You are on page 1of 32

PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH

DENGAN TEKNIK KELOMPOK (MEETING) TERHADAP

PENINGKATAN PRESTASI KERJA GURU

SMP NEGRI 4 NUSA PENIDA

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL (kalau ada dan tabel lebih dari 5 buah)

DAFTAR GAMBAR (kalau ada dan gambar lebih dari 5 buah)

DAFTAR LAMPIRAN (kalau lebih dari 5 buah)

BAB I

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), 2009 (I Nyoman Sudana)


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pelaksanaan fungsi dan tugasnya, guru sebagai profesi menyandang

persyaratan tertentu sebagaimana tertuang di dalam Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam pasal 39 (1) dan (2)

dinyatakan bahwa: Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi,

pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses

pendidikan pada satuan pendidikan.

Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab diatas, seorang guru

dituntut memiliki beberapa kemampuan dan ketrampilan tertentu. Kemampuan dan

ketrampilan tersebut sebagai bagian dari kompetensi profesionalisme guru. Kompetensi

merupakan suatu kemampuan yang mutlak dimiliki oleh guru agar tugasnya sebagai

pendidik dapat terlaksana dengan baik.

Tugas guru erat kaitannya dengan peningkatan sumber daya manusia melalui

sektor pendidikan, oleh karena itu perlu upaya-upaya untuk meningkatkan mutu guru

untuk menjadi tenaga profesional. Agar peningkatan mutu pendidikan dapat berhasil.

Sebagaimana dikemukakan oleh Tilaar (1999:104) peningkatan kualitas pendidikan

tergantung banyak hal, terutama mutu gurunya.Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara.

Untuk menjadikan guru sebagai tenaga professional maka perlu diadakan

pembinaan secara terus menerus dan berkesinambungan, dan menjadikan guru sebagai

tenaga kerja perlu diperhatikan, dihargai dan diakui keprofesionalannya.

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), 2009 (I Nyoman Sudana)


Membuat mereka menjadi professional tidak semata-mata hanya meningkatkan

kompetensinya baik melalui pemberian penataran, pelatihan maupun memperoleh

kesempatan untuk belajar lagi namun perlu juga memperhatikan guru dari segi yang lain

seperti peningkatan disiplin, pemberian motivasi, pemberian bimbingan melalui supervisi,

pemberian insentif, gaji yang layak dengan keprofesionalnya sehingga memungkinkan

guru menjadi puas dalam bekerja sebagai pendidik.

Kepuasan kerja bagi guru sebagai pendidik diperlukan untuk meningkatkan

kinerjanya. Kepuasan kerja berkenaan dengan kesesuaian antara harapan seseorang dengan

imbalan yang disediakan. Kepuasan kerja guru berdampak pada prestasi kerja, disiplin,

kualitas kerjanya. Pada guru yang puas terhadap pekerjaannya maka kinerjanya akan

meningkat kemungkinan akan berdampak positif terhadap peningkatan mutu pendidikan.

Kinerja guru atau prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang

dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas

kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu (Hasibuan, 2001:94). Kinerja guru

akan baik jika guru telah melakukan unsur-unsur yang terdiri dari kesetiaan dan

komitmen yang tinggi pada tugas mengajar, menguasai dan mengembangkan bahan

pelajaran, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas lainnya, kreativitas dalam pelaksanaan

pengajaran, kerjasama dengan semua warga sekolah, kepemimpinan yang menjadi panutan

siswa, kepribadian yang baik, jujur dan objektif dalam membimbing siswa, serta tanggung

jawab terhadap tugasnya. Oleh karena itu tugas kepala sekolah selaku manager adalah

melakukan penilaian terhadap kinerja guru.

Ada beberapa hal yang menyebabkan meningkatnya kinerja guru, namun penulis

mencoba mengkaji masalah supervisi yang diberikan oleh kepala sekolah. Supervisi dalam

hal ini adalah mengenai tanggapan guru terhadap pelaksanaan pembinaan dan bimbingan

yang diberikan oleh kepala sekolah yang nantinya berdampak kepada kinerja guru yaitu

kualitas pengajaran. Supervisi pendidikan didefinisikan sebagai proses pemberian layanan

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), 2009 (I Nyoman Sudana)


bantuan profesional kepada guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam

melaksanakan tugas-tugas pengelolaan proses pembelajaran secara efektif dan efisien

(Bafadal, 2004:46). Dengan adanya pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah diharapkan

memberi dampak terhadap terbentuknya sikap professional guru.

Sikap professional guru merupakan hal yang amat penting dalam memelihara dan

meningkatkan profesionalitas guru, karena selalu berpengaruh pada perilaku dan aktivitas

keseharian guru. Perilaku profesional akan lebih diwujudkan dalam diri guru apabila

institusi tempat ia bekerja memberi perhatian lebih banyak pada pembinaan, pembentukan,

dan pengembangan sikap profesional (Pidarta, 1996:380).

Kegiatan supervisi kepala sekolah akan berpengaruh secara psikologis terhadap

kinerja guru, guru yang puas dengan pemberian supervisi kepala sekolah dan motivasi

kerjanya tinggi maka ia akan bekerja dengan sukarela yang akhirnya dapat membuat

produktivitas kerja guru meningkat. Tetapi jika guru kurang puas terhadap pelaksanaan

supervisi kepala sekolah dan motivasi kerjanya rendah maka guru dalam bekerja kurang

bergairah, hal ini mengakibatkan produktivitas guru menurun.

Berdasarkan kenyataan yang ada di SMP Negeri 4 Nusa Penida belum maksimal

dilakukan supervisi dan masih banyak kendala atau persoalan yang berkaitan dengan

pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah. Partisipasi guru untuk di supervisi masih

rendah, mereka beranggapan bahwa supervisi adalah pengawasan atau penilaian yang

akhirnya kondite baginya, maka beberapa guru masih enggan untuk disupervisi.

Padahal tujuan supervisi untuk membantu guru-guru melihat dengan jelas tujuan

pendidikan dan berusaha mencapai tujuan pendidikan itu dengan membina dan

mengembangkan metode-metode dan prosedur pengajaran yang lebih baik.

Bertitik tolak dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul “Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru

SMP Negeri 4 Nusa Penida Tahun Ajaran 2009/2010”

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), 2009 (I Nyoman Sudana)


B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru SMP Negeri 4 Nusa

Penida?

2. Seberapa besar pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru SMP Negeri

4 Nusa Penida ?

A. Pembatasan Masalah

Dari permasalahan diatas, dalam penelitian tindakan sekolah ini akan dilakukan

tindakan supervisi kepala sekolah dengan pendekatan rapat/pertemuan(meeting) dalam

rangka mengetahui dan seberapa jauh peningkatan kinerja guru SMP Negeri 4 Nusa

Penida

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan

diats, maka rumusan masalah yang ditetapkan adalah “ Apakah ada Pengaruh Supervisi

Kepala Sekolah Dengan Teknik Kelompok (Meeting) Terhadap Peningkatan Kinerja

Guru” SMP negeri 4 Nusa Penida.

C. Pemecahan Masalah

Untuk memecahkan masalah tersebut diatas dipergunakan “ Apakah ada Pengaruh

Supervisi Kepala Sekolah Dengan Teknik Kelompok (Meeting) Terhadap

Peningkatan Kinerja Guru ” SMP negeri 4 Nusa Penida.

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dijabarkan di atas, maka tujuan penelitian yang

hendak dicapai adalah:

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), 2009 (I Nyoman Sudana)


1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap kinerja

guru SMP Negeri 4 Nusa Penida

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap kinerja

guru SMP Negeri 4 Nusa Penida

A. Manfaat Penelitian

1. Kegunaan secara teoritis

a) Untuk mengembangkan pengetahuan mengenai supervisi kepala sekolah, dan

kinerja.

b) Untuk mengembangkan wawasan mengenai supervisi kepala sekolah, dan kinerja

guru SMP Negeri 4 Nusa Penida

1. Kegunaan secara praktis

a) Sebagai bahan masukan atau input bagi SMP Negeri 4 Nusa Penida agar mampu

mengambil langkah-langkah tepat dalam upaya meningkatkan kinerja guru

melalui supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja guru.

b) Memberi dorongan para guru untuk meningkatkan kinerjanya dengan melalui

supervisi kepala sekolah yang nantinya dapat meningkatkan mutu pendidikan.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Supervisi Kepala Sekolah

1. Pengertian Supervisi Kepala Sekolah

Supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk

membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka

secara efektif (Purwanto, 2003:32)

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), 2009 (I Nyoman Sudana)


Menurut Jones dalam Mulyasa (2003:155), supervisi merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan yang ditujukan terutama

untuk mengembangkan efektivitas kinerja personalia sekolah yang berhubungan tugas-

tugas utama pendidikan. Menurut carter, supervisi adalah usaha dari petugas-petugas

sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki

pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan

perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran

dan metode serta evaluasi pengajaran (Sahertian, 2000:17)

Supervisi adalah aktivitas menentukan kondisi/syarat-syarat yang essensial

yang akan menjamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Dari definisi tersebut maka

tugas kepala sekolah sebagai supervisor berarti bahwa dia hendaknya pandai meneliti,

mencari, dan menentukan syarat-syarat mana sajakah yang diperlukan bagi kemajuan

sekolahnya sehingga tujuan-tujuan pendidikan di sekolah itu semaksimal mungkin

dapat tercapai.

Jadi supervisi kepala sekolah merupakan upaya seorang kepala sekolah dalam

pembinaan guru agar guru dapat meningkatkan kualitas mengajarnya dengan melalui

langkah-langkah perencanaan, penampilan mengajar yang nyata serta mengadakan

perubahan dengan cara yang rasional dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Karakteristik supervisi

Menurut Mulyasa (2004:112) Salah satu supervisi akademik yang populer

adalah supervisi klinis, yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

a) Supervisi diberikan berupa bantuan (bukan perintah), sehingga inisiatif tetap

berada di tangan tenaga kependidikan.

b) Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama kepala sekolah

sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan.

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), 2009 (I Nyoman Sudana)


c) Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru dan kepala

sekolah.

d) Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan mendahulukan

interpretasi guru.

e) Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka, dan supervisor lebih

banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan guru daripada memberi saran

dan pengarahan.

f) Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu pertemuan awal, pengamatan,

dan umpan balik.

g) Adanya penguatan dan umpan balik dari kepala sekolah sebagai supervisor

terhadap perubahan perilaku guru yang positif sebagai hasil pembinaan.

h) Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan suatu keadaan dan

memecahkan suatu masalah.

1. Faktor yang mempengarui berhasil tidaknya supervisi

Menurut Purwanto (2004:118) ada beberapa faktor yang mempengaruhi

berhasil tidaknya supervisi atau cepat-lambatnya hasil supervisi antara lain:

a) Lingkungan masyarakat tempat sekolah itu berada. Apakah sekolah itu di kota

besar, di kota kecil, atau pelosok. Dilingkungan masyarakat orang-orang kaya atau

dilingkungan orang-orang yang pada umumnya kurang mampu. Dilingkungan

masyarakat intelek, pedagang, atau petani dan lain-lain.

b) Besar-kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah. Apakah

sekolah itu merupakan kompleks sekolah yang besar, banyak jumlah guru dan

muridnya, memiliki halaman dan tanah yang luas, atau sebaliknya.

c) Tingkatan dan jenis sekolah. Apakah sekolah yang di pimpin itu SD atau sekolah

lanjutan, SLTP, SMU atau SMK dan sebagainya semuanya memerlukan sikap dan

sifat supervisi tertentu.

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), 2009 (I Nyoman Sudana)


d) Keadaan guru-guru dan pegawai yang tersedia. Apakah guru-guru di sekolah itu

pada umumnya sudah berwenang, bagaimana kehidupan sosial-ekonomi, hasrat

kemampuannya, dan sebagainya.

e) Kecakapan dan keahlian kepala sekolah itu sendiri. Di antara faktor-faktor yang

lain, yang terakhir ini adalah yang terpenting. Bagaimanapun baiknya situasi dan

kondisi yang tersedia, jika kepala sekolah itu sendiri tidak mempunyai kecakapan

dan keahlian yang diperlukan, semuanya itu tidak akan ada artinya. Sebaliknya,

adanya kecakapan dan keahlian yang dimiliki oleh kepala sekolah, segala

kekurangan yang ada akan menjadi perangsang yang mendorongnya untuk selalu

berusaha memperbaiki dan menyempurnakannya.

1. Fungsi kepala sekolah sebagai supervisor pengajaran

Kegiatan atau usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah sesuai

dengan fungsinya sebagai supervisor antara lain:

a) Membangkitkan dan merangsang guru-guru dan pegawai sekolah di dalam

menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya.

b) Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan sekolah termasuk

media instruksional yang diperlukan bagi kelancaran dan keberhasilan proses

belajar-mengajar.

c) Bersama guru-guru berusaha mengembangkan, mencari, dan menggunakan

metode-metode mengajar yang lebih sesuai dengan tuntutan kurikulum yang

sedang berlaku.

d) Membina kerja sama yang baik dan harmonis di antara guru-guru dan pegawai

sekolah lainnya.

e) Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai sekolah,

antara lain dengan mengadakan diskusi-diskusi kelompok, menyediakan

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), 2009 (I Nyoman Sudana)


perpustakaan sekolah, dan atau mengirim mereka untuk mengikuti penataran-

penataran, seminar, sesuai dengan bidangnya masing-masing.

f) Membina hubungan kerja sama antara sekolah dengan BP3 atau komite sekolah

dalam rangka peningkatan mutu pendidikan para siswa.

1. Teknik-teknik supervisi

Menurut Purwanto (2004:120-122), secara garis besar cara atau tehnik

supervisi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu tehnik perseorangan dan teknik

kelompok.

a) Teknik perseorangan

Yang dimaksud dengan teknik perseorangan ialah supervisi yang dilakukan

secara perseorangan. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain :

1. Mengadakan kunjungan kelas (classroom visition)

Yang dimaksud dengan kunjungan kelas ialah kunjungan sewaktu-

waktu yang dilakukan oleh seorang supervisor (kepala sekolah) untuk melihat

atau mengamati seorang guru yang sedang mengajar. Tujuannya untuk

mengobservasi bagaimana guru mengajar, apakah sudah memenuhi syarat-

syarat didaktis atau metodik yang sesuai. Dengan kata lain, untuk melihat apa

kekurangan atau kelemahan yang sekiranya masih perlu diperbaiki.

2. Mengadakan kunjungan observasi (observation visits)

Guru-guru dari suatu sekolah sengaja ditugaskan untuk

melihat/mengamati seorang guru yang sedang mendemonstrasikan cara-cara

mengajar suatu mata pelajaran tertentu. Misalnya cara menggunakan alat

atau media yang baru, seperti audio-visual aids, cara mengajar dengan metode

tertentu, seperti misalnya sosiodrama, problem solving, diskusi panel, fish

bowl, metode penemuan (discovery), dan sebagainya.

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), 2009 (I Nyoman Sudana)


3. Membimbing guru-guru tentang cara-cara mempelajari pribadi siswa dan atau

mengatasi problema yang dialami siswa

Banyak masalah yang dialami guru dalam mengatasi kesulitan-kesulitan

belajar siswa. Misalnya siswa yang lamban dalam belajar, tidak dapat

memusatkan perhatian, siswa yang nakal, siswa yang mengalami perasaan

rendah diri dan kurang dapat bergaul dengan teman-temannya.

Masalah-masalah yang sering timbul di dalam kelas yang disebabkan oleh

siswa itu sendiri lebih baik dipecahkan atau diatasi oleh guru kelas itu sendiri

daripada diserahkan kepada guru bimbingan atau konselor yang mungkin

akan memakan waktu yang lebih lama untuk mengatasinya.

4. Membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan

pelaksanaan kurikulum sekolah. Antara lain :

1) Menyusun program catur wulan atau program semester

2) Menyusun atau membuat program satuan pelajaran

3) Mengorganisasikan kegiatan-kegiatan pengelolaan kelas

4) Melaksanakan teknik-teknik evaluasi pengajaran

5) Menggunakan media dan sumber dalam proses belajar-mengajar

6) Mengorganisasikan kegiatan-kegiatan siswa dalam bidang ekstrakurikuler,

study tour, dan sebagainya.

a) Teknik kelompok

Ialah supervisi yang dilakukan secara kelompok. Beberapa kegiatan yang

dapat dilakukan antara lain :

1) Mengadakan pertemuan atau rapat (meetings)

Seorang kepala sekolah yang baik umumnya menjalankan tugasnya

berdasarkan rencana yang telah disusunnya. Termasuk didalam perencanaan itu

antara lain mengadakan rapat-rapat secara periodik dengan guru-guru.

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), 2009 (I Nyoman Sudana)


2) Mengadakan diskusi kelompok (group discussions)

Diskusi kelompok dapat diadakan dengan membentuk kelompok-

kelompok guru bidang studi sejenis. Kelompok-kelompok yang telah terbentuk

itu diprogramkan untuk mengadakan pertemuan/diskusi guna membicarakan

hal-hal yang berhubungan dengan usaha pengembangan dan peranan proses

belajar-mengajar.

3) Mengadakan penataran-penataran (inservice-training)

Teknik supervisi kelompok yang dilakukan melalui penataran-penataran

sudah banyak dilakukan. Misalnya penataran untuk guru-guru bidang studi

tertentu, penataran tentang metodologi pengajaran, dan penataran tentang

administrasi pendidikan. Mengingat bahwa penataran-penataran tersebut pada

umumnya diselenggarakan oleh pusat atau wilayah, maka tugas kepala sekolah

terutama adalah mengelola dan membimbing pelaksanaan tindak lanjut (follow-

up) dari hasil penataran, agar dapat dipraktekkan oleh guru-guru.

Menurut Gwynn, dalam Bafadal (2004 :48-50), teknik supervisi

digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu teknik perorangan dan teknik

kelompok. Teknik supervisi individual meliputi : 1) kunjungan kelas, 2)

percakapan pribadi, 3) kunjungan antarkelas, 4) penilaian sendiri. Sedang teknik

supervisi kelompok meliputi : 1) kepanitiaan, 2) kursus, 3) laboratorium

kelompok, 4) bacaan terpimpin, 5) demonstrasi pembelajaran, 6) perjalanan staf,

7) diskusi panel, 8) perpustakaan profesional, 9) organisasi profesional, 10)

bulletin supervisi, 11) sertifikasi guru, 12) tugas belajar, 13) pertemuan guru.

Dari beberapa pendapat dan uraian tersebut diatas dapat diambil

kesimpulan, bahwa supervisi kepala sekolah adalah proses pembinaan kepala

sekolah kepada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar.

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), 2009 (I Nyoman Sudana)


Adapun teknik yang biasa digunakan adalah kunjungan kelas, pertemuan

baik formal maupun informal serta melibatkan guru lain yang dianggap berhasil

dalam proses belajar mengajar. Ada beberapa teknik yang biasa digunakan

kepala sekolah dalam mensupervisi gurunya, namun dalam penelitian ini hanya

indikator : kunjungan kelas, semangat kerja guru, pemahaman tentang

kurikulum, pengembangan metode dan evaluasi, rapat-rapat pembinaan, dan

kegiatan rutin diluar mengajar yang kami teliti sedangkan indikator lain tidak

kami teliti karena kurang mengungkap masalah yang kami teliti

A. Kinerja Guru

1. Pengertian Kinerja

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud 1990:503) kinerja

berarti sesuatu yang dicapai, prestasi diperlihatkan atau kemampuan kerja. Dalam

sebuah artikel yang diterbitkan oleh lembaga administrasi negara (1992:12)

merumuskan kinerja merupakan terjemahan bebas dari istilah Performance yang

artinya adalah prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau pencapaian kerja atau hasil

kerja.

Menurut Simamora (1997:327) kinerja adalah tingkat pencapaian standar

pekerjaan. Sementara Nawawi (1997:235) menegaskan bahwa kinerja yang

diistilahkan sebagai karya adalah hasil pelaksanaan suatu pekerjaan, baik fisik /

material maupun non material.

Menurut Anwar (1986:86) memberikan pengertian kinerja sama dengan

performance yang esensinya adalah berapa besar dan berapa jauh tugas-tugas yang

telah dijabarkan telah dapat diwujudkan atau dilaksanakan yang berhubungan

dengan tugas dan tanggung jawab yang menggambarkan pola perilaku sebagai

aktualisasi dan kompetensi yang dimiliki. Dalam kajian yang berkenaan dengan

profesi guru, Anwar (1986: 22) memberikan pengertian kinerja sebagai seperangkat

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), 2009 (I Nyoman Sudana)


perilaku nyata yang ditunjukkan oleh seorang guru pada waktu memberikan

pelajaran kepada siswanya. Kinerja guru dapat dilihat saat dia melaksanakan

interaksi belajar-mengajar dikelas termasuk persiapannya baik dalam benmtuk

program semester maupun persiapan mengajar.

Kesimpulan yang dapat diambil dari pendapat dan teori kinerja guru diatas,

bahwa kinerja guru adalah persiapan, pelaksanaan, dan pencapaian guru dalam

melaksanakan interaksi belajar mengajar dikelas.

2. Unsur Kinerja

Berdasarkan pengertian diatas kinerja mengandung 3 (tiga) unsur, yaitu:

a. Unsur waktu, dalam arti hasil-hasil yang dicapai oleh usaha-usaha tertentu,

dinilai dalam satu putaran waktu atau sering disebut periode. Ukuran periode

dapat menggunakan satuan jam, hari, bulan maupun tahun.

b. Unsur hasil, dalam arti hasil-hasil tersebut merupakan hasil rata-rata pada akhir

periode tersebut. Hal ini tidak berarti mutlak setengah periode harus

memberikan hasil setengah dari keseluruhan.

c. Unsur metode, dalam arti seorang pegawai harus menguasai betul dan bersedia

mengikuti pedoman yang telah ditentukan, yaitu metode kerja yang efektif dan

efisien, ditambahkan pula dalam bekerjanya pegawai tersebut harus bekerja

dengan penuh gairah dan tekun serta bukan berarti harus bekerja berlebihan.

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang, baik yang berasal

dari dalam diri maupun yang berasal dari luar. Tiffin dan Mccormick (1975: 79)

menyatakan ada 2 (dua) macam faktor yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang

yaitu:

a. Faktor Individual

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), 2009 (I Nyoman Sudana)


Yaitu faktor-faktor yang meliputi sikap, sifat-sifat kepribadian, sifat

fisik, keinginan atau motivasinya, umur, jenis kelamin, pendidikan,pengalaman

kerja, latar belakang budaya dan variabel-variabel personal lainnya.

b. Faktor Situasional

Faktor sosial dan organisasi, meliputi : kebijaksanaan organisasi, jenis

latihan dan pengawasan, sistem upah dan lingkungan sosial.

c. Faktor fisik dan pekerjaan, meliputi : metode kerja, desain dan kondisi alat-alat

kerja, penataan ruang kerja dan lingkungan kerja (seperti penyinaran,

kebisingan dan fentilasi).

1. Penilaian Kinerja

Tugas manajer (Kepala Sekolah) terhadap guru salah satunya adalah

melakukan penilaian atas kinerjanya. Penilaian ini mutlak dilaksanakan untuk

mengetahui kinerja yang telah dicapai oleh guru. Apakah kinerja yang dicapai setiap

guru baik, sedang, atau kurang. Penilaian ini penting bagi setiap guru dan berguna

bagi sekolah dalam menetapkan kegiatannya.

Penilaian kinerja menurut Simamora (1997: 415) adalah alat yang

berfaedah tidak hanya untuk mengevaluasi kerja dari para karyawan, tetapi juga

untuk mengembangkan dan memotivasi kalangan karyawan. Sejalan dengan

pendapat Hasibuan (2000: 87) penilaian prestasi adalah kegiatan manajer untuk

mengevaluasi prestasi kerja karyawan serta menetapkan kebijaksanaan selanjutnya.

Sehubungan dengan hal diatas maka penilaian kinerja guru berdasarkan Standar

Kompetensi Guru.

Dalam bukunya Suparlan yang berjudul Guru sebagai Profesi, standar

kompetensi guru dapat diartikan sebagai ”suatu ukuran yang ditetapkan atau

dipersyaratkan”. Lebih lanjut dinyatakan bahwa Standar Kompetensi Guru adalah

suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), 2009 (I Nyoman Sudana)


pengetahuan dan perilaku perbuatan bagi seorang guru agar berkelayakan untuk

menduduki jabatan fungsional sesuai dengan bidang tugas, kualifikasi dan jenjang

pendidikan. Berdasarkan pengertian tersebut, standar kompetensi guru dibagi dalam

tiga komponen yang saling mengait, yakni: 1.) pengelolaan pembelajaran, 2.)

pengembangan profesi, dan 3.) penguasaan akademik.

Ketiga komponen SKG tersebut, masing-masing terdiri atas beberapa

kompetensi, komponen pertama terdiri atas empat kompetensi, komponen kedua

memiliki satu kompetensi, dan komponen ketiga terdiri atas dua kompetensi.

Dengan demikian, ketiga komponen tersebut secara keseluruhan meliputi 7

(tujuh) kompetensi dasar, yaitu:

a. Penyusunan rencana pembelajaran

b. Pelaksanaan interaksi belajar- mengajar

c. Penilaian prestasi belajar peserta didik

d. Pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik

e. Pengembangan profesi

f. Pemahaman wawasan kependidikan

g. Penguasaan bahan kajian akademik (sesuai dengan mata pelajaran yang

diajarkan. (Standar Kompetensi Guru Direktorat Tenaga Kependidikan 2003)

Berdasarkan pendapat dan teori diatas bahwa supervisi merupakan proses

pembinaan kepala sekolah kepada guru dalam meningkatkan kinerja guru dan

motivasi kerja guru adalah dorongan untuk merubah kinerja guru kearah yang lebih

baik

A. Kerangka Berpikir

Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya

yakni kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara

pada pencapaian efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Untuk mewujudkan tujuan

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), 2009 (I Nyoman Sudana)


tersebut maka kinerja guru perlu ditingkatkan. Oleh karena itu diperlukan peran dari

kepala sekolah untuk mendorong bawahannya/guru-gurunya supaya berkinerja lebih

tinggi lagi.

Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi

pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Jika kepala sekolah sebagai

supervisor dapat melakukan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya dengan baik

melaksanakan supervisi pendidikan secara efektif dan profsional maka logikanya

pemberian supervisi oleh kepala sekolah akan meningkatkan kinerja guru.

Disamping itu motivasi kerja guru sebagai perangsang keinginan dan daya

gerak yang menyebabkan seorang guru bersemangat dalam mengajar karena terpenuhi

kebutuhannya. Guru yang bersemangat dalam mengajar terlihat dalam ketekunannya

ketika melaksanakan tugas, ulet, minatnya yang tinggi dalam memecahkan masalah,

penuh kreatif dan sebagainya. Hal ini berdampak pada kepuasan kerja guru yang

akhirnya mampu menciptakan kinerja yang baik.

Berdasarkan teori-teori diatas dapat dikemukakan bahwa terdapat pengaruh

antara supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru. Pengaruh

Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru SMP Negeri 4 Nusa

Penida Tahun Ajaran 2009/2010

B. Hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan

Laeli Kurniati. 2007. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja

terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 1 Purbalingga.

Permasalahan penelitian ini: adakah pengaruh supervisi kepala sekolah dan

motivasi kerja terhadap kinerja guru? Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh

supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja secara bersama-sama terhadap kinerja guru.

Hasil penelitian menunjukkan secara simultan supervisi kepala sekolah dan

motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja, ditunjukkan dari p value = 0,001 < 0,05.

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), 2009 (I Nyoman Sudana)


Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja

akan diikuti dengan tingginya kinerja guru, begitu sebaliknya.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Pada dasarnya desain hanya berfungsi sebagai fasilitas bagi tujuan peneletian dan

bersifat prosedural. Oleh karena itu, desain ditentukan oleh masalah penelitian, bukan

sebaliknya. Karena tujuan penelitian bervariasi, desain yang sesuai untuk mencapai tujuan

tersebut juga bervariasi. Masing-masing desain memiliki karakteristik yang berbeda-beda

dan memiliki kelebihan dan kelemahan.

Desain penelitian mengacu pada rencana dan struktur menyelidikan yang

digunakan untuk memperoleh bukti-bukti emperis dalam menjawab pertanyaan penelitian

(McMillan dan Schummacher, 1989).

Karya tulis ilmiah ini mengambil bentuk penelitian tindakan Sekolah (PTS) yaitu usaha

Meningkatan disiplin kerja guru dalan proses belajar mengajar memalui supervisi

individual dengan pendekatan tehnik kunjungan kelas, yang terdiri dari dua siklus dan

masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu, (1). perencanaan, (2), pelaksanaan

tindakan, (3).observasi/evaluasi, dan (4).refleksi.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), 2009 (I Nyoman Sudana)


Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Nusa

Penida, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung. Provinsi Bali.

SMP Negeri 4 Nusa Penida satu-satunya SMP Negeri yang berstandar Nasional

di Kecamatan Nusa Penida mewilayahi 2 (dua) desa yaitu Desa Lembongan dan Desa

Jungutbatu, dengan jumlah siswa 315 (tiga ratus lima belas) orang, terdiri dari 12 (dua

belas) kelas, dengan jumlah guru 31 (tiga puluh satu) orang, 3 (tiga) orang kwalifikasi S2,

28 (dua puluh delapan) kwalifikasi S1, 1(satu) orang D1.

Dilihat dari input yang masuk di SMP N 4 Nusa Penida tidak terlalu menonjol,

hal ini diakibatkan karena tidak adanya sekolah-sekolah swasta dilingkungan sekolah

dalam rangka menuntaskan pendidikan 9 tahun, hal ini berakibat prestasi yang dicapai

tidak terlalu membanggakan, sehingga merupakan tantangan besar bagi sekolah untuk

membentuk siswa yang berkompetensi. Untuk itu diperlukan usaha ekstra segenap

stakeholder sekolah, sarana prasarana yang memadai, sehingga proses belajar mengajar

dapat diselenggarakan dengan lancar.

Subyek Penelitian

Populasi Penelitian

Menurut Arikunto (1998:115), populasi adalah keseluruhan objek penelitian.

Maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMP Negeri 4 Nusa Penida yang

berjumlah 35 orang. Karena jumlah kurang dari 100, maka semua populasi menjadi

subyek penelitian. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Arikunto (1998:112), apabila

subyek kurang dari seratus lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan

penelitian populasi.

Dalam penelitian tindakan Sekolah (PTS) ini mengambil subyek penelitian yaitu

guru-guru di SMP Negeri 4 Nusa Penida, karena peneliti sebagai Kepala Sekolah di

sekolah ini.

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), 2009 (I Nyoman Sudana)


Obyek Penelitian dari penelitian tindakan sekolah ini adalah menerapkan

supervivi kepala sekolah dengan tehnik kelompok yaitu pendekatan

pertemuan/rapat(meeting) untuk meningkatan prestasi kerja guru dalam proses belajar

mengajar

Obyek Penelitian

Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu

penelitian (Arikunto,1998:99).

a. Variabel Bebas, yaitu variabel yang mempengaruhi terhadap sesuatu gejala. Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah Supervisi Kepala Sekolah dengan indikator: rapat-

rapat pembinaan.

b. Variabel Terikat, yaitu variabel yang dipengaruhi suatu gejala. Adapun yang menjadi

variabel terikat adalah Kinerja guru yakni standar kompetensi guru yang meliputi 7

(tujuh) kompetensi dasar, namaun dalan penelitian tindakan ini di ambil beberapa

kompetensi dasar antara lain : 1) penyusunan rencana pembelajaran, 2) pelaksanaan

interaksi belajar-mengajar, 3) penilaian prestasi belajar peserta didik, 4) pelaksanaan

tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik,

A. Perencanaan Tindakan

Rencana penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan untuk siklus I pada minggu

ke 2 (dua) bulan Agustus 2010 dan siklus II dilaksanakan minggu ke 2 (dua) dari bulan

September 2010.

Sebelum melakukan penelitian tindakan sekolah ini, dilakukan pendekatan

sosialisasi dalam rapat, bahwa akan dilaksanakan suatu penelitian tindakan sekolah

melalui supervisi teknik kelompok yaitu dengan cara melakukan pertemuan(metting)

dengan tujuan peningkatan prestasi kerja guru dalam perbaikan pembelajaran.

B. Pelaksanaan Tindakan

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), 2009 (I Nyoman Sudana)


Siklus 1

1. Perencanaan

a. Menyiapkan perlengakapan administrasi penelitian(Form Observasi dll)

b. Menetapkan waktu pelaksanaan pertemuan (metting)

c. Menyiapkan tempat dan perlengkapan pertemuan (metting)

1. Pelaksanaan

a. Pada awal pertemuan siklus 1 (pertama) ini peneliti menyampaikan tujuan

dilaksanakannya penetlitian tindakan sekolah ini.

b. Menyampaikan kepada guru-guru administrasi yang mesti disiapkan yang

sebelumnya sudah di informasikan.

c. Peneliti melakukan diskusi dan menyampaikan kepada guru-guru apa yang harus

disiapkan sebelum melaksanakan tugas di dalam kelas dalam rangkan persiaan

pembelajaran yang berhubungan dengan kinerja guru atau peningkatan prestasi

kerja guru.

d. Peneliti/supervisor menyiapkan instruman yang digunakan dalam supervisi dan

bukti fisik dikumpulkan untuk di nilai

1. Observasi

a. Selama pelaksanaan rapat/pertemuan dilakukan obsrvasi:

1. Perahtian para guru mengikkuti acara rapat/pertemuan(metting)

2. Hasil kerja guru-guru berupa bukti fisik perlengkapan pembelajaran (prota,

promes, Silabus, RPP, bahan ajar, Analisis hasil belajar siswa)

a. Mengisi formulir isian sesuai tagihan yang diperlukan

1. Refleksi

Berdasarkan analisis data hasil pengamatan pada siklus I ini, akan diadakan

perbaikan-perbaikan baik cara maupun kelengkapan instrumen yang masih kurang di

siklus I ini akan di perbaiki dan dilengkapi pada siklus berikutnya.

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), 2009 (I Nyoman Sudana)


Siklus 2

2. Perencanaan

a. Menyiapkan perlengakapan administrasi penelitian(Form Observasi dll)

b. Menetapkan waktu pelaksanaan pertemuan (metting)

c. Menyiapkan tempat dan perlengkapan pertemuan (metting)

1. Pelaksanaan

a. Pada awal pertemuan siklus 1 (pertama) ini peneliti menyampaikan tujuan

dilaksanakannya penetlitian tindakan sekolah ini.

b. Menyampaikan kepada guru-guru administrasi yang mesti disiapkan yang

sebelumnya sudah di informasikan.

c. Peneliti melakukan diskusi dan menyampaikan kepada guru-guru apa yang harus

disiapkan sebelum melaksanakan tugas di dalam kelas dalam rangkan persiaan

pembelajaran yang berhubungan dengan kinerja guru atau peningkatan prestasi

kerja guru.

d. Peneliti/supervisor menyiapkan instruman yang digunakan dalam supervisi dan

bukti fisik dikumpulkan untuk di nilai

1. Observasi

a. Selama pelaksanaan rapat/pertemuan dilakukan obsrvasi:

1. Perahtian para guru mengikkuti acara rapat/pertemuan(metting)

2. Hasil kerja guru-guru berupa bukti fisik perlengkapan pembelajaran (prota,

promes, Silabus, RPP, bahan ajar, Analisis hasil belajar siswa)

a. Mengisi formulir isian sesuai tagihan yang diperlukan

1. Refleksi

Berdasarkan analisis data hasil pengamatan pada siklus I ini, akan diadakan

perbaikan-perbaikan baik cara maupun kelengkapan instrumen yang masih kurang di

siklus I ini akan di perbaiki dan dilengkapi pada siklus berikutnya.

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), 2009 (I Nyoman Sudana)


A. Instrumen Penelitian

Instrumen yang di gunakan dalam penelitian tindakan Sekolah ini menggunakan

lembar observasi yang berhubungan dengan langkah proses pembelajaran dari awal

sampai langkat penutup pembelajaran. Lembar observasi dimaksud seperti dibawah ini.

Aspek yang diamati


Petunjuk Umum
Berilah tanda (V) atau nilai pada kolom yang sesuai dengan penilaian anda dan catatlah hal-hal
yang penting yang berhubungan dengan aspek yang diamati pada kolom keterangan.
Lembar Observasi
No 1 2 3 4 5
Perencanaan Proses pembelajaran.
A. Apakah guru: Menyusun Silabus?
1 Identitas mata pelajaran atau tema pelajaran
2 Standar kompetensi
3 Kompetensi dasar
4 Materi pembelajaran
5 Kegiatan pembelajaran
6 Indikator pencapaian kompetensi
7 Penilaian
8 Alokasi waktu
9 Sumber belajar
B. Menyusun RPP ?
10 Identitas mata pelajaran
11 Standar kompetensi
12 Kompetensi Dasar
13 Indikator pencapaian kompetensi
14 Tujuan Pembelajaran
15 Materi Ajar
16 Alokasi Waktu
17 Metode Pembelajaran
18 Kegiatan Pembelajaran
a) Pendahuluan
b) Inti
c) Penutup
19 Penilaian Hasil Belajar
20 Sumber Belajar
C. Pelaksanaan Proses Pembelajaran
21 Persyaratan pelaksanaan proses pembelajaran
22 Pelaksanaan Pembelajaran
23 D. Penilaian Hasil Belajar
24 E. Pengawasan Proses Pembelajaran
Jumlah NILAI RIIL
Jumlah NILAI IDEAL 120 KLASIFIKASI
Nilai PERSENTASI

A. = Baik Sekali : 76% - 100%


B. = Baik : 56% - 75%
C. = Cukup : 26% - 55%

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), 2009 (I Nyoman Sudana)


D. = Kurang : 0% - 25%

A. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini menggunakan

metode pengamatan/obsevasi dengan menggunakan instrumen diatas.

Data adalah suatu fakta dan angka yang secara relatif belum dapat dimanfaatkan

bagi peneliti sehingga data yang ada perlu di transpormasikan terlebih dahulu(Sugiono,

200,75). Data juga diartikan sebagai hasil yang diperoleh yang akan diproses sehingga

menjadi suatu nilai yang merupakan hasil dari penelitian.

Data yang telah terkumpul perlu dilakukan analisis untuk dapat disimpulkan.

Adapun ananlisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik sederhana

yaitu secara kualitatif(deskriptif).

B. Tehnik Analisis Data dan Kriteria Keberhasilan

Penilaian terhadap kreteria kualitas pelaksanaan proses belajar mengajar dari guru

yang diamati.diobservasi , dengan rentang skor antara 1 sampai dengan 5

Jumlah skor nilai riil

Nilai Kwalifikasi = ---------------------------------- X 100

Jumlah skor nilai idial

a. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah mengamati variabel yang akan diteliti dengan

metode interview, tes, observasi, kuesioner, dan sebagainya (Arikunto 1998:225).

Dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data digunakan Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

agenda dan sebagainya (Arikunto, 1998:236). Data dapat diperoleh dari sumber

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), 2009 (I Nyoman Sudana)


tertulis yang berhubungan dengan penelitian yaitu informasi tentang 7 (tujuh)

kompetensi dasar guru, pada SMP Negeri 4 Nusa Penida.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Data yang telah dikumpulkan baik pada siklus I dan pada Siklus II hanyalah

merupakan data atau informasi mentah yang masih perlu di analisis. Adapun langkah-langkah

yang ditempuh dalam analisis data dalam penelitian tindakan Sekolah mengambil cara

supervisi individual dengan tehnik pendekatan kunjungan kelas untuk meningkatkan kinerja

guru dalam proses belajar mengajar sehubungan dengan langkah pembelajaran yang baik dan

benar.

1. Deskripsi Analisis Hasil Penelitian Tindakan Siklus I

Pelaksanaan kegiatan pengamatan/observasi melalui pertemuan (metting) yang ke

2 (dua) sejak dari awal pertemuan 1 (pertama) mulai supervisi pada siklus I (satu) yaitu

yang di lakukan selama 1 (satu) bulan pertama,dapat di diskripsikan sebagai berikut:

Dari 31 (tiga puluh satu) guru yang di supervisi setelah di analisis sesuai kreteria

kwalifikasi yaitu 2 (dua) orang guru berkwalifikasi (C) cukup dengan rentang nilai 26% -

55% yaitu: 54% dan 45%, dengan 27 (dua puluh tujuh) orang guru yang berkwalifikasi

(B) baik dengan rentang nilai 56%-75% yaitu: 62% 1(satu) orang, 63% 3(tiga) orang,

64% 2 (dua) orang, 65% 2(dua) orang, 66% 3(tiga) orang, 67% 2(dua) orang, 68% 1

(satu) orang, 69% 3(tiga) orang, 70% 2(dua) 0rang, 72% 1(satu) orang, 73% 4(empat)

orang, 75% 2(dua) orang, 78% 1(satu) orang, 82% 1(satu) orang. Dan 2 (dua) orang guru

katagori kualifikasi (A) dengan rentang nilai 76% - 100% yaitu 78% dan 82%. Dapat

digambarkan pada tabel 1 dibawah ini

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), 2009 (I Nyoman Sudana)


Tabel 1. Analisis data pada siklus I

Sumber: Analisis data primer

Grafik 1. Hasil Analisis Siklus I

Sumber: Analisis data primer

Dengan nilai rata-rata kumulatif kwalifikasi (B) baik dengan nilai riil 80.71 dan

nilai persentase 67,26%. Data lebih rinci dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2, Nilai Rata-rata Analisis hasil siklus I

Sumber: Analisis data primer


Dibawah dapat disajikan grafik hasil analisis data sebagai berikut:
Grafik 2, Nila Rata-rata Analisis Hasil Suklus I

Sumber: Analisis data primer

2. Kesimpulan Hasil tindakan Siklus I


Berdasarkan analisis data hasil pengamatan perangkat pemebelajaran guru dalam
pelaksanaan pembelajaran sehubungan dengan kinerja/prestasi kerja guru dalam
persiapan, pelaksanaan proses belajar mengajar (PBM), penilaian dan tindak lanjut pada
siklus I di SMP Negeri 4 Nusa Penida dengan penerapan supervisi kepala sekolah
pendekatan tehnik kelompok melalui media pertemuan(metting) di peroleh nilai rata-rata
kwalifikasi (B) yaitu sebesar 67.26%,

3. Hasil Observasi

Sesuai perencanaan, hal-hal yang akan di observasi menyangkut persiapan,

pelaksanaan proses belajar mengajar (PBM), penilaian dan tindak lanjut pada siklus I di

SMP Negeri 4 Nusa Penida dengan penerapan supervisi kepala sekolah pendekatan

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), 2009 (I Nyoman Sudana)


tehnik kelompok melalui media pertemuan(metting) di peroleh nilai rata-rata

kwalifikasi adalah sebesar 67.26% dengan kualifikasi (B).

1. Refleksi

Sebanyak 31(tiga puluh satu) orang guru yang di lakukan penerapan supervisi

kepala sekolah pendekatan tehnik kelompok melalui media pertemuan(metting) ternyata

dari hasil analsisi data pada umumnya dapat dikatakan berkualifikasi baik, walau ada

beberapa guru 2 (dua) atau 6,45% masih disiplin kerjanya berkulaifikasi cukup dan 27

(sepuluh) atau 87,10% orang berkualifikasi baik dan 2 (dua) atau 6,54% berkualifikasi

baik sekali

Dari 3(tiga) kelompok kualifikasi diatas, terutama guru yang masih memiliki

kinerjanya masih kurang akan dilakukan pembinaan lebih intesif untuk dapat

meningkatkan kinerjanya lebih baik lagi.

1. Deskripsi Analisis Hasil Penelitian Tindakan Siklus II

Pelaksanaan kegiatan pengamatan/observasi melalui pertemuan (metting) yang ke

2 (dua) sejak dari awal pertemuan 1 (pertama) mulai supervisi pada siklus I (satu) yaitu

yang di lakukan selama 1 (satu) bulan pertama,dapat di diskripsikan sebagai berikut:

Dari 31 (tiga puluh satu) guru yang di supervisi setelah di analisis sesuai kreteria

kwalifikasi yaitu: 10 (sepuluh) orang guru yang berkwalifikasi (B) baik dengan rentang

nilai 56%-75% yaitu: 63% 1(satu) orang, 68% 3(tiga) orang, 69% 1(satu) orang, 70%

2(dua) orang, 71% 1(satu) orang, 73% 2(dua) orang, Dan 2 (dua) orang guru katagori

kualifikasi (A) dengan rentang nilai 76% - 100% yaitu 77% 1 (satu) orang, 78%

4(empat) orang, 79% 2(dua) 0rang, 81% 1(satu) orang, 82% 2(dua) orang, 83% 2(dua)

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), 2009 (I Nyoman Sudana)


orang, 84% 4(empat) orang, 85% 1(satu) orang, 86% 1(satu) orang, 87% 1(satu) orang,

89% 1(satu) orang dan 90% 1 orang.

Dapat digambarkan pada tabel 3 dibawah ini


Tabel 3, Hasil Analisis Siklus II, Kinerja Guru.

Sumber: Analisis data primer

Grafik 3 Hasil Analisis Siklus II, Kinerja Guru.

Sumber: Analisis data primer

Dengan nilai rata-rata kumulatif kwalifikasi (A) sangat baik dengan nilai

persentase 78,12%

Tabel 4. Hasil Analisisi Rata-rata Siklus II

Sumber: Analisis data primer

Dibawah dapat disajikan grafik hasil analisis data sebagai berikut:

Grafik 4

Sumber: Analisis data primer

2. Kesimpulan Hasil tindakan Siklus II


Berdasarkan analisis data hasil pengamatan perangkat pemebelajaran guru dalam
pelaksanaan pembelajaran sehubungan dengan kinerja/prestasi kerja guru dalam
persiapan, pelaksanaan proses belajar mengajar (PBM), penilaian dan tindak lanjut pada
siklus I di SMP Negeri 4 Nusa Penida dengan penerapan supervisi kepala sekolah
pendekatan tehnik kelompok melalui media pertemuan(metting) di peroleh nilai rata-rata
kwalifikasi (B) yaitu sebesar 67.26%,

3. Hasil Observasi

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), 2009 (I Nyoman Sudana)


Sesuai perencanaan, hal-hal yang akan di observasi menyangkut persiapan,

pelaksanaan proses belajar mengajar (PBM), penilaian dan tindak lanjut pada siklus I di

SMP Negeri 4 Nusa Penida dengan penerapan supervisi kepala sekolah pendekatan

tehnik kelompok melalui media pertemuan(metting) di peroleh nilai rata-rata

kwalifikasi adalah sebesar 78,12% dengan kualifikasi (A).

1. Refleksi

Sebanyak 31(tiga puluh satu) orang guru yang di lakukan penerapan supervisi

kepala sekolah pendekatan tehnik kelompok melalui media pertemuan(metting) ternyata

dari hasil analsisi data pada umumnya dapat dikatakan berkualifikasi baik, 10 (sepuluh)

atau 32,26% orang berkualifikasi baik dan 21 (dua puluh satu) atau 67,74%

berkualifikasi baik sekali

Dari analisis data hasil kinerja guru pada siklus 2 memang telah berkualifikasi

baik dan sangat baik namun masih berada pada rentang bawah dalam kriteria baik sekali

yaitu berada pada 78,12%, maka masih perlu diadakan pembinaan pada penelitian

berikutnya.

A. Pembahasan

Dari hasil analisis data hasil pengamatan dan dari administrasi perangkat

pembelajaran guru-guru yang telah di konversi sesuai dengan kualifikasi yang telah

ditetapkan dan setelah di analisis maka dapat digambarkan pada tebel dan grafik dibawah

ini,

Tabel 5. Analisis Siklus I dengan Siklus II


SIKLU SIKLU
ASPEK
SI S II ↑
Jumlah NILAI RIIL 80,71 93,74 13,03
Nilai
PERSENTASI 67,26 78,12 10,86
Kualifikasi B A
Sumber: Analisis data primer

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), 2009 (I Nyoman Sudana)


Grafik 5. Rata-rata Perubahan Nilai Hasil Pengamatan Siklus I dan Siklus II

Sumber: Analisis data primer

Yang digambarkan dalan tabel 5 diatas hasil analisis siklus I dan analisis pada

siklus II terdapat peningkatan sebesar 10,85%, ini berarti ada pengaruh supervisi kepala

sekolah terhadap prestasi kerja guru-guru SMP Negeri 4 Nusa Penida.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian Tindakan Sekolah ini di laksanakan sebanyak 2 (dua) siklus yaitu

siklus I dilaksanakan pada minggu kedua bulan Agustus 2009 dan Siklus II dilaksanakan

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), 2009 (I Nyoman Sudana)


pada minggu kedua bulan September 2009 , terhadap 31 (tiga puluh satu) orang guru

diambil seluruhnya jumlah guru yang ada di SMP Negeri 4 Nusa Penida

Berdasarkan hasil Analisis data baik siklus I dan siklus II dapat disi,pulkan

bahwa:

1. Ada pengaruh supervisi kepala sekoah terhadap pengingkatan kinerja guru-guru di

SMP Negeri 4 Nusa Penida. Ini terbukti dari hasil nilai analisis siklus I rata-rata

persentasenya adalah 67,26% meningkat menjadi 78,12%

2. Besarnya pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru-guru SMP Negeri

4 Nusa Penida dalam penelitian ini adalah 10,86%

A. Saran

Sehubungan dengan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dalam

rangka perbaikan pelaksanaan program tindakan selanjutnya ada beberapa hal yang perlu

mendapatkan perhatian seperti

1. Untuk perbaikan prestasi kerja guru-guru disarankan untuk mengunakan beberapa

supervisi termasuk tehnik kelompok dengan pendekatan pertemua(metting).

2. Dalam penerapan tehnik supervisi agar tidak terpaku pada satu tehnik saja, sebaiknya

mencoba tehnik yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Andriani Nutria (2004( Analisis Iklim Organisasi dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja

Karyawan pada PT Bank Mandiri Cabang Malang.Universitas Unibra

Arikunto,Suharsini Prof.Dr: 1999: Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Penerbit :

Rineka Cipta Jakarta.

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), 2009 (I Nyoman Sudana)


Departemen Pendidikan Nasional 2003 , Standar Kompetensi Guru Sekolah Menengah

Umum, Direktur Tenaga Kependidikan

Jati Sidi,Ph.D Indra 2001: Menuju Masyarakat Belajar Menggagas Paradigma Baru

Pendidikan ,Penerbit Paramadina ,dengan Logos Wacana Ilmu,Jakarta .

Majid,Yusuf A.2000, Pengaruh Prilaku Pemimpin Terhadap Kinerja dan Kepuasan Kerja

Karyawan Pada Industri Kecil Kembang Gula di Kodya Malang,Malang Pasca

Sarjana UNIBRA

Nurhadi,Drs.,M.Pd., (2004), Pembelajaran Contekstual dan Penerapannya dalam KBK.

PPPPTK, Surya Dharma MPA.Ph.D, (2010) PTS (Penelitian Tindakan Sekolah)

Suharsini A, Prof., Dr., (2007), Penelitian Tindakan Kelas, Bahan Pelatihan PTK untuk guru,

Kepala Sekolah dan Pengawas.

Santyasa I W, Prof.,Dr., (2007), Metodelogi Penelitian Tindakan Kelas, Makalah disajikan

dalam pelatihan PTK bagi guru-guru SD di Kabupaten Klungkung.

Santyasa I W, Prof.,Dr., (2007), Model-model Pembelajaran inovatif, disajikandalam

pelatihan PTK bagi guru-guru SD di Kabupaten Klungkung.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 14. Tahun 2005, Undang-Undang Guru

dan Dosen ,Penerbit Cemerlang Jakarta, Tahun 2005

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), 2009 (I Nyoman Sudana)

You might also like