Professional Documents
Culture Documents
TERPUJI
ADIL, RIDHA DAN AMAL
SALEH
DISUSUN OLEH
NAMA : JANESYA SICILIANTY
KELAS : XII IPA 4
SMA NEGERI 5 PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2010/2011
SIFAT TERPUJI
1. ADIL
Adil sering disinonimkan dengan kata Al Musawah (persamaan) dan Al
Qisth (moderat/seimbang) dan kata adil dilawankan dengan kata dzalim.
Prinsip ini benar-benar merupakan akhlak mulia yang sangat ditekankan
dalam syari’at Islam, sehingga wajar kalau tuntunan dan aturan agama
semuanya dibangun di atas dasar keadilan dan seluruh lapisan manusia
diperintah untuk berlaku adil. Adil adalah memberikan hak kepada orang yang
berhak menerimanya tanpa ada pengurangan, dan meletakkan segala urusan
pada tempat yang sebenarnya tanpa ada aniaya, dan mengucapkan kalimat
yang benar tanpa ada yang ditakuti kecuali terhadap Allah swt saja. Allah swt
berfirman dalam surat An-Nisa ayat 135 yaitu :
Artinya :
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar
penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri
atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah
lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan
(kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha
Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.
Artinya:
7. Dan Allah Telah meninggikan langit dan dia meletakkan neraca (keadilan).
8. Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu.
9. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi
neraca itu.
QS. Al-Hadid : 25
Artinya:
Sesungguhnya kami Telah mengutus rasul-rasul kami dengan
membawa bukti-bukti yang nyata dan Telah kami turunkan bersama mereka Al
Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. dan
kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai
manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya
Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal
Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.
Artinya :
Dan Allah Ahkamul Hâkimîn memerintah untuk berlaku adil secara mutlak, “Dan
apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil kendatipun dia adalah
kerabat(mu).”
QS. Al-Mâ`idah : 8
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada
takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.
2. RIDHA
Ridha menurut kamus al-Munawwir artinya senang, suka, rela. Ridha
bermakna menerima semua realita takdir dan ketentuan Allah dengan senang
hati, ikhlas, lapang dada, bahagia, tanpa merasa kecewa atau marah. Walaupun
ketentuan Allah tersebut tidak sesuai dengan keinginan kita dan kadang
membawa kita pada kesedihan. Saya mengatakan demikian, karena kadang
realita kehidupan memang ada yang membawa kita pada kekecewaan dan
kesedihan. Tapi kalau kita bisa ridha menerima semuanya dan mengembalikan
semua kejadian pada Penguasa Segala Kejadian (Allah), maka kita akan terbebas
dari rasa kekecewaan dan kesedihan hingga kita pun bisa berlapang dada
menerima kenyataan hidup, ridha menerima ketentuan-Nya. Karena
sesungguhnya, tidak ada ketentuan-Nya yang buruk, semua pasti ada
hikmahnya, hanya saja memang kadang butuh waktu bagi kita untuk memahami,
hikmah apa yang terkandung dalam setiap ketentuan-Nya.
Dalam Hadits Atha’, Ibnu Abbas berkata ketika Rasulullah SAW menemui
sahabat – sahabat Anshar, Beliau bersabda, ”Apakah kamu orang – orang
mukmin?” , lalu mereka diam, maka berkatalah Umar, “ Ya, Rasulullah”. Beliau
SAW bersabda lagi, “Apakah tanda keimananmu?”, mereka berkata, “Kami
bersyukur menghadapi kelapangan, bersabar menghadapi bencana, dan ridha
dengan qada’ ketentuan Allah”, kemudian Nabi SAW bersabda lagi, ”Orang-
orang mukmin yang benar, demi Tuhan Ka’ba”.
Dalam hadits diatas diterangkan dengan jelas bahwa ridha merupakan
tanda dari keimanan seseorang, ridha adalah suatu maqam mulia karena
didalamnya terhimpun tawakal dan sabar.Namun kadang ada orang yang salah
persepsi dalam memahami ridha dengan suatu pengertian pasrah tanpa usaha.
Padahal menyerah pasrah dalam suatu keadaan, yang berupa pasrah secara total
tanpa usaha sama sekali, tanpa ikhtiar sedkitpun untuk mencari jalan keluar,
adalah pemahaman yang salah dari ridha. Karena ridha bukan berarti menerima
begitu saja segala hal yang menimpa kita tanpa ada usaha sedikit pun untuk
mengubahnya. Ridha tidak sama dengan pasrah. Ketika sesuatu yang tidak
diinginkan datang menimpa kita, kita memang dituntut untuk ridha
menerimanya. Dalam pengertian kita meyakini bahwa apa yang telah menimpa
kita itu adalah takdir yang telah Allah tetapkan untuk kita, namun kita tetap
dituntut untuk berusaha. Allah berfirman dalam surat Ar-Ra'd ayat 11, yaitu :
Artinya :
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran,
di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. Bagi tiap-
tiap manusia ada beberapa malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran
dan ada pula beberapa malaikat yang mencatat amalan-amalannya. Dan yang
dikehendaki dalam ayat ini ialah malaikat yang menjaga secara bergiliran itu,
disebut malaikat Hafazhah. Tuhan tidak akan merobah keadaan mereka, selama
mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka.”
Jadi, ridha menuntut adanya usaha aktif, dan itu sangat berbeda dengan
sikap pasrah yang menerima kenyataan begitu saja tanpa ada usaha untuk
mengubahnya. Walaupun di dalam ridha terdapat makna yang hampir sama
dengan pasrah yaitu menerima dengan lapang dada suatu perkara, namun di
dalam ridha dituntut adanya usaha untuk mengubah kondisi yang ada, misalnya
saat kita sakit, kita wajib berusaha dan berikhtiar untuk sembuh dengan cara
berobat.
Dalam kehidupan ini seseorang dapat menunjukkan sikap ridha minimal
dalam
empat hal antara lain :
A. Ridha Terhadap Perintah Dan Larangan Allah
Artinya ridha untuk mentaati Allah dan Rasulnya. Pada hakekatnya
seseorang yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat, dapat diartikan
sebagai pernyataan ridha terhadap semua nilai dan syari’ah Islam. Perhatikan
firman Allah dalam surat Al–Bayyinah ayat 8 yaitu :
Artinya :
Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha
terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. Yang demikian itu adalah
(balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.”
Dari ayat tersebut dapat dihayati, jika kita ridha terhadap perintah Allah maka
Allah pun ridha terhadap kita.
Artinya :
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu -bapanya ; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu
dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
Bahkan Rasulullah bersabda : “Keridhaan Allah tergantung keridhaan
orang tua, dan murka Allah tergantung murka orang tua”. Begitulah tingginya
nilai ridha orang tua dalam kehidupan kita, sehingga untuk mendapatkan
keridhaan dari Allah, mempersyaratkan adanya keridhaan orang tua. Ingatlah
kisah Juraij, walaupun beliau ahli ibadah, ia mendapat murka Allah karena ibunya
tersinggung ketika ia tidak menghiraukan panggilan ibunya.
D. Ridha Terhadap Peraturan Dan Undang - Undang Negara
Mentaati peraturan yang belaku merupakan bagian dari ajaran Islam dan
merupakan salah satu bentuk ketaatan kepada Allah swt. karena dengan
demikian akan menjamin keteraturan dan ketertiban sosial. Mari kita hayati
firman Allah dalam surat An–Nisa ayat 59 yaitu :
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya),
jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian
itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Ulil Amri artinya orang-orang yang diberi kewenangan, seperti ulama dan
umara. Ulama dengan fatwa dan nasehatnya sedangkan umara dengan
peraturan dan perundang - undangan yang berlaku. Termasuk dalam ridha
terhadap peraturan dan undang-undang negara adalah ridha terhadap peraturan
sekolah, karena dengan sikap demikian, berarti membantu diri sendiri, orang
tua, guru dan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian
mempersiapkan diri menjadi kader bangsa yang tangguh.
3. AMAL SALEH
Amal Saleh artinya perbuatan yang baik. Beramal shaleh artinya
melakukan hal-hal positif secara kreatif. Amal diartikan sebuah proses. Amal
saleh diartikan sebuah proses yang baik sehingga menghasilkan sesuatu yang
baik. Memperbanyak amal saleh berarti banyak jalan/cara yang baik (halal)
untuk memperoleh sesuatu yang baik. Misalnya si Adnan rajin belajar dengan
menciptakan cara-cara (berbagai cara) belajar yang kreatif, hasilnya dia
memperoleh nilai maksimal dalam ujiannya. Rajin belajar dengan berbagai cara
kreatif adalah amal saleh. Ukuran kesalehan adalah berdasarkan al-Quran dan
Sunnah Rasulullah saw. yang prinsipnya antara lain sebagai berikut:
Prosesnya Benar
Perbuatan dipandang benar atau termasuk amal shaleh apabila prosesnya tidak
bertentangan dengan norma-norma agama dan akhlaq mulia. Sebagai contoh,
seseorang berjualan atau dagang dengan tujuan untuk mencari rizki agar bisa
menafkahi keluarganya, tetapi dengan cara-cara yang tidak halal, misalnya
dengan cara menipu atau mengurangi timbangan dan sebagainya. Maka
perbuatan dagang tersebut menjadi tercela, tidak termasuk amal shaleh.