You are on page 1of 6

LAPORAN RESMI

Nama : Leonard Bernardo Pongtuluran


NIS : 080102020
Kelas : IXA Ak
Kelompok : III, R2
Tanggal Percobaan : 03 Mei 2010
Percobaan Ke :I

1. Judul

Asidimetri

2. Sub Judul

Penetapan kenormalan HCl dengan bahan baku boraks

3. Tujuan

Mampu menetapkan kenormalan HCl dengan bahan baku boraks

4. Prinsip

Sejumlah tertentu Na2B4O7.10H2O dititrasi dengan HCl yang sebelumnya


dibubuhi indicator MM hingga TA. Perubahan warna dri kuning menjadi pink
mudah sekali. TE mek Na2B4O7.10H2O ≈ mek HCl

5. Reaksi

Na2B4O7 + 2HCl + 5H2O → 2NaCl + 4H3BO3

6. Dasar Teori

Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan


larutan baku basa, sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa
dengan menggunakan larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut
juga sebagai titrasi asam-basa.
Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret
yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai
terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume
titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat
yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam
prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya merupakan titik akhir
teoritis atau titik akhir stoikometri.
Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang membantu
sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi merupakan keadaan
di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan
perubahan warna indikator. Kadua cara di atas termasuk analisis titrimetri atau
volumetrik.
Selama bertahun-tahun istilah analisis volumetrik lebih sering digunakan
dari pada titrimetrik. Akan tetapi dilihat dari segi yang kata, “titrimetrik” lebih
baik, karena pengukuran volume tidak perlu dibatasi oleh titrasi.
Rekasi-reaksi kima yang dapat diterima sebagai dasar penentuan titrimetrik
asam-basa adalah sebagai berikut :

 Jika HA meruapakn asam yang akan ditentukan dan BOH seba bagi basa,
maka reksinya adalah :
HA + OH- → A- + H2O

 Jika BOH merupakan basa yang akan ditentukan dan HA sebagi asam, maka
reaksinya adalah :
BOH + H+ → B+ + H2O

Dari kedua reaksi di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip reaksi titrasi
asam basa adalah reaksi penetralan, yakni: H+ + OH- → H2O dan terdiri dari
beberapa kemungkinan yaitu reaksi-rekasi antara asam kuat dengan basa kuat,
asam kuat dan basa lemah, asam lemah dan basa kuat, serta asam lemah dan
basa lemah.
Khusus reaksi antara asam lemah dan basa lemah tidak dapat digunakan
dalam analisis kuantitatif, karena pada titik ekivalen yang terbentuk akan
terhidrolisis kembali sehingga titik akhir titrasi tidak dapat diamati. Hal ini yang
menyebabkan bahwa titran biasanya merupakan larutan baku elektrolit kuat
seperti NaOH dan HCl.
Kadar HCl dapat ditentukan dalam bentuk larutan asam dengan metode
asidimetri. Untuk melakukan analisis asidimetri sebelumnya dibuat larutan
standart HCl 0,1 N. Sebelum melakukan titrasi, larutan standart primer terlebih
dahulu ditetesi indicator MM sebanyak 2 tetes untuk setiap perlakuan titrasi.
Sehingga saat mencapai titik ekivalen mengalami perubahan warna dari kuning
menjadi merah muda.

 Na2B4O7.10H2O → Na2B4O7 + 10 H2O


 Na2B4O7 + 2HCl → 2NaCl + H3BO3 + 5H2O

7. Alat dan Bahan

 Alat yang di pakai :


a. Neraca analitik
b. Labu ukur
c. Pipet tetes
d. Buret gelap
e. Balp
f. Erlenmeyer
g. Spatula
h. Botol semprot
i. Klem / statif
j. Kaca arloji
k. Beaker glass

 Bahan yang digunakan :


a. Larutan HCL 0,1 N
b. Indikator MM
c. Contoh bahan Na2B4O7.10H2O
d. Aquadest

8. Prosedur Kerja

 Ditimbang dengan teliti ± 0,5 gr Na2B4O7.10H2O lalu larutkan dalam


erlenmeyer dengan aquadest.
 Bubuhi dengan indicator MM hingga 2 – 3 tetes.
 Titrasi dengan larutan peniter HCl hingga TA perubahan warna dari
kuning menjadi merah muda.
 Percobaan diatas di tetapkan sebanyak 3 kali.
9. Data Pengamatan

Data penimbangan

Penimbangan I II III
Berat alat dan
41,4588 gr 41,4557 gr 41,4558 gr
zat

Berat alat 40,9572 gr 40,9554 gr 40,9550 gr

Berat zat 0,5016 gr 0,5003 gr 0,5008 gr

 Data titrasi

Titrasi ke : I II III

Akhir titrasi 21,72 ml 21,75 ml 21,75 ml

Awal titrasi 0,00 ml 0,00 ml 00,00 ml

Pemakaian 21,72 ml 21,75 ml 21,75 ml

Rata - rata 21,72 ml 21,75 ml


10. Perhitungan

 Secara Teori

mg Boraks
[ HCL ] teori=
Bst boraks∗V .titrasi
500 mg
0,1 N=
190,685∗V
V =26,22

 Secara Praktek
x Mg Boraks
N HCL=
Bst Boraks∗x V . titrasi
[ ( 501,6+500.3+500,8 ) : 3]
¿
190,658∗[ ( 21,72+21,75+21,75 ) :3 ]
500,9
¿
190,685∗21,74
¿ 0,1208 N

11. Pembahasan
 Pada percobaan kali ini yaitu standarisasi larutan HCl kami
mendapatkan 0,1208 N, hal ini di mungkinkan terjadi karena :
1. Volume titrasi yang tidak sesuai dengan teori
2. Alat yang digunakan kurang bersih
 Pada percobaan kali ini digunakan boraks karena bersifat basa lemah
yang dapat bereaksi dengan HCl.
12. Kesimpulan

Dari percobaan kali ini yaitu penetapan kenormalan HCl dengan bahan baku
boraks yaitu 0,1208 N.

13. Daftar pustaka


 Underwood, A. L. 1983. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Instrukur Praktikan

Sudirman Pide Leonard Bernardo P


NIS.080102020

You might also like