You are on page 1of 31

1

HADIS-HADIS TENTANG PENDIDIK

PENDAHULUAN

Sebagaimana dimaklumi bahwa hadis merupakan segala aktivitas Nabi

Muhammad Saw, baik perkataan, perbuatan dan takrirnya, yang dijadikan pedoman

dalam kegiatan muslim. Atas dasar itulah sudah selayaknya kita mencoba untuk

mencari dan menelusuri aktivistas nabi tersebut sehubungan dengan pendidik.

Walaupun disadari tak semua aktivitas nabi yang tertuang dalam hadis dapat penulis

telusuri, hal ini disebabkan keterbatasan penulis.

Pendidik merupakan elemen yang sangat penting dalam pendidikan, sebab

ditangan pendidiklah berfungsinya semua kegiatan pembelajaran. Hampir semua

faktor pendidikan yang disebut dalam teori pendidikan dilakukan operasionalnya di

tangan pendidik. Ditangan pendidiklah perencanaan aktivitas pengajaran itu

dikendalikan. Pendidiklah yang meramu semua itu sehingga dapat menjadi sebuah

menu yang baik dan sesuai dengan selera/tujuan dari pendidikan itu sendiri.

Selanjutnya, Pendidik atau guru merupakan faktor utama dalam mewujudkan

keberhasilan belajar siswa, kemampuan guru dalam menggunakan metode,

menguasai bahan pelajaran dan teknik penyajian yang sesuai, dapat merangsang

siswa untuk lebih bergairah dalam belajar.

Karena itu lah untuk menjadi seorang pendidik tentulah memerlukan

beberapa kriteria sehingga dalam meracik dan meramu aktivitas pengajaran dapat

sesuai dengan yang diharapkan. Kesalahan dalam mendidik akan beakibat fatal bagi

Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr


2

kelangsungan generasi mendatang. Oleh sebab itu dirasa perlu untuk mengenal lebih

dekat bagaimana sebenarnya seorang pendidik itu menurut ajaran Islam yang

tertuang dalam hadis-hadis Nabi. Tentunya pembahasan ini nantinya akan memberi

kontribusi terhadap pemahaman yang lebih mapan dan siqnifikan terhadap pendidik

itu sendiri

Dalam Islam Rasul merupakan seorang pendidik yang mengayomi para

ummatnya. Beliau manpu memberikan pengaruh dan keteladanan yang besar

sehingga rohani dan jasmani umat dapat merujuk sebagaiman pola yang ditampikan

rasul kepada para sahabat dan seterusnya pada generasi berikutnya. Hal dapat dilihat

sebagaimana dalam unkapan Zafar Alam bahwa Rasul merupakan seorang pendidik

yang memberikan pengaruh dan kebenarannya menyinari dunia. Rasul juga

merupakan seorang guru per-excellence.1

Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini diharapkan dapat

memunculkan pemikiran baru dalam melihat eksistensi pendidik dalam pendidikan

Islam. Makalah ini membahas hadis-hadis Nabi tentang karakteristik pendidik, baik

pendidik formal maupun non formal dan informal.

1
Zafar Alam, Islamic Education, Theory and Practice, ( New Delhi: Adam Publisher &
Distribution, 2003), h. 64

Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr


3

PEMBAHASAN

1. Pengertian Pendidik

Pendidik mengandung arti yang cukup luas. Menurut bahasa (etimologi),

pendidik adalah orang yang mendidik.2 Pengertian tersebut memberikan kesan

bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan mendidik. Dalam bahasa

Inggeris ditemukan beberapa perkataan yang berdekatan dengan kata pendidik.

Seperti kata teacher diartikan dengan guru atau pengajar. Tutor berarti guru pribadi

atau guru yang mengajar di rumah.3 Dalam perkataan Arab, pendidik disebut dengan

ustaz, mudarris, muallim dan muaddib. Kata ustaz, berarti guru, professor gelar

akademik, jenjang di bidang intelektual, pelatih, penulis dan penyair.4 Kata al-

mudarris, berarti teacher atau guru, instructor atau pelatih, lecture atau dosen.5

Kemudian, kata muallim, juga berarti teacher (guru), instructor (pelatih), trainer

(pemandu).6 Kata mu’addib berarti educator, pendidik atau teacher in coranic school

(guru pada lembaga pendidikan Alquran).7

Semua kata yang bermakna pendidik di atas secara global bertujuan untuk

mentransformasikan ilmu pengetahuan, kecakapan, keterampilan dan pengalaman

2
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), h.
250.
3
Jhon M.Echols dan Hassan Shadily, Kamus Bahasa Inggeris- Indonesia (Jakarta:
Gramedia, 1980), h. 15.
4
Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic (Beirut: Library Duliban, 1974), h.
279.
5
Ibid. h. 279.
6
Ibid., h. 637.
7
Ibid., h. 11.

Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr


4

kepada anak didik, agar anak didik memiliki ilmu dalam berbagai bidang sesuai

dengan bidangnya. Masing-masing term di atas, memiliki wadah tranformasi yang

berbeda. Guru misalnya berperan di sekolah, dosen atau professor berperan di

perguruan tinggi, tutor berperan sebagai guru privat, instruktur atau pemandu

berperan di lembaga-lembaga khusus, yang tugasnya melatih dan membina.

Dalam istilah pendidikan Islam kata pendidik itu sendiri masih

diperselisihkan apakah kata Murabbi, Muaddib dan atau Muallim. Walaupun

demikian perbedaan itu hanya dalam tataran terminologi saja yang tidak membawa

kepada prinsip dasar atau visi akhir dari pendidikan Islam itu sendiri.8

Penulis menuangkan term dalam tulisan ini adalah term pendidik, karena kata

pendidik itu dapat merangkum semua wadah tersebut. Meskipun kandungan makna

kata pendidik itu berada pada tempat tertentu, namun juga memiliki tugas yang

sangat luas, sebagaimana tujuan pendidik itu sendiri, yaitu memberikan bantuan

pembinaan kepada anak didik untuk mengembangkan multi potensinya yang masih

menyatu dalam aqliyah (akal), ruhiyah (kejiwaan) dan jasmiyah (jasad dan

keterampilan).

Term pendidik ini tidak berubah baik di era klasik maupun modern. Kata ini

mulai sejak nabi Muhammad saw. Bahkan Rasul saw. sendiri adalah pendidik yang

agung dan sampai di era modern pun kata pendidik itu tetap eksis kandungan

8
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2001), h. 91

Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr


5

maknanya di berbagai tempat, seperti di sekolah, madrasah, masjid, perguruan tinggi

dan lain sebagainya.

Selanjutnya secara istilah (terminologi), istilah pendidik dipahami berbeda

oleh para pakar pendidikan. Al-Djamali, menyebutkan; bahwa pendidik adalah orang

yang mengarahkan kepada manusia kepada kehidupan yang baik sehingga terangkat

derajat kemanusiaannya sesuai dengan kemampuan dasar yang dimiliki oleh

manusia.9 Senada dengan itu, Barnadib, mengemukakan bahwa pendidik setiap

orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai kedewasaan

peserta didik.10 Selanjutnya pendidik adalah individu yang akan memenuhi

kebutuhan pengetahuan, sikap dan tingkah laku peserta didik.11

Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor: 20 Tahun

2003 dibedakan antara pendidik dengan tenaga kependidikan. Tenaga kependidikan

adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang

penyelenggara pendidikan, sedangkan pendidik adalah tenaga kependidikan yang

berkualifikasi sebagai pendidik, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor,

instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan khususnya serta

berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan. 12

9
Muhammad fadhil al-Jamali, Tarbiyah al Ihsan al-Jadis (Al-Tunisiyah: al-Syarikah, tt.), h.
74.
10
Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan sistematis (Yokyakarta: Andi Ofset,
1983), h. 61.
11
Zakiah Daradjad, Islam untuk disiplin Ilmu Pendidikan (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), h.
19.
12
Undang-Undang SISDIKNAS 2003 UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab I Pasal I point 5 dan 6.

Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr


6

Dari berbagai pendapat di atas dapat dipahami bahwa pendidik adalah tenaga

yang terlatih dalam bidangnya dan bertanggung jawab terhadap tugasnya dalam

rangka mengarahkan, membimbing dan mempengaruhi peserta didik agar menjadi

manusia yang mempunyai derajat yang tinggi (Insan al-kamil) sesuai dengan

kemampuan peserta didik.

2. Jenis-Jenis Pendidik

Dalam pandangan Islam, pendidik dapat diperuntukan kepada beberapa

macam:

a. Allah Ta’ala.

Dari berbagai ayat al-Qur’an yang membahas tentang posisi Allah Ta’ala
sebagai pendidik dapat diketahui dari beberapa firman yang disampaikan
kepada Nabi Muhammad Saw. Allah memiliki pengetahuan yang sangat luas
dan maha tinggi, disamping ia juga sebagai pencipta alam semesta. Dalam al-
Qur’an dinyatakan bahwa Allah merupakan pendidik bagi alam semesta. Hal
ini dapat dilihat pada firman Allah Ta’ala:

13

Dalam ayat tersebut menurut Muhammad Yunus mengatakan kata ‫رب‬


bermakna yang mendidik14; Sementara di ayat lain juga ada disebutkan
bahwa Allah mengajar akan nama-nama benda pada Adam As. Sebagaimana
dapat dijumpai dalam al-Quran;

13
Q.S. 1, al-Fatihah: 2
14
Muhammad Yunus, Tarjamah Al-Qur’an al Karim, Bandung: PT. Al-Ma’rif, 1993, h. 2

Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr


7

15
.‫ﻛﻨﺘﻢ ﺻﺎ ﻗﲔ‬ ‫ﻷ ﺎ ﻛﻠﻬﺎ ﻋﺮﺿﻬﻢ ﻋﻠﻰ ﳌﻼﺋﻜﺔ ﻓﻘﺎ ﻧﺒﺌﻮ ﺑﺄ ﺎ ﻫﺆﻻ‬ ‫ﻋﻠﻢ‬
Artinya; Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu
berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
memang orang-orang yang benar!”

Dari berbagai keterangan di atas dapat dipahami bahwa Allah Ta’ala dalam

kontek ini berlaku sebagai pendidik walaupun secara tegas tidak disebutkan

dengan kata’pendidik’ dalam ayat dan hadis di atas. Namun perlu dipahami

bahwa Allah Ta’ala sebagai pendidik tidaklah sama dengan manusia. Allah

sebagai pendidik sudah barang tentu mengetahuai akan segalanya, termasuk

kebutuhan peserta didiknya karena Allah adalah Zat Pencipta. Perhatian Allah

tidak terbatas hanya pada kelompok tertentu saja tetapi memperhatikan

seluruh alam semesta ini bahkan jauh dari itu.16

b. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan pendidik (muallim),

hal ini ditandai dengan wahyu yang diterima olehnya dan disampaikan kepada

ummatnya. Dalam penyampaiannya Rasul mengajarkan dan

mengimplementasikannya dalam bentuk prilaku yang dicontohkan oleh para

15
Q.S. 2, al-Baqarah: 31.
16
Al-Razi dalam Muhammad Dahlan, Landasan dan Tujuan Pendidikan Menurut al-Qur’an
serta Implementasinya, (Bandung: CV. Diponegoro, 1991), h. 43

Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr


8

sahabat-sahabatnya17 Hal ini pada dasarnya bahwa kedudukan Nabi sebagi

pendidik ditunjuk langsung oleh Allah Ta’ala.18

c. Ulama

Ulama merupakan perpanjangan tugas kerasulan setelah para rasul tidak ada

lagi. Tentunya para ulama yang benar menjalankan perintah Allah dan

mengikuti sunnah Rasul yang dapt dikatakan ulama. Kata ulama sendiri

secara bahasa bermakna mengetahui. Ia terambil dari kata ‘allama. Sementara

secara istilah kata ini dimaknai dengan orang yang mengetahui, mempunyai

ilmu agama yang luas. Sesungguhnya ulama dapat dikatakan pendidik karena

para ulama adalah pewaris para nabi (...ِ‫ُ ْﻢ وَرَﺛَﺔُ اﻟْﺄَﻧْﺒَِﺎء‬ª َ‫ )وَأَنﱠ اﻟْﻌُﻠَﻤَﺎء‬dan

disamping itu ulama mewariskan banyak khazanah intelektual Islam kepada

kita yang dapat dijadikan sebagai ‘ibrah.

d. Orang Tua

Dalam lingkungan yang sangat sederhana dapat dikatakan bahwa manusia

lahir pertama-tama dididik oleh orang tuanya yang melahirkan, mengasuh,

membesarkan dan membinanya hingga sampai orang tuanya tak manpu

menghandle sendiri. Ketika orang tua merasa tak manpu memberi pendidikan

yang dibutuhkan oleh anak, maka disaat itulah orang tua mencoba membagi

tanggunggung jawabnya sebagai pendidik kepada orang lain, dalam hal ini

tentu ‘guru’. Pada saat anak hidup dilingkungan keluarga banyak hal-hal yang

17
Djamaluddin Darwis, English For Islamic Studies,(Jakarta: Rajawali Pers, 2000), h. 13
18
Al-Razi, Landasan dan …,h. 43

Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr


9

prinsip tertanam pada jiwa anak termasuk pandangan hidup, sikap hidup, dan

keterampilan lainnya. Orang tua merupakan pendidik yang secara natural

terjadi bagi diri orang tua tersebut. Sehingga orang tua juga dikatakan sebagai

pendidik kudrati. Artinya ia terbentuk karena kudrat dari Allah Ta’ala. sebagai

Pencipta.

Al-Qur’an menyetir akan hal-hal yang harus ditanamkan oleh orang tua

kepada anaknya, seperti tidak menyekutukan Allah Ta’ala, memerintahkan

agar melaksanakan shalat, sabar dalam menghadapi ujian dan lainnya.

Sebagaimana firman Allah Ta’ala. dalam Q.S. Lukman: 12-19.

e. Guru

Pendidik yang ada di lembaga pendidikan di istilahkan dengan guru, mulai

dari TK sampai dengan Perguruan Tinggi bahkan sampai dengan pondok

pesantren. Perbedaannya hanya terletak pada penamaannya untuk masing-

masing tingkat ataupun lembaga itu menamakan untuk pendidik. Seperti kiyai,

guru, dosen, ustadz, dan lain sebagainya. Pendidik merupakan orang yang

dipercaya untuk dapat memberikan pencerahan bagi generasi dan melanjutkan

proses penghambaan/abdullah dan khalifatu fi al- ardh. Untuk itu seorang

guru atau pendidik harus ada melekat pada dirinya karakteristik dan sifat-sifat

pendidik sebagaimana akan diutarakan dalam makalah ini lebih lanjut. Paling

tidak kita akan dapat mengambil sebagaimana yang dicontohkan oleh

Rasulullah Saw.

Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr


10

3. Hadis-Hadis Tentang Kreteria Pendidik

Dalam hadis Rasulullah saw. ditemukan kreteria seorang pendidik, antara

lain, sebagai berikut:

a. Pendidik harus menyampaikan hal-hal yang baik

‫ﻞ‬
ِ ْª‫ﻦ َأ‬
ْ ِ‫ﻦ ﺣَﻲﱟ أَنﱠ رَﺟُﻼ ﻣ‬
ُ ْ‫ﺢ ﺑ‬
ُ ِ‫ﺣَﺪﱠﺛَﻨَﺎ ﻣُﺤَﻤﱠﺪُ ﺑْﻦُ ﻣُﻘَﺎﺗِﻞٍ أَﺧْﺒَﺮَﻧَﺎ ﻋَﺒْ ُﺪ اﻟﻠﱠ ِ أَﺧْﺒَﺮَﻧَﺎ ﺻَﺎﻟ‬
‫ﻲ‬
َ ِ‫ﻦ أَﺑِﻲ ﻣُﻮﺳَﻰ اﻟْﺄَﺷْﻌَﺮِيﱢ رَﺿ‬
ْ َ‫ﺧُﺮَاﺳَﺎنَ ﻗَﺎلَ ﻟِﻠﺸﱠﻌْﺒِﻲﱢ ﻓَﻘَﺎلَ اﻟﺸﱠﻌْﺒِﻲﱡ أَﺧْﺒَﺮَﻧِﻲ أَﺑُﻮ ﺑُﺮْ َدةَ ﻋ‬
‫ﻦ‬
َ َ‫ﻞ أَﻣَ َﺘ ُ ﻓَﺄَﺣْﺴ‬
ُ ُ‫اﻟﻠﱠ ُ ﻋَ ْﻨ ُ ﻗَﺎلَ ﻗَﺎلَ رَﺳُﻮلُ اﻟﻠﱠ ِ ﺻَﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠ ُ ﻋَﻠَْ ِ وَﺳَﱠﻠ َﻢ إِذَا أَدﱠبَ اﻟﺮﱠﺟ‬
19
.... ‫ﻦ ﺗَﻌْﻠِ ﻤَ َﺎ‬
َ َ‫ﺗَﺄْدِ ﺒَ َﺎ وَﻋَﱠﻠ َﻤ َﺎ ﻓَﺄَﺣْﺴ‬
Artinya: Hadis dari Muhammad ibn Mukatil, hadis dari Abdullah, hadis dari
Shalih ibn Hayy, seorang laki-laki dari Khurasan berkata pada Sya’by,
katanya dia diberitahu Abu Burdah dari Abu Musa al-Asy’ary ra. Rasul
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Jika kamu mendidik seorang anak,
maka berikanlah pendidikan yang baik dan ajarilah ia dengan pengajaran
yang baik.

Hadis di atas tergolong syarif marfu' dengan kualitas perawi yang sebagian

tergolong tsiqah dan tsiqah tsubut. 20

Dari hadis diatas dapat dipahami bahwa seorang pendidik harus memberikan

pendidikan yang benar dan baik dan jangan memberikan pendidikan yang tidak baik

kepada anak/peserta didik. Kalau dianalisa lebih jauh bahwa hadis diatas

menampilkan kepada kita bahwa rasul, secara mustatir, melarang mengajarkan

sesuatu kepada anak didik dengan pengajaran yang tidak baik dan tidak benar,

artinya pengajaran yang tidak baik akan dapat merusak kepribadian anak itu sendiri.

19
Abu Abdullah bin Muhammad Ismail al- Bukhari, Shahih al-Bukhari, Juz 1 (Saudi Arabia
: Idaratul Buhuts Ilmiah wa Ifta' wa ad-Dakwah wa al-Irsyad, t.t), h. 52
20
CD Room, Kutub at-Tis’ah, Mausū’atu al-Hadīs al- Syarif.

Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr


11

Kemudian, pendidik sebelum melaksanakan tugasnya dalam mendidik,

mestinya sudah memiliki persepsi bahwa dirinya akan melaksanakan tugas yang suci

lagi mulia, yaitu menginternalisasikan nilai-nilai suci terhadap pengembangan

kepribadian anak didik. Sebab sesuatu yang suci dan mulia itu tidak bisa diantarkan

oleh sesuatu yang kotor. Karena yang kotor itu adalah tembok raksasa bagi

penerimaan ilmu. Oleh sebab itu, hal-hal yang suci harus disucikan terlebih dahulu

pengantarnya.

Pendidik dalam hal ini sebagai pengantar amanat melakukan tugas mendidik

mestinya sudah menaruh persepsi dirinya yang baik itu, sehingga tujuan yang baik

dan mulia itu mudah di dapatkan. Seorang pendidik mestinya menghiasi dirinya

dengan akhlak mahmudah, seperti rendah hati, khusyuk, tawadu, zuhud, qanaah dan

tidak sombong, tidak ria, tidak takabbur dan hendaknya memiliki tujuan

kependidikannya, yaitu penyempurnaan dan pendekatan diri kepada Allah Ta’ala.

Dalam kitab Adab al-Mualim wa al-Muta’allim disebutkan bahwa seorang pendidik

harus memiliki dua belas sifat sebagai berikut:

1. Tujuan mengajar adalah untuk mendapatkan keridhaan Allah Ta’ala. bukan

untuk tujuan yang bersifat duniawi, harta, kepangkatan, ketenaran, kemewahan,

status sosial dan lain sebagainya.

2. Senantiasa mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. dalam keadaan terang-

terangan dan senantiasa menjaga rasa takut dalam semua gerak dan diamnya,

ucapan dan perbuatannya, karena dia adalah seorang yang di beri amanat dengan

Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr


12

diberikannya ilmu oleh Allah Ta’ala. dan kejernihan panca indra dan

penalarannya.

3. Menjaga kesucian ilmu yang dimilikinya dari perbuatan yang tercela.

4. Berakhlak dengan sifat zuhud dan tidak berlebih-lebihan dalam urusan duniawi,

qanaah dan sederhana.

5. Menjauhkan diri dari perbuatan yang tercela.

6. Melaksanakan syariat Islam dengan sebaik-baiknya.

7. Melaksanakan amalan sunah yang di syari’atkan.

8. Bergaul dengan sesama manusia dengan menggunakan akhlak yang mulia dan

terpuji.

9. Memelihara kesucian lahir dan bathinnya dari akhlak yang tercela.

10. Senantiasa semangat dalam menambah ilmu dengan sungguh-sungguh dan kerja

keras.

11. Senantiasa memberikan manfaat kepada siapapun.

12. Aktif dalam pengumpulan bahan bacaan, mengarang dan menulis buku.21

Di antara sifat yang ditunjukkan oleh Rasul saw. sebagai pendidik adalah

sebagai berikut:

b. Pendidik Memiliki Sifat Penyayang

21
Maulana Alam al-Hajar, Adab al-Muta’allim wa al-Muta’allim (Beirut: Dar al-Manahil,
1985), h. 21-34.

Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr


13

ٍ‫ﺣ ﺪﱠﺛَﻨَﺎ ﺣَﻤﱠ ﺎدُ ﺑْ ﻦُ زَْ ٍﺪ ﻋَ ﻦْ ﺛَﺎ ِﺑ ﺖ‬ َ ‫ل‬ َ ‫ﺳ ﻌِ ُﺪ ْﺑ ﻦُ ﻣَ ْﻨ ﺼُﻮرٍ وَأَ ُﺑ ﻮ اﻟﺮﱠ ِﺑ ِﻊ َﻗ ﺎ‬َ ‫ﺣ ﺪﱠﺛَﻨَﺎ‬
َ
َ‫ﻋ ﺸْﺮ‬ َ َ‫ﺳ ﻠﱠﻢ‬َ َ‫ل اﻟﻠﱠ ِ ﺻَﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠ ُ ﻋَﻠَْ ِ و‬ َ ‫ﺖ رَﺳُﻮ‬ ُ ْ‫ﻚ ﻗَﺎلَ ﺧَﺪَﻣ‬ ٍ ِ‫ﻦ ﻣَﺎﻟ‬
ِ ْ‫ﺲ ﺑ‬
ِ َ‫ﻦ أَﻧ‬
ْ َ‫اﻟْﺒُﻨَﺎﻧِﻲﱢ ﻋ‬
22
...‫ﻲءٍ ﻟِ َﻢ ﻓَﻌَﻠْﺖَ ﻛَﺬَا‬
ْ َ‫ﺎ ﻗَﻂﱡ وَﻟَﺎ ﻗَﺎلَ ﻟِﻲ ﻟِﺸ‬ ‫ﺳِﻨِ ﻦَ وَاﻟﻠﱠ ِ ﻣَﺎ ﻗَﺎلَ ﻟِﻲ أُﻓ‬
Artinya: Hadis dari Sa'id ibn Mansyur dan Abu Rabi', hadis dari Hammad
ibn Zaid dari Tsabit al-Bunani dari Anas ibn Malik katanya; Dia membantu
Rasul saw. Selama sepuluh tahun, dia tidak pernah membentakku dengan
kalimat 'uf', juga tidak pernah menegur: Mengapa engkau berbuat itu ....

Hadis di atas tergolong syarif marfu' dengan kualitas perawi yang sebagian

tergolong tsiqah dan tsiqah tsubut dan tsiqah lam yattsil. Imam an-Nawawi, memberi

komentar terhadap hadis di atas, mengatakan bahwa Rasul saw. tidak merasa jengkel

dan menjadikannya kesal terhadap pembantunya yang tinggal bersamanya selama

sepuluh tahun. Hal itu menandakan Rasul saw. memiliki sifat penyayang, termasuk

kepada pembantu.23

Kasih sayang adalah suatu perasan halus dan suatu kelembutan di dalam hati

sanubari, dan suatu ketajaman perasaan yang mengarah pada perlakuan lemah

lembut terhadap orang lain. Seorang pendidik harus menghindari dari tindakan yang

dapat menyakiti anak didik. Ia harus dapat merasakan perasaan anak didik tanpa

harus ada pembedaan antara satu dengan yang lain.

Perasaan kasih sayang yang pilih kasih akan mengakibatkan anak didik

melahirkan perasaan dengki dan benci, takut dan minder terasing, sedih, senang

22
Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Shahih Muslim, Juz 1
(Saudi Arabia: Idaratul Buhuts Ilmiah wa Ifta' wa ad-Dakwah wa al-Irsyad, 1400 H), h. 89.
23
Abu Zakaria Yahya ibn Syaraf An-Nawawi, Syarah an-Nawawi 'ala Shahih Muslim
(Beirut: Dar al-Fikri, 1401 H), Juz 8, h. 15.

Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr


14

berkelahi dan bermusuhan, serta menyebabkan timbulnya perasaan takut dan kurang

percaya diri.24

Oleh sebab itu Persepsi pendidik yang dipahamkan dalam Islam memiliki

kepribadian yang baik, mulia dan lengkap, tidak bisa sepotong-sepotong, karena

kesadaran terhadap pengemban amanat mendidik adalah tugas yang luas dan berat,

suci dan mulia. Karakter yang seperti itu mestinya telah ada pada seorang pendidik.

Oleh karena itu, bila terjadi sebaliknya, maka hasil pendidikan akan tidak sesuai

dengan cita-cita dan harapan ideal dalam ajaran Islam. Harapan ideal dimaksud

yakni menjadi manusia yang mampu mendayagunakan nilai-nilai multipotensi

kepribadiannya terhadap tujuan Allah Ta’ala. menciptakannya, sebagaimana

termaktub dalam Alquran berikut:

25
. ‫ﻣﺎ ﺧﻠﻘﺖ ﳉﻦ ﻹﻧﺲ ﻻ ﻟﻴﻌﺒﺪ‬
Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku.

Ada kecenderungan terjadinya degradasi moral pendidik dewasa ini. Persepsi

pendidik di era ini sudah mulai goyang dan rapuh. Hal ini dapat diidentifikasikan

dari beberapa persepsi dan fakta di lapangan. Pendidik di era ini tidak banyak lagi

yang mempersepsikan dirinya sebagai pengemban amanat yang suci dan mulia,

mengembangkan nilai-nilai multipotensi anak didik, tetapi mempersepsikan dirinya

sebagai seorang petugas semata, yang mendapatkan gaji baik dari negara, maupun

24
Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fil Islam, Terj. Jamaluddin Miri, Jakarta:
Pustaka Amani Cet. I. 1995, h. 367
25
Q.S. 51, al-Zariyat: 56.

Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr


15

organisasi swasta dan mempunyai tanggung jawab tertentu yang harus dilaksanakan.

Bahkan kadang-kadang muncul sikap egoisme bahwa ketika seorang pendidik akan

melakukan tugasnya termotivasi oleh rasa keikhlasan panggilan mengembangkan

fitrahnya dan fitrah anak didiknya. Perlunya kesejahteraan dan kemakmuran seorang

pendidik, tidak dapat dinafikan. Bahkan, hal itu merupakan sesuatu yang sangat

krusial bagi kelangsungan keluarga dan menjalankan tugas mendidik. Akan tetapi,

ketika seseorang menjadi seorang pendidik, hendaklah mengapresiasikan tugas yang

mulia itu terlebih dahulu, kemudian tentang kesejahteraan dan kemakmuran adalah

bias dari pekerjaan itu sendiri. Pendidik saat ini banyak yang tidak lagi

memposisikan dirinya sebagai seorang figur teladan yang perlu di tiru. Ditiru atau

tidak, yang jelas ia sudah melaksanakan tugas tranfer ilmu pengetahuan kepada anak

didiknya.

Pada sisi lain, pendidik di era modern sekarang ini, dalam menjalankan

tugasnya lebih banyak menyentuh aspek kecerdasan akliyah (aspek kognitif) dan

kecerdasan ajasamiyah (aspek psikomotorik) dan kurang memerhatikan kecerdasan

ruhiyah (afektif). Hal ini terbukti dari produktivitas pendidikan yang banyak

melahirkan siswa dan kesarjanaan cerdas dan terampil, tetapi masih banyak siswa

yang tawuran, perkelahian, pemerkosaan dan lain sebagainya serta masih banyak

juga sarjana berdasi yang korupsi, menindas, maling hak rakyat. Hal-hal tersebut

adalah salah satu indikator bahwa pendidikan yang didapatkannya belum lengkap.

Walaupun ada yang berhasil, tapi jumlahnya tidak banyak. Padahal Islam menuntut

Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr


16

secara keseluruhan dan dengan cara yang bijaksana. Sebagaimana ayat Alquran

berikut:

‫ﺑﻚ ﻫﻮ ﻋﻠﻢ‬ ‫ﺳﺒﻴﻞ ﺑﻚ ﺑﺎﳊﻜﻤﺔ ﳌﻮﻋﻈﺔ ﳊﺴﻨﺔ ﺟﺎ ﻢ ﺑﺎﻟ ﻫﻲ ﺣﺴﻦ‬


26
.‫ﲟﻦ ﺿﻞ ﻋﻦ ﺳﺒﻴﻠﻪ ﻫﻮ ﻋﻠﻢ ﺑﺎﳌﻬﺘﺪﻳﻦ‬

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan


pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.

c. Pendidik bersikap lemah lembut

Sikap lemah lembut yang dimiliki pendidik akan menjadi nilai tambah bagi

pendidik itu sendiri, sebagaimana sabda Rasul saw:

ِ ‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺣﺮﻣﻠﺔ ﺑﻦ ﻳﺤﻴﻰ ﻟﺘﺠِﻴﺒِﻲ ﺧﺒﺮﻧﺎ ﻋﺒﺪ ﻟﱠﻠﻪِ ﺑﻦ ﻫﺐٍ ﺧﺒﺮﻧِﻲ ﺣﻴﻮ ﺣﺪﺛﻨِﻲ ﺑﻦ ﻟﻬﺎ‬
‫ﻲ ﺻﻠﱠﻰ ﻟﻠﱠﻪ‬ِ‫ﻋﻦ ﺑِﻲ ﺑﻜﺮِ ﺑﻦِ ﺣﺰ ٍ ﻋﻦ ﻋﻤﺮ ﻳﻌﻨِﻲ ﺑِﻨﺖ ﻋﺒﺪِ ﻟﺮﺣﻤﻦِ ﻋﻦ ﻋﺎﺋِﺸﺔ ِ ﻟﻨﺒ‬
‫ﻓﻖ‬ ‫ﻋﻠﻴﻪِ ﺳﻠﱠﻢ ﱠ ﺳﻮ ﻟﱠﻠﻪِ ﺻﻠﱠﻰ ﻟﻠﱠﻪ ﻋﻠﻴﻪِ ﺳﻠﱠﻢ ﻗﺎ ﻳﺎ ﻋﺎﺋِﺸﺔ ِ ﱠ ﻟﻠﱠﻪ ﻓِﻴﻖ ﻳﺤِﺐ ﻟﺮ‬
27
. ‫ﻓﻖِ ﻣﺎ ﻟﺎ ﻳﻌﻄِﻲ ﻋﻠﻰ ﻟﻌﻨﻒِ ﻣﺎ ﻟﺎ ﻳﻌﻄِﻲ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﺳِﻮ‬
‫ﻳﻌﻄِﻲ ﻋﻠﻰ ﻟﺮ‬
Artinya: Hadis Harmalah ibn Yahya at-Tujibiyyu, hadis Abdullah ibn
Wahbin, hadis Haiwah, hadis ibn Hadi dari Abi Bakr ibn Hazmin dari
‘Amrah yaitu binti Abdurrahman dari Aisyah istri Rasul saw. bahwa Rasul
saw. bersabda: Wahai Aisyah, sesungguhnya Allah Ta’ala. Maha lembut dan
suka pada kelembutan. Dia memberikan pada orang yang lembut apa yang
tidak diberikan pada orang yang kasar dan apa yang tidak diberikan kepada
selainnya.

26
Q.S. 16, an-Nahl: 125.
27
Naisaburi, Shahih Muslim, juz 4. h. 2003.

Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr


17

Hadis di atas tergolong syarif marfu' dengan kualitas perawi yang sebagian

tergolong tsiqah dan tsiqah tsubut dan tsiqah hafiz dan shaduq.28 Menurut an-

Nawawi, makna lembut dalam hadis di atas adalah perilaku seseorang di lingkungan

sosial yang didasarkan kepada nilai atau norma yang dianut masyarakat. Sehingga

seseorang selalu menampilkan dirinya tetap bersahaja. Tidak di luar kebiasaan yang

wajar dan dikenali masyarakat.29

Seorang pendidik yang kasar akan membuat anak menjadi kasar, berbohong

dan menimbulkan sifat kebencian dengan tidak disadari.30 Hal ini akan menjadi

sebuah pertanda tidak baik bagi anak jika ia dewasa.

Menghadapi peserta didik dalam belajar memerlukan sikap lemah lembut


sebab mereka memiliki tingkah laku yang beragam, ada siswa yang menyenangkan,
menjengkelkan dan bahkan ada juga mengecewakan dan sebagainya, untuk
menghadapi keadaan seperti itu diperlukan lemah lembut dan kesabaran yang tinggi
atau dengan kata lain memiliki kestabilan emosi yang baik.
Seorang guru yang tidak memiliki emosi yang tidak stabil akan melahirkan
suasana yang tidak efektif. Sebaliknya guru yang efektif akan memiliki stabilitas
emosional yang tenang, lemah lembut dan tidak lekas marah. Ia memahami peserta
didiknya dengan penuh pemahaman sehingga kondisi pembelajaran dapat terkendali
dengan penuh kearifan yang pada akhirnya akan menuai hasil yang baik.
Kelemahlembutan guru merupakan kata kunci untuk dapat mempengaruhi
peserta didik kearah pelaksanan proses pemelajaran yang baik. Guru merasa bahwa
peserta didik adalah manusia yang sedang berkembang sehinga ia tahu persis
bagaimana mengendalikan suasana yang terjadi di dalam ruang kelas. Untuk

28
CD Room, Kutub at-Tis’ah, Mausū’atu al-Hadīs al- Syarif.
29
Nawawi, Syarah an-Nawawi, juz 6, h. 307.
30
Abdurrahman Ibn Khaldun, al-Muqadimah, Bairut: Dar al-Jayl,t.t. h. 625

Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr


18

menumbuhkan sikap ini seorang guru harus memilki kebugaran tubuh, menguasai
materi ajar dan menguasai didaktik metodik.selain itu juga guru harus berpandangan
positif serta mempunyai harapan yang baik tentang masa depan peserta didiknya.
Sebaliknya bila guru berlaku kasar akan menjadi bomerang kepada guru itu
sendiri, dimana proses pemelajaran yang disajikan, baik di dalam kelas maupun di
luar kelas, akan terkesan kurang baik, karena sikap guru juga merupakan cerminan
terhadap peserta didik. Bukankah guru adalah suri tauladan bagi murid.31
Jelaslah bahwa guru yang memiliki kelemahlembutan akan menjadikan
pembelajaran lebih baik.

d. Pendidik Bersikap Tegas

Bersikap tegas kepada anak bukanlah suatu sikap emosional yang terkesan

kasar serta tak mendidik, yang ditampilkan pendidik pada anak didik. Namun suatu

sikap yang proporsional dan mengarah pada suatu kedisiplinan. Dengan demikian,

pendidik juga perlu menunjukkan sifat marah kepada anak didik, jika melakukan

kesalahan berulang kali. Perilaku marah yang proporsional tersebut dicontohkan

Rasul saw. sebagai berikut:

‫ﺣﺪَﺛﻨﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺳﻠﺎ ٍ ﻗﺎ ﺧﺒﺮﻧﺎ ﻋﺒﺪ ﻋﻦ ﻫِﺸﺎ ٍ ﻋﻦ ﺑِﻴﻪِ ﻋﻦ ﻋﺎﺋِﺸﺔ ﻗﺎﻟﺖ ﻛﺎ ﺳﻮ‬
‫ﻟﻠﱠﻪِ ﺻﻠﱠﻰ ﻟﻠﱠﻪ ﻋﻠﻴﻪِ ﺳﻠﱠﻢ ِ ﻣﺮﻫﻢ ﻣﺮﻫﻢ ﻣِﻦ ﻟﺄﻋﻤﺎ ِ ﺑِﻤﺎ ﻳﻄِﻴﻘﻮ ﻗﺎﻟﻮ ِﻧﺎ ﻟﺴﻨﺎ ﻛﻬﻴﺌﺘِﻚ‬
‫ﻳﺎ ﺳﻮ ﻟﻠﱠﻪِ ِ ﱠ ﻟﻠﱠﻪ ﻗﺪ ﻏﻔﺮ ﻟﻚ ﻣﺎ ﺗﻘﺪ ﻣِﻦ ﻧﺒِﻚ ﻣﺎ ﺗﺄﺧﺮ ﻓﻴﻐﻀﺐ ﺣﺘﻰ ﻳﻌﺮ‬
32
.‫ﻟﻐﻀﺐ ﻓِﻲ ﺟﻬِﻪِ ﺛﻢ ﻳﻘﻮ ِ ﱠ ﺗﻘﺎﻛﻢ ﻋﻠﻤﻜﻢ ﺑِﺎﻟﱠﻠﻪِ ﻧﺎ‬

31
Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1998), h. 75.
32
Bukhari, Shahih al-Bukhari, juz 1, h. 70.

Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr


19

Artinya: Hadis Muhammad ibn Salam, katanya hadis ‘Abdah dari Hisyam
dari ayahnya dari Aisyah r.a. katanya, Rasul saw. bersabda: Jika Rasul saw.
menyuruh mereka (sahabat), beliau menyuruh perbuatan yang mampu
mereka kerjakan, lalu mereka berkata: Kami bukan seperti engkau, wahai
Rasulullah! Sesungguhnya Allah telah mengampuni semua kesalahan engkau
yang telah lampau dan yang akan datang. Rasul saw. marah dan terlihat
kemarahannya tersebut di wajahnya. Beliau bersabda: Sesungguhnya yang
paling bertakwa dan paling mengenal Allah di antara kalian adalah saya.

Hadis di atas tergolong syarif marfu' dengan kualitas perawi yang sebagian

tergolong tsiqah dan tsiqah tsubut dan tsiqah rubama dallasa.33 Ibn Hajar

menjelaskan hadis di atas, perkataan sahabat bahwa keadaan mereka tidak sama

dengan keadaan Rasul saw. dan Rasul saw. marah kepada sahabat. Sebab tingginya

kedudukan Rasul saw. tidak harus menjadikannya sebagai orang yang malas dalam

beribadah. Pelajaran yang dapat diambil bahwa pendidik perlu menunjukkan sikap

marah jika melihat penyimpangan dalam masalah keberagamaan anak didik.34

e. Pendidik Bersifat Pema’af

Selain marah terhadap hal-hal yang tidak wajar (negatif) yang dilakukan anak

didik, pendidik juga harus menunjukkan sifat pema’af, sebab Rasul saw.

memberitakan sifat pema’af tersebut dan dapat menjadikan guru sebagai orang yang

mulia di sisi Allah Ta’ala. Sebagaimana hadis berikut:

33
CD Room, Kutub at-Tis’ah, Mausū’atu al-Hadīs al- Syarif.
34
Ahmad ibn Ali ibn Hajar Abu al-Fadhil al-Asqalani, Fathul Bari Syarah Shahih al-
Bukhari (Beirut: Dar al-Ma'rifah, 1379 H), juz 1, h. 71.

Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr


20

‫ﻲ ﻋﻦ‬ ِ‫… ﺣﺪﺛﻨِﻲ ﺑﻮ ﻣﺮﺣﻮ ٍ ﻋﺒﺪ ﻟﺮﺣِﻴﻢِ ﺑﻦ ﻣﻴﻤﻮ ٍ ﻋﻦ ﺳﻬﻞِ ﺑﻦِ ﻣﻌﺎ ِ ﺑ ِﻦ ﻧﺲٍ ﻟﺠﻬﻨ‬
‫ ﺻﻠﱠﻰ ﻟﻠﱠﻪ ﻋﻠﻴﻪِ ﺳﻠﱠﻢ ﻗﺎ ﻣﻦ ﻛﻈﻢ ﻏﻴﻈﺎ ﻫﻮ ﻳﺴﺘﻄِﻴﻊ ﻳﻨﻔﱢﺬ ﻋﺎ ﻟﻠﱠﻪ‬ ‫ﺑِﻴﻪِ ﻋﻦ ﻟﻨﺒِﻲ‬
35
...َ‫ ﻟﺤﻮ ِ ﺷﺎ‬‫ﺮ ﻓِﻲ‬ ‫ﻳﻮ ﻟﻘِﻴﺎﻣﺔِ ﻋﻠﻰ ُ ِ ﻟﺨﻠﺎﺋِﻖِ ﺣﺘﻰ ﻳﺨﻴ‬

Artinya: Hadis Abu Marhum Abdurrahim ibn Maimun dari Sahl ibn Mu’az
ibn Anas al-Juhani dari ayahnya dari Nabi saw. bersabda: Barangsiapa
menahan kemarahan padahal ia mampu melakukannya, niscaya Allah Ta’ala.
Akan memanggilnya di hari kiamat di atas makhluk lainnya dan menawarkan
padanya ‘’bidadari mana yang ia kehendaki’’.
Hadis di atas menjelaskan bahwa sifat pema’af yang dimiliki pendidik akan

membuahkan hasil yang sangat banyak dan nilai dengan kualitas tinggi di sisi Allah

Ta’ala.

f. Pendidik Bersikap Appersiatif dan Motivasi

Anak didik yang melakukan hal-hal positif, pendidik sudah semestinya

memberikan pujian terhadap perilaku positif anak didik. Sebagaimana Rasul saw.

mencontohkan berikut:

‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ ﻟﻠﱠﻪِ ﺑﻦ ﻳﻮﺳﻒ ﺧﺒﺮﻧﺎ ﻣﺎﻟِﻚ ﻋﻦ ِﺳﺤﺎ ﺑﻦِ ﻋﺒﺪِ ﻟﱠﻠﻪِ ﺑﻦِ ﺑِﻲ ﻃﻠﺤﺔ ﻧﻪ ﺳﻤِﻊ‬
ٍ‫ﻧﺲ ﺑﻦ ﻣﺎﻟِﻚٍ ﺿِﻲ ﻟﻠﱠﻪ ﻋﻨﻪ ﻳﻘﻮ ﻛﺎ ﺑﻮ ﻃﻠﺤﺔ ﻛﺜﺮ ﻟﺄﻧﺼﺎ ِ ﺑِﺎﻟﻤﺪِﻳﻨﺔِ ﻣﺎﻟﺎ ﻣِﻦ ﻧﺨﻞ‬
ِ‫ﻛﺎ ﺣﺐ ﻣﻮ ﻟِ ِﻪ ِﻟﻴﻪِ ﺑﻴﺮﺣﺎَ ﻛﺎﻧﺖ ﻣﺴﺘﻘﺒِﻠﺔ ﻟﻤﺴﺠِﺪِ ﻛﺎ ﺳﻮ ﻟﱠﻠﻪِ ﺻﻠﱠﻰ ﻟﻠﱠﻪ ﻋﻠﻴﻪ‬
‫ﺐٍ ﻗﺎ ﻧﺲ ﻓﻠﻤﺎ ﻧﺰِﻟﺖ ﻫﺬِِ ﻟﺂﻳﺔ ﻟﻦ ﺗﻨﺎﻟﻮ ﻟﺒِﺮ‬ ‫ﺳﻠﱠﻢ ﻳﺪﺧﻠﻬﺎ ﻳﺸﺮ ﻣِﻦ ﻣﺎٍ ﻓِﻴﻬﺎ ﻃﻴ‬
‫ﺣﺘﻰ ﺗﻨﻔِﻘﻮ ﻣِﻤﺎ ﺗﺤِﺒﻮ ﻗﺎ ﺑﻮ ﻃﻠﺤﺔ ِﻟﻰ ﺳﻮ ِ ﻟﱠﻠﻪِ ﺻﻠﱠﻰ ﻟﻠﱠﻪ ﻋﻠﻴﻪِ ﺳﻠﱠﻢ ﻓﻘﺎ ﻳﺎ‬
‫ﺳﻮ ﻟﱠﻠﻪِ ِ ﱠ ﻟﻠﱠﻪ ﺗﺒﺎ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻳﻘﻮ ﻟﻦ ﺗﻨﺎﻟﻮ ﻟﺒِﺮ ﺣﺘﻰ ﺗﻨﻔِﻘﻮ ﻣِﻤﺎ ﺗﺤِﺒﻮ ِ ﱠ ﺣﺐ‬
ِ‫ﻣﻮ ﻟِﻲ ِﻟﻲ ﺑﻴﺮﺣﺎَ ِﻧﻬﺎ ﺻﺪﻗﺔ ﻟِﱠﻠﻪِ ﺟﻮ ﺑِﺮﻫﺎ ﺧﺮﻫﺎ ﻋِﻨﺪ ﻟﱠﻠﻪِ ﻓﻀﻌﻬﺎ ﻳﺎ ﺳﻮ ﻟﻠﱠﻪ‬
35
Abu Isa Muhammad ibn Isa Mustafa al-Halabi, Sunan at-Tirmizi, tahqiq Ahmad Syakir,
cet ke 2 (t.k.p, t.t., 1978), 47.

Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr


21

‫ﺑِﺢ ﻟِﻚ ﻣﺎ‬ ‫ﺳﻮ ﻟﻠﱠﻪِ ﺻﻠﱠﻰ ﻟﻠﱠﻪ ﻋﻠﻴﻪِ ﺳﻠﱠﻢ ﺑﺦٍ ﻟِﻚ ﻣﺎ‬ ‫ﻟﻠﱠﻪ ﻗﺎ ﻓﻘﺎ‬ ‫ﺣﻴﺚ‬
36
… ‫ﺑِﺢ‬

Artinya: Hadis Abdullah ibn Yusuf, hadis Malik dari Ishak ibn Abdullah ibn
Abi Thalhah, dia mendengar Anas ibn Malik ra. berkata, bahwa harta kebun
Abu Thalhah lebih banyak dari orang-orang Anshar di Madinah, katanya
adapun harta yang paling saya cintai adalah (kebun) di Bairaha, maka kebun
itu saya sedekahkan karena Allah. Saya berharap kebaikannya di sisi Allah,
maka manfa’atkanlah sesuai dengan yang ditunjukkan oleh Allah kepada
engkau ya Rasulullah. Rasul bersabda: Bagus, itu harta yang
menguntungkan.

Hadis di atas tergolong syarif marfu' dengan kualitas perawi yang sebagian

tergolong tsiqah mutqinun dan tsiqah dan ra’su mutqinun.37 Hikmah hadis di atas,

bahwa Rasul saw. menunjukkan rasa senangnya dan karena kekagumannya pada

Thalhah, Rasul saw. memuji dengan perkataan ‘’bagus’’. Kata Ibn Hajar, maksudnya

mengagungkan sesuatu dan kagum karena peristiwa tersebut.38

Dalam hadis yang lain Rasul menyatakan:

ِ ‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻣﻌﺎ ِﻳﺔ ﺑﻦ ﻋﻤﺮٍ ﻗﺎ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺋِﺪ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﺎﺻِﻢ ﺑﻦ ﺑِﻲ ﻟﻨﺠﻮ‬.
..‫ﻋﺒﺪ ﻟﻠﱠﻪِ ﺑﻦ ﺣﻤﺪ‬
‫ﻋﻦ ِ ﻋﻦ ﻋﺒﺪِ ﻟ ﱠﻠﻪِ ﱠ ﻟﻨﺒِﻲ ﺻﻠﱠﻰ ﻟﻠﱠﻪ ﻋﻠﻴﻪِ ﺳﻠﱠﻢ ﺗﺎ ﺑﻴﻦ ﺑِﻲ ﺑﻜﺮٍ ﻋﻤﺮ ﻋﺒﺪ ﻟ ﱠﻠﻪِ ﻳﺼﻠﱢﻲ‬
‫ﻏﻀﺎ ﻛﻤﺎ‬ ‫ﻳﻘﺮ ﻟﻘﺮ‬ ‫ﺴﺎ َ ﻓﺴﺤﻠﻬﺎ ﻓﻘﺎ ﻟﻨﺒِﻲ ﺻﻠﱠﻰ ﻟﻠﱠﻪ ﻋﻠﻴﻪِ ﺳﻠﱠﻢ ﻣﻦ ﺣﺐ‬
‫ﻓﺎﻓﺘﺘﺢ ﻟﻨ‬
39
.
..ٍ‫ ﻋﺒﺪ‬ِ‫ﻧﺰِ ﻓﻠﻴﻘﺮ ﻋﻠﻰ ﻗِﺮ َِ ﺑﻦ‬
.
Artinya: Dari Abdullah ibn Ahmad… Hadis Muawiyah ibn Amrin katanya
hadis Zaidah, hadis 'Ashim ibn Abi Nujuddari Zirin dari Abdullah, bahwa
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam … ''Barang siapa yang ingin membaca

36
Bukhari, Shahih al-Bukhari, juz 5, h. 396.
37
CD Room, Kutub at-Tis’ah, Mausū’atu al-Hadīs al- Syarif.
38
Asqalani, Fathul Bari Syarah Shahih al-Bukhari, juz 5, h. 397.
39
Ahmad Muhammad Syakir, Hamisy Musnad (Mesir: Darul Ma'arif, 1368 H), h. 128.

Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr


22

Alquran yang bagus sebagaimana diturunkan, maka hendaklah ia


membacanya sesuai dengan bacaan Ibnu Ummi Abdun.

Hadis di atas tergolong syarif marfu' dengan kualitas perawi yang sebagian
tergolong siqah dan siqah subut dan Shaduq. Adapun hikmah dari hadis di atas, yaitu
perlunya memberikan pujian kepada pelajar sesuai dengan kemampuan belajarnya.
Seorang guru hendaknya manpu mengarahkan dan mengendalikan peserta
didiknya dengan cara memberi rangsangan baik berupa pujian ataupun hadiah.
40
Dengan pujian ini pesera didik akan terpola prilakunya. Misalnya apabila anak-
anak manpu mengikuti pelajaran tanpa bolos sekalipun, bapak akan memberikan
nilai plus pada nilai akhir.
Rangsangan hadiah ini berupa nilai 'plus' pada nilai akhir adalah reward.
Rangsangan ini akan dapat mengarahkan dan mengendalikan sikap dan prilaku
peserta didik. Mereka akan termotivasi akan nilai plus dan berimbas pada prilaku
positif yang di tampilkan dimana peserta didik tidak bolos. Hal semacam ini sangat
efektif untuk menumbuhkan rasa percaya diri mereka. Mereka akan merasa dihargai
dan dihormati, serta merasa diperhatikan dan diakui eksistensinya.
Pujian/reward ini dapat menumbuhkan konsep diri positif pada peserta didik.
Bila tepat penggunaannya, mereka lambat laun menjadi sorang manusia yang dapat
memandang dirinya secara positif. Hal ini sangat bermanfaat bagi keberhasilan dan
masa depan peserta didik tersebut.
Sukadi dalam bukunya ''Guru Powerful'' mengatakan ada beberapa kiat dalam
memberikan pujian/reward, antara lain:
a. Kaitkan reward dengan prilaku tertentu,

b. Berikan secepatnya,
c. Berikan pujian/reward dengan ikhlas,
d. Publikasikan didepan umum, dan

40
Sukadi, Guru Powerful Guru Masa Depan (Bandung: Kalbu, 2007), h. 105.

Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr


23

e. Variasikan pemberiannya.41
Sebaliknya pujian yang diberikan tidak tepat penggunaannya akan berakibat
fatal, dimana peserta didik akan merasa suatu cemoohan/ejekan terhadap dirinya.
Oleh sebab itu seorang guru harus tahu kapan memberikan pujian secara tepat.

g. Pendidik Mencari Tahu Keadaan Peserta Didik.

‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﻠِﻲ ﺑﻦ ﻋﺒﺪِ ﻟ ﱠﻠﻪِ ﻗﺎ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻳﺤﻴﻰ ﻗﺎ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺣﻤﻴﺪ ﻗﺎ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺑﻜﺮ ﻋﻦ ﺑِﻲ ﻓِﻊٍ ﻋﻦ‬
‫ﺾ ﻃﺮِﻳﻖِ ﻟﻤﺪِﻳﻨﺔِ ﻫﻮ ﺟﻨﺐ ﻓﺎﻧﺨﻨﺴﺖ‬
ِ ‫ﺑِﻲ ﻫﺮﻳﺮ ﱠ ﻟﻨﺒِﻲ ﺻﻠﱠﻰ ﻟﻠﱠﻪ ﻋﻠﻴﻪِ ﺳﻠﱠﻢ ﻟﻘِﻴﻪ ﻓِﻲ ﺑﻌ‬
‫ﺟﺎﻟِﺴﻚ‬ ‫ﻣِﻨﻪ ﻓﺬﻫﺐ ﻓﺎﻏﺘﺴﻞ ﺛﻢ ﺟﺎ َ ﻓﻘﺎ ﻳﻦ ﻛﻨﺖ ﻳﺎ ﺑﺎ ﻫﺮﻳﺮ ﻗﺎ ﻛﻨﺖ ﺟﻨﺒﺎ ﻓﻜﺮِﻫﺖ‬
42
.
‫ﻧﺎ ﻋﻠﻰ ﻏﻴﺮِ ﻃﻬﺎ ٍ ﻓﻘﺎ ﺳﺒﺤﺎ ﻟﻠﱠ ِﻪ ِ ﱠ ﻟﻤﺴﻠِﻢ ﻟﺎ ﻳﻨﺠﺲ‬

Artinya: Hadis Ali ibn Abdullah katanya, hadis Yahya katanya hadis
Muhammad katanya hadis bakar dari Abi Rafi' dari Abu Hurairah,
bahwasanya Nabi saw, bertemu dengannya di jalan kota Madinah dan dia
sedang dalam keadaan janabat, saya diam-diam dan pergi ke suatu tempat
dan mandi. Setelah itu saya datang dan beliau masih duduk di tempat semula.
Beliau bertanya: Dimana anda tadi wahai Abu Hurairah? Saya menjawab,
saya dalam keadaan janabat dan saya tidak ingin duduk bersama engkau,
sedang saya dalam keadaan tidak suci. Rasul menjawab. Subhanallah, Wahai
Abu Hurairah, sesungguhnya seorang muslim itu tidak najis.

Hadis di atas tergolong syarif marfu' dengan kualitas perawi yang sebagian
tergolong siqah, siqah mutqin, siqah mudallis dan siqah subut. Ibnu Hajar al-
Asqalani, mengkomentari hadis ini dengan mengatakan bahwa ada anjuran bagi
pendidik untuk mengingatkan peserta didik sesuatu yang benar.43
Memperhatikan siswa merupakan kata kunci dalam pemelajaran yang
efektif.44 Sejak kita melakukan perencanan sampai dengan pelaksanaan pemelajaran

41
Sukadi, Guru powerful, h. 106.
42
Abu Abdullah bin Muhammad Ismail al- Bukhari, Shahih al-Bukhari, Juz 1 (Saudi Arabia :
Idaratul Buhuts Ilmiah wa Ifta' wa ad-Dakwah wa al-Irsyad, t.t), h. 390.
43
Ahmad ibn Ali ibn Hajar Abu al-Fadhil al-Asqalani, Fathul Bari Syarah Shahih al-
Bukhari (Beirut: Dar al-Ma'rifah, 1379 H), juz 1, h. 391.
44
Sukadi, Guru powerful, h. 67.

Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr


24

dituntut untuk memperhatikan peserta didik. Oleh karena itu seorang guru harus
menguasi ilmu psikologi perkembangan. Pemelajaran yang tidak memperhatikan
siswa tidak akan mencapai sasaran yang efektif sehingga untuk itu guru dituntut
untuk memikirkan bagaimana keadaan peserta didik pada sa’at perencanaan sampai
pengevaluasiannya.
Guru juga harus mempertimbangkan bagaimana bahasa yang digunakan,
tingkat kesukaran materi ajar, suasana/lingkungan belajar, metode yang digunakan
bahkan internal peserta didik sekalipun menjadi bahan pertimbangan bagi guru
dalam pemelajaran. Sangat tidak baik jika seorang guru hanya melaksanakan
tugasnya tanpa memperhatikan keadaan peserta didik, dan hal ini akan menjadi
pemelajaran yang tidak berarti.
Dengan demikian untuk menjadi guru yang baik haruslah mau dan manpu
mencari tahu keadaan peserta didik.

h. Pendidik adalah Teladan bagi Anak Didik

‫ﺣﺪﺛﻨِﻲ ِﺳﺤﺎ ﺑﻦ ِﺑﺮ ﻫِﻴﻢ ﺧﺒﺮﻧﺎ ﻋﺒﺪ ﻟﺮ ِ ﺧﺒﺮﻧﺎ ﻣﻌﻤﺮ ﻋﻦ ﻫﻤﺎ ٍ ﻋﻦ ﺑِﻲ ﻫﺮﻳﺮ ﻗﺎ‬
ِ‫ﻮ ﻧِﻪ‬‫ﻗﺎ ﺳﻮ ﻟﻠﱠﻪِ ﺻﻠﱠﻰ ﻟﻠﱠﻪ ﻋﻠﻴﻪِ ﺳﻠﱠﻢ ﻣﺎ ﻣِﻦ ﻣﻮﻟﻮ ٍ ِﻟﱠﺎ ﻳﻮﻟﺪ ﻋﻠﻰ ﻟﻔِﻄﺮِ ﻓﺄﺑﻮ ﻳﻬ‬
45
… ‫ﺮ ﻧِﻪِ ﻛﻤﺎ ﺗﻨﺘِﺠﻮ ﻟﺒﻬِﻴﻤﺔ‬
‫ﻳﻨﺼ‬
Artinya: Hadis dari Ishak ibn Ibrahim, hadis Abdurrazzak, hadis Ma’mar dari
Hammam dari Abu Hurairah berkata, Rasul saw. bersabda: Setiap anak
dilahirkan dalam keadaan suci, maka kedua orang tuanya (sebagai pendidik)
yang menjadikannya sebagai pengikut (berpola hidup) Yahudi atau Nasrani,
sebagaimana seekor ternak melahirkan ternak pula.

Hadis di atas tergolong syarif marfu' dengan kualitas perawi yang sebagian

tergolong tsiqah dan tsiqah tsubut dan tsiqah lam yattsil.46

45
Bukhari, Shahih al-Bukhari, h. 303.
46
CD Room, Kutub at-Tis’ah, Mausū’atu al-Hadīs al- Syarif.

Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr


25

Hadis diatas dipahami bahwa kepribadian yang ditampilkan pendidik

merupakan cerminan terhadap peserta didik. Karena guru adalah suri tauladan bagi

murid. Apa yang dilakukan pendidik baik di dalam maupun di luar kelas akan

menjadi sebuah panutan bagi anak didik.

Islam mengisyaratkan bahwa seorang pendidik diwajibkan untuk memenuhi

syarat, bukan hanya orang yang pandai tapi juga orang yang berbudi, orang yang

beriman yang perbuatannya sendiri dapat memberikan pengaruh pada pikir, jiwa dan

akhlak muridnya. Pendidik dalam menunaikan tugasnya sebagai pendidik hendaknya

pandai dan menguasai berbagai macam metode dan tekhnik pendidikan.

Al-Kanani, sebagaimana dikutip oleh Ramayulis, menyatakan bahwa ada

beberapa persyaratan menjadi seorang pendidik yakni:

1. Yang berkenan dengan dirinya sendiri

2. Yang berkenan dengan pelajaran, dan

3. Yang berkenan dengan muridnya.47

Tiga persyaratan menjadi seorang pendidik seperti di atas, dapat dilihat

penjelasan berikut ini :

Pertama, syarat-syarat guru (pendidik) berhungan dengan dirinya, yaitu:

1. Guru (pendidik) hendaknya senantiasa insaf akan pengawasan Allah Ta’ala.

terhadapnya dalam segala perkataan dan perbuatan bahwa ia memegang amanat

ilmiah yang diberikan Allah Ta’ala. Kepadanya.

47
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 89.

Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr


26

2. Guru (pendidik) hendaknya memelihara kemuliaan ilmu.

3. Guru hendaknya bersifat zuhud.

4. Guru (pendidik) hendaknya tidak berorientasi duniawi yang mengutamakan

kedudukan, popularitas yang menyebabkan ia bangga diri.

5. Guru (pendidik) hendaknya menjauhi mata pencaharian yang hina dalam

pandangan syara’ dan menjauhi situasi yang mendatangkan fitnah.

6. Guru (pendidik) hendaknya memelihara syari’at Islam.

7. Guru (pendidik) hendaknya rajin melaksanakan hal-hal yang sunat yang

dianjurkan oleh ajaran Islam.

8. Guru (pendidik) hendaknya memelihara akhlak yang mulia.

9. Guru (pendidik) hendaknya pandai memanfaatkan waktu yang luang.

10. Guru (pendidik) hendaknya rajin meneliti, menyusun dan mengarang dengan

memperhatikan keterampilan dan keahlian yang dibutuhkan untuk itu.

Kedua, syarat-syarat yang berhubungan dengan pelajaran, yaitu:

1. Guru (pendidik) ketika hendak mengajar sebelum keluar dari rumah hendaknya

bersuci dari hadas dan kotoran serta mengenakan pakaian yang baik dengan

maksud menghargai ilmu dan syari’at.

2. Guru (pendidik) ketika keluar dari rumah hendaknya selalu berdo’a agar tidak

sesat dan menyesatkan dan terus berzikir kepada Allah Ta’ala. hingga sampai ke

majelis pembelajaran.

Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr


27

3. Guru (pendidik) hendaknya memosisikan dirinya pada tempat yang dapat dilihat

oleh anak didik.

4. Sebelum mengajar mestinya guru membaca basmallah, do’a untuk mendapatkan

barkah Allah.

5. Guru (pendidik) hendaknya mengajarkan hierarki keilmuan dalam bidang

keahliannya.

6. Guru (pendidik) hendaknya dapat mengatur suara dengan baik.

7. Guru (pendidik) hendaknya mengendalikan majelis dan mengontrol agar tidak

menyimpang dari fokus.

8. Guru (pendidik) hendaknya menegur anak didiknya yang tidak menjaga

kesopanan.

Ketiga, karakter guru (pendidik) di tengah para anak didiknya:

1. Guru (pendidik) mestinya mengajar dengan niat mengharapkan keridhaan Allah

Ta’ala.

2. Tidak menolak mengajar anak didik yang tidak lulus dan ikhlas belajar.

3. Mencintai anak didiknya.

4. Memberikan motivasi anak didik dalam belajar.

5. Berusaha menyampaikan materi pelajaran agar anak didiknya dapat

memahaminya.

6. Melakukan evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilakukannya.

Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr


28

7. Bersikap adil terhadap semua anak didiknya dan terus melakukan pemantauan

terhadap perkembangan anak didik.

Di samping itu hendaknya seorang pendidik memiliki kecakapan dalam

bidang administrasi, dinamisasi, inovasi, motivasi dan evaluasi yang akan dipakai

ketika mendidik anak didiknya.

Apa yang telah dipaparkan di atas adalah karakter yang sangat penting yang

tidak boleh ditinggalkan oleh setiap pendidik. Pendidik dalam masyarakat modern

yang ideal seperti dalam masyarakat Islam, lebih dari sekedar petugas yang

mendapat gaji dari pemerintah atau organisasi swasta semata. Ia hendaknya

memahami dirinya lebih dari itu. Bahwa ia adalah teladan yang akan ditiru anak

didiknya, baik cara bersikap, berucap maupun berperilaku. Ia diharapkan untuk

memperlakukan murid-murid tidak seperti domba atau ternak yang perlu digembala

dan didisiplinkan, melainkan sebagai manusia yang mudah dipengaruhi, yakni sifat-

sifatnya yang mesti harus dibentuk dan harus dididik olehnya untuk mengenal aturan

moral, etika, estetika dan spiritual yang dianut oleh masyarakat.

PENUTUP

Istilah Pendidik terdiri dari berbagai istilah sesuai pemaknaannya. Namun

dalam istilah pendidikan Islam, istilah pendidik erdiri dari muaddib, murabbi dan

atau muallim. Istilah-istilah ini masih belum ada kata sepakat para ahli, sehingga

Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr


29

pengambilan istilah tersebut masih diserahkan pada kesesuaian pemaknaan yang

diambil. Walupun demikian hal ini tidak merubah visi pendididkan Islam itu sendiri.

Jenis-jenis Pendidik dalam pendidikan Islam terdiri dari Allah Ta’ala, Nabi

Muhammad Saw, Orang Tua dan Guru. Ke-empat jenis pendidik tersebut secara

implementasinya berbeda satu dengan yang lainnya namun secara substansinya

memiliki kesamaan yaitu memberikan pencerahan pada selain dirinya.

Untuk dapat menjadi seorang pendidik, sebagaimana ditegaskan dalam

hadis-hadis Nabi, maka seorang pendidik tersebut harus memiliki kreteria antara

lain:

a. Pendidik harus menyampaikan hal-hal yang baik, pengajaran harus menyajikan

sesuatu yang baik bagi anak, bukan sebaliknya,

b. Pendidik harus memiliki sifat penyayang,

c. Pendidik harus bersikap lemah lembut,

d. Pendidik harus bersikap tegas,

e. Pendidik harus pema’af,

f. Pendidik harus appresiatif,

g. Pendidik Mencari Tahu Keadaan Peserta Didik,

h. Pendidik harus menjadi teladan bagi anak.

Semua potensi yang dimiliki di atas merupakan satu kesatuan yang tak dapat

dipisahkan antara satu dengan yang lain, dimana yang satu dengan lainnya

terintegrasi dalam kepribadiannya secara utuh (holistic personality). Selanjutnya,

Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr


30

Pendidik/guru memegang peranan yang penting dan strategis. Sebagai pendidik, guru

merupakan agent of social change yang mengubah pola pikir, sikap, dan perilaku

manusia menuju yang lebih baik, lebih bermartabat dan lebih mandiri sehingga

terwujud apa yang diharapkan yaitu menjadikan peserta didik yang memiliki sikap

insan al-kamil.

DAFTAR BACAAN

Al-Qur’anul Karim.

Alam, Zafar. Islamic Education, Theory and Practice, New Delhi: Adam Publisher
& Distribution, 2003.
al- Bukhari, Abu Abdullah bin Muhammad Ismail. Shahih al-Bukhari, Juz 1, Saudi
Arabia : Idaratul Buhuts Ilmiah wa Ifta' wa ad-Dakwah wa al-Irsyad, t.t.
al-Asqalani, Ahmad ibn Ali ibn Hajar Abu al-Fadhil. Fathul Bari Syarah Shahih al-
Bukhari, Juz I, Beirut: Dar al-Ma'rifah, 1379 H.
al-Hajar, Maulana Alam. Adab al-Muta’allim wa al-Muta’allim , Beirut: Dar al-
Manahil, 1985.
al-Halabi, Abu Isa Muhammad ibn Isa Mustafa. Sunan at-Tirmizi, tahqiq Ahmad
Syakir, cet ke 2, t.t., 1978.
al-Jamali, Muhammad fadhil. Tarbiyah al Ihsan al-Jadis, Al-Tunisiyah: al-Syarikah,
tt.
al-Razi dalam Muhammad Dahlan, Landasan dan Tujuan Pendidikan Menurut al-
Qur’an serta Implementasinya, Bandung: CV. Diponegoro, 1991.

Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr


31

an-Naisaburi, Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi. Shahih Muslim, Juz
1, Saudi Arabia: Idaratul Buhuts Ilmiah wa Ifta' wa ad-Dakwah wa al-Irsyad,
1400 H.
An-Nawawi, Abu Zakaria Yahya ibn Syaraf. Syarah an-Nawawi 'ala Shahih Muslim,
Juz 8, Beirut: Dar al-Fikri, 1401 H.
Barnadib, Sutari Imam. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, Yokyakarta: Andi
Ofset, 1983.
CD Room, Kutub at-Tis’ah, Mausū’atu al-Hadīs al- Syarif.
Daradjad, Zakiah. Islam untuk disiplin Ilmu Pendidikan, Jakarta: Bulan Bintang,
1987.
Darwis, Djamaluddin. English For Islamic Studies, Jakarta: Rajawali Pers, 2000.
Ibn Khaldun, Abdurrahman. al-Muqadimah, Bairut: Dar al-Jayl,t.t.
M.Echols, Jhon dan Shadily, Hassan. Kamus Bahasa Inggeris- Indonesia, Jakarta:
Gramedia, 1980.
Nizar, Samsul. Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya
Media Pratama, 2001.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002.
Rusn, Abidin Ibnu. Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan , Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1998.
Sukadi, Guru Powerful Guru Masa Depan, Bandung: Kalbu, 2007.
Syakir, Ahmad Muhammad. Hamisy Musnad, Mesir: Darul Ma'arif, 1368 H.
Ulwan, Abdullah Nashih. Tarbiyatul Aulad Fil Islam, Terj. Jamaluddin Miri,
Jakarta: Pustaka Amani Cet. I. 1995.
Undang-Undang SISDIKNAS 2003 UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab I Pasal I point 5
dan 6.
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
1991.
Wehr, Hans. A Dictionary of Modern Written Arabic, Beirut: Library Duliban, 1974.
Yunus, Muhammad. Tarjamah Al-Qur’an al Karim, Bandung: PT. Al-Ma’rif, 1993.

Makalah Pendidikan Islam; http://abuaqil.co.nr

You might also like