You are on page 1of 10

UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok pada Mata Kuliah

"Hadist"

Disusun oleh :

Kelompok II

Ahmad Hawari : 092300771

Fardiansyah : 092300763

TBI – E

Fakultas Tarbiyah dan Adab

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

“SULTAN MAULANA HASANUDDIN” BANTEN 2009


Pelestarian Lingkungan Hidup menurut Islam

Islam adalah Diin yang Syaamil (Integral), Kaamil (Sempurna) dan Mutakaamil
(Menyempurnakan semua sistem yang lain), karena ia adalah sistem hidup yang
diturunkan oleh Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana, hal ini didasarkan pada
firman ALLAH SWT : "Pada hari ini Aku sempurnakan bagimu agamamu dan AKU
cukupkan atasmu nikmatku, dan Aku ridhai Islam sebagai aturan hidupmu." (QS. 5 : 3).
Oleh karena itu aturan Islam haruslah mencakup semua sisi yang dibutuhkan oleh
manusia dalam kehidupannya. Demikian tinggi, indah dan terperinci aturan Sang Maha
Rahman dan Rahim ini, sehingga bukan hanya mencakup aturan bagi sesama manusia
saja, melainkan juga terhadap alam dan lingkungan hidupnya.
Pelestarian alam dan lingkungan hidup ini tak terlepas dari peran manusia, sebagai
khalifah di muka bumi, sebagaimana yang disebut dalam QS Al-Baqarah: 30 (“Dan
(ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan
khalifah di bumi.”…). Arti khalifah di sini adalah: “seseorang yang diberi kedudukan oleh
Allah untuk mengelola suatu wilayah, ia berkewajiban untuk menciptakan suatu
masyarakat yang hubungannya dengan Allah baik, kehidupan masyarakatnya harmonis,
dan agama, akal dan budayanya terpelihara”. Di samping itu, Surat Ar-Rahman,
khususnya ayat 1-12, adalah ayat yang luar biasa indah untuk menggambarkan
penciptaan alam semesta dan tugas manusia sebagai khalifah.
Ayat ini ditafsirkan secara lebih spesifik oleh Sayyed Hossein Nasr, dosen studi Islam di
George Washington University, Amerika Serikat.  dalam dua bukunya “Man and Nature
(1990)” dan “Religion and the Environmental Crisis (1993)”, yang disajikan sebagai berikut:
“……Man therefore occupies a particular position in this world. He is at the axis and centre
of the cosmic milieu at once the master and custodian of nature. By being taught the
names of all things he gains domination over them, but he is given this power only
because he is the vicegerent (khalifah.) of God on earth and the instrument of His Will.
Man is given the right to dominate over nature only by virtue of his theomorphic make up,
not as a rebel against heaven.” Jelaslah bahwa tugas manusia, terutama muslim/muslimah
di muka bumi ini adalah sebagai khalifah (pemimpin) dan sebagai wakil Allah dalam
memelihara bumi (mengelola lingkungan hidup).
Allah telah memberikan tuntunan dalam Al-Quran tentang lingkungan hidup. Karena waktu
perenungan, hanya beberapa dalil saja yang diulas sebagai landasan untuk merumuskan
teori tentang lingkungan hidup menurut ajaran Islam.
Dua dalil pertama pembuka diskusi ini bersumber pada Surat Al An’aam 101 dan Al
Baqarah 30.

Dalil pertama adalah: “Allah pencipta langit dan bumi (alam semesta) dan hanya Dialah 
sumber  pengetahuannya”. Lalu dalil kedua menyatakan bahwa manusia diciptakan untuk
menjadi khalifah di muka bumi ini. Perlu dijelaskan bahwa menjadi khalifah di muka bumi
itu bukan sesuatu yang otomatis didapat ketika manusia lahir ke bumi. Manusia harus
membuktikan dulu kapasitasnya sebelum dianggap layak untuk menjadi khafilah.

Seperti halnya dalil pertama, dalil ke tiga ini menyangkut tauhid. Hope dan Young (1994)
berpendapat bahwa tauhid adalah salah satu kunci untuk memahami masalah lingkungan
hidup. Tauhid adalah pengakuan kepada ke-esa-an Allah serta pengakuan bahwa Dia-lah
pencipta alam semesta ini. Perhatikan firman Allah dalam Surat Al An’aam 79:
“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan
bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-
orang yang mempersekutukan  Tuhan”

Dalil ke empat adalah mengenai keteraturan sebagai kerangka penciptaan alam semesta
seperti firman Allah dalam Surat Al An’aam, dengan arti sebagai berikut, “Segala puji bagi
Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, dan mengadakan gelap dan terang..”

Adapun dalil ke lima dapat ditemukan dalam Surat Hud 7 yang menjelaskan maksud dari
penciptaan alam semesta, “Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa,….Dia menguji siapakah diantara kamu yang lebih baik amalnya.”
Itulah salah satu tujuan penciptaan lingkungan hidup yaitu agar manusia dapat berusaha
dan beramal sehingga tampak diantara mereka siapa yang taat dan patuh kepada Allah.
Dalil ke enam adalah kewajiban bagi manusia untuk selalu tunduk kepada Allah sebagai
maha pemelihara alam semesta ini. Perintah ini jelas tertulis dalam Surat Al An’aam 102
yaitu, “..Dialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu,
maka sembahlah Dia; dan Dia adalah pemelihara segala sesuatu”

Dalil ke tujuh adalah penjabaran lanjut dari dalil kedua yang mewajibkan manusia untuk

melestarikan lingkungan hidup. Adapun rujukan dari dalil ini adalah Surat Al A’raaf 56
diterjemahkan sebagai berikut;

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya
dan berdoalah kepadaNya……..” Selanjutnya dalil ke delapan mengurai tugas lebih rinci
untuk manusia, yaitu menjaga keseimbangan lingkungan hidup, seperti yang
difirmankanNya dalam surat Al Hijr 19, ” Dan kami telah  menghamparkan bumi dan
menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu
menurut ukuran.”

Dalil ke sembilan menunjukkan bahwa proses perubahan diciptakan untuk memelihara


keberlanjutan (sustainability) bumi. Proses ini dikenal dalam literatur barat sebagai: siklus
Hidrologi.

Dalil ini bersumber dari beberapa firman Allah seperti Surat Ar Ruum 48, Surat An Nuur
43, Surat Al A’raaf 57, Surat An Nabaa’ 14-16, Surat Al Waaqi’ah 68-70, dan beberapa
Surat/Ayat lainnya. Penjelasan mengenai siklus hidrologi dalam berbagai firman Allah
merupakan pertanda bahwa manusia wajib mempelajarinya. Perhatikan isi Surat Ar Ruum:
48 dengan uraian siklus hidrologi berikut ini. Hujan seharusnya membawa kegembiraaan
karena menyuburkan tanah dan merupakan sumber kehidupan.

Surat Ar Ruum 48 Siklus hidrologi

Mencakup proses evaporasi, kondensasi, hujan, dan aliran air ke sungai/danau/laut, Al-
Qur’an dengan sangat jelas menjabarkannya. Evaporasi, adalah naiknya uap air ke udara.
Molekul air tersebut kemudian mengalami pendinginan yang disebut dengan kondensasi.
Kemudian terjadi peningkatan suhu udara, yang menciptakan hujan. Air hujan tersebut
menyuburkan bumi dan kemudian kembali ke badan air (sungai, danau atau laut.

Ini dengan jelas digambarkan dalam Al-Qur’an surat ar-Ruum:48 yang berbunyi;

 “Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah
membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya
bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan
itu turun mengenai hambahamba-Nya yang dikehendakinya, tiba-tiba mereka menjadi
gembira.”

Sebagai khalifah, sudah tentu manusia harus bersih jasmani dan rohaninya. Inilah inti dari
dalil ke sepuluh bahwa kebersihan jasmani merupakan bagian integral dari kebersihan
rohani.

Merujuk pada Surat Al-Baqarah 222; “ ….sesungguhnya Allah senang kepada orang yang
bertobat, dan senang kepada orang yang membersihkan diri. ” Serta Surat Al-Muddatstsir
4-5;  “..dan bersihkan pakaianmu serta tinggalkan segala perbuatan dosa .”

Meski slogan yang dikenal umum seperti “kebersihan adalah sebagian dari iman”, banyak
diakui sebagai hadis dhaif, namun demikian, Rasulluah S.A.W. bersabda bahwa iman
terdiri dari 70 tingkatan: yang tertinggi adalah pernyataan “tiada Tuhan selain Allah” dan
yang terendah adalah menjaga kerbersihan. Jadi, memelihara lingkungan hidup adalah
menjadi bagian integral dari tingkat keimanan seseorang. Khususnya beragama Islam.

Mengutip disertasi Abdillah (2001), Surat Luqman ayat 20 Allah berfirman, “ Tidakkah kau
cermati bahwa Allah telah menjadikan sumber daya alam dan lingkungan sebagai daya
dukung lingkungan bagi kehidupanmu secara optimum. Entah demikian, masih saja ada
sebagian manusia yang mempertanyakan kekuasaan Allah secara sembrono. Yakni
mempertanyakan tanpa alasan ilmiah, landasan etik dan referensi memadai.”

Selain itu, Abdillah juga mengutip bahwa manusia harus mempunyai ketajaman nalar,
sebagai prasyarat untuk mampu memelihara lingkungan hidup. Hal ini bisa dilihat Surat Al
Jaatsiyah 13 sebagai berikut; “Dan Allah telah menjadikan sumber daya alam dan
lingkungan sebagai daya dukung lingkungan bagi kehidupan manusia. Yang demikian
hanya ditangkap oleh orang-orang yang memiliki daya nalar memadai.”

Dalil-dalil di atas adalah pondasi dari teori pengelolaan lingkungan hidup yang dikenal
dengan nama “Teorema Alim” yang dirumuskan sebagai berikut:

Misi manusia sebagai khalifah di muka bumi adalah memelihara lingkungan hidup,
dilandasi dengan visi bahwa manusia harus lebih mendekatkan diri pada Allah.  Perangkat
utama dari misi ini adalah kelembagaan, penelitian, dan keahlian. Adapun tolok ukur
pencapaian misi ini adalah mutu lingkungan. Berdasarkan “Teorema Alim” ini, kerusakan
lingkungkan adalah cerminan dari turunnya kadar keimanan manusia.

Rasulullah S.A.W. dan para sahabat telah memberikan teladan pengelolaan lingkungan
hidup yang mengacu kepada tauhid dan keimanan. Seperti yang dilaporkan Sir Thomas
Arnold (1931) bahwa Islam mengutamakan kebersihan sebagai standar lingkungan hidup.
Standar inilah yang mempengaruhi pembangunan kota Cordoba. Menjadikan kota ini
memiliki tingkat peradaban tertinggi di Eropa pada masa itu. Kota dengan 70 perpustakaan
yang berisi ratusan ribu koleksi buku, 900 tempat pemandian umum, serta pusatnya
segala macam profesi tercanggih pada masa itu. Kebersihan dan keindahan kota tersebut
menjadi standar pembangunan kota lain di Eropa.

Contoh lain adalah inovasi rumah sakit dan manajemennya (Arnold, 1931). Pada masa itu
manajemen rumah sakit sudah sedemikian canggihnya sebagai pusat perawatan dan juga
pusat pendidikan calon-calon dokter. Rumah sakit tersebut sudah memiliki ahli bedah, ahli
mata, dokter umum, perawat, dan administrator. Tercatat 34 rumah sakit yang tersebar
dari Persia ke Maroko serta dari Siria Utara sampai ke Mesir. Rumah sakit pertama yang
berdiri di Kairo pada tahun 872 Masehi, bahkan beroperasi selama 700 tahun kemudian.
Inovasi bidang kesehatan ini bahkan berkembang sampai pada penemuan ambulan atau
menurut Arnold (1931) sebagai “traveling hospital”.

 Teorema Alim ini mengandung dua unsur yaitu misi dan tolok ukur. Misi dapat diemban
apabila diiringi visi mendekatkan diri pada Allah dan dibekali ketajaman nalar, yaitu
kelembagaan, keahlian, dan kegiatan. Tolok ukur yang jelas adalah mutu lingkungan hidup
di Indonesia sebagai  rambu-rambu untuk menilai keberhasilan pelaksanaan misi manusia
yaitu mencegah bumi dari kerusakan lingkungan.

Dapat dikatakan Indonesia telah memiliki perangkat yang cukup untuk mencapai misi yaitu
kelembagaan dalam bidang lingkungan hidup (Menteri Negara Lingkungan Hidup, Pusat
Studi Lingkungan Hidup, dan lainnya), tak terbilang jumlah doktor yang mendalami ilmu
lingkungan, serta intensitas yang tinggi dalam penelitian lingkungan. Namun simaklah
sekali lagi berbagai persoalan lingkungan hidup di Indonesia berikut ini. Menatap langit di
sepanjang jalan Sudirman, seorang awam sudah tahu bahwa udara Jakarta memang
beracun. Penyakitpun datang silih berganti, dan kali ini penyakit mematikan seperti HIV,
SAR, demam berdarah, dan flu burung berjangkit di mana-mana.

Terlebih lagi air sungai sungguh sangat kotor karena pembuangan sampah padat. Sungai
Ciliwung, misalnya, setiap hari menampung 1,400 M3 sampah (Kompas, 1996). Hal ini
berarti bahwa kurang lebih 200-400 truk membuang sampah padat ke sungai tersebut
setiap harinya! Pelayanan air minum juga sangat rendah. Alim (2005) melaporkan bahwa
baru sekitar 40 persen penduduk mendapat pelayanan air bersih, dan dari total volume air
yang disalurkan hanya 20% yang layak digunakan karena umumnya air yang sampai ke
rumah masih berlumpur.

Hal ini diperburuk oleh kondisi pemerintahan di Indonesia karena aparat yang ingkar
amanah. Salah satu contoh kebohongan pemerintah adalah kasus kebakaran hutan.
Soentoro (1997) melaporkan bahwa kebakaran hutan yang terjadi pada tahun 1997 telah
menghanguskan 1 juta hektar hutan, nyatanya pemerintah melaporkan 300,000 hektar
saja. Masalah tidak transparannya birokrasi sudah lama mengganjal jalannya roda
pemerintahan.
Sudah jelas bahwa ketajaman nalar yang tidak diiringi oleh kadar keimanan tinggi serta
jauhnya umat Islam dari Allah, telah menciptakan masalah lingkungan hidup.

Menyadari runyamnya masalah lingkungan hidup, langkah pertama pemecahannya adalah


peningkatan “ukhuwah” (kerjasama) antar ilmuwan dan alim-ulama agar bahu-membahu
mampu mengemban amanat Allah untuk memelihara bumi. Salah satu hasil kerjasama

tersebut adalah program pelatihan bagi para tokoh agama untuk memperdalam wawasan
lingkungan hidup. Solusi jangka pendek lainnya adalah penyusunan program
pemeliharaan lingkungan sebagai materi khutbah jumat, serta penerbitan fatwa untuk
menghentikan pencemaran sungai.

Untuk jangka panjang perlu digarap sektor pendidikan dimana perlu dikembangkan bidang
ilmu ataupun kurikulum yang menjadian ilmu pelestarian lingkungan hidup adalah bagian
integral dari kajian ajaran Islam. Pengembangan disiplin ini juga perlu mempertimbangkan
ukhuwah yang bersifat internasional, karena persoalan lingkungan hidup juga telah
membebani negara muslim lainnya. Dengan pendidikan akan tumbuh kesadaran bahwa
lingkungan hidup bukan bidang yang menjadi monopoli peradaban barat, tetapi merupakan
bagian integral dari keimanan.

Salah satu contoh pendekatan pelestarian lingkungan melalui Al-Qur’an dan Al-Hadits
yang berhasil adalah di Tanzania. Bekerjasama dengan CARE-organisasi bantuan untuk
memberantas kemiskinan di dunia-IFEES menggelar pertemuan dengan para pemuka
agama dan para nelayan untuk mendiskusikan bagaimana hubungan antara ayat-ayat
yang ada dalam al-Quran dengan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan.
Dengan menggunakan ayat-ayat al-Quran serta hadist, mereka berusaha meyakinkan
para nelayan untuk tidak lagi menggunakan dinamit, jala dan tombak ketika menangkap
ikan.

IFEES juga bekerjasama dengan Misali Island Conservation (MICA)-lembaga yang


bergerak dalam perlindungan terumbu karang-untuk melatih para imam-imam masjid di
Tanzania agar mampu menyampaikan pesan tentang pentingnya menjaga kelestarian
lingkungan lewat khutbah-khutbah Jumat mereka. IFEES yang berbasis di Inggris, adalah
salah satu organisasi yang pada tahun 1998 meluncurkan proyek penyadaran kelestarian
lingkungan dengan menggunakan basis ajaran Islam. "Kami mencari ajaran-ajaran yang
sudah terlupakan itu dan mengumpulkannya kembali dalam bentuk yang modern, " kata
Khalid.

"Saya sekarang tahu bahwa cara saya menangkap ikan selama ini sudah merusak
lingkungan. Konservasi ini bukan dari mzungu (kata untuk menyebut orang kulit putih
dalam bahasa Swahili, yang digunakan di seluruh Afrika Timur- red), tapi dari al-Quran, "
ujar Salim Haji, seorang nelayan di sebuah pulau kecil. Proyek ini membuahkan hasil
setahun setelah diluncurkan, terutama di Misali dan kepulauan Zanzibar yang didominasi
warga Muslim. Saat ini, banyak nelayan di Misali yang sudah mengganti alat penangkap
ikannya dengan alat yang lebih ramah lingkungan dan tidak bertentangan dengan ajaran
Islam.
DAFTAR PUSTAKA

Nabiel Fuad Al-Musawa. Islam dan Lingkungan Hidup, Kota Santri.com, Publikasi 13-05-
2005 @ 18:06

Quraish Shihab, MEMBUMIKAN AL-QURAN Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, Penerbit Mizan, Cetakan 13, 1996

Fazlun M. Khalid, pendiri Islamic Foundation for Ecology and Environmental Sciences
(IFEES) di Birmingham, Inggris. Islam dan Lingkungan Hidup , Green Press Network, 20
November 2007

Yusmin Alim, MSc. Lingkungan dan Kadar Iman Kita , Hidayatullah.com, 27 Juni 2006

Yusmin Alim, MSc. Lingkungan dan Aksioma Kerakusan, Hidayatullah.com, 4 Juli 2006

Al-Quran dan Hadist Terbukti Ampuh Menjaga Kelestarian Lingkungan Hidup , Eramuslim,
1 November 2007

You might also like