You are on page 1of 4

Dampak negatif penggunaan Teknologi Informasi

dan Kom
Ibu Endang merasa beruntung anak-anaknya ‘bersahabat’ dengan komputer sejak dini.
Fatih (9), anaknya yang pertama, tak hanya senang bermain games, namun juga lancar
mengoperasikan berbagai program olah kata dan angka. Sementara adiknya, Nadia (4)
yang baru belajar mengenal komputer, sudah asyik menjajal program pendidikan dalam
mengenal warna dan bentuk saja. Fatih kini pintar matematika lantaran sering berlatih
dengan bantuan komputer. Sementara Nadia punya banyak kosakata bahasa Inggris juga
lantaran sering bermain komputer.

Tetapi, Ibu Rahmi justru merasa punya masalah dengan ‘keakraban’ anaknya dengan
komputer. Menurutnya, Rizki (7 tahun) kini lebih sukai ‘bermain’ dengan komputernya
daripada dengan teman-temannya. Rizki bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya
untuk bermain games. Ia juga malas bila diajak menulis atau menggambar. Tak heran,
tugas menggambar di sekolah tidak pernah dikerjakannya sampai tuntas. Tetapi, untuk
menggambar di komputer ia sangat pandai. Maklum, dengan satu dua klik-an saja, ia
sudah dapat menggambar dan mewarnai dengan sempurna.
Pernah punya pengalaman senada?
Positif-Negatif
Nina Armando, Staf Pengajar Jurusan Komunikasi FISIP UI, mengatakan bahwa
kemunculan teknologi komputer sendiri sesungguhnya bersifat netral. Pengaruh positif
atau negatif yang bisa muncul dari alat ini tentu saja lebih banyak tergantung dari
pemanfaatannya. Bila anak-anak dibiarkan menggunakan komputer secara sembarangan,
pengaruhnya bisa jadi negatif. Sebaliknya, komputer akan memberikan pengaruh positif
bila digunakan dengan bijaksana, yaitu membantu pengembangan intelektual dan motorik
anak.

Senada dengan Nina, Muhammad Rizal, Psi, Psikolog di Lembaga Psikologi Terapan UI,
mengatakan banyak manfaat dapat diambil dari penggunaan komputer, namun tak sedikit
pula mudhorot yang bisa ditimbulkannya.

Diantara manfaat yang dapat diperoleh adalah penggunaan perangkat lunak pendidikan
seperti program-program pengetahuan dasar membaca, berhitung, sejarah, geografi, dan
sebagainya. Tambahan pula, kini perangkat pendidikan ini kini juga diramu dengan unsur
hiburan (entertainment) yang sesuai dengan materi, sehingga anak semakin suka.

Manfaat lain bisa diperoleh anak lewat program aplikasi berbentuk games yang
umumnya dirancang untuk tujuan permainan dan tidak secara khusus diberi muatan
pendidikan tertentu. Beberapa aplikasi games dapat berupa petualangan, pengaturan
strategi, simulasi, dan bermain peran (role-play).

Dalam kaitan ini, komputer dalam proses belajar, akan melahirkan suasana yang
menyenangkan bagi anak. Gambar-gambar dan suara yang muncul juga membuat anak
tidak cepat bosan, sehingga dapat merangsang anak mengetahui lebih jauh lagi. Sisi
baiknya, anak dapat menjadi lebih tekun dan terpicu untuk belajar berkonsentrasi.

Namun, sisi mudhorot penggunaan komputer tak juga bisa diabaikan. Salah satunya
adalah dari kemungkinan anak, kemungkinan besar tanpa sepengetahuan orangtua,
‘mengkonsumsi’ games yang menonjolkan unsur-unsur seperti kekerasan dan agresivitas.
Banyak pakar pendidikan mensinyalir bahwa games beraroma kekerasan dan agresi ini
adalah pemicu munculnya perilaku-perilaku agresif dan sadistis pada diri anak.

Akses negatif lewat internet


Pengaruh negatif lain, disepakati Nina dan Rizal adalah terbukanya akses negatif anak
dari penggunaan internet. Mampu mengakses internet sesungguhnya merupakan suatu
awal yang baik bagi pengembangan wawasan anak. Sayangnya, anak juga terancam
dengan banyaknya informasi buruk yang membanjiri internet.

Melalui internetlah berbagai materi bermuatan seks, kekerasan, dan lain-lain dijajakan
secara terbuka dan tanpa penghalang. Nina mengungkapkan sebuah studi yang
menunjukkan bahwa satu dari 12 anak di Canada sering menerima pesan yang berisi
muatan seks, tawaran seks, saat tengah berselancar di internet.

Meski demikian, baik Nina maupun Rizal sepakat bahwa mengajarkan internet bagi anak,
di zaman sekarang merupakan hal penting. Hanya saja, demi mencegah dampak
negatifnya, ada beberapa hal yang harus dilakukan orangtua.

Pertama, orangtualah yang seharusnya mengenalkan internet pada anak, bukan orang
lain. Mengenalkan internet berarti pula mengenalkan manfaatnya dan tujuan penggunaan
internet. Karena itu, ujar Nina, orangtua terlebih dahulu harus ‘melek’ media dan tidak
gatek.
”Sayangnya, seringkali anaknya sudah terlalu canggih, sementara orangtuanya tidak tahu
apa-apa. Tidak tahu bagaimana membuka internet, juga tidak tahu apa-apa soal games
yang suka dimainkan anak. Nanti ketika ada akibat buruknya, orangtua baru menyesal,”
sesal Nina.

Kedua, gunakan software yang dirancang khusus untuk melindungi ‘kesehatan’ anak.
Misalnya saja program nany chip atau parents lock yang dapat memproteksi anak dengan
mengunci segala akses yang berbau seks dan kekerasan.

Ketiga, letakkan komputer di ruang publik rumah, seperti perpustakaan, ruang keluarga,
dan bukan di dalam kamar anak. Meletakkan komputer di dalam kamar anak, menurut
Nina akan mempersulit orangtua dalam hal pengawasan. Anak bisa leluasa mengakses
situs porno atau menggunakan games yang berbau kekerasaan dan sadistis di dalam
kamar terkunci. Bila komputer berada di ruang keluarga, keleluasaannya untuk
melanggar aturan pun akan terbatas karena ada anggota keluarga yang lalu lalang.

Cegah kecanduan
Pengaruh negatif lain bagi anak, menurut Rizal, adalah kecendrungan munculnya
‘kecanduan’ anak pada komputer. Kecanduan bermain komputer ditengarai memicu anak
menjadi malas menulis, menggambar atau pun melakukan aktivitas sosial.

Kecanduan bermain komputer bisa terjadi terutama karena sejak awal orangtua tidak
membuat aturan bermain komputer. Seharusnya, menurut Rizal, orangtua perlu membuat
kesepakatan dengan anak soal waktu bermain komputer. Misalnya, anak boleh bermain
komputer sepulang sekolah setelah selesai mengerjakan PR hanya selama satu jam.
Waktu yang lebih longgar dapat diberikan pada hari libur.
Pengaturan waktu ini perlu dilakukan agar anak tidak berpikir bahwa bermain komputer
adalah satu-satunya kegiatan yang menarik bagi anak. Pengaturan ini perlu diperhatikan
secara ketat oleh orangtua, setidaknya sampai anak berusia 12 tahun. Pada usia yang
lebih besar, diharapkan anak sudah dapat lebih mampu mengatur waktu dengan baik.

Peran penting orangtua


Menimbang untung ruginya mengenalkan komputer pada anak, pada akhirnya memang
amat tergantung pada kesiapan orangtua dalam mengenalkan dan mengawasi anak saat
bermain komputer. Karenanya, kepada semua orangtua, Rizal kembali mengingatkan
peran penting mereka dalam pemanfaatan komputer bagi anak.

Pertama, berikan kesempatan pada anak untuk belajar dan berinteraksi dengan komputer
sejak dini. Apalagi mengingat penggunaan komputer adalah sesuatu yang tidak bisa
dihindari pada saat ini dan masa yang akan datang.

Kedua, perhatikan bahwa komputer juga punya efek-efek tertentu, termasuk pada fisik
seseorang. Karena perhatikan juga amsalah tata ruang dan pencahayaan. Cahaya yang
terlalu terang dan jarak pandangan terlalu dekat dapat mengganggu indera penglihatan
anak.

Ketiga, pilihlah perangkat lunak tertentu yang memang ditujukan untuk anak-anak.
Sekalipun yang dipilih merupakan program edutainment ataupun games, sesuaikan selalu
dengan usia dan kemampuan anak.

Keempat, perhatikan keamanan anak saat bermain komputer dari bahaya listrik. Jangan
sampai terjadi konsleting atau kemungkinan kesetrum terkena bagian tertentu dari badan
Central Processing Unit (CPU) komputer.

Kelima, carikan anak meja atau kursi yang ergonomis (sesuai dengan bentuk dan ukuran
tubuh anak), yang nyaman bagi anak sehingga anak dapat memakainya dengan mudah.
Jangan sampai mousenya terlalu tinggi, atau kepala harus mendongak yang dapat
menyebabkan kelelahan. Alat kerja yang tidak ergonomis juga tidak baik bagi anatomi
anak untuk jangka panjang.

Keenam, bermain komputer bukan satu-satunya kegiatan bagi anak. Jangan sampai anak
kehilangan kegiatan yang bersifat sosial bersama teman-teman karena terlalu asik
bermain komputer.

You might also like