You are on page 1of 19

ANALISA RASIO KEUANGAN

PT. PP. LONDON SUMATERA INDONESIA Tbk.,

TAHUN 2006 - 2009

Oleh :

ERLAND ARFANDI RUKKA

1
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor minyak kelapa sawit atau CPO (Crude Palm Oil) di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat
berarti, hal ini terlihat dari total luas areal perkebunan CPO yang terus bertambah yaitu menjadi 7,3 juta
hektar pada tahun 2009 dari luas sebelumnya 7,0 juta hektar pada tahun 2008. Sedangkan produksi CPO
terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dimana pada tahun 2008 menghasilkan 19,2 juta ton,
meningkat menjadi 19,4 juta ton pada tahun 2009. Sementara total ekspor CPO juga mengalami
meningkat, pada 2008 tercatat sebesar 18,1 juta ton kemudian menjadi 14,9 juta ton sampai dengan
September 2009.

Sampai saat ini Indonesia masih menempati posisi teratas sebagai negara CPO terbesar dunia, dengan total
produksi sebesar 19,4 juta ton pada 2009. Dari total tersebut diperkirakan hanya sekitar 25% sekitar 4,8
juta ton yang dikonsumsi oleh pasar domestik dalam negeri. Sehingga sebagai penghasil CPO terbesar di
dunia, Indonesia terus mengembangkan pasar ekspor baru untuk memasarkan produksinya.

PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (PT. PP.Lonsum), salah satu perkebunan dan produsen CPO tertua di
Indonesia, sampai dengan tahun 2009 memiliki luas areal perkebunan kelapa sawit sebesar 79.268 ha
yang terdapat di tiga provinsi yakni Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur. Seluas
35.671 hektar perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara merupakan kebun produktif dengan prasarana
yang sudah tertata rapi. Sisanya seluas 43.597 hektar sebagian besar merupakan perkebunan kelapa sawit
yang baru mulai matang dalam berbagai tahap pengembangan di Sumatera Selatan (36.463 hektar) dan
Kalimantan Timu (7.134 hektar). (lihat tabel 1)

PT. PP.Lonsum mencapai hasil Produksi Minyak Sawit (MS) yang tinggi di tahun 2009, sejalan dengan
produksi TBS. Produksi MS mengalami kenaikan sebesar 10,5% dari total produksi 341.553 ton di tahun
2008 menjadi 377.505 ton di tahun 2009. Produksi TBS Inti naik 14,9% disebabkan oleh penambahan
areal menghasilkan dan peningkatan hasil panen. Hasil panen Inti naik dari 17,8 ton per ha di tahun 2008
menjadi 19,0 ton per ha di 2009. (lihat tabel 2). Sedangkan rendeman Minyak Sawit naik dari 23,5% di
tahun 2008 menjadi 23,6% di tahun 2009 (lihat tabel 2a). Untuk produksi Inti Sawit (IS) naik 17,1% dari
81.046 ton pada tahun 2008 menjadi 94.890 ton di tahun 2009.

Total areal tertanam kelapa sawit inti adalah 79.268 ha dengan umur rata-rata 10,4 tahun, dimana 22% adalah
tanaman belum menghasilkan. Profil umur tanaman adalah sebagai berikut : (1) 17% tanaman muda,
berumur 4-6 tahun, (2) 54% tanaman prima yang berumur 7-20 tahun dan (3) 7% tanaman dengan umur
lebih dari 20 tahun. (lihat tabel 3).

Penjualan Minyak Sawit pada tahun 2009 adalah 374.134 ton, naik 5,7% dari tahun 2008. Penjualan Inti

2
Sawit adalah 93.796 ton, naik 14,2% dari tahun 2008. Penjualan TBS turun 6,3% karena TBS yang
diproduksi dari Kalimantan Timur telah diproses di pabrik minyak sawit yang mulai beroperasi pada
bulan Juli 2009. Secara keseluruhan penjualan Minyak Sawit di tahun 2009 adalah 86% penjualan
domestik, dimana 41% adalah penjualan ke induk perusahaan, PT. Salim Ivomas Pratama dengan syarat-
syarat dan ketentuan komersial yang wajar dan 45% dijual kepada pihak ketiga domestik, serta sisanya
14% adalah penjualan ekspor. (lihat tabel 4)

TINJAUAN PUSTAKA

3
Sistem Pengukuran Kinerja Perusahaan

Semakin berkembangnya perusahaan, pengukuran kinerja menjadi faktor penting bagi sistem pengendalian
manajemen untuk mencapai tujuan dalam keseluruhan kegiatannya, baik untuk tujuan jangka pendek
maupun tujuan jangka panjang melalui strategi yang diciptakan. Berhasil atau gagalnya sebuah
perusahaan mencapai tujuan dalam mengelola kegiatannya harus dapat diukur. Untuk itu perlu sistem
pengukuran kinerja sebagai alat manajemen dalam mengevaluasi kinerjanya. Penilaian kinerja telah
diakui sebagai komponen inti dari sistem pengendalian manajemen. Penilaian kinerja diperlukan oleh
suatu perusahaan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan perusahaan (Munawir,1996).

Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu perusahaan, bagian
operasional dan karyawannya berdasarkan sasaran standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam menilai prestasi suatu perusahaan perlu dilakukan pengukuran yang disebut pengukuran kinerja
yang berarti keadaan atau kondisi suatu perusahaan yang mencerminkan potensi atau kredibilitas
perusahaan tersebut. Kinerja juga dapat berarti suatu tingkat atau level yang mencerminkan baik
buruknya suatu perusahaan ditinjau dari segi bisnis. Kinerja keuangan perusahaan dapat dinilai dengan
menggunakan laporan neraca dan laporan laba rugi. Kedua laporan ini kemudian diolah untuk dapat
menentukan tingkat kesehatan perusahaan tersebut. Setelah data diolah barulah dapat diketahui
bagaimana aspek-aspek yang ada mempengaruhi kinerja keuangan suatu perusahaan.

Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting bagi para pemakai laporan keuangan
dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan akan menjadi lebih bermanfaat untuk
pengambilan keputusan ekonomi, apabila dengan informasi laporan keuangan tersebut dapat diprediksi
apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Dengan mengolah laporan keuangan melalui proses
pembandingan, evaluasi dan analisis trend, maka akan diperoleh prediksi tentang apa yang mungkin akan
terjadi di masa mendatang. Disinilah makna perting adanya suatu analisis terhadap laporan keuangan.

Hasil analisa laporan keuangan akan membantu menginterpretasikan berbagai hubungan kunci dan
kecenderungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan perusahaan
dimasa yang akan datang.

Selanjutnya Munawir (1996) menambahkan analisis terhadap laporan keuangan merupakan kegiatan yang
mencakup pengumpulan, pengolahan dan pengontrolan segala catatan dan keterangan yang diperlukan
untuk mengukur jalannya keuangan suatu perusahaan. Untuk menentukan pinjaman modal untuk
mengukur kekuatan dalam membayar hutang, menganalisis efisiensi modal lancar untuk mengevaluasi
berbagai alternatif investasi dan menghitung pajak perusahaan. Sehingga dari analisis laporan keuangan
dapat diketahui kondisi keuangan perusahaan, efisiensi penggunaan modal dan kemampuan manajemen
dalam mengelola perusahaan.

4
Laporan keuangan yang lengkap biasanya akan meliputi :

Neraca, laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan pada saat
tertentu. Untuk dapat mengggambarkan posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu, neraca
mempunyai tiga unsur laporan keuangan, yaitu aktiva, kewajiban dan ekuitas.

Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2002:17) masing-masing unsur laporan keuangan tersebut
dapat di subklasifikasikan, sebagai berikut :

Aktiva, merupakan sumber daya yang dikuasai perusahaan. Aktiva dapat disub-klasifikasikan, yaitu :
aktiva lancar, investasi jangka panjang, aktiva tetap, aktiva tidak berwujud, aktiva lain-lain.

Kewajiban (hutang), merupakan utang perusahaan masa kini. Kewajiban disub-klasifikasikan, yaitu :
kewajiban lancar, kewajiban jangka panjang dan kewajiban lain-lain.

Ekuitas (modal), merupakan bagian hak pemilik dalam perusahaan yang merupakan selisih antara aktiva
dan kewajiban yang ada. Ekuitas disubklasifikasi, yaitu : ekuitas yang berasal dari setoran para pemilik
perusahaan dan ekuitas yang berasal dari hasil operasi.

Laporan laba-rugi, menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2002:20), untuk dapat menggambarkan
informasi mengenai potensi perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertenu (kinerja),
laporan laba-rugi mempunyai dua unsur, yaitu :

Penghasilan (income), kenaikan manfaat ekonomi dalam bentuk pemasukan atau peningkatan aktiva atau
penurunan kewajiban perusahaan selama periode tertentu. Penghasilan dapat diklasifikasikan, sebagai
berikut : pendapatan, (revenues) dan keuntungan.

Beban (expense), penurunan manfaat ekonomi dalam bentuk arus keluar, penurunan aktiva atau
kewajiban perusahaan selama periode terntu. Beban disub-klasifikasikan : beban, kerugian, laporan
perubahan ekuitas dan laporan arus kas.

Analisa Laporan Keuangan secara umum dapat diklasifikasi (Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty 2002:54),
yaitu :

Metode analisa horizontal (dinamis), analisa yang membandingkan suatu pos dalam suatu laporan
keuangan dengan pos yang sama tapi periodenya berbeda Analisa horizontal dalam jangka panjang
akan membentuk analisa tren dan harus memperhatikan kondisi perekonomian yang terjadi pada
tahun analisa tersebut dibuat. Analisa horizontal berguna untuk mengevaluasi pola perkembangan
akun laporan keuangan dalam beberapa periode akuntansi, dengan melihat perubahannya dari satu
periode dengan periode sebelumnya baik untuk Neraca maupun Laba Rugi. Perubahan tersebut dapat
dinyatakan dalam nilai atau dinyatakan dalam persentase. Dengan melihat persentase tersebut, maka
dapat dilihat bagaimana trend perubahan dari tahun ke tahun.

5
Metode analisa vertikal (statis), analisa ini membanding suatu pos dalam suatu laporan keungan dengan
pos yang lain yang dijadikan tolok ukur. Untuk laporan laba rugi menggunakan penjualan bersih sebagai
tolok ukur, untuk laporan neraca menggunakan total asset-nya sebagai tolok ukur.

Analisa Common Size, analisa vertikal dalam persentase yang membandingkan suatu perusahaan dengan
perusahaan lainnya yang sejenis atau dengan data angka rata-rata industrinya.

Analisa Rasio, analisa yang dilakukan dengan membandingkan antara satu angka (pos) dalam laporan
keuangan dengan pos lain dalam laporan keuangan sehingga memiliki makna.

Analisa DuPont, analisa ini dikembangkan oleh DuPont company. Analisa ini merupakan elaborasi dari
Return of Equity (ROE) menjadi komponen profitability, efficiency, leverage dan Return of Investment
(ROI) menjadi komponen profilability, efficiency.

Harga Pokok Penjualan (Cost of Golds Sold/CGS) pada perusahaan fabrikase merupakan biaya yang
terjadi untuk menghasilkan output perusahaan yang terdiri dari biaya bahan-bahan langsung, biaya tenaga
kerja dan biaya overhead pabrik. Biaya operasi merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
menghasilkan output diluar harga pokok penjualan yang terdiri dari biaya penjualan serta biaya
administrasi dan umum. Pendapatan dan biaya lain-lain adalah pendapatan atau biaya yang didapat
bukan dari kegiatan utama perusahaan yang bersifat insidentil. Biaya lain-lain adalah biaya yang tidak
dapat dihubungkan secara langsung dengan kegiatan utama perusahaan, contohnya biaya bunga
(Soemarso, 1996).

Perhitungan Kinerja Keuangan

Perhitungan Kinerja Keuangan pada PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk., dengan meneliti kondisi
keuangan perusahaan menggunakan rasio-rasio keuangan artinya membandingkan akun-akun yang ada
dalam laporan keuangan untuk mendapatkan rasio-rasio yang diinginkan. Rasio dihitung untuk
mengetahui kondisi keuangan PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk, adalah : (1) rasio likuiditas, (2)
rasio profitabilitas, (3) rasio aktivitas dan (4) rasio solvabilitas.

Jenis rasio keuangan, biasanya dikelompokkan kedalam empat kelompok rasio (R.Agus Sartono, 1998),
yaitu :

Rasio Likuiditas, rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahan untuk memenuhi kewajiban jangka
pendeknya bila jatuh tempo (Munawir, 1996). Rasio ini terdiri dari :

Cash Ratio (CAR), rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban yang akan
jatuh tempo. Nilai yang tinggi mengindikasikan likuiditas yang baik, namun jika terlalu tinggi dapat juga
merupakan indikasi kekurangmampuan perusahaan dalam memanfaaatkan aktiva perusahaan.

Aktiva Lancar

6
CAR = ------------------- X 100%

Hutang Lancar

Rasio Modal Kerja terhadap Total Aktiva (Working Capital to Total Assets), rasio dari total aktiva dan
posisi modal kerja yang dapat diperoleh dari aktiva lancar yang dikurangi hutang lancar dibagi dengan
total aktiva.

Aktiva Lancar – Hutang Lancar

WCA = --------------------------------------- X 100%

Jumlah Aktiva

Activity Ratio, rasio ini untuk mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber dayanya,
terdiri dari :

Inventory Turn Over (ITO), kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan perusahaan berputar dalam
periode tertentu.

Harga Pokok Penjualan

ITO = -----------------------------

Persediaan Rata-Rata

Ratio Penjualan dari Total Aktiva (Sales To Total Assest), menunjukkan aktivitas aktiva dan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan penjualan bersih melalui penggunaan aktiva tersebut.

Penjualan Bersih

STA = ------------------------------

Jumlah Aktiva Rata-rata

Rasio Pengumpulan Periode dari Piutang (Collection Period), menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam menagih atau mengumpulkan piutangnya dalam satu kali pelaporan keuangan (Munawir, 1996).

Piutang

7
COP = --------------------- X 365 hari

Penjualan Bersih

Rasio Solvabilitas, yaitu mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang..

Debt Equity Ratio (DER), menggambarkan struktur modal sendiri yang dimiliki perusahaan sehingga
dapat dilihat resiko tertagihnya suatu hutang.

Jumlah Passiva

DER = --------------------

Modal Sendiri

Rasio Profitabilitas, mengukur efektivitas manajemen yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari
penjualan dan investasi perusahaan, terdiri dari :

Return Of Equity (ROE), merupakan rasio laba bersih setelah pajak terhadap modal, mengukur tingkat
hasil pengembalian dari investasi pemegang saham.

EAT (Laba Bersih Setelah Pajak)

ROE = ---------------------------------------- X 100%

(Ekuitas) Modal Saham

Return Of Assets (ROA), rasio ini sering juga disebut dengan Return On Investment (ROI) digunakan
untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan
aktiva yang dimilikinya. Rasio ini merupakan rasio yang terpenting diantara rasio
rentabilitas/profitabilitas yang lainnya. ROA diperoleh dengan cara membandingkan antara net
income after tax (NIAT) terhadap avarege total asset. NIAT merupakan pendapatan bersih
sesudah pajak, tetapi kalau ada keuntungan hak minoritas harus ikut diperhitungkan. Avarage
total assets merupakan rata-rata total asset awal dan akhir tahun. Semakin besar ROA atau ROI
menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena tingkat kembalian semakin.

Pendapatan Bersih (sesudah pajak)

ROA = --------------------------------------------- X 100%

Total Assets

8
Rasio Keuntungan Bersih dari Perusahaan (Net Profit Margit), rasio ini menunjukkan tingkat kembalian
keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya sekaligus menunjukkan efisiensi biaya yang dikeluarka
perusahaan. Jika NPM cash flow to current liability (CFCL), quick asset to inventory (QAI), debt to
total assets (DTA), debt to equity ratio (DER), net profit margin (NPM), return on assets (ROA) dan
earning per share (EPS) semakin besar mendekati satu, maka berarti semakin efisien biaya yang
dikeluarkan sehingga semakin besar tingkat kembalian keuntungan bersih.

Pendapatan Bersih (sesudah pajak)

NPM = ------------------------------------------- X 100%

Total Penjualan Bersih

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penilaian Kinerja Keuangan

Melihat kondisi keuangan perusahan menggunakan rasio-rasio keuangan artinya membandingkan akun-
akun dalam laporan keuangan untuk mendapatkan rasio yang diinginkan. Rasio yang dihitung untuk
mengetahui kondisi keuangan PT. PP. Lonsum, adalah : (1) rasio likuiditas, (2) rasio profitabilitas, (3)
rasio aktivitas, dan (4) rasio solvabilitas. Untuk dapat menghitungnya maka diperlukan akun-akun dalam
laporan keuangan PT. Lonsum yaitu Laporan Neraca (tabel 1) dan Laporan Laba Rugi (tabel 2).

9
10
11
Berdasarkan Laporan Neraca dan Laba Rugi tersebut, maka didapat perhitungan rasio keuangan PT. PP
London Sumatra Indonesia Tbk., sebagai berikut :

Rasio Likuiditas

Hasil penilaian kinerja keuangan berdasarkan penilaian terhadap rasio likuiditas dapat dilihat pada tabel
3, berikut :

12
2006 2007 2008 2009

INDIKATOR STANDAR

Hasil Nilai Hasil Nilai Hasil Nilai Hasil Nilai

CAR 0,28 0,67 1,21 0,99

WCA -0,15 0,02 0,12 0,06

Hasil analisa kinerja keuangan pada Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas pada kinerja keuangan perusahaan pada tahun 2006 dan tahun 2007 berada pada
kondisi stabil namun pada tahun 2008 nilai rasio likuiditas naik ke angka 30.58 untuk CAR yang
berarti setiap hutang lancar Rp.1,- dijamin oleh kas dan Bank sebesar Rp.0.3058,-. Hal ini
dikarenakan meningkatnya nilai kas perusahaan yang didatangkan dari PT. PP.Lonsum pada
tahun tersebut guna pemenuhan kebutuhan untuk membiayai hutang jangka pendek perusahaan
berupa perbaikan gudang-gudang sendiri yang sudah banyak rusak dan juga pembayaran sewa
gudang yang dipinjam.

Rasio Solvabilitas

Setelah dilakukan analisa pada 4 tahun terakhir, maka didapat rasio solvabilitas yang ditunjukkan
oleh DER pada tabel 4 dibawah ini :

2006 2007 2008 2009

INDIKATOR STANDAR

Hasil Nilai Hasil Nilai Hasil Nilai Hasil Nilai

DER 1,22 0,70 0,54 0,27

Hasil analisa kinerja keuangan pada Rasio Solvabilitas

Rasio Aktivitas

13
Berdasarkan analisa terhadap kinerja keuangan pada rasio aktivitas maka didapatkan hasil yang
disajikan pada tabel 5 dibawah ini :

2006 2007 2008 2009


INDIKATOR STAND

Hasil Nilai Hasil Nilai Hasil Nilai Hasil Nilai

ITO 10,57 6,76 9,29 9,42

STA 0,72 0,74 0,77 0,66

COP 0,02 0,02 0,03 0,02

Hasil analisa kinerja keuangan pada Rasio Aktivitas

Rasio Profitabilitas

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan diperoleh hasil yang dapat dilihat pada tabel berikut :

2006 2007 2008 2009


INDIKATOR STAND

Hasil Nilai Hasil Nilai Hasil Nilai Hasil Nilai

ROE 0,55 0,83 1,36 1,04

ROA 0,14 0,21 0,27 0,21

NPM 3,33 2,79 3,24 3,46

Hasil analisa kinerja keuangan pada Rasio Profitabilitas

Perhitungan Rasio Kinerja Keuangan PT. PP.Lonsum Tahun 2006 – 2009

Hasil perhitungan rasio kinerja keuangan PT. PP Lonsum tahun 2006 – 2009 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :

14
15
16
17
DAFTAR PUSTAKA

http://www.slideshare.net/abida/industri-cpo-indonesia

http://www.datacon.co.id/CPO2-2009Sawit.html (gambar)

http://www.londonsumatra.com/.../dl_153_en1q_2010_Lonsum_Quarterly_Highlight_-
_29_April_2010.pdf

LAMPIRAN TABEL

18
19

You might also like