Professional Documents
Culture Documents
PRESENTASI KASUS
Universitas Andalas
Oleh:
Pembimbing :
Dr. H. Pelsi Sulaini, SpOG (K)
Sampai saat ini, masih belum ada ketentuan dan kesepakatan yang
pasti mengenai penatalaksanaan kehamilan postterm. Masalah yang
sering dihadapi pada pengelolaan kehamilan postterm adalah perkiraan
usia kehamilan yang tidak selalu dapat ditentukan dengan tepat sehingga
janin bisa saja belum matur sebagaimana yang diperkirakan.
Ketidakakuratan penentuan usia kehamilan akan menyulitkan kita untuk
menentukan apakah janin akan terus hidup atau sebaliknya mengalami
morbiditas bahkan mortilitas bila tetap berada dalam rahim. [ CITATION Moc
\l 1057 ]
1
Masalah lain dalam penatalaksanaan kasus kehamilan postterm adalah
karena pada sebagian besar pasien (±70%), saat kehamilan mencapai 42
minggu, didapatkan serviks belum matang/unfavourable dengan nilai
Bishop yang rendah sehingga tingkat keberhasilan induksi menjadi
rendah. Sementara itu, persalinan yang berlarut-larut akan sangat
merugikan bayi postmatur. Oleh sebab itu, masih menjadi kontroversi
sampai saat ini apakah pada kehamilan postterm langsung dilakukan
terminasi/induksi atau dilakukan penanganan ekspektatif sambil dilakukan
pemantauan kesejahteraan janin.[ CITATION Moc \l 1057 ]
Pada makalah ini akan dilaporkan sebuah kasus dari seorang pasien
berusia 23 tahun yang didiagnosa dengan G 1P0A0H0 gravid postterm 42-43
minggu. Selama penanganan ekspektatif, pasien didiagnosa mengalami
oligohidramnion dan kehamilannya diterminasi dengan drip induksi.
Induksi akhirnya berhasil dan pasien melahirkan seorang bayi laki-laki
dengan berat badan 2858 gr, panjang badan 48 cm, serta skor APGAR
7/8. Namun demikian, tidak ditemukan tanda-tanda postmaturitas dari
penampilan fisik janin pada masa postpartum. Pembahasan dalam
makalah ini akan dititikberatkan pada rumusan masalah sebagai berikut:
A. Identitas
B. Keluhan Utama
3
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak pernah menderita penyakit jantung, paru, hati, ginjal, DM, dan
hipertensi
G. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Ku Kes Td N R T Tb Bb
Sedang CMC 120/70 80 20 Af 155 57
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher : JVP 5 – 2 cmH2O, tiroid tak membesar
Toraks : cor dan pulmo status interna
Abdomen : status obstetrikus
Genitalia : status obstetrikus
Ekstermitas : edema (-/-), refleks fisiologis (+/+), refleks patologis
(-/-)
Status Obstetrikus
Abdomen
Inspeksi : Membuncit sesuai usia kehamilan aterm, sikatriks (-)
Palpasi
- L1 : Fundus uteri teraba 3 jari di bawah prosessus
xiphoedeus. Teraba massa besar, lunak, nodular.
- L2 : Teraba tahanan terbesar di sebelah kiri. Teraba
bagian-bagian kecil di sebelah kanan
- L3 : Teraba massa keras terfiksir
- L4 : Bagian terbawah janin sudah masuk PAP
- TFU = 32 cm; TBA = 2945 gr; His = (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal; BJA = 140 x/mnt
Genitalia
Inspeksi : V/U tenang
Vaginal toucher
- Φ tidak ada
- Porsio tebal 1,5 cm, posterior, kaku
- Ketuban sulit dinilai
- Teraba kepala HI-II
Ukuran panggul dalam:
- Promontorium sulit dinilai
- Linea inominata sulit dinilai
- Os. Sacrum cekung
- DSP lurus
- Spina ischiadika tidak menonjol
- Os. Coccygeus mudah digerakkan
- Arcus pubis ˃ 90°
Ukuran Panggul Luar: Distantia inter tuberosa dapat dilewati satu
tinju dewasa (˃10,5 cm)
Kesan : Panggul luas
H. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 11/03/10
USG
Janin hidup tunggal intra uterin letak sungsang
Aktifitas gerak janin baik
Biometri: BPD (8,5); FL (5,8); HL (5,6); AC (28,0); TBA (2000-2100);
AFI (10,2)
Plasenta tertanam di korpus depan grade I-II
Kesan : Gravid sesuai biometri 31-32 minggu, janin hidup
Sikap
Kontrol ulang 4 minggu lagi
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Tanggal 09/04/10
USG
Janin hidup tunggal intra uterin letak kepala
Aktifitas gerak janin baik
Biometri: BPD (9,1); FL (7,2); HL (6,2); AC (32,0); TBA (2900-3000);
AFI (10,6)
Plasenta tertanam di korpus depan grade II-III
Kesan : Gravid aterm, janin hidup
CTG
Baseline : 130-140 dpm
Variabilitas : 5-15 dpm
Akselerasi : (+)
Deselerasi : (-)
Gerak janin : (+)
Kontraksi : (-)
Kesan : CTG reaktif
Sikap
Kontrol ulang 3 hari lagi
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Tanggal 12/04/10
USG
Janin hidup tunggal intra uterin letak kepala
Aktifitas gerak janin baik
Biometri: BPD (9,1); FL (7,2); HL (6,2); AC (32,6); TBA (2900-3000);
AFI (10,2)
Plasenta tertanam di korpus depan grade II-III
Kesan : Gravid aterm, janin hidup
Sikap
Kontrol ulang 3 hari lagi
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Tanggal 15/04/10
CTG
Baseline : 140-150 dpm
Variabilitas : 5-10 dpm
Akselerasi : (+)
Deselerasi : (-)
Gerak janin : (+)
Kontraksi : (-)
Kesan : CTG reaktif
Sikap
Kontrol ulang 2 hari lagi
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Tanggal 17/04/10
CTG
Baseline : 130-140 dpm
Variabilitas : 5-10 dpm
Akselerasi : (+)
Deselerasi : (-)
Gerak janin : (+)
Kontraksi : (-)
Kesan : CTG reaktif
Lapor Konsulen Resti
Advis:
Ulang CTG tiga hari lagi
Bila gerak anak dirasakan berkurang atau keluar air-air banyak dari
kemaluan, pasien datang ke IGD
Sikap
Kontrol ulang 3 hari lagi
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Tanggal 20/04/10
CTG
Baseline : 130-140 dpm
Variabilitas : 5-10 dpm
Akselerasi : (+)
Deselerasi : (-)
Gerak janin : (+)
Kontraksi : (-)
Kesan : CTG reaktif
Advis:
Periksa AFI → AFI 3,9
Kesan : Oligohidramnion
Sikap
Terminasi kehamilan dengan drip induksi
Darah Rutin
Hb : 10,3 gr/dl Leukosit : 9.300/mm3
Hematokrit : 32 % Trombosit : 234.000/mm3
I. Diagnosa
J. Sikap
K. Rencana
Partus pervaginam
L. Perjalanan Penyakit
Tanggal : 20/04/10
Anamnesa:
Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (-)
Gerak anak (+)
Pemeriksaan fisik:
Ku Kes Td N R T His BJA
Sedan CMC 110/7 80 22 Af (-) 144
g 0
Genitalia
Inspeksi : V/U tenang
Vaginal toucher
- ϕ tidak ada
- porsio tebal 1,5 cm, posterior, kaku
- Ketuban sulit dinilai
- Teraba kepala HI-II
Diagnosa
G1P0A0H0 gravida postterm 42-43 minggu + oligohidramnion + selesai
induksi hari I
Anak hidup tunggal intrauterin letak kepala H I-II
Sikap
Kontrol KU, VS, BJA
Istirahat 24 jam
CTG fetomaternal
Lanjutkan drip induksi hari II
Rencana
Partus pervaginam
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Tanggal : 21/04/10
CTG
Baseline : 130-140 dpm
Variabilitas : 5-10 dpm
Akselerasi : (+)
Deselerasi : (-)
Gerak janin : (+)
Kontraksi : 7-8’/15”/L
Kesan : CTG reaktif
Anamnesa:
Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (-)
Gerak anak (+)
Pemeriksaan fisik:
Ku Kes Td N R T His BJA
Sedan CMC 110/7 82 20 Af (-) 140
g 0
Genitalia
Inspeksi : V/U tenang
Vaginal toucher
- ϕ tidak ada
- porsio tebal 1,5 cm, posterior, kaku
- Ketuban sulit dinilai
- Teraba kepala HI-II
Diagnosa
G1P0A0H0 gravida postterm 42-43 minggu + oligohidramnion + selesai
induksi hari I
Anak hidup tunggal intrauterin letak kepala H I-II
Sikap
Kontrol KU, VS, BJA
Drip induksi hari II
Dimulai drip induksi hari II kolf I dengan 5 i.u oksitosin dalam 500 cc RL
dengan tetesan awal 10 tetes/menit dinaikkan 5 tetes/menit sampai his
adekuat (maksimal 60 tetes/menit)
Pukul: 11.45 WIB
Selesai drip induksi hari II kolf I
Anamnesa:
Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (-)
Gerak anak (+)
Pemeriksaan fisik:
Ku Kes Td N R T His BJA
Sedan CMC 110/7 84 20 Af (-) 144
g 0
Genitalia
Inspeksi : V/U tenang
Vaginal toucher
- ϕ tidak ada
- porsio tebal 1,5 cm, posterior, sedang
- Ketuban sulit dinilai
- Teraba kepala HI-II
Diagnosa
G1P0A0H0 gravida postterm 42-43 minggu + oligohidramnion + selesai
induksi hari II
Anak hidup tunggal intrauterin letak kepala H I-II
Sikap
Kontrol KU, VS, BJA
Istirahat 24 jam
Lanjutkan drip induksi hari III
Rencana
Partus pervaginam
Lapor konsulen fetomaternal → advis: istirahat 24 jam, lanjutkan drip
induksi hari III (24/04/10)
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Tanggal : 23/04/10
Anamnesa:
Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (-)
Gerak anak (+)
Pemeriksaan fisik:
Ku Kes Td N R T His BJA
Sedan CMC 110/8 82 20 Af (-) 140
g 0
Genitalia
Inspeksi : V/U tenang
Vaginal toucher
- ϕ tidak ada
- porsio tebal 1,5 cm, posterior, sedang
- Ketuban sulit dinilai
- Teraba kepala HI-II
Diagnosa
G1P0A0H0 gravida postterm 42-43 minggu + oligohidramnion + selesai
induksi hari II
Anak hidup tunggal intrauterin letak kepala H I-II
Sikap
Kontrol KU, VS, BJA
Istirahat 24 jam
Drip induksi hari III besok
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Tanggal : 24/04/10
Anamnesa:
Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (-)
Gerak anak (+)
Pemeriksaan fisik:
Ku Kes Td N R T His BJA
Sedan CMC 110/8 82 20 Af (-) 140
g 0
Genitalia
Inspeksi : V/U tenang
Vaginal toucher
- ϕ tidak ada
- porsio tebal 1,5 cm, posterior, sedang
- Ketuban sulit dinilai
- Teraba kepala HI-II
Diagnosa
G1P0A0H0 gravida postterm 42-43 minggu + oligohidramnion + selesai
induksi hari II
Anak hidup tunggal intrauterin letak kepala H I-II
Sikap
Kontrol KU, VS, BJA
Istirahat 24 jam
Drip induksi hari III
Dimulai drip induksi hari III kolf I dengan 5 i.u oksitosin dalam 500 cc RL
dengan tetesan awal 10 tetes/menit dinaikkan 5 tetes/menit sampai his
adekuat (maksimal 60 tetes/menit)
Pukul: 10.45 WIB
Selesai drip induksi hari III kolf I
Anamnesa:
Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (+)
Gerak anak (+)
Pemeriksaan fisik:
Ku Kes Td N R T His BJA
Sedan CM 120/7 82 20 A 5-6”/30”/S 140
g C 0 f
Genitalia
Inspeksi : V/U tenang
Vaginal toucher
- ϕ 2-3 cm
- Ketuban (+)
- Teraba kepala SS melintang HI-II
Diagnosa
G1P0A0H0 gravida postterm 42-43 minggu kala I fase laten
Anak hidup tunggal intrauterin letak kepala SS melintang H I-II
Sikap
Kontrol KU, VS, His, BJA
Lanjutkan drip induksi hari III kolf II
Rencana
Partus pervaginam
Dimulai drip induksi hari III kolf II dengan 10 i.u oksitosin dalam 500 cc
RL dengan tetesan 30 tetes/menit konstan
Anamnesa:
Keluar air yang banyak dari kemaluan, warna jernih
Pasien merasa kesakitan dan ingin mengedan
Gerak anak (+)
Pemeriksaan fisik:
Ku Kes Td N R T His BJA
Sedan CMC 120/7 88 22 Af 2-3”/55”/K 140
g 0
Genitalia
Inspeksi : V/U tenang
Vaginal toucher
- ϕ lengkap
- Ketuban (-) sisa jernih
- Teraba kepala UUK depan HIII-IV
Diagnosa
G1P0A0H0 gravida postterm 42-43 minggu kala II
Anak hidup tunggal intrauterin letak kepala UUK depan H III-IV
Sikap
Kontrol KU, VS, His, BJA
Pimpin mengedan
Rencana
Partus pervaginam
Laporan partus
Pukul: 13.00
Lahir bayi ♂ (LK) secara spontan dengan BB = 2858 gr, PB = 48 cm,
A/S = 7/8. Tidak ditemukan tanda-tanda postmaturitas. Plasenta lahir
spontan. Lahir lengkap, 1 buah, berat dan ukuran dalam batas normal,
insersi parasentral. Luka episiotomi dijahit dan dirawat. Perdarahan
selama persalinan ± 80 cc.
Diagnosa
P1A0H1 post partus postmaturus spontan
Ibu dan anak baik
Sikap
Awasi kala IV
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Tanggal: 25/04/10
Pukul: 07.30
Anamnesa:
Demam (-), nyeri perut (-), BAK (+), BAB (-)
Pemeriksaan fisik:
Ku Kes Td N R T
Sedan CMC 110/7 80 20 Af
g 0
Mata : konjungtiva tak anemis, sklera tak ikterik
Abdomen
- Inspeksi : perut tampak sedikit membuncit
- Palpasi : FUT 3 jari di bawah pusat, kontraksi baik
- Perkusi : timpani
- Auskultasi : BU (+) normal
Genitalia
Inspeksi : V/U tenang
Diagnosa
G1P0A0H0 post partus postmaturus spontan nifas hari ke I
Anak baik – ibu baik
Sikap
Kontrol KU, VS, PPV
Mobilisasi
Breast care
Diet TKTP
Vulva higiene
Rencana
Pulang
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
25
menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga
kehamilan berlangsung lewat bulan.[ CITATION Moc \l 1057 ]
4. Treori syaraf uterus. Berdasarkan teori ini, diduga kehamilan
postterm terjadi pada keadaan tidak terdapatnya tekanan pada
ganglion servikalis, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek,
dan masih tingginya bagian terbawah janin.[ CITATION Moc \l 1057
]
5. Teori heriditer. Pengaruh herediter terhadap insidensi kehamilan
postterm telah dibuktikan pada beberapa penelitian sebelumnya.
Kitska et al (2007) menyatakan dalam hasil penelitiannya bahwa
seorang ibu yang pernah mengami kehamilan postterm akan
memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kehamilan postterm
pada kehamilan berikutnya. Hasil penelitian ini memunculkan
kemungkinan bahwa kehamilan postterm juga dipengaruhi oleh
faktor genetik. [ CITATION Zac07 \l 1057 ]
1. Riwayat haid
2. Oligohidramnion
2. Induksi persalinan
Kehamilan postterm merupakan keadaan klinis yang sering
menjadi indikasi untuk pelaksanaan induksi persalinan. Induksi
persalinan menjadi salah satu prosedur medis yang paling sering
dilakukan di Amerika Serikat dengan proporsi yang meningkat dari
9% pada tahun 1989 menjadi 19% di tahun 1998. [ CITATION Hei07 \l
1057 ]
Pada makalah ini dilaporkan sebuah kasus dari seorang pasien usia
23 tahun yang masuk ke KB IGD RSMJ pada tanggal 20-04-2010 pukul
11.50 WIB kiriman poliklinik kebidanan dengan diagnosa G 1P0A0H0 gravid
postterm 42-43 minggu + oligohidramnion. Berdasarkan anamnesa, HPHT
pasien adalah tanggal 26-06-2009 dengan siklus haid teratur tiap 28 hari.
Pasien juga menyatakan belum pernah menggunakan kontrasepsi
sebelumnya. Penentuan tanggal taksiran persalinan pasien ini
berdasarkan rumus Neagle jatuh pada tanggal 03-04-2010 (usia
kehamilan 40 minggu).
45
dirawat pada tanggal 20-04-2010, usia kehamilan pasien menurut HPHT
adalah 42-43 minggu. Usia tersebut sudah termasuk ke dalam definisi
kehamilan postterm yang dirumuskan oleh American College of
Obstetricians and Gynecologists (2004), yaitu kehamilan yang
berlangsung lebih dari 42 minggu (294 hari) yang terhitung sejak hari
pertama siklus haid terakhir/HPHT.[ CITATION Cun05 \l 1057 ]
Pada kasus ini, pasien merasa telah yakin dengan HPHT-nya dan
menyatakan dalam anamnesa memiliki siklus haid yang teratur tiap 28
hari. Namun demikian, kemungkinan adanya kesalahan penentuan usia
kehamilan berdasarkan HPHT masih bisa terjadi. Hasil penelitian Savitz,
et al (2002) menunjukkan bahwa usia kehamilan yang ditentukan
berdasarkan HPHT cenderung lebih sering salah didiagnosa sebagai
kehamilan postterm dibanding dengan pemeriksaan USG, terutama akibat
ovulasi yang terlambat.
54
DAFTAR PUSTAKA
Cohn, BR, et al. 2010. Calculation of gestational age in late second and
third trimesters by ex vivo magnetic resonance spectroscopy of
amniotic fluid. Am J Obstet Gynecol. July 2010, Vol. 203, hal. 76.e1-
10.
Kistka, ZA, et al. 2007. Risk for postterm delivery after previous postterm
delivery. Am J Obstet Gynecol. March 2007, Vol. 196, hal. 241.e1-
241.e6.
Magann, EF, et al. 2004. How well do the amniotic fluid index and single
deepest pocket indices predict oligohydramnios and hydramnios?
Am J Obstet Gynecol. 2004, Vol. 190, hal. 164-9.
55
Mochtar, A B dan Krisnanto, H. 2004. Kehamilan Lewat Bulan.
[penyunt.] R. Hariadi. Ilmu Kedokteran Fetomaternal. Edisi 1.
Surabaya : Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI, 2004, Bab VI,
Bagian 58, hal. 384-391.
Oz, AU, et al. 2002. Renal Artery Doppler Investigation of the Etiology of
Oligohydramnios in Postterm Pregnancy. Am J Obstet Gynecol.
October 2002, Vol. 100, hal. 715-8.