You are on page 1of 16

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I.I. Latar Belakang

I.2. Tujuan

BAB II ISI

II.I Proses Membaca

II.2. Kaitan Membaca dan Sastra

II.3. Sastra Sebagai Lndasan Pengembangan Membaca

II.4. Strategi Meningkatkan Kemampuan Membaca

II.5. Pemanpaatan Bahan Ajar Sastra Bagi Penumbuhkembangan Kemampuan Membaca

II.6. Pengembangan Pembelajaran Membaca Berdasarkan Karya Sastra

BAB III PENUTUP

III.I. Kesimpulan

III.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan sastra dan bahasa Indonesia mempunyai peranan yang penting didalam dunia pendidikan.
Seperti yang kita ketahui bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita menggunakan bahasa Indonesia
sebagai alat komunikasi. Oleh karena itu, kita harus mempelajari ilmu pendidikan tentang bahasa dan
sastra Indonesia. Agar kita dapat belajar dan mengetahui bagaimana cara kita menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar.

Terutama bagi calon pendidik, pendidikan bahasa dan sastra Indonesia dirasakan memang sangat
penting. Karena ketika seorang pendidik memberikan pengajaran kepada anak-anak didiknya, ia harus
bisa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Apabila seorang pendidik mengunakan
bahasa yang kurang baik, maka akan dicontoh oleh anak-anak didiknya.
Dewasa ini, dari sekian banyak orang, yang bisa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
amat sedikit. Bahkan yang lebih parahnya masi ada diantara mereka yang sama sekali tidak bisa
membaca (buta hurup). Oleh karena itu anak-anak harus belajar membaca dari kecil karena membaca
angat penting. Dengan membacalah kita dapat berbagai macam pengetahuan. Disinilah peran seorang
guru/pendidik yang harus memberantas buta hurup.

B. Tujuan

Pendidikan di Sekolah Dasar mertujuan memberikan bekal kemampuan dasar “membaca, menulis dan
menghitung”, pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanpaat bagi siswa sesuai tingkat
perkembangannya. Kemudian, tujuan pembelajaran sastra adalah

BAB II

MEMBACA DAN SASTRA ANAK

A. Proses Membaca

Secara keseluruhan mata prlajaran Bahasa Indonesia di SD berfungsi untuk mengembangkan


kemampuan bernalar, berkomunikasi, dan menggunakan pikiran juga perasaan, serta membina
persatuan dan kesatuan bangsa. Di SD, khususnya di kelas 1 dan 2 diutamakan pengembangan
kemampuan berbahasa Indonesia sederhana melalui membaca, menulis, mengarang dan imla (dikte)
dengan menggunakan bahasa Indonesia baku. Untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan
dasar menggunakan bahasa, dalam kegiatan kegiatan belajar di kelas 1 dan 2 diberikan pengetahuan
sederhana tentang lingkungan alam dan sosial.

Menurut Spodek dan Saracho, membeca merupakan proses mendapatkan makna dari barang cetak. Ada
dua cara yang ditempuh dalam membaca untuk memperoleh makna dari barang cetak yaitu :

1. Langsung, yakni menghubungkan ciri penanda visual dari tulisan dengan maknanya.

2. Tidak langsung, yakni mengidentifikasi bunyi dalam kata dan menghubungkannya dengan
makna.

Cara pertama digunakan oleh pembaca lanjut dan yang kedua digunakan oleh pembaca permulaan.

Combs memilah kegiatan membaca menjadi tiga tahap yaitu:

1. Tahap persiapan

Anak mulai menyadari tentang fungsi barang cetak, konsep tentang cara kerja barang cetak, konsep
tentang huruf dan konsep tentang kata.

1. Tahap perkembangan

Anak mulai memahami pola bahasa yang terdapat dalam barang cetak. Anak mulai belajar
memasangkan satu kata dengan yang lain.
1. Tahap Transisi

Anak mulai mengubah kebiasaan membaca bersuara menjadi membaca dalam hati. Anak mulai dapat
melakukan kegiatan membaca dengan santai.

Ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan guru dalam pengajaran membaca yaitu:

1. Pengembangan aspek sosial anak

2. Pengembangan fisik

3. Pengembangan kognitif

B. Kaitan Membaca dan Sastra

Sartra berpungsi menghibur dan sekaligus mendidik, sehingga paling sedikit yang diperoleh dari sastra
yaitu memahami kebutuhan akan kepuasan pribadi dan pengembangan kemampuan bahasa. Kepuasan
pribadi anak-anak setelah membaca karya sastra sangat penting, artinya selain mereka diminta
menguasai keterampilan membaca selanjutnya karya sastra juga berfungsi mengembangkan wawasan.

Dalam fungsi karya sastra dalam mengembangkan kemampuan berbahasa dapat disebut sebagai nilai
pendidikan. Banyak hasil pendidikan yang menunjukan keefektipan karya sastra dalam mengembangkan
kemahiran berbahasan. Misalnya: Sorolski dkk, menemukan bahwa buku bergambar yang baik dapat
merangsang peningkatan pikiran dan perasaan anak secara lisan.

1. Sastra anak-anak dan pengembangan kebewaraan

Kebewaraan adalah kemampuan membaca dan menulis dalam menunaikan tugas-tugas yang berkaitan
dengan dunia kerja dan kehidupan diluar sekolah (Tompkins, 1991:81). Pengembangan membaca dan
menulis telah diamanatkan di dalam kurikulum Pendidikan Dasar khususnya pendiikan dasar yang
diselenggarakan di SD.

Pelajaran Bahasa Indonesia berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi,


mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan membeca dan menulis (Kurikulum Pendidikan
Tahun 1994). Pengembangan keberwacanaan dapat dilaksanakan melalui pemanpaatan ini anak-anak
sebagai media pembelajaran membaca dan menulis. Pemanpaatan ini didasarkan pada asumsi bahwa
sastra dapat mengembangkan bahasa, sastra dapat mengembangkan bahasa anak (Huck, 1987: Ellis,
1989)

Istilah keberwacanaan merupakan terjemahan “Literacy” dari bahasa Inggris. Semula, literacy diartikan
sebagai pengetahuan tentang cara membaca (keberaksaraan) tetapi kemudian karena tujuan yang
diharapkan bukan sekedar mengenal aksara atau tulisan. Para guru memperkrnalkan komputer pada
anak SD dan mengembangkan keberwacanaan komputer (computer literacy).

Bagaimanapun, keberwacanaan adalah suatu alat atau sarana yang dipakai untuk belajar tentang dunia
dan untuk berperan penuh dalam masyarakat.
1. Awal kebewaraan

Keberwacanaan adalah proses yang dimulai sebelum pendidikan dasar berlanjut kemasa dewasa.
Keberwacanaan dilakukan pada anak berumur 5 tahun atau pada saat memasuki taman kanak-kanak.
Sebagai “persiapan” untuk pembelajaran membaca dan menulis yang akan dimulai secara formal pada
tingkat pertama.

Imflikasi dari hal ini adalah bahwa dalam perkembangan anak-anak ada saat-saat yang tepat untuk
mengajari mereka membaca. Persfektif tentang cara anak menjadi anak itulah yang disebut awal
keberwacanaan (emergency literacy).

Berdasarkan keberwacanaan ditentukan oleh 4 komponen, atau 4 elemen umum yaitu:

1. Pesan tekstual (textual intent)

2. Daya tawar (negotiability)

3. Bahasa digunakan untuk meningkatkan bahasa (language use to tinetune language)

4. Pengambilan risik (risk takinag)

1. Fungsi sastra anak-anak dalam pengebangan keberwacanaan

Pada bagian awal tulisan ini dikemikakan bahwa keberwacanaan mnengacu pada kemampuan membaca
dan menulis. Terkait dengan dua kemampuan inilah fungsi sastra anak-anak dalam pengembangan
keberwacanaan dijelaskan dengan memanfaatkan informasi (Huck, 1987: 15-16) menyimak cerita dapat
memperkenalkan anak pada pola-pola bahasa dan mengembangkan kosakata serta maknanya, peran
membaca juga cukup signifikan dalam pengembangan menulis.

Smith mengetakan pengembangan komposisi dalam menulis tidak dapat dikembangkan dalam menulis
saja tetapi menuntut aktifitas membaca dan kegemaran membaca. Hanya dari bahasa tulis orang lain
anak-anak dapat mengamati dan memahami konvesi serta gagasan secara bersama-sama (Huck, 1987).

C. Sastra Sebagai Landasan Pengembangan Membaca

Program pembelajaran sastra yang berlandaskan sastra menggunakan berbagai endekatan dan strategi
untuk membentu keterampilan berbahasa. Pembelajaran bersifat terpadu yang sudah diterapkan dalam
situasi kelas yang bagaimanapun. Jadwal membaca tiap hari dapat digabarkan dengan cara, yaitu waktu
dua jam dipandang sudah sesuai karena keterampilan berkomunikasi dalam bidang membaca, menulis,
menyimak dan berbicara diajarkan secara terpadu.

Kegiatan membaca sastra dapat dilakukan dengan cara:

1.

1. Kegiatan teraran
Guru memerlukan waktu khusus untuk mengajarkan keterampilan-keterampilan tertentu kepada
kelompok anak atau seluruh anak di kelas. Dalam keseluruhan program pembelajaran bahasa kegiatan
terarah kadang-kadang berwujud pembelajaran strategi membaca. Misalnya murid menanggapi ilustrasi
cerita, membuat ilustrasi hasil karya sastra sendiri, mendemonstrasikan peristiwa dan sebagainya.

1.

1. Kegiatan bebas

Anak-anak perlu sekali diberikan kesempatan untuk memprakarsai kegiatan-kegiatan mereka sendiri dan
bertanggung jawab untuk melaksanakannya. Memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk
membuat keputusan, mengatasi masalah, dan bertanggung jawab atas kegiatan belajar, mereka sendiri
dapat mempersiapkan anak-anak menghadapi tuntutan dunia kerja dalam kehidupan yang sebenarnya.

1.

1. Kegiatan murid-guru

Diadakan diskusi antara murid dan guru untuk menolng anak-anak yang memerlukan peningkatan dalam
hal keterampilan khusus atau pemahaman. Melalui diskusi-diskusi, murid dengan guru dapat
mengumpulkan informasi penting mengenai minat anak, sikap terhadap kegiatan membaca dan
perkembangan dalam keterampilan membaca dan keterampilan berpikir.

Diskusi murid dan guru tersebut hendaknya mengandung hal-hal berikut:

1. Diskusi dapat difokuskan pada unsur-unsur bacaan, konsep atau permasalahan yang ada dalam
bacaan pengarang atau jenis karya sastra.

2. Ajukan pertanyaan-pertanyaan yang menuju pada hal-hal tertentu sehingga murid yang
bersangkutan terlihat dalam kegiatan berpikir tingkat tinggi (menganalisis, mensintesa dan
mengevaluasi).

3. Membaca nyaring bagian bacaannya dipilih sendiri oleh murid yaitu bagian yang dia sukai.

4. Diskusi difokuskan pada proses pemilihan kegiatan, rencana untuk mengatasi hambatan
penyelesaian tugas.

5. Saran untuk kegiatan membaca selanjutnga dan petunjuk mengenai pengembangan


ketermpilan.

1.

1. Karakteristik sastra sebagai bahan ajar kemampuan berbahasa

Sebagai bahasa ajar, sastra memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh bahan bahasa ajar yang lain, yaitu
bahasa, struktur teks, isi pesan, asfek kejiwaan yang ditumbuhkembangkan dan strategi perangkapan isi
teks yang diperlikan.
Bahasa teks sastra berciri kontatif atau kiasan, dilihat dari aspek semantis yang dikandungnya, bersifat
informal bila dilihat dari segi bahasanya, banyak mengandumg majas, dan menonjolkan ciri wacana
narasi dan deskrifsi. Dilihat dari isi, teks sastra mengandung pesan-pesan kemanusiaan, pesan-pesan ini
bersifat tidak langsung.

Dilihat dari struktur teksnya, teks sastra mengandung karakter/tokoh, alur, peristiwa, setting, dan sudut
penceritaan. Aspek kejiwaan meliputi daya nalar, kepekaan emosi, daya imajinasi, perluasan wawasan
dan daya kreasi. Daya nalar ditumbuh kembangkan melalui pemahaman dan penghayatan terhadap
permasalahan kemanusiaan dan lingkungan hidup. Emosi ditumbuh kembangkan melalui penghayatan
karakter tokoh dan peristiwa-peristiwa kehidupan. Daya imajinasi ditumbuh kembangkan melalui
kegiatan berpikir asosiatif yakni mengasasikan peristiwa yang disuguhkan dalam teks sastra yang
dibacanya dengan peristiwa sehari-hari. Daya kreasi ditumbuh kembangkan melalui kegiatan berpikir
divergen (yang diarahkan untuk menumbuh kembangkan kebersamaan dan kemampuan anak
mengemukakan pendapat), kegiatan berpikir rekreatif, dan kegiatan kreatif. Wawasan yang
dimaksudkan disini adalah berkembangnya wawasan anak yang diakibatkan oleh aktifitas belajar yang
telah dilakukannya.

Pembaca sastra memerlukan strategi baca yang berbeda dengan strategi membaca teks-teks nonsastra,
itu disebabkan oleh bahasa sastra bersifat konotatif/kias, yang berarti pesan disajikan oleh pengarang
secara terselubung. Nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra, yaitu nilai keindahan dan nilai moral
akan meresap dan berkembang dalam diri anak secara alami.

Karya sastra dapat menolong anak-anak memahami dunia mereka, membentuk sikap-sikap yang positif,
dan menyadari hubungan dengan manusia. Lewat karya sastra anak-anak dapat mempelajari dan
memaknai dunia mereka misalnya dengan membaca karya sastra yang melukiskan seorang anak yang
sering menolong sehingga disayang oleh gurunya dan teman-temanya, anak akan mengerti bahwa
mereka harus bersukap seperti itu agar banyak yang sayang.

D. Strategi Meningkatkan Kemampuan Membaca

Sebagaimana kita ketahui, bagi sebagian besar murid SD bahasa Indonesia merupakan bahasa kedua.
Dalam teori belajar bahasa Indonesia dikemukakan bahwa bahasa pertama (bahasa ibu) memiliki peran
dalam keberhasilan belajar bahasa kedua, termasuk belajar membaca dan menulis.

Dulay dan Krahsen mengemukakan bahwa bahasa pertama dapat berpengaruh positif juga negatif
terhadap proses belajar bahasa kedua.

1.

o Pengaruh positifnya adalah bahwa bahasa pertama yang dimiliki siswa dapat
memperlancar proses belajar bahasa kedua.

o Pengaruh negatif: Bahasa pertama yang telah dikuasai siswa dapat menghambat proses
penguasaan bahasa kedua.
Ellis menggunakan istilah transfer untuk menamai pengaruh positif dari bahasa pertama terhadap
belajar bahasa kedua, dan istilah interferensi untuk menamai pengaruh negatif dari bahasa pertama
terhadap belajar bahasa kedua. Belajar bahasa Indonesia pada hakekatnya adalah belajar
berkomunikasi, meningkatkan kemampuan berpikir, dan memperluas wawasan, maka bahan pengajaran
harus diarahkan pada kepentingan tersebut. Bahan pengajaran bersifat terpadu dan berkesinambungan
dan dapat dipadukan dengan pelajaran lain. Penyajian bahan pengajaran bersifat fleksibel dengan
mempertimbangkan prinsip-prinsip pengajaran.

Pengajaran membaca yang baik adalah pengajaran yang didasarkan pada kebutuhan anak dan
mempertimbangkan apa yang telah dikuasai anak. Rubin (1993) mengemukakan beberapa kegiatan yang
dilakukan dalam pengajaran membaca yaitu:

1. Peningkatan ucapan

2. Kesadaran fonemik (bunyi)

Kemampuan yang di ajarkan dalam kesadaran fonemik meliputi:

1.

1. pembedaan bunyi

2. pembedaan huruf

3. konsonan awal dan akhir

4. vokal

5. huruf-huruf tertentu dan bunyinya

6. suku kata

2. Hubungan antara bunyi-huruf

3. Membedakan bunyi-bunyi

Hasil pengujian klinik menunjukan hal-hal :

1.

1. setiap individu berkemampuan beda dalam membedakan bunyi

2. umumnya kemampuan membedakan bunyi dikuasai anak dengan sempurna pada usia 8
tahun

3. ada hubungan positif antara lambatnya penguasaan kemampuan membedakan bunyi


dengan ketidak tepatan pengucapan
4. ada hubungan positif antara rendahnya kemampuan membedakan bunyi dengan
kemampuan membaca

5. kemampuan membedakan bunyi tidak ditentukan oleh tingkat intelegensi

untuk itu anak butuh perhatian khusus dalam membedakan bunyi. Latihan perlu terus menerus pada
pengucapan bunyi-bunyi sejenis dan searti juga yang berbeda arti.

1. Kemampuan mengingat

2. Membedakan huruf

3. Orientasi dari kiri kekanan

Dalam bahas Indonesia membaga menggunakan sistem dari kiri kekanan. Biasanya lebih cenderung
pada yang kidal karena hasil penelitian Rubin (1993) yang kidal lebih cenderung memiliki orientasi dari
kanan kekiri.

1. Keterampilan pemahaman

2. Penguasaan kosakata

Pengenalan kata merupakan proses yang melibatkan kemampuan mengidentifikasi simbol tulis,
mengucapkan dan menghubungkannya dengan makna. Ribin (1993: 149) mengemukakan beberapa
strategi untuk memperkenalkan kata yaitu:

1.

1. strategi pengucapan

Strategi untuk mengenali cara pengucapan suatu kata yaitu:

1. analisis dan sintesis fonik

2. keseluruhan kata atau metode menatap dan mengucapkan

3. meminta seseorang untuk mengucapkan kata untuk anda

4. unsur konteks (kata-kata yang melingkupi kata), unsurnya berupa definisi, contoh,
perbandingan/konteks penjelasan yang dapat menggambarkan makna kata

5. SAS (Structural Analisis and Synthesis) caranya membelah kata kedalam unit pengucapan

6. melihat pengucapan dari kamus

1.

1. strategi pengenalan makna kata


Untuk mengajarkan makna kata dapat digunakan beberapa strategi yaitu:

1. konteks, memanfaatkan konteks untuk memahami kata

2. SAS untuk makna

3. bertanya kepada orang lain tentang suatu makna kata

4. memanfaatkan kamus

Berikut ini contoh kegiatan pembelajaran membaca :

1. Kegiatan membedakan bunyi-bunyi

1.

o perdengarkan percakapan kepada anak

o setelah diperdengarkan murid mempelajari huruf dan bunyi, kegiatannya berupa:

• sajikan kepada murid 3 kata yang diawali konsonan yang sama dan satu kata diawali konsonan
berbeda

• sajikan kata-kata yang diawali dengan konsonan yang sama atau berbeda

Kegiatan membedakan bunyi juga dapat dilakukan dengan menggunakan model permainan, contoh:

1. Membedakan bunyi dalam kalimat

Ucapkan sebuah kalimat dan ulangi bunyi awal dari setiap kata yang ada dalam kalimat, tugaskan anak
untuk menambahkan kata yang memiliki bunyi awal yang sama. Contoh: Adik suka permen

Pintu itu ditutup

1. Saya melihat……

Ucapkan kalimat yang diawali kata saya melihat diikuti bunyi yang akan diajarkan! Saya melihat d……….

Nita makan n……….

1. Kegiatan membedakan huruf

Untuk kepentingan ini digunakan kartu-kartu huruf atau permainan huruf.

1. Konsentrasi dan mengikuti perintah.

Problem umum yang dihadapi anak dalam membaca

Berikut ini dikemukakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak dalam membaca:


Tabel Kategori

No. Kategori Wujud

1 Pramembaca 1) kurang mengenali huruf

2 Membaca 2) membaca kata demi kata

Bersuara 3) pemparafrasean yang salah

4) miskin pelapalan(kesalahan pengucapan)

5) penghilangan

6) pengulangan

7) pembalikan

penyisipan

9) penggantian

10) menggunakan gerak bibir, jari telunjuk,


menggelengkan kepala

3 Pecahan 11) kesulitan kesamaan

Kode (Decoding) 12) kesulitan vokal

13) kesulitan kluster, diftong, digraf

14) kesulitsn menganalisis struktur kata

15) tidak mengenali makna kata dalam kalimat

E. Pemanfaatan Bahan Ajar Sastra Bagi Penumbuhkembangan Kemampuan Berbahasa

Pengajaran bahasa Indonesia dimaksudkan untuk menyiapkan agar anak mampu berkomunikasi dengan
bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Pengajaran yang demikian pada hakekatnya adalah
pengajaran yang dimaksudkan untuk membentuk kompetensi komunikasi. Kompetensi ini memiliki
empat unsur pokok yaitu pengetahuan dan penguasaan kaidah tatabahasa baik fonologi, morfologi,
sintaksis maupun sematik. Pengajaran apresiasi sastra dengan bahan bahan ajar sastranya, berfungsi
sebagai wahana penbentukan kompetensi komunikasi khusus kepada anak. Kompetensi yang dimaksud
disini adalah kompetensi komunikasi sastra dan kompetensi komunikasi bahasa yang lain yang berarah
emotif-imajinatif.
Pengajaran bahasa dengan bahan ajar sastra mengajak anak untuk memahami karakteristik bahasa
sastra sebagai salah satu ragam bahasa Indonesia, dan karakteristik komunikasi sastra sebagai salah satu
bentuk komunikasi tulis bahasa Indonesia. Karakteristik komunikasi astra antara lain:

1. komunikasi ini bersifat tidak langsung

2. kehadiran penulis tidak dapat menggantikan kedudukan teks sastra yang ditulisnya

3. konteks komunikasi sastra berdimensi ganda

4. ada jarak antara realitas dalam teks dalam realitas kehidupan nyata dan antara teks sastra dengan
penulisnya.

Pengajaran sastra dewasa ini dibagi dua golongan besar yaitu:

a. pengajaran tentang sastra, pengajaran tentang sastra berisi teori-teori sastra.

b. pengajaran sastra beranggapan bahwa untuk mengapresiasi karya sastra siswa harus langsung
dikenalkan dan diakrabkan dengan karya sastra.

Kegiatan mengenal meliputi melihat, mendengar, menyimak, dan membaca. Kegiatan memahami
meliputi kegiatan menafsirkan, mengartikan, memproposikan, mencari hubungan, menemukan pola,
menarik kesimpulan dan menggeneralisasi.

Kedudukan pengajaran sastra dalam kurikulum 1994, dalam kurikulum 1994, tujuan dibagi atas:

1). Tujuan umum pengajaran, yakni tujuan yang harus dicapai oleh pengajaran bahasa dan sastra
Indonesia.

2). Tujuan khusus pemahaman, yakni tujuan agarsiswa menguasai dan mengembangkan kemampuan-
kemampuan reseptif.

3). Tujuan khusus penggunaan, yakni tujuan agar siswa menguasai dan mengembangkan kemampuan-
kemampuan produktif.

Kemampuan apresiasi sastra tidak hanya untuk meningkatkan kemampuan apresiasi itu sendiri,
memahami dan dapat mengapresiasi karya sastra Indonesia serta dapat mengkomunukasikan secara
lisan dan tulisan. Tetapi juga pengajaran lewat sastra, pengajaran sastra yang digunakan sebagai sarana
untuk mengembangkan kemampuan berbahasa dan mengembangkan kepribadian.

F. Pengembangan Pembelajaran Membaca Berdasarkan Karya Sastra

Menurut teori Schema, sering membaca buku dengan jumlah banyak memungkinkan anak
mengembangkan pengetahuan, selanjutnya memudahkan mereka juga dapat bervariasi bacaannya.
Mereka akan memiliki apresiasi terhadap karya sastra dan kemumgkinannya mereka menjadi pembaca
sepanjang hidupnya (North, 1989: 426)
Model Pegembangan Keberwacanaan Melalui Sastra

 Model perencanaan pengembangan

Komponen-komponen pembelajaran yang perlu direncanakan meliputi tujuan pembelajaran, bentuk


dan sifat pembelajaran, bahan pembelajaran serta prosedur pembelajaran (Norton & Norton, 1994:7).

Untuk merumuskan tujuan pembelajaran dapat menemukannya dari tujuan umum pengajaran. Bentuk
prmbelajaran dibedakan atas pembelajaran klasikal kelompok dan individu. Agar epektif dibutuhkan
kerjasama antara murid dan guru meliputi kelompok kecil dan individu. Aktivitas ini dibedakan menjadi
aktivitas jangka pendek, jangka lama, dan aktivitas pojok belajar.

Bahan pembelajaran meliputi nama-nama buku, referensi, gambar-gambar pendukung media.

 Strategi pengembangan

Beberapa strategi pengembangan dengan teknik utama latihan yang didasarkan pada uraian Johnson
(1987) dalam Literacy Through Literature, untuk mendukung agar penerapan strategi bisa dilakukan
diperlukan buku-buku sederhana dan menarik agar anak mudah juga tertantang membacanya.

Dalam memilih dan mengembangkan latihan, peran guru adalah menjamin tersedianya bahan, yaitu
menyajikan cerita secara lisan dan melalui latihan membimbing dan memberikan bimbingan individu
pada siswa yang nerusaha menerapkan latihan pada buku latihannya.

Jenis strategi diantaranya yaitu:

Teknik Cloze

Ringkasan Model Burgs (RBM)

RBM dikembangkan dari prosedur klos yang sudah lajim melalui dua cara; pertama siswa belajar melalui
ringkasan bukan dengan teks asli, kedua kata-kata terpilih digantikan kata kosong awal kata, RBM juga
disajikan sebagai permainan. Agar aplikasi ini tetap mengembangkan keterampilan anak perlu prosedur
klos yang terbimbing sebagaimana contoh berikut:

Pada suatu hari para p………….. berdatangan menembaki b…………….. dan satwa
lainya. Kehidupan yang semula tentram dan tenang akhirnya berubah menjadi
kacau karena kedatangan pemburu. Keluarga c…………… yang semula bersatu,
akhirnya terpaksa berpisah akibat pemburu yang serakah. S……………. yang
masih tertinggal merasa terancam.

Cendrawasih dan burung yang lainnya selalu memohon kepada Tuhan agar
melindungi keseimbangan alam.

Tangga cerita (story ladders)


Tangga cerita dibciptakan dengan membuat ringkasan cerita yang bagian akhir kalimatnya dihapus.
Contoh berikut didasarkan pada cerita malin kundang:

1. Dalam cerita ini malin kundang


adalah………………………………………………………….

2. Dia merantau ke…………………………………………………

3. Akhirnya dia pulang dan tida mengakui ibunya terus


ibunya…………………………………………………………..

Anak ditugaskan mengkreasikan sendiri lanjutannya tapi bukan kalimat aslinya. Anak akan senang
memprediksi cerita sebelum membaca dan merevisinya setelah membaca.

1. Dalam cerita ini malin kundang adalah…..…..

a. …………………………………………(prediksi sebelum membaca)

b. …………………………………………(prediksi sesudah membaca).

Sejak kurikulum SD 1975, kurikulum SD 1984, maupun kurikulum SD 1994 seperti sekarang. Pelajaran
sastra Indonesia selalu dimasukan kedalam pengajaran bahasa Indonesia, khususnya di SD. Fungsi
pelajaran bahasa Indonesia adalah:

1.

1. sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa

2. sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan bahasa Indonesia dalam rangka


pelestarian dan pengembangan budaya

3. sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan bahasa Indoneia untuk meraih dan
mengembangkan ilmu pengetehuan teknologi dan eni.

Tujuam megenai sastra yaitu:

1.

o Siswa mampu mengenal dan mampu membedakan bentuk-bentuk puisi, prosa dan
drama.

o Siswa mampu membedakan ragam bahasa sastra dan ragam bahasa lainnya.

Yang diperlukan dalam pembelajar sastra dan bahasa:

1. Isi materi pelajaran


1.

o materi pelajaran harus relevan terhadap tujuan intruksional yang jarus dipakai

o materi pelakaran haru sesuai taraf kesulitannya dengan kemampuan siswa

o materi pelajaran harus dapat menunjang motivasi siswa

o materi pelajaran harus membantu untuk melihat diri secara aktif, baik dengan berpikir
atau dengan mengadakan kegiatan

o msteri pelajaran harus sesuai dngan prosedur didaktik yang diikuti

o materi pelajaran harus sesuai dengan media pengajaran yang tersedia

Dengan demikian apabila peran guru dan penilaian isi materi pelajaran itu menyediakan bacaan yang
bermutu, memberi kebenasan kepada anak untuk memilih bacaan yang disukainya.

1. Guru

Guru memiliki peran yang sangat penting dalam keseluruhan proses pengajaran satra di kelas, guru
dituntut mempu melaksanakan tugasnya secara propesional. Guru harus memiliki 10 kopetensi yaitu:

1.

1. Kemampuan menguasai bahan materi bidang study.

2. Kemampuan mengelola program belajar mengajar.

3. Kemampuan mengelola kelas.

4. Kemampuan menggunakan media dan sumber.

5. Penguasaan landasan-landasan pendidikan.

6. Kemampuan mengelola interaksi belajar megajar.

7. Kemampuan menilai kemampuan siswa.

8. Pengenalan fungsi dan program layanan dan bimbingan dan konseling di sekolah.

9. Pengenalan dan penyelenggaraan admisistrasi sekolah.

10. Pemahaman prinsip-prinsip dan penafsiran hasil-hasil penelitian guna keperluan


pengajaran.

2. Siswa
Siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam pembelajaran sastra. Dalam pengajaran siswa
di SD, problem yang berkaitan dengan siswa yang dapat di identifikasi antara lain motivasi minat belajar
sastra, serta lingkungan belajar siswa. Timbulnya motivasi dan minat siswa belajar yang rendah tidak
terlepas dari faktor lingkungan siswa, karena lingkungan merupakan sarana yang sangat mempengaruhi
dalam belajar sastra. Tujuan utama pengajaran sastra hendaknya memberikan kesempatan pada siswa
untuk memperoleh pengalaman bersastra baik secara reseptif maupun secara produktif. Siswa juga
diberi pengetahuan tentang lukisan, lagu, melukis, selanjutnya bersastra.

1. Bentuk kegiatan belajar mengajar

Kean & Personke (1976:341) mengarahkan bahwa sebaiknya disekolah dasar, sastra jangan dipandang
sebagai suatu subjek yang harus di ajak terapi sebagai suatu wahana untuk mendapatkan pengalaman,
yang menyenangkan, menyedihkan, lucu, menakutkan dan lainnya. Dalam kegiatan belajar ada 2
pendekatan; pertama bertitik tolak pada pandangan bahwa sastra mempunyai kedudukan yang sama
dengan bidang study yang lainnya; kedua bertitik tolak pada pandangan bahwa sastra sebagai suatu
yang kehadirannya untuk dinikmati dan memberikan kesenangan. Karena kedua pendekatan itu
bertentangan untuk itu yang lebih sesuai adalah menggabungkan kedua pendekatan tersebut karena
muara terakhir pengajaran sastra adalah terbunanya apresiasi & kegemaran terhadap sastra yang
disadari oleh pengetahuan sastra dan keterampilan bersastra.

1. Sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana merupakan komponen pengajaran yang tak kalah penting. Perpustakaan dan
kelengkapan koleksi buku-buku sastra sangat menunjang kelancaran pengajaran sastra. Demikian pula
media dan alat-alat pengajaran yang lengkap sangat menentukan keberhasilan pembelajaran sastra.
Problem yang dapat di identifikasi adalah sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah-sekolah SD.

BAB III

PENUTUP

1.

1. Kesimpulan

Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia mempunyai
arti yang cukup penting. Poin yamg lebih penting ladi di dalam pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
terutama adalah membaca. Karena ketika kita duduk dibangku SD, hal pertama yang harus kita pelajari
adalah membaca, kemudian kita akan dapat menulis juga menghitung serta merangkai berbagai macam
kalimat. Jika begitu kita akan dapat membacakan karya-karya sastra. Sastra juga sarana yng diberikan
untuk mengembangkan kreatifitas anak di dalam pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

1.
o

1. Saran

Sebagai seorang calon pendidik ada beberapa hal yang sapat kita lakukan diantaranya:

1. Pendidik harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar ketika memberikan
pengajaran kepada anak didiknya.

2. Pendidik harus memastikan bahwa anak-anak didiknya senang, suka, juga nyaman diajar oleh
kita, agar mereka dapat menerima materi dengan baik dan tidak merasa terpaksa.

3. Belajarlah terus agar menjadi guru yang profesional.

DAFTAR PUSTAKA

Rusyana, Yus.1984. Bahasa dan sastra dalam gempitan pendidikan. Bandung: CV Dipenegoro

Rofi Uddin Ahmad dan Zuhri, Darmiyanti. 1998. Pendidikan Bahasa dan Sastra Inonesia dikelas Tinggi.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktoran Jendral Pendidikan Tinggi

http:/www.balipast.com/ balipastcetak/2004/12/12/apresiasi.html

http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/10/23/membaca-dan-sastra-anak/

You might also like