You are on page 1of 18

PROFIL , PERSYARATAN , dan KOMPETENSI

GURU
Makalah ini diajukan untuk mata kuliah

“ Profil Tenaga Pendidik”

Dosen Pembimbing :

Drs Damanhuri MA

Oleh :

Mrs. X ( D312080 )

M Dwi Fidiqsa ( D31208034 )

Yuslikah ( D312080 )

FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA

2010

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemampuan dan kekuatan dalam
menyusun tugas ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah member tauladan dan petunjuk dalam mengarungi bahtera
kehidupan di dunia dan di akherat kelak. Alhamdulillah , akhirnya penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan lancar.

Dengan kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih kepada “ Drs Damanhuri MA”,
selaku dosen pembimbing mata kuliah “ Profil Tenaga Pendidik ” telah tercurahkan perhatiannya
demi terselesaikan makalah ini , dan tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada segenap
pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan
tugas ini.

Akhirnya hanya kepada allah SWT jualah penulis berserah diri dengan senatiasa
mengharap ridho-Nya . Semoga penyusunan makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
semua. Amin.

Surabaya , 23 Maret 2010

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sebagai suatu kewajiban apabila dalam diri tercipta perasaan ingin menjadi guru. Kita
semua dari kecil telah diajari oleh seorang yang mullia dengan sejuta gudang ilmu, yakni guru.

Guru biasa dikenal dengan sebutan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Tapi apabila kita
menoleh pada keadaan sekarang rasa-rasanya guru adalah dijadikan sebuah pekerjaan semta,
walaupu kita tahu berapa sih gajinya? Tapi karena kehormatannya dimata masyarakat dan
keagungan dari padanya hingga orang ingin menjadi dirinya.

Hidup memang tidak hanya bertolak ukur pada uang, tapi uang jualah tujuan dari hidup
itu. Namun sebagai guru, seyogyalah mendadar ilmunya dengan keikhlasan dan keridhaan agar
berkahlah ilmu yang diberikan itu. Oleh sebab itu, sebagai guru jangan dianggap mudah ada
profil , persyaratan dan kompetensi yang harus dimiliki nya. Karena itu kami akan menbahas
tentang hal ini, agar kta lebih memandang seorang guru dari sisi negatifnya saja. Kita akan
menyadari bahwa begitu beasr pengorbanan mereka bagi kita. Semoga pembahasan ini
bermanfaat. Amin.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana profil dari seorang guru ?

2. Apa saja persyaratan menjadi guru ?


3. Bagaimana dengan kompetensi yang harus dimiliki seorang guru ?

4. Sebutkan kompetensi – kompetensi itu beserta sedikit penjelasaanya ?

BAB II

PEMBAHASAN

TOLONG YANG PERTAMA KAMU CARI DAN


TULIS DI SINI SBELUM TEKS YANG AKU
TULIS….(JANGAN LUPA FOOTNOTE DAN
DAFTAR PUSTAKANYA)
OK !!!

BY

M DWI FIDIQSA
B . Kompetensi Guru

Proporsi antara pengetahuan , sikap , dan keterampilan sangat bergantung pada jenis dari
pada pengetahuan dan sikap , pekerjaan kedokteran bedah memerlukan porsi pengetahuan ,
keterampilan dan sikap secara seimbang , dan pekerjaan social memerlukan porsi sikap lebih
besar dari pada pengetahuan dan keterampilan sebagai kompetensi. Kompetensi adalah
kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan 1. Dengan
demikian , istilah kompetensi sangat kontekstual dan tidak universal untuk semua jenis
pekerjaan.

Menurut UU No. 14 tahun 2005 Mengenai Pendidikan, pada pasal 10 ayat (1)
menyatakan Kompetensi Guru sebagaimana dimaksud adalah meliputi kompetensi paedagogik ,
kompetensi kepribadian , kompetensi social, dan kompetensi professional yang diambil dari
profesinya itu. Menurut Sanjaya,kompetensi guru bukan hanya kompetensi kepribadian dan
professional tetapi terdapat sejumlah kompetensi yang dimiliki seorang guru yakni kompetensi
pribadi , social kemasyarakatan2.

Sebagaimana yang telah diamanatkan UU 14/2005 dan PP 19/2005 agar guru dan dosen
mmemahami , mengerti , menguasai dan terampil mengunakan sumber – sumber belajar baru
dan menguasai kompetensi paedagogik , kompetensi kepribadian , kompetensi professional , dan
kompetensi social sebagai bagian dari kemampuan profesinal guru. Maka, guru harus mengikuti
program sertifikasi. Guru yang telah disertifikasi akan dapat meningkatkan kemampuan dan
keterlibatannya dalam menuaikan tugas sebagai guru.

1
Saiful Sagala, Kemampuan Profesionalisme Guru dan Tenaga Kependidikan. (Bandung:Alfabeta,2009),29
2
Sanjaya , Strategi Pembelajaran : Berorientasi Standar Pendidikan.(Jakarta : Kencana Penada Media, 2006),17
Beberapa hal pokok yang dijadikan pertimbangan sertifikasidan profesionalisme guru dan
dosen yaitu (1) kompetensi guru focus pada kemampuan mendidik yaitu Kompetensi bidang
studi , Kompetensi Paedagogik, Kompetensi Etika Profesi, dan kompetensi social. (2)
kompetensi dosen mencakup kemapuan mendidik , meneliti , dan kemampuan mengabdi kepada
masyarakat, Kompetensi bidang studi , kompetensi paedagogik , kompetensi etika profesi ,
kompetensi social , kompetensi penelitian , dan kompetensi pengabdian kepada masyarakat; (3)
kompetensi dan profesionalisme guru belum sepenuhnya dipahami dan diyakini oleh guru dan
dosen sebagai bagian dari upaya peningkatan mutu pendidikan dalam arti luas; (4)
profesionalisme guru dan dosen dirancang dalam skema optimalisasi pemberdayaan guru dan
dosen; (5) kompetensi dan profesionalisme guru dan dosen mutlak diperlukan dalam rangka
meningkatkan kualitas anak bangsa; (6) sikap profesionalisme guru adalah respons guru terhadap
dimensi –dimensi profesionalisme guru yang memerlukan keahlian , kemahiran , kecakapan
serta memenuhi standar mutu atau norma tertentu; (7) program pendidikan profesi diakhiri
dengan uji sertifikasi pendidik;(8) uji sertifikasi pendidikan dilakukan melalui ujian tertulis dan
uji kinerja sesuai dengan standar kompetensi;(9) sertifikasi pendidik bagi calon guru dipenuhi
sebelum yang bersangkutan diangkat menjadi seorang guru3.

Kompetensi Paedagogik

Kompetensi Guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang


harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh Guru dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan4. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2007 tentang Guru,
dinyatakan bahwasanya kompetensi yang harus dimiliki oleh Guru meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi Guru tersebut bersifat menyeluruh dan
merupakan satu kesatuan yang satu sama lain saling berhubungan dan saling
mendukung.Kompetensi pedagogik yang dimaksud dalam tulisan ini yakni antara lain
kemampuan pemahaman tentang peserta didik secara mendalam dan penyelenggaraan

3
Saiful Sagala,Op.Cit.,30-31
4
Purwanto, Administrasi Pendidikan.(Bandung : Angkasa, 1984),22
pembelajaran yang mendidik5. Pemahaman tentang peserta didik meliputi pemahaman tentang
psikologi perkembangan anak. Sedangkan Pembelajaran yang mendidik meliputi kemampuan
merancang pembelajaran, mengimplementasikan pembelajaran, menilai proses dan hasil
pembelajaran, dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan.

Menurut Peraturan Pemerintah tentang Guru, bahwasanya kompetensi pedagogik Guru


merupakan kemampuan Guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-
kurangnya meliputi6:

1. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan.

Guru memiliki latar belakang pendidikan keilmuan sehingga memiliki keahlian secara
akademik dan intelektual. Merujuk pada sistem pengelolaan pembelajaran yang berbasis subjek
(mata pelajaran), guru seharusnya memiliki kesesuaian antara latar belakang keilmuan dengan
subjek yang dibina. Selain itu, guru memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam
penyelenggaraan pembelajaran di kelas. Secara otentik kedua hal tersebut dapat dibuktikan
dengan ijazah akademik dan ijazah keahlian mengajar (akta mengajar) dari lembaga pendidikan
yang diakreditasi pemerintah.

2. Pemahaman terhadap peserta didik

Guru memiliki pemahaman akan psikologi perkembangan anak, sehingga mengetahui


dengan benar pendekatan yang tepat yang dilakukan pada anak didiknya. Guru dapat
membimbing anak melewati masa-masa sulit dalam usia yang dialami anak. Selain itu, Guru
memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap latar belakang pribadi anak, sehingga dapat
mengidentifikasi problem-problem yang dihadapi anak serta menentukan solusi dan pendekatan
yang tepat.

3. pengembangan kurikulum/silabus

5
Ibid.,
6
Presiden RI, Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia no. 38 tahun 1992 tentang tenaga kependidikan.
(Jakarta :Depdikbud,1992),
Guru memiliki kemampuan mengembangkan kurikulum pendidikan nasional yang
disesuaikan dengan kondisi spesifik lingkungan sekolah.

4. Perancangan pembelajaran

Guru memiliki merencanakan sistem pembelajaran yang memamfaatkan sumber daya


yang ada. Semua aktivitas pembelajaran dari awal sampai akhir telah dapat direncanakan secara
strategis, termasuk antisipasi masalah yang kemungkinan dapat timbul dari skenario yang
direncanakan.

5. pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis

Guru menciptakan situasi belajar bagi anak yang kreatif, aktif dan menyenangkan.
Memberikan ruang yang luas bagi anak untuk dapat mengeksplor potensi dan kemampuannya
sehingga dapat dilatih dan dikembangkan.

6. Pemanfaatan teknologi pembelajaran.

Dalam menyelenggarakan pembelajaran, guru menggunakan teknologi sebagai media.


Menyediakan bahan belajar dan mengadministrasikan dengan menggunakan teknologi informasi.
Membiasakan anak berinteraksi dengan menggunakan teknologi.

7. Evaluasi hasil belajar

Guru memiliki kemampuan untuk mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan meliputi


perencanaan, respon anak, hasil belajar anak, metode dan pendekatan. Untuk dapat
mengevaluasi, guru harus dapat merencanakan penilaian yang tepat, melakukan pengukuran
dengan benar, dan membuat kesimpulan dan solusi secara akurat.

8. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang


dimilikinya

Guru memiliki kemampuan untuk membimbing anak, menciptakan wadah bagi anak
untuk mengenali potensinya dan melatih untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki.Salah
satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan ini adalah dengan
melaksanakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas, berbasis pada perencanaan
dan solusi atas masalah yang dihadapi anak dalam belajar. Sehingga hasil belajar anak dapat
meningkat dan target perencanaan guru dapat tercapai. Pada prinsipnya, Kesemua aspek
kompetensi paedagogik di atas senantiasa dapat ditingkatkan melalui pengembangan kajian
masalah dan alternatife solusi.

Kompetensi Kepribadian

Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki karakteristik
kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya
manusia. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan teladan yang baik
terhadap anak didik maupun masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut
“digugu” (ditaati nasehat/ucapan/perintahnya) dan “ditiru” (di contoh sikap dan
perilakunya).Kepribadian guru merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan belajar anak didik.

Dalam kaitan ini, Zakiah Darajat dalam Syah menegaskan bahwa kepribadian itulah yang akan
menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah
akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik
yang masih kecil (tingkat dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat
menengah)7. Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam
menggeluti profesinya adalah meliputi fleksibilitas kognitif dan keterbukaan psikologis.
Fleksibilitas kognitif atau keluwesan ranah cipta merupakan kemampuan berpikir yang diikuti
dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel pada
umumnya ditandai dengan adanya keterbukaan berpikir dan beradaptasi.

Selain itu, ia memiliki resistensi atau daya tahan terhadap ketertutupan ranah cipta yang
prematur dalam pengamatan dan pengenalan.Dalam Undang-undang Guru dan Dosen
dikemukakan kompetensi kepribadian adalah “kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak

7
Syah Pendidik dan Pendidikan,(Jakarta : Aneka Jaya,2000),225-226
mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik”. Surya menyebut kompetensi
kepribadian ini sebagai kompetensi personal, yaitu kemampuan pribadi seorang guru yang
diperlukan agar dapat menjadi guru yang baik. Kompetensi personal ini mencakup kemampuan
pribadi yang berkenaan dengan pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan
perwujudan diri8. Gumelar dan Dahyat merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher
Education, mengemukakan kompetensi pribadi meliputi (1) pengetahuan tentang adat istiadat
baik sosial maupun agama, (2) pengetahuan tentang budaya dan tradisi, (3) pengetahuan tentang
inti demokrasi, (4) pengetahuan tentang estetika, (5) memiliki apresiasi dan kesadaran sosial, (6)
memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan, (7) setia terhadap harkat dan
martabat manusia9. Sedangkan kompetensi guru secara lebih khusus lagi adalah bersikap empati,
terbuka, berwibawa, bertanggung jawab dan mampu menilai diri pribadi. Johnson sebagaimana
dikutip Anwar mengemukakan kemampuan personal guru, mencakup (1) penampilan sikap yang
positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan
beserta unsur-unsurnya, (2) pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang
seyogyanya dianut oleh seorang guru, (3) kepribadian, nilai, sikap hidup ditampilkan dalam
upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya10. Arikunto
mengemukakan kompetensi personal mengharuskan guru memiliki kepribadian yang mantap
sehingga menjadi sumber inspirasi bagi subyek didik, dan patut diteladani oleh
siswa11.Berdasarkan uraian di atas, kompetensi kepribadian guru tercermin dari indikator (1)
sikap, dan (2) keteladanan.

Yang dimaksud dengan komptensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang


mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak
mulia. Subkompetensi mantap dan stabil memiliki indicator esensial yakni bertindak sesuai
dengan hokum, bertindak sesuai dengan norma social, bangga menjadi guru dan memiliki
konsistensi dalam bertindak dan bertutur.

Guru yang dewasa akan menampilkan kemandirian dalam bertindak dam memiliki etos kerja
yang tinggi. Sementara itu, guru yang arif akan mampu melihat manfaat pembelajaran bagi

8
Surya, Pendidikan Pendidik. (Jakarta : Rajawali, 2003),138
9
Gumelar dan Dahsyat, Masyarakat Terdidik dan Terlatih. ( Bandung : Mega Surya ,2002),127
10
Anwar, Didik Mendidik.. ( Yogyakarta: Surtabranta Press,2004),63
11
Arikunto, Pendidikan. (Semarang : Undip Press,1993),239
peserta didik, sekolah dan masyarakat, menunjukkan sikap terbuka dalam berfkir dan bertindak.
Berwibawa mengandung makna bahwa guru memiliki prilaku yang berpengaruh positif terhadap
peserta didik dan perilaku yang disegani.

Yang paling utama dalam kepribadian guru adalah berakhlak mulia. Ia dapat menjadi teladan
dan bertindak sesuai normaagama (iman, dan taqwa, jujur, ikhlas dan suka menolong serta
memilki perilaku yang dapat dicontoh.

Tanpa bermaksud mengabaikan salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang guru,
kompetensi kepribadian kiranya harus mendapatkan perhatian yang lebih. Sebab, kompetensi ini
akan berkaitan dengan idealisme dan kemampuan untuk dapat memahami dirinya sendiri dalam
kapasitas sebagai pendidik.

Mengacu kepada standar nasional pendidikan, kompetensi kepribadian guru meliputi:

(1) Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil, yang indikatornya bertindak sesuai dengan
norma hukum, norma sosial. Bangga sebagai pendidik, dan memiliki konsistensi dalam bertindak
sesuai dengan norma.

(2) Memiliki kepribadian yang dewasa, dengan ciri-ciri, menampilkan kemandirian dalam
bertindak sebagai pendidik yang memiliki etos kerja.

(3) Memiliki kepribadian yang arif, yang ditunjukkan dengan tindakan yang bermanfaat bagi
peserta didik, sekolah dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan
bertindak.

(4) Memiliki kepribadian yang berwibawa, yaitu perilaku yang berpengaruh positif terhadap
peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani. (5) Memiliki akhlak mulia dan menjadi
teladan, dengan menampilkan tindakan yang sesuai dengan norma religius (iman dan takwa,
jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.

Esensi kompetensi kepribadian guru semuanya bermuara ke dalam intern pribadi guru.
Kompetensi pedagogik, profesional dan sosial yang dimiliki seorang guru dalam melaksanakan
pembelajaran, pada akhirnya akan lebih banyak ditentukan oleh kompetensi kepribadian yang
dimilikinya. Tampilan kepribadian guru akan lebih banyak memengaruhi minat dan antusiasme
anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Pribadi guru yang santun, respek terhadap siswa,
jujur, ikhlas dan dapat diteladani, mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan
dalam pembelajaran apa pun jenis mata pelajarannya.

Oleh karena itu, dalam beberapa kasus tidak jarang seorang guru yang mempunyai kemampuan
mumpuni secara pedagogis dan profesional dalam mata pelajaran yang diajarkannya, tetapi
implementasinya dalam pembelajaran kurang optimal. Hal ini boleh jadi disebabkan tidak
terbangunnya jembatan hati antara pribadi guru yang bersangkutan sebagai pendidik dan
siswanya, baik di kelas maupun di luar kelas. Upaya pemerintah meningkatkan kemampuan
pedagogis dan professional guru banyak dilakukan, baik melalui pelatihan, workshop, maupun
pemberdayaan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). Akan tetapi, hal tersebut kurang
menyentuh peningkatan kompetensi kepribadian guru.

Kita patut bertanya mengapa pendidikan kita banyak menghasilkan anak didik yang cerdas,
pintar dan terampil, tapi belum banyak menghasilkan anak didik yang memiliki kepribadian yang
sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga, bangsa kita mengalami krisis multidimensional yang
berkepanjangan yang tiada ujungnya. Jangan-jangan ini semua buah kita sebagai pendidik yang
belum menampilkan kepribadian yang patut diteladani oleh anak didik kita.

Kepribadian Guru

Hingga saat ini pemerintah telah berupaya mewujudkan guru profesional. Upaya
meningkatkan kualifikasi guru menjadi D-IV atau S1mulai dilakukan, kompetensi dan
kompensasi guru diperbaiki. Menurut penulis upaya tersebut adalah penting, karena ia berfungsi
sebagai pemelihara kinerjanya, tetapi belumlah cukup untuk mewujudkan guru profesional yang
bermartabat dan beradab, masih diperlukan bekal kepribadian yang berawal dari motivasi
menjadi guru sebagai panggilan hidupnya, mengingat guru bukanlah jenis "manusia super",
melainkan manusia biasa, sama dengan manusia biasa lainnya. Yang membedakannya dari
manusia yang bukan guru adalah niat atau motivasinya, dedikasinya, idealismenya,
kompetensinya dan profesionalismenya", demikian Winarno Surakhmad (2006) dalam
makalahnya berjudul "Program Daerah: Pendidikan Mandiri Berkualitas".
PP No.19/2005 pasal 28 dan Draf PP Guru menyatakan; "kompetensi kepribadian guru
adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan
bagi peserta didik dan masyarakat, mampu mengevaluasi kinerjanya sendiri, dan
mengembangkan diri secara berkelanjutan". Gage (1978) mempertegas bahwa "the scientific
basic of the art of teaching" adalah kemampuan serta kebiasaan guru mengembangkan
profesionalitas dirinya secara berkelanjutan.

Pada Pedoman Sertifikasi Kompetensi Pendidik (2004) memuat standar kompetensi


kepribadian guru terkait dengan profesionalismenya, yakni kemampuan; (1) menyesuaikan diri
dengan lingkungan kerjanya; (2) menilai kinerjanya sendiri; (3) bekerja mandiri dan bekerjasama
dengan orang lain; (4) mencari sumber-sumber baru dalam bidang studinya; (5) komitmen
terhadap profesi dan tugas profesional; (6) berkomunikasi dengan teman sejawat dan peserta
didik; dan (7) meningkatkan diri dalam kinerja profesinya12.

Secara lebih specifik kompetensi kepribadian guru tersebut dijabarkan sebagai berikut;
(1) selalu menampilkan diri sebagai pribadi mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa yang
ditandai, antara lain melalui pembiasaan diri dalam; menerima dan memberi kritik dan saran,
mentaati peraturan, konsisten dalam bersikap dan bertindak, meletakkan persoalan sesuai pada
tempatnya; dan melaksanakan tugas secara mandiri, tuntas, dan bertanggung jawab; (2) selalu
menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan sebagai teladan bagi murid dan
masyarakat yang tercermin melalui pembiasaan diri dalam; berprilaku santun, berprilaku
mencerminkan ketaqwaan, dan berprilaku yang dapat diteladani oleh murid dan masyarakat; (3)
berprilaku sebagai pendidik profesional yang dicirikan, antara lain; membiasakan diri
menerapkan kode etik profesi guru dalam kehidupan sehari-hari, menunjukkan komitmen
sebagai pendidik, dan mengembangkan etos kerja secara bertanggung jawab; (4) mampu
mengembangkan diri secara terus menerus sebagai pendidik yang dicirikan keinginan melatih
diri dalam memanfaatkan berbagai sumber untuk meningkatkan pengetahuan/ketrampilan/dan
kepribadian, mengikuti berbagai kegiatan yang menunjang pengembangan profesi keguruan,
melakukan berbagai kegiatan yang memupuk kebiasaan membaca dan menulis, mengembangkan
dan menyelenggarakan kegiatan yang menunjang profesi guru; (5) mampu menilai kinerjanya
sendiri yang dikaitkan dalam pencapaian utuh pendidikan yang dicirikan antara lain; mengkaji
12
Syah,Op.Cit.,233
strategi berfikir reflektif untuk melakukan penilaian kinerja sendiri, memecahkan masalah dan
meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pendidikan, membiasakan diri menilai kinerjanya
sendiri dan melakukan refleksi untuk perbaikan di masa depan, dan menindaklanjuti hasil
penilaian kinerjanya untuk kepentingan peserta didik; (6) mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas, dan riset lainnya (7) mampu berkomunikasi
secara efektif dengan orang tua peserta didik, sesama pendidik, dan masyarakat dalam program
pembelajaran khususnya dan peningkatan kulitas pendidikan umumnya, bersikap inovatif,
adaptif dan kritis terhadap lingkungan13.

Kompetensi Sosial

Menurut Adam ( dalam Martani & Adiyanti, 1991) kompetensi sosial mempunyai
hubungan yang erat dengan penyesuaian sosial dan kualitas interaksi antar pribadi14. Membangun
kompetensi sosial pada kelompok bermain dapat dimulai dengan membangun interaksi di antara
anak-anak, interaksi yang dibangun dimulai dengan bermain hal-hal yang sederhana, misalnya
bermain peran, mentaati tata tertib dalam kelompoknya, sehingga kompetensi sosialnya akan
terbangun. Kompetensi sosial merupakan salah satu jenis kompetensi yang harus dimiliki oleh
anak-anak dan pemilikan kompetensi ini merupakan suatu hal yang penting. Menurut Leahly
(1985) kompentensi merupakan suatu bentuk atau dimensi evaluasi diri (self evaluation), dengan
kompetensi yang dimilikinya.

Ross-Krasnor (Denham dkk, 2003) mendefinisikan kompetensi sosial sebagai keefektifan


dalam berinteraksi, hasil dari perilaku-perilaku teratur yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan
pada masa perkembangan dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Bagi anak pra
sekolah, perilaku yang menunjukkan kompetensi sosial berkisar pada tugas-tugas utama
perkembangan yaitu menjalin ikatan positif dan self regulations selama berinteraksi dengan
teman sebaya. Dalam pandangan teoritis kompetensi sosial, terdapat dua fokus pengukuran yaitu
pada diri atau orang lain, dalam hal ini adalah mengukur kesuksesan anak dalam memenuhi
tujuan pribadi atau hubungan interpersonal anak.

13
Ibid.,244
14
Martini, Kompetensi Sosial dan Kepercayaan Diri Remaja.( Yogyakarta : UGM Press,1990),13
Beberapa pakar di bidang psikologi dan pendidikan berasumsi bahwa kompetensi sosial
merupakan dasar bagi kualitas hubungan antar teman sebaya yang akan terbentuk (Adam, 1983).
Keberhasilan untuk masuk dan menjadi bagian dari kelompok teman sebaya atau kompetensi
dengan teman bukanlah hal yang mudah. Hal ini tidak diukur dengan menghitung banyaknya
jumlah hubungan yang dilakukan seorang anak dengan anak-anak lainnya, apabila hubungan
seorang anak sebagian besar dalam bentuk agresi atau asimetris terus-menerus (bersama anak
yang selalu menjadi pengikut), hal ini tidak menunjukkan kompetensi sosial walaupun dia sering
berinteraksi. Sebaliknya, terkadang bermain sendiri tidak berarti kurang berkompetensi sosial.
Bermain sendiri berbeda dengan “sendirian” (hanya berada di dekat kelompok tetapi tidak
bergabung) (Coplat dkk, dalam Sroufe dkk, 1996).

Kompetensi sosial adalah kemampuan anak untuk mengajak maupun merespon teman-
temannya dengan perasaan positif, tertarik untuk berteman dengan teman-temannya serta
diperhatikan dengan baik oleh mereka, dapat memimpin dan juga mengikuti, mempertahankan
sikap memberi dan menerima dalam berinteraksi dengan temannya ( Vaughn dan Waters dalam
Sroufe dkk, 1996 ), dikarenakan anak-anak prasekolah lebih memilih teman bermain yang
berperilaku proporsional ( Hart dkk. dalam Papalia dkk, 2002 ).
Singkatnya individu yang berkompeten mampu menggunakan ketrampilan dan pengetahuan
untuk melakukan relasi positif dengan orang lain (Asher dkk dalam Pertiwi, 1999). Ford
(Latifah, 2000) memberi definisi lain namun tidak jauh berbeda mengenai kompetensi sosial
yaitu tindakan yang sesuai dengan tujuan dalam konteks sosial tertentu, dengan menggunakan
cara-cara yang tepat dan memberikan efek yang positif bagi perkembangan 15. Selanjutnya dapat
dikatakan bahwa orang yang memiliki kompetensi sosial yang tinggi mampu mengekspresikan
perhatian sosial lebih banyak, lebih simpatik, lebih suka menolong dan lebih dapat mencintai.

Kompetensi Profesional

Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi
profesional adalah “kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam”. Surya
mengemukakan kompetensi profesional adalah berbagai kemampuan yang diperlukan agar dapat
mewujudkan dirinya sebagai guru profesional16.
15
Latifah, Kompetensi Sosial , Status Sosial, dan Viktimasi Di Sekolah Dasar.(Yogyakarta : UGM Press,2000),22
16
Surya, Op.Cit.,138
Kompetensi profesional meliputi kepakaran atau keahlian dalam bidangnya yaitu
penguasaan bahan yang harus diajarkannya beserta metodenya, rasa tanggung jawab akan
tugasnya dan rasa kebersamaan dengan sejawat guru lainnya. Gumelar dan Dahyat merujuk pada
pendapat Asian Institut for Teacher Education, mengemukakan kompetensi profesional guru
mencakup kemampuan dalam hal (1) mengerti dan dapat menerapkan landasan pendidikan baik
filosofis, psikologis, dan sebagainya, (2) mengerti dan menerapkan teori belajar sesuai dengan
tingkat perkembangan perilaku peserta didik, (3) mampu menangani mata pelajaran atau bidang
studi yang ditugaskan kepadanya, (4) mengerti dan dapat menerapkan metode mengajar yang
sesuai, (5) mampu menggunakan berbagai alat pelajaran dan media serta fasilitas belajar lain, (6)
mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pengajaran, (7) mampu melaksanakan
evaluasi belajar dan (8) mampu menumbuhkan motivasi peserta didik17.

Johnson sebagaimana dikutip Anwar mengemukakan kemampuan profesional mencakup


(1) penguasaan pelajaran yang terkini atas penguasaan bahan yang harus diajarkan, dan konsep-
konsep dasar keilmuan bahan yang diajarkan tersebut, (2) penguasaan dan penghayatan atas
landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan, (3) penguasaan proses-proses kependidikan,
keguruan dan pembelajaran siswa18. Arikunto mengemukakan kompetensi profesional
mengharuskan guru memiliki pengetahuan yang luas dan dalam tentang subject matter (bidang
studi) yang akan diajarkan serta penguasaan metodologi yaitu menguasai konsep teoretik,
maupun memilih metode yang tepat dan mampu menggunakannya dalam proses belajar
mengajar19.Depdiknas mengemukakan kompetensi profesional meliputi (1) pengembangan
profesi, pemahaman wawasan, dan penguasaan bahan kajian akademik20.

Pengembangan profesi meliputi (1) mengikuti informasi perkembangan iptek yang


mendukung profesi melalui berbagai kegiatan ilmiah, (2) mengalihbahasakan buku
pelajaran/karya ilmiah, (3) mengembangkan berbagai model pembelajaran, (4) menulis makalah,
(5) menulis/menyusun diktat pelajaran, (6) menulis buku pelajaran, (7) menulis modul, (8)
menulis karya ilmiah, (9) melakukan penelitian ilmiah (action research), (10) menemukan
teknologi tepat guna, (11) membuat alat peraga/media, (12) menciptakan karya seni, (13)

17
Gumelar dan Dahsyat, Op,Cit.,127
18
Anwar, Op.Cit.,63
19
Arikunto,Op.Cit.,239
20
Depdinas, Peraturan Perundang-Undangan tentang pendidikan tahun 2005.(Jakarta : Depdiknas,2004),
mengikuti pelatihan terakreditasi, (14) mengikuti pendidikan kualifikasi, dan (15) mengikuti
kegiatan pengembangan kurikulum.

Pemahaman wawasan meliputi (1) memahami visi dan misi, (2) memahami hubungan
pendidikan dengan pengajaran, (3) memahami konsep pendidikan dasar dan menengah, (4)
memahami fungsi sekolah, (5) mengidentifikasi permasalahan umum pendidikan dalam hal
proses dan hasil belajar, (6) membangun sistem yang menunjukkan keterkaitan pendidikan dan
luar sekolah.Penguasaan bahan kajian akademik meliputi (1) memahami struktur pengetahuan,
(2) menguasai substansi materi, (3) menguasai substansi kekuasaan sesuai dengan jenis
pelayanan yang dibutuhkan siswa.Berdasarkan uraian di atas, kompetensi profesional guru
tercermin dari indikator (1) kemampuan penguasaan materi pelajaran, (2) kemampuan penelitian
dan penyusunan karya ilmiah, (3) kemampuan pengembangan profesi, dan (4) pemahaman
terhadap wawasan dan landasan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Didik Mendidik.. ( Yogyakarta: Surtabranta Press,2004)


Arikunto, Pendidikan. (Semarang : Undip Press,1993)
Depdinas, Peraturan Perundang-Undangan tentang pendidikan tahun 2005.(Jakarta:
Depdiknas,2004)
Gumelar dan Dahsyat, Masyarakat Terdidik dan Terlatih. ( Bandung : Mega Surya ,2002)
Latifah, Kompetensi Sosial , Status Sosial, dan Viktimasi Di Sekolah Dasar.(Yogyakarta : UGM
Press,2000)
Martini, Kompetensi Sosial dan Kepercayaan Diri Remaja.( Yogyakarta : UGM Press,1990)
Presiden RI, Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia no. 38 tahun 1992 tentang tenaga
kependidikan.(Jakarta :Depdikbud,1992)
Purwanto, Administrasi Pendidikan.(Bandung : Angkasa, 1984)
Saiful Sagala, Kemampuan Profesionalisme Guru dan Tenaga Kependidikan.
(Bandung:Alfabeta,2009)
Sanjaya , Strategi Pembelajaran : Berorientasi Standar Pendidikan.(Jakarta : Kencana Penada
Media, 2006)
Surya, Pendidikan Pendidik. (Jakarta : Rajawali, 2003)
Syah Pendidik dan Pendidikan,(Jakarta : Aneka Jaya,2000)

You might also like