Professional Documents
Culture Documents
DAN
KOPERASI SYARIAH
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah LKS Non-bank
Dosen pembimbing :
Yuke Rahmawati
Disusun oleh:
Akhmad Aminullah 108046100161
Annisa Fathih Kurnia 108046100163
Fatimah Azzahra 108046100165
Gilang Aji Sulastomo 108046100169
Putri Lailatina 108046100176
C. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis akan membatasi masalah pada:
1. Apa yang dimaksud dengan BMT dan koperasi syariah ?
2. Bagaimana prinsip BMT dan koperasi syariah ?
3. Apa pebedaan dari koperasi syariah dan BMT ?
4. Bagaimana mekanisme dan sistem operasi dari BMT dan koperasi syariah ?
5. Apa saja produk-produk yang ada dalam BMT dan koperasi syariah ?
D. Metodologi Penulisan
Dalam penulisan makalah ini metodologi yang digunakan adalah metode
kepustakaan dimana penulis mengambil bahan makalah dari berbagai sumber
bahan bacaan yang terkait dengan makalah. Selain itu penulis mengambil
referensi dari digital library, yaitu melalui browsing internet.
E. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
A. Latar belakang masalah
B. Manfaat dan tujuan penulisan
C. Rumusan masalah
D. Metodologi penulisan
E. Sitematika penulisan
Bab II Pembahasan
A. Pengertian BMT dan koperasi syariah
B. Prinsip BMT dan koperasi syariah
C. Perbedaan BMT dan koperasi syariah
D. Produk dan mekanisme operasional BMT dan koperasi syariah
E. Peraturan hukum dan BMT
F. Prospek dan pengembangan BMT
Bab III Penutup
Kesimpulan
BAB II
PEMBAHASAN
2
Karnaen A. Perwataatmadja, Membumikan Ekonomi Islam di Indonesia, Usaha Kami, Depok, 1996, hlm.
216.
3
Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan Islam di Indonesia, PT Citra aditiya Bakti, Bandung,
2002, hlm. 53-57
Prospek dan Pengembangan BMT
Sebagai salah satu lembaga keuangan syariah, BMT dipercaya lebih mempunyai
peluang untuk berkembang dibanding dengan lembaga keuangan lain yang beroperasi
secara konvensional karena hal-hal sebagai berikut:
1. Lembaga keuangan sayriah dijalankan dengan prinsip keadilan, wajar dan rasional, di
mana keuntungan yang diberikan kepada nasabah penyimpanan adalah benar dari
keuntungan penggunaan dana oleh para pengusaha lembaga keuangan sayriah.
Dengan pola ini, maka lembaga keuangan syariah terhindar dari negative spread,
sebagaimana yang tercitra dari lembaga konvensional.
2. Lembaga keuangan sayriah memiliki misi yang sejalan dengan program pemerintah,
yaitu pemberdayaan ekonomi rakyat, sehingga berpeluang menjalin kerjasama yang
saling bermanfaatdalamupaya pencapaian masing-masing tujuan. Sebagaimana
diketahui, pemerintah telah mengmbangkan perekonomian yang berbasis pada
ekonomi kerakyatan melalui kredit-kredit program KKPA Bagi Hasil, Pembiayaan
Modal Kerja (PMK) BPRS, Pembiayaan Usaha Kecil dan Mikro (PPKM). Hal ini
tentu saja membuka peluang bagi BMT untuk mengembangkan pola kemitraan.
3. Sepanjang nasabah peminjam dan nasabah pengguna dana taat asas terhadap sistem
bagi hasil, maka sistem syariah sebenarnya tahan uji atas gelombang ekonomi.
Lembaga keuangan syariah tidak mengenal pola eksploitasi oleh pemilik dana kepada
pengguna dana dalam bentuk beban bunga tinggi sebagaimana berlaku pada sistem
konvensional.4
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa BMT memiliki peluang cukup besar
dalam keikutsertaannya berperan mengembangkan ekonomi yang berbasis pada ekonomi
kerakyatan. Hal ini disebabkan karena BMT ditegakkan di atas prinsip syariah yang lebih
memberikan kesejukan dalam memberikan ketenangan baik bagi para pemilik dana
maupun kepada para pengguna dana.
Berdasarkan data yang ada, jumlah BMT pada akhir 1998 telah berjumlah 1.957
buah, dan 2.938 BMT terdaftar pada tahun 2001, kini angkanya jauh lebih besar. Dengan
anggapan tingkat pertumbuhan serupa dengan apa yang terjadi pada masa lalu, kini
jumlah BMT terdaftar bisa saja berada di sekitar angka 4.000an.
4
Zainul Arifin, Mwmahami Bank Syariah; Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek, ALvabet, Jakarta,
2000, hlm. 137.
Namun demikian harus diakui bahwa pengembangan BMT masih membutuhkan
kerja keras. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Minako Sakai dan Kacung
Marijan mengenai pertumbuhan BMT di Indonesia,5 terdapat beberapa rekomendasi yang
diusulkan dalam rangka pengembangan BMT, yaitu:
1. BMT seharusnya berkonsentrasi pada pengelolaan pinjaman–pinjaman bernilai kecil
kepada usaha-usaha mikro dan kecil (dibawah Rp 50.000.000,-). Pada nasabah yang
membutuhkan jumlah pinjaman lebih besar sebaiknya mendapatkan pembiayaan dari
bank-bank.
2. BMT seharusnya menyelenggarakan program-program pelatihan bisnis /
kewirausahaan secara berkala bagi anggota-anggotanya (misalnya melalui pengajian
dan rapat-rapat), kegiatan ini akan membantu meningkatkan modal sosial yang
diperlukan guna pengembangan BMT lebih lanjut di Indonesia.
3. Departemen Koperasi seharusnya memprakarsai kegiatan-kegiatan merancang dan
mendanai program-program peningkatan kemampuan bagi BMT yang sesuai dengan
sifat-sifat kelembagaannya yang unik dan tujuan sosialnya.
4. Upaya-upaya untuk memberi inspirasi kepada masyarakat agar giat memecahkan
masalah melalui cara-cara yang kreatif dan inovatif yang nyatanya hal itu saat ini
dirasakan masih lemah. Menciptakan suatu penghargaan yang prestisius juga dapat
meningkatkan kebanggaan dan kesadaran masyarakat terhadap usaha-usaha sosial.
5. Departemen Koperasi seharusnya menghimpun pedoman informasi wilayah yang
memuat keterangan mengenai BMT-BMT yang ada dan menonjolkan berbagai
strategi bisnis, produk dan jasa BMT-BMT terkemuka. Versi elektronik (web site)
juga dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan akses terhadap informasi-informasi
tersebut.
6. Dinas Koperasi dan Departemen Koperasi seharusnya memperjuangkan peran yang
lebih besar bagi usaha-usaha sosial dalam pengembangan masyarakat. Sesi-sesi
pelatihan untuk mengajarkan masyarakat bagaimana mendiirikan dan menjalankan
BMT memang direkomendasikan, namun akuntabilitas yang lebih ketat juga
diperlukan. Dinas Koperasi seharusnya mendanai BMT-BMT yang sudah mapan dan
mempunyai program pelatihan untuk menyelenggarakan pelatihan-pelatihan tersebut.
5
http://www.pkesinterakitf.com/content/vie/3654/204/lang.id/
7. Asosiasi-asosiasi BMT di daerah sebaiknya direformasi. Kelompok-kelompok ini
seharusnya berbagi informasi dan mengembangkan prosedur operasi yang baku
sebagai langkah awal menjadi lembaga yang dapat pengaturan dirinya sendiri.
8. BMT-BMT seharusnya memanfaatkan pengetahuan lokal dan modal sosial untuk
memperluas bisnisnya.
9. BMT-BMT memang seharusnya menjamin dana para anggotanya aman, namun perlu
diingat bahwa usaha-usaha sosial membutuhkan kebijakan-kebijakan pemerintah
yang memungkinkan keluwesan yang diperlukan kegiatan-kegiatan sosial. Mengatur
BMT dengan dasar-dasar hukum perbankan yang sudah ada kemungkinan akan
menghancurkan fungsi utama BMT-BMT.
10. Dalam jangka pendek, memasukan BMT ke dalam UU tentang koperasi lebih layak.
Proses perubahan undang-undang sebaiknya melibatkan konsultasi-konsultasi dengan
para operator BMT yang aktif dewasa ini.
11. Dalam jangka panjang, perlu dibuat satu UU khusus dan menyeluruh yang dirancang
untuk memenuhi kebutuhan BMT (pembiayaan mikro, pelatihan bisnis dan
pengelolaan zakat melalui konsultasi para pihak yang berkepentingan).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari makalah tersebut kita dapat mengambil kesimpulan mengenai BMT dan
Koperasi Syariah yaitu
1. Bahwa BMT dan koperasi Syariah adalah salah satu lembaga keuangan syariah
mikro yang memiliki payung hukum yang sama, selain itu kedua lembaga tersebut
juga memiliki peran dan fungsi yang sama dalam sistem keuangan dan
perekonomian dan membantu dalam perekonomian masyarakat.
2. Perbedaan BMT dan Koperasi Syariah adalah dalam penghimpunan dananya
BMT mengambil dana dari masyarakat melalui dana tabungan. Sedangkan dalam
Koperasi Syariah penghimpunan dana hanya diperbolehkan melalui sistem
perkoperasian yang telah ditentukan sebelumnya. Dan dalam hal penyaluran
pembiayaan, BMT dapat menyalurkan pembiayaan kepada siapa saja yang
termasuk ke dalam nasabahnya. Sedangkan koperasi syariah, hanya boleh
menyalurkan pembiayaan kepada sesama anggota koperasi.
3. Sejauh ini produk-produk yang terdapat dalam BMT tidak jauh berbeda dengan
yang telah ada di perbankan syariah, hanya saja masih berskala mikro.
DAFTAR PUSTAKA
Soemitra, Andri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, 2009.
http://bildri.blogspot.com/2010/03/pertumbuhan-perbankan-syariah-lebih.html
http://blog.re.or.id/koperasi-sirkah-ta-awuniyah-dalam-pandangan-islam.htm
http://docs.google.com/viewer?
a=v&q=cache:RdH04qyFpPYJ:idb2.wikispaces.com/file/view/rd2012.pdf+Andriani,
+Baitul+Mall+wat+Tamwil&hl=id&gl=id&sig=AHIE
tbRPYtfCaJmePC7l8MGF-pfoW6HVTg
http://www.pkesinterakitf.com/content/vie/3654/204/lang.id/
Lampiran
Mekanisme Operasional
Diagram Mekanisme Perputaran Dana BMT