Professional Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN
Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ternate. Hasil wawancara diperoleh bahwa
kegiatan ini tidak diadakan sosialisai kepada masyarakat terlebih dahulu dan tidak
pernah dilakukan penyuluhan tentang arti pentingnya hutan mangrove dan kegiatan
rehabilitasi.
Jenis mangrove yang ditanam yaitu Rhizophora spp dengan jumlah bibit yang
ditanam 5.500 buah, yaitu buah yang dijadikan bibit berasal dari kawasan mangrove
Pulau Halmahera dan Pulau Moti. Buah yang dikumpulkan dengan cara menggoyang
pohon dan buah yang ikut terjatuh digunakan sebagai bibit tanpa ada seleksi terhadap
buah yang masak. Persemaian bibit dilakukan setelah bibit ditutupi dengan karung
selama 4 hari. Lokasi yang digunakan sebagai tempat persemaian bibit pada areal
yang tidak terendam saat air pasang dan dilakukan penyiraman. Persemaian ini
dilakukan langsung dengan bambu dan plastik dengan kedalaman 10-20 cm. Hal ini
dilakukan pada saat surut dengan jarak tanam 2 x 2 m. Tiap jenis di tanam dari arah
laut ke darat.
32
Berdasarkan tahapan-tahapan kegiatan rehabilitasi tersebut, dapat dikatakan
bahwa salah satu kegagalan kegiatan rehablitasi adalah pengelola program tidak
dan pemeliharaan), bibi yang ditanam 3 bulan dan sempat mengeluarkan daun namun
hewan ternak memakannya, tidak adanya riset awal untuk kesesuaian jenis dan
parameter lingkungan, serta tidak ada Alat Penahan Ombak Sebagaimana Abubakar
yang sangat kompleks untuk dilaksanakan karena kegiatan ini sangat membutuhkan
sifat akomodatif (keterlibatan secara partisipatif) terhadap segenap pihak baik yang
masyarakat yang sangat rentan terhadap sumberdaya mangrove diberikan porsi yang
lebih besar. Dengan demikian dalam rehabilitasi ini perlu dilibatkan masyarakat
rehabilitasi dan kegiatan pengelolaan yang kurang atau tidak berhasil dikarenakan
Berdasarkan tiga stasiun yang diamati, pada stasiun satu, jenis yang sesuai
untuk ditanam adalah Sonneratia spp dan Aviccenia spp, karena jenis ini merupakan
jenis pioner dalam yang mampu hidup dan berkembang pada keadaan substrat yang
didominasi pasir dan bahkan pasir-berkerikil sekalipun. Kedua jenis ini memiliki
33
sistem perakaran yang mampu bertahan pada kondisi pantai terbuka dan berombak.
A B
Sedangkan pada stasiun dua dan tiga jenis tanaman yang sesuai berturut-turut
dari arah laut kedarat diantaranya adalah Sonneratia spp, Aviccenia spp, Rhizophora
spp, dan Bruguiera spp. Selain jenis Sonneratia spp dan Aviccenia spp jenis
rhizophora spp dan Bruguiera spp hanya mampu bertahan pada kondisi pantai yang
Kedua jenis yaitu Rhizopora spp dan Bruguiera spp mempunyai sistem perkaran
yang tidak mampu bertahan pada konsisi pantai terbuka yang masih dipengaruhi oleh
arus pasang-surut dan gelombang besar. Namun sebelum jenis Rhizophora spp dan
Aviccenia spp sebagai pelindung tanaman berikutnya yaitu Rhizophora spp dan
Bruguiera spp. Sistem perakaran pada Rhizophora spp dan Bruguiera spp terlihat
34
A. Rhizophora B. Bruguiera
fisik kimia perairan, seperti suhu, salinitas dan pH air. Suhu air berkisar 27–290C
(Stasiun 1), 27 – 300C (stasiun 2), 28 – 320C (stasiun 3), sedangkan salinitas air 29–
320/00, (stasiun 1), 29–300/00 (stasiun 2), 30–320/00, (stasiun 3) dan pH air 6,0-6,10
Manurut Rauf (1999) bahwa mangrove tumbuh subur pada daerah tropik dengan
suhu diatas 200C, sedangkan suhu dibawah 40C dapat mematikan karena komunitas
mangrove tidak dapat mentoleransi suhu dingin. Sedangkan menurut Wahyu dan
Widyastuti (1988), bahwa salinitas perairan pada kisaran 5-25‰ sesuai untuk
35
pertumbuhan dan usaha penanaman mangrove dan pH air yang optimal untuk
batas ambang toleransi tumbuhan mangrove diperkirakan pada salinitas sekitar 100/00
dan dapat tumbuh dengan baik pada salinitas sekitar 20 – 400/00. Lebih lanjut
relatif besar pada tanah dengan kadar garam tinggi karena tumbuhan ini termasuk
mangrove seperti faktor fisik kimia tanah (tekstur tanah, pH tanah dan salinitas
tanah).
Hasil analisis tekstur tanah di peroleh stasiun 1 memiliki jenis tekstur berpasir
berpotensi untuk penanaman mangrove, namun ada juga sebagian mangrove yang
dapat tumbuh seperti Sonneratia alba di lokasi penelitian tumbuh pada substrat
36
tanah lempung sangat sesuai untuk penanaman mangrove. Lebih lanjut dikatakan
Chapman (1976), bahwa hutan mangrove hampir selalu tumbuh secara alami pada
pantai berlumpur yang terlindung merupakan media yang baik untuk perkembangan
dan pertumbuhan mangrove. Namun demikian, tipe sedimen lain seperti pasir,
gambut dan hamparan karang juga dapat dimanfaatkan beberapa jenis tumbuhan
salinitas tanah dari hasil analisis laboratorium yaitu stasiun 1 (30/00), stasiun 2 (20/00)
dan stasiun 3 (40/00), (Lihat pada Bab III, 3.3.1.2. Substrat bagian b. Penentuan
salinitas tanah. (Hal. 17). Dari hasil yang diperoleh tersebut menunjukkan bahwa pH
tanah di lokasi penelitian dianggap sesuai untuk pertumbuhan mangrove. Wahyu dan
utama dalam penyebaran tumbuhan mangrove. Tinggi dan waktu penggenangan air
pasang yang cukup lama akan sangat menentukan salinitas tanah. Lebih lanjut
dikatakan bahwa Avicennia sp dan Lumnitzera racemosa dapat tahan pada salinitas
tanah di atas 900/00. Sonneratia sp. cenderung lebih suka pada salinitas tanah yang
normal namun ada juga yang hidup dengan salinitas tanah rendah (>100/00). Bila
dibandingkan dengan hasil salinitas tanah yang diperoleh ternyata lebih <100/00,
37
namun pada kenyataannya jenis Sonneratia alba masih dapat tumbuh di lokasi
penelitian.
5.3. Pasang-surut
Berdasarkan hasil pengukuran pasang surut dan hasil analisis pasang surut
oleh Dinas Hidro-Oseanografi TNI AL diperoleh tipe pasang surut termasuk tipe
campuran dominasi ganda (Mixed semi diurnal) (F = 0,50) dengan tinggi pasang
surut rata-rata 122 cm, ini ditandai terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam
sehari yang tingginya hampir sama (Ongkosan dan Suyarso, 1989). Menurut Noor
dkk (1999), pada zona ini terdapat api-api (Avicennia spp.), Prapat (Sonneratia alba)
Ekosistem mangrove jalur hijau yang ingin diwujudkan; adalah jalur hijau
hidup kawasan pantai yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik
pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat, kawasan anak
Dari hasil analisis parameter lingkungan baik tanah maupun air, ternyata
mangrove di Kelurahan Kastela adalah faktor teknis yaitu proses penanaman dengan
ditanam hanya berumur dua bulan dalam persemaian, buah yang dijadikan bibit tidak
38
semuanya. Teknik penanaman tidak menggunakan APO karena areal rehabilitasi
merupakan areal yang selalau terkena gelombang. Kegagalan ini juga disebabkan
teknis yang disebabkan adanya kesalahan menilai bahwa lahan pesisir yang
terdegradasi yang dapat ditumbuhi oleh mangrove dapat dipulihkan hanya dengan
antara lain tipe substrat, spesies setempat, tinggi pasang surut, sejarah penggunaan
lahan dan teknik yang digunakan dalam rehabilitasi. Lokasi penanaman mangrove
yang berombak besar harus menggunakan APO (alat penahan ombak) yang dipasang
pada bagian depan pantai kearah laut dari lokasi penaman (Bengen, 2003).
memungkinkan pertumbuhan untuk jenis Sonneratia sp dan Aviccenia spp pada pada
stasiun 1, pada stasiun 2 adalah jenis Sonneratia sp, Aviccenia spp dan Rhizophora
spp. Sedangkan pada stasiun 3 jenis yang sesuai adalah Sonneratia sp, Aviccenia
yaitu dalam: Pasal 26: dijelaskan, Perlindungan terhadap kawasan pantai berhutan
bakau dilakukan untuk melestarikan hutan bakau sebagai pembentuk ekosistem hutan
39
pelindung pantai dan pengikisan air laut serta pelindung usaha budidaya
berhutan bakau adalah minimal 130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi
dan terendah tahunan diukur dari garis air surut terendah kearah darat. tunggang air
pasang purnama (m) (tidal range) (Budiman dan Suhardjono, 1992 dalam Abubakar,
2006). Berdasarkan Daftar Pasang Surut Kepulauan Indonesia yang dikeluarkan oleh
Dinas Hidro Oseanografi TNI-AL tahun 2007 untuk wilayah Provinsi Maluku Utara
maka lebar jalur hijau yang ideal adalah 317 meter. (Lampiran 4).
terndapat dilakukan dengan beberapa cara seperti : (1). Pendekatan intensif dan
pembuatan dan penegakan aturan : pertama sekali harus diketahui kepada siapa
memanfaatkan dan sering ke daerah pantai dan ke lokasi penanaman, serta bentuk
mereka di masa mendatang. Kemudian mereka diajak serta dan dilibatkan dalam
pengawasan dan pemeliharaan tanaman. Bagi para pendatang dari luar, sebaiknya
dari teguran sampai dengan denda, serta dikuatkan oleh desa. Juga kelompok
didorong untuk aktif melakukan sistem pengawasan mandiri. (2). Memperlebar jarak
tanam.
40