Professional Documents
Culture Documents
SMP :
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester : VII/1
Standar Kompetensi: 1. Menerapkan hukum bacaan alif lam ( )ال
Syamsiyah dan alif lam ( )الQamariyah.
Kompetensi Dasar : 1.1 Menjelaskan hukum bacaan alif lam ( )ال
Syamsiyah dan alif lam ( )الQamariyah.
1.2 Membedakan hukum bacaan alif lam ( )ال
Syamsiyah dan alif lam ( )الQamariyah.
1.3 Menerapkan bacaan alif lam ( )الSyamsiyah
dan alif lam ( )الQamariyah dalam bacaan
surat-surat Al-Qur’an dengan benar.
Indikator : 1.1.1 Menjelaskan hukum bacaan alif lam ()ال
Syamsiyah beserta contoh-contohnya.
1.1.2 Menjelaskan hukum bacaan alif lam ()ال
Qamariyah beserta contoh-contohnya.
1.2.1 Menyebutkan ciri-ciri bacaan alif lam ()ال
Syamsiyah.
1.2.2 Menyebutkan ciri-ciri bacaan alif lam ()ال
Qamariyah.
1.2.3 Membedakan bacaan alif lam ( )الSyamsiyah
dan alif lam ( )الQamariyah
1.3.1 Menunjukkan dan mempraktekkan bacaan alif
lam ( )الSyamsiyah dan alif lam ( )ال
Qamariyah dalam Q.S. Al-‘Adiyat (100) ayat 1
– 11.
1.3.2 Menunjukkan dan mempraktekkan bacaan alif
lam ( )الSyamsiyah dan alif lam ( )ال
Qamariyah dalam Q.S Albaqarah (2) ayat 2 –
3
Alokasi Waktu : 6 x 40 menit (3 x pertemuan)
ALIF LAM SYAMSIYAH DAN QAMARIYAH
ال
3. Contoh-contoh bacaan alif lam ( ) syamsiyah
ا ب ج ح خ ع غ ف ك ق م و هـ ي
2. Cara Membaca
a. Huruf lam diberi harakat mati (sukun) sehingga suara lam jelas (izhar).
C. ال
Perbedaan alif lam ( ) syamsiyah dengan alif lam ( ) qamariyah. ال
No Alif Lam Syamsiyah Alif Lam Qamariyah
1 Lam tidak berharakat Lam berharakat sukun
2 Lam tidak dibaca Lam dibaca jelas
3 Lam dileburkan ke dalam huruf Karena lam berharakat sukun,
syamsiyah yang ada sesudahnya maka huruf qamariyah yang ada
sehingga huruf syamsiyah sesudahnya tidak diberi tasydid.
tersebut diberi tasydid.
Evaluasi:
A. Silangilah salah satu jawaban yang paling tepat dan benar!
1. Salah satu tanda alif lam syamsiyah adalah :
a. Huruf sesudah Alif Lam ( )الmemakai tanda tasydid
b. Huruf sesudah Alif Lam ( )الmemakai tanda sukun
c. Huruf lamnya memakai tanda tasydid
d. Huruf lamnya memakai tanda sukun
c.ب ـ هـ ـ ق ـ خ ـ ع
d.و ـ ي ـ ل ـ ظ ـ ز
7. Alif lam pada kata di bawah ini yang termasuk qamariyah adalah...
الَّظامِل
a.
ُ
َْ يِن
b.
ّ اْلَغ
c. الَُزمر
َُ
d. النَّاس
ُ
ِ
8. Pada ayat ُ إِذَا ُزلْ ِزلَت اأْل َْر
ض ِزلَْزاهَلَا terdapat bacaan qamariyah
sebanyak...
a. satu
b. dua
c. tiga
d. empat
Tugas!
Tulislah surat al-Fatihah lalu garis bawahi alif lam qamariyah dan lingkari alif
lam syamsiyah yang terdapat dalam surat tersebut!
BAHAN AJAR
SMP :
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester : VII/1
Standar Kompetensi: 2. Meningkatkan keimanan kepada Allah SWT
melalui pemahaman sifat-sifat-Nya
Kompetensi Dasar : 2.1. Membaca ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan
dengan sifat-sifat Allah
2.2 Menyebutkan arti ayat al-Qur’an yang berkaitan
dengan sifat-sifat Allah
2.3 Menunjukkan tanda-tanda adanya Allah
2.4 Menampilkan perilaku sebagai cerminan
keyakinan akan sifat-sifat Allah
Indikator : 2.1.1 Menjelaskan pengertian iman kepada Allah
2.1.2 Menjelaskan sifat-sifat wajib, mustahil dan jaiz
bagi Allah.
2.1.3 Menjelaskan klasifikasi sifat wajib bagi Allah
(nafsiyah, salbiyah, dan ma’ani).
2.1.4 Membaca ayat-ayat Alquran yang berkaitan
dengan sifat nafsiyah (Q.S. ad-Dukhan/44
ayat 7 – 8)
2.1.5 Membaca ayat-ayat Alquran yang berkaitan
dengan sifat salbiyah (Q.S. al-hadid/57 ayat 3;
ar-Rahman/55: 26 – 27; as-Syura’/42 ayat 11;
Ali Imran/3 ayat 2; dan al-Ikhlas/112 ayat 1 –
4)
2.1.6 Membaca ayat-ayat Alquran yang berkaitan
dengan sifat ma’ani (Q.S. al-Baqarah/2 ayat
20; Yasin/36: 82; al-Hujurat/49: 16; al-
Baqarah/2 ayat 255; al-Anbiya’/21: 4; al-
An’am/6 ayat 103 dan an-Nisa’/4 ayat 164).
2.2.1 Menterjemahkan ayat-ayat Alquran yang
berkaitan dengan sifat nafsiyah (Q.S. ad-
Dukhan/44 ayat 7 – 8)
2.2.2 Menterjemahkan ayat-ayat Alquran yang
berkaitan dengan sifat salbiyah (Q.S. al-
hadid/57 ayat 3; ar-Rahman/55: 26 – 27; as-
Syura’/42 ayat 11; Ali Imran/3 ayat 2; dan al-
Ikhlas/112 ayat 1 – 4)
2.2.3 Menterjemahkan ayat-ayat Alquran yang
berkaitan dengan sifat ma’ani (Q.S. al-
Baqarah/2 ayat 20; Yasin/36: 82; al-
Hujurat/49: 16; al-Baqarah/2 ayat 255; al-
Anbiya’/21: 4; al-An’am/6 ayat 103 dan an-
Nisa’/4 ayat 164)
2.3.1 Menyebutkan tanda-tanda adanya Allah
melalui fenomena alam.
2.3.2 Menyebutkan tanda-tanda adanya Allah
melalui ciptaannya.
2.3.3 Menyebutkan tanda-tanda adanya Allah
melalui dalil naqli (Q.S. Al-Baqarah/2 ayat
164).
2.4.1 Menampilkan perilaku sebagai cerminan
keyakinan akan sifat nafsiyah.
2.4.2 Menampilkan perilaku sebagai cerminan
keyakinan akan sifat salbiyah.
2.4.3 Menampilkan perilaku sebagai cerminan
keyakinan akan sifat ma’ani.
Dengan demikian ada tiga unsur pengertian iman, yaitu hati, lisan dan
amal perbuatan. Namun, di antara ketiga indikator tersebut, iman lebih
menekankan pada aspek qalbu (hati) lalu akan tercermin dalam
perkataan dan perbuatan.
Iman kepada Allah adalah meyakini sepenuh hati bahwa Allah itu benar-
benar ada dan Dialah yang menciptakan, memelihara dan mengatur alam
semesta.
B. Sifat-sifat Allah
Secara garis besar, sifat Allah ada tiga, yaitu:
a. Sifat wajib, yaitu sifat kesempurnaan yang pasti dimiliki Allah. Jumlah
sifat ini ada 13.
b. Sifat mustahil, yaitu sifat-sifat yang tidak mungkin atau mustahil ada
pada Allah. Sifat ini merupakan lawan atau kebalikan dari sifat wajib.
c. Sifat jaiz, yaitu sifat mungkin bagi Allah untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu. Sifat ini merupakan hak peroregatif Allah. Jumlahnya
hanya satu, yaitu wewenang Allah untuk berbuat atau tidak menurut
kehendak-Nya. Misalnya menciptakan jenis pepohonan, jenis
binatang, dan sebagainya.
4
ُة خُمَالََف Berbeda
dengan
مُمَا َثلَةُ لِْل َح َو ِاد ِث Serupa
dengan Sifat
لِْل َح َو ِاد ِث makhluk makhluk Salbiyah
5
قِيَ ُامهُ بَِن ْف ِس ِه Berdiri
sendiri
قِيَ ُامهُ بِغَرْيِ ِه Membutuhka
n bantuan lain
6
َو ْح َدانِيَ ِة Esa
ُّد
ٌ َت َعد
Berbilang
7
ٌقُ ْد َرة Kuasa
َع ْجٌز Lemah
8
ٌإَِر َادة Berkehendak
ٌَكَر َاهة
Terpaksa
9
ِع ْل ٌم Mengetahui
َج ْه ٌل Bodoh
10
ٌَحيَاة Hidup
تٌ َم ْو
Mati
Sifat Ma’ani
11
مَسْ ٌع Mendengar
ص ٌّم
ُ
Bisu
12
صٌر َ َب
Melihat
عُ ْم ٌي Buta
13
َكالٌَم Berfirman
ْم
ٌ بُك
Bisu
Ulama lain ada yang menambahkan tujuh sifat lain dan digolongkan ke
dalam sifat maknawiyah, sehingga sifat wajib Allah tersebut berjumlah dua
puluh. Ketujuh sifat itu adalah:
Sifat
4 َحيًّا Maha Hidup
َميِّتًا Maha Mati
Maknawiyah
5 مَسِ ًعا Maha
Mendengar
ص َّما
َ َا
Maha Tuli
ِ ِِ ِ الس ماو
ُ اَل إِلَ هَ إِاَّل ُه َو حُيْيِي َومُي.ني
يت َربُّ ُك ْم َ ض َو َما َبْيَن ُه َما إِن ُكنتُم ُّموقن
ِ ات َواأْل َْر َ َ َّ ب ِّ َر
ني ِ ِ ُّ ور
َ ب آبَائ ُك ُم اأْل ََّول ََ
Artinya:
Tuhan Yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya, jika kamu adalah orang yang meyakini. Tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) melainkan Dia, Yang menghidupkan dan Yang mematikan
(Dialah) Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu yang terdahulu.
2. Qidam
Allah itu bersifat terdahulu atau tidak berawal, dan mustahil ia baru atau
berawal. Buktinya, segala sesuatu yang ada ini memiliki asal. Asal mula dari
segala sesuatu itu adalah atas ciptaan yang Maha Pencipta, Dialah Allah
yang terdahulu dari segala sesuatu dan ada-Nya tersebut tidak berawal.
Sebab, jika ia berawal, lalu siapa pula yang mengawali Dia?. Ingat, jangan
samakan Allah dengan makhluk, termasuk kita sendiri yang memiliki asal
dan berawal dari sesuatu. Oleh karena itu, sifat ini disebut salbiyah, karena
berlainan dengan sifat makhluk-Nya.
Dalil naqlinya surat al-hadid/57 ayat 3:
ِ ٍ ِ ِ ِ ِ
ٌ ُه َو اأْل ََّو ُل َواآْل خ ُر َوالظَّاه ُر َوالْبَاط ُن َو ُه َو ب ُك ِّل َش ْيء َعل
يم
Artinya:
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin ; dan Dia
Maha Mengetahui segala sesuatu.
3. Baqa’
Allah itu kekal, dan mustahil binasa. Semua makhluk, seperti gunung,
manusia, hewan, tumbuhan, termasuk bumi ini pasti akan binasa. Hanya
Allah yang kekal, sebab Dialah yang akan menentukan akhir dari segala-
galanya.
5. Qiyamuhu bi nafsihi
Allah itu berdiri sendiri dan tidak membutuhkan suatu apa pun dalam
mengurus makhluk-Nya, sebab segala sesuatu selain Dia adalah makhluk
(ciptaan)-Nya. Berbeda dengan manusia, pasti membutuhkan bantuan dan
pertolongan pihak lain dalam kehidupannya. Jadi, mustahil Allah
membutuhkan pertolongan pihak lain.
7. Qudrat
Allah itu bersifat kuat atau berkuasa dan mustahil Ia lemah. Terjadinya alam
semesta, berbagai keindahan alam yang kita saksikan, dan berbagai
keajaiban yang menakjubkan dalam pandangan mata merupakan bukti
bahwa Allah itu berkuasa atas segala sesuatu. Lalu kita merasa kuat dan
berkuasa dalam melakukan pekerjaan, hal ini juga dapat terjadi karena Allah
memberikan qudrat kepada manusia.
8. Iradat
Allah bersifat berkehendak atas segala sesuatu yang Dia perbuat, dan
mustahil Dia terpaksa. Kehendak Allah itu tidak bisa dipengaruhi oleh pihak
lain. Namun kehendak Allah itu sangat adil.
10. Hayat
Allah bersifat hidup, dan mustahil ia mati. Buktinya, segala yang hidup di
muka bumi ini pastilah ada yang menghidupkan. Dengan demikian, Allah itu
hidup lagi menghidupkan dan akan tetap hidup selamanya. Sementara
manusia dan makhluk lainnya juga hidup tetapi dihidupkan dan
kehidupannya pasti akan berakhir dengan kematian.
11. Sama’
Allah itu bersifat mendengar dan mustahil Dia tuli. Pendengaran Allah tidak
terhalang oleh jarak, waktu, dan tempat tertentu. Oleh karena itu, Allah
senantiasa mendengar segala gerak-gerik, ucapan dan bisikan makhluk-Nya,
termasuk ucapan dalam hati.
13. Kalam
Allah itu bersifat kalam atau berfirman. Buktinya, Allah menurunkan kitab
kepada nabi-Nya, termasuk al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW
sebagai pedoman dan petunjuk bagi umat Muhammad yang ingin hidupnya
selamat dunia dan akhirat. Dengan demikian mustahil Allah itu bisu.
Evaluasi
Pilihlah salah satu jawaban yang tepat dan benar di bawah ini!
1. Mempercayai adanya Allah termasuk…
a. Rukun iman
b. Rukun Islam
c. Rukun fardhu
d. Rukun shalat
2. Kelak semua makhluk di bumi akan musnah kecuali zat Allah karena
Allah bersifat..
a. qidam c. wujud
b. baqa d. qiyamuhu binafsih
3. Sifat Allah qiyamuhu binafsihi artinya
a. Esa c. Kuasa
b. Berdiri sendiri d. Kehendak
7. Kita tidak boleh berbuat maksiat kapan dan dimana pun, sebab Allah
pasti melihat segala sesuatu yang diperbuat hamba-Nya. Hal ini
menunjukkan bahwa Allah bersifat...
a. hayat b. sama’
c. bashar d. Kalam
8. Sifat untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu bagi Allah disebut sifat...
a. mutlak b. mustahil
c. jaiz d. Wajib
Tugas
Buatlah peta konsep tentang sifat wajib dan mustahil bagi Allah di sehelai
karton dengan baik, rapi, indah, dan benar!
BAHAN AJAR
SMP :
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/ Semester : VII / I
Kompetensi Dasar : 3.1 Menyebutkan arti ayat-ayat al-Qur’an yang
berkaitan dengan 10 Asmaul Husna
3.2 Menggunakan isi kandungan 10 Ama’ul Husna
Indikator : 3.1.1 Menjelaskan pengertian Asma’ul Husna
3.1.2 Menjelaskan ayat suci al-Qur’an yang berkaitan
dengan 10 Asma’ul Husna (al-Salam, al-Azis,
al-Khaliq, al-Ghaffar, al-Wahhab, al-Fattah,
al-‘Adl, al-Qayyum, al-Hadi, al-Shabur).
3.1.3 Membaca ayat suci al-Qur’an yang berkaitan
dengan 10 Asma’ul Husna (al-Salam, al-Azis,
al-Khaliq, al-Ghaffar, al-Wahhab, al-Fattah,
al-‘Adl, al-Qayyum, al-Hadi, al-Shabur).
3.1.4 Mengartikan ayat al-Qur’an yang berkaitan
dengan 10 Asma’ul Husna (al-Salam, al-Azis,
al-Khaliq, al-Ghaffar, al-Wahhab, al-Fattah,
al-‘Adl, al-Qayyum, al-Hadi, al-Shabur).
3.2.1 Menjelaskan isi kandungan 10 Asma’ul Husna
(al-Salam, al-Azis, al-Khaliq, al-Ghaffar, al-
Wahhab, al-Fattah, al-‘Adl, al-Qayyum, al-Hadi,
al-Shabur).
3.2.2 Mengamalkan isi kandungan 10 Asma’ul Husna
(al-Salam, al-Azis, al-Khaliq, al-Ghaffar, al-
Wahhab, al-Fattah, al-‘Adl, al-Qayyum, al-Hadi,
al-Shabur).
Alokasi waktu : 4 x 40 menit ( 2 x Pertemuan )
ASMA’UL HUSNA
A. Pengertian Asma’ul Husna
Menurut bahasa, asma’ul husna berarti nama-nama yang baik,
sedangkan menurut istilah berarti nama-nama baik yang dimiliki Allah
sebagai bukti keagungan dan kemuliaan-Nya.
Di dalam al-Qur’an nama-nama yang baik dijelaskan pada Qs. Al-
A’raf/7: 180 sebagai berikut :
ون فِي أَسْ َما ِئ ِه َس ـيُجْ َز ْو َن َمــا َ َوهَّلِل ِ اأْل َسْ َما ُء ْالحُسْ َنى َف ْادعُوهُ ِب َها َو َذرُواـ الَّذ
ِين ي ُْل ِح ُد َـ
َ َُكا ُنوا َيعْ َمل
ون
Artinya :
“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya
dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang
yang menyimpang dari kebenaran dalam nama-nama-Nya . Nanti
mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka
kerjakan.”
Kemudian dijelaskan lagi pada hadits Nabi SAW:
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ ِ
خ َل اْجلَنَّةَ (رواه البخاري
َ اها َد
َص َ ا َّن للَّه ت ْس َعةً َوت ْسعنْي َ امْسًا مائَةٌ االَّ َواح ًدا َم ْن اَ ْح
)ومسلم
Artinya :
“Sesungguhnya Allah mempunyai 99 nama yaitu 100 kurang 1, barang
siapa yang ahshaha akan masuk surga (H.R Bukhori dan Muslim).”
ت َّ صوِّ ُر َل ُه اأْل َسْ َما ُء ْالح ُْسـ َنى ي َُسـ ِّب ُح َلـ ُه َمــا فِي
السـ َم َوا ِـ َ ئ ْال ُم ِ ه َُو هَّللا ُ ْال َخال ُِق ْال َب
ُ ار
)24(ض َوه َُو ْال َع ِزي ُز ْال َحكِي ُم ِ َْواأْل َر
Artinya :
“Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk
Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepada-Nya apa
yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.”
)42(يمكِ إِ َّن اللَّه يعلَم ما ي ْدعو َن ِمن دونِِه ِمن َشي ٍء وهو الْع ِزيز احْل
ُ َ ُ َ َُ َ ْ ْ ُ ْ ُ َ َ ُ َْ َ
Artinya :
“Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang mereka seru selain
Allah. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
)26(يمِ ِ
ُ َّاح الْ َعل
ُ قُ ْل جَيْ َم ُع َبْيَننَا َربُّنَا مُثَّ َي ْفتَ ُح َبْيَننَا باحْلَ ِّق َو ُه َو الْ َفت
Artinya :
Katakanlah: "Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia
memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dia-lah Maha
Pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui".
7. Dalil naqli al-Qayyum, Qs. Al-Baqarah/2: 255
ِ الس مو وم اَل تَأْ ُخ ُذهُ ِس نَةٌ واَل َن ْو ٌم لَهُ َما يِف
ض ِ ات َو َما يِف اأْل َْر َ َ َّ َ ُ ُّاللَّهُ اَل إِلَهَ إِاَّل ُه َو احْلَ ُّي الْ َقي
َم ْن َذا الَّ ِذي يَ ْش َف ُع ِعْن َدهُ إِاَّل بِِإ ْذنِِه َي ْعلَ ُم َما َبنْي َ أَيْ ِدي ِه ْم َو َما َخ ْل َف ُه ْم َواَل حُيِ يطُو َن بِ َش ْي ٍء ِم ْن
ودهُ ِح ْفظُ ُه َما َو ُه َو الْ َعلِ ُّيُ ُض َواَل َيئ
ِ
َ الس َم َوات َواأْل َْر َّ ُِع ْل ِم ِه إِاَّل مِب َا َش اءَ َو ِس َع ُكْر ِس يُّه
(255(يم ِ
ُ الْ َعظ
Artinya :
“Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus
menerus mengurus ; tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya
apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi
Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan
mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa
dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah
meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara
keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
ُ الخال
2) Al-Khaliq (ِق َ )
Al-Khaliq artinya Maha Pencipta. Allah bisa menciptakan sesuatu dari
yang tidak ada menjadi ada. Kemudian ciptaan Allah tidak mencontoh
kepada sesuatu, sebab hanya Dialah yang dapat menciptakan. Penciptaan
tersebut tidak pula terbatas dan terpaksa. Dia menciptakan sesuatu
berdasarkan kehendak-Nya dan ciptaan tersebut pasti mengandung
manfaat. Sebagaimana firman-Nya dalam surat Ali Imran/3 ayat 191:
ِ ربَّنَا ما خلَ ْقت هذا ب...
...ًاطالَ َ َ َ َ َ
"...Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,..”
ُ )ال َع ِز ْي
3) Al-Aziz (ز
Al-Aziz artinya Maha Perkasa. Keperkasaan Allah tidak terbatas.
Dengan keperkasaan itu, Dia dapat melakukan apa saja sesuai dengan
kehendak-Nya. Allah Maha perkasa dalam menciptakan sesuatu atau
menghancurkan sesuatu juga berdasarkan kehendak-Nya. Sebagai contoh,
seseorang bisa meninggal tanpa seorang pun dapat mencegahnya. Berbagai
bencana alam yang kadang merenggut banyak nyawa juga sebagian bukti
akan Maha Keperkasaan-Nya.
Belajar dari sifat ini, hendaklah kita bersikap kuat, tegas, dan perkasa
dalam menegakkan yang hak dan menghancurkan yang batil. Kita tidak
boleh berisfat lemah dalam menghadapi berbagai cobaan hidup. Kita juga
tidak boleh lemah dari godaan syetan yang selalu berusaha menyesatkan
manusia. Sebagai seorang pelajar, hendaklah rajin menuntut ilmu dengan
semangat yang kuat. Dengan meneladani sifat al-Aziz ini, pambangunan
bangsa Indonesia kepada yang bangsa yang berperadaban maju niscaya
akan dapat terwujud.
5) Al-Wahhab ( ُالوهَّاب
َ )
Al-Wahhab artinya Maha Pemberi Karunia. Karunia Allah yang
diberikan kepada makhluk-Nya beraneka macam. Dia Maha Pemberi kepada
semua makhluknya. Air, tanah, udara, angin, api dan sebagainya semuanya
itu diberikan secara cuma-cuma kepada kita. Allah tidak pernah meminta
bayaran untuk air yang kita minum, udara yang kita hirup, atau tidak pernah
meminta pajak atas tanah yang kita pakai. Bahkan pemberian Allah selalu
terlimpah kepada orang-orang yang berbuat maksiat sekalipun. Itulah makna
al-Wahhab sebenarnya, yaitu memberi tanpa mengharapkan sesuatu. Oleh
karena itu manusia tidak bisa disebut al-Wahhab, karena sekecil apapun
pemberian manusia akan diiringi dengan tujuan tertentu, apakah ingin
mengharapkan pahala, pujian, persahabatan, dan sebagainya.
Bersikap sesuai dengan al-Wahhab dapat dilakukan dengan bersifat
pemurah baik dalam memberi rezeki maupun pengetahuan dan hal-hal yang
bermanfaat lainnya tanpa mengharapkan imbalan darinya. Kita tidak boleh
kikir terhadap orang lain, terutama kepada orang-orang yang sangat
membutuhkan.
8) Al-Hadi (هادِى
َ )ال
Al-Hadi artinya Maha Pemberi Petunjuk. Allah SWT yang dapat
memberi petunjuk atau hidayah kepada hamba-Nya sesuai dengan
kehendak-Nya. Petunjuk yang paling berharga berupa agama sehingga
seorang selamat dalam kehidupannya baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Hidayah tersebut akan dapat diperoleh dengan cara berupaya mengamalkan
segala perintah-Nya dan mengharapkan hidayah tersebut.
Sikap yang dapat ditampilkan dari sifat ini dapat ditunjukkan dengan
gemar membantu orang lain dan memberikan petunjuk kepada orang-orang
yang membutuhkan.
ُ الع ْد
9) Al-‘Adl (ل َ )
Al-‘Adl artinya Maha Adil. Allah sangat adil dalam segala apa yang Dia
lakukan. Keadilan tersebut sangat sempurna tanpa ada cacat sekalipun.
Keadilan Allah itu diberikan kepada seluruh makhluk-Nya tanpa pilih kasih.
Perhatikalah, setiap manusia yang Dia ciptakan memiliki kelebihan dan
kekurangan. Karena memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda,
maka manusia mesti saling membantu dan saling melengkapi antara satu
dengan yang lain. Keadilan Allah juga terbukti dalam memberikan balasan
kepada perbuatan manusia. Jika perbuatan manusia baik, maka Allah akan
membalasinya dengan kenikmatan yang sempurna, sebaliknya jika manusia
mengingkari-Nya maka siksaan yang pedih akan diterimanya.
Oleh karena itu, kita juga mesti berupaya untuk adil dalam kehidupan
ini, baik adil kepada diri sendiri dengan memenuhi hak lahir dan batin diri
kita, maupun adil kepada orang lain. Bahkan keadilan juga menjadi modal
utama untuk membangun bangsa yang berperadaban tinggi.
10)As-Shabur (ر ُ صب ُْو
َّ )ال
As-Shabur artinya Maha Sabar. Allah memiliki sifat sabar yang
sempurna. Dia sangat sabar melakukan sesuatu, Dia melakukan semuanya
sesuai dengan ketentuan yang ada, Dia tidak mempercepat waktunya
sehingga tergesa-gesa. Dia juga sangat sabar melihat perangai makhluk-
Nya. Meskipun manusia banyak yang kufur terhadap nikmat yang
dikaruniakan-Nya, akan tetapi Allah kerap kali tidak menimpakan bala
bencana secara langsung.
Dengan demikian, kita harus bersikap sabar dalam menjalani kehidupan
ini. Berbagai kesulitan yang dirasakan mesti dihadapi dengan sifat sabar.
Sabar juga dibutuhkan dalam menjaga dan memelihara diri dari perbuatan-
perbuatan maksiat. Bahkan dalam beribadah pun dituntut untuk bersifat
sabar sehingga ibadah yang dilakukan berkualitas.
Evaluasi
Pilihlah salah satu jawaban yang benar dan tepat di bawah ini!
1. Allah memberi petunjuk kepada siapa saja yang dikehendakinya. Hal ini
menunjukkan bahwa Allah memiliki nama…
a. al-‘Aziz b. al-Hadi
c. al-Wahhab d. al-Qayyum
8. Sebagai seorang pelajar, kita harus berpikir inovatif. Hal ini sesuai
dengan sikap yang meneladani asma’ul husna...
a. al-Khaliq c. al-Wahhab
b. al-‘Aziz d. as-Salam
10. Jika memperoleh musibah, hendaklah kita terima dengan bersifat sabar.
Hal ini sesuai dengan sikap yang meneladani asma’ul husna....
a. as-Shabur c. al-‘Aziz
b. as-Fattah d. al-Ghaffar
Tugas:
1) Buatlah laporan mengenai kegiatan aktivitas keluargamu yang
mencerminkan pengalaman salah satu sifat Asma’ul Husna
2) Tulislah kegiatan yang kamu lihat dari teman-temanmu dan gurumu di
sekolah yang mengamalkan sifat Asma’ul Husna.
3) Buatlah laporan tentang aktivitas dan kegiatan yang bisa kamu lihat di
sekeliling masyarakat tempat tinggalmu yang mencerminkan sifat
Asma’ul Husna.
BAHAN AJAR
SMP :
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester : VII/1
Standar Kompetensi: 4. Membiasakan perilaku terpuji.
Kompetensi Dasar : 4.1 Menjelaskan pengertian tawadhu’, taat,
qana’ah, dan sabar.
4.2 Menampilkan contoh-contoh perilaku
tawadhu’, taat, qana’ah, dan sabar.
4.3 Membiasakan perilaku tawadhu’, taat,
qana’ah, dan sabar.
Indikator : 4.1.1 Menjelaskan pengertian tawadhu’ dan
menunjukkan dalil naqlinya.
4.1.2 Menjelaskan pengertian taat dan menunjukkan
dalil naqlinya.
4.1.3 Menjelaskan pengertian qana’ah dan
menunjukkan dalil naqlinya.
4.1.4 Menjelaskan pengertian sabar dan
menunjukkan dalil naqlinya.
4.2.1 Menampilkan contoh-contoh perilaku
tawadhu’.
4.2.2 Menampilkan contoh-contoh perilaku taat.
4.2.3 Menampilkan contoh-contoh perilaku qana’ah.
4.2.4 Menampilkan contoh-contoh perilaku sabar.
4.3.1 Membiasakan perilaku tawadhu’, taat,
qana’ah, dan ’sabar dalam lingkungan
keluarga.
4.3.2 Membiasakan perilaku tawadhu’, taat,
qana’ah, dan sabar dalam lingkungan sekolah.
4.3.3 Membiasakan perilaku tawadhu’, taat,
qana’ah, dan sabar dalam lingkungan
masyarakat.
Alokasi Waktu : 4 x 40 menit
AKHLAK TERPUJI:
TAWADHU’, TAAT, QANA’AH DAN SABAR
A. Tawadhu’
1. Pengertian
Tawadhu’ artinya rendah hati yang lawannya adalah takabur (tinggi
hati atau sombong). Di dalam al-Qur’an Allah memerintahkan manusia untuk
bersikap rendah hati dengan firman Allah dalam surat As-Syu’ara: 215.
نيِِ ِ َ ك لِم ِن اتَّبع ِ و
َ ك م َن الْ ُم ْؤمن َ َ َ َ اح َ َض َجن
ْ اخف
ْ َ
Artinya :
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang yang mengikutimu yaitu orang-
orang yang beriman”.
Tawadhu’ adalah salah satu sikap orang beriman, Allah menyebut orang
tawadhu’ sebagai ibadurrahman, yaitu hamba-hamba Tuhan Yang Maha
Penyayang. Hal ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya surat al-Furqan ayat
63:
ِ ض هوناً وإِ َذا خاطَبهم اجْل ِ َّ ِ
ًاهلُو َن قَالُوا َساَل ماَ ُ ُ َ َ َ ْ َ ِ ين مَيْ ُشو َن َعلَى اأْل َْر
َ اد الرَّمْح َ ِن الذ
ُ ََوعب
Artinya
Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang
yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil
menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung)
keselamatan.
Dengan mengenal asal penciptaan dan proses kejadian, maka tidak ada
pula alasan diri ini untuk tidak bersifat tawadhu’.
B. Taat
1. Pengertian
Taat artinya patuh, tunduk, dan setia. Lawannya adalah ingkar yaitu
durhaka, membangkang atau bisa juga disebut kafir. Dengan demikian, taat
berarti tunduk terhadap perintah atau larangan yang berlaku.
Allah SWT memerintahkan setiap mukmin agar bersikap patuh melalui
firman-Nya QS. An-Nisa ayat 59 :
..…ول َوأُويِل اأْل َْم ِر ِمْن ُك ْم ِ َطيعوا اللَّه وأ
ِ ِ َّ
َ الر ُس
َّ َطيعُوا َ يَاأَيُّ َها الذ
َ َ ُ ين ءَ َامنُوا أ
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan rasul-Nya dan Ulil amri di
antara kamu”
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa kita wajib taat kepada Allah
dan kepada Rasulullah yang membawa risalah kebenaran. Demikian juga
kepada pemimpin, kita juga mesti taat kepadanya, dengan syarat keputusan
pemimpin tersebut tidak bertentangan dengan ketaatan kepada Allah.
Tegasnya, ketaatan kepada Allah di atas segala-galanya.
C. Qana’ah
1. Pengertian
Qana’ah artinya sederhana dan menerima apa adanya, lawannya
adalah tamak atau serakah atau selalu merasa kurang. Jadi qana’ah
merupakan sikap rela menerima dan merasa cukup atas hasil yang
diusahakannya serta menjauhkan diri dari rasa tidak puas dan perasaan
kurang.
Qana’ah bukan berarti masa bodoh dan bermalas-malasan dalam
hidup serta tidak mau berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan hidup.
Akan tetapi sifat qana’ah didahului oleh ikhtiar dan tawakal. Ikhtiar atau
berusaha harus kita lakukan dengan sungguh-sungguh dan bertawakkal
kepada Allah agar hasil yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan.
Ketika hasil telah diperoleh, barulah kita qana’ah, yaitu menerima hasil ikhtiar
tersebut dengan lapang dada dibarengi dengan rasa syukur.
Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk bersifat qana’ah
melalui sabdanya:
ص لَّي اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم قَ ْد أَْفلَ َح َم ْن ِ ِ ِ ِ
َ َع ْن َعْب د اهلل ابْ ِن عُ َم َر َرض َي اهللُ َعْن هُ قَ َال َر ُس ْو ُل اهلل
)َّعهُ اهللُ مِب َا اَتَاهُ (رواه مسلم َ َسلَ َم َو ُر ِز َق َك َفافًا َو َقن
ْأ
Artinya:
Sungguh bahagia orang yang masuk Islam, diberi rezeki cukup, dan qanaah
dengan apa yang dimilikinya (H.R. Muslim).
ِ َّ الصرْبِ والصَّاَل ِة إِ َّن اللَّهَ معِ ِ ْ ياأَيُّ َها الَّ ِذين ءامنُوا
َ الصاب ِر
ين ََ َ َّ استَعينُوا ب ََ َ َ
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.
Allah akan menguji kesabaran setiap orang yang beriman. Ujian tersebut
sangatlah beragam, seperti rasa takut, kelaparan, kemiskinan, dan kematian.
Hanya orang-orang yang bersabarlah yang akan lulus dari ujian tersebut.
Baca dan pahamilah firman Allah berikiut ini:
ِ س والثَّم ر
ات ِ ف
ُ األنو ِ ص ِّمن األَم و
ال ٍ ق
ْ ن
َ و وع
ِ جْل او وف
ْ خْل ا ن م
ِّ ٍ ولَنبلُ ونَّ ُكم بِش ي
ء
َ َ َ َ َ
َ َ َ ُ َ َ َ ْ َ ْ َ َْ َ
ِ َّ وب ِّش ِر
َ الصاب ِر
ين ََ
Artinya:
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Qs. Al-
Baqarah/2: 155)
Menurut Imam al-Ghazali, sabar terbagi kepada tiga, yaitu:
a. Sabar dalam beribadah, maksudnya dalam menjalankan perintah Allah,
seperti shalat, puasa, zakat, dan sebagainya diperlukan sifat sabar
sehingga ibadah tersebut terlaksana dengan khusyu’ dan ikhlas.
b. Sabar dalam maksiat, maksudnya dalam menjauhi larangan Allah dan
menghadapi godaan syetan, dibuthkan sifat sabar sehingga kita tetap
berada dalam keimanan yang kokoh.
c. Sabar dalam musibah, maksudnya ketika berbagai problema dan
kesulitan dihadapi, diri kita tetap sabar menghadapinya dan keimanan
kita kepada Allah tidak berpaling.
2. Manfaat sifat sabar
Sifat sabar mesti kita miliki dalam kehidupan ini, sebab dengan sifat
sabar kita akan menghadapi hidup ini dengan tenteram tanpa harus berputus
asa. Kemudian, orang-orang yang sabar akan memperoleh derajat
keistimewaan dari Allah SWT. Ada beberapa keistimewaan/manfaat yang
akan peroleh orang-orang yang sabar, di antaranya:
a. mendapat pertolongan dan perlindungan dari Allah.
Firman-Nya:
ٍ بلَى إِن تَصرِب واْ وَتَّت ُقواْ ويأْتُو ُكم ِّمن َفو ِر ِهم هـ َذا مُيْ ِد ْد ُكم ربُّ ُكم خِب مس ِة
آالف َ َْ َْ َ ْ ْ ََ َ ُْ َ
ني ِ ِ ِ
َ ِّم َن الْ َمآلئ َكة ُم َس ِّوم
Artinya:
Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang
menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu
dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda. (Ali Imran/3: 125)
b. memperoleh pahala yang sangat besar
Firman-Nya:
ٍ َجر ُهم بِغَرْيِ ِحس
اب ِ َّ إِمَّنَا يوىَّف...
َ َ ْ الصاب ُرو َن أ َُ
Artinya:
Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan
pahala mereka tanpa batas. (Qs. Az-Zumar/39: 10)
c. memperolah berkah, rahmat, dan petunjuk.
Firman-Nya:
E. Evaluasi
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dan benar!
1. Pengertian tawadhu’ yang paling tepat adalah...
a. selalu menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya
b. merasa dirinya lebih istimewa dibandingkan orang lain
c. memberi kesempatan kepada orang lain untuk meraih kesuksesan
d. mereasa rendah hati di hadapan orang lain
Tugas
SMP : ......................................
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester : VII/1
Standar Kompetensi : 5. Memahami ketentuan-ketentuan thaharah
(bersuci).
ين ِ
ر ه
ِّ ط
َ ت
َ م ل
ْ ا ب
ُّ ِب الت ََّّوابِني وحُي
ُّ ِإِ َّن اللّه حُي
َ ُ َ َ َ
Artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan
menyukai orang-orang yang mensucikan diri.
B. Najis,
Pengertian:
ِ ِ ِ
ٌ اال ْسالَ ُم نَ ِظْي
ِ
ُ َفَتنَظَُّف ْوا فَانَّهُ الَيَ ْد ُخ ُل اْجلَنَّةَ االَّ النَّظْي,ف
)ف (رواه البيهقى
2. Najis Mutawassithah, artinya najis pertengahan. Najis ini ada dua bentuk,
yaitu:
a. Najis hukmiyah, artinya najis abstrak yaitu najis yang diyakini adanya
pada suatu benda tetapi tidak nyata, baik zat, bau, rasa maupun
warnanya. Contohnya air kencing yang sudah lama kering sehingg
sifatnya tidak kelihatan lagi.
Cara menghilangkannya dengan mengalirkan air di atar benda yang
terkena najis.
b. Najis ‘ainiyah, artinya najis kongkrit, yaitu najis yang masih ada zat,
warna, rasa, atau baunya. Contohnya, air kencing, darah, nanah, dan
sebagainya.
Cara menghilangkannya dengan menghilangkan zat, warna, rasa, dan
baunya. Warna atau bau yang sukar dihilangkan bisa dimaafkan.
3. Najis Mughallazhah artinya najis berat. Yang termasuk dalam najis ini
adalah benda atau badan yang terkena cairan (liur, jilatan, kotoran, darah
dan sebagainya) dari anjing atau babi.
Macam-macam:
Secara garis besar, hadas terbagi dua, yaitu:
1. Hadas kecil, yaitu keadaan tidak suci menurut ketentuan syara’
disebabkan oleh hal-hal yang membuatnya tidak berwudhu’ atau batal
wudhu’ contoh terkentut, buang air kecil atau besar.Cara mensucikannya
dengan berwudhu’ atau tayammum.
2. Hadas besar, yaitu keadaan tidak suci menurut ketentuan syara’ yang
disebabkan oleh keluarnya sperma bagi laki-laki, atau haid dan nifas bagi
perempuan, atau bersenggama bagi suami istri meskipun tidak keluar
sperma. Cara mensucikannya dengan mandi wajib atau tayammum jika
ada Uzur.
وه ُك ْم َوأَيْ ِديَ ُك ْم إِىَل الْ َمَرافِ ِق ِ ِ َّ يا أَيُّها الَّ ِذين آمنُواْ إِ َذا قُمتُم إِىَل
َ الصالة فا ْغس لُواْ ُو ُج ْ ْ َ َ َ َ
ني َوإِن ُكنتُ ْم ُجنُب اً فَ اطَّ َّه ُرواْ َوإِن ُكنتُم ِ َوس ُكم وأ َْر ُجلَ ُكم إِىَل الْ َك ْعب ِ وامس حواْ بِر ُؤ
ْ َْ ُ ُ ََْ
ِّْس اء َفلَ ْم جَتِ ُدوا ِِ
َ َح ٌد َّمن ُكم ِّم َن الْغَائ ط أ َْو الََم ْس تُ ُم الن َ ضى أ َْو َعلَى َس َف ٍر أ َْو َج اء أَ َّم ْر
يد اللّ هُ لِيَ ْج َع َل
ُ وه ُك ْم َوأَيْ ِدي ُكم ِّمْن هُ َما يُِر ِ ماء َفتي َّممواْ صعِيداً طَيِّب اً فَامس حواْ بِوج
ُُ َُْ َ ُ ََ َ
يد لِيُطَ َّهَر ُك ْم َولِيُتِ َّم نِ ْع َمتَهُ َعلَْي ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُك ُرو َن
ُ ـكن يُِرِ َعلَي ُكم ِّمن حر ٍج ول
َ ََ ْ َْ
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika
kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau
kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh [perempuan, lalu
kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik
(bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak
hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.
D. Wudhu
Pengertian
Wudhu’ berasal dari kata “wada’ah” yang berarti baik dan bersih.
Secara istilah:
Rukun Wudhu’:
1. Niat
2. Membasuh muka dari ujung dahi hingga ujung dagu dan dari anak telinga
kanan hingga anak telinga kiri.
3. Membasuh dua tangan hingga siku
4. Mengusap sebagian kepala
5. Membasuh kedua kaki hingga mata kaki
6. tertib
Cara Berwudhu’
1. Membaca ta’awwudz dan basmalah
2. mecuci kedua telapak tangan
3. Berkumur-kumur 3 kali atau menggosok gigi
4. Membersihkan kotoran dari rongga hidung
5. Berniat dan membaca lafazh mengambil air wudhu’
6. Membasuh muka dari ujung dahi hingga ujung dagu dan dari anak telinga
kanan hingga anak telinga kiri 3x.
7. Membasuh dua tangan hingga siku 3x sambil menyila-nyila jari tangan
kanan dengan tangan kiri, dan sebaliknya. (Anggota tubuh yang dibasuh
berpasangan hendaklah mendahulukan yang kanan dari pada yang kiri.)
8. Mengusap sebagian kepala 3x
9. Membasuh kedua telinga 3x (Sunnah)
10. Membasuh kedua kaki hingga mata kaki 3x sambil menyila-nyila jari kaki
kanan dengan jari tangan kiri dan menyila-nyila jari kaki kiri dengan jari
tangan kanan.
11. Membaca doa sesudah Wudhu’
ِ ِ َّ الَّله َّم اجع ْليِن ِمن الت ََّّوابِ واجع ْليِن ِمن اْملتَطَ ِّه ِرين واجع ْليِن ِمن ِعب ِاد َك
َ الصلحنْي َ ْ ْ َ ْ َ َ ْ ُ َ ْ َ ْ َ َ نْي َ ْ َْ ُ
Artinya:
Ya Allah, jadikanlah aku orang yang selalu bertaubat, jadikanlah aku orang
yang selalu suci, dan jadikanlah aku sebagai hamba-Mu yang shaleh.
E. Tayammum
Pengertian
Secara bahasa tayammum berarti “al-Qasdu”, yaitu menyengaja.
Menurut istilah ialah:
Syarat-syarat Tayammum
1. Ada uzur tidak dapat menggunakan air, seperti sakit atau musafir.
2. Masuk waktu shalat (bila bertayammum untuk shalat).
3. debu (tanah) yang digunakan suci
4. Tidak ada najis yang melekat
5. tidak dalam keadaan haid/nifas bagi perempuan
Rukun Tayammum
1. Niat
2. Menyapu muka dengan debu
3. Menyapu kedua tangan dengan debu hingga siku
4. tertib
Cara Tayammum
1. Siapkan debu yang suci
2. Jika ada cincin atau hiasan/benda yang menghalangi debu ke kulit,
hendaknya dilepaskan terlebih dahulu.
3. Berniat Tayammum
4. Kedua telapak tangan ditempelkan di atas debu
5. Angkat tangan dari kumpulan debu tersebut lalu membersihkan debu
yang melekat pada tangan dari tanah/debu yang menggumpal dengan
menggerak-gerakkan tangan atau meniupnya secara berlahan.
6. Sapu muka dengan debu tersebut secara merata dari ujung dahi hingga
ujung dagu dan anak telinga kanan hinga anak telinga kiri
7. Bersihkan sisa debu dari telapak tangan dengan menepuk-nepuk tangan.
8. Tempelkan lagi telapak tangak di atas debu, tetapi di tempat yang
berbeda dari semula (bukan bekas tempat pertama) lalu membersihkan
debu yang menggumpal dengan meniupnya secara berlahan.
9. Letakkan telapak tangan kiri pada punggung telapak tangan kanan lalu
telapak tangan kiri menyapu bagian luar tangan kanan terlebih dahulu
dari punggung hingga siku tangan kanan. Lalu telapak tangan kiri diputar
untuk menyapu bagian dalam tangan kanan. Sesampainya dipergelangan
tangan kanan, telapak tangan kanan yang masih berdebu suci diletakkan
ke punggung telapak tangan kiri lalu telapak tangan kanan tersebut ditarik
menyapu bagian luar tangan kiri hingga siku. Sampai di siku, telapak
tangan kiri tersebut diputar untuk menyapu bagian dalam tangan kiri
hingga kemudian antara telapak tangan kanan dengan telapak kiri
disatukan.
10. Telapak tangan ditepuk-tepukkan.
Sebab-sebab:
1. Keluar sperma bagi laki-laki
2. Selesai Haidh bagi perempuan yang sehat
3. Selesai nifas bagi perempuan yang melahirkan
4. Bersenggama, laki-laki dan perempuan, meskipun sperma laki-laki tidak
keluar
5. mati
Rukun Mandi:
1. Niat
2. Meratakan air ke seluruh tubuh, kulit, dan rambut.
Cara melakukannya:
1. Membaca basmalah seraya berniat
2. berwudhu sebelum mandi
3. mengangkat kotoran dari tubuh
4. menggosok-gosok badan hingga bersih
5. meratakan air ke seluruh tubuh
6. mendahulukan bagian yang kanan dari pada yang kiri
Penilaian:
C. Silangilah salah satu jawaban yang paling tepat dan benar!
1. Di antara hal-hal yang membatalkan wudlu dan tayammum adalah:
a. makan
b. minum
c. buang air kecil
d. muntah
3. Kencing anak kecil yang belum berumur dua tahun dan belum makan
apa-apa selain air susu ibu dinamakan najis:
a. Mukhaffafah c. mutawasithah
b. Mughallazhah d.
mutmainnah
Tugas
1. Tulislah peta konsep tentang materi thaharah di sehelai kertas double
folio dengan ringkas.
2. Tulislah perbedaan antara hadas dengan najis dan perbedaan antara
wudhu’ dengan tayammum dalam bentuk tabel.
No Najis Hadas
1
2
3
4 Dst Dst
No Wudhu’ Tayammum
1
2
3
4 Dst Dst
BAHAN AJAR
SMP :
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester : VII/1
Standar Kompetensi: 6. Memahami tatacara shalat.
Kompetensi Dasar : 6.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan shalat
wajib.
6.2 Mempraktikkan shalat wajib.
Indikator : 6.1.1 Menjelaskan pengertian shalat wajib dan dasar
hukumnya.
6.1.2 Menyebutkan syarat-syarat shalat.
6.1.3 Menyebutkan rukun-rukun shalat.
6.1.4 Menyebutkan sunnah-sunnah shalat.
6.1.5 Menyebutkan hal-hal yang membatalkan
shalat.
6.2.1 Menjelaskan tatacara shalat wajib secara
berurutan (tertib).
6.2.2 Menyebutkan bacaan-bacaan shalat yang
pokok.
6.2.3 Memperagakan bagian-bagian dari gerakan
shalat.
6.2.4 Mempraktikkan shalat wajib secara benar.
6.2.5 Menjelaskan hikmah shalat.
Alokasi Waktu : 3 x 40 menit
SHALAT WAJIB
2. Qs. Thaha/20: 14
E. Rukun Shalat
1. Niat
2. Berdiri bagi yang mampu, jika tidak bisa duduk atau berbaring bagi
yang sakit.
3. Takbiratul ihram, dengan membaca “Allahu Akbar”
4. Membaca surat al-Fatihah
5. Ruku’ dengan thuma’ninah (berhenti sejenak)
6. I’tidal dengan thuma’ninah
7. Sujud dengan thuma’ninah
8. Duduk antara dua sujud dengan thuma’ninah
9. Duduk akhir (duduk tawarru’)
10. Membaca tasyahud akhir (ketika duduk tawarru’)
11. Membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW
12. Mengucapkan salam pertama
13. Tertib (teratur dan berurutan).
Raka’at Pertama
1. Berdiri tegak menghadap kiblat (ka’bah), pandangan ke tempat sujud
tanpa berpaling. Bila tak kuasa berdiri maka boleh dengan duduk.
2. Niat shalat dalam hati. Jika dilafadzkan (diucapkan), maka lafazhnya
adalah:
ِ )مأْموما/الصب ِح ر ْكعَت ِ مسَت ْقبِل الْ ِقبلَ ِة اَداء (اِماما
ِهلل َت َعاىَل ً ْ ُ َ ً َ ً َ ْ َ ْ ُ ض ُّ ْ َ َ نْي َ صلِّى َف ْر
َ ُا
Artinya:
Sengaja aku shalat fardhu shubuh dua rakaat menghadap qiblat tunai
(sebagai imam/makmum) karena Allah Ta’ala.
ِ ِ ِ ِ
ت َو ْج ِه َي ُ اهللُ اَ ْكَب ُر َكبِْيًرا َواحْلَ ْم ُد ِهلل َكثْيًرا َو ُسْب َحا َن اهلل بُ ْك َر ًة َوأَص ْيالً إِيِّن َو َّج ْه
ِ ِ ِ ِ ِ َّ لِلَّ ِذي فَطَ َر
َ ض َحنْي ًفا ُم ْس ل ًما َو َما اَنَا م َن الْ ُم ْش ِركنْي َ إِ َّن
ص الَيِت َ الس َم َاوات َواْالَْر
ت َوأَنَا ِم َن ِ َ ِك لَ ه وبِ َذال ِ ِ ونُس ِكي وحَمْي اي ومَمَ ايِت
ُ ك اُم ْر َ ُ َ ْب الْ َع الَمنْي َ الَ َش ِري ِّ ِهلل َر ْ ََ َ َ ْ ُ َ
. َ اْمل ْسلِ ِمنْي
Allah Maha Besar, lagi sempurna kebesaran-Nya dan segala puji (yang
ُ
sebanyak-banyaknya) bagi Allah, dan Maha Suci Allah sepanjang pagi dan
petang. Sesungguhnya kuhadapkan wajahku kepada-Mu yang menciptakan
bumi dan langit dalam keadaan berserah diri sebagai seorang muslim dan
aku tidak termasuk golongan orang yang mempersekutukan Allah.
Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk
Allah yang memelihara alam semesta. Tiada sekutu bagi-Nya, dan demikian
itu yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang termasuk
golongan muslim (yang menyerahkan diri).
6. Membaca ta’awwudz
الر ِجْي ِم ِِ
ِ َهلل ِمن الشَّيط
َّ ان ْ َ أعُ ْوذُ با
Aku berlindung kepada Allah dari Syaitan yang terkutuk
7. Membaca surat al-fatihah
ك َي ْوِمِ ِ مال٣ الرَّمْح ـ ِن ال َّر ِحي ِم٢ ني
َ
ِ ِّ احْلَ ْم ُد للّ ِه َر١ اهلل ال رَّمْح ِن ال َّر ِحي ِم
َ ب الْ َع الَم
ِ بِس ِم
ْ
مت ِ َّ ِ ِ ِ ِ َ َّاك َن ْعبُ ُد وإِي
َ َّ إِي٤ ال دِّي ِن
َ َنع َ ين أ
َ ص َرا َط الذ٦ يم َ الص َرا َط املُس تَق
ِّ اه دنَا٥ ني ُ اك نَ ْس تَع
٧ ني َ ِّوب َعلَي ِه ْم َوالَ الضَّالِ غض ُ َعلَي ِه ْم َغ ِري امل
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha
َ
Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang. Yang menguasai di Hari Pembalasan Hanya
Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami
meminta pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu) Jalan
orang-orang yang telah Engkau beri ni'mat kepada mereka, bukan (jalan)
mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
ِ
8. Ucapkan amin أمنْيsetelah َِ َوالَالضَّالّنْي, Amin artinya : “perkenankanlah”
9. Membaca beberapa ayat atau surat dalam al-Qur`an yang telah dihafal.
Misalnya, surat al-Kafirun:
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang
kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan
aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu
tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu
agamamu, dan untukkulah, agamaku".
10. Ruku’ yaitu mengangkat kedua tangan sejajar dengan bahu kemudian
diturunkan sambil membungkukan tubuh dan meluruskan punggung
sedangkan kedua tangan bertumpu di atas kedua lutut dengan jari-jari
terbuka. Ketika ruku’ harus thuma’ninah (sempurna, tenang dan tidak
terburu-buru). Dalam ruku’ membaca do’a :
×3 ُسْب َحا َن َريِّبَ الْ َع ِظْي ِم َوحِب َ ْم ِد ِه
Maha suci Tuhanku yang Maha Agung Lagi Maha Terpuji 3x
Atau membaca;
ِ َّ ِ حِب َّ َ َُسْب َحان
ْ ك الل ُه َّم َربَّنَا َو َ ْمد َك اَلل ُه َّم ا ْغف ْريِل
Maha suci Engkau Ya Allah, ya Rabb kami dan dengan memuji Engkau,
Ya Allah ampunilah dosaku
11. Bangkit dari ruku’ dengan mengangkat kedua tangan sejajar dengan
pundak lalu menurunkannyanya lurus sebagaimana permulaan shalat
dan membaca:
ِ ِ ِ
ُمَس َع اهللُ ل َم ْن مَح َده
”Allah mendengar bagi siapa saja yang memuji-Nya”
Anggota tubuh yang harus menempel di tempat sujud adalah dua telapak
tangan, dua lutut, jari-jari dua kaki, dan wajah. Nabi s.a.w ketika sujud
meletakkan dua telapak tangannya, merapatkan jari-jarinya, menegakkan
lengannya dan menjauhkannya dari lambung serta menghadapkannya ke
arah kiblat.
(عوانة َ ك َو ْارفَ ْع ِم ْر َف َقْي
ك (رواه مسلم وابو َ ض ْع َكفَّْي َ إِ َذا َس َج ْد
َ َت ف
Apabila kamu sujud, letakkanlah kedua telapak tanganmu dan angkatlah
kedua siku lenganmu (HR. Muslim dan Abu ‘Awanah)
Atau membaca:
ِ َّ ِ حِب َّ َ َُسْب َحان
ْ ك الل ُه َّم َربَّنَا َو َ ْمد َك اَلل ُه َّم ا ْغف ْريِل
Maha suci Engkau Yaa Allah, yaa Rabb kami dan dengan memuji
Engkau, Yaa Allah ampunilah dosaku.
13. Bangkit dari sujud dengan bertakbir kemudian duduk di atas telapak kaki
kiri dan menegakkan telapak kaki kanan, ujung-ujung jari kaki ditegakkan
dan searah dengan kaki. Tangan diletakkan diatas paha dan ujung-ujung
jari tangan sejajar dengan lutut.
Dalam duduk diantara dua sujud itu baca do’a:
ِ ِ ِ
ُ اجُب ْريِن ْ َو ْار َف ْعيِن ْ َو ْار ُزقْيِن ْ َو ْاهديِن ْ َو َعافيِن ْ َو ْاع
ف َعيِّن ْ رب ا ْغف ْريِل ْ َو ْارمَح ْيِن ْ َو
Ya Allah ampunilah aku, kasihanilah aku, tutuplah ke’aibanku, angkatlah
derajatku, berilah aku rezeki, berikanlah aku petunjuk, dan berilah aku
kesehatan serta maafkanlah (kesalahan) ku.
14. Setelah itu sujud lagi yang kedua sambil bertakbir. Caranya sama dengan
sujud yang pertama baik dalam bacaan maupun dalam gerakan.
Raka’at Kedua
15. Bangkit dari sujud dengan bertakbir, namun kedua tangan tidak diangkat
seperti halnya pada permulaan qiyam (berdiri). Pada raka’at kedua dan
seterusnya iftitah ditiadakan, sedangkan gerakan dan bacaannya sama
seperti raka’at yang pertama.
16. Baca ta’awwudz dan al-fatihah kemudian baca surat atau ayat-ayat al-
Qur`an yang mudah atau yang telah dihafal. Misalnya surat al-Ikhlas.
الر ِحي ِم ِ بِس ِم
َّ اهلل الرَّمْح ِن ْ
ِ
َ َومَلْ يَ ُكن لَّهُ ُك ُفواً أ. مَلْ يَل ْد َومَلْ يُولَ ْد.الص َم ُد
َح ٌد َّ ُ اللَّه.َح ٌد
َ قُ ْل ُه َو اللَّهُ أ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang. Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah
Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak
dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara
dengan Dia".
17. Ruku’ sambil bertakbir kemudian baca do’a ruku sebagaimana pada
raka’at pertama.
ِ ِ ِ
18. Berdiri I’tidal membaca ُ مَس َع اهللُ ل َم ْن مَح َدهkemudian membaca do’a I’tidal
sebagaimana pada raka’at pertama.
19. Sujud sambil takbir dengan tanpa mengangkat kedua tangan, dalam
sujud itu baca ُسْب َحا َن َريِّبَ اْأل َْعلَى َوحِب َ ْم ِد ِهsebanyak 3x atau membaca:
ِ َّ ِ حِب َّ َ َُسْب َحان
ْ ك الل ُه َّم َربَّنَا َو َ ْمد َك اَلل ُه َّم ا ْغف ْريِل
Artinya : Maha suci Engkau Yaa Allah, yaa Rabb kami dan dengan
memuji Engkau, Yaa Allah ampunilah dosaku.
20. Kemudian bangkit dari sujud dan bertakbir kemudian membaca do’a
duduk di antara dua sujud sebagaimana pada raka’at pertama
21. Kemudian takbir lalu sujud lagi dan baca do’a sujud.
22. Bangkit dari sujud kedua sambil bertakbir dan duduk sebagaimana duduk
diantara dua sujud (duduk iftirasy).
Kemudian membaca do’a tasyahhud dan shalawat :
Pada raka’at ketiga setelah bangkit dari duduk tasyahhud lalu takbir,
kemudian membaca al-fatihah dan disunnahkan untuk membaca surat. Pada
shalat maghrib raka’at ketiga adalah raka’at yang terakhir, kemudian
mengucapkan salam bagi Shalat Maghrib.
Raka’at keempat
Setelah bangkit dari sujud dari raka’at yang ketiga, maka pelaksanaannya
sama sebagaimana pada raka’at yang kedua.
23. Setelah bangkit dari sujud yang terakhir, duduklah dengan duduk
tawarruk atau disebut juga duduk tasyahud akhir, yakni dengan
menegakkan telapak kaki kanan dan meletakkan telapak kaki kiri di
bawah tulang kering kaki kanan, sedangkan kedua tangan diletakkan di
atas paha dengan cara sebagaimana pada tasyahhud awal. Pada
tasyahhud akhir ini, do’a yang dibaca sama dengan do’a pada tasyahhud
awal, lalu ditambah dengan membaca do’a:
يم َو بَ ا ِر ْك َعلَى حُمَ َّم ٍد َو َعلَى ِآل حُمَ َّم ٍد َك َما ِ ِ ِ
َ يم َو َعلَى آل إ ْب َراه
ِ ِ
َ ت َعلَى إ ْب َراه َ ص لَّْي
َ َك َما
ٌَّك مَحِ ي ٌد جَمِ يد ِ يم َو َعلَى ِآل إِ ْبَر ِاه ت َعلَى إِ ْبَر ِاه
َ يم يِف الْ َعاملنْي َ إِن
َ َ َ بَ َار ْك
َ
Sebagaimana Engkau telah melimpahkan shalawat kepada nabi Ibrahim a.s.
dan keluarganya. Berikanlah keberkahan kepada Nabi Muhammad SAW dan
keluarganya sebagaimana Engkau telah memberikan keberkahan kepada
Nabi Ibrahmi a.s. dan keluarganya dan di alam semesta ini sesungguhnya
Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia.
I. Hikmah Shalat
1. Mencegah seseorang dari perbuatan yang keji dan mungkar.
2. Melatih seseorang untuk hidup sehat, baik secara jasmani maupun
rohani.
3. Melatih seseorang untuk disiplin.
4. Mendidik seseorang menjadi sabar.
5. Mempererat silaturrahim antara sesama muslim.
6. Melatih seseorang untuk beribadah secara khusyu’.
7. Mendidik seseorang untuk meraih taqwa.
8. Mendidik seseorang untuk bersifat tawadhu’ dan terhindar dari sifat
sombong (takabur).
9. Membuat hati seseorang menjadi tenang
10. Melatih seseorang untuk hidup bersih dan rapi.
11. dan lain sebagainya
Evaluasi
Silangilah salah satu jawaban yang paling tepat dan benar!
1. Secara bahasa, shalat artinya…
a. Menyembah c. Ibadah
b. Memuji d. Doa
10. Salah satu hikmah shalat terkandung dalam Qs. Al-Ankabut ayat 45
yaitu…
a. Shalat melatih disiplin
b. Shalat dapat menyehatkan jasmani dan rohani
c. Shalat melatih diri untuk sabar
d. Shalat dapat menjadikan seseorang terhindar dari perbuatan keji dan
mungkar.
Tugas
Carilah pasangan masing-masing lalu praktekkanlah pelaksanaan shalat
yang telah kamu pelajari secara bergantian. teman yang satu
mempraktekkan, sementara pasangannya memperhatikan dan mencatat
kekurangan/kesalahan dari praktek tersebut. Setelah selesai, lakukan
pergantian, yang mengawasi mempraktekkan shalat, sementara yang shalat
tadi berganti mengawasi! Laporkan catatanmu kepada guru!
BAHAN AJAR
SMP : ......................................
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester : VII/1
Standar Kompetensi : 7. Memahami tata cara shalat berjamaah
dan munfarid.
Kompetensi Dasar : 7.1 Menjelaskan pengertian shalat jamaah
dan munfarid (sendiri).
7.2 Mempraktikkan shalat jamaah dan shalat
munfarid (sendiri).
Indikator : 7.1.1 Menjelaskan pengertian shalat
berjamaah dan dasar hukumnya
7.1.2 Menjelaskan pengertian shalat munfarid
7.1.3 Menjelaskan keutamaan shalat
berjamaah atas shalat munfarid
7.1.4 Menjelaskan syarat-syarat mendirikan
shalat berjamaah
7.1.5 Menjelaskan halangan-halangan shalat
berjamaah
7.1.6 Menjelaskan tata cara shalat berjamaah
7.1.7 Menjelaskan tata cara shalat munfarid
7.2.1 Mempraktekkan shalat berjamaah di
sekolah
7.2.2 Mempraktekkan shalat munfarid di
sekolah.
Alokasi Waktu : 4 x 40 menit (2 x pertemuan)
Shalat munfarid adalah shalat yang dikerjakan secara sendirian, tidak ada
imam dan tidak ada makmum.
Anjuran shalat berjamaah juga termaktub dalam surat an-Nisa’ ayat 102.
ِ وإِ َذا ُك
َ الصالََة َف ْلَت ُق ْم طَآئَِفةٌ ِّمْن ُهم َّم َع
ك َ نت في ِه ْم فَأَقَ ْم
َّ ت هَلُ ُم َ َ
Artinya:
Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu
kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah
segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu…
2. Syarat-syarat Jamaah
a. Ada imam
b. Ada makmum
c. Shalat dilakukan dalam satu majlis (tempat)
d. Shalat makmum harus sama dengan shalat imam
4. Ketentuan Imam
a. Imam laki-laki: makmumnya laki-laki, banci dan perempuan
b. Imam perempuan: makmumnya perempuan
5. Syarat Makmum
a. Berniat sebagai makmum
b. Mengikuti gerak-gerik imam
c. Berada di belakang imam
d. Berada di tempat yang sama dengan imam
e. Tidak boleh mendahului imam
f. Tidak boleh bermakmum pada orang yang diketahui shalatnya batal.
g. Shalat makmum harus sama dengan imam.
6. Cara Melakukan Shalat Berjamaah
a. Tata cara sebagai Imam
Sebelum memulai shalat, seorang imam harus melakukan hal-hal
sebagai berikut:
1) Imam menghadap ke belakang memperingatkan supaya shaf lurus
dan rapat. Sabda Rasul:
Artinya:
)الصالَِة (رواه البخارى ومسلم
َّ ف ِم ْن مَتَ ِام َّ َص ُف ْوفَ ُك ْم فَِإ َّن تَ ْس ِويَة
ِّ الص ُ َس ُّو ْوا
Luruskan shafmu karena lurusnya shaf itu merupakan kesempurnaan
dalam shalat. (H.R. Bukhari dan Muslim)
2) Imam menyuruh makmum memenuhi shaf yang kosong.
3) Setelah shaf rapi dan teratur baru memulai shalat.
c. Pengaturan Shaf
1) Jika makmum hanya seorang, kalau laki-laki berdiri di sebelah kanan
imam agak ke belakangan dan jika perempuan berdiri di sebelah kiri
(di belakang imam).
2) Jika makmum dua orang laki-laki, satu sebelah kanan dan satunya di
sebelah kiri agak ke belakang.
3) Jika makmum dua orang perempuan berjajar rapat di belakang imam.
4) Jika makmum beberapa orang laki-laki, berjajar rapat di belakang
imam.
5) Jika makmum terdiri beberapa orang laki-laki, perempuan, anak laki-
laki, anak perempuan diatur sebagai berikut:
a) Shaf paling depan laki-laki dewasa
b) Shaf anak laki-laki
c) Shaf anak perempuan
d) Shaf perempuan dewasa
7. Masbuk
Makmum ada dua macam, yaitu:
1. Makmum muwafiq adalah makmum yang mengikuti imam secara
sempurna dari rakaat pertama. Batas akhir sempurna itu adalah makmum
dapat mengikuti ruku’ secara sempurna bersama imam, meskipun ia tidak
sempat membaca surat al-Fatihah, maka ia termasuk makmum muwafiq.
Hal ini dijelaskan oleh Rasulullah SAW
Tugas
Bentuklah empat kelompok:
1. Kelompok A
2. Kelompok B
3. Kelompok C
4. Kelompok D
Kelompok A berpasangan dengan kelompok B;
Kelompok C berpasangan dengan kelompok D
ِم ْن ِ
َ ُّ)ا ْق َرأْ َو َرب2(َعلَ ٍق
ك َ 1(ك الَّذي َخلَ َق
)خلَ َق اإْلِ نْ َس ا َن ْ ِا ْق َرأْ ب
َ ِّاس ِم َرب
ِ
)5(َي ْعلَ ْم ْمَل َ 4()الَّذي َعلَّ َم بِالْ َقلَ ِم3(اأْل َ ْكَر ُم
)علَّ َم اإْلِ نْ َسا َن َما
Artinya :
”Bacalah dengan menyebut nama Tuhan mu yang menciptakan, dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah dan
Tuhanmulah yang Maha Mulia, yang mengajar manusia dengan
pena, dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”
Nabi Muhammad SAW merupakan nabi penutup dari segala nabi dan
rasul. Dia membawa ajaran Islam sebagai agama sempurna dan
penyempurna dari agama-agama sebelumnya. Dengan kehadiran Islam,
maka agama sebelumnya tidak lagi disyari’atkan. Firman-Nya dalamm
surat al-Maidah ayat 3:
ًيت لَ ُك ُم ا ِإل ْسالَ َم ِدينا ِ ِ
ُ ت َعلَْي ُك ْم ن ْع َميِت َو َرض
ِ
ُ ت لَ ُك ْم دينَ ُك ْم َوأَمْتَ ْم
ُ الَْي ْو َم أَ ْك َم ْل
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-
cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu.
Hal ini bisa dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, sebab Allah
membekalinya dengan kepribadian yang sempurna sehingga ia menjadi
contoh teladan bagi umat hingga akhir zaman. Mengenai hal ini, Allah
SWT berfirman dalam surat al-Ahzab/33 ayat 21:
ِ ِ ِ
ْ لََق ْد َك ا َن لَ ُك ْم يِف َر ُس ول اللَّه أ
َُس َوةٌ َح َس نَةٌ لِّ َمن َك ا َن َي ْر ُجو اللَّهَ َوالَْي ْو َم اآْل خ َر َوذَ َك َر اللَّه
ًَكثِريا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Cara dakwah yang hikmah adalah dengan cara yang jelas dan
tegas sehingga dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil.
Cara dakwah Mauizhah hasanah adalah dakwah dengan cara
menyenangkan hati dan secara persuasif, cara berdakwah Mujadalah
(diskusi) adalah adanya kontak yang harmonis antara yang berdakwah
dengan yang didakwahi, seperti saling tukar pikiran, atau bertukar
informasi. Dengan cara itu dakwah dapat dilakukan kepada orang-orang
yang sudah mempunyai kemampuan berfikir yang matang, logis dan
kritis.
Evaluasi
Pilihlah jawaban yang tepat dan benar!
1. Masyarakat Mekah pra-Islam tidak memiliki hukum yang adil. Hal ini
dibuktikan denga adanya...
a. Perjudian c. perbudakan manusia
b. agama washaniyah d. minum khamar
Tugas
Kunjungilah perpustakaan dan bacalah buku yang berkenaan sejarah nabi
Muhammad SAW. Lalu catatlah silsilah keturunan nabi Muhammad SAW
dan tulis di kertas karton dengan benar, rapi dan indah!
BAHAN AJAR
SMP : ......................................
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester : VII/1
Standar Kompetensi : 9. Menerapkan hukum bacaan nun mati/
tanwin dan mim mati.
Kompetensi Dasar : 9.1 Menjelaskan hukum bacaan nun
mati/tanwin dan mim mati.
9.2 Membedakan hukum bacaan nun
mati/tanwin dan mim mati.
9.3 Menerapkan hukum bacaan nun
mati/tanwin dan mim mati dalam bacaan
surat-surat al-Qur’an dengan benar.
Indikator : 9.1.1 Menjelaskan pengertian nun mati/tanwin.
9.1.2 Menjelaskan pengertian mim mati.
9.1.3 Menyebutkan contoh-contoh bacaan nun
mati/tanwin dan mim mati.
9.2.1 Menjelaskan macam-macam hukum
bacaan nun mati/tanwin.
9.2.2 Menjelaskan macam-macam hukum
bacaan mim mati.
9.2.3 Menjelaskan perbedaan antara hukum
bacaan nun mati/tanwin dan mim mati.
9.3.1 Mencari hukum bacaan nun mati/tanwin
dalam QS. al-Qadar.
9.3.2 Membaca ayat-ayat dalam QS. al-Qadar
yang mengandung bacaan nun
mati/tanwin dengan benar.
9.3.3 Mencari hukum bacaan mim mati dalam
QS. al-Fil.
9.3.4 Membaca ayat-ayat dalam QS. al-Fil
yang mengandung bacaan mim mati
dengan benar.
1. Pengertian
Nun mati adalah nun yang bertanda sukun ( ْ) ن, sementara tanwin
adalah harkat rangkap dari fatah, kasrah, dan dhammah ( ) ًــٍــٌـ.
Mim mati adalah mim yang bertanda sukun ( ) ْم.
2. Macam-macam Hukum Bacaan Nun Mati/Tanwin
a. Izhar Halqy ( ) اظهار حلقى
Izhar menurut bahasa artinya “jelas”, sedangkan halqy artinya
“tenggorokan”. Menurut istilah izhar adalah apabila nun mati atau
tanwin bertemu dengan salah satu huruf izhar yang enam, yaitu:
ا ح خ ع غ هـmaka wajib dibaca jelas (izhar) dan pendek tanpa
dengung.
ِح
Contoh: ٌاميَة ٍ ِ
َ م ْن َخ ْوف ـ نَ ٌار
b. Idgham ( ) ادغام
Idgham artinya memasukkan atau melebur, yaitu apabila nun mati
atau tanwin bertemu dengan huruf yang enam, yaitu يومنلر
maka wajib dibaca idgham artinya suarau nun mati/tanwin dileburkan
ke dalam bunyi huruf-huruf idgham tersebut.
Dalam hukum nun mati/tanwin ini, Idgham ada 2 macam, yaitu:
1) Idgham bighunnah ( ) ادغ ام بغنةyaitu apabila nun mati/tanwin
bertemu dengan huruf ي و م نmaka wajib dibaca berdengung.
ٍ
Contoh: ب ـ ِمن يوم ٍ
ْ َ ْ َّ َهَلَب َوت
Namun dalam al-Qur’an terdapat empat pengecualian, meskipun
dia idgham bighunnah tetapi tetap dibaca izhar, yaitu:
الد ْنيَا ـ قِْن َوا ٌن ـ ِصْن َوا ٌن
ُّ بُْنيَا ٌن ـ
b. Ikhfa’ syafawi () اخفاء شفوى, yaitu mim mati dibaca samar-samar
dan dengung ke hidung, karena mim bertemu dengan huruf ba ( ) ب.
Evaluasi
Pilihlah jawaban di bawah ini dengan benar dan tepat!
1. Nun yang bertanda sukun di bawah ini adalah…
a. اَْر َس ْلنا c. حَنْ ُن
b. بِنِ ْع َم ِة d. ت
َ اَْن َع ْم
2. Jika nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf hijaiyah maka
mempunyai empat…
a. ukum bacaan c. jenis harakat
b. tanda baca d. jenis ilmu
3. Apabila nun mati atau tanwin dibaca terang, jelas tanpa berdengung
disebut…
a. Izhar c. Iqlab
b. Ikhfa’ d. Idgham
8. Jika mim mati betemu dengan salah satu huruf hijaiyah selain huruf ba
dan mim disebut….
a. Idgham mimi c. Ikhfa’ syafawi
b. Idgham mutamasilain d. Izhar syafawi
ِ ِ مِب
9. َ َو ُه ْم ُْؤمننْيkalimat di samping ini adalah contoh dari…
a. Idgham bighunnah c. Idgham bilaghunnah
b. Idgham ma’alghunnah d. Idgham mimi
10. ف
َ اَمَلْ َتَر َكْيkalimat disamping adalah contoh……
a. Ikhfa’ haqiqy c. Izhar syafawy
b. Ikhfa’ syafawi d. Idgham syafawi
Tugas
Buatlah beberapa contoh dari masing-masing hukum nun mati/tanwin dan
mim mati dari al-Qur’an dengan mencantumkan nama surat dan ayatnya
dalam bentuk tabel berikut ini:
Hukum Bacaan No Contoh Surat Ayat
Izhar Halqy 1 ت
َ اَْن َع ْم
Al-Fatihah 7
2
3
4
5
Idgham bighunnah 1
2
3
4
5
Idgham bilaghunnah 1
2
3
4
5
Iqlab 1
2
Ikhfa’ haqiqy 1
2
3
4
5
Izhar Syafawi 1
2
3
4
5
Ikhfa’ Syafawi 1
2
3
4
Idgham mimi 1
2
BAHAN AJAR
SMP :
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester : VII/2
Standar Kompetensi : 10. Meningkatkan keimanan kepada Malaikat.
Kompetensi Dasar : 10.1 Menjelaskan arti beriman kepada Malaikat.
10.2 Menjelaskan tugas-tugas Malaikat.
C. Sifat-sifat Malaikat
Malaikat adalah makhluk Allah yang ghaib. Oleh karena itu, yang
mengetahui secara pasti sifat-sifat, bentuk, keadaan, dan hakikat
malaikat itu adalah Allah SWT sebagai penciptanya. Kita hanya
mengetahui sebatas informasi yang diterangkan Allah dalam al-Qur’an
dan sebagian hadis Rasulullah SAW. Di antara sifat-sifat malaikat
tersebut yang dapat kita ketahui adalah:
1. Malaikat diciptakan terlebih dahulu dari manusia (Qs. Al-Baqarah/2
ayat 20.
2. Ia adalah makhluk ghaib, rohani, atau immaterial (tidak
berwujud/abstrak).
3. Tidak memiliki nafsu, sehingga ia tidak makan, tidak minum, tidak
berjenis kelamin, tidak memiliki keturunan dan tidak letih.
4. Jumlahnya sangat banyak dan tidak mati kecuali pada hari kiamat.
5. Tempat kediaman mereka di langit tetapi dapat turun ke bumi dalam
waktu yang amat cepat atas perintah Allah SWT.
6. Rupa dan bentuknya tidak diketahui secara pasti, tetapi diterangkan
dalam al-Qur’an (Qs. Fathir/35 ayat 1) bahwa mereka memiliki sayap.
Bentuk dan sifat sayap itu pun tidak bisa kita ketahui secara pasti,
yang jelasnya kita wajibnya mengimaninya.
7. Dapat berubah-ubah bentuk dengan izin Allah sebagaimana yang
pernah datang berupa manusia kepada Maryam, Nabi Ibrahim, Luth,
bahkan kepada Nabi Muhammad SAW. (Lihat Qs. Maryam/19: 16-17
dan Hud/11: 69-73).
8. Makhluk yang saat patuh kepada Allah dan tidak pernah bermaksiat
kepada-Nya. (Qs. At-Tahrim/66 ayat 6).
9. Hamba Allah yang dimuliakan dan selalu melaksanakan apa yang
diperintahkan Allah tanpa komentar (Qs. Al-Anbiya’/37: 19-20).
10. Tidak pernah angkuh dan merasa letih dalam beribadah kepada Allah
(Qs. Al-Anbiya’/37: 19-20).
11. Masing-masing mempunyai kedudukan dan peran tertentu serta
bershaf-shaf dalam melaksanakan perintah atau tugas dari Allah (Qs.
Shaffat/37: 164-166).
12. Pekerjaan rutin malaikat adalah bersujud kepada Allah, bertasbih,
bertahmid, bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW dan
memohonkan ampunan bagi manusia (Qs. Al-A’raf/7: 206).
D. Perbedaan antara Malaikat dengan Makhluk Allah lainnya
Allah tidak hanya menjadikan malaikat sebagai makhluk yang ghaib.
Akan tetapi ada makhluk ghaib lain, yaitu Iblis, jin, dan syetan. Meskipun
sama-sama ghaib, tetapi antara yang satu dengan yang lainnya memiliki
perbedaan.
Berbeda halnya dengan Malaikat yang senantiasa taat kepada Allah,
Iblis justru sebaliknya, makhluk yang ingkar kepada Allah. Dari segi asal
penciptaan, Iblis berasal dari api. Awalnya ia adalah makhluk yang patuh
bertempat tinggal di surga. Namun, karena kesombongan dan
kedengkiannya kepada Adam yang diamanahkan Allah sebagai khalifah di
muka bumi, Iblis malah memilih sebagai hamba yang ingkar dan berjanji
akan menyesatkan manusia dengan segenap daya dan upayanya. Usaha
pertamanya telah berhasil menggoda Adam dan Hawa memakan buah
larangan (khuldi) yang ada di surga sehingga Allah menghukum mereka dan
mengeluarkannya dari surga. Setelah itu, Allah pun mengutuk Iblis, akan
tetapi ia diberikan kesempatan hidup hingga hari kiamat untuk menggoda
manusia. Bukan berarti Allah ingin menyesatkan manusia, namun
keberadaan Iblis itu justru dapat menguji keimanan manusia dalam
beribadah dan patuh kepada Allah SWT.
Sementara jin diciptakan dari kembang api. Ia juga berbeda dengan
malaikat, juga dengan Iblis, sebab jin bisa berbuat baik bisa pula berbuat
buruk. Bahkan Allah menciptakan Jin agar beribadah kepada Allah SWT,
sebagaimana manusia. Mengenai hal ini Allah berfirman dalam surat adz-
Dzariyat/51 ayat 56:
Evaluasi
Silangilah salah satu jawaban yang paling tepat dan benar!
1. Tabel nama malikat dengan tugas-tugasnya
No Nama Malaikat Tugas Malaikat
1 Jibril A. Membagi rezeki
2 Israfil B. Menjaga neraka
3 Malik C. Menjaga surga
4 Mikail D. Bertasbih kepada
Allah SWT
Dari tabel di atas yang menunjukkan pasangan yang benar ditunjukkan
pada pilihan…
a. 1 dengan B c. 3 dengan D
b. 2 dengan C d. 4 dengan A
AKHLAK TERPUJI:
KERJA KERAS, TEKUN, ULET, DAN TELITI
Kerja kersa, tekun, ulet, dan teliti merupakan empat sikap terpuji yang
perlu dimiliki oleh setiap orang yang menginginkan kesuksesan dalam
hidupnya. Keempat sifat tersebut mesti dilakukan secara integral sebab
antara yang satu dengan yang lainnya saling mendukung. Berikut ini akan
dijelaskan pengerian dari masing-masing sifat tersebut.
A. Kerja keras
Bekerja keras adalah bekerja dengan gigih dan sungguh-sungguh
untuk mencapi suatu cita-cita. Bekerja keras tidak mesti “banting tulang”
dengan mengeluarkan tenaga secara fisik, akan tetapi sikap bekerja keras
juga dapat dilakukan dengan berpikir sungguh-sungguh dalam
melaksanakan pekerjaannya. Dengan demikian, sikap kerja keras dapat
dilakukan dalam menuntut ilmu, mencari rezeki, dan menjalankan tugas
sesuai dengan profesi masing-masing.
Pentingnya bekerja keras ini tersirat dalam firman Allah surat al-
Jumu’ah ayat 10:
Selian itu, Allah juga berfirman dalam surat at-Taubah/9 ayat 105.
ِ الْغَْي
ب ِ\وقُ ِل ْاعملُواْ فَس َيرى اللّ هُ َعملَ ُك ْم ور ُس ولُهُ والْم ْؤ ِمنُو َن و َس ُتر ُّدو َن إِىَل َع امِل
َ َ ُ َ ََ َ ََ َ َ
َّه َاد ِة َفُينَبِّئُ ُكم مِب َا ُكنتُ ْم َت ْع َملُو َن
َ َوالش
Artinya:
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-
orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.
Ayat di atas mengajarkan bahwa kita tidak saja melakukan ibadah
khusus, seperti shalat, tetapi juga bekerja untuk mencari apa yang telah
dikaruniakan Allah di muka bumi ini. Kemudian pada surat at-Taubah di atas
mengisyaratkan bahwa kita harus berusaha sesuai dengan kemampuan
maksimal kita dan hal itu akan diperhitungkan oleh Allah SWT. Orang yang
beriman dilarang bersikap malas, berpangku tangan, dan menunggu
keajaiban menghampirinya tanpa adanya usaha.
Allah menciptakan alam beserta segala isinya diperuntukkan bagi
manusia. Namun, untuk memperoleh manfaat dari alam ini, manusia harus
berusaha dan bekerja keras.
Rasulullah SAW juga menganjurkan umatnya untuk bekerja keras.
Beliau menegaskan bahwa makanan yang paling baik adalah yang berasal
dari hasil keringat sendiri. Sabdanya:
ُّ ََح ٌد طَ َع ًاما ق َ َب َر ِض َي اهللُ َعْن هُ َع ِن النَّيِب ِّ ق ِ ِ
ط َخْي ًرا َ ال َما أَ َك َل أ َ َع ِن اْملَْق َداد بْ ِن َس ْعد يَ ْك ِر
)اهلل َد ُاو ُد َكا َن يَأْ ُك ُل ِم ْن َع َم ِل يَ ِد ِه (رواه البخارى ِ ِمن أَ ْن يأْ ُكل ِمن عملِ ي َدي ِه وإِ َّن نَيِب
َّ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ ْ
Artinya:
Tidak ada makanan yang lebih baik bagi seseorang melebihi makanan yang
berasal dari buah tangannya sendiri. Sesungguhnya Nabi Daud AS makan
dari hasil tangannya sendir.
Jadi semua umat Islam mesti bekerja keras dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya termasuk dalam beribadah mendekatkan diri kepada
Allah SWT. Hal itu pula yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW sejak
kecil hingga akhir hayatnya. Misalnya ketika ia mengembala biri-biri serta
berniaga hingga ke negeri Syam dengan penuh semangat dan jujur. Begitu
pula para sahabat memberikan keteladanan bekerja keras, seperti Abu
Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan lainnya.
Mereka memiliki semangat kerja keras yang tinggi baik dalam berusaha
maupun berdakwah menegakkan agama Allah. Harta yang mereka peroleh
dari usaha yang kerja keras mereka gunakan untuk menyantuni fakir miskin
dan kepentingan agama Islam.
Rasulullah SAW juga memberikan penghargaan bagi orang yang
bekerja keras. Suatu ketika Nabi bertemu dengan seorang sahabat, Sa'ad al-
Anshari yang memperlihatkan tangannya yang melepuh karena kerja keras.
Nabi bertanya, "mengapa tanganmu hitam, kasar dan melepuh?" Sa'ad
menjawab, "tangan ini kupergunakan untuk mencari nafkah bagi keluargaku."
Nabi yang mulia berkata, "ini tangan yang dicintai Allah," seraya mencium
tangan yang hitam, kasar dan melepuh itu. Bayangkanlah, Nabi yang
tangannya selalu berebut untuk dicium oleh para sahabat, kini mencium
tangan yang hitam, kasar dan melepuh.
Agar semangat kerja keras selalu ada dalam diri, maka hendaknya
kita beranggapan akan hidup selamanya. Namun dalam hal ibadah khusus,
seperti shalat, hendaknya kita beranggapan bahwa seolah-olah kita akan
mati esok hari sehingga kita bisa beribadah dengan khusyu’. Hal ini sesuai
dengan pesan Rasulullah SAW:
ت َغ ًدا َ ِِآلخَرت
َ َّك َكأَن
ُ ك مَتُْو
ِ ك تَعِيش اَب ًدا و ْاعمل َ َاِ ْع َم ْل لِ ُد ْني
ْ َ َ َ ُ ْ َ َّاك َكأَن
Artinya:
“bekerjalah untuk kepentingan duniamu seolah-olah engkau hidup selama-
lamanya; dan bekerjalah untuk kepentingan akhiratmu seolah-olah engkau
akan mati esok hari”. (H.R. Ibnu Asakir).
B. Tekun
Tekun artinya rajin, giat, sungguh-sungguh dan terus-menerus dalam
bekerja meskipun mengalami kesulitan, hambatan, dan rintangan. Sifat tekun
ini diwujudkan dalam semangat yang berkesinambungan dan tidak kendur
walaupun banyak rintangan yang menghadang.
Sebagai seorang pelajar, harus tekun dalam belajar. Ketekunan itu
bisa diwujudkan dalam bentuk belajar dengan sungguh-sungguh dan terus-
menerus. contohnya belajar setiap malam, bukan belajar hanya ketika dekat
waktu ujian. Begitu juga dalam beribadah, kita harus senantiasa berzikir
kepada Allah baik dalam keadaan sempit maupun ketika lapang.
Jika sifat tekun telah menjadi bagian diri kita, maka kita akan terampil
dan mampuni dalam bidang yang kita tekuni. Sebagai seorang mukmin, kita
harus menekuni bidang kita masing-masing. Hal ini tersirat dalam surat al-
Isra’/17 ayat 84.
ًقُ ْل ُكلٌّ َي ْع َم ُل َعلَى َشاكِلَتِ ِه َفَربُّ ُك ْم أ َْعلَ ُم مِب َ ْن ُه َو أ َْه َدى َسبِيال
Artinya:
Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing".
Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.
Dengan demikian sifat tekun menjadi salah satu modal untuk
mencapai kesuksesan dalam berbagai bidang sebagaimana yang dicita-
citakan. Hal itu pula yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam
mensyi’arkan agama Islam. Ia melakukan dakwah secara terus-menerus
kepada keluarga dan masyarakat di sekitarnya agar mentauhidkan Allah
SWT. Ia juga melakukan pembinaan yang kontiniu kepada sahabat-
sahabatnya untuk mempelajari al-Qur’an dan siap berdakwah kepada orang-
orang di sekitar mereka dengan cara yang santun dan baik. Dengan kerja
keras dan ketekunan mereka, Islam telah berjaya di jazirah Arab ketika itu
dan menyebar ke berbagai daerah tanpa adanya paksaan.
Sifat tekun ini dapat pula dilihat dari berbagai kisah orang-orang
terdahulu yang shaleh lagi sukses dalam menjalani kehidupannya. Salah
satu di antaranya adalah seorang ulama kenamaan yang bernama Ibnu
Hajar. Awalnya dia adalah seorang anak yang merasa bodoh. Ia sulit
menerima pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Suatu ketika ia melihat
batu kecil yang terletak di tepi sungai. Ia mengamati batu kecil itu
berlobang/lekuk. Sementara air menetas dari atas dan jatuh tepat di lobang
batu kecil tersebut. Ia pun sadar ternyata batu yang keras itu bisa berlobang
hanya karena air yang secara terus menerus menetes, walaupun hanya
setetes demi setetes.
Kemudian, beliau berpikir, meskipun ia merasa bodoh, tetapi jika
belajar dengan tekun, terus-menerus, niscaya akan menjadi pintar. Akhirnya
ia belajar lebih tekun lagi sehingga ia menjadi ulama terkemuka. Karena
ketekunannya dalam belajar terinspirasi dari batu kecil di tepi sungai itu,
maka ia pun diberi nama Ibn Hajar, yang artinya “anak batu”.
Masih banyak kisah sukses yang dialami oleh orang-orang ternama
akibat ketekunannya dalam meraih cita-cita. Oleh karena itu, sebagai
seorang mukmin, tekunlah dalam berusaha baik untuk urusan duniawi
terutama dalam urusan ukhrawi. Tanpa adanya usaha yang sungguh-
sungguh dan berkesinambungan, maka perubahan ke arah yang lebih baik
akan sulit untuk diraih. Perhatikan dan pahamilah firman Allah di bawah ini:
...إِ َّن اللّهَ الَ يُغَِّي ُر َما بَِق ْوٍم َحىَّت يُغَِّي ُرواْ َما بِأَْن ُف ِس ِه ْم...
Artinya:
... Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri...(Qs. Ar-
Ra’du/13: 11)
Hikmah Tekun
Di antara hikmah tekun adalah sebagai berikut:
1. Menghasilkan apa yang diusahakan
2. Selalu berusaha agar berhasil
3. Melatih diri untuk siap menghadapi berbagai rintangan dan cobaan dalam
kehidupan ini.
4. Membentuk pribadi yang dinamis dan kreatif dalam berkarya.
5. Bersyukur jika usahanya berhasil
6. Memperoleh pahala karena bersikap tekun itu melaksanakan ajaran Islam
C. Ulet
Ulet berarti tahan uji, tidak mudah putus asa dan menyerah jika
menemui rintangan dan hambatan yang disertai kemauan kerja keras dalam
berusaha mencapai tujuan dan cita-cita. Meskipun ia gagal dalam suatu
urusan, tetapi ia tidak mengeluh, tidak bersedih, dan tidak pula berputus asa
sehingga ia akan tetap berusaha dan mencoba lagi untuk mencapai yang
diinginkannya. Baginya, kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda.
Mengenai berputus asa ini, Allah melarangnya dalam surat Az-
Zumar/39 ayat 53:
Sikap ulet juga dicontohkan oleh Rasulullah SAW ketika bekerja pada
Khadijah. Beliau tidak menghiraukan musim panas atau dingin. Dia pantang
menyerah, tidak berputus asa, dan ulet dalam memperdagangkan dagangan
majikannya ke berbagai tempat dan pasar. Tidak hanya di kota Mekkah,
tetapi sampai ke luar Mekah, seperti Yaman, Madinah, Kufah dan Basrah.
Begitu pula dalam berdakwah. Meskipun ia dan para sahabat diteror oleh
orang-orang kafir Quraisy, tetapi ia tidak pernah menyerah dan berputus asa
untuk menyampaikan dakwah kepada mereka sehingga orang-orang yang
menentangnya menjadi sahabat yang setia, seperti Umar bin Khattab, Khalid
bin Salid, Abu Sufyan, dan sebagainya.
Hikmah Ulet
Di antara hikmah ulet adalah:
1. memperoleh kesuksesan atas apa yang ia usahakan
2. optimis dalam bekerja
3. menumbuhkan semangat untuk selalu berusaha
4. tidak putus asa meskipun usahanya belum berhasil
5. mendapat pahala karena bersikap ulet melaksanakan ajaran Islam.
D. Teliti
Teliti adalah cermat, berhati-hati, penuh perhitungan dalam berpikir
dan bertindak, serta tidak tergesa-gesa dan tidak ceroboh dalam
melaksanakan pekerjaan. Sikap ketelitian sangat dibutuhkan dalam
mencapai hasil yang maksimal.
Islam mengajarkan kepada setiap muslim untuk bersikap teliti dalam
setiap pekerjaan. Allah tidak menyukai makhluknya yang bekerja dengan
tergesa-gesa karena bisa menimbulkan kesalahan dan kegagalan dalam
mencapai suatu tujuan. Allah SWT berfirman:
ِ ُخلِق اإْلِ نسا ُن ِمن عج ٍل سأُ ِري ُكم آيايِت فَاَل تَسَتع ِجل
ون ْ ْ َ ْ َ ََ ْ َ َ ُ
Artinya:
Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perIihatkan
kepadamu tanda-tanda azab)-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku
mendatangkannya dengan segera. (Qs. Al-Anbiya’/21: 37)
Oleh karena itu bekerjalah dengan hati-hati dan jauhilah bekerja yang
tergesa-gesa. Rasulullah SAW bersabda:
ِ ان والتَّأَيِّن ِمن
اهلل ِ َاَلْعجلَةُ ِمن الشَّيط
َ ْ َ ْ َ ََ
Artinya:
Tergesa-gesa itu berasal dari syetan dan berhati-hati dari Allah. (H.R.
Tirmidzi).
Sifat teliti juga dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Misalnya ketika
menyikapi perlakuan kasar orang-orang kafir Quraisy terhadap umat Islam
yang ada di Mekah, sementara nabi telah hijrah ke Madinah. Ketika itu para
sahabat meminta nabi agar segera berperang melawan kezaliman kafir
Quraisy. Tetapi nabi tidak tergesa-gesa. Untuk beberapa saat ia menunggu
petunjuk dan perintah dari Allah lalu ia bicarakan dengan para sahabatnya
tentang strategi apa yang dilakukan. Berkat ketelitian dan usaha keras dari
nabi dan para sahabat, perang Badar yang tidak seimbang itu (313 orang
tentara Islam melawan 1000 tentara kafir Quraisy) akhirnya dimenangkan
umat Islam.
Dengan demikian, berupayalah dengan kerja keras, tekun, ulet, dan
teliti sehingga hasil yang kita peroleh mengalami peningkatan dan akan lebih
baik dari hari-hari sebelumnya. Pahami dan perhatikanlah sabda Rasulullah
SAW berikut ini:
َم ْن َكا َن َي ْو ُمهُ َخْيًرا ِم ْن أ َْم ِس ِه َف ُه َو َرابِ ٌح َو َم ْن َكا َن َي ْو ُمهُ ِمثْ َل أ َْم ِس ِه َف ُه َو َم ْغُب ْو ٌن
)َو َم ْن َكا َن َي ْو ُمهُ َشًّرا ِم ْن أ َْم ِس ِه َف ُه َو َم ْلعُ ْو ٌن (رواه احلاكم
Artinya:
Barangsiapa amal usahanya lebih baik dari hari kemarin maka orang itu
termasuk yang beruntung; jika amal usahanya sama dengan yang kemarin,
maka ia termasuk orang yang rugi; dan jika amal usahanya lebih buruk dari
hari kemarin, maka ia termasuk orang yang terlaknat. (H.R. al-Hakim).
Hikmah Teliti
Di antara hikmah sikap teliti adalah sebagai berikut:
1. bekerja penuh dengan keyakinan
2. memperoleh hasil yang memuaskan
3. menghindari kesalahan dan kekeliriun dalam melakukan pekerjaan
4. hasil usaha dapat dipertanggungjawabkan secara profesional
5. memudahkan untuk memperoleh kesuksesan
6. terhindar dari penyeselan akibat dari kegagalan yang disebabkan
ketergesa-gesakan.
7. mendapat pahala dari Allah SWT karena bersikap teliti melaksanakan
perintah-Nya.
E. Membiasakan Perilaku Kerja Keras, Tekun, Ulet, dan Teliti
Setiap orang memiliki cita-cita. Agar keberhasilan dapat diraih,
harapan dan doa pun selalu dimohonkan kepada Allah SWT. Kita semua
tahu bahwa meraih sukses tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Kerja keras, ulet, tekun, dan teliti adalah salah satu modal untuk meraih
kesuksesan.
Kerja keras, ulet, tekun, dan teliti adalah wujud perilaku dan sikap
akhlak yang terpuji yang patut dibiasakan dalam kegiatan sehari-hari,
termasuk para pelajar. Hal ini penting untuk meraih kesuksesan dalam
menuntut ilmu dan meraih cita-cita sehingga umat Islam dapat bangkit dan
mampu berdiri sejajar dengan negara-negara maju yang nota bene-nya non-
muslim.
Pembiasaan sikap kerja keras, ulet, tekun, dan teliti dapat dilakukan
dari hal-hal terkecil sampai yang terbesar sesuai dengan tugas kita masing-
masing termasuk para pelajar. Untuk mencoba membiasakan hal tersebut,
dapat dilakukan beberapa langkah, di antaranya:
1. memahami apa yang dimaksud dengan kerja keras, ulet, tekun, dan teliti,
2. tumbuhkan motivasi dari dalam diri untuk mencapai cita-cita dengan
memiliki sifat kerja keras, ulet, tekun, dan teliti.
3. lakukan pengamatan kepada orang-orang yang telah berhasil/sukses,
baik di kalangan pelajar maupun profesi-profesi lainnya. Kita akan melihat
bahwa keberhasilan mereka tidak terlepas dari adanya sikap kerja keras,
ulet, tekun, dan teliti. Oleh karena itu berupayalah untuk meneladani
mereka.
4. temukan beberapa hal penting yang menunjukkan ciri-ciri kerja keras,
ulet, tekun, dan teliti itu yang dapat menjadikan orang sukses dalam
hidupnya.
Evaluasi
Pilihlah salah satu jawaban yang benar dan tepat di bawah ini!
1. Dengan bekerja keras, tekun, teliti, dan ulet seseorang akan mampu
mengubah nasibnya, sebab nasib hanya dapat diubah oleh...
a. Orang lain c. Allah
b. Dirinya sendiri d. Keburuntungan
2. Bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan merupakan
pengertian dari....
a. bekerja keras c. tekun
b. teliti d. ulet
3. Allah tidak suka terhadap orang-orang yang berputus asa. Oleh karena
itu kita harus memiliki sifat...
a. bekerja keras c. tekun
b. teliti c. ulet
4. Budi belajar setiap malam sesudah shalat Isya. Sementara Rudi hanya
belajar jika ada ujian. Maka sifat yang ditampilkan oleh Budi adalah...
a. bekerja keras c. tekun
b. teliti d. ulet
5. Terhindar dari penyesalan akibat dari kegagalan yang disebabkan oleh
ketergesa-gesaan. Hal ini termasuk hikmah dari...
a. bekerja keras c. tekun
b. teliti d. ulet
10. Berikut ini yang termasuk upaya untuk membiasakan sikap kerja keras,
tekun, ulet, dan teliti adalah…
a. selalu berdoa kepada Allah SWT
b. tumbuhkan motivasi dari dalam diri untuk mencapai cita-cita
dengan memiliki sifat kerja keras, ulet, tekun, dan teliti.
c. Memahami arti sifat kerja keras, ulet, tekun, dan teliti lalu
menghapal dan menuliskannya.
d. Mencontoh gaya hidup orang-orang sukses dan berperilaku
sifat kerja keras, ulet, tekun, dan teliti.
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. Jelaskan pengertian dari bekerja keras dan tekun!
2. Jelaskan perbedaan antara ulet dan teliti?
3. Jelaskan hikmah bekerja keras dan ulet!
4. Jelaskan cara membiasakan sikap bekerja keras, tekun, ulet dan teliti!
5. Terjemahkan ayat berikut ini dengan baik dan benar!
...إِ َّن اللّهَ الَ يُغَِّي ُر َما بَِق ْوٍم َحىَّت يُغَِّي ُرواْ َما بِأَْن ُف ِس ِه ْم...
Tugas!
Tulislah kisah teladan, baik kisah Rasulullah atau para sahabatnya yang
mencerminkan sifat kerja keras, tekun, teliti, dan ulet!
BAHAN AJAR
SMP : ......................................
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester : VII/1
Standar Kompetensi : 12. Memahami tatacara shalat Jum’at.
Kompetensi Dasar : 12.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan shalat
Jum’at.
12.2 Mempraktikkan shalat Jum’at.
SHALAT JUMAT
B. Hukum
Hukum melaksanakan shalat Jumat adalah fardhu ‘ain bagi setiap orang
Islam lak-laki yang sudah mukallaf.
Allah SWT berfirman dalam surat al-Jumu’ah/62 ayat 9.
اس َع ْوا إِىَل ِذ ْك ِر اللَّ ِه ِ ِ ِ ِ َّ ِودي ل ِ ُيا أَيُّها الَّ ِذين آمن وا إِ َذا ن
ْ َلص اَل ة من َي ْوم اجْلُ ُم َع ة ف َُ َ َ َ
َوذَ ُروا الَْبْي َع ذَلِ ُك ْم َخْيٌر لَّ ُك ْم إِن ُكنتُ ْم َت ْعلَ ُمو َن
Artinya:
Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat
Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan
tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui.
C. Syarat-syarat Wajib
a. Beragama Islam
b. Baligh
c. Berakal
d. Laki-laki
e. Sehat
f. Merdeka
g. Menetap/Bermukim
D. Syarat-syarat Sah
a. Diselenggarakan di suatu kota atau desa yang penduduknya
menetap
b. Dikerjakan dengan berjamaah, tidak sah dikerjakan dengan
sendirian (munfarid), jumlahnya 40 orang.
c. Sudah masuk waktu zhuhur.
d. Didahului dengan dua khutbah.
E. Rukun Khutbah
a. Mengucapkan tahmid (memuji Allah)
b. Mengucapkan shalawat atas Nabi Muhammad SAW.
c. Mengucapkan dua kalimat syahadat
d. Berwasiat (memberi nasehat taqwa kepada jamaah shalat
Jumat).
e. Membaca ayat al-Qur’an
f. Berdoa yang bersifat menyeluruh untuk kamu muslimin.
Evaluasi
Pilihan Ganda
1. Shalat sunat bagi laki-laki yang sudah dewasa hukumnya adalah….
a. Wajib ain c. Wajib kifayah
b. Sunat muakkad d. Mubah
2. Orang yang menyampaikan khutbah pada waktu melaksanakan shalat
Jumat disebut…
a. Mubaligh c. Khatib
b. Ustadz d. Muadzin
3. Shalat Jumat dilakukan setelah didahului dengan…
a. Shalat sunat c. Dua khutbah
b. Adzan d. Doa
4. Perintah wajib melaksanakan shalat Jumat terdapat dalam surat….
a. al-Jumuah ayat 7 c. al-Jumuah ayat 9
b. al-Jumuah ayat 8 d. al-Jumuah ayat 10
5. Larangan bagi jamaah ketika khatib berkhutbah adalah seperti tertera di
bawah ini kecuali…
a. Menyimak isi khutbah
b. Membaca al-Qur’an dengan suara pelan
c. Membaca zikir dalam hati
d. Bertegur sapa dengan jamaah yang dekat.
6. Di bawah ini yang bukan merupakan halangan shalat Jumat adalah…
a. Sakit
b. Jalan licin berlumpur
c. Cuaca mendung
d. Hujan lebat
7. Jumlah rakaat shalat Jumat adalah…
a. Empat c. tiga
b. dua d. satu
8. Pelaskanaan khutbah Jumat dilakukan pada waktu….
a. Sesudah shalat
b. Setelah salam
c. Sebelum salam
d. Sesudah iqamah
Tugas
Bagi siswa laki-laki, buatlah konsep khutbah jum’at lengkap dengan rukun-
rukunnya lalu bersiaplah jika ditunjuk untuk praktekkan di depan kelas.
Sementara siswa perempuan membuat urutan pelaksanaan shalat Jumat
berdasarkan praktek shalat jumat yang ditampilkan siswa laki-laki dan
laporkanlah ringkasannya!
BAHAN AJAR
SMP : ......................................
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester : VII/1
Standar Kompetensi : 13. Memahami tatacara shalat jama’ dan
qashar.
Kompetensi Dasar : 13.1 Menjelaskan shalat jama’ dan qasar.
13.2 Mempraktikkan shalat jama’ dan qashar.
A. Pengertian
Kata shalat jama’ berasal dari bahasa Arab, shalat artinya do’a
sedangkan jama’ berarti menggabungkan. Menurut isitilah shalat jama’
adalah menggabungkan dua waktu shalat yang dikerjakan pada satu
waktu.
Contoh:
a. Zhuhur dengan Ashar dikerjakan kedua-duanya pada satu waktu,
yaitu waktu zhuhur atau ashar.
b. Maghrib dan Isya dikerjakan kedua-duanya pada satu waktu yaitu
waktu maghrib atau isya.
Qashar menurut bahasa artinya keringanan meringkaskan. Menurut
istilah meringkaskan shalat empat rakaat menjadi dua rakaat.
Contoh shalat zhuhur, ashar dan isya.
B. Dasar hukum
Rasulullah SAW bersabda:
لى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم اِذَا ْارحَتَ َل ىِف َس َف ِر ِه
َّ ص
ِ ِ ٍ َعن اَن
َ َك ا َن َر ُس ْو ُل اهلل:س َرض َي اهللُ َعْن هُ قَ َال َْ
ِ ت اْلعص ِر مُثَّ َن ز َل فَجم ع بيَنهما فَ اِ َذا َزا َغ ِ
ت َ ُ َْ َ َ َ َ ْ َ ْس اَ َّخَر الْظُُْ ْه َر إِىَل َوق
ُ الش ْمَّ َقْب َل اَ ْن تَ ِزيْ َغ
ِ ِ
)ب (متفق عليه َ صلَى الظُّ ْهَر مُثَّ َركَ س َقْب َل اَ ْن َي ْرحَت َل
ُ َّم
ْ الش
Artinya:
Dari Anas ia berkata, “Rasulullah SAW apabila berangkat untuk suatu
perjalanan sebelum tergelincir matahari, maka beliau ta’khirkan shalat
zhuhur ke Asar, kemudian beliau turun, beliau jamakkan keduanya.
Apabila beliau berangkat setelah tergelincir matahari, beliau shalat
zhuhur dahulu kemudian baru beliau naik kendaraan.
Dasar hukum shalat qasar, Firman Allah SWT dalam surat an-Nisa’ ayat
101:
C. Syarat-syarat Jama’
1. Perjalanan jauh yang berjarak + 90 km
2. Berniat shalat jamak (khusus untuk jamak ta’khir berniat jama’ pada
waktu shalat yang pertama)
3. Perjalanan dilakukan bukan untuk maksiat
4. Shalat yang dijamak adalah shalat fardhu
5. Shalat yang dijamak itu harus yang berurutan
D. Syarat-syarat Qasar
1. Perjalanan jauh yang berjarak + 90 km
2. Perjalanan dilakukan bukan untuk maksiat
3. Shalat yang dijamak adalah shalat yang ada’an (tunai)
4. Dikerjakan ketika telah keluar dari kota tempat tinggal
5. Berniat mengqasarkan
6. Shalat yang diqasarkan hanya shalat yang empat rakaat.
4. Jumlah rakaat yang harus dikerjakan jika shalat maghrib dan isya
dikerjakan dengan jamak qasar adalah…
a. Dua dan dua rakaat ditambah satu rakaat
b. Dua rakaat dan dua rakaat
c. tiga rakaat dan dua rakaat
d. tiga rakaat dan empat rakaat.
5. Mengerjakan shalat maghrib dari tiga rakaat menjadi dua rakaat pada
dasarnya…
a. Haram
b. Mubah
c. Makruh
d. Sunah
4. Analisis
Sebelum mengisi kolom komentar, lakukan analisis terlebih dahulu dalam
dua hal:
a. Bagaimana alasan mereka melakukan shalat tersebut?
b. Apakah alasan mereka sudah sesuai dengan tuntunan agama Islam?
Setelah itu buatlah komentar di kolom yang disediakan.
5. Kesimpulan
Buatlah kesimpulan dari data yang kamu peroleh dan serahkan hasilnya
kepada Bapak/Ibu Guru untuk diperiksa.
BAHAN AJAR
SMP : .................................................
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester : VII/2
Standar Kompetensi : 14. Memahami sejarah Nabi Muhammad Saw.
Kompetensi Dasar : 14.1 Menjelaskan misi Nabi Muhammad Saw.
untuk menyempur-nakan akhlak,
membangun manusia mulia dan bermanfaat.
14.2 Menjelaskan misi Nabi Muhammad Saw.
sebagai rahmat bagi alam semesta,
pembawa kedamaian, kesejahtera-an, dan
kemajuan masyarakat.
14.3 Meneladani perjuangan Nabi Muhammad
Saw. dan para sahabat dalam menghadapi
masyarakat Mekah.
ِ ِ ِ
ْ لََق ْد َك ا َن لَ ُك ْم يِف َر ُس ول اللَّه أ
َُس َوةٌ َح َس نَةٌ لِّ َمن َك ا َن َي ْر ُجو اللَّهَ َوالَْي ْو َم اآْل خ َر َوذَ َك َر اللَّه
ًَكثِريا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Keteladanan inilah yang menjadi modal utama dalam mendidik akhlak
manusia. Keteladanan tersebut dapat ditelaah dalam kitab-kitab sejarah dan
penjelasan para sahabat.
ْ نسا َن يِف أ
َح َس ِن َت ْق ِو ٍمي ِ
َ لََق ْد َخلَ ْقنَا اإْل
Artinya:
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya. (Qs. At-Tin/95: 4)
Kesempurnaan bentuk dapat dilihat dari kelengkapan organ tubuh
secara fisik dan berbagai potensi yang dimilikinya, baik potensi akal, nafsu,
maupun potensi qalbu. Dengan ketaatan dan kreasi manusia dalam
mengelola alam ini membuktikan bahwa perannya sangat besar dalam
kehidupan makhluk ini. Namun, kemuliaan manusia itu tergantung usaha
maksimalnya dalam menjalankan tugasnya sebagai hamba dan tugasnya
sebagai khalifah fil ardhi. Jika tugas itu tidak terlaksana, maka manusia
tersebut tidak lagi menjadi mulia melainkan berkedudukan menjadi hina.
Itulah yang dibina oleh Rasulullah agar umat tetap dalam keadaan mulia.
Membangun manusia yang mulia itu, dilakukan melalui pengamalan ajaran
Islam secara sempurna sebagaimana yang ia ajarkan.
Artinya:
Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun
wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam
surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun. (Qs. An-Nisa’/4: 124).
e. Nabi SAW mengajarkan bahwa manusia yang paling baik adalah yang
banyak memberikan manfaat kepada orang lain.
Nabi senantiasa memotivasi umat agar hidup mulia dan bermanfaat.
Hal itu dapat dilihat dari sabdanya:
ِ َّاس أَْن َفعُ ُه ْم لِلن
َّاس ِ َخْيُر الن
Artinya: Sebaik-baik manusia adalah orang yang banyak memberikan
manfaat bagi orang lain.
Dengan demikian, umat Muhammad akan selalu berbuat baik kepada
sesamanya dan menghindarkan diri dari hal-hal yang dapat merusak
persaudaraan. Kehadirannya tidak menyusahkan, tetapi menguntungkan,
menyenangkan dan memberi manfaat bagi orang di sekitarnya.
3. Sebagai rahmat bagi alam semesta, pembawa kedamaian,
kesejahteraan, dan kemajuan masyarakat.
Salah satu misi terpenting adalah sebagai rahmat bagi sekalian alam.
Hal ini ditegaskan Allah SWT dalam firman-Nya surat al-Anbiya’ ayat 107:
ِ
َ اك إِاَّل َرمْح َةً لِّْل َعالَم
ني َ ََو َما أ َْر َس ْلن
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.
Salah satu makna rahmat dalam ayat di atas adalah kebaikan.
Maksudnya, Allah mengutus Nabi Muhammad SAW menjadi rasul demi
kebaikan seluruh alam. Hal itu terbukti dengan berbagai perubahan yang
berhasil dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW terhadap bangsa Arab, dan
perubahan yang berhasil dilakukan oleh umat Islam terhadap dunia pada
umumnya. Di antara perubahan yang berhasil ia lakukan adalah:
a. Segi Keagamaan
Sebelumnya, bangsa Arab yang dikenal dengan zaman jahiliyah
menyembah patung dan batu-batu berhala. Mereka juga menyembah
hewan-hewan kurban di hadapan berhala tersebut demi untuk
memuliakannya. Mereka berada dalam kemusyrikin yang nyata. Kemudian
dengan diutusnya nabi Muhammad SAW, kepercayaan itu berganti dengan
keyakinan tauhid, dimana hanya Allah yang patut untuk disembah. Semenjak
itu, masyarakat Arab memiliki peradaban yang tinggi dan menganut agama
tauhid yang sesungguhnya.
b. Segi Kemasyarakatan
Zaman jahiliyah juga ditandai dengan buruknya sistem kemasyarakatan.
Hukum yang berlaku adalah hukum rimba dimana yang kuat berkuasa
sementara yang lemah menjadi mangsa. Pertumpahan darah sering terjadi
antara satu kabilah dan satu suku lainnya. Lebih ironis lagi, kaum perempuan
diletakkan pada derajat yang amat hina, sehingga mereka merasa malu
memiliki anak perempuan. Tidak sedikit di antara mereka yang mengubur
anak perempuannya hidup-hidup.
Kedatangan Islam yang mengajarkan kemuliaan manusia dan
pentingnya saling menghormati dan menyayangi satu sama lain telah
membawa perubahan besar terhadap masyarakat Arab, bahkan masyarakat
dunia pada umumnya. Islam telah memberikan aturan yang tegas dan jelas
tentang persaudaraan, baik persaudaraan seagama, antar agama, sesuku,
hingga kepada antar tetangga. Bahkan Islam mengajarkan pemeluknya
untuk melakukan hubungan baik kepada Allah (hablun minallah) dan
hubungan baik sesama manusia (hablun minannas). Dengan demikian,
lahirlah hukum-hukum kemasyarakatan yang berdiri dengan prinsip-prinsip
keadilan. Begitu pula kaum perempuan memiliki derajat yang sama mulianya
dengan kaum laki-laki ketika mereka beriman dan beramal shaleh.
c. Segi Politik
Seperti yang telah dijelaskan di atas, masyarakat Arab jahiliyah selalu
berperang antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Mereka tidak
memiliki rasa persaudaraan dan ikatan setanah air. Mereka hanya diikat oleh
rasa sesuku, atau sebatas pertalian darah. Mereka akan mengangkat
pemimpin hanya dari kalangan mereka sendiri sehingga masing-masing suku
memiliki pemimpin dan antara yang satu dengan yang lainnya sering
berselisih sehingga terjadilah pertumpahan darah.
Islam telah merubah ikatan persaudaraan sedarah itu dengan ikatan
persaudaraan seaqidah. Maka terjalinlah kesatuan atas dasar persaudaraan
dan agama di bawah naungan Islam. Demikianlah bangsa Arab yang tadinya
bercerai berai telah hidup berkelompok yang pada gilirannya memiliki
pemerintahan yang tunduk pada hukum-hukum berdasarkan hukum Allah
dan Rasulullah yang sangat adil dan sempurna.
Kemudian, Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan kasih sayang yang
tidak hanya kepada manusia saja, tetapi lebih dari itu ia mengajarkan kasih
sayang kepada sekalian makhluk Allah, seperti:
a. Kepada hewan dan tumbuhan hendaklah manusia memelihara dan
menyayanginya. Manusia tidak boleh menyiksa binatang contohnya pada
saat menyembelih hewan dilarang menggunakan alat yang tumpul
sehingga menyiksanya.
b. Sebagai khalifah Allah di bumi, maka menjadi hak manusia untuk
memanfaatkan alam untuk kesejahteraannya, tetapi juga menjadi
tugasnya menjaga kelestarian alam. Manusia tidak boleh berbuat
semena-mena dan merusak alam. Allah berfirman dalam Q.s. al-A’raf/7
ayat 56:
ِ ِ ِض بع َد إ ِ
َ َ ص الَح َها َو ْادعُ وهُ َخ ْوف اً َوطَ َمع اً إِ َّن َرمْح
ٌ ت اللّ ه قَ ِر
يب ِّم َن ْ ْ َ ِ َوالَ ُت ْفس ُدواْ يِف األ َْر
ني ِِ
َ الْ ُم ْحسن
Artinya:
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdo'alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat
dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.
1. Keteguhan hati
Dalam menegakkan dan memperjuangan agama Islam, nabi
Muhammad SAW dan para sahabat mendapat banyak rintangan,
sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Namun, Rasulullah beserta
sahabat mampu menghadapi berbagai rintangan tersebut dengan keteguhan
hati sehingga Islam tetap berdiri dan diterima oleh masyarakat Mekah
khususnya, dan pada masa-masa selanjutnya Islam tersebar begitu
pesatnya hingga saat ini.
2. Keberanian
Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat memiliki keberanian
dalam menghadapi segala macam tantangan, cobaan, rintangan dan
tantangan dari kafir Quraisy beserta sekutu-sekutunya, seperti orang-orang
musyrik, Yahudi, Nashrani. Semua itu dihadapi oleh Nabi Muhammad SAW
dan para sahabat dengan lapang dada, berani dan pantang menyerah. Sikap
keberanian nabi itu tampak beberapa kisah perjuangan nabi, seperti adanya
ancaman, siksaan, bahkan pembunuhan yang dilakukan oleh kafir Quraisy
terhadap para sahabat. Seperti kisah Bilal bin Rabah yang disiksa di tengah
padang pasir dengan meletakkan batu di atas dadanya. Bahkan kedua orang
tua Amr bin Yasir (Yasir dan Sumaiyah) syahid dibunuh oleh kafir Quraisyh.
Semua itu mereka hadapi dengan keberanian, walau harus mengorbankan
nyawanya.
3. Strategi kepemimpinan
Nabi Muhammad SAW dan para sahabat memberikan contoh
kepemimpinan yang baik kepada umatnya. Mereka tidak mementingkan diri
sendiri tetapi mementingkan kepentingan umatnya. Hal ini ditunjukkan
Rasulullah ketika kaum muslimin mendapat tekanan dari kafir Quraisy, nabi
Muhammad memerintahkan para sahabat hijrah ke Habsy, sedangkan nabi
sendiri tetap di Mekah untuk berdakwah menghadapi kaum Quraisy dengan
segala resikonya.
4. Kedisiplinan
Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya menanamkan dan
memberikan keteladan tentang kedisiplinan seperti disiplin dalam beribadah
maupun dalam urusan mu’amalah, seperti shalat tepat pada waktunya, serta
bekerja dengan sungguh-sungguh mencari karunia Allah dan sebagiannya
dinafkahkan kepada orang yang membutuhkan.
5. Kejujuran
Nabi Muhammad SAW dan para sahabat selalu bersikap jujur, baik
terhadap diri sendiri maupun kepada orang lain, kapan dan di manapun. Hal
ini telah dicontohkan oleh nabi sendiri dalam berdagang ketika masih berusia
muda.
6. Keikhlasan
Nabi Muhammad SAW dan para sahabat ikhlas dalam berjuang
menegakkan dan menyiarkan ajaran Islam tanpa mengharapkan keuntungan
duniawai, akan tetapi semata-mata mengharapkan ridha Allah SWT.
7. Kedermawanan
Nabi Muhammad SAW dan para sahabat sangat dermawan, segala
yang dimiliki diikhlaskan demi kepentingan agama Islam. Harta maupun jiwa
dipergunakan untuk memperjuangkan agama Islam, bahkan mereka rela
mati demi agama Islam. Misalnya Abu Bakar r.a. pernah menyumbangkan
seluruh hartanya untuk persiapan perang. Ketika itu Rasulullah bertanya: apa
yang engkau tinggalkan kepada keluargamu? Abu Bakar menjawab: aku
tinggalkan kepada mereka Allah dan Rasulnya. Hal itu dilakukan Abu Bakar
dengan keimanan yang kuat bahwa rezeki yang diperoleh hanya karena
pemberian Allah semata.
Selain keteladanan di atas, kita juga patut meneladani perjuangan
Nabi Muhammad SAW beserta sahabat dalam hal berikut ini.
a. Rasulullah memiliki akhlak yang mulia sehingga ia menjadi teladan bagi
orang lain. Oleh karena itu, jika ingin melakukan perubahan maka
mulailah dari diri sendiri untuk menghiasi diri dengan perbuatan terpuji.
b. Rasulullah dan para sahabatnya memiliki iman yang kuat serta keteguhan
hati sehingga dalam menghadapi kesulitan seberat apapun tetap sabar,
maka bersabar dan kuatkanlah keteguhan hati untuk menegakkan agama
Islam.
c. Rasulullah adalah sosok pemimpin yang bisa menyatukan hati manusia.
Beliau adalah pemimpin yang memiliki kemuliaan, kecerdasan, kebaikan,
keutamaan, kejujuran, dan sifat terpuji lainnya. Dengan begitu, para
sahabatnya sanga mencintai Rasulullah dan para musuhnya pun sangat
takut. Maka jadilah pemimpin yang meneladani Rasulullah.
d. Rasulullah dan para sahabat memiliki tanggung jawab besar untuk
meluruskan manusia dari kesesatan. Mereka lebih memilih melaksanakan
tanggung jawab tersebut walaupun sangat sulit dari pada menanggung
kerugian dan siksa di akhirat kelak. Maka bertanggungjawablah dalam
segala urusan dengan tetap berlandaskan iman.
e. Rasulullah dan sahabat sangat yakin kepada hari akhirat dan adanya
yaumul hisab. Oleh karena itu, mereka menguatkan hati dalam
berdakwah. Maka berimanlah kepada hari akhirat dengan benar sehingga
memperkuat semangat kita menegakkan agama Allah.
f. Umat Islam senantiasa diberi petunjuk dengan turunnya surat dan ayat
Alquran. Alquran mereka yakini diturunkan untuk membawa kegembiraan
dan keberhasilan yang sesungguhnya. Maka pelajari, pahami, hayati, dan
amalkanlah al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
Evaluasi
Pilihlah salah satu jawaban yang benar dan tepat di bawah ini!
1. Salah satu misi Nabi Muhammad SAW di dunia ini adalah...
a. menjadi pemimpin negara
b. menyempurnakan akhlak
c. mencegah bencana
d. memperkaya kaumnya
Tugas
Kumpulkan 3 buah kliping artikel/opini dari koran, majalah, atau internet
tentang misi Nabi Muhammad SAW sebagai penyempurna akhlak atau
rahmat bagi sekalian alam. Lalu laporkan ke gurumu dengan membuat
komentar/tanggapan terhadap kliping artikel/opini tersebut.