Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Oktaviani (0706165766)
Resky Fitriyanti (0706273801)
Siti Masfufah (0706274073)
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Unit Gawat Darurat
Unit Gawat Darurat (UGD) adalah bagian terdepan dan sangat berperan di
Rumah Sakit, baik buruknya pelayanan bagian ini akan memberi kesan secara
menyeluruh terhadap pelayanan rumah sakit. Pelayanan gawat darurat
mempunyai aspek khusus karena mempertaruhkan kelangsungan hidup
seseorang. Oleh karena itu dan segi yuridis khususnya hukum kesehatan
terdapat beberapa pengecualian yang berbeda dengan keadaan biasa. Menurut
segi pendanaan, nampaknya hal itu menjadi masalah, karena dispensasi di
bidang ini sulit dilakukan. Untuk menuju pelayanan yang memuaskan dibutuhkan
sarana dan prasarana yang memadai, meliputi ruangan, alat kesehatan utama,
alat diagnostik dan alat penunjang diagnostik serta alat kesehatan untuk suatu
tindakan medik. Disamping itu juga tidak kalah pentingnya sumber daya manusia
yang memenuhi syarat, baik kuantitas maupun kualitas. Petugas yang
mempunyai pengetahuan yang tinggi, keterampilan yang andal dan tingkah laku
yang baik.
Unit Gawat Darurat berperan sebagai gerbang utama jalan masuknya
penderita gawat darurat. Kemampuan suatu fasilitas kesehatan secara
keseluruhan dalam hal kualitas dan kesiapan dalam perannya sebagai pusat
rujukan penderita dari pra rumah tercermin dari kemampuan unit ini.
Standarisasi Unit Gawat Darurat saat ini menjadi salah satu komponen penilaian
penting dalam perijinan dan akreditasi suatu rumah sakit. Penderita dari ruang
UGD dapat dirujuk ke unit perawatan intensif, ruang bedah sentral, ataupun
bangsal perawatan. Jika dibutuhkan, penderita dapat dirujuk ke rumah sakit lain.
Upaya Pertolongan terhadap penderita gawat darurat harus dipandang
sebagai satu system yang terpadu dan tidak terpecah-pecah. Sistem
mengandung pengertian adanya komponen-komponen yang saling berhubungan
dan saling mempengaruhi, mempunyai sasaran (output) serta dampak yang
diinginkan (outcome). Sistem yang bagus juga harus dapat diukur dengan
melalui proses evaluasi atau umpan balik yang berkelanjutan.
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
PERTAMINA JAYA
A. Profil
C. Deskripsi Organisasi
Rumah Sakit Pertamina Jaya (RSP Jaya) adalah salah satu unit operasi dari
PT. PERTAMINA BINA MEDIKA (PERTAMEDIKA) yang telah beroperasi sejak 2 April
1979. Awalnya RSP Jaya merupakan bagian dari organisasi PERTAMINA, yaitu
Bagian Kesehatan PERTAMINA. Pada tanggal 16 Mei 2000 dibentuk PT RSPP
sebagai anak perusahaan PERTAMINA, dimana RSP Jaya merupakan salah satu
unit usahanya. Pada tanggal 8 Agustus 2002 PT RSPP berubah nama menjadi PT
Pertamina Bina Medika (PERTAMEDIKA).
RS Pertamina Jaya berlokasi di Cempaka Putih, Jakarta Pusat, diapit kawasan
bisnis dan hunian yaitu Kelapa Gading, Jakarta Utara dan Jakarta Timur. RSP Jaya
mempunyai 3 lantai, merupakan rumah sakit type madya menempati area
kurang lebih seluas 5.000 meter2, yang mengedepankan kepuasan pelanggan,
mitra dan stakeholder. Sebagai bagian dari PERTAMEDIKA, RSP Jaya mempunyai
keunggulan yaitu adanya jejaring dengan klinik-klinik Pertamedika Medical
Centre (PMC) dan RS Pusat Pertamina (RSPP) sebagai pusat rujukan. Meskipun
tetap mengemban tugas utama untuk melayani masyarakat PERTAMINA, RSP
Jaya juga memberikan pelayanan kepada masyarakat umum lainnya dengan tarif
kompetitif yang terjangkau.
Upaya menjaga mutu dan kepercayaan pelanggan dilaksanakan dengan
mengikuti proses akreditasi rumah sakit dari Departemen Kesehatan, dimana
RSP Jaya telah tiga kali mengikutinya sejak tahun 1997. Pada tahun 2005 RSP
Jaya telah memperoleh Sertifikasi Akreditasi Rumah Sakit Penuh Tingkat Lengkap
(16 Layanan). Untuk pelayanan MCU, telah memperoleh Sertifikasi International
Pemeriksaan Kesehatan untuk Pelayaran/Pelaut. Demikian juga dalam bidang
K3LL telah memperoleh penghargaan dari PT PERTAMINA sebagai Rumah Sakit
yang berprestasi dalam pengelolaan aspek K3LL.Disamping itu RSP Jaya juga
memperoleh pujian dari banyak pengamat teknologi informasi akan sistem
komputerisasi rumah sakit yang ditandai dengan perolehan Penghargaan
Indonesia Go Open Source tahun 2004 dari Menteri Riset dan Teknologi atas
peran serta dalam pengembangan dan pemanfaatan sistem informasi rumah
sakit dengan open source di Indonesia. Pada tahun 2007 Persi Award diperoleh
RSP Jaya dalam hal inovasi efisiensi Rumah Sakit.
D. Layanan
RSP Jaya merupakan rumah sakit kecil tetapi mempunyai layanan cukup
lengkap. Layanan utama RSP Jaya adalah Layanan Rawat Jalan dan Layanan
Rawat Inap. Layanan Rawat Inap memiliki kapasitas 69 Tempat Tidur yang terdiri
atas Ruang Perawatan Umum, Rawat Gabung, ICU, Dan Kamar Bayi. Layanan
Rawat Jalan Umum merupakan salah satu mata rantai layanan untuk pelayanan
berbasis managed care.Tersedianya layanan primer di bawah satu atap sangat
memudahkan pasien untuk mendapatkan layanan secara komprehensif. Untuk
itu RSP Jaya juga memiliki Layanan Bedah, Hemodialisa, Laboratorium,
Fisioterapi, Radiologi, Apotik, Gawat Darurat 24 jam dan Layanan Pemeriksaan
Kesehatan.
Mekanisme pemberian layanan kesehatan di RSP Jaya dilakukan secara langsung
dan atau rujukan bila diperlukan tindakan atau penegakan diagnosa yang tidak
tersedia di RSP Jaya.
BAB III
PEMBAHASAN
Adanya SIM di RSPJ membuat pelayanan yang diterima oleh pasien menjadi
lebih baik. Terlihat dari beberapa contoh di atas, adanya SIM dapat
mengurangi terjadinya human error yang dapat menghambat pekerjaan dan
menimbulkan kerugian. Berkurangnya human error yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan menyebabkan kualitas pelayanan dapat meningkat.
• Kepuasaan terhadap pelayanan
F. Karakteristik Sistem
1. Terintegrasi
Data yang diolah untuk seorang user harus sama dengan data untuk user
yang lain, sehingga informasi yang dihasilkan konsisten. Dengan adanya
sistem terintergrasi data yang dientry disuatu unit dapat diterima di unit-unit
lain yang terkait, tanpa melakuakn entry data ulang. Hal ini dapat
menyebabkan proses pekerjaan berjalan dengan efektif dan pelayanan medis
dapat dilakukan dengan cepat dan akhirnya timbul kepuasaan dari pasien
terhadap pelayanan yang diberikan kepadanya.
Salah satu contoh sistem terintegrasi dapat dilihat dari data pasien yang
dientry di bagian registrasi dapat diterima oleh dokter. Saat memberikan
pelayanan medis kepada pasien, dokter juga harus mengentry data terkait
dengan pelayanan yang diberikan kepada pasien untuk keperluan rekam
medis. Resep obat yang diberikan oleh dokter juga secara otomatis diterima
oleh bagian apotek sehingga obat dapat segera diracik atau diseediakan.
Nominal uang yang harus dibayar oleh pasien juga terekam dengan baik oleh
billing system, sehingga pihak rumah sakit tidak perlu mencatat sirkulasi
keuangan secara manual. Data mengenai proses transaksi keuangan juga
dapat diterima oleh bagian keuangan dengan baik, sehingga bagian
keuangan dapat mebuat jurnal harian dengan cepat dan tepat.
Dalam memutuskan tindakan medis, dokter juga dibantu oleh adanya alert
system yang mengingatkan dokter tentang tindakan medis yang telah
diterima pasien sebelumnya, riwayat penyakt pasien, dan obat-obat yang
telah dikonsumsi oleh pasien. Alert system ini merupakan decision support
system yang didapat dari entry data yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang menangani pasien tersebut sebelumnya.
2. Cepat dan Praktis
Sistem ini harus mampu menampilkan informasi yang diminta secara
cepat dan mudah dalam penggunaannya.
3. Valid
Data yang diolah harus selalu dalam keadaan valid. Sistem harus mampu
menjaga agar perubahan pada data tidak menimbulkan kerancuan bagi user-
user yang menggunakannya.
4. Aman
Sistem harus mampu menjaga data dan informasi dari akses oleh user
yang tidak berhak. Akan tetapi sistem harus tetap fleksibel tehadap
mekanisme sharing data dan informasi.
Data pasien diatas berisi informasi dasar mengenai pasien. Gambar di atas
adalah contoh data pasien yang ditempatkan di poliklinik, namun untuk pasien
yang ditempatkan di UGD tidak jauh berbeda tampilannya, hanya ada tambahan
mengenai rujukan pasien ke kamar operasi. Ada beberapa rujukan bagi pasien
yang masuk UGD seperti kamar operasi, poli rawat jalan atau rawat inap. Setiap
data yang di entry di bagian registrasi dapat diterima oleh bagian lain yang
terkait dengan pasien tersebut, tanpa bagian lain melakukan entry data lagi. Hal
ini karena sistem informasi di RSPJ berdasarkan sistem terintegrasi, semua unit
yang berkaitan dengan seorang pasien dapat menerima data yang di entry oleh
suatu unit. Misalnya, seorang pasien di UGD, dirujuk ke kamar operasi, data
mengenai pasien yang ingin dioperasi tersebut secara otomatis dapat diterima
oleh tenaga kesehatan yang bertugas di kamar operasi. Hal ini dapat membuat
tenaga kesehatan di kamar operasi tersebut dapat menyiapkan segala sesuatu
yang berhubungan dengan operasi secara baik dan pelayanan juga dapat
diberikan dengan cepat.
Di bagain registrasi ini juga terdapat tampilan yang memberitahukan
daftar tunggu pasien tersebut. Petugas registrasi dapat menentukan secara tepat
nomor antrean pasien, sehingga kecil kemungkinan terjadi complain pasien
terhadap pelayanan yang lama karena semua pasien sudah mempunyai nomor
urutnya masing-masing untuk mendapatkan pelayanan medis. Jadi, setiap pasien
tidak dapat berbuat curang untuk mendapatkan pelayanan terlebih dahulu. Data
yang dientry oleh petugas bagian registrasi dapat diterima secara otomatis oleh
dokter di bagian poliklinik. Berikut adalah tampilan data yang diterima oleh
dokter
A. Kesimpulan
Sistem pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Pertamina Jaya sudah
menggunakan system informasi terintegrasi yang terkait dengan pelayanan di
unit UGD. Penerapan sistem terintegrasi ini dapat meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan, kinerja pegawai dan kepuasaan pasiendi rumah sakit
tersebut. Pelayanan kesehatan di UGD mencerminkan kualitas pelayanan rumah
sakit terebut secara keseluruhan. Oelh karena itu, rumah sakit harus mempunyai
sistem informasi yang baik, terutama di UGD.
B. Saran
Setiap rumah sakit seharusnya mempunyai SDM yang berkompeten di
bidang Teknologi Informasi agar dapat mengembangkan system informasi
dengan baik. Selain itu, perlu adanya kaderisasi terhadap SDM-SDM TI agar tidak
hanya bergantung ke beberapa orang dalam mengembangkan sistem informasi.
Pengembangan system informasi tidak memerlukan biaya yang mahal, tetapi
perlu didukung oleh SDM yang mampu mengembangkan system informasi secara
efisien.