You are on page 1of 23

PERAN PENDIDIK DALAM PROSES

BELAJAR MENGAJAR

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah………………………….

Oleh:
Nama : ……………………
NIM : ……………………

JURUSAN ……………………………
FAKULTAS……………………………..
……………………………………………………
2007
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Peran
Pendidik dalam Proses Belajar-Mengajar”. Makalah ini di buat dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah …………….
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih
yang tak terhingga terutama kepada :
1.
2.
3.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini,


oleh karena itu penulis mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk memperbaiki makalah ini di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat terutama bagi penulis dan
bagi pembaca pada umumnya. Akhirnya kepada Allah jugalah semuanya kita
kembalikan.

Jakarta, Desember 2007


Penulis,

…………………………
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Rumusan masalah............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan ...........................................................................2

BAB II TELAAH PUSTAKA...................................................................3


2.1 Beberapa definisi mengenai Pendidikan .........................................3
2.2 Tujuan dan Proses Pendidikan ........................................................4
2.3 Unsur-unsur Pendidikan ..................................................................5
2.4 Tugas dan Peran Guru ....................................................................6

BAB III PEMBAHASAN..........................................................................9


3.1 Peran Pendidik dalam Duni Pendidikan...........................................9
3.2 Pearan Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar.........................10
1) Peran Pendidik Sebagai Demonstrator.......................................12
2) Peran Pendidik Sebagai Pengelola Kelas...................................13
3) Peran Pendidik Sebagai Mediator/Fasilitator.............................15
4) Peran Pendidik Sebagai Evaluator.............................................16

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...................................................17


4.1 Kesimpulan......................................................................................17
4.2 Saran.................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................iii


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kunci pembangunan masa mendatang bagi bangsa indonesia adalah
pendidikan. sebab dengan pendidikan diharapkan setiap individu dapat
meningkatkan kualitas keberadaannya dan mampu berpartisipasi dalam gerak
pembangunan. Dengan pesatnya perkembangan dunia di era globalisasi
ini,terutama di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan, maka pendidikan nasional
juga harus terus-menerus dikembangkan seirama dengan zaman. Pada umumnya
sebuah sekolah dan pendidikan bertujuan pada bagaimanakehidupan manusia itu
harus ditata, sesuai dengan nilai-nilai kewajaran dankeadaban (civility). Semua
orang pasti mempunyai harapan dan cita-citabagaimana sebuah kehidupan yang
baik. Karena itu pendidikan pada gilirannyaberperan mempersiapkan setiap orang
untuk berperilaku penuh keadaban(civility). Keadaban inilah yang secara praktis
sangat dibutuhkan dalam setiapgerak dan perilaku.
Dalam undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 BAB I
Pasal 1 ayat 1 bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia sera
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selama ini
pendidikan di Indonesia masih menggunakan metode tradisional dan dikotomis
(terjadi pemisahan) antara pendidikan yang berorientasi iman dan takwa (imtak)
dengan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (iptek). Pendidikan seperti ini tidak
memadai lagi untuk merespon perkembangan masyarakat yang sangat dinamis.
Metode pendidikan yang harus diterapkan sekarang adalah dengan
mengembangkan pendidikan yang integralistik yang memadukan antara iman dan
takwa (imtak) dengan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (iptek).
Semakin melemahnya bangsa ini pasca krisis moneter yang kita alami
telah membuat Indonesia berada di urutan bawah dalam hal kualitas
pendidikannya. Minimnya sarana dan prasarana pendukung menyebabkan
pengajaran tidak dapat dilakukan dengan optimal.

1.2. Rumusan masalah


Dalam permasalahan ini penulis lebih menekankan sejauh mana peran
pendidik dalam upaya peningkatan kualitas pendidik dalam mutu pendidikan
terkait dengan hal – hal teknologi pendidikan diantara nya komputer dan internet.
Pertanyaan dari masalah yang menjadi analisa dalam penelitian diformulasikan
dengan pertanyaan – pertanyaan di bawah ini:
1. Apa Peran Pendidik pada proses belajar-mengajar pada metode e-Learning
2. Bagaimana proses upaya membangun budaya belajar melalui
pengembangan e-Learning

1.3. Tujuan Penulisan


Penulis menyusun karya tulis ilmiah ini dengan tujuan :
1. Untuk mengetahui seberapa besar tugas dan peran pokok seorang pendidik
atau pengajar pada proses belajar-mengajar
2. Mengupayakan agar tugas dan peran pokok seorang pendidik dalam PBM
bisa dijalankan oleh setiap guru dengan baik yang pada akhirnya tujuan utama
pendidikan bisa tercapai

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah agar pendidik
melaui pemahaman akan fungsi tugas dan perannya bisa meningkatkan
kemampuan mendidik atau mengajar terhadap anak didiknya serta mampu
mengembangkan potensi diri peserta didik, mengembangkan kreativitas dan
mendorong adanya penemuan keilmuan dan teknologi yang inovatif, sehingga
para siswa mampu bersaing dalam masyarakat global.
BAB II
TELAAH PUSTAKA

2.1. Beberapa Definisi Mengenai Pendidikan


Beberapa definisi mengenai pendidikan dapat dikemukakan di bawah ini :
M.J. Langeveld (1995) :
1) Pendidikan merupakan upaya manusia dewasa membimbing manusia yang
belum dewasa kepada kedewasaan.
2) Pendidikan ialah usaha menolong anak untuk melaksanakan tugas-tugas
hidupnya, agar bisa mandiri, akil-baliq, dan bertanggung jawab secara susila.
3) Pendidikan adalah usaha mencapai penentuan-diri-susila dan tanggung
jawab.
Stella van Petten Henderson : Pendidikan merupakan kombinasai dari
pertumbuhan dan perkembangan insani dengan warisan sosial. Kohnstamm dan
Gunning (1995) : Pendidikan adalah pembentukan hati nurani. Pendidikan adalah
proses pembentukan diri dan penetuan-diri secara etis, sesuai denga hati nurani.
John Dewey (1978) :
Aducation is all one with growing; it has no end beyond itself. (pendidikan adalah
segala sesuatu bersamaan dengan pertumbuhan; pendidikan sendiri tidak punya
tujuan akhir di balik dirinya).
H.H Horne :
Dalam pengertian luas, pendidikan merupakan perangkat dengan mana kelompok
sosial melanjutkan keberadaannya memperbaharui diri sendiri, dan
mempertahankan ideal-idealnya.
Encyclopedia Americana (1978) :
• Pendidikan merupakan sebarang proses yang dipakai individu untuk
memperoleh pengetahuan atau wawasan, atau mengembangkan sikap-
sikap ataupun keterampilan-keterampilan.
• Pendidikan adalah segala perbuatan yang etis, kreatif, sistematis dan
intensional dibantu oleh metode dan teknik ilmiah, diarahkan pada
pencapaian tujuan pendidikan tertentu.
Dari pelbagai definisi tersebut di atas dapat kita kita simpulkan bahwa
pendidikan merupakan gejala insani yang fundamental dalam kehidupan manusia
untuk mengantarkan anak manusia ke dunia peradaban. Pendidikan juga
merupakan bimbingan eksistensial manusiawi dan bimbingan otentik, agar anak
belajar mengenali jatidirinya yang unik, bisa bertahan hidup, dan mampu
memiliki, melanjutkan-mengembangkan warisan-warisan sosial generasi yang
terdahulu.

2.2. Tujuan dan Proses Pendidikan


Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur,
pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki
dua fungsi yaitu memberi arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan
merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
Sebagai suatu komponen pendidikan, tujuan pendidikan menduduki posisi
penting diantara komponen-komponen pendidikan lainnya. Dapat dikatakan
bahwa seluruh komponen dari seluruh kegiatan pendidikan dilakukan semata-
mata terarah kepada atau ditujukan untuk pencapaian tujuan tersebut. Dengan
demikian maka kegiatan-kegiatan yang tidak relevan dengan tujuan tersebut
dianggap menyimpang, tidak fungsional, bahkan salah, sehingga harus dicegah
terjadinya. Di sini terlihat bahwa tujuan pendidikan itu bersifat normatif, yaitu
mengandung unsur norma yang bersifat memaksa, tetapi tidak bertentangan
dengan hakikat perkembangan peserta didik serta dapat diterima oleh masyarakat
sebagai nilai hidup yang baik.
Sehubungan dengan fungsi tujuan yang sangat penting itu, maka suatu
keharusan bagi pendidik untuk memahaminya. Kekurangpahaman pendidik
terhadap tujuan pendidikan dapat mengakibatkan kesalahpahaman di dalam
melaksanakan pendidikan. Gejala demikian oleh Langeveld disebut salah teoritis
(Umar Tirtarahardja dan La Sula, 37 : 2000).
Proses pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap komponen
pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan.
Bagaimana proses pendidikan itu dilaksanakan sangat menentukan kualitas hasil
pencapaian tujuan pendidikan. Kualitas proses pendidikan menggejala pada dua
segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas pengelolaannya. Kedua segi tersebut
satu sama lain saling tergantung. Walaupun komponen-komponennya cukup baik,
seperti tersedianya prasarana dan sarana serta biaya yang cukup, juga ditunjang
dengan pengelolaan yang andal maka pencapaian tujuan tidak akan tercapai secara
optimal. Demikian pula bila pengelolaan baik tetapi di dalam kondisi serba
kekurangan, akan
mengakibatkan hasil yang tidak optimal.

2.3. Unsur-Unsur Pendidikan


Proses pendidikan melibatkan banyak hal, yaitu :
1) Subjek yang dibimbing (peserta didik).
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung
menyebut demikian oleh karena peserta didik (tanpa pandang usia) adalah
subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya. Selaku
pribadi yang memiliki ciri khas dan otonomi, ia ingin mengembangkan diri
(mendidik diri) secara terus menerus guna memecahkan masalah-masalah
hidup yang dijumpai sepanjang hidupnya
2) Orang yang membimbing (pendidik).
Pendidik ialah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami
pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, dan lingkungan masyarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab
terhadap pendidikan yaitu orang tua, guru, pemimpin program pembelajaran,
pelatihan, dan masyarakat/organisasi.
3) Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif).
Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antar peserta
didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian
tujuan pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi
intensif dengan memanifulasikan isi, metode serta alat-alat pendidikan. Ke
arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan).
4) Tujuan pendidikan bersifat abstrak karena memuat nilai-nilai yang sifatnya
abstrak. Tujuan demikian bersifat umum, ideal, dan kandungannya sangat luas
sehingga sulit untuk dilaksanakan di dalam praktek. Sedangkan pendidikan
harus berupa tindakan yang ditujukan kepada peserta didik dalam kondisi
tertentu, tempat tertentu, dan waktu tertentu dengan menggunakan alat
tertentu.
5) Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan).
Dalam sistem pendidikan persekolahan, materi telah diramu dalam kurikulum
yang akan disajikan sebagai sarana pencapaian tujuan. Materi ini meliputi
materi inti maupun muatan lokal. Materi inti bersifat nasional yang
mengandung misi pengendalian dan persatuan bangsa. Sedangkan muatan
lokal misinya mengembangkan kebhinekaan kekayaan budaya sesuai dengan
kondisi lingkungan.
6) Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode).
Alat dan metode pendidikan merupakan dua sisi dari satu mata uang. Alat
melihat jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi dan efektifitasnya. Alat
dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan
dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan.
7) Tempat peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan).
Lingkungan pendidikan biasa disebut tri pusat pendidikan yaitu keluarga,
sekolah dan masyarakat.

2.4. Tugas dan Peran Guru dalam Proses Belajar-Mengajar


Kegiatan Proses belajar-mengajar meliputi banyak hal sebagaimana yang
dikemukakan oleh Adams & Decey dalam Basic Principles Of Student Teaching,
antara lain guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur
lingkungan, partissipan, ekspeditor, perencana, suvervisor, motivator, penanya,
evaluator dan konselor.
2.4.1 Tugas Guru
Guru memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk
pengabdian. Tugas tersebut meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan dan
bidang kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar
dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup
dan kehidupan. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan
keterampilan-keterampilan pada siswa.
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan adalah memposisikan dirinya
sebagai orang tua ke dua. Dimana ia harus menarik simpati dan menjadi idola para
siswanya. Adapun yang diberikan atau disampaikan guru hendaklah dapat
memotivasi hidupnya terutama dalam belajar. Bila seorang guru berlaku kurang
menarik, maka kegagalan awal akan tertanam dalam diri siswa.
Guru adalah posisi yang strategis bagi pemberdayaan dan pembelajaran
suatu bangsa yang tidak mungkin digantikan oleh unsur manapun dalam
kehidupan sebuah bangsa sejak dahulu. Semakin signifikannya keberadaan guru
melaksanakan peran dan tugasnya semakin terjamin terciptanya kehandalan dan
terbinanya kesiapan seseorang. Dengan kata lain potret manusia yang akan datang
tercermin dari potret guru di masa sekarang dan gerak maju dinamika kehidupan
sangat bergantung dari "citra" guru di tengah-tengah masyarakat.

2.4.2 Peran Seorang Guru

a. Dalam Proses Belajar Mengajar


Sebagaimana telah di ungkapkan diatas, bahwa peran seorang guru sangar
signifikan dalam proses belajar mengajar. Peran guru dalam proses belajar
mengajar meliputi banyak hal seperti sebagai pengajar, manajer kelas, supervisor,
motivator, konsuler, eksplorator, dsb. Yang akan dikemukakan disini adalah peran
yang dianggap paling dominan dan klasifikasi guru sebagai:
1) Demonstrator
2) Manajer/pengelola kelas
3) Mediator/fasilitator
4) Evaluator
b. Dalam Pengadministrasian
Dalam hubungannya dengan kegiatan pengadministrasian, seorang guru
dapat berperan sebagai:
1) Pengambil insiatif, pengarah dan penilai kegiatan
2) Wakil masyarakat
3) Ahli dalam bidang mata pelajaran
4) Penegak disiplin
5) Pelaksana administrasi pendidikan
c. Sebagai Pribadi
Sebagai dirinya sendiri guru harus berperan sebagai:
1) Petugas sosial
2) Pelajar dan ilmuwan
3) Orang tua
4) Teladan
5) Pengaman
d. Secara Psikologis
Peran guru secara psikologis adalah:
1) Ahli psikologi pendidikan
2) Relationship
3) Catalytic/pembaharu
4) Ahli psikologi perkembangan
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Peran Pendidik dalam Dunia Pendidikan


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 Bab I
Pasal 1 ayat 5 bahwa tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang
mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.
Sedangkan menurut ayat 6 Pendidik adalah tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor,
instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Proses belajar/mengajar adalah fenomena yang kompleks. Segala
sesuatunya berarti, setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi dan sampai sejauh
mana kita mengubah lingkungan, presentasi dan rancangan pengajaran, sejauh itu
pula proses belajar berlangsung (Lozanov, 1978). Dalam hal ini pengaruh dari
peran seorang pendidik sangat besar sekali. Di mana keyakinan seorang pendidik
atau pengajar akan potensi manusia dan kemampuan semua peserta didik untuk
belajar dan berprestasi merupakan suatu hal yang penting diperhatikan. Aspek-
aspek teladan mental pendidik atau pengajar berdampak besar terhadap iklim
belajar dan pemikiran peserta didik yang diciptakan pengajar. Pengajar harus
mampu memahami bahwa perasaan dan sikap peserta didik akan terlihat dan
berpengaruh kuat pada proses belajarnya. (Bobbi DePorter : 2001)
Proses pendidikan merupakan totalitas ada bersama pendidik bersama-
sama dengan anak didik; juga berwujud totalitas pengarahan menuju ke tujuan
pendidikan tertentu, disamping orde normatif guna mengukur kebaikan dan
kemanfaatan produk perbuatan mendidik itu sendiri. Maka perbuatan mendidik
dan membentuk manusia muda itu amat sukar, tidak boleh dilakukan dengan
sembrono atau sambil lalu, tetapi benar-benar harus dilandasi rasa tanggung jawab
tinggi dan upaya penuh kearifan.
Barang siapa tidak memperhatikan unsur tanggung jawab moril serta
pertimbangan rasional, dan perbuatan mendidiknya dilakukan tanpa refleksi yang
arif, berlangsung serampangan asal berbuat saja, dan tidak disadari benar, maka
pendidik yang melakukan perbuatan sedemikian adalah orang lalai, tipis
moralnya, dan bisa berbahaya secara sosial. Karena itu konsepsi pendidikan yang
ditentukan oleh akal budi manusia itu sifatnya juga harus etis. Tanpa
pertanggungjawaban etis ini perbuatan tersebut akan membuahkan kesewenang-
wenangan terhadap anak-didiknya. Peran seorang pengajar atau pendidik selain
mentransformasikan ilmu pengetahuan yang dimilikinya kepada anak didik juga
bertugas melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Hal ini sesuai dengan UU Republik Indonesia No. 20 Pasal 39 ayat 2.
Di samping itu merupakan suatu keharusan bagi setiap pendidik yang
bertanggung jawab, bahwa di dalam melaksanakan tugasnya harus berbuat dalam
cara yang sesuai dengan keadaan peserta didik Di mana selain peran yang telah
disebutkan di atas, hal yang perlu dan penting dimiliki oleh pendidik yaitu
pendidik harus mengetahui psikologis mengenai peserta didik. Dalam proses
pendidikan persoalan psikologis yang relevan pada hakikatnya inti persoalan
psikologis terletak pada peserta didik, sebab pendidikan adalah perlakuan
pendidik terhadap peserta didik dan secara psikologis perlakuan pendidik tersebut
harus selaras mungkin dengan keadaan peserta didik. (Sumardi Suryabrata : 2004)

3.2 Peran Pendidik dalam Proses Belajar-Mengajar


Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Karena Proses
belajar-mengajar mengandung serangkaian perbuatan pendidik/guru dan siswa
atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan
siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar-mengajar.
Interaksi dalam peristiwa belajar-mengajar ini memiliki arti yang lebih luas, tidak
sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif.
Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran,
melainkan menanamkan sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar.
Peran guru dalam proses belajar-mengajar , guru tidak hanya tampil lagi
sebagai pengajar (teacher), seperti fungsinya yang menonjol selama ini,
melainkan beralih sebagai pelatih (coach), pembimbing (counselor) dan manager
belajar (learning manager). Hal ini sudah sesuai dengan fungsi dari peran guru
masa depan. Di mana sebagai pelatih, seorang guru akan berperan mendorong
siswanya untuk menguasai alat belajar, memotivasi siswa untuk bekerja keras dan
mencapai prestasi setinggi-tingginya.
Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran, masih
tetap memegang peranan penting. Peranan guru dalam proses pengajaran belum
dapat digantikan oleh mesin, radio, tape recorder ataupun oleh komputer yang
paling modern sekalipun. Masih terlalu banyak unsur-unsur manusiawi seperti
sikap, sistem, nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan dan Iain-lain yang diharapkan
merupakan hasil dari proses pengajaran, tidak dapat dicapai melalui alat-alat
tersebut. Di sinilah kelebihan manusia dalam hal ini guru dari alat-alat atau
teknologi yang diciptakan manusia untuk membantu dan mempermudah
kehidupannya.
Namun harus diakui bahwa sebagai akibat dari laju pertumbuhan
penduduk yang cepat (di Indonesia 2,0% atau sekitar tiga setengah juta lahir
manusia baru dalam satu tahun) dan kemajuan teknologi di lain pihak, di berbagai
negara maju bahkan juga di Indonesia, usaha ke arah peningkatan pendidikan
terutama menyangkut aspek kuantitas berpaling kepada ilmu dan teknologi.
Misalnya pengajaran melalui radio, pengajaran melalui televisi, sistem belajar
jarak jauh melalui sistem modul, mesin mengajar/ komputer, atau bahkan
pembelajaran yang menggunak system E-learning (electronic learning) yaitu
pembelajaran baik secara formal maupun informal yang dilakukan melalui media
elektronik, seperti internet, CD-ROM, video tape, DVD, TV, handphone, PDA, dan
lain-lain (Lende, 2004). Akan tetapi, e-learning pembelajaran yang lebih dominan
menggunakan internet (berbasis web).
Sungguhpun demikian guru masih tetap diperlukan. Sebagai contoh dalam
pengajaran modul, peranan guru sebagai pembimbing belajar justru sangat
dipentingkan. Dalam pengajaran melalui radio, guru masih diperlukan terutama
dalam menyusun dan mengembangkan disain pengajaran. Demikian halnya dalam
pengajaran melalui televisi.
Dengan demikian dalam sistem pengajaran mana pun, guru selalu menjadi
bagian yang tidak terpisahkan, hanya peran yang dimainkannya akan berbeda
sesuai dengan tuntutan sistem tersebut. Dalam pengajaran atau proses belajar
mengajar guru memegang peran sebagai sutradara sekaligus aktor. Artinya, pada
gurulah tugas dan tanggung jawab merencanakan dan melaksanakan pengajaran di
sekolah.
Sebagaimana telah di ungkapkan diatas, bahwa peran seorang guru
sangatlah signifikan dalam proses belajar mengajar. Peran guru dalam proses
belajar mengajar meliputi banyak hal seperti sebagai pengajar, manajer kelas,
supervisor, motivator, konsuler, eksplorator, dsb. Yang akan dikemukakan disini
adalah peran yang dianggap paling dominan dan klasifikasi guru sebagai:
1) Demonstrator
2) Manajer/pengelola kelas
3) Mediator/fasilitator
4) Evaluator

1) Guru sebagai demonstrator


Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru
hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan
diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan
kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat
menetukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Salah satu hal yang harus
diperhatikan oleh guru ialah bahwa ia sendiri adalah pelajar. Ini berarti bahwa
guru harus belajar terus-menerus. Dengan cara demikian ia akan memperkaya
dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan
tugasnya sebagai demonstrator sehingga mampu memperagakan apa yang
diajarkannya secara didaktis. Maksudnya ialah agar apa yang disampaikannya itu
betul-betul dimiliki oleh anak didik.

2) Guru Sebagai Pengelola Kelas


Mengajar dengan sukses berarti harus ada keterlibatan siswa secara aktif
untuk belajar. Keduanya berjalan seiring, tidak ada yang mendahului antara
mengajar dan belajar karena masing-masing memiliki peran yang memberikan
pengaruh satu dengan yang lainnya. Keberhasilan/kesuksesan guru mengajar
ditentukan oleh aktivitas siswa dalam belajar, demikian juga keberhasilan siswa
dalam belajar ditentukan pula oleh peran guru dalam mengajar. Mengajar berarti
menyampaikan atau menularkan pengetahuan dan pandangan (Ad. Rooijakkers,
1990:1). William Burton mengemukakan bahwa mengajar diartikan upaya
memberikan stimulus, bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar
terjadi proses belajar. Dalam hal ini peranan guru sangat penting dalam mengelola
kelas agar terjadi PBM bias berjalan dengan baik.
Mengajar adalah aktivitas/kegiatan yang dilakukan guru dalam kelas atau
lingkungan sekolah. Dalam proses mengajar, pastilah ada tujuan yang hendak
dicapai oleh guru yaitu agar siswa memahami, mengerti, dan dapat
mengaplikasikan ilmu yang mereka dapatkan. Tujuan mengajar juga diartikan
sebagai cara untuk mengadakan perubahan yang dikehendaki dalam tingkah laku
seorang siswa (Muchtar & Samsu, 2001:39).
Dalam hal ini tentu saja guru berharap siswa mau belajar, baik dalam jam
pelajaran tersebut atau sesudah materi dari guru ia terima. Menurut Sagala
(2003:12), belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku,
dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar. Proses belajar mengajar
akan berlangsung dengan baik jika guru dan siswa sama-sama mengerti bahan apa
yang akan dipelajari sehingga terjadi suatu interaksi yang aktif dalam PBM di
kelas dan hal ini menjadi kunci kesuksesan dalam mengajar. Dengan demikian
proses pembelajaran terjadi dalam diri siswa. Pembelajaran merupakan suatu
proses di mana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk
memungkinkan siswa turut merespon situasi tertentu yang ia hadapi (Corey,
1986:195)
Siswa sebagai subjek belajar, mempunyai pandangan/harapan dalam
dirinya untuk seorang guru yang mereka anggap sukses mengajar di kelas. Apa
sajakah pandangan para siswa tersebut? Menurut Etiwati seorang Guru SMK
PENABUR yang penulis kutip dari situs SMK 4 PENABUR dia menyebutkan
bahwa para siswa menilai guru yang sukses mengajar itu adalah guru yang:

• tidak membuat siswa bosan dan takut

• mempunyai selera humor

• tidak mudah marah

• mau diajak berdialog dengan siswa

• menghargai pendapat siswa dan tidak mudah menyalahkan

• menghargai keberadaan siswa

• tidak pilih kasih terhadap siswa

• menguasai & menjelaskan materi dengan baik dan dimengerti oleh siswa
serta mau memaparkan kembali ketika ada siswa belum jelas/belum
paham.

Ternyata beragam pendapat siswa tersebut tidak ada satupun yang


menganggap kesuksesan seorang guru jika seluruh kelas tuntas saat uji
ompetensi/ulangan. Jika demikian, apakah ketuntasan dalam ujian menjadi tidak
perlu? Para siswa menjawab bahwa ketuntasan dalam ujian merupakan bagian
tanggung jawab siswa dalam belajar karena hal tersebut berhubungan dengan
keberhasilan individu. Namun, sebagai guru, kita pun tentu tidak akan melepaskan
tanggung jawab atas hasil belajar siswa.
Selain siswa, penulis pun dapat sedikitnya menggambarkan pendapat para
guru tentang topik tersebut. Bapak & ibu guru berpendapat bahwa mengajar
dengan sukses itu:

• jika siswa dapat menerima materi/bahan ajar dan hasilnya sesuai target
yang diharapkan,

• jika siswa antusias menyimak dan memberikan pertanyaan mendalam


tentang materi yang mereka terima serta mengaplikasikannya,

• jika program tercapai tepat waktu, materi dapat diterima siswa, dan terjadi
perubahan dalam diri siswa

• jika mampu membuat siswa mengerti apa yang diajarkan oleh guru serta
ada perubahan dalam diri siswa, dan mereka me rasa nyaman dalam PBM,

• jika dapat menyampaikan materi dengan cara/metode yang baik dan


menarik, siswa memahami serta merespon dengan positif, aktif, dan hasil
evaluasinya baik,

• jika suasana kelas kondusif untuk belajar,

• jika ada interaksi dalam PBM secara aktif, perubahan terjadi pada semua
aspek.

Dari berbagai pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa mengajar


dengan sukses adalah jika guru dapat memberikan materi kepada siswa dengan
media dan metode yang menarik, menciptakan situasi belajar yang kondusif
dalam kelas sehingga tercipta interaksi belajar aktif. Dengan begitu akan terjadi
proses perubahan dalam diri siswa bukan hanya pada hasil belajar tetapi juga pada
perilaku dan sikap siswa.
Jadi, mengajar dengan sukses itu tidak hanya semata-mata memberikan
pengetahuan yang bersifat kognitif saja, tetapi di dalamnya harus ada perubahan
berpikir, sikap, dan kemauan supaya siswa mau terus belajar. Timbulnya
semangat belajar dalam diri siswa untuk mencari sumber-sumber belajar lain
merupakan salah satu indikasi bahwa guru sukses mengajar siswanya. Dengan
demikian kesuksesan dalam mengajar adalah seberapa dalam siswa termotivasi
untuk mau terus belajar sehingga mereka akan menjadi manusia-manusia
pembelajar. Caranya? Sebagai guru mari kita mau membuka diri dan melihat
secara jernih apa yang menjadi harapan siswa dalam diri kita

3) Guru sebagai mediator dan fasilitator


Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman
yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat
komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar-mengajar. Dengan demikian
jelaslah bahwa media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang
bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses
pendidikan.
Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar
yang kiranya berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses
belajar-mengajar, baik yang berupa narasumber, buku teks, majalah ataupun surat
kabar.

4) Guru sebagai evaluator


Dalam dunia pendidikan, setiap jenis pendidikan atau bentuk pendidikan
pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan akan diadakan
evaluasi, artinya pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan tadi
orang selalu mengadakan penilaian terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh
pihak terdidik maupun oleh pendidik. Penilaian perlu dilakukan, karena dengan
penilaian guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan
siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka penulis dapat
mengambil beberapa kesimpulan, diantaranya :
1) Peran guru sebagai demonstrator dalam PBM guru hendaknya senantiasa
menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta
senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya
dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menetukan hasil
belajar yang dicapai oleh siswa.
2) Dalam kapasitasnya sebagai penglola kelas, seorang guru dituntut untuk
bisa menjadikan suasana kelas menjadi kondusif sehingga proses belajar
mengajara atau penyampaian pengetahuan dari guru ke murid atau proses
pertukaran ilmu dan pengetahuan diantara siswa yang satu dengan yang
lainnya bisa berjalan dengan baik.
3) Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman
yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan
alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar-mengajar.
4) Setiap kegiatan belajar mengajar hendaknya guru senantiasa melakukan
evaluasi atau penilaian, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui
keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta
ketepatan atau keefektifan metode mengajar.

4.2 Saran
Untuk tercapainya tujuan pokok pendidikan hendaklah peran pendidik tidak hanya
berorientasi pada nilai akademik yang bersifat pemenuhan aspek kognitif saja,
melainkan juga berorientasi pada bagaimana seorang anak didik bisa belajar dari
lingkungan dari pengalaman dan kehebatan orang lain, dari kekayaan luasnya
hamparan alam, sehingga dengan pementapan adanya tugas dan peran guru dalam
dunia pendidikan khususnya dalam kegiatan proses belajar mengajar diharapkan
guru dapat mengetahui tugas dan tanggungjawabnya sebagai pendidik dan
diharapkan terjalinnya hubungan yang harmonis dengan para peserta didiknya
sehingga harapan tercapainya tujuan pendidikan bisa dengan mudah terwujudkan.
DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, Mohammad Toha. 2001. “Tutorial Elektronik melalui Internet dan Fax
Internet” dalam Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Volume 2,
No. 1,
H. Emil Rosmali, SE. Tugas dan Peran Guru. http://www.alfurqon.or.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=58&Itemid=110
Kartono, Kartini. 1997. Tinjauan Politik Mengenai Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta : Anem Kosong Anem
Makmun, Syamsudin Abin. 1999. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja
Rosdakarya
Prof. DR. Nana Sudjana, 2004, Proses Belajar Mengajar, Bandung: CV Algesindo
Sidi, Djati Indra. 2003. Menuju Masyarakat Belajar. Jakarta : Paramadina
Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Tirtarahardja, Umar. 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Th. 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta : Cemerlang
Maret 2001. Tangerang: Universitas Terbuka.
http://www.usnews.com/edu/elearning/articles/020624elearning.htm)
Sutrisno. (2007). E-learning di Sekolah dan (sumber dari Internet: 17 Agustus
2007).
Etiwati (Guru SMAK 4 PENABUR), Mengajar dengan Sukses,
http://tpj.bpkpenabur.or.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=154&Itemid=27

You might also like