Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Muhammad Saw, baik perkataan, perbuatan dan takrirnya, yang dijadikan pedoman
dalam kegiatan muslim. Atas dasar itulah sudah selayaknya kita mencoba untuk
Walaupun disadari tak semua aktivitas nabi yang tertuang dalam hadis dapat penulis
dikendalikan. Pendidiklah yang meramu semua itu sehingga dapat menjadi sebuah
menu yang baik dan sesuai dengan selera/tujuan dari pendidikan itu sendiri.
menguasai bahan pelajaran dan teknik penyajian yang sesuai, dapat merangsang
beberapa kriteria sehingga dalam meracik dan meramu aktivitas pengajaran dapat
sesuai dengan yang diharapkan. Kesalahan dalam mendidik akan beakibat fatal bagi
kelangsungan generasi mendatang. Oleh sebab itu dirasa perlu untuk mengenal lebih
dekat bagaimana sebenarnya seorang pendidik itu menurut ajaran Islam yang
tertuang dalam hadis-hadis Nabi. Tentunya pembahasan ini nantinya akan memberi
kontribusi terhadap pemahaman yang lebih mapan dan siqnifikan terhadap pendidik
itu sendiri
sehingga rohani dan jasmani umat dapat merujuk sebagaiman pola yang ditampikan
rasul kepada para sahabat dan seterusnya pada generasi berikutnya. Hal dapat dilihat
sebagaimana dalam unkapan Zafar Alam bahwa Rasul merupakan seorang pendidik
Islam. Makalah ini membahas hadis-hadis Nabi tentang karakteristik pendidik, baik
1
Zafar Alam, Islamic Education, Theory and Practice, ( New Delhi: Adam Publisher &
Distribution, 2003), h. 64
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pendidik
bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan mendidik. Dalam bahasa
Seperti kata teacher diartikan dengan guru atau pengajar. Tutor berarti guru pribadi
atau guru yang mengajar di rumah.3 Dalam perkataan Arab, pendidik disebut dengan
ustaz, mudarris, muallim dan muaddib. Kata ustaz, berarti guru, professor gelar
akademik, jenjang di bidang intelektual, pelatih, penulis dan penyair.4 Kata al-
mudarris, berarti teacher atau guru, instructor atau pelatih, lecture atau dosen.5
Kemudian, kata muallim, juga berarti teacher (guru), instructor (pelatih), trainer
(pemandu).6 Kata mu’addib berarti educator, pendidik atau teacher in coranic school
Semua kata yang bermakna pendidik di atas secara global bertujuan untuk
2
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), h.
250.
3
Jhon M.Echols dan Hassan Shadily, Kamus Bahasa Inggeris- Indonesia (Jakarta:
Gramedia, 1980), h. 15.
4
Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic (Beirut: Library Duliban, 1974), h.
279.
5
Ibid. h. 279.
6
Ibid., h. 637.
7
Ibid., h. 11.
kepada anak didik, agar anak didik memiliki ilmu dalam berbagai bidang sesuai
perguruan tinggi, tutor berperan sebagai guru privat, instruktur atau pemandu
demikian perbedaan itu hanya dalam tataran terminologi saja yang tidak membawa
kepada prinsip dasar atau visi akhir dari pendidikan Islam itu sendiri.8
Penulis menuangkan term dalam tulisan ini adalah term pendidik, karena kata
pendidik itu dapat merangkum semua wadah tersebut. Meskipun kandungan makna
kata pendidik itu berada pada tempat tertentu, namun juga memiliki tugas yang
sangat luas, sebagaimana tujuan pendidik itu sendiri, yaitu memberikan bantuan
pembinaan kepada anak didik untuk mengembangkan multi potensinya yang masih
menyatu dalam aqliyah (akal), ruhiyah (kejiwaan) dan jasmiyah (jasad dan
keterampilan).
Term pendidik ini tidak berubah baik di era klasik maupun modern. Kata ini
mulai sejak nabi Muhammad saw. Bahkan Rasul saw. sendiri adalah pendidik yang
agung dan sampai di era modern pun kata pendidik itu tetap eksis kandungan
8
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2001), h. 91
oleh para pakar pendidikan. Al-Djamali, menyebutkan; bahwa pendidik adalah orang
yang mengarahkan kepada manusia kepada kehidupan yang baik sehingga terangkat
orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai kedewasaan
adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang
instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan khususnya serta
9
Muhammad fadhil al-Jamali, Tarbiyah al Ihsan al-Jadis (Al-Tunisiyah: al-Syarikah, tt.), h.
74.
10
Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan sistematis (Yokyakarta: Andi Ofset,
1983), h. 61.
11
Zakiah Daradjad, Islam untuk disiplin Ilmu Pendidikan (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), h.
19.
12
Undang-Undang SISDIKNAS 2003 UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab I Pasal I point 5 dan 6.
Dari berbagai pendapat di atas dapat dipahami bahwa pendidik adalah tenaga
yang terlatih dalam bidangnya dan bertanggung jawab terhadap tugasnya dalam
manusia yang mempunyai derajat yang tinggi (Insan al-kamil) sesuai dengan
2. Jenis-Jenis Pendidik
macam:
a. Allah Ta’ala.
Dari berbagai ayat al-Qur’an yang membahas tentang posisi Allah Ta’ala
sebagai pendidik dapat diketahui dari beberapa firman yang disampaikan
kepada Nabi Muhammad Saw. Allah memiliki pengetahuan yang sangat luas
dan maha tinggi, disamping ia juga sebagai pencipta alam semesta. Dalam al-
Qur’an dinyatakan bahwa Allah merupakan pendidik bagi alam semesta. Hal
ini dapat dilihat pada firman Allah Ta’ala:
13
13
Q.S. 1, al-Fatihah: 2
14
Muhammad Yunus, Tarjamah Al-Qur’an al Karim, Bandung: PT. Al-Ma’rif, 1993, h. 2
15
.ﻛﻨﺘﻢ ﺻﺎ ﻗﲔ ﻷ ﺎ ﻛﻠﻬﺎ ﻋﺮﺿﻬﻢ ﻋﻠﻰ ﳌﻼﺋﻜﺔ ﻓﻘﺎ ﻧﺒﺌﻮ ﺑﺄ ﺎ ﻫﺆﻻ ﻋﻠﻢ
Artinya; Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu
berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
memang orang-orang yang benar!”
Dari berbagai keterangan di atas dapat dipahami bahwa Allah Ta’ala dalam
kontek ini berlaku sebagai pendidik walaupun secara tegas tidak disebutkan
dengan kata’pendidik’ dalam ayat dan hadis di atas. Namun perlu dipahami
bahwa Allah Ta’ala sebagai pendidik tidaklah sama dengan manusia. Allah
kebutuhan peserta didiknya karena Allah adalah Zat Pencipta. Perhatian Allah
hal ini ditandai dengan wahyu yang diterima olehnya dan disampaikan kepada
15
Q.S. 2, al-Baqarah: 31.
16
Al-Razi dalam Muhammad Dahlan, Landasan dan Tujuan Pendidikan Menurut al-Qur’an
serta Implementasinya, (Bandung: CV. Diponegoro, 1991), h. 43
c. Ulama
Ulama merupakan perpanjangan tugas kerasulan setelah para rasul tidak ada
lagi. Tentunya para ulama yang benar menjalankan perintah Allah dan
mengikuti sunnah Rasul yang dapt dikatakan ulama. Kata ulama sendiri
secara istilah kata ini dimaknai dengan orang yang mengetahui, mempunyai
ilmu agama yang luas. Sesungguhnya ulama dapat dikatakan pendidik karena
para ulama adalah pewaris para nabi (...ُِ ْﻢ وَرَﺛَﺔُ اﻟْﺄَﻧْﺒَِﺎءª َ )وَأَنﱠ اﻟْﻌُﻠَﻤَﺎءdan
d. Orang Tua
menghandle sendiri. Ketika orang tua merasa tak manpu memberi pendidikan
yang dibutuhkan oleh anak, maka disaat itulah orang tua mencoba membagi
tanggunggung jawabnya sebagai pendidik kepada orang lain, dalam hal ini
tentu ‘guru’. Pada saat anak hidup dilingkungan keluarga banyak hal-hal yang
17
Djamaluddin Darwis, English For Islamic Studies,(Jakarta: Rajawali Pers, 2000), h. 13
18
Al-Razi, Landasan dan …,h. 43
prinsip tertanam pada jiwa anak termasuk pandangan hidup, sikap hidup, dan
terjadi bagi diri orang tua tersebut. Sehingga orang tua juga dikatakan sebagai
pendidik kudrati. Artinya ia terbentuk karena kudrat dari Allah Ta’ala. sebagai
Pencipta.
Al-Qur’an menyetir akan hal-hal yang harus ditanamkan oleh orang tua
e. Guru
masing tingkat ataupun lembaga itu menamakan untuk pendidik. Seperti kiyai,
guru, dosen, ustadz, dan lain sebagainya. Pendidik merupakan orang yang
guru atau pendidik harus ada melekat pada dirinya karakteristik dan sifat-sifat
pendidik sebagaimana akan diutarakan dalam makalah ini lebih lanjut. Paling
Rasulullah Saw.
ﻞ
ِ ْªﻦ َأ
ْ ِﻦ ﺣَﻲﱟ أَنﱠ رَﺟُﻼ ﻣ
ُ ْﺢ ﺑ
ُ ِﺣَﺪﱠﺛَﻨَﺎ ﻣُﺤَﻤﱠﺪُ ﺑْﻦُ ﻣُﻘَﺎﺗِﻞٍ أَﺧْﺒَﺮَﻧَﺎ ﻋَﺒْ ُﺪ اﻟﻠﱠ ِ أَﺧْﺒَﺮَﻧَﺎ ﺻَﺎﻟ
ﻲ
َ ِﻦ أَﺑِﻲ ﻣُﻮﺳَﻰ اﻟْﺄَﺷْﻌَﺮِيﱢ رَﺿ
ْ َﺧُﺮَاﺳَﺎنَ ﻗَﺎلَ ﻟِﻠﺸﱠﻌْﺒِﻲﱢ ﻓَﻘَﺎلَ اﻟﺸﱠﻌْﺒِﻲﱡ أَﺧْﺒَﺮَﻧِﻲ أَﺑُﻮ ﺑُﺮْ َدةَ ﻋ
ﻦ
َ َﻞ أَﻣَ َﺘ ُ ﻓَﺄَﺣْﺴ
ُ ُاﻟﻠﱠ ُ ﻋَ ْﻨ ُ ﻗَﺎلَ ﻗَﺎلَ رَﺳُﻮلُ اﻟﻠﱠ ِ ﺻَﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠ ُ ﻋَﻠَْ ِ وَﺳَﱠﻠ َﻢ إِذَا أَدﱠبَ اﻟﺮﱠﺟ
19
.... ﻦ ﺗَﻌْﻠِ ﻤَ َﺎ
َ َﺗَﺄْدِ ﺒَ َﺎ وَﻋَﱠﻠ َﻤ َﺎ ﻓَﺄَﺣْﺴ
Artinya: Hadis dari Muhammad ibn Mukatil, hadis dari Abdullah, hadis dari
Shalih ibn Hayy, seorang laki-laki dari Khurasan berkata pada Sya’by,
katanya dia diberitahu Abu Burdah dari Abu Musa al-Asy’ary ra. Rasul
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Jika kamu mendidik seorang anak,
maka berikanlah pendidikan yang baik dan ajarilah ia dengan pengajaran
yang baik.
Hadis di atas tergolong syarif marfu' dengan kualitas perawi yang sebagian
Dari hadis diatas dapat dipahami bahwa seorang pendidik harus memberikan
pendidikan yang benar dan baik dan jangan memberikan pendidikan yang tidak baik
kepada anak/peserta didik. Kalau dianalisa lebih jauh bahwa hadis diatas
sesuatu kepada anak didik dengan pengajaran yang tidak baik dan tidak benar,
artinya pengajaran yang tidak baik akan dapat merusak kepribadian anak itu sendiri.
19
Abu Abdullah bin Muhammad Ismail al- Bukhari, Shahih al-Bukhari, Juz 1 (Saudi Arabia
: Idaratul Buhuts Ilmiah wa Ifta' wa ad-Dakwah wa al-Irsyad, t.t), h. 52
20
CD Room, Kutub at-Tis’ah, Mausū’atu al-Hadīs al- Syarif.
mestinya sudah memiliki persepsi bahwa dirinya akan melaksanakan tugas yang suci
kepribadian anak didik. Sebab sesuatu yang suci dan mulia itu tidak bisa diantarkan
oleh sesuatu yang kotor. Karena yang kotor itu adalah tembok raksasa bagi
penerimaan ilmu. Oleh sebab itu, hal-hal yang suci harus disucikan terlebih dahulu
pengantarnya.
Pendidik dalam hal ini sebagai pengantar amanat melakukan tugas mendidik
mestinya sudah menaruh persepsi dirinya yang baik itu, sehingga tujuan yang baik
dan mulia itu mudah di dapatkan. Seorang pendidik mestinya menghiasi dirinya
dengan akhlak mahmudah, seperti rendah hati, khusyuk, tawadu, zuhud, qanaah dan
tidak sombong, tidak ria, tidak takabbur dan hendaknya memiliki tujuan
terangan dan senantiasa menjaga rasa takut dalam semua gerak dan diamnya,
ucapan dan perbuatannya, karena dia adalah seorang yang di beri amanat dengan
diberikannya ilmu oleh Allah Ta’ala. dan kejernihan panca indra dan
penalarannya.
4. Berakhlak dengan sifat zuhud dan tidak berlebih-lebihan dalam urusan duniawi,
8. Bergaul dengan sesama manusia dengan menggunakan akhlak yang mulia dan
terpuji.
10. Senantiasa semangat dalam menambah ilmu dengan sungguh-sungguh dan kerja
keras.
12. Aktif dalam pengumpulan bahan bacaan, mengarang dan menulis buku.21
Di antara sifat yang ditunjukkan oleh Rasul saw. sebagai pendidik adalah
sebagai berikut:
21
Maulana Alam al-Hajar, Adab al-Muta’allim wa al-Muta’allim (Beirut: Dar al-Manahil,
1985), h. 21-34.
ٍﺣ ﺪﱠﺛَﻨَﺎ ﺣَﻤﱠ ﺎدُ ﺑْ ﻦُ زَْ ٍﺪ ﻋَ ﻦْ ﺛَﺎ ِﺑ ﺖ َ ل َ ﺳ ﻌِ ُﺪ ْﺑ ﻦُ ﻣَ ْﻨ ﺼُﻮرٍ وَأَ ُﺑ ﻮ اﻟﺮﱠ ِﺑ ِﻊ َﻗ ﺎَ ﺣ ﺪﱠﺛَﻨَﺎ
َ
َﻋ ﺸْﺮ َ َﺳ ﻠﱠﻢَ َل اﻟﻠﱠ ِ ﺻَﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠ ُ ﻋَﻠَْ ِ و َ ﺖ رَﺳُﻮ ُ ْﻚ ﻗَﺎلَ ﺧَﺪَﻣ ٍ ِﻦ ﻣَﺎﻟ
ِ ْﺲ ﺑ
ِ َﻦ أَﻧ
ْ َاﻟْﺒُﻨَﺎﻧِﻲﱢ ﻋ
22
...ﻲءٍ ﻟِ َﻢ ﻓَﻌَﻠْﺖَ ﻛَﺬَا
ْ َﺎ ﻗَﻂﱡ وَﻟَﺎ ﻗَﺎلَ ﻟِﻲ ﻟِﺸ ﺳِﻨِ ﻦَ وَاﻟﻠﱠ ِ ﻣَﺎ ﻗَﺎلَ ﻟِﻲ أُﻓ
Artinya: Hadis dari Sa'id ibn Mansyur dan Abu Rabi', hadis dari Hammad
ibn Zaid dari Tsabit al-Bunani dari Anas ibn Malik katanya; Dia membantu
Rasul saw. Selama sepuluh tahun, dia tidak pernah membentakku dengan
kalimat 'uf', juga tidak pernah menegur: Mengapa engkau berbuat itu ....
Hadis di atas tergolong syarif marfu' dengan kualitas perawi yang sebagian
tergolong tsiqah dan tsiqah tsubut dan tsiqah lam yattsil. Imam an-Nawawi, memberi
komentar terhadap hadis di atas, mengatakan bahwa Rasul saw. tidak merasa jengkel
sepuluh tahun. Hal itu menandakan Rasul saw. memiliki sifat penyayang, termasuk
kepada pembantu.23
Kasih sayang adalah suatu perasan halus dan suatu kelembutan di dalam hati
sanubari, dan suatu ketajaman perasaan yang mengarah pada perlakuan lemah
lembut terhadap orang lain. Seorang pendidik harus menghindari dari tindakan yang
dapat menyakiti anak didik. Ia harus dapat merasakan perasaan anak didik tanpa
Perasaan kasih sayang yang pilih kasih akan mengakibatkan anak didik
melahirkan perasaan dengki dan benci, takut dan minder terasing, sedih, senang
22
Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Shahih Muslim, Juz 1
(Saudi Arabia: Idaratul Buhuts Ilmiah wa Ifta' wa ad-Dakwah wa al-Irsyad, 1400 H), h. 89.
23
Abu Zakaria Yahya ibn Syaraf An-Nawawi, Syarah an-Nawawi 'ala Shahih Muslim
(Beirut: Dar al-Fikri, 1401 H), Juz 8, h. 15.
berkelahi dan bermusuhan, serta menyebabkan timbulnya perasaan takut dan kurang
percaya diri.24
Oleh sebab itu Persepsi pendidik yang dipahamkan dalam Islam memiliki
kepribadian yang baik, mulia dan lengkap, tidak bisa sepotong-sepotong, karena
kesadaran terhadap pengemban amanat mendidik adalah tugas yang luas dan berat,
suci dan mulia. Karakter yang seperti itu mestinya telah ada pada seorang pendidik.
Oleh karena itu, bila terjadi sebaliknya, maka hasil pendidikan akan tidak sesuai
dengan cita-cita dan harapan ideal dalam ajaran Islam. Harapan ideal dimaksud
25
. ﻣﺎ ﺧﻠﻘﺖ ﳉﻦ ﻹﻧﺲ ﻻ ﻟﻴﻌﺒﺪ
Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku.
pendidik di era ini sudah mulai goyang dan rapuh. Hal ini dapat diidentifikasikan
dari beberapa persepsi dan fakta di lapangan. Pendidik di era ini tidak banyak lagi
yang mempersepsikan dirinya sebagai pengemban amanat yang suci dan mulia,
sebagai seorang petugas semata, yang mendapatkan gaji baik dari negara, maupun
24
Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fil Islam, Terj. Jamaluddin Miri, Jakarta:
Pustaka Amani Cet. I. 1995, h. 367
25
Q.S. 51, al-Zariyat: 56.
organisasi swasta dan mempunyai tanggung jawab tertentu yang harus dilaksanakan.
Bahkan kadang-kadang muncul sikap egoisme bahwa ketika seorang pendidik akan
fitrahnya dan fitrah anak didiknya. Perlunya kesejahteraan dan kemakmuran seorang
pendidik, tidak dapat dinafikan. Bahkan, hal itu merupakan sesuatu yang sangat
krusial bagi kelangsungan keluarga dan menjalankan tugas mendidik. Akan tetapi,
mulia itu terlebih dahulu, kemudian tentang kesejahteraan dan kemakmuran adalah
bias dari pekerjaan itu sendiri. Pendidik saat ini banyak yang tidak lagi
memposisikan dirinya sebagai seorang figur teladan yang perlu di tiru. Ditiru atau
tidak, yang jelas ia sudah melaksanakan tugas tranfer ilmu pengetahuan kepada anak
didiknya.
Pada sisi lain, pendidik di era modern sekarang ini, dalam menjalankan
tugasnya lebih banyak menyentuh aspek kecerdasan akliyah (aspek kognitif) dan
ruhiyah (afektif). Hal ini terbukti dari produktivitas pendidikan yang banyak
melahirkan siswa dan kesarjanaan cerdas dan terampil, tetapi masih banyak siswa
yang tawuran, perkelahian, pemerkosaan dan lain sebagainya serta masih banyak
juga sarjana berdasi yang korupsi, menindas, maling hak rakyat. Hal-hal tersebut
adalah salah satu indikator bahwa pendidikan yang didapatkannya belum lengkap.
Walaupun ada yang berhasil, tapi jumlahnya tidak banyak. Padahal Islam menuntut
secara keseluruhan dan dengan cara yang bijaksana. Sebagaimana ayat Alquran
berikut:
Sikap lemah lembut yang dimiliki pendidik akan menjadi nilai tambah bagi
ِ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺣﺮﻣﻠﺔ ﺑﻦ ﻳﺤﻴﻰ ﻟﺘﺠِﻴﺒِﻲ ﺧﺒﺮﻧﺎ ﻋﺒﺪ ﻟﱠﻠﻪِ ﺑﻦ ﻫﺐٍ ﺧﺒﺮﻧِﻲ ﺣﻴﻮ ﺣﺪﺛﻨِﻲ ﺑﻦ ﻟﻬﺎ
ﻲ ﺻﻠﱠﻰ ﻟﻠﱠﻪِﻋﻦ ﺑِﻲ ﺑﻜﺮِ ﺑﻦِ ﺣﺰ ٍ ﻋﻦ ﻋﻤﺮ ﻳﻌﻨِﻲ ﺑِﻨﺖ ﻋﺒﺪِ ﻟﺮﺣﻤﻦِ ﻋﻦ ﻋﺎﺋِﺸﺔ ِ ﻟﻨﺒ
ﻓﻖ ﻋﻠﻴﻪِ ﺳﻠﱠﻢ ﱠ ﺳﻮ ﻟﱠﻠﻪِ ﺻﻠﱠﻰ ﻟﻠﱠﻪ ﻋﻠﻴﻪِ ﺳﻠﱠﻢ ﻗﺎ ﻳﺎ ﻋﺎﺋِﺸﺔ ِ ﱠ ﻟﻠﱠﻪ ﻓِﻴﻖ ﻳﺤِﺐ ﻟﺮ
27
. ﻓﻖِ ﻣﺎ ﻟﺎ ﻳﻌﻄِﻲ ﻋﻠﻰ ﻟﻌﻨﻒِ ﻣﺎ ﻟﺎ ﻳﻌﻄِﻲ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﺳِﻮ
ﻳﻌﻄِﻲ ﻋﻠﻰ ﻟﺮ
Artinya: Hadis Harmalah ibn Yahya at-Tujibiyyu, hadis Abdullah ibn
Wahbin, hadis Haiwah, hadis ibn Hadi dari Abi Bakr ibn Hazmin dari
‘Amrah yaitu binti Abdurrahman dari Aisyah istri Rasul saw. bahwa Rasul
saw. bersabda: Wahai Aisyah, sesungguhnya Allah Ta’ala. Maha lembut dan
suka pada kelembutan. Dia memberikan pada orang yang lembut apa yang
tidak diberikan pada orang yang kasar dan apa yang tidak diberikan kepada
selainnya.
26
Q.S. 16, an-Nahl: 125.
27
Naisaburi, Shahih Muslim, juz 4. h. 2003.
Hadis di atas tergolong syarif marfu' dengan kualitas perawi yang sebagian
tergolong tsiqah dan tsiqah tsubut dan tsiqah hafiz dan shaduq.28 Menurut an-
Nawawi, makna lembut dalam hadis di atas adalah perilaku seseorang di lingkungan
sosial yang didasarkan kepada nilai atau norma yang dianut masyarakat. Sehingga
seseorang selalu menampilkan dirinya tetap bersahaja. Tidak di luar kebiasaan yang
Seorang pendidik yang kasar akan membuat anak menjadi kasar, berbohong
dan menimbulkan sifat kebencian dengan tidak disadari.30 Hal ini akan menjadi
28
CD Room, Kutub at-Tis’ah, Mausū’atu al-Hadīs al- Syarif.
29
Nawawi, Syarah an-Nawawi, juz 6, h. 307.
30
Abdurrahman Ibn Khaldun, al-Muqadimah, Bairut: Dar al-Jayl,t.t. h. 625
menumbuhkan sikap ini seorang guru harus memilki kebugaran tubuh, menguasai
materi ajar dan menguasai didaktik metodik.selain itu juga guru harus berpandangan
positif serta mempunyai harapan yang baik tentang masa depan peserta didiknya.
Sebaliknya bila guru berlaku kasar akan menjadi bomerang kepada guru itu
sendiri, dimana proses pemelajaran yang disajikan, baik di dalam kelas maupun di
luar kelas, akan terkesan kurang baik, karena sikap guru juga merupakan cerminan
terhadap peserta didik. Bukankah guru adalah suri tauladan bagi murid.31
Jelaslah bahwa guru yang memiliki kelemahlembutan akan menjadikan
pembelajaran lebih baik.
Bersikap tegas kepada anak bukanlah suatu sikap emosional yang terkesan
kasar serta tak mendidik, yang ditampilkan pendidik pada anak didik. Namun suatu
sikap yang proporsional dan mengarah pada suatu kedisiplinan. Dengan demikian,
pendidik juga perlu menunjukkan sifat marah kepada anak didik, jika melakukan
ﺣﺪَﺛﻨﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺳﻠﺎ ٍ ﻗﺎ ﺧﺒﺮﻧﺎ ﻋﺒﺪ ﻋﻦ ﻫِﺸﺎ ٍ ﻋﻦ ﺑِﻴﻪِ ﻋﻦ ﻋﺎﺋِﺸﺔ ﻗﺎﻟﺖ ﻛﺎ ﺳﻮ
ﻟﻠﱠﻪِ ﺻﻠﱠﻰ ﻟﻠﱠﻪ ﻋﻠﻴﻪِ ﺳﻠﱠﻢ ِ ﻣﺮﻫﻢ ﻣﺮﻫﻢ ﻣِﻦ ﻟﺄﻋﻤﺎ ِ ﺑِﻤﺎ ﻳﻄِﻴﻘﻮ ﻗﺎﻟﻮ ِﻧﺎ ﻟﺴﻨﺎ ﻛﻬﻴﺌﺘِﻚ
ﻳﺎ ﺳﻮ ﻟﻠﱠﻪِ ِ ﱠ ﻟﻠﱠﻪ ﻗﺪ ﻏﻔﺮ ﻟﻚ ﻣﺎ ﺗﻘﺪ ﻣِﻦ ﻧﺒِﻚ ﻣﺎ ﺗﺄﺧﺮ ﻓﻴﻐﻀﺐ ﺣﺘﻰ ﻳﻌﺮ
32
.ﻟﻐﻀﺐ ﻓِﻲ ﺟﻬِﻪِ ﺛﻢ ﻳﻘﻮ ِ ﱠ ﺗﻘﺎﻛﻢ ﻋﻠﻤﻜﻢ ﺑِﺎﻟﱠﻠﻪِ ﻧﺎ
31
Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1998), h. 75.
32
Bukhari, Shahih al-Bukhari, juz 1, h. 70.
Artinya: Hadis Muhammad ibn Salam, katanya hadis ‘Abdah dari Hisyam
dari ayahnya dari Aisyah r.a. katanya, Rasul saw. bersabda: Jika Rasul saw.
menyuruh mereka (sahabat), beliau menyuruh perbuatan yang mampu
mereka kerjakan, lalu mereka berkata: Kami bukan seperti engkau, wahai
Rasulullah! Sesungguhnya Allah telah mengampuni semua kesalahan engkau
yang telah lampau dan yang akan datang. Rasul saw. marah dan terlihat
kemarahannya tersebut di wajahnya. Beliau bersabda: Sesungguhnya yang
paling bertakwa dan paling mengenal Allah di antara kalian adalah saya.
Hadis di atas tergolong syarif marfu' dengan kualitas perawi yang sebagian
tergolong tsiqah dan tsiqah tsubut dan tsiqah rubama dallasa.33 Ibn Hajar
menjelaskan hadis di atas, perkataan sahabat bahwa keadaan mereka tidak sama
dengan keadaan Rasul saw. dan Rasul saw. marah kepada sahabat. Sebab tingginya
kedudukan Rasul saw. tidak harus menjadikannya sebagai orang yang malas dalam
beribadah. Pelajaran yang dapat diambil bahwa pendidik perlu menunjukkan sikap
Selain marah terhadap hal-hal yang tidak wajar (negatif) yang dilakukan anak
didik, pendidik juga harus menunjukkan sifat pema’af, sebab Rasul saw.
memberitakan sifat pema’af tersebut dan dapat menjadikan guru sebagai orang yang
33
CD Room, Kutub at-Tis’ah, Mausū’atu al-Hadīs al- Syarif.
34
Ahmad ibn Ali ibn Hajar Abu al-Fadhil al-Asqalani, Fathul Bari Syarah Shahih al-
Bukhari (Beirut: Dar al-Ma'rifah, 1379 H), juz 1, h. 71.
ﻲ ﻋﻦ ِ… ﺣﺪﺛﻨِﻲ ﺑﻮ ﻣﺮﺣﻮ ٍ ﻋﺒﺪ ﻟﺮﺣِﻴﻢِ ﺑﻦ ﻣﻴﻤﻮ ٍ ﻋﻦ ﺳﻬﻞِ ﺑﻦِ ﻣﻌﺎ ِ ﺑ ِﻦ ﻧﺲٍ ﻟﺠﻬﻨ
ﺻﻠﱠﻰ ﻟﻠﱠﻪ ﻋﻠﻴﻪِ ﺳﻠﱠﻢ ﻗﺎ ﻣﻦ ﻛﻈﻢ ﻏﻴﻈﺎ ﻫﻮ ﻳﺴﺘﻄِﻴﻊ ﻳﻨﻔﱢﺬ ﻋﺎ ﻟﻠﱠﻪ ﺑِﻴﻪِ ﻋﻦ ﻟﻨﺒِﻲ
35
...َ ﻟﺤﻮ ِ ﺷﺎﺮ ﻓِﻲ ﻳﻮ ﻟﻘِﻴﺎﻣﺔِ ﻋﻠﻰ ُ ِ ﻟﺨﻠﺎﺋِﻖِ ﺣﺘﻰ ﻳﺨﻴ
Artinya: Hadis Abu Marhum Abdurrahim ibn Maimun dari Sahl ibn Mu’az
ibn Anas al-Juhani dari ayahnya dari Nabi saw. bersabda: Barangsiapa
menahan kemarahan padahal ia mampu melakukannya, niscaya Allah Ta’ala.
Akan memanggilnya di hari kiamat di atas makhluk lainnya dan menawarkan
padanya ‘’bidadari mana yang ia kehendaki’’.
Hadis di atas menjelaskan bahwa sifat pema’af yang dimiliki pendidik akan
membuahkan hasil yang sangat banyak dan nilai dengan kualitas tinggi di sisi Allah
Ta’ala.
memberikan pujian terhadap perilaku positif anak didik. Sebagaimana Rasul saw.
mencontohkan berikut:
ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ ﻟﻠﱠﻪِ ﺑﻦ ﻳﻮﺳﻒ ﺧﺒﺮﻧﺎ ﻣﺎﻟِﻚ ﻋﻦ ِﺳﺤﺎ ﺑﻦِ ﻋﺒﺪِ ﻟﱠﻠﻪِ ﺑﻦِ ﺑِﻲ ﻃﻠﺤﺔ ﻧﻪ ﺳﻤِﻊ
ٍﻧﺲ ﺑﻦ ﻣﺎﻟِﻚٍ ﺿِﻲ ﻟﻠﱠﻪ ﻋﻨﻪ ﻳﻘﻮ ﻛﺎ ﺑﻮ ﻃﻠﺤﺔ ﻛﺜﺮ ﻟﺄﻧﺼﺎ ِ ﺑِﺎﻟﻤﺪِﻳﻨﺔِ ﻣﺎﻟﺎ ﻣِﻦ ﻧﺨﻞ
ِﻛﺎ ﺣﺐ ﻣﻮ ﻟِ ِﻪ ِﻟﻴﻪِ ﺑﻴﺮﺣﺎَ ﻛﺎﻧﺖ ﻣﺴﺘﻘﺒِﻠﺔ ﻟﻤﺴﺠِﺪِ ﻛﺎ ﺳﻮ ﻟﱠﻠﻪِ ﺻﻠﱠﻰ ﻟﻠﱠﻪ ﻋﻠﻴﻪ
ﺐٍ ﻗﺎ ﻧﺲ ﻓﻠﻤﺎ ﻧﺰِﻟﺖ ﻫﺬِِ ﻟﺂﻳﺔ ﻟﻦ ﺗﻨﺎﻟﻮ ﻟﺒِﺮ ﺳﻠﱠﻢ ﻳﺪﺧﻠﻬﺎ ﻳﺸﺮ ﻣِﻦ ﻣﺎٍ ﻓِﻴﻬﺎ ﻃﻴ
ﺣﺘﻰ ﺗﻨﻔِﻘﻮ ﻣِﻤﺎ ﺗﺤِﺒﻮ ﻗﺎ ﺑﻮ ﻃﻠﺤﺔ ِﻟﻰ ﺳﻮ ِ ﻟﱠﻠﻪِ ﺻﻠﱠﻰ ﻟﻠﱠﻪ ﻋﻠﻴﻪِ ﺳﻠﱠﻢ ﻓﻘﺎ ﻳﺎ
ﺳﻮ ﻟﱠﻠﻪِ ِ ﱠ ﻟﻠﱠﻪ ﺗﺒﺎ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻳﻘﻮ ﻟﻦ ﺗﻨﺎﻟﻮ ﻟﺒِﺮ ﺣﺘﻰ ﺗﻨﻔِﻘﻮ ﻣِﻤﺎ ﺗﺤِﺒﻮ ِ ﱠ ﺣﺐ
ِﻣﻮ ﻟِﻲ ِﻟﻲ ﺑﻴﺮﺣﺎَ ِﻧﻬﺎ ﺻﺪﻗﺔ ﻟِﱠﻠﻪِ ﺟﻮ ﺑِﺮﻫﺎ ﺧﺮﻫﺎ ﻋِﻨﺪ ﻟﱠﻠﻪِ ﻓﻀﻌﻬﺎ ﻳﺎ ﺳﻮ ﻟﻠﱠﻪ
35
Abu Isa Muhammad ibn Isa Mustafa al-Halabi, Sunan at-Tirmizi, tahqiq Ahmad Syakir,
cet ke 2 (t.k.p, t.t., 1978), 47.
ﺑِﺢ ﻟِﻚ ﻣﺎ ﺳﻮ ﻟﻠﱠﻪِ ﺻﻠﱠﻰ ﻟﻠﱠﻪ ﻋﻠﻴﻪِ ﺳﻠﱠﻢ ﺑﺦٍ ﻟِﻚ ﻣﺎ ﻟﻠﱠﻪ ﻗﺎ ﻓﻘﺎ ﺣﻴﺚ
36
… ﺑِﺢ
Artinya: Hadis Abdullah ibn Yusuf, hadis Malik dari Ishak ibn Abdullah ibn
Abi Thalhah, dia mendengar Anas ibn Malik ra. berkata, bahwa harta kebun
Abu Thalhah lebih banyak dari orang-orang Anshar di Madinah, katanya
adapun harta yang paling saya cintai adalah (kebun) di Bairaha, maka kebun
itu saya sedekahkan karena Allah. Saya berharap kebaikannya di sisi Allah,
maka manfa’atkanlah sesuai dengan yang ditunjukkan oleh Allah kepada
engkau ya Rasulullah. Rasul bersabda: Bagus, itu harta yang
menguntungkan.
Hadis di atas tergolong syarif marfu' dengan kualitas perawi yang sebagian
tergolong tsiqah mutqinun dan tsiqah dan ra’su mutqinun.37 Hikmah hadis di atas,
bahwa Rasul saw. menunjukkan rasa senangnya dan karena kekagumannya pada
Thalhah, Rasul saw. memuji dengan perkataan ‘’bagus’’. Kata Ibn Hajar, maksudnya
ِ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻣﻌﺎ ِﻳﺔ ﺑﻦ ﻋﻤﺮٍ ﻗﺎ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺋِﺪ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﺎﺻِﻢ ﺑﻦ ﺑِﻲ ﻟﻨﺠﻮ.
..ﻋﺒﺪ ﻟﻠﱠﻪِ ﺑﻦ ﺣﻤﺪ
ﻋﻦ ِ ﻋﻦ ﻋﺒﺪِ ﻟ ﱠﻠﻪِ ﱠ ﻟﻨﺒِﻲ ﺻﻠﱠﻰ ﻟﻠﱠﻪ ﻋﻠﻴﻪِ ﺳﻠﱠﻢ ﺗﺎ ﺑﻴﻦ ﺑِﻲ ﺑﻜﺮٍ ﻋﻤﺮ ﻋﺒﺪ ﻟ ﱠﻠﻪِ ﻳﺼﻠﱢﻲ
ﻏﻀﺎ ﻛﻤﺎ ﻳﻘﺮ ﻟﻘﺮ ﺴﺎ َ ﻓﺴﺤﻠﻬﺎ ﻓﻘﺎ ﻟﻨﺒِﻲ ﺻﻠﱠﻰ ﻟﻠﱠﻪ ﻋﻠﻴﻪِ ﺳﻠﱠﻢ ﻣﻦ ﺣﺐ
ﻓﺎﻓﺘﺘﺢ ﻟﻨ
39
.
..ٍ ﻋﺒﺪِﻧﺰِ ﻓﻠﻴﻘﺮ ﻋﻠﻰ ﻗِﺮ َِ ﺑﻦ
.
Artinya: Dari Abdullah ibn Ahmad… Hadis Muawiyah ibn Amrin katanya
hadis Zaidah, hadis 'Ashim ibn Abi Nujuddari Zirin dari Abdullah, bahwa
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam … ''Barang siapa yang ingin membaca
36
Bukhari, Shahih al-Bukhari, juz 5, h. 396.
37
CD Room, Kutub at-Tis’ah, Mausū’atu al-Hadīs al- Syarif.
38
Asqalani, Fathul Bari Syarah Shahih al-Bukhari, juz 5, h. 397.
39
Ahmad Muhammad Syakir, Hamisy Musnad (Mesir: Darul Ma'arif, 1368 H), h. 128.
Hadis di atas tergolong syarif marfu' dengan kualitas perawi yang sebagian
tergolong siqah dan siqah subut dan Shaduq. Adapun hikmah dari hadis di atas, yaitu
perlunya memberikan pujian kepada pelajar sesuai dengan kemampuan belajarnya.
Seorang guru hendaknya manpu mengarahkan dan mengendalikan peserta
didiknya dengan cara memberi rangsangan baik berupa pujian ataupun hadiah.
40
Dengan pujian ini pesera didik akan terpola prilakunya. Misalnya apabila anak-
anak manpu mengikuti pelajaran tanpa bolos sekalipun, bapak akan memberikan
nilai plus pada nilai akhir.
Rangsangan hadiah ini berupa nilai 'plus' pada nilai akhir adalah reward.
Rangsangan ini akan dapat mengarahkan dan mengendalikan sikap dan prilaku
peserta didik. Mereka akan termotivasi akan nilai plus dan berimbas pada prilaku
positif yang di tampilkan dimana peserta didik tidak bolos. Hal semacam ini sangat
efektif untuk menumbuhkan rasa percaya diri mereka. Mereka akan merasa dihargai
dan dihormati, serta merasa diperhatikan dan diakui eksistensinya.
Pujian/reward ini dapat menumbuhkan konsep diri positif pada peserta didik.
Bila tepat penggunaannya, mereka lambat laun menjadi sorang manusia yang dapat
memandang dirinya secara positif. Hal ini sangat bermanfaat bagi keberhasilan dan
masa depan peserta didik tersebut.
Sukadi dalam bukunya ''Guru Powerful'' mengatakan ada beberapa kiat dalam
memberikan pujian/reward, antara lain:
a. Kaitkan reward dengan prilaku tertentu,
b. Berikan secepatnya,
c. Berikan pujian/reward dengan ikhlas,
d. Publikasikan didepan umum, dan
40
Sukadi, Guru Powerful Guru Masa Depan (Bandung: Kalbu, 2007), h. 105.
e. Variasikan pemberiannya.41
Sebaliknya pujian yang diberikan tidak tepat penggunaannya akan berakibat
fatal, dimana peserta didik akan merasa suatu cemoohan/ejekan terhadap dirinya.
Oleh sebab itu seorang guru harus tahu kapan memberikan pujian secara tepat.
ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﻠِﻲ ﺑﻦ ﻋﺒﺪِ ﻟ ﱠﻠﻪِ ﻗﺎ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻳﺤﻴﻰ ﻗﺎ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺣﻤﻴﺪ ﻗﺎ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺑﻜﺮ ﻋﻦ ﺑِﻲ ﻓِﻊٍ ﻋﻦ
ﺾ ﻃﺮِﻳﻖِ ﻟﻤﺪِﻳﻨﺔِ ﻫﻮ ﺟﻨﺐ ﻓﺎﻧﺨﻨﺴﺖ
ِ ﺑِﻲ ﻫﺮﻳﺮ ﱠ ﻟﻨﺒِﻲ ﺻﻠﱠﻰ ﻟﻠﱠﻪ ﻋﻠﻴﻪِ ﺳﻠﱠﻢ ﻟﻘِﻴﻪ ﻓِﻲ ﺑﻌ
ﺟﺎﻟِﺴﻚ ﻣِﻨﻪ ﻓﺬﻫﺐ ﻓﺎﻏﺘﺴﻞ ﺛﻢ ﺟﺎ َ ﻓﻘﺎ ﻳﻦ ﻛﻨﺖ ﻳﺎ ﺑﺎ ﻫﺮﻳﺮ ﻗﺎ ﻛﻨﺖ ﺟﻨﺒﺎ ﻓﻜﺮِﻫﺖ
42
.
ﻧﺎ ﻋﻠﻰ ﻏﻴﺮِ ﻃﻬﺎ ٍ ﻓﻘﺎ ﺳﺒﺤﺎ ﻟﻠﱠ ِﻪ ِ ﱠ ﻟﻤﺴﻠِﻢ ﻟﺎ ﻳﻨﺠﺲ
Artinya: Hadis Ali ibn Abdullah katanya, hadis Yahya katanya hadis
Muhammad katanya hadis bakar dari Abi Rafi' dari Abu Hurairah,
bahwasanya Nabi saw, bertemu dengannya di jalan kota Madinah dan dia
sedang dalam keadaan janabat, saya diam-diam dan pergi ke suatu tempat
dan mandi. Setelah itu saya datang dan beliau masih duduk di tempat semula.
Beliau bertanya: Dimana anda tadi wahai Abu Hurairah? Saya menjawab,
saya dalam keadaan janabat dan saya tidak ingin duduk bersama engkau,
sedang saya dalam keadaan tidak suci. Rasul menjawab. Subhanallah, Wahai
Abu Hurairah, sesungguhnya seorang muslim itu tidak najis.
Hadis di atas tergolong syarif marfu' dengan kualitas perawi yang sebagian
tergolong siqah, siqah mutqin, siqah mudallis dan siqah subut. Ibnu Hajar al-
Asqalani, mengkomentari hadis ini dengan mengatakan bahwa ada anjuran bagi
pendidik untuk mengingatkan peserta didik sesuatu yang benar.43
Memperhatikan siswa merupakan kata kunci dalam pemelajaran yang
efektif.44 Sejak kita melakukan perencanan sampai dengan pelaksanaan pemelajaran
41
Sukadi, Guru powerful, h. 106.
42
Abu Abdullah bin Muhammad Ismail al- Bukhari, Shahih al-Bukhari, Juz 1 (Saudi Arabia :
Idaratul Buhuts Ilmiah wa Ifta' wa ad-Dakwah wa al-Irsyad, t.t), h. 390.
43
Ahmad ibn Ali ibn Hajar Abu al-Fadhil al-Asqalani, Fathul Bari Syarah Shahih al-
Bukhari (Beirut: Dar al-Ma'rifah, 1379 H), juz 1, h. 391.
44
Sukadi, Guru powerful, h. 67.
dituntut untuk memperhatikan peserta didik. Oleh karena itu seorang guru harus
menguasi ilmu psikologi perkembangan. Pemelajaran yang tidak memperhatikan
siswa tidak akan mencapai sasaran yang efektif sehingga untuk itu guru dituntut
untuk memikirkan bagaimana keadaan peserta didik pada sa’at perencanaan sampai
pengevaluasiannya.
Guru juga harus mempertimbangkan bagaimana bahasa yang digunakan,
tingkat kesukaran materi ajar, suasana/lingkungan belajar, metode yang digunakan
bahkan internal peserta didik sekalipun menjadi bahan pertimbangan bagi guru
dalam pemelajaran. Sangat tidak baik jika seorang guru hanya melaksanakan
tugasnya tanpa memperhatikan keadaan peserta didik, dan hal ini akan menjadi
pemelajaran yang tidak berarti.
Dengan demikian untuk menjadi guru yang baik haruslah mau dan manpu
mencari tahu keadaan peserta didik.
ﺣﺪﺛﻨِﻲ ِﺳﺤﺎ ﺑﻦ ِﺑﺮ ﻫِﻴﻢ ﺧﺒﺮﻧﺎ ﻋﺒﺪ ﻟﺮ ِ ﺧﺒﺮﻧﺎ ﻣﻌﻤﺮ ﻋﻦ ﻫﻤﺎ ٍ ﻋﻦ ﺑِﻲ ﻫﺮﻳﺮ ﻗﺎ
ِﻮ ﻧِﻪﻗﺎ ﺳﻮ ﻟﻠﱠﻪِ ﺻﻠﱠﻰ ﻟﻠﱠﻪ ﻋﻠﻴﻪِ ﺳﻠﱠﻢ ﻣﺎ ﻣِﻦ ﻣﻮﻟﻮ ٍ ِﻟﱠﺎ ﻳﻮﻟﺪ ﻋﻠﻰ ﻟﻔِﻄﺮِ ﻓﺄﺑﻮ ﻳﻬ
45
… ﺮ ﻧِﻪِ ﻛﻤﺎ ﺗﻨﺘِﺠﻮ ﻟﺒﻬِﻴﻤﺔ
ﻳﻨﺼ
Artinya: Hadis dari Ishak ibn Ibrahim, hadis Abdurrazzak, hadis Ma’mar dari
Hammam dari Abu Hurairah berkata, Rasul saw. bersabda: Setiap anak
dilahirkan dalam keadaan suci, maka kedua orang tuanya (sebagai pendidik)
yang menjadikannya sebagai pengikut (berpola hidup) Yahudi atau Nasrani,
sebagaimana seekor ternak melahirkan ternak pula.
Hadis di atas tergolong syarif marfu' dengan kualitas perawi yang sebagian
45
Bukhari, Shahih al-Bukhari, h. 303.
46
CD Room, Kutub at-Tis’ah, Mausū’atu al-Hadīs al- Syarif.
merupakan cerminan terhadap peserta didik. Karena guru adalah suri tauladan bagi
murid. Apa yang dilakukan pendidik baik di dalam maupun di luar kelas akan
syarat, bukan hanya orang yang pandai tapi juga orang yang berbudi, orang yang
beriman yang perbuatannya sendiri dapat memberikan pengaruh pada pikir, jiwa dan
47
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 89.
10. Guru (pendidik) hendaknya rajin meneliti, menyusun dan mengarang dengan
1. Guru (pendidik) ketika hendak mengajar sebelum keluar dari rumah hendaknya
bersuci dari hadas dan kotoran serta mengenakan pakaian yang baik dengan
2. Guru (pendidik) ketika keluar dari rumah hendaknya selalu berdo’a agar tidak
sesat dan menyesatkan dan terus berzikir kepada Allah Ta’ala. hingga sampai ke
majelis pembelajaran.
3. Guru (pendidik) hendaknya memosisikan dirinya pada tempat yang dapat dilihat
barkah Allah.
keahliannya.
kesopanan.
Ta’ala.
2. Tidak menolak mengajar anak didik yang tidak lulus dan ikhlas belajar.
memahaminya.
7. Bersikap adil terhadap semua anak didiknya dan terus melakukan pemantauan
bidang administrasi, dinamisasi, inovasi, motivasi dan evaluasi yang akan dipakai
Apa yang telah dipaparkan di atas adalah karakter yang sangat penting yang
tidak boleh ditinggalkan oleh setiap pendidik. Pendidik dalam masyarakat modern
yang ideal seperti dalam masyarakat Islam, lebih dari sekedar petugas yang
memahami dirinya lebih dari itu. Bahwa ia adalah teladan yang akan ditiru anak
memperlakukan murid-murid tidak seperti domba atau ternak yang perlu digembala
dan didisiplinkan, melainkan sebagai manusia yang mudah dipengaruhi, yakni sifat-
sifatnya yang mesti harus dibentuk dan harus dididik olehnya untuk mengenal aturan
PENUTUP
dalam istilah pendidikan Islam, istilah pendidik erdiri dari muaddib, murabbi dan
atau muallim. Istilah-istilah ini masih belum ada kata sepakat para ahli, sehingga
diambil. Walupun demikian hal ini tidak merubah visi pendididkan Islam itu sendiri.
Jenis-jenis Pendidik dalam pendidikan Islam terdiri dari Allah Ta’ala, Nabi
Muhammad Saw, Orang Tua dan Guru. Ke-empat jenis pendidik tersebut secara
hadis-hadis Nabi, maka seorang pendidik tersebut harus memiliki kreteria antara
lain:
Semua potensi yang dimiliki di atas merupakan satu kesatuan yang tak dapat
dipisahkan antara satu dengan yang lain, dimana yang satu dengan lainnya
Pendidik/guru memegang peranan yang penting dan strategis. Sebagai pendidik, guru
merupakan agent of social change yang mengubah pola pikir, sikap, dan perilaku
manusia menuju yang lebih baik, lebih bermartabat dan lebih mandiri sehingga
terwujud apa yang diharapkan yaitu menjadikan peserta didik yang memiliki sikap
insan al-kamil.
DAFTAR BACAAN
Al-Qur’anul Karim.
Alam, Zafar. Islamic Education, Theory and Practice, New Delhi: Adam Publisher
& Distribution, 2003.
al- Bukhari, Abu Abdullah bin Muhammad Ismail. Shahih al-Bukhari, Juz 1, Saudi
Arabia : Idaratul Buhuts Ilmiah wa Ifta' wa ad-Dakwah wa al-Irsyad, t.t.
al-Asqalani, Ahmad ibn Ali ibn Hajar Abu al-Fadhil. Fathul Bari Syarah Shahih al-
Bukhari, Juz I, Beirut: Dar al-Ma'rifah, 1379 H.
al-Hajar, Maulana Alam. Adab al-Muta’allim wa al-Muta’allim , Beirut: Dar al-
Manahil, 1985.
al-Halabi, Abu Isa Muhammad ibn Isa Mustafa. Sunan at-Tirmizi, tahqiq Ahmad
Syakir, cet ke 2, t.t., 1978.
al-Jamali, Muhammad fadhil. Tarbiyah al Ihsan al-Jadis, Al-Tunisiyah: al-Syarikah,
tt.
al-Razi dalam Muhammad Dahlan, Landasan dan Tujuan Pendidikan Menurut al-
Qur’an serta Implementasinya, Bandung: CV. Diponegoro, 1991.
an-Naisaburi, Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi. Shahih Muslim, Juz
1, Saudi Arabia: Idaratul Buhuts Ilmiah wa Ifta' wa ad-Dakwah wa al-Irsyad,
1400 H.
An-Nawawi, Abu Zakaria Yahya ibn Syaraf. Syarah an-Nawawi 'ala Shahih Muslim,
Juz 8, Beirut: Dar al-Fikri, 1401 H.
Barnadib, Sutari Imam. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, Yokyakarta: Andi
Ofset, 1983.
CD Room, Kutub at-Tis’ah, Mausū’atu al-Hadīs al- Syarif.
Daradjad, Zakiah. Islam untuk disiplin Ilmu Pendidikan, Jakarta: Bulan Bintang,
1987.
Darwis, Djamaluddin. English For Islamic Studies, Jakarta: Rajawali Pers, 2000.
Ibn Khaldun, Abdurrahman. al-Muqadimah, Bairut: Dar al-Jayl,t.t.
M.Echols, Jhon dan Shadily, Hassan. Kamus Bahasa Inggeris- Indonesia, Jakarta:
Gramedia, 1980.
Nizar, Samsul. Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya
Media Pratama, 2001.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002.
Rusn, Abidin Ibnu. Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan , Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1998.
Sukadi, Guru Powerful Guru Masa Depan, Bandung: Kalbu, 2007.
Syakir, Ahmad Muhammad. Hamisy Musnad, Mesir: Darul Ma'arif, 1368 H.
Ulwan, Abdullah Nashih. Tarbiyatul Aulad Fil Islam, Terj. Jamaluddin Miri,
Jakarta: Pustaka Amani Cet. I. 1995.
Undang-Undang SISDIKNAS 2003 UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab I Pasal I point 5
dan 6.
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
1991.
Wehr, Hans. A Dictionary of Modern Written Arabic, Beirut: Library Duliban, 1974.
Yunus, Muhammad. Tarjamah Al-Qur’an al Karim, Bandung: PT. Al-Ma’rif, 1993.