 566) . Materi

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bilangan kompleks dan rangkaian

listrik arus bolak-balik .

4. Bilangan kompleks

Bilangan kompleks adalah suatu bilangan berbentuk a + jb dengan a dan b

bilangan nyata dan j = √-1 adalah bilangan imajiner dan tidak dapat dipandang

sebagai bilangan riil. (kamus matematika, 1999 : 18) .

5. Arus listrik bolak-balik

Arus listrik bolak-balik adalah arus yang besar dan arahnya senantiasa

berubah secara periodik (PT. PLN, 2001: 11)


6. Kemampuan menyelesaikan soal-soal pada rangkaian listrik arus bolak-balik

Kemampuan adalah seluruh atau sebagian tenaga dan daya yang

dikerahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Kemampuan yang di maksud dalam

penelitian ini adalah kemampuan untuk menyelesaikan soal-soal pada rangkaian

listrik arus bolak-balik yang berkaitan dengan bilangan kompleks.

7. Tahun Pemelajaran

Pembelajaran berasal dari kata ajar dengan imbuhan pem-an. Arti dari

kata pembelajaran adalah suatu proses yang menyebabkan menjadi belajar dan

yang menjadi obyek adalah orang, dalam hal ini adalah siswa. Sedangkan

pemelajaran berasal dari kata ajar dengan imbuhan pe(n)-an. Arti dari kata

pemelajaran adalah proses mempelajari dan yang menjadi obyek adalah barang,

dalam hal ini adalah kompetensi yang ingin dicapai.

Dari uraian diatas, maka arti dari tahun pemelajaran ialah tahun dimana

berlangsung proses mempelajari pengaruh penguasaan materi bilangan kompleks

dengan kemampuan menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik

yang harus dicapai siswa dalam waktu ditentukan, dalam penelitian ini adalah

tahun pemelajaran 2004/2005.

Judul skripsi dimaksudkan daya yang timbul pada siswa kelas 1 (satu)

Program Keahlian Teknik listrik Industri Bidang Keahlian Teknik Elektro di

SMKN 7 Semarang tahun pemelajaran 2004/2005 dalam menguasai materi

bilangan kompleks untuk menyelesaikan soal-soal pada rangkaian listrik arus

bolak-balik sederhana.
C. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang judul yang telah diuraikan, dapat diidentifikasi

beberapa masalah yaitu:

1. Penyelesaian soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik dapat diselesaikan

dengan operasi bilangan kompleks.

2. Operasi bilangan kompleks yang digunakan untuk menyelesaikan soal-soal

rangkaian listrik arus bolak-balik adalah operasi penjumlahan, pengurangan,

perkalian dan pembagian.

3. Penyelesaian soal-soal rangkaian listrik arus listrik bolak-balik dapat

dituliskan dalam bentuk polar maupun dalam bentuk kompleks.

4. Pada rangkaian listrik arus bolak-balik terdapat persamaan matematika yang

menerapkan konsep fasor untuk menghasilkan fungsi persamaan bilangan

kompleks.

Penyelesaian soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik dalam bentuk

kompleks adalah penyelesaian soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik yang

hasilnya dituliskan dalam bentuk a + jb. a dan b adalah bilangan nyata dan j

adalah bilangan imajiner yang besarnya dapat dituliskan j = √ -1. Sedangkan

penyelesaian soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik dalam bentuk polar

adalah penyelesaian rangkaian listrik arus bolak-balik yang hasilnya dalam

b
bentuk r∠θ° dimana r = a 2 + b 2 dan θ = arc tg
a

D. Pembatasan Masalah

Penelitian ini hanya dibatasi pada:

1. Rangkaian listrik arus bolak-balik satu fasa.

1
2. Rangkaian listrik arus bolak-balik yang terdiri dari beban R, L, C seri dan

paralel.

3. Siswa kelas 1 Program Keahlian Teknik listrik Industri Bidang Keahlian

Teknik Elektro di SMKN 7 Semarang tahun pemelajaran 2004/2005.

4. Materi bilangan kompleks.

E. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh

penguasaan materi bilangan kompleks terhadap kemampuan menyelesaikan soal-

soal rangkaian listrik arus bolak-balik pada siswa kelas 1 (satu) Program

Keahlian Teknik listrik Industri Bidang Keahlian Teknik Elektro di SMKN 7

Semarang tahun pemelajaran 2004/2005? Dan seberapa besar pengaruh tersebut?

F. Tujuan Penelitian

1. Penelitian ini berutujuan untuk mengetahui adanya pengaruh penguasaan

materi bilangan kompleks terhadap kemampuan menyelesaaikan soal-soal

pada rangkaian listrik arus bolak-balik sederhana siswa kelas 1 Bidang

Keahlian Teknik listrik Industri Bidang Keahlian Teknik Elektro di SMK

Negeri 7 (STM Pembangunan) Semarang tahun pemelajaran 2004/2005

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosentase besarnya pengaruh

penguasaan materi bilangan kompleks terhadap kemampuan menyelesaikan

soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik pada siswa kelas 1 Bidang

Keahlian Teknik listrik Industri Bidang Keahlian Teknik Elektro di SMK

Negeri 7 (STM Pembangunan) Semarang tahun pemelajaran 2004/2005.


1
G. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi adanya pengaruh

penguasaan materi bilangan kompleks terhadap kemampuan menyelesaikan

soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik sehingga dapat memberi masukan

sebagai umpan balik terhadap metode pembelajaran yang telah dilakukan dan

bahan pertimbangan bagi guru mata diklat Penerapan Konsep Dasar dan

Elektronika (PKDLE) maupun guru matematika, untuk meningkatkan mutu

pendidikan di SMK Negeri 7 (STM Pembangunan) Semarang.

2. Setelah mengetahui prosentase besarnya pengaruh penguasaan materi

bilangan kompleks terhadap kemampuan menyelesaikan soal-soal rangkaian

listrik arus bolak-balik pada siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberi masukan pada guru mata diklat Penerapan Konsep Dasar dan

Elektronika (PKDLE) maupun guru matematika, bahwa penguasaan materi

bilangan kompleks yang baik akan mempermudah dan mempercepat

penyelesaian soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik sehingga hasil

penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk

meningkatkan mutu pendidikan di SMK Negeri 7 (STM Pembangunan)

Semarang dengan memperdalam materi mata pelajaran matematika pokok

bahasan bilangan kompleks, khususnya pada aplikasi bilangan kompleks agar

siswa mampu menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik

dengan baik.
H. Sistematika Skripsi

Untuk mempermudah pemikiran dan penelusuran penelitian, perlu

diberikan gambaran isi dari skripsi secara keseluruhan. Sistematika skripsi dalam

penelitian ini terdiri dari tiga bagian awal, bagian isi dan bagian akhir skripsi.

Bagian awal terdiri dari halaman judul, abstraksi, halaman pengessahan,

halaman motto dan persembahan , kata pengantar, daftar isi, daftar lampiran, dan

daftar tabel.

Susunan isi skripsi terdiri atas lima bab yaitu pendahuluan, landasan teori,

dan hipotesis, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan serta penutup

Bab I pendahuluan yang berisi alasan pemilihan judul, permasalahan,

identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, dan sistematika skripsi.

Bab II berisi landasan teori yang digunakan dalam penelitian meliputi ;

teori belajar, transfer belajar, pengajaran matematika, materi bilangan kompleks,

dan materi rangkaian listrik arus bolak-balik.. Selain itu pada bab kedua ini ada

kerangka berfikir dan diakhiri dengan hipotesis.

Bab III disajikan metode penelitian yang mencakup metode penentuan

obyek penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.

Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi beberapa

tahap yaitu hasil penelitian, pembahasan, dan keterbatasan penelitian.

Bab terakhir yaitu bab V berisi simpulan dari seluruh hasil pembahasan dalam

penelitian.

Bagian akhir skripsi berisi daftar pustaka dan lampiran.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Belajar

Menurut Mouly yang dikutip Nana Sudjana (1989 : 5) dinyatakan bahwa

belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat

adanya pengalaman. Pendapat tersebut diperkuat oleh Oemar Hamalik (1983 :

21) bahwa belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri

seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara tingkah laku yang baru berkat

pengalaman dan latihan.

Disamping itu Moh. Uzer Uzman (1993: 6) menyatakan belajar adalah

perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu

dengan individu dan antara individu dengan lingkungan. Definisi lain dari belajar

merupakan suatu aktivitas mental (psikis), yang berlangsung dalam interaksi aktif

dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap (Winkel, 1991: 36).

Dari keempat pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

perubahan tingkah laku, pengalaman, dan pemahaman yang terjadi karena adanya

interaksi antara individu dengan individu dan interaksi antara individu dengan

lingkungan.

B. Transfer Belajar

Transfer belajar berarti pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang

diperoleh dalam bidang studi yang satu ke bidang studi yang lain atau ke
kehidupan sehari - hari di luar lingkup pendidikan sekolah (Winkel,

1991: 301). Pemindahan atau pengalihan itu menunjuk pada kenyataan, bahwa

hasil belajar yang diperoleh, digunakan di suatu bidang atau situasi di luar

lingkup bidang studi di mana hasil itu mula-mula diperoleh. Misalnya hasil

belajar pada mata diklat matematika khususnya pada materi bilangan kompleks,

digunakan dalam mempelajari mata diklat Penerapan Konsep Dasar Listrik dan

Elektronika (PKDLE) khususnya pada sub pokok bahasan rangkaian listrik arus

bolak-balik. Berkat pemindahan atau pengalihan hasil belajar itu, seseorang

memperoleh keuntungan atau mengalami kerugian dalam mempelajari sesuatu di

mata diklat yang lain. Artinya belajar matematika bilangan kompleks

mempermudah siswa menyelesaikan perhitungan rangkaian listrik arus bolak-

balik

Dalam proses transfer belajar dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu

transfer belajar positif dan negatif. Transfer positif adalah transfer belajar yang

memberi keuntungan. Artinya mempermudah belajar atau menyelesaikan tugas

belajar lain. Sebaliknya transfer negatif adalah transfer belajar yang mengalami

kerugian. Jadi transfer belajar dapat mempersukar atau mempermudah siswa

menghadapi tugas belajar lain.

Menurut Winkel, terdapat tiga jenis transfer belajar, yaitu teori disiplin

formal, teori elemen identik dan teori generalisasi (Winkel, 1991: 304). Dalam

teori belajar, yang disebut disiplin formal dinyatakan bahwa kemampuan berpikir

seperti mengingat, menduga, menganalisis, mensintesis dapat dilatih.

Pada teori elemen identik dinyatakan bahwa transfer belajar dari satu

bidang studi ke bidang studi yang lain, terjadi berdasarkan adanya unsur-unsur
yang sama pada kedua mata diklat itu. Makin banyak unsur yang sama, makin

besar kemungkinan terjadi transfer belajar. Jadi, banyak sedikitnya transfer

belajar, tergantung dari banyak sedikitnya unsur-unsur yang sama antara kedua

bidang studi tersebut. Dengan demikian, penguasaan materi bilangan kompleks

akan membantu dalam mempelajari materi rangkaian listrik arus bolak-balik.

Akan ada transfer belajar positif dari mata diklat matematika ke mata diklat

Penerapan Kosep Dasar Listrik dan Elektronika (PKDLE). Maka, hakikat dari

transfer belajar adalah pengalihan dari penguasaan suatu unsur di bidang studi

yang satu ke unsur yang sama di bidang studi lain; makin banyak unsur yang

sama antara beberapa bidang studi, makin besar kemungkinan terjadi transfer

belajar positif.

Pengertian transfer belajar pada teori generalisasi lebih berkaitan dengan

kemampuan seseorang untuk menangkap struktur pokok, pola dan prinsip-prinsip

umum. Apabila seorang siswa mampu mengembangkan konsep, kaidah, prinsip,

dan siasat-siasat untuk memecahkan persoalan, siswa itu mempunyai bekal yang

dapat ditransferkan ke bidang-bidang lain di luar bidang studi di mana konsep,

kaidah, prinsip, dan siasat mula-mula diperoleh. Siswa itu mampu mengadakan

“generalisasi”, yaitu menangkap ciri-ciri atau sifat-sifat umum yang terdapat

dalam sejumlah hal yang khusus. Generalisasi semacam itu sudah terjadi bila

siswa membentuk konsep, kaidah, prinsip (kemahiran intelektual) dan siasat-

siasat memecahkan problem atau masalah (pengaturan kegiatan kognitif).

Seorang siswa yang telah mempelajari bilangan komplek, seharusnya tidak


mengalami kesulitan dalam memahami dan menyelesaikan persoalan pada

rangkaian arus listrik bolak-balik.

Agar kegiatan mengajar belajar matematika di SMK Negeri 7 Semarang

memungkinkan terjadinya transfer belajar secara optimal dilakukan sebagai

berikut:

1. Mengajar haruslah memberikan pengertian terhadap konsep atau teorema

matematika. Ini berarti metode penemuan dan teori pengorganisasian kembali

pengalaman harus digunakan. Dengan aktifnya siswa terlibat memahami

konsep atau teorema dapat diharapkan transfer belajar tercapai secara optimal.

2. Setelah pengertian diperoleh, siswa diberikan latihan yang cukup. Latihan ini

diperlukan agar siswa mendapat kesempatan mengorganisasikan kembali atau

menstruktur kembali pengalaman-pengalaman yang berhubungan tugas

belajar selanjutnya.

Untuk memahami konsep-konsep dalam belajar matematika, maka perlu

adanya keterampilan untuk menggunakan konsep itu. Ketrampilan dalam

matematika adalah kemampuan menjalankan prosedur-prosedur dan operasi-

operasi di dalam matematika secara tepat, cermat, dan benar.

C. Pengertian belajar matematika, Proses belajar matematika, dan

Apersepsi dalam pengajaran matematika

1. Pengertian belajar matematika

Menurut Sawyer yang dikutip Herman Hudoyo (1990: 18) dinyatakan

bahwa matematika adalah klasifikasi studi dari semua kemyngkinan pola


keteraturan yang dapat dimengerti oleh pikiran. Artinya belajar matematika

adalah proses untuk mengerti dan memahami pola keteraturan dan hubungan-

hubungan dari konsep-konsep, simbol-simbol yang berfungsi sebagai penerjemah

ide-ide dari situasi-situasi.

2. Proses belajar matematika

Proses belajar matematika akan berjalan dengan lancar apabila belajar itu

dilakukan secara kontinyu (Herman, 1990: 22). Di dalam proses belajar mengajar

matematika, terjadi juga proses berpikir, sebab siswa dikatakan berpikir bila

peserta didik melakukan kegiatan mental. Kegiatan berpikir meliputi kegiatan

siswa menyusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian informasi yang telah

direkam di dalam pikiran peserta didik itu sebagai pengertian-penngertian.

Apabila terjadinya proses belajar mengajar matematika itu baik, dapat

diharapkan hasil belajar peserta didik akan baik pula. Dengan proses belajar

matematika yang baik, siswa yang belajar akan memahami matematika dengan

baik pula dan dapat dengan mudah mengaplikasikannya ke situasi baru, artinya

siswa dapat menyelesaikan masalah baik dalam matematika itu sendiri maupun

ilmu lainnya. Proses belajar matematika akan berjalan dengan baik apabila guru

dan siswa mengetahui obyek-obyek dalam belajar matematika.

3. Apersepsi dalam pengajaran matematika

Dalam pengajaran matematika perlu adanya pemberian apersepsi.

Apersepsi merupakan pengorganisasian pengetahuan atau pengalaman yang telah

dimiliki siswa dengan ide-ide atau konsep-konsep baru dalam ilmu pendidikan.

Apersepsi akan terjadi apabila konsep-konsep atau pengetahuan baru masuk


dalam kesadaran proses berpikir siswa dan bertautan dengan konsep-konsep atau

pengalaman lama yang telah dimiliki oleh siswa sebagai bahan apersepsi

memegang peranan penting dalam suatu pelajaran.

Pelajaran akan lebih efektif bila guru pandai menggunakan bahan

apersepsi dalam proses belajar-mengajar. Oemar Hamalik (1983: 132)

mengemukakan beberapa keuntungan dari penggunaan apersepsi dalam belajar:

a. Apersepsi dapat dianggap sebagai penerima. Dengan diungkapkannya lebih

dulu bahan apersepsi yang telah dimiliki suswa, siswa akan lebih mudah

menerima pengalaman-pengalaman baru yang disampaiakan oleh guru.

b. Pengalaman apersepsi mewarnai pengalaman baru. Antara pengalaman yang

telah dimiliki dengan pengalaman yang baru terjadi ikatan asosiasi.

c. Pengalaman apersepsi menimbulkan motivasi belajar. Bila ada pertanyaan

atau masalah yang dimaksudkan untuk mengungkapkan apersepsi, maka

siswa akan memusatkan perhatiannya untuk menjawab atau memecahkan

masalah itu.

d. Pengalaman apersepsi mendorong berbuat belajar. Bila siswa berhasil

menjawab pertanyaan guru atau berhasil memecahkan masalah yang

diajukan, maka siswa akan merasa puas. Dengan demikian timbul keinginan

untuk mengetahui sesuatu yang baru.

Dari keterangan di atas sebaiknya sebelum memberikan pengajaran materi

rangkaian listrik arus bolak-balik, perlu adanya pemberian apersepsi mengenai

operasi pada bilangan kompleks, karena operasi bilangan kompleks akan

digunakan pada penyelesaian soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik.


D. Matematika Bilangan kompleks

1. Pengertian materi bilangan kompleks

Bilangan kompleks adalah gabungan antara bilangan nyata (riil) dengan

bilangan imajiner (Karmon, 1994: 112). Bentuk umum penulisan bilangan

kompleks adalah a + jb . Dimana a dan b adalah bilangan nyata, dan j adalah

bilangan imajiner (tidak nyata) dengan syarat bahwa b tidak sama dengan nol.

Nilai bilangan imajiner j = −1 .

Bentuk dari bilangan kompleks adalah serupa dengan penyususnan notasi

(r, q) yang digunakan sebagai koordinat, sehingga dari keserupaan ini dapat

diambil keuntungannya yaitu membuat grafik pada bidang kompleks seperti

gambar (1). Dengan menggunakan bagian real dari bilangan kompleks sebagai

absis dan bagian imaginer sebagai ordinat, titik bilangan kopleks dapat ditentukan

pada bidang kompleks (lihat gambar 2). Pada gambar 2, bilangan riil dari titik A

adalah –4 dan bilangan bilangan imajiner dari titik A adalah 3 atau A (-4, j3)

J (Imajiner)
4
3
2
1
Riil
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
-1
-2
-3
-4

Gambar 1. Grafik pada bidang kompleks


J (Imajiner)
4
A (-4,3)
3
-4
+ J 2
3
1
Riil
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
-1
-2
-3
-4

Gambar 2. Titik bilangan kompleks pada bidang kompleks

2. Bentuk-bentuk bilangan kompleks

a. Bentuk Rektangular

Bentuk bilangan kompleks a + jb disebut juga bilangan kompleks bentuk

rektangular

J (Imajiner)
b A (a, jb)

Riil
0 a

Gambar 3. Grafik bilangan kompleks bentuk rektangular

Dari gambar di atas titik A mempunyai koordinat ( a, jb). Artinya titik A

mempunyai ansis a dan ordinat b.


b. Bentuk polar

Bilangan kompleks bentuk rektangular a+ jb dapat juga dinyatakan dalam

bentuk polar, dengan menggunakan suatu jarak (r) terhadap suatu titik polar 0

dengan sudut yang dibentuk dengan sumbu polar. Pengertian sumbu polar di sini

adalah untuk tempat kedudukan titik-titik yang bergerak. Hal ini banyak dijumpai

pada besaran-besaran listrik baik berupa vektor, phasor, arus, dan sebagainya.

Sumbu-sumbu (salib sumbu) pada bidang Cartesian umumnya untuk tempat

kedudukan titik yang statis.

J (Imajiner)
b A (a, jb)

Titik Polar
r

ο
θ Riil
0 a

Gambar 4. Grafik bilangan kompleks bentuk polar

Jika OA = r, maka letak (kedudukan) titik A dapat ditentukan terhadap r

dan θ .

a
Cos θ ° = a = r Cos θ °
r
b
Sin θ ° = r b = r Sin θ °

a + jb = r (Cos θ ° + j Sin θ ° ) = r∠ θ °

Keterangan:

a + jb adalah bilangan kompleks bentuk rektangular


r∠ θ ° adalah bilangan kompleks dalam bentuk polar
Sehingga rumus yang didapatkan untuk mengubah suatu bilangan

kompleks dari bentuk rektangular ke bentuk polar adalah:

a + jb = r (Cos θ ° + j Sin θ ° ) = r∠ θ °

b
Dengan r = a 2 + b 2 dan θ = tg-1 a

c. Bentuk Eksponensial

Bilangan kompleks bentuk eksponensial dapat diperoleh dengan cara

berikut:

Suatu fungsi dapat dinyatakan sebagai deret, misalnya,

x 2 x3 x 4 x5
e = 1+ x +
x
+ + + + ...........
2! 3! 4! 5!

x 3 x5 x 7 x 9
Sin x = x − + − + − .............
3! 5! 7! 9!

x2 x4 x6
x = 1− + − +
Cos 2! 4! 6! ……………

Jika bilangan x pada deret ex diganti dengan bilangan jθ , maka akan

diperoleh:

jθ ( jθ ) 2 ( jθ ) 3 ( jθ ) 4
e = 1 + jθ + + + +
2! 3! 4! ………………

j 2θ 2 j 3θ 3 j 4θ 4
= 1 + jθ + + + + …………………..
2! 3! 4!

θ 2 j 3θ 3 θ 4
= 1 + jθ − − + + ……………………….
2! 3! 4!

θ2 θ4 θ3 θ5
= (1 − + − ……..) + j (θ − + − ………)
2! 4! 3! 5!

= Cos θ + j Sin θ
Maka r (Cos θ ° + j Sin θ ° ) dapat dituliskan sebagai rjθ. Bentuk ini

dikenal sebagai bilangan kompleks bentuk eksponensial.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bilangan kompleks

dapat dinyatakan dengan tiga cara yaitu:

a. ẑ = a + jb……………………………….Bentuk rektangular

b. ẑ = r (Cos θ + j Sin θ)………………….Bentuk polar

c. ẑ = r . e jθ……………………………….Bentuk eksponensial

Bentuk eksponensial diperoleh dari bentuk polar.Harga r dalam kedua

bentuk itu sama dan sudut dalam kedua bentuk itu juga sama, tetapi untuk bentuk

eksponensial harus dinyatakan dalam radian.

3. Operasi Hitung Bilangan Kompleks

a. Bentuk Rektanguler

1) Penjumlahan :

(a1 + jb1) + (a 2 + jb2) = (a 1 + a2) + j (b1 + b2)

2) Pengurangan:

(a1 + jb1) - (a2 + jb2) = (a 1 - a2) + j (b1 - b2)

3) Perkalian:

(a1 + jb1) (a 2 + jb2) = a 1a2 + ja1b2 + ja2b1 + j2b1b2

(a1+ jb1) (a 2 + jb2) = a 1a2 + ja1b2+ ja2b1 - b1b2


4) Pembagian:

a1 + jb1 a + jb a − jb2
= 1 1 × 2
a2 + jb2 a2 + jb2 a2 − jb2

a1a2 − ja1b2 + ja2b1 − j 2b1b2


=
a22 − ja2b2 + ja2b2 − j 2b22

a1 + jb1 a1a2 − j (a1b2 − a2b1 ) + b1b2


=
a2 + jb2 a22 + b22

b. Bentuk Polar

1) Penjumlahan: A ∠ θ1° + B∠ θ2° = (A+B)∠θ1° = (A+B)∠θ2°

2) Pengurangan: A ∠ θ1° - B∠ θ2° = (A-B) ∠θ1° = (A-B) ∠θ2°

3) Perkalian : A ∠ θ1° x B∠θ2° = (Ax B) ∠ (θ1° + θ2°)

4) Pembagian : A ∠ θ1° : B∠θ2° = (A:B) ∠ (θ1° - θ2°)

Untuk operasi penjumlahan dan pengurangan rumus bentuk polar di atas

berlaku hanya jika nilai sudut A dan sudut B besarnya sama (artinya θ1° = θ2°).

Jika sudutnya tidak sama maka operasi penjumlahan dan pengurangan dilakukan

dengan mengubah bentuk polar ke bentuk rektangular. Setelah selesai

dikembalikan lagi ke dalam bentuk polar.

Contoh soal:

Selesaikanlah operasi bilangan kompleks berikut ini:

1) 2 + j6 + 4 – j3 =

2) (2 + j3) (4 – j2) =

3) 4 ∠ 30° + 5 ∠ 30° =

4) (3 ∠ 30°) (5 ∠ 30°) =
5) 2 ∠ 30° + 4 ∠ 60° =

6) 10 ∠ 45° - 10 ∠ 30° =

Penyelesaian:

1) 2 + j6 + 4 – j3 = 6 + j3

2) (2 + j3) (4 – j2) = 8 – j4 + j12 –j26 = 14 + j8

3) 4 ∠ 30° + 5 ∠ 30° = (4 + 5) ∠ 30° = 9 ∠ 30°

4) (3 ∠ 30°) (5 ∠ 30°) = 3 x 3 (40° + 60°) = 9 ∠ 100°

5) 2 ∠ 30° + 4 ∠ 60° =

Di sini sudutnya tidak sama, sehingga penjumlahan dilakukan dalam bentuk

rektangular, kemudian diubah kembali ke dalam bentuk polar.

2 ∠ 30° = 2 (Cos 30° + j Sin 30°) = 2 (0,866 + j0,5) = 1,732 + j

4 ∠ 60° = 4 (Cos 60° + j Sin 60°) = 4 (0,5 + j0,5) = 2 + j3,464


+
2 ∠ 30° + 4 ∠ 60° = 3,732 + j3,464

3,464
= (3,732)2 + (3,464)2 ∠tg −1
3,732

= 33,84∠tg −11,196

Maka 2 ∠ 30° + 4 ∠ 60° = 5,81 ∠ 50,1°

6) 10 ∠ 45° - 10 ∠ 30° =

Sudut pada pengurangan di atas tidak sama, sehinga pengurangan dilakukan

dalam bentuk rektangular kemudian diubah kembali dalam bentuk polar.

10 ∠ 45° = 10 (Cos 45° + j Sin 45°) = 7,07 + j 7,07

10 ∠ 30° = 10 (Cos 30° + j Sin 30°) = 8,66 + j 5

10 ∠ 45° - 10 ∠ 30° = -1,59 + j2,07


10 ∠ 45° - 10 ∠ 30° = -1,59 + j2,07

2,07
(1,59) 2 + (2,07) 2 ∠tg −1
= 1,59

2,258 + 4,285∠tg −11,3


=

Maka 10 ∠ 45° - 10 ∠ 30° = 2,610 ∠ 52,43°

4. Phasor

Phasor adalah vektor yang berputar (Karmon, 1994: 121). Phasor

mempunyai besar (panjang) yang ditunjukkan dengan panjang ruas garis dan arah

yang ditunjukkan oleh besar sudut θ yang dibentuk terhadap garis acuannya.

Gambar berikut melukiskan grafik sinusoida dari salah satu besaran listrik arus

bolak-balik.

Gambar 5. Grafik sinusoida

Perputaran vektor akan menghasilkan perubahan besar sudut. Kedudukan

dari vektor pada permukaan bidang datar dapat dinyatakan dengan besar

(panjang) vektor dengan sudut yang dibentuknya. Secara umum vektor yang

berputar atau phasor dinyatakan dengan notasi:


r ∠ θ°

Keterangan:

r = besar (panjang phasor)


θ = sudut yang ditempuh merupakan fungsi dari t atau θ = ω t
(Karmon, 1994: 122)

Dapat dikatakan bahwa phasor boleh berbentuk polar maupun bentuk

gelombang perputaran vektor, yaitu bentuk gelombang sinusoida (Karmon, 1994:

122). Semua operasi phasor penjumlahan, pengurangan, perkalian maupun

pembagian dapat dilakukan dalam bentuk polar tanpa memperhitungkan sudut

perputaran yang konstan (kecepatan sudut yang tetap).

5. Konversi Bilangan Kompleks

a. Dari Bentuk Rektangular ke Polar

Pedoman untuk merubah bilangan kompleks dari bentuk rektangular ke

bentuk polar (dari a + jb ke r ∠ θ ° )adalah sebagai berikut:

r = a 2 + b2 dan

b b
θ = arc. tg atau θ = tg a
-1
a
(Karmon, 1994: 122)

Contoh:

Ubahlah bilangan kompleks bentuk rektangular 3 + j4 ke bentuk polar.

Penyelesaian:

3 + j4 → r = 32 + 42

= 9 + 16

=5
4
θ = tg -1 3

= tg -11,333

θ = 53,13°

Sehingga 3 + j4 = 5 ∠ 53,13°

a. Dari Bentuk Polar ke Rektangular

Pedoman untuk mengubah bilangan kompleks dari bentuk polar ke bentuk

rektangular (r ∠ θ ke a + jb) adalah sebagai berikut:

a = r Cos θ°

b = r Sin θ°

Contoh:

Ubahlah bilangan kompleks bentuk 5 ∠ 36,87° ke bentuk rektangular.

Penyelesaian:

a = 5 Cos 36,87° = 5 x 0,8 = 4

b = 5 Sin 36,87° = 5 x 0,6 = 3

Sehingga: 5 ∠ 36,87° = 4 + j3

Bentuk bilangan kompleks a + jb apabila kita rubah ke dalam bentuk

polar, maka harus diperhatikan letak kuadran a + jb tersebut. untuk:

1. a + jb maka sudut θ tetap

2. – a + jb maka sudut θ ditambah 180° (berada pada kuadran II).

3. – a – jb maka sudut θ dikurangi 180° (berada pada kuadran III).

4. a – jb maka sudut θ ditambah 360° (berada pada kuadran IV).


Contoh soal:

Ubahlah bilangan kompleks bentuk rektangular berikut ke bentuk polar.

a) 3 + j4

b) –3 + j4

c) –3 –j4

d) 3 – j4

Penyelesaian:

4
a) 3 + j4 = 32 + 4 2 ∠tg −1
3

= 5 ∠ 53, 13°

4
b) -3 + j4 = (−3) 2 + 4 2 ∠tg −1
−3

= 5 ∠ -53, 13° (kuadran II ditamb ah 180°)

−4
c) -3 - j4 = ( −3) 2 + ( −4) 2 ∠tg −1
−3

= 5 ∠ - 126, 87° (di kuadran III dikurangi 180 °)

−4
d) 3 - j4 = 32 + 4 2 ∠tg −1
3

= 5 ∠ -53, 13°(di kuadran IV ditambah 360 °)

= 5 ∠ 306, 87°

Pada umumnya arus dan tegangan bolak -balik adalah merupakan fasor

karena timbulnya arus dan tegangan sebenarnya adalah akibat perputaran vektor.

Di dalam operasi perhitungan -perhitungan fasor umumnya fasor ini diubah

dahulu ke dalam bentuk polar, sehingga digunakan semua sifat -sifat yang berlaku
pada operasi polar. Hasil akhir tentunya bentuk polar tersebut dikembalikan lagi

ke bentuk semula (fasor). Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut:

Contoh soal:

Dua buah phasor Iˆ1 = 2 Sin (ωt+30°) dengan Iˆ2 = 2 Sin (ωt+60°).

Tentukanlah:

a) Penjumlahan phasor Iˆ1 + Iˆ2

b) diagram vektornya

c) gambar phasornya

Penyelesaian:

Iˆ1 = 2 Sin (ωt + 30°)

Iˆ2 = 2 Sin (ωt + 60°)

Kedua persamaan di atas berbentuk phasor, karena wt dianggap perputaraanya

konstan, maka yang diperhatikan hanya beda phasa atau sudut phasor tersebut.

Iˆ1 = 2 Sin (ωt + 30°) → dapat dituliskan dalam bentuk polar yaitu Iˆ = 2 ∠ 30°
1

sehingga:

Iˆ1 = 2 Sin (ωt + 30°) = 2 ∠ 30° = 2 (cos 30° + jSin 30°)

= 2 (0,866 + j 0,5) = 1,732 + j

Iˆ1 = 2 Sin (ωt + 60°) = 2 ∠ 60°

= 2 (Cos 60° + j Sin 60°) = 1 + j 1,732

Jadi:

a) Iˆ1 + Iˆ2 = 1,732 + j + 1 + j 1,732


= 2, 732 + j 2,732

2,732
= 2,7322 + 2,732 2 ∠tg −1
2,732

= 14,83∠tg −11

= 3,851∠45° (hasil ini dikembalikan ke phasor) maka didapatkan

Iˆ1 + Iˆ2 = 3,851 Sin (ωt +45°) atau

2 Sin (ωt + 30°) + 2 Sin (ωt + 60°) = 3,851 Sin (ωt + 45°)

b) Diagram vektornya

Iˆ1 = 2 Sin (ωt + 30°) = 2 ∠ 30°

Iˆ2 = 2 Sin (ωt + 60°) = 2 ∠ 60°

Iˆ1 + Iˆ2 = 3,851 Sin (ωt + 45°) = 3,851 ∠ 45°

Sehingga dapat digambarkan adalah vektornya yang dalam hal ini berbentuk

polar

Ι2 = 2 Sin (ω t + 600)

Ι1 + Ι 2 = 3,851 Sin (ωt + 450)

Ι1 = 2 Sin (ω t + 300)

0
60 Ο
45
Ο
30 ωt
0
c) Gambar phasor

E. Rangkaian Arus Listrik Arus Bolak -Balik

1. Pengertian rangkaian listrik arus bolak -balik

Rangkaian listrik arus bolak -balik adalah arus yang besar dan arahnya

senantiasa berubah secara periodik (PT. PLN, 2001: 11). Apabila arus atau

tegangan bolak-balik dilukiskan sebagai fungsi waktu, maka akan didapatkan

bentuk gelombang arus atau tegangan seperti gambar 6.

Gambar 6. Gelombang sinusoida


Waktu yang diperlukan oleh arus atau tegangan untuk membentuk satu

bagian positif dan satu bagian negatif dari siklusnya disebut periode ( cycle).

Dengan kata lain periode adalah waktu yang dibutuhkan untuk menimbulkan satu

gelombang penuh. Sedangkan jumla h gelombang per detik ( cycle per second)

disebut frekuensi. Oleh karena T adalah waktu yang dibutuhkan untuk satu

gelombang penuh maka:

1
f =
T

Keterangan:

f = frekuensi, satuannya Hertz (Hz)


T = waktu periode, satuannya d etik

Penggambaran gelombang sebagai fungsi ω akan diperoleh:


ω= = 2πf
T

Keterangan:

ω = kecepatan sudut perputaran dalam satuan radial perdetik


f = frekuensi, satuannya Hertz (Hz)
T = waktu periode, satuannya detik

Nilai sesaat dari arus dan tegangan bolak -balik adalah nilai arus/ tegangan

yang ditunjukkan oleh garis grafik/ gelombang pada waktu sesaat (PT. PLN,

2001: 11).

Gambar 7. Garis grafik/ gelombang pada waktu sesaat


Sebuah vektor yang berputar dapat dilihat pada gambar 7. Sudut fase dari

suatu gelombang ialah besarnya sudut yang dihitung mulai dari titik nol

gelombang tersebut ke titik dimana titik acuan waktu (t = 0) mulai dilakukan.

Pada gambar 6, yang merupakan sudut fase ialah mulai dari A sampai ke O. Pada

saat t= 0, i berada di α . Maka besarnya nilai sesaat dari arus:

i
Sin α =
Im

i = Im Sin α = I m Sin ωt

Keterangan:

Im = arus maksimum, satuannya Ampere


I = arus listrik, satuannya Ampere
(PT. PLN, 2001: 12).

Suatu arus bolak-balik mempunyai nilai rata-rata dan nilai efektif. Nilai

rata-rata dari arus bolak-balik, Irata = 0,636 Im. Demikian juga untuk tegangan

bolak-balik, Vrata = 0,636 Vm. Sedangkan nilai efektif dari arus bolak-balik, Iefektif

= 0,707 Im. Demikian juga nilai efektif untuk tegangan bolak-balik, Vefektif =

0,707Vm.

Perbandingan antara tegangan listrik bolak-balik dengan arus listrik yang

melaluinya disebut impedansi. Adapun rumus impedansi adalah sebagai berikut:


Zˆ =

Keterangan:

Ẑ = impedansi, satuannya Ohm


Vˆ = tegangan, satuannya Volt
Iˆ = arus, satuannya Ampere
(PT. PLN, 2001: 2)
Impedansi juga merupakan suatu operator vektor yang dioperasikan pada

tegangan listrik arus bolak-balik dan impedansi bukan vektor sebab impedansi

bukan besaran yang berubah secara periode. Dengan bilangan kompleks atau

polar suatu impedansi dapat dituliskan sebagai berikut:

a. Zˆ = R + j 0 atau Ẑ = R ∠0°

L
b. Zˆ = 0 + j X L atau Ẑ = XL∠90°

c. Zˆ = 0 - j X C atau Ẑ = XC ∠-90°

R L
d. Zˆ = R + j X L atau

XL
Zˆ R 2 + X L ∠arc tg
2
=
R

R C
e Zˆ = R - j XC atau

XC
Zˆ = R 2 + X C 2 ∠arc tg
R
R L C
f. Zˆ = R + j (X L – XC) atau

X − XC
Zˆ = R 2 + ( X L − X C ) 2 ∠arctg L
R

Kebalikan dari impedansi adalah admitansi, dengan rumus sebagai berikut:

1 Iˆ
Yˆ = =
Zˆ Vˆ

Keterangan:

Yˆ = Admitansi dinyatakan dengan siemens (S) atau mho


Ẑ = Impedansi, satuannya Ohm
Vˆ = Tegangan, satuannya Volt
Iˆ = Arus, satuannya Ampere
(PT. PLN, 2001: 2)

Dari bentuk Ẑ = R ± X dimana X dapat berupa reaktansi induktif XL = ωL


1
dan reaktansi kapasitif XC = , maka admitansinya:
ωC
Yˆ = G ± jB

Keterangan:

Yˆ = Admitansi satuannya siemens (S) atau mho


G= Konduktansi satuannya siemens (S)
B = Susceptansi satuannya siemens (S)
(PT. PLN, 2001: 2)

Tanda positif menunjukkan susceptansi kapasitif BC, dan tanda negatif

untuk susceptansi induktif BL.


Sedangkan untuk menentukan kuat arus (I), dianggap bahwa tegangan yang

dipasang yaitu Vˆ = V∠0° atau Vˆ = V + j0. adapun rumus yang digunakan adalah:

R Vˆ V
a. Iˆ = = (riil)
Rˆ jX L

V
I V I sefase dengan V

b. L
I
Vˆ V
Iˆ = =
Zˆ jX L
V

dikalikan dengan j, maka:

jV V
90° Vˆ Iˆ = 2 = − j
j Xl XL

Iˆ = - j V | I|=
V
XL XL

I tertinggal sebesar 90° terhadap V.

C
Vˆ V
c. Iˆ = =
Zˆ − jX C
V
dikalikan dengan j, maka:
V jV V
Iˆ = j Iˆ = = j
XC − j XC
2
XC

Jadi I mendahului V sebesar 90°

90° Vˆ

(PT. PLN, 2001: 33).


Apabila vektor diagram tegangan pada gambar 9.a masing-masing

dikalikan dengan arus, maka akan diperoleh segi tiga daya gambar 9.b.

Vx

θ
VR

Gambar 9.a Vektor diagram tegangan

I . V
I . V x

θ
I . V R

Gambar 9.b. Segi tiga daya

Sisi segi tiga daya Vˆ R. Iˆ disebut daya aktif (P) :

P = Vˆ R. Iˆ = Vˆ . Iˆ Cos θ

Sisi tegaknya adalah Vˆ X. Iˆ disebut daya rektif (Q):

Q = Vˆ X. Iˆ = Vˆ . Iˆ Sin θ

Sisi miring, V.I disebut daya semu (S). Jadi persamaan daya untuk arus

bolak-balik adalah:

S = Vˆ . Iˆ = P2 + Q2

Faktor Cos θ sering disebut faktor kerja (power factor).

Keterangan:

S = Daya semu satuannya VA; KVA; MVA


P = Daya aktif satuannya Watt; KW; MW
Q = Daya reaktif satuannya VAR
(PT. PLN, 2001: 42)
2. Materi pokok bahasan rangkaian listrik arus bolak-balik pada siswa tingkat I

jurusan Listrik menurut kurikulum 1999 adalah sebagai berikut:

a. Rangkaian listrik arus bolak-balik dengan resistor, induktor dan kapasitor

murni

1) Menghitung besarnya impedansi pada rangkaian resistor dengan

menggunakan operasi bilangan kompleks yang hasilnya ditulis dalam bentuk

kompleks dan bentuk polar.

2) Menghitung besar arus yang melewati resistor.

3) Menghitung besarnya impedansi induktansi dengan menggunakan operasi

bilangan kompleks yang hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks dan

bentuk polar.

4) Menghitung besarnya arus yang melewati induktansi dengan menggunakan

operasi bilangan kompleks yang hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks

dan bentuk polar.

5) Menghitung impedansi kapasitor dengan menggunakan operasi bilangan

kompleks yang hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks dan bentuk polar.

6) Menghitung besarnya arus yang melewati kapasitor dengan menggunakan

operasi bilangan kompleks yang hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks

dan bentuk polar.

b. Rangkaian seri arus bolak-balik

1) Menghitung besarnya impedansi dengan menggunakan operasi bilangan

kompleks yang hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks dan dalam bentuk
polar pada rangkaian seri Resistor -Induktor (RL), Resistor -Kapasitor (RC),

dan Resistor -Induktor -Kapasitor (RLC).

2) Menghitung besarnya tegangan total dengan menggunakan operasi bilangan

kompleks yang hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks dan dalam bent uk

polar pada rangkaian seri RL, RC, dan RLC.

3) Menghitung besarnya daya dengan menggunakan operasi bilangan kompleks

yang hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks dan dalam bentuk polar pada

rangkaian seri RL, RC, dan RLC.

4) Menghitung besarnya admitansi den gan menggunakan operasi bilangan

kompleks yang hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks dan dalam bentuk

polar.

5) Menghitung besarnya faktor daya dan sudut fase pada rangkaian seri RL, RC,

dan RLC.

c. Rangkaian paralel arus bolak -balik

1) Menghitung besarnya impe dansi dengan menggunakan operasi bilangan

kompleks yang hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks dan bentuk polar

pada rangakaian paralel RL, RC, dan RLC.

2) Menghitung besarnya arus dengan menggunakan operasi bilangan kompleks

yang hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks dan bentuk polar pada

rangakaian paralel RL, RC, dan RLC.

3) Menghitung besarnya daya dengan menggunakan operasi bilangan kompleks

yang hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks dan bentuk polar pada

rangakaian paralel RL, RC, dan RLC.


4) Menghitung faktor daya pada rangkaian paralel RL, RC, dan RLC.

5) Menghitung besarnya admitansi dengan menggunakan operasi bilangan

kompleks yang hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks dan bentuk polar

pada rangakaian paralel RL, RC, dan RLC.

d. Rangkaian campuran arus bolak-balik

1) Menghitung besarnya impedansi dengan menggunakan operasi bilangan

kompleks dan hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks pada rangakaian

campuran RLC.

2) Menghitung besarnya admitansi dengan menggunakan operasi bilangan

kompleks yang hasilnya dituliskan dalam bentuk kompleks.

3. Kemampuan penyelesaian rangkaian listrik aris bolak-balik

Kemampuan adalah seluruh atau sebagian tenaga dan daya yang

dikerahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Kemampuan penyelesaian soal-soal

pada rangkaian listrik arus bolak-balik berupa perhitungan. Perhitungan-

perhitungan itu diantaranya adalah perhitungan besar arus, tegangan, daya,

reaktansi induktif, reaktansi kapasitif, impedansi, admitansi, faktor daya, sudut

fase dan lain-lain.

Contoh penyelesaian persoalan pada rangkaian listrik arus bolak-balik

Sebuah rangkaian listrik seri terdiri dari resistansi 20 Ohm dan induktansi

20mH dihubungkan dengan tegangan listrik bolak-balik 230 V, 50 Hz. Hitunglah

impedansi rangkaian dalam bentuk kompleks!


Penyelesaian

Diketahui: R = 20 ohm

L = 20 mH

V = 230 V

F = 50 Hz

Ditanya: besarnya impedansi dalam bentuk kompleks pada rangkaian.

Dijawab: Ẑ = R + jϖL

Ẑ = 20 + j 2 . 3,14.50.20.10 −3

Ẑ = 20 + j 6,28 ohm

F. Kerangka Berpikir

Rangkaian listrik arus bolak-balik mengandung frekuensi sehingga

diperlukan aljabar vektor atau dalam listrik arus bolak-balik dikenal dengan fasor,

dimana pada konsep fasor tersebut akan menerapkan sistem bilangan kompleks

yang secara matematis dapat menyelesaikan persoalan rangkaian listrik arus

listrik bolak-balik. Maka dapat disimpulkan adanya keterkaitan antara materi

bilangan kompleks dengan rangkaian listrik arus bolak-balik yang menunjukkan

bahwa penguasaan materi bilangan kompleks merupakan salah satu modal untuk

mempelajari rangkaian listrik arus bolak-balik. Maka di dalam menyelesaikan

persoalan rangkaian listrik arus bolak-balik yang berkaitan dengan bilangan

kompleks, diharapkan siswa menguasai pengetahuan yang berkaitan dengan

bilangan kompleks. Hal ini berguna untuk membantu menyelesaikan persoalan

pada rangkaian listrik arus bolak-balik dan menghindari kesalahan sewaktu


bekerja dalam menyelesaikan suatu persoalan pada rangkaian listrik arus bolak-

balik. Oleh karena itu siswa perlu mempelajari matematika bilangan kompleks

sebelum mepelajari rangkaian listrik arus bolak-balik.

Penguasaan materi bilangan kompleks akan membuat siswa memiliki

kesiapan dalam menyelesaikan persoalan rangkaian listrik arus bolak-balik.

Penguasaan materi bilangan kompleks diduga dapat mempermudah siswa

menghadapi tugas belajar rangkaian listrik arus bolak-balik. Apabila siswa

kurang lancar dalam menyelesaikan persoalan matematika bilangan kompleks,

siswa akan mendapat nilai rendah. Sebaliknya jika siswa menguasai pengetahuan

materi bilangan kompleks, siswa akan dapat menyelesaikan persoalan pada

rangkaian listrik arus bolak-balik, dan siswa akan memperoleh nilai tinggi

Dari uraian di atas tampak adanya dugaan pengaruh positif antara

penguasaan materi bilangan kompleks dengan penyelesaian soal-soal pada

rangkaian listrik arus bolak-balik.

G. Hipotesa Penelitian

Berdasarkan landasan teori di atas, maka dapat di susun hipotesis sebagai

berikut:

a. Hipotesis alternatif (Ha), ada pengaruh antara penguasaan materi bilangan

kompleks terhadap kemampuan menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik

arus bolak-balik siswa kelas 1 Bidang Keahlian Teknik Listrik Industri

Program Keahlian Teknik Elektro di SMK Negeri 7 Semarang tahun

pemelajaran 2004/2005.
b. Hipotesis nihil (Ho), tidak ada pengaruh antara penguasaan materi bilangan

kompleks terhadap kemampuan menyelesaikan soal -soal rangkaian listrik

arus bolak -balik siswa kelas 1 Bidang Keahlian Teknik Listrik Industri

Program Keahlian Teknik Elektro di SMK Negeri 7 Semarang tahun

pemelajaran 2004/2005.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian ini di SMK Negeri 7 Semarang, Jalan

Simpang Lima Semarang. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 16 Mei s/d 9 Juni

2005.

B. Penentuan Obyek Penelitian

1. Populasi dan sampel penelitian

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil

menghitung maupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik

tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin

dipelajari sifat-sifatnya (Sudjana, 1992: 6). Sedangkan menurut Suharsimi

Arikunto dinyatakan populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (1993: 102)

Dari kedua definisi di atas memberi arti populasi adalah semua subyek

yang akan diteliti atau diselidiki karakteristik-karakteristik tertentunya yang ingin

dipelajari. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas 1 Bidang

Keahlian Teknik Listrik Industri Program Keahlian Teknik elektro di SMK

Negeri 7 (STM Pembangunan) Semarang tahun pemelajaran 2004/2005 yang

berjumlah 70 siswa.

Sampel menurut Suharsimi Arikunto (1996: 117) adalah sebagian atau

wakil populasi yang diteliti. Sedangkan Sudjana (1992: 6), sampel adalah

sebagian yang diambil dari populasi. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 50

41
siswa kelas 1 Bidang Keahlian Teknik Listrik Industri Program Keahlian

Teknik Elektro di SMK Negeri 7 Semarang tahun pelajaran 2004/2005 yang

terdiri dari 2 kelas dan merupakan sisa dari populasi yang telah diambil untuk uji

coba instrumen penelitian.

Pengambilan sampel dengan cara sampel random yang dilakukan dengan

cara undian. Sebelum dilakukan undian terlebih dahulu dituliskan nomor subyek,

satu nomor untuk setiap kertas. Kemudian kertas tersebut digulung. Dengan tanpa

prasangka, diambil 50 gulungan kertas, sehingga nomor-nomor yang tertera pada

gulungan kertas yang terambil itulah yang merupakan nomor subyek sampel

penelitian. Sedangkan nomor-nomor yang tertera pada gulungan kertas yang tidak

terambil dijadikan sebagai subyek uji coba.

2. Variabel Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2002;96), variabel adalah objek penelitian,

atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini ada

dua variabel, yaitu:

a. Variabel bebas (Independent variable)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi terhadap suatu gejala.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah nilai penguasaan materi bilangan

kompleks. Variabel bebas sebagai variabel (X).

b. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat disebut variabel yang dipengaruhi oleh suatu gejala. Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah nilai kemampuan menyelesaikan soal-soal

pada rangkaian listrik arus bolak-balik. Variabel terikat sebagai variabel (Y).
C. Metode Pengumpulan Data

1. Metode Dokumentasi

Dokumentasi merupakan alat pengumpul data yang diperoleh dari sumber

yang ada atau dokumen resmi. Pengumpulan data melalui dokumen resmi ini

untuk memperoleh data tentang nama dan jumlah seluruh siswa kelas 1 Bidang

Keahlian Teknik Listrik Industri Program Keahlian Teknik Elektro SMKN 7

Semarang.

2. Metode tes

Metode tes dalam penelitian ini adalah tes prestasi atau acievement test,

yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah

mempelajari sesuatu. Tes prestasi digunakan untuk mendapatkan data penguasaan

materi bilangan kompleks dan kemampuan menyelesaikan soal-soal rangkaian

listrik arus bolak-balik. Tes yang digunakan berbentuk obyektif, dengan masing-

masing butir soal mempunyai empat alternatif jawaban dengan satu jawaban

benar.

D. Metode Analisis Data

Sebelum instrumen dipergunakan untuk mengungkap data yang

sebenarnya, maka instrumen di uji cobakan terlebih dahulu. Adapun langkah-

langkah uji coba instrumen adalah: menentukan subyek dan banyaknya subyek

yang akan di uji coba, melaksanakan uji coba, dan menganalisis data hasil uji

coba. Instrumen Pengambilan subyek uji coba adalah semua subyek dengan
nomor-nomor tertera pada gulungan kertas yang tidak terambil pada waktu

pengundian pengambilan sampel.

Maksud diadakan uji coba instrumen penelitian adalah menghindari butir

soal yang dirasa kurang jelas, menghindari kata -kata yang dirasa asing oleh

siswa, memperbaiki kalimat yang tidak dapat dipahami oleh siswa dan ditambah

atau dikurangi bila diperlukan.

1. Analisis data tahap awal

Analisis data tahap awal dilakukan setelah melaksanakan uji coba

instrumen penelitian. Analisis hasil uji coba instrumen peneli tian meliputi uji

validitas, uji tingkat kesukaran, uji daya pembeda dan uji reabilitas.

a. Uji validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat -tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Suharsimi, 1996: 158). Suatu

instrumen dikatakan valid apabila mampu mengungkapkan data dari variabel

yang diteliti secara tepat.

Μ p − Μt p
rpbis =
St q

Keterangan:

r pbis = koefisien korelasi biserial


Mp = rata-rata skor dari subyek yang menjawab benar
Mt = rata-rata skor tot al
St = standart deviasi dari skor total
P = proporsi siswa yang menjawab benar
 banyaknya siswa yang menjawab benar 
 p = 
 jumlah seluruh siswa 
q = proporsi siswa yang menjawab salah
(q = 1 – p)
Sebuah butir soal memiliki validitas yang tinggi jika skor pada butir soal

mempunyai kesejajaran dengan skor total. Kesejajaran ini dapat diartikan dengan

korelasi, sehingga untuk menguji validitas instrumen dalam penelitian ini

digunakan rumus point biserial, sebab penskoran dalam setiap butirnya bersifat

dikotomi yaitu skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah.

Apabila di dalam perhitungan didapat rhitung > r tabel pada signifikansi 5%,

maka butir soal tersebut valid (Suharsimi, 2002: 252).

Uji coba validitas hitung diberikan pada siswa subyek uji coba 20 orang

yang yang tidak terambil pada waktu pengundian pengambilan sampel yaitu no.

siswa 2, 10, 12, 14, 23, 27, 30, 36, 41, 44, 47, 49, 52, 54, 56, 58, 61, 68. Daftar

responden uji coba instrumen penelitian dapat dilihat pada lampiran 2.

Hasil butir soal dikatakan valid jika r hitung > r tabel = 0.444 pada taraf

signifikansi 5%. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4. Hasil

uji coba untuk penguasaan materi bilangan kompleks sebanyak 40 soal, diperoleh

30 soal yang valid yaitu soal no. 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 14, 15, 17, 18, 19,

20, 22, 23, 24, 25, 26, 28, 30, 31, 32, 34, 35, 36, 38, 39, 40. Dan 10 soal yang

tidak valid yaitu soal no 5, 12, 13, 16, 21, 26, 27, 29, 33 dan 37. Hasil analisis

tiap butir soal dapat selengkapnya terdapat pada lampiran 5. Pada ujicoba soal

rangkaian arus bolak-balik diperoleh sebanyak 35 soal, 27 soal yang valid yaitu

soal no. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 13, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26,

27, 30, 33, 34, 35. Sedangkan 8 soal yang butir soal yang tidak valid yaitu 10, 12,

14, 16, 28, 29, 31, 32. Hasil analisis uji validitas tiap butir soal selengkapnya

terdapat pada lampiran 10. Pengambilan data penguasaan materi bilangan


kompleks dan data kemampuan menyelesaikan soal-soal rangkaian lilstrik arus

bolak-balik menggunakan butir soal yang valid, dan butir soal yang tidak valid

tidak dipakai mengambil data.

b. Reliabilitas

Suatu tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat dipercaya dan

konsisten (ajeg). Untuk mengetahui reliabilitas tes digunakan rumus Kuder and

Richardson (K-R 21) seperti yang tercantum dalam Suharsimi Arikunto (2002:

164) sebagai berikut:

 k   M (k − M ) 
r =   1 −
 k − 1   
11
kV t 

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen


k = banyaknya butir soal atau butir pertanyaan
M = skor rata-rata
Vt= varians total

Klasifikasi reliabilitas soal adalah sebagai berikut:

0.800 – 1.000 tinggi

0.600 – 0.799 cukup

0.400 – 0.599 agak rendah

0.200 – 0.399 rendah

0.000 – 0.200 sangat rendah


(Suharsimi, 2002: 245).

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh r11 = 0.9052 untuk tes bilangan

kompleks dan 0.8692 untuk soal rangkaian listrik arus bolak-balik. Setelah
dikonsultasikan dengan derajat reliabilitas ternyata instrumen penguasaan materi

bilangan kompleks dan instrumen kemampuan menyelesaikan soal-soal

rangkaian arus listrik bolak-balik menunjukkan bahwa instrumen reliabel dan

termasuk dalam kategori tinggi dengan taraf signifikan 5% dan N = 20.

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8 dan lampiran 13.

c. Tingkat Kesukaran

Perangkat tes yang baik adalah perangkat tes yang memiliki tingkat

kesukaran seimbang, artinya perangkat tes tidak terlalu mudah dan tidak terlalu

sukar. Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau

mudahnya suatu soal (Suharsimi, 2002: 207).

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

JB A + JBB
IK =
JSA + JSB

Keterangan:
IK = Indeks kesukaran
JB A = Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas
JB B = Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah
JS A = Banyaknya siswa pada kelompok atas
JS B = Banyaknya siswa pada kelompok bawah

Kriteria taraf kesukaran dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut.

Tabel 1 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal

Interval IK Kriteria
IK = 0.00 Terlalu sukar
0.00 < IK ≤ 0.30 Sukar
0.30 < IK ≤ 0.70 Sedang
0.70 < IK < 1.00 Mudah
IK = 1.00 Terlalu mudah
(Suherman, 1990: 213)
Berdasarkan hasil uji coba dari 40 soal bilangan kompleks diperoleh soal

22 soal yang mudah yaitu soal no. 2, 3, 5, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20,

21, 22, 24, 25, 26, 27, 29, 33, 34. 16 soal sedang yaitu soal no. 1, 4, 6, 7, 8, 10,

19, 23, 28, 30, 32, 35, 36, 37, 39, 40. Dan 2 soal sukar yaitu soal no. 31, 38.

Apabila diprosentasikan, maka pada uji coba instrumen penelitian terdapat 55%

soal yang mudah, 40% soal sedang, dan 5% soal yang sukar. Hasil perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4 dan analisis perhitungan tiap butir

soal dapat dilihat pada lampiran 6.

Pada soal rangkaian arus bolak-balik terdapat 8 soal mudah yaitu soal no.

1, 2, 3, 10, 16, 26, 27, 30. 21 soal sedang yaitu soal no. 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13,

14, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 35. Dan 6 soal sukar yaitu soal no. 28,

29, 31, 32, 33, 34. Apabila diprosentasikan, maka pada uji coba instrumen

penelitian terdapat 22,86%, 60% soal sedang, dan 17,14% soal yang sukar. Hasil

perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9 dan analisis perhitungan

tiap butir soal dapat dilihat pada lampiran 11. Dari hasil analisis tersebut

menunjukkan bahwa soal-soal tersebut, tingkat kesukaranya dalam kategori

sedang.

d. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh

(berkemampuan rendah) (Suharsimi, 2002: 211).

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:


JBA − JBB
DP =
JSA

Keterangan :

DP = Daya pembeda soal


JB A = Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas
JB B = Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah
JS A = Banyaknya siswa pada kelompok atas
Kriteria yang digunakan seperti pada tabel 2 berikut.

Tabel 2 Kriteria Daya Pembeda Soal

Interval DP Kriteria
DP ≤ 0.00 Sangat jelek
0.0 < DP ≤ 0.20 Jelek
0.20 < DP ≤ 0.40 Cukup
0.40 < DP ≤ 0.70 Baik
0.70 < DP ≤ 1.00 Sangat baik
(Suherman, 1990: 201)

Berdasarkan hasil uji coba dari 40 soal bilangan kompleks terdapat 15

soal yang mempunyai daya pembeda baik yaitu soal no 1, 2, 3,4, 6, 7, 8, 17, 18,

19, 28, 31, 35, 36, 39, terdapat 17 soal yang mempunyai daya pembeda cukup

yaitu soal no 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 20, 22, 23, 24, 25, 30, 32, 34, 38, 40 dan 6

soal yang mempunyai daya pembeda jelek yaitu soal no 5, 12, 27, 29, 33, 37,

serta 2 soal yang mempunyai daya pembeda sangat jelek yaitu soal no 21 dan 26.

Apabila diprosentasikan, maka pada uji coba instrumen penelitian penguasaan

materi bilangan kompleks terdapat 37,5% soal yang mempunyai daya pembeda

baik, 42,5%17 soal yang mempunyai daya pembeda cukup, 15% soal yang

mempunyai daya pembeda jelek, serta 5% soal yang mempunyai daya pembeda

sangat jelek. Hasil analisis selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4 dan

perhitungan daya pembedanya dapat dilihat pada lampiran 7.


Hasil analisis daya pembeda untuk soal rangkaian listrik arus bolak-balik

terdapat 1 soal yang baik sekali yaitu soal no. 11, terdapat 18 soal yang baik

yaitu soal no. 3, 4, 5, 6, 7, 8, 13, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 30, 34. 8 Soal

yang mempunyai daya pembeda cukup yaitu soal no. 1, 2, 9, 23, 26, 27, 33 dan

35. 1 Soal yang daya pembedanya jelek yaitu nomor 10, sedangkan 7 soal yang

mempunyai daya pembeda sangat jelek yaitu nomor 12, 14, 16, 28, 29, 31 dan

32. Apabila diprosentasikan, maka pada uji coba instrumen penelitian

kemampuan menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik terdapat

2,86% soal yang mempunyai daya pembeda yang baik sekali, 51,43% soal yang

mempunyai daya pembeda baik, 22,86% soal yang mempunyai daya pembeda

cukup, 2,86% Soal yang daya pembedanya jelek, serta 20% soal yang

mempunyai daya pembeda sangat jelek. Hasil analisis selengkapnya dapat dilihat

pada lampiran 9 dan perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 12.

2. Analisis data tahap akhir.

Analisis data tahap akhir dilakukan untuk memenuhi tujuan penelitian dan

untuk memproses data penelitian agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya. Analisis data tahap akhir meliputi deskripsi data, uji persyaratan

hipotesis dan analisis uji hipotesis.

a. Deskripsi data

Data hasil tes instrumen yang sudah terkumpul ditabulasikan dengan cara

membuat rentang kelas dan distribusi frekuensi. Alasan penelitian menggunakan

deskripsi data untuk menggambarkan data hasil tes insrumen penelitian

penguasaan materi bilangan kompleks dan kemampuan menyelesaikan soal-soal


rangkaian listrik arus bolak -balik. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan

statistik deskriptif yang meliputi mean, median, dan modus.

1) Mean

Mean dari nilai data dihitung dengan menggunakan rumus:

x=
∑fx i i

∑f i

Keterangan:

x = mean (nilai rata-rata) yang dicari


Σf i xi = jumlah hasil kali frekuensi dengan nilai data
Σfi = jumlah frekuensi
(Sudjana, 1996: 69)

2) Median

Median dari nilai data dihitung dengan menggunakan rumus:

1 / 2 N − F 
Me = b + p  
 f 

Keterangan:

Me = median yang dicari


b = batas bawah kelas median
p = panjang kelas median
N = ukuran sampel atau banyaknya data
F = jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari
tanda kelas median
f = frekuensi kelas median
(Sudjana, 1996: 78)

3) Modus

Modus atau nilai yang banyak diperoleh siswa dapat dihitung dengan

menggunakan rumus:
 b 
Mo = b + p  1 
 b1 + b2 
Keterangan:

Mo = modus yang dicari


p = panjang kelas modal
b = batas bawah kelas modal, ialah kelas interval dengan frekuensi
terbanyak
b1 = frekuensi kelas modal dikurangi frekensi kelas interval dengan
tanda kelas modal
b2 = frekuensi kelas modal dikurangi frekuensi kelas modal interval
dengan tanda kelas yang lebih besar sesudah kelas modal

(Sudjana, 1996: 77)

4) Menghitung besarnya nilai standar deviasi

NfiXi 2
s2 =
N ( N − 1)
Keterangan:

S2 = standar deviasi
Xi = tanda kelas
fi frekuensi yang sesuai
N = Σfi
(Sudjana, 1996: 95)

5) Menentukan Kriteria Kecenderungan nilai hasil belajar dengan

membandingkan dengan rerata ideal, yang dibedakan menjadi 4 kriteria.

Lebih dari Mi + 1,5 SDi = sangat baik

Mi + 0,75 SDi sampai dengan Mi + 1,5 SDi = baik

Mi sampai dengan Mi + 0,75 SDi = cukup

Kurang dari Mi = kurang

Penentuan jarak 0,75 SD untuk kategori ini didasarkan pada distribusi

normal secara teoritik berjarak 6 SD dengan batas lulus = rerata ideal (Ngalim,
1990: 91). Untuk menghitung besarnya rerata ideal (Mi) dan simpangan baku

ideal (SDi) digunakan rumus:

1
Mi = × nilai ideal tertinggi
2

1
SDi = × Mi
3

Berdasarkan pedoman di atas, dan untuk variabel X maupun variab el Y

nilai ideal tertinggi 120 dan nilai ideal terendah 0, maka dapat ditentukan kriteria

sebagai berikut.

1
Mi = × 120 = 60
2
1
SDi = × 60 = 20
3
Batas lulus = Mi = 60

Mi + 0,75 SDi = 60 + 0,75 (20) = 75

Mi + 1 ,5 SDi = 60 + 1,5 (20) = 90

Tabel 3. Kriteria Kecenderungan dari Variabel X dan Variabel Y disesuaikan


dengan kriteria penilaian tingkat SMK

No Interval Kriteria
1 < Mi < 60 Kurang
2 Mi- Mi + 0,75 SDi 60 - 75 Cukup
3 Mi + 0,75 SDi - Mi + 1,5 SDi 76-89 Baik
4 > Mi + 1,5 SDi >90 Sangat baik

b. Pengujian Persyaratan hipotesis

Sebelum mengadakan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan

pengujian persyaratan hipotesis. Pengujian persyaratan hipotesis meliputi uji

normalitas, uji homogenitas, dan uji linieritas .


1) Uji normalitas

Untuk mengetahui apakah data variabel penelitian berdistribusi normal atau

tidak normal maka dilakukan uji normalitas. Data variabel penelitian diuji

normalitasnya adalah data variabel bebas yaitu penguasaan materi bilangan

kompleks dan data variabel terikat yaitu kemampuan menyelesaikan soal-soal

pada rangkaian listrik arus bolak-balik. Untuk menguji normalitas sampel dengan

menggunakan rumus uji Chi kuadrat. Adapun rumus yang digunakan adalah

k
(Oi − Ei ) 2
χ2 = ∑
i −1 Ei
Keterangan:
χ2 = harga chi kuadrat
Oi = frekuensi hasil pengamatan
Ei = frekuensi yang diharapkan

Jika χ2 data <χ2 tabel dengan derajat kebebasan dk = k – 3 dan taraf

signifikan 5%, maka data yang diperoleh berdistribusi normal (Sudjana, 1996:

273)

2) Uji homogenitas

Pengujian homogenitas data penelitian digunakan untuk memenuhi sampel

penelitian dari titik tolak yang sama atau tidak sama. Uji homogenitas sampel

menggunakan uji Bartlett (uji B) yaitu untuk menguji kesamaan k buah (k ≥ 2)

varians yang berdistribusi normal. Harga-harga yang perlu untuk uji bartlett

terdapat pada tabel 4.

Kemudian mencari varians gabungan dari semua sampel dengan

menggunakan rumus:

S2 = (Σ(n - 1) S12 /Σ(n2 - 1)) dan mencari harga satuan B = (log S i2 )Σ(ni - 1).
Sedangkan rumus uji Bartlett menggunakan statistik Chi -kuadrat sebagai

berikut:

χ2 = (ln 10){B - Σ(n1 - 1)log S12 }

Keterangan:

χ2 = harga chi kuadrat yang dicari


B = harga satuan bartlett
n i = jumlah harga yang digun akan sebagai sampel
S i2 = varians tiap sampel

Tabel 4 Rangkuman Harga Yang Perlu Untuk Uji Bartlett

Sampel dk 1/dk Si2 log S i2 dk log S i2


1 N1 - 1 1/(n 1 - 1) Si2 log S i2 (n1 - 1) log Si2
2 n2 – 2 1/(n 1 - 1)
S 22 log S 22 (n1 - 1) log S 22
. . .
. . . . . ..
. . . . . .
k nk - 1 1/(n k - 1) . . .
S k2 log S k2 (nk - 1) log S k2
Jumlah Σ(ni - 1)  1  Σ(ni - 1) log S k2
Σ  
 ni − 1 
(Sudjana, 1996: 256)

Dengan ln 10 = 2, 3026 disebut log asli dari bilangan 10. pada taraf nyata

α, hipotesis tidak teruji jika χ2 ≥ χ (21−α )( k −1) , dimana χ (21−α )( k −1) , didapat dari daftar

Chi-kuadrat peluang (1 -α) dan daftar dk = (k - 1) (Sudjana, 1996: 263).

3) Uji linearitas

Untuk mengetahui data yang akan dianalisis memenuhi syarat linier, maka

data dianalisis linieritasnya terlebih dahulu. Jika hasil uji menunjukkan model

linier tidak cocok, maka data dianalisis dengan regresi non linier. Uji linieritas
menggunakan uji statisik F, dengan metode analisis varians dengan menggunakan

rumus:

2
S TC
Fhitung = 2
SE

Keterangan:

F = analisis varians uji linieritas


2
S TC = varians dari faktor ketidakocokan
S E2 = varians dari faktor kekeliruan
(Sudjana, 1996: 332)

Untuk mencari varians ketidakcocokan dan kekeliruan dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

2 JK (TC )
S TC = dan
K −2

JK ( E )
S E2 =
N −k

Keterangan:

JK (TC) = jumlah kuadrat faktor ketidakcocokan


JK (E) = jumlah kuadrat kekeliruan
k = jumlah cacah kasus yang berbeda-beda dari prediktor
N = jumlah cacah kasus responden

Jumlah kuadrat faktor ketidakcocokan dan jumlah kuadrat kekeliruan

dihitung dengan menggunakan rumus:

 (Yi ) 2 
JK (TC) = JK res – JK (E) dan JK (E) = ∑x  Σ Yi −
n 

Jumlah kuadrat residu dapat dihitung dengan rumus:

JKres = JK(T) – JK(a) – JK(b/a)

Rangkuman rumus uji ANAVA untuk uji linieritas dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5 Rangkuman Rumus Uji ANAVA Untuk Uji Linieritas

Sumber variasi dk JK RJK F

Tuna cocok K–2 JK(TC) JK (TC )


2
S TC =
k −2
S 2TC
S 2E

JK ( E )
Kekeliruan N–k JK(E) S E2 =
N −k

Syarat nilai F linier jika F hitung < F (1-α)(k-2)(N-k)

(Sudjana, 1996: 332)

c. Pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis meliputi: uji regresi satu predictor, uji independen dan

uji sumbangan relatif dan uji sumbangan efekif.

1) Uji regresi satu prediktor

Uji regresi satu prediktor dilakukan untuk mendapatka n persamaan

Y = a +bX, dengan

(Yi )(ΣXi 2 ) − (ΣXi )(ΣXiYi )


a=
NΣXi 2 − ( ΣXi ) 2

NΣXiYi − (ΣXi )(ΣXiYi )


b=
NΣXi 2 − (ΣXi ) 2

Keterangan

Xi = variabel bebas
Yi = variabel terikat
(Sudjana, 1996: 312 -315)
2) Uji independen

Untuk keperluan uji hipotesis dengan menggunakan uji independen

dengan rumus:

S 2 reg
F=
S 2 res

Keterangan:

F = analisis varians
S2reg = varians dari faktor regresi
S2res = varians dari faktor residu
(Sudjana, 1996: 332)

Untuk mencari varians regresi dan varians residu dengan menggunakan

rumus:

 ( Σ Xi )( Σ Yi ) 
 Σ XiYi − 
S2reg = JK(b/a) = Jkreg = b  N  dan

JKres
S2res =
N −2

Rangkuman rumus ANAVA untuk pengujian independen dilihat pada

tabel 6.

Tabel 6 Rangkuman Rumus ANAVA untuk Uji Hipotesis

Sumber Variasi dk JK KT F
Regresi (a) 1 (ΣYi ) 2
(ΣY1 ) 2

n n
2
S reg
Regresi (b/a) 1 JKreg = JK(b/a) 2 2
S reg = JK(b/a) S res

Residu n-2 Σ(Yi − Y1 )


JKres Σ(Yi- Y1)2 2
S res =
n−2
Jumlah N ΣYi2
Setelah harga F didapatkan, kriteria pengujian hipotesisnya adalah Ho

tidak teruji jika Fhitung ≥ F(1-α)(1, N-2), Ho teruji dalam hal yang lainnya (Sudjana,

1996: 332).

3) Menghitung sumbangan efektif (SE)

Sumbangan efektif digunakan untuk mencari besarnya pengaruh

penguasaan materi bilangan kompleks terhadap kemampuan menyelesaikan soal-

soal rangkaian listrik arus bolak-balik. sumbangan efektif (SE) dapat dihitung

dengan menggunakan rumus:

Untuk sumbangan efektif (SE%) = r2 x 100%

Keterangan:

SE = sumbangan efektif
r2 = korelasi X dan Y

Untuk mencari harga korelasi antara kriterium dan predictor dihitung

dengan rumus:

nΣXY − (ΣX )(ΣY )


r=
{nΣX − (ΣX )2}{nΣY 2 − (ΣY )2 }
2

Keterangan:

N = jumlah responden
ΣX = jumlah skor variabel X
ΣY = jumlah skor variabel Y
ΣX2 = jumlah kuadrat skor variable X
Σ Y2 = jumlah kuadrat skor variabel Y
(Sudjana, 1999: 369)

4) Uji Keberatian Koefisien Korelasi

Untuk menguji keberartian koefisien korelasi antara variabel X dan

variabel Y digunakan uji t dengan rumus:


rxy − n − 2
t=
1 − rxy2

Keterangan:

t = hasil uji t
r xy = koefisien korelasi antara X dan Y
n = Jumlah responden yang diteliti.
(Sudjana. 1996: 377)

Hasil perhitungan statistik t tersebut dibandingkan nilai kritik uji t dengan

dk = n –2, apabila t hitung >t tabel dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan

antara variabel X dan variabel Y.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Penguasan materi bilangan kompleks

Rata-rata penguasaan siswa pada materi bilangan kompleks mencapai

82,09 dengan median 77,46, modus 82,83 dan standar deviasi 7,04 (lihat lampiran

19). Ini menunjukkan bahwa penguasaan siswa pada materi bilangan kompleks

dalam kategori baik yaitu pada interval 76 < N <90. Dilihat dari standar

deviasinya menunjukkan bahwa sebaran nilai-nilai tersebut relatif menyebar yang

berkisar antara 61,29 sampai 93,55 dalam kategori cukup sampai kategori baik

sekali. pensebaran nilai dapat dilihat melalui tabel 7 berikut.

Tabel 7 Distribusi Frekuensi Penguasaan Siswa tentang Bilangan Kompleks

Frekuensi
Interval
Absolut Relatif (%) Komulatif (%)
61.29 - 66.67 2 4 4
66.68 - 72.06 3 6 10
72.07 - 77.45 5 10 20
77.46 - 82.84 15 30 50
82.85 - 88.23 15 30 80
88.24 - 93.62 10 20 100
Jumlah 50 100

Sebaran nilai-nilai penguasan materi bilangan kompleks dapat dilihat

pada grafik histogram berikut.


16
14
12

Frekuensi
10
8
6
4
2
0
63.98 69.37 74.76 80.15 85.54 90.93
Nilai

Gambar 9.
Grafik Histogram Sebaran nilai Penguasan Materi Bilangan Kompleks

Selanjutnya untuk melihat kecenderungan hasil nilai penguasan materi bilangan

kompleks digunakan rerata ideal sebagai kriteria bandingan seperti dijelaskan di Bab

III. rentangan skor yang ditetapkan adalah 0 –120. Hasil perhitungan menunjukkan

bahwa dari 50 responden penelitian terdapat 10 siswa (20%) mempunyai pengusaan

yang sangat baik pada interval nilai 90 < N < 100, 35 siswa (70%) mempunyai

penguasaan yang baik pada interval nilai 75 < N < 90 selebihnya hanya 5 siswa (10%)

pada interval nilai 60 < N < 75 dalam kategori cukup (lihat tabel 8).

Tabel 8. Tingkat Kecenderungan Penguasaan Siswa tentang Bilangan Kompleks

Interval Kriteria Frekuensi Frekuensi relatif Frekuensi Kumulatif


absolut (%) (%)
< 60 Kurang 0 0 0
60 - 75 Cukup 5 10 10
76-89 Baik 35 70 80
>90 Sangat baik 10 20 100
Jumlah 50 100
Penguasaan Materi Bilangan
Kompleks

10%
20%

< 60 Kurang
60 - 75 Cukup
76-89 Baik
>90 Sangat baik

70%

Gambar 10.
Grafik Tingkat Kecenderungan nilai Penguasan Materi
Bilangan Kompleks

2. Kemampuan menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik

Berdasarkan lampiran 20 tampak bahwa rata-rata kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik mencapai 65,71

dengan median 54,34, modus 60,51 dan standar deviasi 15,86 (lihat lampiran 20).

Ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal rangkaian

listrik arus bolak-balik dalam kategori cukup yaitu pada interval 60 < N < 75.

Dilihat dari standar deviasinya menunjukkan bahwa sebaran nilai-nilai tersebut

relatif menyebar yang berkisar antara 37,04 sampai 96,30 dalam kategori kurang

sampai kategori sangat baik. Pensebaran nilai dapat dilihat melalui tabel 9

berikut.
Tabel 9. Distribusi Frekuensi kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal -soal
rangkaian listrik arus bolak -balik

Frekuensi
Interval
Absolut Relatif (%) Komulatif (%)
37.03 - 46.91 7 14 14
46.92 - 56.80 9 18 32
56.81 - 66.69 12 24 56
66.70 - 76.58 7 14 70
76.59 - 86.47 9 18 88
86.48 - 96.36 6 12 100
Jumlah 50 100

Sebaran nilai -nilai kemampuan menyelesaikan soal -soal rangkaian listrik

arus bolak -balik dapat dilihat pada grafik histogram berikut.

14
12
10
Frekuensi

8
6
4
2
0
41.91 51,86 61.75 71.64 81.53 81.53
Nilai

Gambar 11.
Grafik Histogram Sebaran nilai Kemampuan
Menyelesaikan Soal -soal Rangkaian Listrik Arus Bolak -balik

Dilihat dari histogram tersebut tampak bahwa nilai siswa dalam

menyelesaikan soal -soal rangkaian listrik arus bolak -balik pada mata diklat
penerapan konsep dasar listik dan elektronika (PKDLE) cenderung berkisar antara

61,75 dalam kategori cukup.

Untuk mengetahui kecenderungan nilai kemampuan menyelesaikan soal -

soal rangkaian listrik arus bolak -balik, digunakan rerata ideal sebagai kriteria

bandingan seperti dijelaskan pada Bab III. Berdasarkan penelitian dari 50

responden terdapat 13 siswa (26%) mempunyai kemampuan yang baik, 12 siswa

(24%) dalam kategori cukup, 23 siswa (46%) dalam kategori kurang dan hanya 2

siswa (4%) dalam kategori sangat baik.

Tabel 10. Tingkat Kecenderungan Penguasaan Siswa tentang Kemampuan


Menyelesaikan Soal-soal Rangkaian Listrik Arus Bolak -balik

Frekuensi Frekuensi relatif Frekuensi Kumulatif


Interval Kriteria
absolut (%) (%)
< 60 Kurang 23 46 46
60 - 75 Cukup 12 24 70
76-89 Baik 13 26 96
>90 Sangat baik 2 4 100
Jumlah 50 100

Kemampuan Menyelesaikan Soal-Soal


Rangkaian Listrik Arus Bolak-balik

4%

26% < 60 Kurang


46% 60 - 75 Cukup
76-89 Baik
>90 Sangat baik
24%

Gambar 12.
Grafik Tingkat Kecenderungan nilai Kemampuan Menyelesaikan Soal -soal
Rangkaian Listrik Arus Bolak -balik
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Penguasaan Materi Bilangan Kompleks dan
Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal -soal Rangkaian Listrik Arus
Bolak-balik

Kemampuan Siswa dalam

Menyelesaikan Soal -soal Rangkaian


Penguasaan Materi
Listrik Arus Bolak-balik Total
Bilangan Kompleks
Sangat
Kurang Cukup Baik
Baik

Frekuensi 5 5
Cukup
Prosentase 100% 100%

Frekuensi 18 9 7 1 35
Baik
Prosentase 51,4% 25,7% 20% 2,9% 100%

Frekuensi 3 6 1 10
Sangat baik
Prosentase 30% 60% 10% 100%

Frekuensi 23 12 13 2 50
Total
Prosentase 46% 24% 26% 4% 100%

Dilihat dari hubungan nilai -nilai siswa dalam menguasai pokok bahasan

bilangan kompleks dan kemampuan menyelesaikan soal -soal rangkaian listrik

arus bolak -balik pada tabel 11, ternyata dari 5 siswa yang mempu nyai

penguasaan materi bilangan kompleks dalam kategori cukup, semuanya

mempunyai kemampuan dalam menyelesaikan soal -soal rangkaian listrik arus

bolak-balik yang kurang. Dari 35 siswa yang mempunyai penguasaan materi

bilangan kompleks dengan baik, ternyata 51,4% mampu menyelesaikan soal -


soal rangkaian listrik arus bolak-balik dalam kategori kurang, selebihnya 25,7%

dalam kategori cukup, 20% dalam kategori baik dan hanya 2,9% dalam kategori

sangat baik. Dari 10 siswa yang mempunyai penguasaan materi bilangan

kompleks dalam kategori sangat baik, ternyata 60% mapu menyelesaikan soal-

soal rangkaian listrik arus bolak-balik dengan baik, selebihnya 30% dalam

kategori cukup dan hanya 10% dengan kempuan yang sangat baik. Data ini

menunjukkan bahwa untuk menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-

balik dengan baik diperlukan penguasaan yang sangat baik pada materi bilangan

kompleks. Untuk mengetahui pengaruhnya dapat dilihat dari hasil analisis data

menggunakan regresi sederhana.

B. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi yaitu

untuk pengujian hipotesis yang menyatakan ada pengaruh penguasaan materi

bilangan kompleks terhadap kemampuan menyelesaikan soal-soal ranngkaian

listrik arus bolak-balik pada siswa kelas I program keahlian teknik listrik industri

bidang keahlian teknik elektro di SMK Negeri 7 Semarang tahun pemelajaran

2004/2005. Analisis regresi tersebut mensyaratkan adanya kenormalan data,

homogenitas dan kelinieran dari garis regresi.

1. Uji Persyaratan Hipotesis

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji chi kuadrat,

dengan banyak kelas interval 6. Pada taraf signifikansi 5%, dengan dk = k-3 = 6-

3 = 3, diperoleh chi kuadrat tabel sebesar 7,81, sehingga data terdistribusi normal
apabila diperoleh nilai chi kuadrat dari perhitungan kurang dari 7,81.

Berikut ini disajikan hasil pengujian normalitas data, seperti tersaji pada tabel 12.

Tabel 12. Hasil uji Kenormalan Data

Kemampuan menyelesaikan
Penguasan materi
No Sumber variasi soal-soal rangkaian listrik
bilangan kompleks
arus bolak-balik

1 χ2 hitung 6,0692 5,9696

2 dk 3 3

3 χ2 tabel, α = 5% 7,81 7,81

4 Kriteria Normal Normal

Berdasarkan tabel tersebut diperoleh nilai χ2 hitung untuk variabel

penguasan materi bilangan kompleks sebesar 6,0692 dan untuk variabel

kemampuan menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik sebesar

5,9696. Kedua nilai perhitungan tersebut kurang dari chi kuadrat tabel, yang

berarti secara nyata data dari kedua variabel tersebut terdistribusi normal.

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 21 dan 22.

b. Uji Homogenitas

Homogenitas data dapat dilihat dari hasil uji bartlet. Dalam pengujian

tersebut apabila diperoleh nilai χ2 hitung < χ2 tabel dapat disimpulkan bahwa data

yang diperoleh bersifat homogen. Pengujian selengkapnya dapat dilihat pada

tabel 13.
Tabel 13. Hasil Uji Homogenitas Data

No Sumber variasi Nilai


1 χ2 hitung 13,919
2 dk 8
3 χ2 tabel, α = 5% 15,51
4 Kriteria Homogen

Berdasarkan hasil uji Bartlet diperoleh chi kuadrat hitung sebesar 13,919

kurang dari chi kudrat tabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk =8 yaitu 15,51,

sehingga dapat disimpulkan bahwa data bersifat homogen. Perhitungan

selanjutnya dapat dilihat pada lampiran 23.

c. Uji Linieritas

Uji linieritas garis regresi yang diperoleh, diuji menggunakan test Fisher

(Uji F). Apabila hasil pengujian kurang dari F tabel, dapat disimpulkan bahwa

garis regresi bersifat linier. Hasil uji kelinieran tersebut diperoleh Fhitung sebesar

0,337 < Ftabel=2,243 dengan dk (7:41) pada taraf signifikansi 5%, sehingga

dapat disimpulkan bahwa model regresi yang diperoleh secara nyata berbentuk

linier. Pengujian selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 24 dan terangkum

pada tabel 14.

Tabel 14. Hasil Uji Kelinieran Garis Regresi

Sumber Variasi dk JK RK F F tabel Kriteria

Tuna Cocok (TC) 7 475.784 67.969


0.377 2.243 Linier
Galat (E) 41 7389.880 180.241
2. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis ini menggunakan analisis regresi linier sederhana.

Dalam analisis tersebut diperoleh koefisien korelasi, model regresi, uji

independent, dan determinasi atau sumbangan efektif.

a. Koefisien Korelasi

Melalui rumus product moment pada lampiran 24 diperoleh koefisien

korelasi sebesar 0,66. Koefisien korelasi ini diuji keberartiannya menggunakan

uji t dan diperoleh t hitung sebesar 6,073. Pada taraf signifikansi 5% dan dk = 48

diperoleh ttabel = 2,01. Tampak bahwa thitung > t tabel, yang berarti secara nyata ada

hubungan yang signifikan antara penguasaan materi bilangan kompleks dengan

kemampuan menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik pada

siswa kelas I program keahlian teknik listrik industri bidang keahlian teknik

elektro SMK Negeri 7 Semarang tahun pemelajaran 2004/2005.

b. Model Regresi

Berdasarkan hasil analisis regresi pada lampiran 24 diperoleh koefisien

regresi sebesar 1,478 dan konstanta –56,246, sehingga untuk menyatakan

pengaruh penguasaan siswa pada bilangan kompleks (X) terhadap kemampuan

menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik (Y) digunakan model

regresi:

Y = a +bX

Y = –56,246 + 1,478X
Dari persamaan di atas diketahui bahwa koefisien regresi a = -56,246. Jadi

untuk X=0 maka Y≠0 dan hasilnya negatif, artinya untuk masing-masing harga Y

tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh X, tetapi ada faktor lain yang mempengaruhi

Y. Berarti selain penguasaan materi bilangan kompleks masih ada faktor lain

yang mempengaruhi kemampuan menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus

bolak-balik.

Selanjutnya perhatikan harga koefisien regresi b = 1,478. Harga koefisien

regresi b bernilai positif berarti setiap terjadi kenaikan satu nilai pada penguasan

bilangan kompleks akan diikuti kenaikan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik sebesar 1,478.

Sehingga semakin baik siswa menguasai materi bilangan kompleks, maka

kemampuan menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik akan

semakin baik pula

Model regresi yang diperoleh diuji keberartiannya menggunakan uji F,

apabila diperoleh Fhitung > Ftabel dengan dk = n-2 dan taraf signifikansi 5%, maka

secara nyata model regresi tersebut signifikan.

a. Uji independent

Hasil uji independent selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 24 dan

terangkum pada tabel 16 dan perhitungan selangkapnya pada lampiran 24.

Berdasarkan hasil pengujian tersebut diperoleh Fhitung sebesar 36,882 >

Ftabel (4,043) dengan dk (1:48) dan taraf signifikansi 5%, sehingga hipotesis yang

menyatakan ada pengaruh penguasaan materi bilangan kompleks terhadap


kemampuan menyelesaikan soal-soal ranngkaian listrik arus bolak-balik pada

siswa kelas I program keahlian teknik listrik industri bidang keahlian teknik

elektro di SMK Negeri 7 Semarang tahun pemelajaran 2004/2005 diterima.

Tabel 15. Hasil Uji Independent

Sumber Variasi dk JK RK F F tabel Kriteria


Total 50 231220.850
Regresi (a) 1 217311.385 217311.385
Reresi (b|a) 1 6043.801 6043.801 36.882 4.043 Signifikan
Residu (S) 48 7865.664 163.868

b. Koefisien Determinasi atau Sumbangan Efektif

Sumbangan efektif merupakan kuadrat dari koefisien korelasi dikalikan

100%, yang merupakan besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel

terikat. Hasil analisis data seperti pada lampiran diperoleh sumbangan efektif

sebesar 43,5%, yang berarti kontribusi penguasaan materi bilangan kompleks

terhadap kemampuan menyelesaikan soal-soal ranngkaian listrik arus bolak-balik

pada siswa kelas I program keahlian teknik listrik industri bidang keahlian teknik

elektro di SMK Negeri 7 Semarang tahun pemelajaran 2004/2005 sebesar 43,5%,

selebihnya 56,5% dipengaruhi oleh faktor lain di luar model regresi ini.

C. Pembahasan

Tingkat penguasaan materi bilangan kompleks dan kemampuan

menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik pada siswa kelas 1

program keahlian teknik listrik industri bidang keahlian teknik elektro di SMKN

7 Semarang tahun pemelajaran 2004/2005 ditunjukkan oleh besarnya nilai yang


dicapai oleh siswa. Dari sampel 50 siswa rata-rata nilai yang dicapai adalah

82,09 dan 65,71. Dari kriteria penilaian SMK nilai rata-rata penguasaan materi

bilangan kompleks termasuk dalam kriteria baik dan kemampuan menyelesaikan

soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik termasuk dalam kriteria cukup. Jadi

nilai rata-rata penguasaan materi bilangan kompleks pada siswa kelas 1 program

keahlian teknik listrik industri bidang keahlian teknik elektro di SMKN 7

Semarang tahun pemelajaran 2004/2005 berkisar antara 75,1-89,9. Dalam kriteria

yang baik ini berarti sebagian besar siswa telah menguasai materi bilangan

kompleks dengan baik dan benar. Sedangkan nilai rata-rata kemampuan siswa

daalam menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik pada siswa

kelas 1 program keahlian teknik listrik industri bidang keahlian teknik elektro di

SMKN 7 Semarang tahun pemelajaran 2004/2005 berkisar antara 60,0 – 75,0.

Dalam kriteria yang cukup ini berarti ada materi tertentu yang sebagian besar

siswa telah menguasai dengan baik dan benar dan sebagian siswa ada yang tidak

menguasai dengan baik dan benar. Data ini menunjukkan bahwa untuk

menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik dengan baik

diperlukan penguasaan yang sangat baik pada materi bilangan kompleks.

Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh Fhitung = 36,882 >Ftabel = 4,043

(pada taraf signifikan 5% dan dk 1:48). Jadi hipotesis dinyatakan “Ada pengaruh

penguasaan materi bilangan kompleks terhadap kemampuan menyelesaikan soal-

soal rangkaian listrik arus bolak-balik pada siswa kelas 1 program keahlian teknik

listrik industri bidang keahlian teknik elektro SMKN 7 Semarang tahun


pemelajaran 2004/2005” diterima. Besar kontribusi penguasaan materi bilangan

kompleks terhadap kemampuan menyelesaikan soal -soal rangkaian listrik arus

bolak-balik sebesar 43,5%, artinya masih 56,5% kemampuan menyelesaikan soal

rangkaian listrik arus bolak balik dipengaruhi faktor lain

Hasil analisis ini menunjukkan adanya keterkaitan antara materi bilangan

kompleks dengan rangkaian listrik arus bolak -balik, yaitu terletak pada

penyelesaian soal -soal rangkaian listrik arus bolak -balik yang dapat

menggunakan konversi bilangan kompleks dari bentuk polar ke bentuk

rektangular dan dari bentuk rektangular ke bentuk polar dan operasi perhitungan

pada bilangan kompleks yang berupa operasi operasi penjumlahan, pengurangan,

perkalian, dan pembagian yang hasilnya dap at dituliskan dalam bentuk

rektangular maupun dalam bentuk polar.

Rangkaian listrik arus bolak -balik merupakan salah satu pokok bahasan

yang diajarkan di SMK kelas 1 program keahlian teknik listrik industri bidang

keahlian teknik elektro pada mata diklat P enerapan Konsep Dasar Listrik dan

Elektronika (PKDLE). Permasalahan pada rangkaian arus listrik bolak -balik

dapat diselesaikan dengan menggunakan bilangan kompleks karena pada

rangkaian listrik arus bolak -balik mengandung frekuensi sehingga diperlukan

aljabar vektor atau dalam listrik arus bolak -balik dikenal dengan phasor, dimana

pada konsep phasor akan menerapkan sistem bilangan kompleks yang secara

matematis dapat menyelesaikan persoalan rangkaian listrik arus bolak -balik.


Penggunaan kuantitas kompleks dalam keadaan mantap rangkaian

sinusoida pada rangkaian listrik arus bolak-balik akan menghasilkan metode yang

lebih sederhana jika dibandingkan dengan penggunaan kuantitas riil. Hal ini

dapat dipahami mengingat bentuk umum rangkaian listrik arus bolak-balik

merupakan persamaan sinusoida yang melibatkan fungsi cosinus. Sedangkan

fungsi cosinus itu sendiri adalah salah satu suku pembentuk bilangan kompleks,

tepatnya suku bilangan kompleks pada bagian riil (Zainudin Zukhri, 2000: 116).

Margunadi (1986: 40), juga mengatakan bahwa dengan mempergunakan

bilangan kompleks untuk mewakili fungsi-fungsi harmonis pada soal-soal

rangkaian listrik arus bolak-balik, perhitungan akan jauh lebih cepat dikerjakan.

Berdasarkan kedua pendapat yang telah dikemukakan di atas maka di dalam

mempelajari materi rangkaian arus listrik bolak-balik, sebagai prasyarat harus

menguasai materi bilangan kompleks terlebih dahulu, karena pada rangkaian

listrik arus bolak-balik, hubungan arus dan tegangan listrik selalu dinyatakan

dalam bilangan kompleks apabila impedansinya berbentuk kompleks. Jadi materi

bilangan kompleks merupakan salah satu prasyarat untuk menyelesaikan

permasalahan pada rangkaian listrik arus bolak-balik. Faktor lain yang besar

kemungkinan berpengaruh terhadap kemampuan dalam menyelesaikan soal

adalah penguasaan dan pemahaman siswa tentang rumus-rumus yang digunakan

pada analisis rangkaian listrik arus bolak-balik tersebut di luar materi bilangan

kompleks. Matematika merupakan pelajaran yang tersusun secara logis, sehingga

untuk menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik diperlukan


penguasaan materi bilangan kompleks yang merupakan pokok bahasan dari

matematika.

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini hanya sebatas mengkaji pengaruh penguasan materi

bilangan kompleks dan kemampuan menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik

arus bolak-balik pada siswa kelas 1 program keahlian teknik listrik industri

bidang keahlian teknik elektro di SMKN 7 Semarang tahun pemelajaran

2004/2005, sedangkan variabel-variabel lainnya seperti penguasaan konsep fisika

belum diteliti. Kelemahan lainnya yaitu terbatasnya populasi, sehingga hanya

dapat digeneralisasikan untuk siswa program keahlian teknik listrik industri

bidang keahlian teknik elektro di SMK Negeri 7 Semarang, sehingga untuk

memperoleh kesimpulan yang lebih dapat dipertanggungjawabkan lebih akurat

apabila dilakukan penelitian dengan populasi yang lebih besar.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh Fhitung = 36,882 >Ftabel = 4,043

(pada taraf signifikan 5% dan dk 1:48). Jadi hipotesis dinyatakan “Ada

pengaruh penguasaan materi bilangan kompleks terhadap kemampuan

menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-balik pada siswa kelas 1

program keahlian teknik listrik industri bidang keahlian teknik elektro SMKN

7 Semarang tahun pemelajaran 2004/2005” diterima.

2. Penguasaan materi bilangan kompleks memberikan kontribusi sebesar 43,5%

terhadap kemampuan menyelesaikan soal-soal rangkaian listrik arus bolak-

balik, artinya masih 56,5% kemampuan menyelesaikan soal rangkaian listrik

arus bolak balik dipengaruhi faktor lain di luar model regresi ini.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti memberikan saran pada guru

matematika maupun guru mata diklat PKDLE hendaknya dalam memberikan

materi bilangan kompleks dengan memberikan aplikasinya dalam soal-soal

materi bilangan kompleks, sehingga siswa mampu menyelesaikan soal-soal

dalam rangkaian listrik arus bolak-balik dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

Chua. 1987. Linear And Nonlinear Circuit. Singapore: McGraw HillBook Co

Herman Hudoyo. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang: IKIP Malang.

Karmon Sigalingging. 1994. Matematika Teknik Listrik I. Bandung: Tarsito.

Lee & Muslimin,. 1983. Rangkaian Listrik. Bandung: Amico

Margunadi, A. R. 1986. Pengantar Umum Elektroteknik. Jakarta: P.T Dian


Rakyat

Muhammad & Susanto. 2000. Diktat Soal dan Penyelesaian Arus Bolak-balik I.
Jakarta: Delta Teknik Group.

Nana Sudjana. 1989 Cara Belajar Siswa Aktif dalam Belajar Mengajar.
Bandung: IKIP Bandung.

Ngalim Purwanto. 2000. Prinsip-prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran.


Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Oemar Hamalik. 1983. Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar.


Bandung: Tarsito.

Purwadarminta. 1989 Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Rosa, G. dkk. 1995. Matematika Modul 3 Vektor dan Phasor. Bandung: Pusat
Pengembangan Guru Teknologi

Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek (edisi


revisi V). Jakarta: Rineka Cipta

Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Suherman. 1990. Petunjuk Praktis Untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan


Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157

Tim Penyusun. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Uzer Usman. 1993. Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja


Rasdakarya.

Winkel W.S. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Grasindo


Zainudin Zukhri. 2000. Analisis Rangkaian. Yogyakarta: J&J Learning
___________________. 1999. Kurikulum SMK Garis -garis Besar Program
Pendidikan dan Pelatihan Bidang Keahlian Teknik Elektro Program
Keahlian Listrik Tenaga edisi 1999 . Jakarta; Depdikbud .

___________________. 1999. Kurikulum SMK Edisi 1999 Bidang Keahlian


Teknik Elektro Program Keahlian Teknik Listrik Industri. Jakarta;
Depdikbud

__________________. 2001. S ingle And Three Phase Ciecuit . Semarang; PT.


PLN (Persero) Udiklat
Daftar Nama Siswa yang Dijadikan Sampel dan Uji Coba Penelitian

No Nama Kelas Keterangan No. Nama Kelas Keterangan


1 Adi Kurniawan 1LI-1 Terambil 36 Agung Nade K. 1LI-2 Tdk Terambil
2 Agus Winarti 1LI-1 Tidak terambil 37 Arif Wicaksono YS 1LI-2 Terambil
3 Angga Nur Wibawanto 1LI-1 Terambil 38 Bry Adi Nugroho 1LI-2 Terambil
4 Beni Ismawan 1LI-1 Terambil 39 Bramasta Surya P. 1LI-2 Terambil
5 Catur Ariawan Prakosa 1LI-1 Terambil 40 Catur Wahyu W. 1LI-2 Terambil
6 David Komarudin 1LI-1 Terambil 41 Cholid Anwar 1LI-2 Tdk Terambil
7 Dhuka Khabibul Amin 1LI-1 Terambil 42 Deni Kristanto 1LI-2 Terambil
8 Dwi Untoro 1LI-1 Terambil 43 Dewi Agustina 1LI-2 Terambil
9 Eka Putra Prasetya 1LI-1 Terambil 44 Edho Radiana A. 1LI-2 Tdk Terambil
10 Fhaisol Amin 1LI-1 Tdk terambil 45 Eko Prihartanto 1LI-2 Terambil
11 Fajar Arianto 1LI-1 Terambil 46 Esty Kumalasari 1LI-2 Terambil
12 Faris Nur Widianto 1LI-1 Tdk terambil 47 Feri Ardian 1LI-2 Tdk Terambil
13 Haryanto 1LI-1 Terambil 48 Fery Hardian 1LI-2 Terambil
14 Hasan Rofii 1LI-1 Tdk terambil 49 Feryawan Bagus W. 1LI-2 Tdk Terambil
15 Heny Erfianti 1LI-1 Terambil 50 Haryo Soko Negoro 1LI-2 Terambil
16 Heri Dwi Sulistiono 1LI-1 Terambil 51 Hety Ratna Sanjaya 1LI-2 Terambil
17 Himawan Jatmiko 1LI-1 Terambil 52 Ibnu Arzis Kurnia 1LI-2 Tdk Terambil
18 Khoirudin 1LI-1 Tdk terambil 53 Indra Oktavianto 1LI-2 Terambil
19 Kurniawan Hidayat 1LI-1 Terambil 54 Isnandar Setyono 1LI-2 Tdk Terambil
20 Lilik Darmanto 1LI-1 Tdk terambil 55 Lutfiatulloh 1LI-2 Terambil
21 Luluk Yuga Nugraha 1LI-1 Terambil 56 M. Muchlisin 1LI-2 Tdk Terambil
22 Luthfi Panji Fauzi 1LI-1 Terambil 57 M. Solichin 1LI-2 Terambil
23 M. Suryanto 1LI-1 Tdk terambil 58 Netty Setyorini 1LI-2 Tdk Terambil
24 M. Fauzi 1LI-1 Terambil 59 Ria Purnamasari 1LI-2 Terambil
25 M. Nur Prasetyo 1LI-1 Terambil 60 Robby Rahmad F. 1LI-2 Terambil
26 M. Nur Rofii 1LI-1 Terambil 61 Rochmat Nursyamsi 1LI-2 Tdk Terambil
27 Reza Nur Rusyid 1LI-1 Tdk terambil 62 Roni Susanto 1LI-2 Terambil
28 Rudi Setiawan 1LI-1 Terambil 63 Satria Sejati 1LI-2 Terambil
29 Rian Fariestya 1LI-1 Terambil 64 Septian Agus P. 1LI-2 Terambil
30 Seto Rudin 1LI-1 Tdk terambil 65 Tahif Mustabiq Sufi 1LI-2 Terambil
31 Sopian Pamuji 1LI-1 Terambil 66 Tito Arbiyanto 1LI-2 Terambil
32 Subhan Khaliqu 1LI-1 Terambil 67 Ulil amrie Z.A 1LI-2 Terambil
33 Veriana Noviani 1LI-1 Terambil 68 Wimpy Ristanto 1LI-2 Tdk Terambil
34 Yuni Rahmawaty 1LI-1 Terambil 69 Windu karyo Utama 1LI-2 Terambil
35 Adi Dwi Irawan 1LI-2 Terambil 70 Yusuf Maulana A. 1LI-2 Terambil

Keterangan:
Tdk = Tidak
Nama siswa yang terambil dijadikan sampel penelitian sedangkan nama siswa yang tidak
terambil dijadikan subyek ujicoba penelitian
DAFTAR NAMA SISWA YANG DIJADIKAN SUBYEK UJICOBA
INSTRUMEN PENELITIAN

No Nama Kode
1 Agus Winarti UC-01
2 Fhaisol Amin UC-02
3 Faris Nur Widianto UC-03
4 Hasan Rofii UC-04
5 Khoirudin UC-05
6 Lilik Darmanto UC-06
7 M. Suryanto UC-07
8 Reza Nur Rusyid UC-08
9 Seto Rudin UC-09
10 Agung Nade K. UC-10
11 Cholid Anwar UC-11
12 Edho Radiana A. UC-12
13 Feri Ardian UC-13
14 Feryawan Bagus W. UC-14
15 Ibnu Arzis Kurnia UC-15
16 Isnandar Setyono UC-16
17 M. Muchlisin UC-17
18 Netty Setyorini UC-18
19 Rochmat Nursyamsi UC-19
20 Wimpy Ristanto UC-20
DAFTAR NAMA SISWA YANG DIJADIKAN
SAMPEL PENELITIAN

No. Nama Kode No. Nama Kode


1 Adi Kurniawan R-01 26 Adi Dwi Irawan R-26
2 Angga Nur Wibawanto R-02 27 Arif Wicaksono YS R-27
3 Beni Ismawan R-03 28 Bry Adi Nugroho R-28
4 Catur Ariawan Prakosa R-04 29 Bramasta Surya P. R-29
5 David Komarudin R-05 30 Catur Wahyu W. R-30
6 Dhuka Khabibul Amin R-06 31 Deni Kristanto R-31
7 Dwi Untoro R-07 32 Dewi Agustina R-32
8 Eka Putra Prasetya R-08 33 Eko Prihartanto R-33
9 Fajar Arianto R-09 34 Esty Kumalasari R-34
10 Haryanto R-10 35 Fery Hardian R-35
11 Heny Erfianti R-11 36 Haryo Soko Negoro R-36
12 Heri Dwi Sulistiono R-12 37 Hety Ratna Sanjaya R-37
13 Himawan Jatmiko R-13 38 Indra Oktavianto R-38
14 Kurniawan Hidayat R-14 39 Lutfiatulloh R-39
15 Luluk Yuga Nugraha R-15 40 M. Solichin R-40
16 Luthfi Panji Fauzi R-16 41 Ria Purnamasari R-41
17 M. Fauzi R-17 42 Robby Rahmad F. R-42
18 M. Nur Prasetyo R-18 43 Roni Susanto R-43
19 M. Nur Rofii R-19 44 Satria Sejati R-44
20 Rudi Setiawan R-20 45 Septian Agus P. R-45
21 Rian Fariestya R-21 46 Tahif Mustabiq Sufi R-46
22 Sopian Pamuji R-22 47 Tito Arbiyanto R-47
23 Subhan Khaliqu R-23 48 Ulil amrie Z.A R-48
24 Veriana Noviani R-24 49 Windu karyo Utama R-49
25 Yuni Rahmawaty R-25 50 Yusuf Maulana A. R-50
HASIL ANALISIS UJI COBA SOAL MATERI BILANGAN KOMPLEKS

No Soal
No Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 UC-18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 UC-13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 UC-02 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 UC-01 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 UC-06 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
6 UC-03 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
7 UC-14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 UC-20 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 UC-10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
10 UC-15 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
11 UC-17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
12 UC-04 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
13 UC-19 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1
14 UC-05 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0
15 UC-08 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0
16 UC-11 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0
17 UC-16 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0
18 UC-07 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1
19 UC-12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1
20 UC-09 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1
Jumlah 14 15 15 9 18 14 14 14 16 12 17 18 17 16
Mp 31,93 31,73 31,60 34,33 28,83 32,57 32,21 31,93 30,63 31,83 29,71 28,06 29,47 30,00
Mt 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90
p 0,70 0,75 0,75 0,45 0,90 0,70 0,70 0,70 0,80 0,60 0,85 0,90 0,85 0,80
Validitas

q 0,30 0,25 0,25 0,55 0,10 0,30 0,30 0,30 0,20 0,40 0,15 0,10 0,15 0,20
pq 0,2100 0,1875 0,1875 0,2475 0,0900 0,2100 0,2100 0,2100 0,1600 0,2400 0,1275 0,0900 0,1275 0,1600
St 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48
rpbis 0,726 0,783 0,756 0,686 0,330 0,842 0,777 0,726 0,643 0,568 0,507 0,055 0,441 0,495
rtabel 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444
Kriteria Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Tidak Valid
Daya Pembeda

JBA 10 10 10 7 10 10 10 10 10 8 10 9 10 10
JBB 4 5 5 2 8 4 4 4 6 4 7 9 7 6
JSA 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
JSB 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
DP 0,60 0,50 0,50 0,50 0,20 0,60 0,60 0,60 0,40 0,40 0,30 0,00 0,30 0,40
Kriteria Baik Baik Baik Baik Jelek Baik Baik Baik Cukup Cukup Cukup Jelek Cukup Cukup
JBA +
Kesukaran

JBB 14 15 15 9 18 14 14 14 16 12 17 18 17 16
Tingkat

JSA+
JSB 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
IK 0,70 0,75 0,75 0,45 0,90 0,70 0,70 0,70 0,80 0,60 0,85 0,90 0,85 0,80
Kriteria Sedang Mudah Mudah Sedang Mudah Sedang Sedang Sedang Mudah Sedang Mudah Mudah Mudah Mudah
Kriteria soal Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dibuang Dipakai
No Soal
No Kode
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
1 UC-18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 UC-13 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
3 UC-02 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
4 UC-01 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1
5 UC-06 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 UC-03 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
7 UC-14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
8 UC-20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
9 UC-10 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
10 UC-15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
11 UC-17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
12 UC-04 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 UC-19 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0
14 UC-05 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0
15 UC-08 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1
16 UC-11 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0
17 UC-16 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0
18 UC-07 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0
19 UC-12 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1
20 UC-09 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0
Jumlah 16 15 15 15 11 16 19 16 14 16 17 16 19 11
Mp 30,38 29,93 31,60 31,13 32,36 30,31 27,37 30,88 30,93 30,25 29,71 26,94 28,32 31,82
Mt 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90
p 0,80 0,75 0,75 0,75 0,55 0,80 0,95 0,80 0,70 0,80 0,85 0,80 0,95 0,55
Validitas

q 0,20 0,25 0,25 0,25 0,45 0,20 0,05 0,20 0,30 0,20 0,15 0,20 0,05 0,45
pq 0,1600 0,1875 0,1875 0,1875 0,2475 0,1600 0,0475 0,1600 0,2100 0,1600 0,1275 0,1600 0,0475 0,2475
St 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48
rpbis 0,584 0,415 0,756 0,661 0,582 0,569 -0,273 0,702 0,546 0,554 0,507 -0,227 0,214 0,511
rtabel 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444
Kriteria Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Tidak Tidak Valid
Daya Pembeda

JBA 10 9 10 10 8 10 9 10 9 10 10 7 10 8
JBB 6 6 5 5 3 6 10 6 5 6 7 9 9 3
JSA 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
JSB 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
DP 0,40 0,30 0,50 0,50 0,50 0,40 -0,10 0,40 0,40 0,40 0,30 -0,20 0,10 0,50
Kriteria Cukup Cukup Baik Baik Baik Cukup Sangat jelek Cukup Cukup Cukup Cukup Sangat jelek Jelek Baik
JBA +
Kesukaran

JBB 16 15 15 15 11 16 19 16 14 16 17 16 19 11
Tingkat

JSA+
JSB 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
IK 0,80 0,75 0,75 0,75 0,55 0,80 0,95 0,80 0,70 0,80 0,85 0,80 0,95 0,55
Kriteria Mudah Mudah Mudah Mudah Sedang Mudah Mudah Mudah Sedang Mudah Mudah Mudah Mudah Sedang
Kriteria soal Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dibuang Dipakai
No
2
No Kode Soal No Soal Y Y
29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
1 UC-18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 40 1600
2 UC-13 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 38 1444
3 UC-02 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 38 1444
4 UC-01 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 36 1296
5 UC-06 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 36 1296
6 UC-03 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 33 1089
7 UC-14 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 33 1089
8 UC-20 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 33 1089
9 UC-10 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 32 1024
10 UC-15 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 32 1024
11 UC-17 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 32 1024
12 UC-04 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 29 841
13 UC-19 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 24 576
14 UC-05 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 20 400
15 UC-08 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 20 400
16 UC-11 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 20 400
17 UC-16 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 18 324
18 UC-07 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 15 225
19 UC-12 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 15 225
20 UC-09 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 14 196
Jumlah 19 14 5 11 16 17 9 7 8 6 7 14 558 17006
Mp 27,84 30,93 36,80 31,45 27,75 30,06 33,56 34,29 27,63 34,17 34,86 30,93
Mt 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90 27,90
p 0,95 0,70 0,25 0,55 0,80 0,85 0,45 0,35 0,40 0,30 0,35 0,70
Validitas

q 0,05 0,30 0,75 0,45 0,20 0,15 0,55 0,65 0,60 0,70 0,65 0,30
pq 0,0475 0,2100 0,1875 0,2475 0,1600 0,1275 0,2475 0,2275 0,2400 0,2100 0,2275 0,2100
St 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48 8,48
rpbis -0,030 0,546 0,606 0,463 -0,035 0,606 0,603 0,553 -0,026 0,484 0,602 0,546
rtabel 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444
Kriteria Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid
JBA 10 9 5 7 8 10 7 6 5 5 6 9
Daya Pembeda

JBB 9 5 0 4 8 7 2 1 3 1 1 5
JSA 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
JSB 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
DP 0,10 0,40 0,50 0,30 0,00 0,30 0,50 0,50 0,20 0,40 0,50 0,40
Kriteria Cukup Jelek Cukup Baik Cukup Jelek Cukup Baik Baik Jelek Cukup Baik Cukup
JBA +
JBB 19 14 5 11 16 17 9 7 8 6 7 14
Kesukaran
Tingkat

JSA+
JSB 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 k = 40
IK 0,95 0,70 0,25 0,55 0,80 0,85 0,45 0,35 0,40 0,30 0,35 0,70 M = 27,9000
Kriteri a Mudah Mudah Sedang Sukar Sedang Mudah Mudah Sedang Sedang Sedang Sukar Sedang Sedang Vt = 71,8900
Kriteria soal Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai r11 = 0,9052
Perhitungan Validitas Butir
Instrumen Penguasaan Materi Bilangan Kompleks

Rumus

Mp − Mt p
rpbis =
St q

Keterangan:
Mp = Rata-rata skor total yang menjawab benar pada butir soal
Mt = Rata-rata skor total
St = Standart deviasi skor total
p = Proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal
q = Proporsi siswa yang menjawab salah pada setiap butir soal

Kriteria
Apabila r pbis > r tabel , maka butir soal valid.
Perhitungan
Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no 1, selanjutnya
untuk butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama, dan
diperoleh seperti pada tabel analisis butir soal.
Butir soal Skor 2
No Kode Y XY
no 1 (X) Total (Y)
1 UC-18 1 40 1600 40
2 UC-13 1 38 1444 38
3 UC-02 1 38 1444 38
4 UC-01 1 36 1296 36
5 UC-06 1 36 1296 36
6 UC-03 1 33 1089 33
7 UC-14 1 33 1089 33
8 UC-20 1 33 1089 33
9 UC-10 1 32 1024 32
10 UC-15 1 32 1024 32
11 UC-17 1 32 1024 32
12 UC-04 0 29 841 0
13 UC-19 1 24 576 24
14 UC-05 1 20 400 20
15 UC-08 0 20 400 0
16 UC-11 1 20 400 20
17 UC-16 0 18 324 0
18 UC-07 0 15 225 0
19 UC-12 0 15 225 0
20 UC-09 0 14 196 0
Jumlah 14 558 17006 447
Berdasarkan tabel tersebut diperoleh:

Mp = Jumlah skor total yang menjawab benar pada no 1


Banyaknya siswa yang menjawab benar pada no 1
447
=
14
= 31,93

Jumlah skor total


Mt =
Banyaknya siswa
558
=
20
= 27,90

Jumlah skor yang menjawab benar pada no 1


p =
Banyaknya siswa
14
=
20
= 0,70

q = 1 p = 1 0,70 = 0,30

2
558
17006
20
St = = 8,48
20

31,93 27,90 0,70


rpbis =
8,48 0,30
= 0,726

Pada α = 5% dengan n = 20 diperoleh r tabel = 0.444


Karena rpbis > r tabel, maka soal no 1 valid.
Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Materi Bilangan
Kompleks

Rumus

JB A + JB B
IK =
JS A + JS B
Keterangan:
IK : Indeks kesukaran
JBA : Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas
JBB : Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah
JSA : Banyaknya siswa pada kelompok atas
JSB : Banyaknya siswa pada kelompok bawah

Kriteria

Interval IK Kriteria
IK = 0,00 Terlalu sukar
0,00 < IK < 0,30 Sukar
0,30 < IK < 0,70 Sedang
0,70 < IK < 1,00 Mudah
IK = 1,00 Terlalu mudah

Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no 1, selanjutnya


untuk butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama, dan
diperoleh seperti pada tabel analisis butir soal.

Kelompok Atas Kelompok Bawah


No Kode Skor No Kode Skor
1 UC-18 1 1 UC-17 1
2 UC-13 1 2 UC-04 0
3 UC-02 1 3 UC-19 1
4 UC-01 1 4 UC-05 1
5 UC-06 1 5 UC-08 0
6 UC-03 1 6 UC-11 1
7 UC-14 1 7 UC-16 0
8 UC-20 1 8 UC-07 0
9 UC-10 1 9 UC-12 0
10 UC-15 1 10 UC-09 0
Jumlah 10 Jumlah 4

10 + 4
IK =
20
= 0,70
Berdasarkan kriteria, maka soal no 1 mempunyai tingkat kesukaran
yang sedang
Perhitungan Daya Pembeda Soal Materi Bilangan Kompleks

Rumus

JB − JB
DP = A B
JS A
Keterangan:
DP : Daya Pembeda
JB A : Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas
JB B : Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah
JS A : Banyaknya siswa pada kelompok atas

Kriteria

Interval DP Kriteria
DP < 0,00 Sangat jelek
0,00 < DP < 0,20 Jelek
0,20 < DP < 0,40 Cukup
0,40 < DP < 0,70 Baik
0,70 < DP < 1,00 Sangat Baik

Perhitungan
Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no 1, selanjutnya
untuk butir soal yang lain dihitung dengan cara yang s a m a , dan
diperoleh seperti pada tabel analisis butir soal.

Kelompok Atas Kelompok Bawah


No Kode Skor No Kode Skor
1 UC-18 1 1 UC-17 1
2 UC-13 1 2 UC-04 0
3 UC-02 1 3 UC-19 1
4 UC-01 1 4 UC-05 1
5 UC-06 1 5 UC-08 0
6 UC-03 1 6 UC-11 1
7 UC-14 1 7 UC-16 0
8 UC-20 1 8 UC-07 0
9 UC-10 1 9 UC-12 0
10 UC-15 1 10 UC-09 0
Jumlah 10 Jumlah 4

10 4
DP =
10
= 0,60

Berdasarkan kriteria, m a k a soal no 1 mempunyai daya pembeda


baik
Perhitungan Reliabilitas Instrumen Materi Bilangan Kompleks

Rumus:

 k   M(k - M) 
r11 =   1 - 
 k - 1  k Vt 

Keterangan:
k : Banyaknya butir soal
M : Rata-rata skor total
Vt : Varians total

Kriteria
Apabila r 11 > r tabel , maka instrumen tersebut reliabel.

Berdasarkan tabel pada analisis ujicoba diperoleh:


558 2
17006
20
Vt = = 71,890
20

ΣY 558
M = = = 27,90
N 20

40 27,90 40 27,90
r11 = 1
40 1 40 x 71,890
= 0,905

Pada α = 5% dengan n = 20 diperoleh r tabel = 0.444


Karena r 11 > r tabel , maka soal tersebut reliabel
HASIL ANALISIS UJI COBA SOAL RANGKAIAN LISTRIK ARUS BOLAK-BALIK

No Soal
No Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 UC-01 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1
2 UC-02 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
3 UC-03 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
4 UC-08 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
5 UC-07 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1
6 UC-04 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
7 UC-10 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
8 UC-05 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0
9 UC-11 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0
10 UC-09 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1
11 UC-06 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0
12 UC-15 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1
13 UC-19 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1
14 UC-13 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1
15 UC-14 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1
16 UC-17 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
17 UC-18 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0
18 UC-20 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
19 UC-12 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0
20 UC-16 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1
Jumlah 16 16 15 12 11 9 9 9 14 18 9 9 8 12
Mp 21,31 21,19 21,60 22,67 23,09 25,67 24,67 24,00 21,43 19,39 26,22 18,56 23,75 18,08
Mt 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95
p 0,80 0,80 0,75 0,60 0,55 0,45 0,45 0,45 0,70 0,90 0,45 0,45 0,40 0,60
Validitas

q 0,20 0,20 0,25 0,40 0,45 0,55 0,55 0,55 0,30 0,10 0,55 0,55 0,60 0,40
pq 0,1600 0,1600 0,1875 0,2400 0,2475 0,2475 0,2475 0,2475 0,2100 0,0900 0,2475 0,2475 0,2400 0,2400
St 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47
rpbis 0,632 0,599 0,614 0,609 0,613 0,813 0,692 0,611 0,507 0,176 0,880 -0,048 0,524 -0,142
rtabel 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444
Kriteria Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak
JBA 10 10 10 9 9 8 8 8 9 9 9 4 7 5
Daya Pembeda

JBB 6 6 5 3 2 1 1 1 5 9 0 5 1 7
JSA 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
JSB 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
DP 0,40 0,40 0,50 0,60 0,70 0,70 0,70 0,70 0,40 0,00 0,90 -0,10 0,60 -0,20
Sangat Sangat
Kriteria Cukup Cukup Baik Baik Baik Baik Baik Baik Cukup Jelek Baik sekali jelek Baik jelek
JBA +
Kesukaran

JBB 16 16 15 12 11 9 9 9 14 18 9 9 8 12
Tingkat

JSA+
JSB 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
IK 0,80 0,80 0,75 0,60 0,55 0,45 0,45 0,45 0,70 0,90 0,45 0,45 0,40 0,60
Kriteria Mudah Mudah Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang
Kriteria soal Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dibuang Dipakai Dibuang
No Soal
No Kode
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
1 UC-01 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
2 UC-02 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
3 UC-03 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0
4 UC-08 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
5 UC-07 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
6 UC-04 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0
7 UC-10 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
8 UC-05 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0
9 UC-11 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
10 UC-09 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0
11 UC-06 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0
12 UC-15 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0
13 UC-19 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0
14 UC-13 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0
15 UC-14 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0
16 UC-17 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0
17 UC-18 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
18 UC-20 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0
19 UC-12 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0
20 UC-16 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0
Jumlah 8 17 7 9 11 11 11 13 14 13 13 16 16 1
Mp 25,25 18,76 26,00 25,33 22,82 22,45 23,64 22,92 21,57 22,15 22,85 21,25 21,06 8,00
Mt 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95
p 0,40 0,85 0,35 0,45 0,55 0,55 0,55 0,65 0,70 0,65 0,65 0,80 0,80 0,05
Validitas

q 0,60 0,15 0,65 0,55 0,45 0,45 0,45 0,35 0,30 0,35 0,35 0,20 0,20 0,95
pq 0,2400 0,1275 0,2275 0,2475 0,2475 0,2475 0,2475 0,2275 0,2100 0,2275 0,2275 0,1600 0,1600 0,0475
St 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47
rpbis 0,688 -0,059 0,692 0,773 0,572 0,518 0,693 0,725 0,536 0,584 0,710 0,616 0,565 -0,336
rtabel 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444
Kriteria Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak
JBA 7 8 7 8 8 8 9 10 9 9 9 10 10 0
Daya Pembeda

JBB 1 9 0 1 3 3 2 3 5 4 4 6 6 1
JSA 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
JSB 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
DP 0,60 -0,10 0,70 0,70 0,50 0,50 0,70 0,70 0,40 0,50 0,50 0,40 0,40 -0,10
Sangat Sangat
Kriteria Baik jelek Baik Baik Baik Baik Baik Baik Cukup Baik Baik Cukup Cukup jelek
JBA +
Kesukaran

JBB 8 17 7 9 11 11 11 13 14 13 13 16 16 1
Tingkat

JSA+
JSB 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
IK 0,40 0,85 0,35 0,45 0,55 0,55 0,55 0,65 0,70 0,65 0,65 0,80 0,80 0,05
Kriteria Sedang Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Mudah Mudah Sukar
Kriteria soal Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang
No Soal
No Kode Y Y2
29 30 31 32 33 34 35
1 UC-01 0 1 0 0 1 1 1 28 784
2 UC-02 0 1 0 0 1 1 1 29 841
3 UC-03 0 1 0 0 1 0 1 28 784
4 UC-08 0 1 1 0 1 1 1 31 961
5 UC-07 0 1 1 0 1 0 1 26 676
6 UC-04 0 1 0 0 0 1 1 24 576
7 UC-10 0 1 0 0 0 0 1 25 625
8 UC-05 0 1 0 0 0 1 1 23 529
9 UC-11 0 1 0 0 0 1 0 22 484
10 UC-09 0 1 0 0 0 0 0 22 484
11 UC-06 0 1 0 0 0 0 1 17 289
12 UC-15 0 1 0 0 0 0 1 17 289
13 UC-19 0 1 1 0 0 0 1 15 225
14 UC-13 0 1 0 0 0 0 1 12 144
15 UC-14 1 0 1 0 0 0 0 11 121
16 UC-17 0 1 1 0 0 0 0 11 121
17 UC-18 1 0 0 1 1 0 0 8 64
18 UC-20 0 0 1 0 0 0 1 10 100
19 UC-12 1 0 0 0 0 0 0 11 121
20 UC-16 1 0 0 1 0 0 0 9 81
Jumlah 4 15 6 2 6 6 13 379 8299
Mp 9,75 22,00 17,33 8,50 25,00 26,17 21,92
Mt 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95 18,95
p 0,20 0,75 0,30 0,10 0,30 0,30 0,65
Validitas

q 0,80 0,25 0,70 0,90 0,70 0,70 0,35


pq 0,1600 0,1875 0,2100 0,0900 0,2100 0,2100 0,2275
St 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47 7,47
rpbis -0,616 0,707 -0,142 -0,466 0,530 0,632 0,542
rtabel 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444
Kriteria Tidak Valid Tidak Tidak Valid Valid Valid
Daya Pembeda

JBA 0 10 2 0 5 6 8
JBB 4 5 4 2 1 0 5
JSA 10 10 10 10 10 10 10
JSB 10 10 10 10 10 10 10
DP -0,40 0,50 -0,20 -0,20 0,40 0,60 0,30
Kriteria Sangat jelek Baik Sangat jelek Sangat jelek Cukup Baik Cukup
JBA +
Kesukaran

JBB 4 15 6 2 6 6 13
Tingkat

JSA+
JSB 20 20 20 20 20 20 20 k = 35
IK 0,20 0,75 0,30 0,10 0,30 0,30 0,65 M = 18,9500
Kriteria Sukar Mudah Sukar Sukar Sukar Sukar Sedang Vt = 55,8475
Kriteria soal Dibuang Dipakai Dibuang Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai r11 = 0,8692
Perhitungan Validitas Butir Rangkaian Listrik Arus Bolak-Balik

Rumus

Mp −Mt p
r pbis =
St q
Keterangan:
Mp = Rata-rata skor total yang menjawab benar pada butir soal
Mt = Rata-rata skor total
St = Standart deviasi skor total
p = Proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal
q = Proporsi siswa yang menjawab salah pada setiap butir soal

Kriteria
Apabila r pbis > r tabel , maka butir soal valid.
Perhitungan
Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no 1, selanjutnya untuk
butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama, dan diperoleh
seperti pada tabel analisis butir soal.
Butir soal Skor Total
No Kode Y2 XY
no 1 (X) (Y)
1 UC-01 1 28 784 28
2 UC-02 1 29 841 29
3 UC-03 1 28 784 28
4 UC-08 1 31 961 31
5 UC-07 1 26 676 26
6 UC-04 1 24 576 24
7 UC-10 1 25 625 25
8 UC-05 1 23 529 23
9 UC-11 1 22 484 22
10 UC-09 1 22 484 22
11 UC-06 1 17 289 17
12 UC-15 1 17 289 17
13 UC-19 1 15 225 15
14 UC-13 1 12 144 12
15 UC-14 0 11 121 0
16 UC-17 1 11 121 11
17 UC-18 0 8 64 0
18 UC-20 0 10 100 0
19 UC-12 1 11 121 11
20 UC-16 0 9 81 0
Jumlah 16 379 8299 341
Berdasarkan tabel tersebut diperoleh:

Mp = Jumlah skor total yang menjawab benar pada no 1


Banyaknya siswa yang menjawab benar pada no 1
341
=
16
= 21,31

Jumlah skor total


Mt =
Banyaknya siswa
379
=
20
= 18,95

Jumlah skor yang menjawab benar pada no 1


p =
Banyaknya siswa
16
=
20
= 0,80

q = 1 p = 1 0,80 = 0,20

2
379
8299
20
St = = 7,47
20

21,31 18,95 0,80


rpbis =
7,47 0,20
= 0,632
Pada α = 5% dengan n = 20 diperoleh r tabel = 0.444
Karena rpbis > r tabel, maka soal no 1 valid.
Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Rangkaian Listrik Arus
Bolak-Balik

Rumus

JB A + JB B
IK =
JS A + JS B
Keterangan:
IK : Indeks kesukaran
JBA : Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas
JBB : Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah
JSA : Banyaknya siswa pada kelompok atas
JSB : Banyaknya siswa pada kelompok bawah

Kriteria

Interval IK Kriteria
IK = 0,00 Terlalu sukar
0,00 < IK < 0,30 Sukar
0,30 < IK < 0,70 Sedang
0,70 < IK < 1,00 Mudah
IK = 1,00 Terlalu mudah

Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no 1, selanjutnya


untuk butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama, dan
diperoleh seperti pada tabel analisis butir soal.

Kelompok Atas Kelompok Bawah


No Kode Skor No Kode Skor
1 UC-01 1 1 UC-06 1
2 UC-02 1 2 UC-15 1
3 UC-03 1 3 UC-19 1
4 UC-08 1 4 UC-13 1
5 UC-07 1 5 UC-14 0
6 UC-04 1 6 UC-17 1
7 UC-10 1 7 UC-18 0
8 UC-05 1 8 UC-20 0
9 UC-11 1 9 UC-12 1
10 UC-09 1 10 UC-16 0
Jumlah 10 Jumlah 6

10 + 6
IK =
20
= 0,80
Berdasarkan kriteria, maka soal no 1 mempunyai tingkat kesukaran
yang mudah
Perhitungan Daya Pembeda Soal Rangkaian Listrik Arus
Bolak-Balik

Rumus

JB A − JB B
DP =
JS A
Keterangan:
DP : Daya Pembeda
JBA : Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas
JBB : Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah
JSA : Banyaknya siswa pada kelompok atas

Kriteria

Interval DP Kriteria
DP < 0,00 Sangat jelek
0,00 < DP < 0,20 Jelek
0,20 < DP < 0,40 Cukup
0,40 < DP < 0,70 Baik
0,70 < DP < 1,00 Sangat Baik

Perhitungan
Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no 1, selanjutnya
untuk butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama, dan
diperoleh seperti pada tabel analisis butir soal.

Kelompok Atas Kelompok Bawah


No Kode Skor No Kode Skor
1 UC-01 1 1 UC-06 1
2 UC-02 1 2 UC-15 1
3 UC-03 1 3 UC-19 1
4 UC-08 1 4 UC-13 1
5 UC-07 1 5 UC-14 0
6 UC-04 1 6 UC-17 1
7 UC-10 1 7 UC-18 0
8 UC-05 1 8 UC-20 0
9 UC-11 1 9 UC-12 1
10 UC-09 1 10 UC-16 0
Jumlah 10 Jumlah 6

10 6
DP =
10
= 0,40

Berdasarkan kriteria, maka soal no 1 mempunyai daya pembeda


cukup
Perhitungan Reliabilitas Instrumen Rangkaian Listrik Arus
Bolak-Balik

Rumus:

 k   M(k - M) 
r11 =   1 - 
 k - 1  k Vt 

Keterangan:
k : Banyaknya butir soal
M : Rata-rata skor total
Vt : Varians total

Kriteria
Apabila r 11 > r tabel , maka instrumen tersebut reliabel.

Berdasarkan tabel pada analisis ujicoba diperoleh:


2
379
8299
20
Vt = = 55,848
20

ΣY 379
M = = = 18,95
N 20

40 18,95 40 18,95
r11 = 1
40 1 40 x 55,848
= 0,842

Pada α = 5% dengan n = 20 diperoleh r tabel = 0.444


Karena r11 > r tabel, maka soal tersebut reliabel
KISI-KISI INSTRUMEN PENGUASAAN

MATERI BILANGAN KOMPLEKS BENTUK OBYEKTIF

PENGETAHUAN

APLIKASI DARI
PEMAHAMAN

PEMAHAMAN
JMLH
NO MATERI BILANGAN

No. Soal yang dibuang


No. Soal yang dibuang

No. Soal yang dibuang


No. Soal yang dipakai

No. Soal yang dipakai

No. Soal yang dipakai


SOAL
KOMPLEKS

1. Siswa dapat menyebutkan 1,2 4 5 5


,3
pengertian bilangan
kompleks.

2. Siswa dapat mengubah 6, 7 8¸ 9¸ 6


10,
bilangan kompleks
11
rektangular ke dalam
bentuk polar.

14 12, 15 16, 5
3. Siswa dapat mengubah
13
bilangan kompleks dari
bentuk polar ke bentuk
rektangular.

4. Siswa dapat menjumlahkan 17, 18, 4


35 19,
2 phasor dalam bentuk
kompleks rektangular, dan
dalam bentuk polar.

5. Siswa dapat menyelesaikan


20, 21, 22, 8
pengurangan 2 phasor 24, 37 23,
36 25
dalam bentuk kompleks
rektangular, dan dalam
bentuk polar.

6. Siswa dapat menyelesaikan


38 26, 28, 29 6
perkalian 2 phasor dalam 27 30
bentuk kompleks
rektangular, dan dalam
bentuk polar.

7. Siswa dapat menyelesaikan


39 33 32, 5
pembagian 2 phasor dalam 34,
40
bentuk kompleks
rektangular, dan dalam
bentuk polar.

Jumlah Soal 3 0 12 8 15 2 40
37,5%
7,5%

100%
30%

20%
0%

5%

Persentase
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
FAKULTAS TEKNIK
Kampus Sekaran – GunungPati Semarang 50229

TES PENELITIAN

LEMBAR INSTRUMEN PENELITIAN

Mata Diklat : PKDLE


Pokok Bahasan : Materi Bilangan Kompleks
Tingkat/ Jurusan : I/Listrik Industri
Hari, Tanggal : Rabu, 8 Juni 2005
Waktu : 120 menit

PETUNJUK:
1. Jumlah soal sebanyak 40 butir terdiri dari soal obyektif.
2. Tulislah nama, kelas, jurusan, dan nomor absen anda pada tempat yang telah
disediakan.
3. Cara menjawab soal dengan memberi tanda silang (X) pada salah satu huruf a,
b, c, atau d yang dianggap benar pada lembar jawaban yang telah disediakan.
4. jika terjadi kesalahan dan Anda ingin melakukan pembetulan berilah tanda
“=” pada huruf pilihan Anda yang salah, kemudian silanglah pada huruf yang
benar.
5. Laporkan pada pengawas jika terdapat tulisan yang kurang jelas atau rusak.
6. Sebelum hasil pekerjaan diserahkan kepada pengawas teliti kembali pekerjaan
Anda tersebut.

SELAMAT MENGERJAKAN
1. Apabila a adalah bilangan real dan b adalah bilangan imajiner, maka penulisan

bilangan kompleks yang benar adalah…..

a. a + jb c. a + b

b. ja + b d. ja + jb

2. Notasi dari bilangan imajiner adalah…..

a. -a c. θ

b. j d. r

3. Satuan dari bilangan imajiner adalah…..

a. –1 c. 1

b. −1 d. 1

4. Nilai dari j5 adalah…..

a. -1 c. 1

b. –j d. j

y
5. A (-3, 4)
Apabila x = -3 dan y = 4 atau titik A (-3, 4) seperti
4

tampak gambar disamping, maka penulisan bentuk


0 x
-3 bilangan kompleksnya adalah…

a. Â = 4 – j3 c. Â = 3 – j4

b. Â = 4 + j3 d. Â = –3 + j4
6. Dalam bentuk polar, bilangan kompleks  = a + jb dapat dinyatakan…..

a
a. Aˆ = a 2 + b 2 ∠ tan −1
b

a
b. Aˆ = a 2 − b2 ∠ tan −1
b

b
c. Aˆ = a 2 − b 2 ∠ tan −1
a

b
d. Aˆ = a 2 + b2 ∠ tan −1
a

y
7. Diketahui sebuah diagram cartesius seperti
A (a + jb)

tampak pada gambar disamping dengan


b
r

titik  = (a + jb), maka nilai sudut θ


θ x
a

adalah…..

b a
a. θ = arc tg c. θ = arc tg
a b

b a
b. θ = tg d. θ = tg
a b

8. Bentuk kompleks  = 5√3 – j5√3 akan mempunyai bentuk polar …..

a. Â = 12,25∠45°

b. Â = 12,25∠-45°

c. Â = 83,66 ∠-45°

d. Â = 83,66∠45°
y
9. Diketahui bilangan kompleks pada titik  = 4 + j3
A (4 + j3)

seperti tampak pada gambar disamping, maka nilai r

r adalah…..
θ x

a. |r | = 42 + 32 c. |r | = 4+3

b. |r | = 42 − (3) 2 d. |r | = 32 − ( 4) 2

10. Bentuk kompleks  = 12√3 – j12 akan mempunyai bentuk polar yang

nilainya…..

a. Â = 24∠ 120° c. Â = 24 ∠ 330°

b. Â = 12∠ 330° d. Â = 12 ∠120°

11. Diketahui bilangan kompleks  = –3 + j4, bentuk polar dari  adalah…..

a. Â = 5∠ -53,13° c. Â = 12 ∠ -53,13°

b. Â = 5∠ 53,13° d. Â = 12 ∠53,13°

12. Diketahui bilangan polar  = r∠θ°, bentuk bilangan kompleks dari Â

adalah…..

a. Â = r (cos θ°+ j sin θ° ) c. Â = r (sin θ° + j sin θ° )

b. Â = r (sin θ° + j cos θ° ) d. Â = r (cos θ° + jcos θ° )


13. Nilai bentuk bilangan polar  = r∠θ°, akan diubah menjadi bilangan

kompleks bentuk rektangular dengan notasi  = a + jb. Maka nilai b

adalah…..
r
-1
a. b = tan θ ο c. b = r cos θ°
θο
b. b = r sin θ° -1
d. b = tan r

14. Diketahui bilangan polar  = r∠θ°, akan diubah menjadi bilangan kompleks

bentuk rektangular dengan notasi  = a + jb. Maka nilai a adalah…..


r
a. a = r sin θ° -1
c. a = tan θ ο
θο
b. a = tan r-1
d. a = r cos θ°

15. Nilai bilangan kompleks dari  = 24 ∠ 315° adalah…..

a. Â = 12√2 - j12√2 c. Â = -12√2 + j12

b. Â = 12√2 + j12 d. Â = 12√2 + j12√2

16. Diketahui r = 10 dengan sudut θ = 135° yang terletak pada diagram cartesius

di bawah ini. Maka bentuk kompleksnya adalah…..

a. - 5√3 + j5 c. -5√2 + j5√2


y

r b. 5√2 + j5√2 d. 5√3 + j5


θ
x
17. Diketahui dua phasor bentuk kompleks  = a 1 + jb 1 dan B̂ = a 2 + jb 2. Apabila

keduanya dijumlahkan nilai bilangan kompleks Ĉ adalah…..

a. Ĉ = (a1 + b 1) + j (a 2 + b 2) c. Ĉ = (a1 + a 2) + j (b1 + b 2)

b. Ĉ = (a1 + b 2) + j (a 2 + b 1) d. Ĉ = (a 2 + b 2) + j (a 1 + b 1)

18. Apabila nilai phasor Ĉ =  + B̂ dan nilai phasor  = 3 - j2 dan B̂ = -5 +

j6, maka nilai phasor Ĉ adalah…..

a. Ĉ = 2 + j4 c. Ĉ = -2 + j4

b. Ĉ = -8 + j8 d. Ĉ = 8 + j8

19. Hasil penjumlahan fasor bentuk bilangan kompleks dari dua fasor bentuk

bilangan polar  = 70 ∠ 30° dan B̂ = 40 ∠ 45° adalah…..

a. Ĉ = 88,91 + j63,28 c. Ĉ = -88,91 + j63,28

b. Ĉ = 88,91 - j63,28 d. Ĉ = -88,91 - j63,28

20. Diketahui nilai fasor  = -a1 + jb 1, B̂ = a 2 + jb 2, dan Ĉ = B̂ -  . Maka nilai

fasor Ĉ adalah…..

a. Ĉ = (a 2 – a1) + j (b1 – b2)

b. Ĉ = (a2 +a 1) + j (b 2 – b1)

c. Ĉ = (a 2 + a 1) - j (b2 – b1)

d. Ĉ = (a1 – a2) - j (b1 – b2)


21. Apabila nilai phasor  = a 1 + jb 1 dan nilai phasor B̂ = a 2 + jb 2. Maka nilai

phasor  - B̂ sama dengan…..

a. Â - B̂ = (a2 – a1) + j (b2 – b1) c. Â - B̂ = (a 1 – a2)+ j (b2 – b1)

b. Â - B̂ = (a 2 – a1) + j (b1 – b2) d. Â - B̂ = (a1 – a2) + j (b 1 – b2)

22. Diketahui phasor bilangan kompleks  = (5 - j2) dan phasor bilangan

kompleks B̂ = (7 + j9). Hasil pengurangan dari phasor  dikurangi phasor

B̂ adalah Ĉ yang nilainya…..

a. Ĉ = (-2 – j11) c. Ĉ = (2 + j16)

b. Ĉ = (-2 - j7) d. Ĉ = (2 + j7)

23. Bilangan phasor  adalah hasil pengurangan dari bilangan polar 6 ∠ 30°-

2 ∠ 30°. Maka nilai phasor  dalam bentuk bilangan kompleks adalah……..

a. Â = 2,5√2 + j2,5 c. Â = 2,5√3 + j2,5

b. Â = 2,5 + j2,5√3 d. Â = 2,5 + j2,5√2

24. Diketahui dua phasor bilangan kompleks  = (m1 + jn 1) dan B̂ = (m2 + jn2).

Jika nilai phasor Ĉ = Â - B̂ , maka nilai phasor Ĉ adalah…..

a. Ĉ = (m1 – m2) + j(n 2 – n1) c. Ĉ = (m1 – m2) + j(n 1 – n2)

b. Ĉ = (m2 – m1) + j(n 1 – n2) d. Ĉ = (m2 – m1) + j(n 2 – n1)


25. Diketahui phasor bentuk bilangan polar  =10 ∠ 60° dan phasor bentuk

bilangan kompleks B̂ = -5 - j 2,2. Hasil pengurangan dalam bentuk bilangan

kompleks dari B̂ - Â adalah…..

a. B̂ - Â = 5 – j10, 86

b. B̂ - Â = -5 – j10, 86

c. B̂ - Â = 10 + j6,46

d. B̂ - Â = -10 + j6,46

26. Diketahui dua phasor bilangan kompleks bentuk rektangular  = a 1 + jb 1 dan

B̂ = a 2 + jb 2. Hasil perkalian dari dua phasor tersebut sama dengan Ĉ . Maka

nilai phasor Ĉ adalah…..

a. Ĉ = (a 1a2 – b1b2) + j(a 1b2 + a 2b1)

b. Ĉ = (a1b1 – a2b2)+ j(a1b2 + a 2b1)

c. Ĉ = (a1b2 – a2b1)+ j(a 1b2 - a2b1)

d. Ĉ = (a2b1 – a1b2)+ j(a1b2 + a 2b1)

27. Dibawah ini cara perkalian yang benar adalah…..

a. a∠α° x b∠β° = (a x b) ∠α°

b. a∠α° x b∠β° = (a + b) ∠β°

c. a∠α° x b∠β° = (a x b) ∠ (α°xβ°)

d. a∠α° x b∠β° = (a x b) ∠ (α°+β°)


28. Diketahui phasor bilangan kompleks  = 3 + j4 dan phasor bilangan

kompleks B̂ = 2 + j3. Jika nilai phasor Ĉ adalah hasil kali dari  dan B̂ ,

maka nilai nilai Ĉ dalam bentuk kompleks adalah…..

a. Ĉ = 2 + j1 c. Ĉ = –6 + j17

b. Ĉ = –2 + j17 d. Ĉ = 6 – j1

29. Diketahui dua phasor bilangan bentuk polar masing-masing  = 6 ∠10°dan

B̂ = 2∠10°. Hasil kali dari dua bilangan polar tersebut Ĉ adalah……

a. Ĉ = 8∠20° c. Ĉ = 12∠100°

b. Ĉ = 8∠100° d. Ĉ = 12∠20°

30. Hasil kali dalam bentuk polar dari phasor bilangan kompleks  = 5 + j3,2 dan

phasor bilangan polar B̂ = 8∠30° adalah Ĉ . Nilai phasor Ĉ adalah…..

a. Ĉ = 5,9∠-62,6° c. Ĉ = -5,9∠62,6°

b. Ĉ = 5,9∠62,6° d. Ĉ = -5,9∠-62,6°

 a1 + jb1
31. Cara pembagian dua phasor bilangan kompleks = adalah…..
B̂ a 2 + jb 2

 a1a 2 − j(a1b 2 - a 2 b1 ) + b1b 2  a 1a 2 − j(a1b 2 + a 2 b1 ) + b1b2


a. = c. =
B̂ a 22 + b22 B̂ a 22 + b 22

 a 1a 2 + j(a1b 2 - a 2 b1 ) + b1b 2  a1a 2 − j(a1b 2 - a 2 b1 ) - b1b 2


b. = d. =
B̂ a 22 + b 22 B̂ a 22 + b 22
32. Diketahui dua bilangan kompleks masing -masing  = 4 + j5 dan B̂ =1- j2


Hasil bagi dari bilangan kompleks adalah……

 Â
a. = 1,2 + j2,6 c. =–1,2 – j2,6
B̂ B̂

 Â
b. =1,2 – j2,6 d. =–1,2 + j2,6
B̂ B̂

33. Dibawah ini cara pembagian yang benar adalah…..

a. a∠α° : b∠β° = (a + b) ∠ (β°- α°)

b. a∠α° : b∠β°= (a - b) ∠ (α°- β°)

c. a∠α° : b∠β° = (a : b) ∠ (β°- α°)

d. a∠α° : b∠β° = (a : b) ∠ (α°- β°)

34. Diketahui phasor bilangan kompleks bentuk rektangular  = 2 + j5 dan

phasor bilangan kompleks bentuk polar B̂ =2 ∠ 30°. Hasil bagi dari


dalam bentuk polar adalah …..

 Â
a. = 2,7 ∠ 38,2° c. = 5,38 ∠ 38,2°
B̂ B̂

 Â
b. = 5,38 ∠ 8,2° d. = 2,7 ∠ 8,2°
B̂ B̂
35. Diketahui dua phasor bilangan  = a 1 - jb 1 dan B̂ = -a2 + jb 2. Maka

nilai phasor  + B̂ adalah…..

a. Â + B̂ = (a 2 – a1) + j (b 2 – b1)

b. Â + B̂ = (a 2 – a1) + j (b 1 – b2)

c. Â + B̂ = (a 1 – a2) + j (b 2 – b1)

d. Â + B̂ = (a 1 – a 2) + j (b 1 – b2)

36. Diketahui phasor bilangan kompleks  = -a1 – jb 1 dan phasor

bilangan kompleks B̂ = a 2 – jb 2. Maka nilai phasor bilangan Â

dikurangi phasor bilangan B̂ adalah…..

a. Ĉ = (a 2 – a1) + j (b 2 + b 1)

b. Ĉ = (a 2 – a 1) + j (b 1 – b2)

c. Ĉ = (a 1 – a2) - j (b 2 – b1)

d. Ĉ = (a 1 + a 2) - j (b 1 + b 2)

37. Diketahui tiga phasor bilangan  = r1∠θ ο ; B̂ = r2 ∠θ ο ; Ĉ =  -

B̂ . Jika sudut dalam phasor bilangan  dan B̂ tersebut besarnya

sama, maka nilai phasor Ĉ adalah…..

a. Ĉ = (r 1 : r 2) ∠ θ° c. Ĉ = (r 1 : r 2)

∠ (θ° - θ°)
38. Diketahui phasor bilangan kompleks  = a 1 + jb 1 dan phasor bilangan

kompleks B̂ = a 2 – jb2, jika nilai phasor Ĉ adalah hasil kali dari dua phasor

 dan B̂ , maka nilai phasor Ĉ dalam bentuk kompleks adalah…..

a. Ĉ = (a1a2 + b 1b2) + j(a 2b1 - a1b2) c. Ĉ = (a1b2 – a2b1)+ j(a1b2 - a2b1)


b. Ĉ = (a 1a2 - b1b2) + j(a1b2 + a 2b1) d. Ĉ = (a 2b1 – a1b2)+ j(a1b2 + a 2b1)

39. Nilai phasor bilangan Ĉ adalah hasil pembagian dari phasor bilangan

kompleks  = -a1 + jb 1 dibagi phasor bilangan kompleks B̂ = -a2 – jb2.

Maka nilai phasor Ĉ adalah…..

a1a 2 − j(a1b2 - a 2 b1 ) + b1b2


a. Ĉ =
a 22 + b 22

a1a 2 + j(a1b 2 - a 2 b1 ) + b1b 2


b. Ĉ =
a 22 + b 22

a1a 2 − j(a1b2 + a 2 b1 ) − b1b 2


c. Ĉ =
a 22 + b 22

a1a 2 − j(a1b 2 - a 2b1 ) - b1b 2


d. Ĉ =
a 22 + b 22

40. Diketahui phasor bilangan kompleks  = 3 + j4 dan phasor bilangan polar

B̂ =2∠30°, .jika nilai phasor Ĉ adalah hasil bagi dari  dibagi B̂ , maka nilai

phasor Ĉ dalam bentuk bilangan polar adalah…..

a. Ĉ = 10 ∠ 23, 13° c. Ĉ = 2 ∠ 23, 13°

b. Ĉ = 10 ∠ 83, 13° d. Ĉ = 2 ∠ 83, 13°


KISI-KISI INSTRUMEN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN

SOAL-SOAL RANGKAIAN LISTRIK ARUS BOLAK-BALIK BENTUK

OBYEKTIF

PEMAHAMAN
APLIKASI

DARI
MATERI RANGKAIAN
JML
No LISTRIK ARUS BOLAK-

BALIK No. Soal yang No. soal SOAL

dipakai yang

dibuang

1. Siswa dapat menghitung 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 7

impedansi, tegangan, arus,

faktor daya, dan besarnya daya

pada rangkaian R, L, dan C.

2. Siswa dapat menghitung 8, 9, 11, 13, 15, 17, 10, 12, 14, 16

impedansi, tegangan total, arus, 18, 19, 20, 21, 22, 16,

daya, faktor daya dan admitansi 23

rangkaian pada rangkaian seri

RL, RC dan RLC.

3. Siswa dapat menghitung 24, 25, 26, 27, 30, 28, 29, 31, 11
impedansi, arus, admitansi, 33, 34 32

daya dalam bentuk polar dan

bentuk kompleks pada

rangkaian paralel RL, RC, dan

RLC.

4. Siswa dapat menghitung 35


1
impedansi dan admitansi dalam

bentuk kompleks pada

rangkaian campuran RLC.

JUMLAH SOAL 27 8 35

PRESENTASE 77,14% 22,86% 100%


DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
FAKULTAS TEKNIK
Kampus Sekaran – GunungPati Semarang 50229

TES PENELITIAN

LEMBAR INSTRUMEN PENELITIAN


Mata Diklat : PKDLE
Pokok Bahasan : Rangkaian Listrik arus bolak-balik
Tingkat/ Jurusan : I/Listrik Industri
Hari, Tanggal : Rabu, 8 Juni 2005
Waktu : 120 menit

PETUNJUK:
1. Jumlah soal sebanyak 35 butir terdiri dari soal obyektif.
2. Tulislah nama, kelas, jurusan, dan nomor absen anda pada tempat yang telah
disediakan.
3. Cara menjawab soal dengan memberi tanda silang (X) pada salah satu huruf a,
b, c, atau d yang dianggap benar pada lembar jawaban yang telah disediakan.
4. jika terjadi kesalahan dan Anda ingin melakukan pembetulan berilah tanda
“=” pada huruf pilihan Anda yang salah, kemudian silanglah pada huruf yang
benar.
5. Laporkan pada pengawas jika terdapat tulisan yang kurang jelas atau rusak.
6. Sebelum hasil pekerjaan diserahkan kepada pengawas teliti kembali pekerjaan
Anda tersebut.
7. Setelah pekerjaan selesai, kumpulkan lembar soal dan lembar jawaban anda
kepada pengawas

SELAMAT MENGERJAKAN
1. Suatu rangkaian listrik arus bolak-balik dengan beban hambatan 15 ohm diberi

tegangan sebesar 50 volt dan mempunyai frekuensi 50 Hz. Dalam bentuk

bilangan kompleks, impedansi rangkaian dapat dinyatakan dengan……..

a. Ζ̂ R = 21,2 + j15 ohm c. Ζ̂ R = 15 + j0 ohm

b. Ζ̂ R = 15 + j15 ohm d. Ζ̂ R = 21,2 + j0 ohm

2. Pada soal no. 1, besarnya arus yang melewati hambatan dalam bentuk polar

adalah…..

a. Ι̂ = 3,33 ∠ 0º A c. Ι̂ = 3,33 ∠ 45º A

b. Ι̂ = 3,33 ∠ 90º A d. Ι̂ = 3,33 ∠ -90º A

3. Besarnya daya sesungguhnya yang diberikan pada soal no. 1 adalah….

a. P = 16,65 Watt c. P = 15,01 Watt

b. P = 166,5 Watt d. P = 150,1 Watt

4. Induktor murni memiliki induktansi 20 mH dipasang pada tegangan lisrik arus

bolak-balik 120V∠0° dengan frekuensinya 50 Hz . Dalam bentuk polar

impedansi rangkaian dapat dituliskan sebagai…..

a. Ζˆ L = 6,28 ∠ 90º Ohm c. Ζˆ L = 6,28 ∠ 0º Ohm

b. Ζˆ L = 6,28 ∠ -90º Ohm d. Ζˆ L = 6,28 ∠ -80,95º Ohm


5. Besarnya arus yang melewati induktor dalam bentuk polar adalah…..

a. Ι̂ = 19,1 ∠ -80.95º A c. Ι̂ = 19,1 ∠ 90º A

b. Ι̂ = 19,1 ∠ 0º A d. Ι̂ = 19,1 ∠ -90º A

6. Nilai impedansi dalam bentuk bilangan


C = 20 uF
20 0 kompleks impedansi rangkaian pada gambar

samping soal no.6 adalah…..

a. Ζ̂ C = 0-j159,24 Ohm c. Ζ̂ C = 0+j0,0063 Ohm

b. Ζ̂ C = 0+j159,24 Ohm d. Ζ̂ C = 0-j0,0063 Ohm

7. Besarnya arus yang melewati kapasitor dalam bentuk polar adalah…..

a. Ι̂ = 0,13 ∠ 90º A c. Ι̂ = 7,96 ∠ -90º A

b. Ι̂ = 0,13 ∠ -90º A d. Ι̂ = 7,96 ∠ 90º A

8. Suatu rangkaian listrik mempunyai hambatan 10 ohm dan induktor 25 mH

yang dihubungkan secara seri. Jika arus sumber nilainya 2 + j2,2 A dan pada

frekuensi 50 Hz, maka nilai impedansi rangkaian dalam bentuk bilangan

kompleks adalah…..

a. Ẑ = 7,85 + j10 ohm c. Ẑ = 10 + j 7,85 ohm

b. Ẑ = 7,85 + j10 ohm d. Ẑ = 10 + j 7,85 ohm


9. Dalam bentuk bilangan polar impedansi rangkaian seri soal no. 8 adalah…..

a. Ẑ = 12,7 ∠ -38, 1º ohm c. Ẑ = 12,7 ∠ 0º ohm

b. Ẑ = 12,7 ∠ 38,1º ohm d. Ẑ = 12,7 ∠ 90º ohm

10. Besarnya tegangan yang diberikan pada rangkaian soal no. 8 adalah…..

a. V̂ = 37,98 ∠ -38, 1º ohm c. V̂ = 37,98 ∠ 85,86º ohm

b. V̂ = 37,98 ∠ -85,86º ohm d. V̂ = 37,98 ∠ 38,1º ohm

11. Besarnya daya nyata pada rangkaian soal nomor 8 adalah…..

a. P = 8,1 watt c. P = 88,31 watt

b. P = 75,8 watt d. P = 7,5 watt

12. Besarnya faktor daya pada rangkaian soal nomor 8 adalah…..

a. faktor daya = 0,072 c. faktor daya =18,44

b. faktor daya = 0,79 d. faktor daya = 0,67

13. Dalam bentuk bilangan kompleks besarnya admitansi rangkaian pada soal

nomor 8 adalah…

a. Yˆ = 0,06 + j0,048 mho c. Yˆ = 0,048 + j0,06 mho

b. Yˆ = 0,06 - j0,048 mho d. Yˆ = 0,048 - j0,06 mho


14. Besarnya impedansi total rangkaian
R= 6ohm
40 0
listrik pada gambar soal no. 14
XC=8ohm

adalah…..

a. Ẑ = 40 ∠ 0º ohm c. Ẑ = 6 ∠ 0º ohm

b. Ẑ = 10 ∠ -53,13º ohm d. Ẑ = 8 ∠ 90º ohm

15. Arus rangkaian dalam bentuk bilangan polar pada rangkaian soal no. 14

adalah…..

a. Ι̂ = 0,25∠-53,13° A c. Ι̂ = 4∠53,13° A

b. Ι̂ = 4∠-53,13° A d. Ι̂ = 0,25∠53,13° A

16. Besarnya daya semu pada rangkaian soal nomor 14 adalah…..

a. S = 12,77 KVAR c. S = 159,82 KVAR

b. S = 96 KVAR d.S= 127,78 KVAR

17. Besarnya faktor daya pada rangkaian so al nomor 14 adalah…..

a. faktor daya = 60,0 c. faktor daya = 18,44

b. faktor daya =0,60 d. faktor daya = 0,18


18. Suatu rangkaian arus bolak-balik, terdiri dari hambatan (R) 10 ohm,

Reaktansi induktif (XL) 4 ohm, dan reaktansi kapasitif (XC) 0,1 ohm dipasang

secara seri diberi pasokan tegangan 40∠5°. Besarnya Impedansi total pada

rangkaian tersebut dalam bentuk bilangan kompleks adalah…..

a. Ẑ = 10 - j 4,1 ohm c. Ẑ = 10 + j 4,1 ohm

b. Ẑ = 10 + j3,9ohm d. Ẑ = 10- j 3,9 ohm

19. Bentuk polar admitansi rangkaian listrik bolak-balik soal nomor 18 adalah…..

a. Yˆ = 0,09∠-21,3° mho c. Yˆ = 0,09∠-16,3° mho

b. Yˆ = 0,09∠21,3° mho d. Yˆ = 0,09∠16,3° mho

20. Besarnya arus yang melalui rangkaian listrik arus bolak-balik pada soal no.18

dalam bentuk bilangan polar adalah…..

a. Ι̂ = 3,72∠26,3° A c. Ι̂ = 3,72∠16,3° ° A

b. Ι̂ = 3,72∠-26,3° A d. Ι̂ = 3,72∠-16,3° ° A

21. Besarnya daya reaktif pada rangkaian listrik arus bolak-balik soal nomor 18

adalah…..

a. Q = -3, 67 VAR c. Q = 142,32 VAR

b. Q = 3, 67 VAR d. Q = 142,27 VAR


22. Besarnya daya semu pada rangkaian listrik bolak-balik soal nomor 18

adalah…..

a. S = -3, 67 Watt c. S = 142,32 Watt

b. S = 3, 67 Watt d. S = 142,27 Watt

23. Besarnya faktor daya pada rangkaian listrik arus bolak-balik soal nomor 18

adalah…..

a. faktor daya = 0,28 c. faktor daya = 0,30

b. faktor daya = 0,96 d. faktor daya = 0,72

24. Besarnya impedansi yang melalui hambatan ( Ẑ R)


AC R= 3,33ohm
dalam bentuk polar dari rangkaian listrik soal no.
20 53,3
XL=2,5 ohm 24 adalah……

a. Ẑ R= 3,33∠90° ohm c. Ẑ R= 3,33∠-90° ohm

b. Ẑ R= 3,33∠0° ohm d. Ẑ R= 3,33∠45° ohm

25. Bentuk kompleks impedansi total rangkaian gambar soal nomor 24 adalah….

a. Ẑ T= 1,46 + j1,37 ohm c. Ẑ T= 1,46 – j1,37ohm

b. Ẑ T= 1,37 + j1,46ohm d. Ẑ T= 1,37 – j1,46ohm


26. Besarnya konduktansi pada rangkaian listrik arus bolak-balik soal nomor 24

dalam bentuk polar adalah…..

a. Ĝ = 0,3∠-90° S c. Ĝ = 0,4∠-90° S

b. Ĝ = 0,3∠0° S d. Ĝ = 0,4∠0° S

27. Besarnya susceptansi pada rangkaian listrik arus bolak-balik soal nomor 24

dalam bentuk polar adalah…..

a. B̂ = 0,3∠-90° S c. B̂ = 0,4∠-90° S

b. B̂ = 0,3∠0° S d. B̂ = 0,4∠0° S

28. Besarnya Arus yang melalui induktor pada rangkaian listrik arus bolak-balik

soal nomor 36 dalam bentuk polar adalah…..

a. Ι̂ L= 6∠53,3° A c. Ι̂ L= 6∠-53,3A

b. Ι̂ L= 8∠-36,7° A d. Ι̂ L= 8∠36,7° A

29. Besarnya arus total pada rangkaian listrik arus bolak-balik soal nomor 24

dalam bentuk polar adalah…..

a. Ι̂ T= 10,2∠10° A c. Ι̂ T= 10∠10,2° A

b. Ι̂ T = 10,2∠-10° A d. Ι̂ T= 10∠-10,2° A
30. Besarnya daya semu pada rangkaian listrik arus bolak-balik soal nomor 24

adalah…..

a. S = 28,4 KVAR c. S = 121 KVAR

b. S = 43,5 K VAR d. S = 117,63 KVAR

31. Rangkaian listrik arus bolak-balik terdiri dari tahanan 2 ohm dan kapasitor
750 µF dihubungkan seri kemudian diberi tegangan sumber dan mengalirkan

arus ke beban sebesar Ι̂ = 2,4 + j3. Impedansi total rangkaian tersebut


adalah…..
a. Ẑ = 0,55 ∠ 25,64º ohm c. Ẑ = 4,96 ∠ 6,7º ohm

b. Ẑ = 0,55 ∠ -25, 64º ohm d. Ẑ = 4,96 ∠ -6,7º ohm

32. Besarnya daya nyata pada rangkaian gambar soal nomor 48 adalah….

a. P = 6, 33 watt c. P = 50, 7 watt

b. P = 5,07 watt d. P = 63,3 watt

33. Gambar soal no. 51 disamping dalam

120 90 bentuk kompleks mempunyai impedansi


C=200uF
AC L=60mH
R=10ohm rangkaian yang nilainya…..

a. Ẑ = 0,1 – j0,9 ohm c. Ẑ = 0,1 + j0,0098 ohm

b. Ẑ = 0,1 + j0,009 ohm d. Ẑ = 0,1 + j0,0009 ohm


34. Dalam bentuk bilangan polar admitansi rangkaian gambar soal nomor 33
adalah…..
a. Yˆ = 10 ∠ 90,5º mho c. Yˆ = 10 ∠ -180,5º mho

b. Yˆ = 0,1 ∠ 90,5º mho d. Yˆ = 10 ∠ 180,5º mho

35. Diketahui rangkaian seperti gambar


C = 150 uF L=20mH
disamping, dimana C = 150 µF, L = 20 mH,
AC R=10ohm
dan R = 10 ohm. Dalam bentuk kompleks
admitansi rangkaian gambar soal nom or 62 adalah….
a. Yˆ = 0,12 + j0,02 mho c. Yˆ = 0,02 + j0,2 mho

b. Yˆ = 0,09 - j0,15 mho d. Yˆ = 0,02 - j0,12 mho


LEMBAR KUNCI JAWABAN

PENGUASAAN MATERI BILANGAN KOMPLEKS

1. A 11. A 21. D 31. A

2. B 12. A 22. A 32. A

3. B 13. B 23. C 33. D

4. D 14. D 24. C 34. A

5. D 15. A 25. D 35. C

6. D 16. C 26. A 36. C

7. A 17. C 27. D 37. B

8. B 18. C 28. C 38. A

9. A 19. A 29. D 39. C

10. C 20. B 30. B 40. B


LEMBAR KUNCI JAWABAN

KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL-SOAL

RANGKAIAN LISTRIK ARUS BOLAK-BALIK

1. C 13. D 25. B

2. B 14. B 26. C

3. A 15. A 27. A

4. B 16. B 28. D

5. A 17. C 29. B

6. D 18. A 30. A

7. A 19. B 31. D

8. D 20. C 32. D

9. D 21. D 33. A

10. B 22. B 34. C

11. C 23. C 35. B

12. C 24. B
Daftar Distribusi Frekuensi Bergolong Nilai Penguasaan Materi
Bilangan Kompleks

Nilai maksimal = 93,55


Nilai minimal = 61,29
Rentang = 32,26
Banyak kelas = 6
Interval = 5,38

Rentang kelas Xi fi fiXi Xi 2 fiXi 2


61,29 - 66,67 63,98 2 127,96 4093,48 8186,96
66,68 - 72,06 69,37 3 208,11 4812,24 14436,72
72,07 - 77,45 74,76 5 373,80 5589,11 27945,53
77,46 - 82,84 80,15 15 1202,25 6424,07 96361,11
82,85 - 88,23 85,54 15 1283,10 7317,15 109757,20
88,24 - 93,62 90,93 10 909,30 8268,32 82683,24
Jumlah 50 4104,54 36504,37 339370,77

Penentuan Mean
ΣfiXi 4104,54
Mean = = = 82,09
Σfi 50

Penentuan median
b = 77,455
p = 5,38
N = 50
F = 25
f = 15

1/2 n F
Median = b + p
f
25 25
= 77,455 + 5,38
15
= 77,455

Penentuan Modus
b = 77,455
p = 5,38
b1 = 10
b2 = 0
b1
Modus = b + p
b1 + b 2
10
= 77,455 + 5,38
10
= 82,83

Menghitung besarnya standar deviasi


N ΣfiXi2 - ( Σ fiXi)2 121321,5696
S2 = = = 49,519
N(N-1) 2450
63.98 2
16
69.37 3
14
74.76 5
12

Frekuensi
80.15 15
10
85.54 15
90.93 810
6
4
2
0
63.98 69.37 74.76 80.15 85.54 90.93
Nilai
UJI NORMALITAS VARIABEL X

Hipotesis
Ho : Data berdistribusi normal
Ha : Data tidak berdistribusi normal

Pengujian Hipotesis:
Rumus yang digunakan:
k
(Oi − Ei )2
χ =
2
∑ i =1 Ei

Kriteria yang digunakan


Ho diterima jika χ2 < χ2 tabel

Pengujian Hipotesis
Nilai maksimal = 93,55 Panjang Kelas = 5,38
Nilai minimal = 61,29 Rata-rata ( x ) = 82,09
Rentang = 32,26 s = 7,04
Banyak kelas = 6 n = 50

Batas Z untuk Peluang Luas Kls. (Oi-Ei)²


Kelas Interval Ei Oi
Kelas batas kls. untuk Z Untuk Z Ei
61,29 - 66,67 61,285 -2,96 0,4985 0,0127 0,6362 2 2,9236
66,68 - 72,06 66,675 -2,19 0,4857 0,0635 3,1771 3 0,0099
72,07 − 77,45 72,065 -1,42 0,4222 0,1768 8,8411 5 1,6688
77,46 - 82,84 77,455 -0,66 0,2454 0,2892 14,4584 15 0,0203
82,85 - 88,23 82,845 0,11 0,0438 0,2641 13,2027 15 0,2447
88,24 - 93,62 88,235 0,87 0,3078 0,1416 7,0824 10 1,2019
93,625 1,64 0,4495
χ² = 6,0692
Untuk α = 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh χ² tabel = 7,81

Daerah Daerah penolakan


penerimaan Ho Ho

6,0692 7,81
Karena χ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
UJI HOMOGENITAS VARIANS KELOMPOK Y UNTUK PENGULANGAN
KELOMPOK X

No Kode X Y ni dk = n i-1 si2 log si 2 (ni-1)si 2 (ni-1) logsi 2

1 R-44 61,29 37,04 2 1 61,728 1,790 61,728 1,790


2 R-49 61,29 48,15
3 R-27 67,74 40,74 2 1 61,728 1,790 61,728 1,790
4 R-11 67,74 51,85
5 R-31 70,97 51,85 1 0 0,000 0,000 0,000 0,000
6 R-25 77,42 88,89 5 4 434,842 2,638 1739,369 10,553
7 R-40 77,42 40,74
8 R-30 77,42 40,74
9 R-35 77,42 51,85
10 R-29 77,42 40,74
11 R-37 80,65 59,26 15 14 268,078 2,428 3753,086 33,996
12 R-26 80,65 48,15
13 R-28 80,65 44,44
14 R-02 80,65 88,89
15 R-12 80,65 85,19
16 R-16 80,65 85,19
17 R-17 80,65 85,19
18 R-38 80,65 59,26
19 R-41 80,65 51,85
20 R-45 80,65 48,15
21 R-46 80,65 55,56
22 R-36 80,65 51,85
23 R-34 80,65 59,26
24 R-42 80,65 40,74
25 R-39 80,65 59,26
26 R-15 83,87 62,96 6 5 172,382 2,236 861,911 11,182
27 R-32 83,87 62,96
28 R-01 83,87 92,59
29 R-48 83,87 59,26
30 R-43 83,87 59,26
31 R-50 83,87 59,26
32 R-20 87,10 74,07 9 8 83,829 1,923 670,629 15,387
33 R-18 87,10 74,07
34 R-19 87,10 74,07
35 R-47 87,10 66,67
36 R-07 87,10 66,67
37 R-04 87,10 74,07
38 R-08 87,10 88,89
39 R-10 87,10 88,89
40 R-33 87,10 62,96
41 R-13 90,32 77,78 5 4 23,320 1,368 93,278 5,471
42 R-21 90,32 74,07
43 R-23 90,32 74,07
44 R-22 90,32 74,07
45 R-06 90,32 85,19
46 R-24 93,55 81,48 5 4 37,037 1,569 148,148 6,275
47 R-14 93,55 81,48
48 R-03 93,55 85,19
49 R-05 93,55 85,19
50 R-09 93,55 96,30
Σ 50 41 1142,944 15,744 7389,880 86,445

Varians gabungan dari kelompok sampel adalah:

= Σ
(ni-1) Si 2 7389,880
S2 = = 180,241
Σ(ni-1) 41
Log S 2 = 2,256
Harga satuan B
B = (Log S 2 ) Σ (n i - 1) = 2,256 x 41 = 92,490
χ
2
= (Ln 10) { B - Σ(n i-1) log S i } 2

= 2,303 92,490 86,445 = 13,919


Untuk α = 5% dengan dk = k - 1 = 9 - 1 = 8 diperoleh χ2 tabel = 15,51
2 2
Karena χ hitung <χ tabel maka data tersebut homogen
ANALISIS REGRESI

No Kode X Y X2 Y2 XY JKE
1 R-44 61,29 37,04 3756,5036 1371,7421 2270,0119 61,73
2 R-49 61,29 48,15 3756,5036 2318,2442 2951,0155
3 R-27 67,74 40,74 4588,9698 1659,8080 2759,8566 61,73
4 R-11 67,74 51,85 4588,9698 2688,6145 3512,5448
5 R-31 70,97 51,85 5036,4204 2688,6145 3679,8088 0,00
6 R-25 77,42 88,89 5993,7565 7901,2346 6881,7204 1739,37
7 R-40 77,42 40,74 5993,7565 1659,8080 3154,1219
8 R-30 77,42 40,74 5993,7565 1659,8080 3154,1219
9 R-35 77,42 51,85 5993,7565 2688,6145 4014,3369
10 R-29 77,42 40,74 5993,7565 1659,8080 3154,1219
11 R-37 80,65 59,26 6503,6420 3511,6598 4778,9725 3753,09
12 R-26 80,65 48,15 6503,6420 2318,2442 3882,9152
13 R-28 80,65 44,44 6503,6420 1975,3086 3584,2294
14 R-02 80,65 88,89 6503,6420 7901,2346 7168,4588
15 R-12 80,65 85,19 6503,6420 7256,5158 6869,7730
16 R-16 80,65 85,19 6503,6420 7256,5158 6869,7730
17 R-17 80,65 85,19 6503,6420 7256,5158 6869,7730
18 R-38 80,65 59,26 6503,6420 3511,6598 4778,9725
19 R-41 80,65 51,85 6503,6420 2688,6145 4181,6010
20 R-45 80,65 48,15 6503,6420 2318,2442 3882,9152
21 R-46 80,65 55,56 6503,6420 3086,4198 4480,2867
22 R-36 80,65 51,85 6503,6420 2688,6145 4181,6010
23 R-34 80,65 59,26 6503,6420 3511,6598 4778,9725
24 R-42 80,65 40,74 6503,6420 1659,8080 3285,5436
25 R-39 80,65 59,26 6503,6420 3511,6598 4778,9725
26 R-15 83,87 62,96 7034,3392 3964,3347 5280,7646 861,91
27 R-32 83,87 62,96 7034,3392 3964,3347 5280,7646
28 R-01 83,87 92,59 7034,3392 8573,3882 7765,8303
29 R-48 83,87 59,26 7034,3392 3511,6598 4970,1314
30 R-43 83,87 59,26 7034,3392 3511,6598 4970,1314
31 R-50 83,87 59,26 7034,3392 3511,6598 4970,1314
32 R-20 87,10 74,07 7585,8481 5486,9684 6451,6129 670,63
33 R-18 87,10 74,07 7585,8481 5486,9684 6451,6129
34 R-19 87,10 74,07 7585,8481 5486,9684 6451,6129
35 R-47 87,10 66,67 7585,8481 4444,4444 5806,4516
36 R-07 87,10 66,67 7585,8481 4444,4444 5806,4516
37 R-04 87,10 74,07 7585,8481 5486,9684 6451,6129
38 R-08 87,10 88,89 7585,8481 7901,2346 7741,9355
39 R-10 87,10 88,89 7585,8481 7901,2346 7741,9355
40 R-33 87,10 62,96 7585,8481 3964,3347 5483,8710
41 R-13 90,32 77,78 8158,1686 6049,3827 7025,0896 93,28
42 R-21 90,32 74,07 8158,1686 5486,9684 6690,5615
43 R-23 90,32 74,07 8158,1686 5486,9684 6690,5615
44 R-22 90,32 74,07 8158,1686 5486,9684 6690,5615
45 R-06 90,32 85,19 8158,1686 7256,5158 7694,1458
46 R-24 93,55 81,48 8751,3007 6639,2318 7622,4612 148,15
47 R-14 93,55 81,48 8751,3007 6639,2318 7622,4612
48 R-03 93,55 85,19 8751,3007 7256,5158 7968,9367
49 R-05 93,55 85,19 8751,3007 7256,5158 7968,9367
50 R-09 93,55 96,30 8751,3007 9272,9767 9008,3632
Σ 4132,3 3296,3 344276,7950 231220,8505 276511,3501 7389,88
Berdasarkan tabel persiapan diperoleh:
ΣX
2
N = 50 = 344276,7950
ΣX ΣY
2
= 4132,26 = 231220,8505
ΣY = 3296,30 Σ XY = 276511,3501

Persamaan Regresi
Persamaan regresi yang diprediksi dalam bentuk:
^
Y = a + bX

Untuk memperoleh koefisien a dan koefisien b digunakan rumus:

∑ Y ∑ X 2 − ∑ X ∑ XY
a=
N ∑ X 2 − (∑ X )
2

N ∑ XY - ∑ X ∑ Y
b =
N ∑ X 2
− (∑ X )2
Berdasarkan rumus tersebut diperoleh:
3296,30 344276,7950 4132,26 276511,35
a = 2
50 344276,7950 4132,26
= -56,246
50 276511,3501 4132,26 3296,30
b = 2
50 344276,7950 4132,26
= 1,478
Sehingga persamaan regresinya adalah:
Y = -56,246 + 1,478 X

Secara grafik persamaan tersebut dapat dilihat pada diagram pencar berikut ini.

Diagram Pencar dan garis persamaan regresi

100
90
80 y = 1,478x - 56,246
2
70 R = 0,435
60
50
40
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Uji Keberartian Persamaan Regresi


Jumlah Kuadrat
JK (T) = ΣY2 = 231220,8505

= Σ
( Y)2 3296,30 2
JK (a) = = 217311,385
N 50
(Σ X)(Σ Y)
JK (b|a) = b Σ XY
N
4132,26 3296,30
= 1,478 276511,3501 = 6043,801
50
JK(S) = JK (T) - JK(a) - JK (b|a)
= 231220,8505 217311,385 6043,801 = 7865,664

(Σ Y i)2
JK(E) = Σ ΣYi
2
ni
2
37,04 + 48,15
= 1371,7421 + 2318,2442 - +
2
40,74 + 51,85 2
1659,8080 + 2688,6145 - +
2
2
51,85
2688,6145 - +
1
2
88,89 +…+ 40,74
7901,2346 +…+ 1659,8080 - +
5
2
59,26 +…+ 59,26
3511,6598 +…+ 3511,6598 - +…+
15
2
81,48 +…+ 96,30
6639,2318 +…+ 9272,9767 -
5
JK(E) = 7389,880
JK(TC) = JK (S) - JK(E)
= 7865,664 7389,880 = 475,784

Derajat Kebebasan (dk)


dk (a) = 1
dk (b|a) = 1
dk (S) = n-2 = 50 2= 48
dk (TC) = k-2 = 9 2= 7
dk (E) = n-k = 50 9= 41

Rerata Kuadrat (RK)

JK (a) 217311,385
RK (a) = = = 217311,385
dk(a) 1
JK (b|a) 6043,801
RK (b|a) = = = 6043,801
dk(b|a) 1
JK (S) 7865,664
RK (S) = = = 163,868
dk(S) 48
JK (TC) 475,784
RK (TC) = = = 67,969
dk(TC) 7
JK (E) 7389,880
RK (E) = = = 180,241
dk(E) 41

Sumber Variasi dk JK RK F F tabel Kriteria


Total 50 231220,850
Regresi (a) 1 217311,385 217311,385
Reresi (b|a) 1 6043,801 6043,801 36,882 4,043 Signifikan
Residu (S) 48 7865,664 163,868
Tuna Cocok (TC) 7 475,784 67,9691
0,377 2,243 Linier
Galat (E) 41 7389,880 180,2410
Koefisien korelasi dan Determinasi

Koefisien korelasi (rxy) dinyatakan dengan rumus:

N ∑ XY - (∑ X)(∑ Y)
rxy =
{N ∑ X 2
}{
− (∑ X) N ∑ Y2 − (∑ Y)
2 2
}
Berdasarkan rumus tersebut diperoleh:
50 276511,3501 4132,26 3296,30
rxy =
2 2
50 344276,7950 4132,26 50 231220,8505 3296,3

= 0,66

Koefisien determinasi

b {N ∑ XY - ∑ X ∑ Y}
r2 =
N ∑ Y 2 − (∑ Y )2
1,478 50 276511,35 4132,3 3296,3
r2 = 2
50 231220,85 3296,3
= 0,435

Uji Keberartian Koefisien Korelasi


Untuk menguji keberartian koefisien korelasi digunakan uji t dengan rumus:

r xy n − 2
t =
1 − r
2
xy

Apabila t berada pada daerah penerimaan Ho, yaitu -t (1-1/2 α )(n-2) < t < t(1-1/2α )(n-2) , berarti bahwa
koefisien korelasi tidak signifikan.

Daerah
Daerah Daerah
penolakan Ho
penerimaan penolakan Ho
Ho
-t(1-α )(n- 2) t (1- α )(n- 2)

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh:


0,66 50 2
t = = 6,073
1 - 0,435
Pada α = 5% dan dk = (50-2) = 48 diperoleh t (0,975)(48) = 2,01

Daerah
Daerah Daerah
penolakan Ho
penerimaan penolakan Ho
Ho
-2,01 2,01 6,073
Karena t berada pada daerah penolakan Ho, berarti bahwa koefisien korelasi ini signifikan.
DATA HASIL PENELITIAN

Kemampuan
Penguasaan materi menyelesaikan soal-soal
No Kode bilangan kompleks rangkaian listrik arus
bolak-balik
Skor Nilai Skor Nilai
1 R-01 26 83,87 25 92,59
2 R-02 25 80,65 24 88,89
3 R-03 29 93,55 23 85,19
4 R-04 27 87,10 20 74,07
5 R-05 29 93,55 23 85,19
6 R-06 28 90,32 23 85,19
7 R-07 27 87,10 18 66,67
8 R-08 27 87,10 24 88,89
9 R-09 29 93,55 26 96,30
10 R-10 27 87,10 24 88,89
11 R-11 21 67,74 14 51,85
12 R-12 25 80,65 23 85,19
13 R-13 28 90,32 21 77,78
14 R-14 29 93,55 22 81,48
15 R-15 26 83,87 17 62,96
16 R-16 25 80,65 23 85,19
17 R-17 25 80,65 23 85,19
18 R-18 27 87,10 20 74,07
19 R-19 27 87,10 20 74,07
20 R-20 27 87,10 20 74,07
21 R-21 28 90,32 20 74,07
22 R-22 28 90,32 20 74,07
23 R-23 28 90,32 20 74,07
24 R-24 29 93,55 22 81,48
25 R-25 24 77,42 24 88,89
26 R-26 25 80,65 13 48,15
27 R-27 21 67,74 11 40,74
28 R-28 25 80,65 12 44,44
29 R-29 24 77,42 11 40,74
30 R-30 24 77,42 11 40,74
31 R-31 22 70,97 14 51,85
32 R-32 26 83,87 17 62,96
33 R-33 27 87,10 17 62,96
34 R-34 25 80,65 16 59,26
35 R-35 24 77,42 14 51,85
36 R-36 25 80,65 14 51,85
37 R-37 25 80,65 16 59,26
38 R-38 25 80,65 16 59,26
39 R-39 25 80,65 16 59,26
40 R-40 24 77,42 11 40,74
41 R-41 25 80,65 14 51,85
42 R-42 25 80,65 11 40,74
43 R-43 26 83,87 16 59,26
44 R-44 19 61,29 10 37,04
45 R-45 25 80,65 13 48,15
46 R-46 25 80,65 15 55,56
47 R-47 27 87,10 18 66,67
48 R-48 26 83,87 16 59,26
49 R-49 19 61,29 13 48,15
50 R-50 26 83,87 16 59,26

You might also like