You are on page 1of 24

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tahun 2001 menjadi masa yang pahit bagi Bali setelah terjadi aksi terorisme pengeboman
yang dilakukan Amrozi Cs. Banyak wisatawan mancanegara yang menjadi korban ledakan yang
terjadi di 2 tempat di Kuta. Namun berkat kegigihan masyarakat dan pemerintah, kepercayaan
masyarakat internasional kembali pulih. Satu yang perlu diwaspadai adalah ancaman serius
akibat ketidaksadaran masyarakat dalam mengelola sanitasi yang berdampak pada perusakan
badan sungai, termasuk pantai yang selama ini menjadi salah satu daya tarik yang memikat baik
wisatawan domestik maupun wisatawan asing. DSDP hadir untuk menanggulangi kemungkinan
dampak pengelolaan sanitasi yang buruk. Sebagai catatan, pada tahun 1980an, dua turis Jepang
terserang diare akibat air yang tercemar. Sontak Pemerintah Jepang melarang warganya
berkunjung ke Bali, padahal negeri Sakura ini adalah salah satu penyumbang turis manca
terbanyak di Bali. Pemerintah Jepang pada 1994 menawarkan bantuan kepada Indonesia untuk
menata pengelolaan sanitasi yang lebih baik, yaitu membangun sistem pengolahan air limbah
terpusat.
Kendati pembangunannya memakan waktu yang lama, DSDP saat ini benar-benar siap
dimanfaatkan untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan kunjungan wisatawan. Proyek ini
sempat mengalami penundaan saat era reformasi politik berlangsung, di mana kebijakan
desentralisasi mulai digulirkan. Akibatnya proyek ini perlu tambahan waktu 5 tahun 10 bulan dari
jadwal yang telah ditetapkan.
DSDP (Denpasar Sewerage Development Project) adalah proyek sanitasi yang dikerjakan
oleh Pemerintah Kabupaten Badung, Kota Denpasar dan Provinsi Bali dengan bantuan pinjaman
lunak dari Jepan melalui JICA
Menurut Menteri Pekerjaan Umum,Djoko Kirmanto, Sistem Perpipaan Air Limbah
Denpasar (DSDP) adalah proyek pembangunan sistem perpipaan air limbah terpusat yang pada
tahap pertama mencakup kawasan Kota Denpasar dan Kabupaten Badung dan dapat melayani
160.000 jiwa. Pembangunan DSDP dilatarbelakangi kenyataan akan tingginya pencemaran

1
perairan Teluk Benoa, yang kemudian ditindaklanjuti dengan studi masterplan Japan
International Corrporation Association (JICA) yang dilaksanakan pada 1991-1992.
Pelaksanaan proyek yang diresmikan tersebut merupakan tahap pertama dari tiga tahap
yang direncanakan. Kegiatannya meliputi pembangunan jaringan pipa air limbah sepanjang 129
km meliputi jaringan pipa induk, sekunder, tersier dan lateral, serta pembangunan IPAL di
Suwung. Sementara pembangunan DSDP Tahap II telah ditandatangani perjanjian loan dengan
IP-550 pada 28 Maret 2008 di mana konstruksinya akan dilaksanakan pada 2009-2014.
Menurut informasi yang saya dapat dari kunjungan ke DSDP, proyek ini adalah sebagai
bagian dari upaya penyelamatan lingkungan Bali dari kerusakan khususnya penurunan kualitas
air. Dalam hal ini akibat pembuangan air limbah secara sembrono oleh masyarakat dan
pengusaha. Bukan rahasia umum lagi kalau banyak pihak pengusaha hotel membuang limbah
langsung ke pantai tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Diharapkan DSDP akan
membantu mengurangi berbagai akibat pencemaran oleh air limbah tersebut. DSDP
diproyeksikan akan melayani daerah Kota Denpasar serta dua daerah wisata utama yakni Sanur
dan Kuta. Tentu hal ini akan meringankan beban para pengusaha hotel yang selama ini tidak
mempunyai IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah ).
Salah satu contoh pengolahan limbah terpadu yang baik adalah instalasi pengolahan air
limbah milik BTDC Nusa Dua. Disini semua air limbah hotel hotel dikawasan Nusa Dua di
alirkan ke dam penampungan sementara yang kemudian diolah untuk memenuhi standar mutu
yang ramah lingkungan. Sebagain besar air hasil pengolahan digunakan kembali untuk pengairan
di komplek BTDC Nusa Dua. Jadi dalam hal ini penggunaan air bersih untuk pengairan taman
dan kebun hotel juga bisa dihemat, karena sudah tergantikan oleh air hasil pengolahan limbah.
proyek ini bukan tanpa kendala, sejak proyek DSDP dikerjakan, yang mana sampai saat
ini masih terus berlangsung diberbagai sudut kota Denpasar; pro dan kontra terhadap proyek ini
sempat mengemuka. Berbagai keluhanpun bermunculan di masyarakat terkait terganggunya
keyamanan warga kota dalam melakukan aktifitasnya akibat pengerjaan proyek ini. Selama ini
masyarakat mengeluh karena kemacetan dan terganggunya kenyamanan berlalu-lintas, beberapa
galian yang terbengkalai , buruknya kualitas pengaspalan kembali terhadap galian yang sudah
selesai serta penempatan manhole yang tidak sesuai dengan permukaan aspal yang bisa
membahayakan pengguna jalan.
Terlepas dari pro-kontra serta berbagai keluhan diatas, semoga proyek ini nantinya benar
benar berguna bagi masyarakat, bukan sekedar proyek asal jalan. Rakyat membutuhkan berbagai
2
pembangunan prasarana yang menyentuh masyarakat banyak.Sudah selayaknya pajak yang kita
bayarkan di kembalikan kepada rakyat dalam bentuk proyek proyek seperti ini. Semoga Denpasar
kedepan menjadi Denpasar yang berwawasan lingkungan selain sebagai kota berwawasan
budaya.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari kunjungan ini adalah:
1) Untuk mengetahui data teknis instalasi pengolahan limbah cair DSDP.
2) Untuk mengetahui cara kerja DSDP
3) Untuk mengetahui keuntungn serta kerugian yang ditimbulkan oleh DSDP.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari kunjungan ini adalah:
1) Dapat mengetahui data teknis instalasi pengolahan limbah cair DSDP.
2) Dapat mengetahui cara kerja DSDP
3) Dapat mengetahui keuntungn serta kerugian yang ditimbulkan oleh DSDP.

BAB 2
METODE PENULISAN

3
2.1. Jenis Penulisan
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk
membuat pengamatan secara sistematis, faktual dan akurat dari fakta dan data di lapangan.

1. Telaah Pustaka
Dalam pembuatan karya tulis ini tim penulis menggunakan sumber-sumber tertulis untuk
menunjang dalam pembuatan laporan ini, seperti buku umum, buku panduan, dan dari
internet.

2. Wawancara
Selain telaah pustaka penulis juga mengadakan wawancara dengan narasumber yang
bersangkutan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam pembuatan laporan
ini.

2.2. Prosedur Penulisan


Kunjungan kami lakukan pada hari jumat 27 agustus 2010.dari pukul 09.00-11.30.dari
kunjungan tersebut kami mendapatkan Data-data teknis tentang pengolahan limbah di denpasar
yang menggunakan sistem DSDP (Denpasar Sewerage Development Project). Adapun jenis
penulisan yang digunakan dalam penulisan laporan ini adalah :

1. Tahap Pertama
Tahap pertama dilakukan pada tanggal 20 agustus 2010. Dimana pada tahap pertama ini Tim
Penulis melakukan kunjungan langsung DSDP. Tim penulis juga melakukan pegumpulan
data dengan melakukan wawancara kepada para ahli di DSDP.
2. Tahap Kedua
Tahap kedua dilakukan pada tanggal 21-23 agustus 2010. Dimana pada tahap kedua ini tim
penulis melakukan telaah pustaka melalui buku-buku umum, buku-buku panduan, dan dari
internet.

BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA

4
3.1. Limbah Secara Umum

Seiring dengan bertambahnya jumlah manusia yang ada di bumi, maka semakin banyak
pula kebutuhan yang harus dipenuhi. Akibat dari semakin bertambahnya tingkat konsumsi
masyarakat serta aktivitas lainnya maka bertambah pula buangan/limbah yang dihasilkan..
Industri selain menghasilkan produk juga menghasilkan limbah.
Kita sering mendengar kata limbah dalam kehidupan sehari-hari. Limbah menurut
Limbah menurut kamus besar bahasa Indonesia memiliki arti 1. Sisa proses produksi, 2. bahan
yang tidak mempu-nyai nilai/tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembuatan/
pemakaian, 3. barang cacat/rusak dalam proses produksi. Limbah adalah buangan yang
dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga, yang lebih
dikenal sebagai sampah), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak
dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Jenis limbah pada dasarnya
memiliki dua bentuk yang umum yaitu; padat dan cair, sedangkan yang berbentuk gas umumnya
dihasilkan dalam jumlah yang sangat kecil.

Berdasarkan karakteristiknya, limbah dapat digolongkan menjadi 4 macam, yaitu :

1. Limbah cair
2. Limbah padat
3. Limbah gas dan partikel
4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

3.2. Limbah Cair


Limbah cair menurut Kamus Besar bahasa Indonesia memiliki pengertian air yang
membawa sampah (limbah) dari rumah, bisnis & industry. Limbah cair adalah sisa dari suatu
hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair (PP 82 thn 2001).

Jenis-jenis limbah cair


Jenis-jenis limbah cair dapat digolongkan berdasarkan pada :

5
1. Sifat Fisika dan Sifat Agregat . Keasaman sebagai salah satu contoh sifat limbah
dapat diukur dengan menggunakan metoda Titrimetrik
2. Parameter Logam, contohnya Arsenik (As) dengan metoda SSA
3. Anorganik non Metalik contohnya Amonia (NH3-N) dengan metoda Biru
Indofenol
4. Agregat contohnya Biological Oxygen Demand (BOD Organik)
5. Mikroorganisme contohnya E Coli dengan metoda MPN
6. Sifat Khusus contohnya Asam Borat (H3 BO3) dengan metoda Titrimetrik
7. Air Laut contohnya Tembaga (Cu) dengan metoda SPR-IDA-SSA

3.3. Sumber-sumber Limbah Cair


Setiap kegiatan manusia menghasilkan limbah. Limbah cair biasanya berasal dari tempat-
tempat yang pemakaian airnya tinggi. Air limbah berasal dari dua jenis sumber yaitu air limbah
rumah tangga dan air limbah industri. Secara umum didalam limbah rumah tangga tidak
terkandung zat-zat berbahaya, sedangkan didalam limbah industri harus dibedakan antara limbah
yang mengandung zat-zat yang berbahaya dan yang tidak.

Untuk yang mengandung zat-zat yang berbahaya harus dilakukan penanganan khusus
tahap awal sehingga kandungannya bisa di minimalisasi terlebih dahulu sebelum dialirkan ke
sewage plant, karena zat-zat berbahaya itu bisa memetikan fungsi mikro organisme yang
berfungsi menguraikan senyawa-senyawa di dalam air limbah. Sebagian zat-zat berbahaya
6
bahkan kalau dialirkan ke sawage plant hanya melewatinya tanpa terjadi perubahan yang berarti,
misalnya logam berat.
Penanganan limbah industri tahap awal ini biasanya dilakukan secara kimiawin dengan
menambahkan zat-zat kimia yang bisa mengeliminasi zat-zat yang berbahaya

3.3.1 Limbah cair industri


Industri umumya menghasilkan limbah cair yang mengandung zat-zat kimia berbahaya,
logam berat, serta bahan-bahan organik lainnya. Misalnya pada industri penyamakan kulit,
industri ini menghasian limbah krom, sulfida, ammonia, serta minyak dan lemak.
Setiap industri memiliki limbah cair yang berbeda.Alam memiliki system alamia untuk
menetralisir pencemaran yang terjadi pada perairan. Tetapi jika melampaui kemampuan yang
dimiliki peraran akan tercemar karena itu pengawasan dan pengendalian baku mutu air harus
dilksanakan agar tidak mencemari lingungan, biasanya menyangkut BOD, TSS, dan COD.

3.3.2 Limbah domestik


limbah domestik adalah air yang telah dipergunakan yang berasal dari rumah tangga atau
pemukiman termasuk didalamnya air buangan yang berasal dari WC, kamar mandi, tempat cuci,
dan tempat memasak.

3.4 Efek Buruk Limbah Cair


Sesuai dengan batasan air limbah yang merupakan benda sisa, maka sudah barang tentu
bahwa air limbah merupakan benda yang sudah tidak dipergunakan lagi. Akan tetapi tidak berarti
bahwa air limbah tersebut tidak perlu dilakukan pengelolaan, karena apabila limbah tersebut
tidak dikelola secara baik akan dapat menimbulkan gangguan, baik terhadap lingkungan maupun
terhadap kehidupan yang ada.

3.4.1 Gangguan terhadap kesehatan


Air limbah sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia mengingat bahwa banyak penyakit
yang dapat ditularkan melalui air limbah. Air limbah ini ada yang hanya berfungsi sebagai media
pembawa saja seperti penyakit kolera, radang usus, hepatitis infektiosa, serta schitosomiasis.

7
Selain sebagai pembawa penyakit di dalam air limbah itu sendiri banyak terdapat bakteri patogen
penyebab penyakit seperti:
1. Virus
Menyebabkan penyakit polio myelitis dan hepatitis. Secara pasti modus penularannya
masih belum diketahui dan banyak terdapat pada air hasil pengolahan (effluent)
pengolahan air.
2. Vibrio Cholera
Menyebabkan penyakit kolera asiatika dengan penyebaran melalui air limbah yang telah
tercemar oleh kotoran manusia yang mengandung vibrio cholera.
3. Salmonella Typhosa a dan Salmonella Typhosa b
Merupakan penyebab typhus abdomonalis dan para typhus yang banyak terdapat di dalam
air limbah bila terjadi wabah. Prinsip penularannya adalah melalui air dan makanan yang
telah tercemar oleh kotoran manusia yang banyak berpenyakit typhus.
4. Salmonella Spp
Dapat menyebabkan keracunan makanan dan jenis bakteri banyak terdapat pada air hasil
pengolahan.
5. Shigella Spp
Adalah penyebab disentri bacsillair dan banyak terdapat pada air yang tercemar. Adapun
cara penularannya adalah melalui kontak langsung dengan kotoran manusia maupun
perantaraan makanan, lalat dan tanah.
6. Basillus Antraksis
Adalah penyebab penyakit antrhak, terdapat pada air limbah dan sporanya tahan terhadap
pengolahan.
7 Brusella Spp
Adalah penyebab penyakit brusellosis, demam malta serta menyebabkan keguguran
(aborsi) pada domba.
8 Mycobacterium Tuberculosa
Adalah penyebab penyakit tuberculosis dan terutama terdapat pada air limbah yang
berasal dari sanatorium.
9. Leptospira
Adalah penyebab penyakit weii dengan penularan utama berasal dari tikus selokan .
10. Entamuba Histolitika
8
Dapat menyebabkan penyakit amuba disentri dengan penyebaran melalui Lumpur yang
mengandung kista.
11. Schistosoma Spp
Penyebab penyakit schistosomiasis, akan tetapi dapat dimatikan pada saat melewati
pengolahan air limbah.
12. Taenia Spp
Adalah penyebab penyakit cacing pita, dengan kondisi yang sangat tahan terhadap cuaca.
13. Ascaris Spp. Enterobius Spp
Menyebabkan penyakit cacingan dan banyak terdapat pada air hasil pengolahan dan
Lumpur serta sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia.

Selain sebagai pembawa dan kandungan kuman penyakit maka air limbah juga dapat
mengandung bahan-bahan beracun, penyebab iritasi, bau dan bahkan suhu yang tinggi serta
bahan-bahan lainnya yang mudah terbakar. Keadaan demikian ini sangat dipengaruhi oleh
sumber asal air limbah. Kasus yang terjadi di Teluk Minamata pada tahun 1953 adalah contoh
yang nyata di mana para nelayan dan keluarganya mengalami gejala penyempitan ruang pandang,
kelumpuhan, kulit terasa menebal dan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Kejadian yang demikian adalah sebagai akibat termakannya ikan oleh nelayan,
sedangkan ikan tersebut telah mengandung air raksa sebagai akibat termakannya kandungan air
raksa yang ada di dalam teluk. Air raksa ini berasal dari air limbah yang tercemar oleh adanya
pabrik yang menghasilkan air raksa pada buangan limbanya. Selain air raksa masih banyak lagi
racun lainnya yang dapat membahayakan kesehatan manusia antara lain:

1. Timah Hitam
Apabila manusia terpapar oleh timah hitam, maka orang tersebut dapat terserang
penyakit anemia, kerusakan fungsi otak, serta kerusakan pada ginjal.
2. Krom
Krom dengan senyawa bervalensi tujuh lebih berbayaha bila dibandingkan dengan
krom yang bervalensi tiga. Apabila terpapar oleh krom ini dapat menyebabkan
kanker pada kulit dan saluran pencernaan.
3. Sianida

9
Senyawa ini sangat beracun terhadap manusia karena dalam jumlah yang sangat
kecil sudah dapat menimbulkan keracunan dan merusak organ hati.

3.4.2 Gangguan terhadap kehidupan biotik


Dengan banyaknya zat pencemar yang ada di dalam air limbah, maka akan menyebabkan
menurunnya kadar oksigen yang terlarut di dalam air limbah. Dengan demikian akan
menyebabkan kehidupan di dalam air yang membutuhkan oksigen akan terganggu, dalam hal ini
akan mengurangi perkembangannya. Selain kematian kehidupan di dalam air disebabkan karena
kurangnya oksigen di dalam air dapat juga karena adanya zat beracun yang berada di dalam air
limbah tersebut.
Selain matinya ikan dan bakteri-bakteri di dalam air juga dapat menimbulkan kerusakan
pada tanaman atau tumbuhan air. Sebagai akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses
penjernihan sendiri yang seharusnya bisa terjadi pada air limbah menjadi terhambat. Sebagai
akibat selanjutnya adalah air limbah akan sulit untuk diuraikan.
Selain bahan-bahan kimiayang dapat mengganggu kehidupan di dalam air, maka
kehidupan di dalam air juga dapat terganggu dengan adanya pengaruh fisik seperti adanya
tempertur tinggi yang dikeluarkan oleh industri yang memerlukan proses pendinginan. Panasnya
air limbah dapat mematikan semua organisme apabila tidak dilakukan pendinginan terlebih
dahulu sebelum dibuang ke dalam saluran air limbah.

3.4.3 Gangguan terhadap keindahan

Dengan semakin banyaknya zat organic yang dibuang oleh perusahaan yang
memproduksi bahan organik seperti tapioka, maka setiap hari akan dihasilkan air limbah yang
berupa bahan-bahan organic dalam jumlah yang sangat besar. Ampas yang berasal dari pabrik ini
perlu dilakukan pengendapan terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran air limbah, akan tetapi
memerlukan waktu yang sangat lama. Selama waktu tersebut maka air limbah mengalami proses
pembusukan dari zat organik yang ada didalamnya. Sebagai akibat selanjutnya adalah timbulnya
bau hasil pengurangan dari zat organik yang sangat menusuk hidung.

3.5 Pengolahan Limbah Cair


3.5.1 Tujuan pengolahan limbah cair

10
Secara umum pengolahan limbah cair memiliki tujuan-tujuan berikut:
1. Menyisihkan material yang tersuspensi & mengapung di dalam air
2. Menyisihkan material organik yang dapat terdegradasi secara biologis
3. Menghilangkan organisme patogen
4. Menyisihkan nitrogen & phosfor
5. Menghilangkan senyawa toxic

3.5.2 Sistem pengolahan limbah cair


1. Sistem terpusat
Sistem terpusat adalah system pengolahan limbah cair dimana limbah cair dikumpulkan
dahulu dari sumber limbah di suatu tempat dimana terdapat fasilitas pengolahan limbah
tersebut. misalnya DSDP, limbah rumah tangga dikumpulkan melalui system sewer
kemudian dialirkan ke fasilitas pengolahan air bersih di Suwung.
2. Sistem setempat
Dimana pengolahan limbah dilakukan ditempat limbah cair itu diproduksi. misalnya suatu
pabrik memiliki fasilitas untuk mengurangi tingkat pencemarannya

3.5.3. Teknologi pengolahan limbah cair

Pada pengolahan limbah konvensional yang lebih banyak menggunakan bakteri aerob
yang memang terdapat di dalam limbah itu sendiri aerasi mutlak diperlakukan agar proses
penjernihan lebih efektif dan efisien. Secara umum, aerasi merupakan proses yang bertujuan
untuk meningkatkan kontak antara udara dengan air. Pada prakteknya, proses aerasi terutama
bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi oksigen di dalam air limbah. Peningkatan konsentrasi
oksigen di dalam air ini akan memberikan berbagai manfaat dalam pengolahan limbah. Metode
pengolahan air limbah dilakukan sesuai dengan karakteristik pencemar yang terkandung di
dalamnya. Terdapat tiga proses dasar yang digunakan dalam pengolahan air limbah, yaitu proses
fisika, kimia, dan biologi.

Proses Fisika
Proses fisika digunakan untuk menyisihkan polutan yang berupa solid (padatan). Proses
ini melibatkan fenomena fisik seperti pengendapan maupun pengapungan. Penyisihan padatan
memanfaatkan berat jenis padatan. Jika berat jenisnya lebih besar dari air, maka proses
11
penyisihannya dilakukan melalui pengendapan. Sebaliknya, jika berat jenisnya lebih rendah dari
air, proses penyisihan dilakukan melalui proses pengapungan.

Proses Kimia
Dalam proses kimia, pengolahan limbah dilakukan dengan cara menambahkan bahan-
bahan kimia tertentu ke dalam air limbah untuk menggabungkan atau mengikat partikel-partikel
sehingga akhirnya memiliki massa yang lebih besar . Partikel gabungan ini biasa disebut flok.
Flok yang terbentuk kemudian disisihkan dari dalam air limbah melalui proses pengendapan.

Proses Biologi
Pengolahan air limbah dengan proses biologi memanfaatkan mikroorganisme untuk
mengkonsumsi polutan-polutan yang berupa zat organik. Zat-zat organik ini merupakan makanan
bagi mikroorganisme yang diperlukan untuk pertumbuhan. Jenis pengolahan secara biologi dapat
dibedakan berdasarkan cara mikroorganisme tumbuh di dalam unit pengolahan limbah. Cara
tumbuh mikroorganisme dapat secara melekat (attached growth) maupun tersuspensi (suspended
growth). Mikroorganisme yang tumbuh secara melekat akan membutuhkan media sebagai tempat
menempel. Media-media yang ditumbuhi mikroba tersebut nantinya akan berfungsi sebagai filter
untuk menyaring polutan dari dalam air limbah.
Proses aerasi sangat penting terutama pada pengolahan limbah yang proses pengolahan
biologinya memanfaatkan bakteri aerob. Bakteri aerob adalah kelompok bakteri yang mutlak
memerlukan oksigen bebas untuk proses metabolismenya. Dengan tersedianya oksigen yang
mencukupi selama proses biologi, maka bakteri-bakteri tersebut dapat bekerja dengan optimal.
Hal ini akan bermanfaat dalam penurunan konsentrasi zat organik di dalam air limbah. Selain
diperlukan untuk proses metabolisme bakteri aerob, kehadiran oksigen juga bermanfaat untuk
proses oksidasi senyawa-senyawa kimia di dalam air limbah serta untuk menghilangkan bau.
Aerasi dapat dilakukan secara alami, difusi, maupun mekanik.

Aerasi alami merupakan kontak antara air dan udara yang terjadi karena pergerakan air
secara alami. Beberapa metode yang cukup populer digunakan untuk meningkatkan aerasi alami
antara lain menggunakan cascade aerator, waterfalls, maupun cone tray aerator.
Pada aerasi secara difusi, sejumlah udara dialirkan ke dalam air limbah melalui diffuser.
Udara yang masuk ke dalam air limbah nantinya akan berbentuk gelembung-gelembung

12
(bubbles). Gelembung yang terbentuk dapat berupa gelembung halus (fine bubbles) atau kasar
(coarse bubbles). Hal ini tergantung dari jenis diffuser yang digunakan.
Aerasi secara mekanik atau dikenal juga dengan istilah mechanical agitation
menggunakan proses pengadukan dengan suatu alat sehingga memungkinkan terjadinya kontak
antara air dengan udara.

Gambar 3.1 Cascade AeratorCascade Aerator Gambar 3.2 Bubble diffuser

3.6 Perbandingan Antara Pengolahan Limbah Cair Secara Aerob dan Anaerob

Perbedaan utama dari pengolahan secara aerob dan anaerob terletak pada kondisi
lingkungannya. Pada pengolahan secara aerob, kehadiran oksigen mutlak diperlukan untuk
metabolisme bakteri, sementara pada kondisi anaerob sebaliknya. Berikut ini adalah beberapa
perbedaan utama antara pengolahan secara aerob dan anaerob menurut Eckenfelder, et.al (1988) :

• Temperatur
Temperatur mempengaruhi proses aerob maupun anaerob. Pada proses anaerob,
diperlukan temperatur yang lebih tinggi untuk mencapai laju reaksi yang diperlukan. Pada
proses anaerob, penambahan temperatur dapat dilakukan dengan memanfaatkan panas
dari gas methane yang merupakan by-product proses anaerob itu sendiri.
• pH dan Alkalinitas
Proses aerob bekerja paling efektif pada kisaran pH 6,5 – 8,5. Pada reaktor aerob
yang dikenal dengan istilah completely mixed activated sludge (CMAS), terjadi proses
netralisasi asam dan basa sehingga biasanya tidak diperlukan tambahan bahan kimia
selama BOD kurang dari 25 mg/L.
Sementara itu proses anaerob yang memanfaatkan bakteri methanogen lebih
sensitif pada pH dan bekerja optimum pada kisaran pH 6,5 – 7,5. Sekurang-kurangnya,
pH harus dijaga pada nilai 6,2 dan jika konsentrasi sulfat cukup tinggi maka kisaran pH
sebaiknya berada pada pH 7 – 8 untuk menghindari keracunan H2S. Alkalinitas
bikarbonat sebaiknya tersedia pada kisaran 2500 hingga 5000 mg/L untuk mengatasi
peningkatan asam-asam volatil dengan menjaga penurunan pH sekecil mungkin. Biasanya
dilakukan penambahan bikarbonat ke dalam reaktor untuk mengontrol pH dan alkalinitas.

13
• Produksi Lumpur dan Kebutuhan Nutrien
Bagi kebanyakan air limbah, produksi lumpur yang dihasilkan dari pengolahan
aerob adalah sebesar 0,5 kg VSS/ kg COD tersisihkan. Sementara itu, pada pengolahan
anaerob, produksi lumpur adalah sebanyak 0,1 kg VSS/kg COD tersisihkan. Pada
pengolahan aerob, konsentrasi nitrogen yang perlu ditambahkan adalah 8-12 persen dan
fosfor sebesar 1,5-2,5 persen. Sebagai “rule of thumb”, kebutuhan nutrien pada
pengolahan anaerob adalah seperlima dari proses aerob.

Tabel berikut menunjukkan perbandingan antara pengolahan secara aerob dan anaerob (sumber :
Eckenfelder, et.al , 1988)
Parameter Aerob Anaerob
Kebutuhan energi Tinggi Rendah
Tingkat pengolahan 60-90% 95%
Produksi lumpur Tinggi Rendah
Stabilitas proses terhadapSedang sampai tinggi Rendah sampai sedang
toksik dan perubahan beban
Kebutuhan nutrien Tinggi untuk beberapaRendah
limbah industri
Bau Tidak terlalu berpotensiBerpotensi menimbulkan bau
menimbulkan bau
Kebutuhan alkalinitas Rendah Tinggi untuk beberapa
limbah industri
Produksi biogas Tidak ada Ada (dapat dimanfaatkan
sebagai sumber energi)
Start-up time 2 – 4 minggu 2 – 4 bulan

Perbandingan antara proses aerob dan anaerob tersebut menjadi dasar pemilihan unit-unit
pengolahan biologi pada secondary treatment. Pemilihan akan tergantung dari karakteristik air

14
limbah yang akan diolah. Bahkan, untuk karakteristik limbah tertentu diperlukan kombinasi dari
kedua proses tersebut.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sistem Penyaluran Air Limbah


Sistim Sanitasi Denpasar-Kuta-Sanur direncanakan mulai tahun 1992 dengan menyusun
Masterplan. Kemudian Deteil design disiapkan pada tahun 1996 sampai 1997. Pelaksanaan
konstruksi mengalami beberapa kelambatan karena berbagai hal termasuk kendala pembebasan
tanah. Akhirnya pada tahun 2002, konstruksi pembangunan sistem dimulai setelah proses tender
yang cukup makan waktu karena harus tender internasional. Pelaksanaan konstruksi dilakukan
kontraktor Jepang yang bermitra dengan kontraktor Indonesia.
Sistim sanitasi Denpasar-Sanur Kuta (DSK) akan melayani wilayah di kota Denpasar,
Sanur dan Kuta, karena itu sistimya terdiri dari sistim jaringan perpipaan pengumpul,
(collection), pipa pembawa (transmision) dan instalasi pengolahan air limbah (waste treatment) .
Sistim transmisi dilengkapi dengan pompa untuk menaikkan keinggian air ke IPAL. Pipa
pengumpul tersambung dengan bangunan rumah atau bangunan lain seperi restoran dan hotel.
Hingga saat ini sudah tersambung sebanyak kurang lebih 6.000 unit sambungan. Sistem
pengumpul terdapat di lokasi pelayanan yaitu Denpasar, Sanur dan Kuta.
Untuk membawa limbah dari tiga daerah pelayanan ke unit pengolahan, dirancang pipa
pembawa yang diameter terbesarnya sampai 1,2 meter. Pipa-pipa itu sebagian besar ditanam
dibawah jalan. Pemasangan pipa dengan diameter yang cukup besar itu memerlukan pelaksanaan
15
yang tidak sederhana karena berada di jalan raya yang cukup sibuk. Pemasangan pipa yang
semula direncanakan dengan sistim galian “open trench”, akhirnya dirubah oleh kontraktor
pelaksana menjadi menggunakan sistim “pipe jacking”. Dengan sistim “open trench”, tanah
digali, lalu kemudian pipa dipasang di galian yang sudah disiapkan. Sistim open trench inilah
yang berpotensi mengganggu lalu lintas, karena galian pipa pembawa berdiameter cukup besar
dengan kedalaman sekitar 1,5 meter sampai 4 meter. Membuat galian yang demikian di tengah
jalan dengan lalu lintas padat, membutuhkan ruang cukup luas, yang pada akhirnya akan
memacetkan lalu lintas. Dengan pertimbangan itulah, akhirnya, kontraktor merubah dengan
sistim “pipe jacking”.
Dengan “pipe jacking”, pipa didorong di dalam tanah dari satu lubang (shaft) ke shaft
lainnya yang berjarak kurang lebih 150 meter. Pekerjaan ini hanya membutuhkan area yang
relatif kecil di dua shaft. Dengan demikian, resiko kemacetan lalu lintas bisa dikurangi. Akan
tetapi biaya konstruski sistim ini lebih mahal dari biaya konstruksi sistim “open trench”.
pengolahan limbah di yang digunakan adalah “aerated lagoon”. Waste treatment dengan
metode areated lagoon sebenanrnya adalah teknologi yang sudah cukup lama. Sistem ini dipilih
karena biaya operasionalnya termasuk yang termurah dibanding sistem lain. Aerated lagoon,
membutuhkan lahan yang cukup luas, karena ia merupakan kolam oksidasi dan kolam
pengendapan. Itulah sebabnya IPAL DSK membutuhkan lahan seluar kurang lebih 10 hektar di
kawasan hutan mangrove Suwung.
Keseluruhan sistem sanitasi DSK yang diresmikan oleh Presiden SBY bulan Juni lalu,
menghabiskan biaya kurang lebih 500 milyar rupiah. Biaya ini ditanggung bersama antara
Pemerintah Kota Denpasar, Kabupaten badung, Propinsi Bali, Pemerintah Pusat dan masyarakat
pelanggan. Jumlah pelanggan yang sudah mencapai 6000 unit, masih belum membayar biaya
bulanan. Tahun 2009, pelanggan akan ditagih secara rutin. Sistem air limbah DSK direncanakan
akan melayani 150.000 sampai 200.000 penduduk di ketiga wilayah.
Instalasi ini diresmikan oleh Presiden SBY sekitar bulan Juni 2008 yang lalu. Dari segi
sistem, Sanitasi Denpasar diharapkan menjadi sistim sanitasi perpipaan yang terdepan di
Indonesia. Hal ini disebabkan sistem pendukung yang termasuk bagus.

4.1.1 Jaringan pipa

16
Sistem jaringan pipa meruakan bagian yang sangat penting dalam pembangunan proyek
DSDP. Jaringan pipa ini merupakan proyek yang besar karena menyangkut pemasangan pipa dari
rumah kerumah sampai dengan instalasi pengolahannya di Suwung.
Penggalian dan pemasangan pipa air limbah mempergunakan metode yang sudah
memperhitungkan segala aspek yang berhubungan dengan keamanan dan ketidaknyamanan,
mengingat area pelayanannya berada di daerah Kuta, Denpasar dan Sanur kota yang ramai
dengan lalu-lintas kendaraan, sehingga gangguan yang mungkin ditimbulkan selama pelaksanaan
pemasangan pipa dapat ditekan seminimal mungkin. Metode yang digunakan dalam pemasangan
pipa proyek DSDP antara lain:
• Sistem galian terbuka tanpa turap penahan.
• Sistem galian terbuka dengan turap kayu/baja/sheeting plate.
• Sistem "Jacking", yang digunakan untuk perlintasan sungai, jalan yang padat lalu
lintasnya dan galian yang dalam.
Pada pelaksanaan konstruksi diterapkan metode Clean Construction yaitu tanah bekas galian
langsung dimuat ke dalam truck diangkut menuju stock yard (tempat penampungan).

Gambar 4.1 Galian lateral sewer dengan turap kayu Gambar 4.2 Galian pipa tanpa turap

DSDP direncanakan melayani daerah Kota


Denpasar, Kuta, dan Sanur. Dibawah ini merupakan
rencana proyek DSDP.
Dimana warna hijau merupakan areal rencana
pelayanan, sedangkan warna merah muda adalah areal
ayng telah diselasaikan dalam tahap pertama
pembangunan saluran.
17
Pengaturan lalu lintas sangat penting dalam proyek ini mengingat pemasangan pipa
dilakukan di jalan raya. Pengaturan lalu lintas dilakukan oleh Polisi, DLLAJ/Dinas Perhubungan,
bahkan Pecalang di daerah setempat. Sebagai tambahan, pengumuman juga dilakukan baik di
media cetak maupun radio-radio agar masyarakat dapat mencari alternatif rute agar tidak terjebak
kemacetan di lokasi pemasangan pipa.Pada pengaturan ini disiapkan beberapa fasilitas
kelengkapan seperti papan peringatan lalu lintas (sign board), pembatas area kerja yang terbuat
dari seng (fence), plastic cone, lampu putar dll.
Pda tahap pertama pemasangan pipa sudah terealisasi 68.00 km untuk daerah Denpasar,
32.40 km untuk daerah Sanur, dan 21.70 km untuk daerah Kuta.

Gambar 4.3 Miniatur proses penggalian

4.1.2 Sambungan rumah


Sambungan Rumah meliputi jaringan perpipaan yang akan menyalurkan air limbah dari
Kamar Mandi, WC, Tempat Cuci, Dapur dll menuju House Inlet (bak kontrol) yang dibangun di
halaman depan rumah pelanggan. Dari House Inlet ini, air limbah kemudian dihubungkan /
disalurkan dengan pipa PVC ke pipa sewer yang ada di jalan.
Rumah, restoran, atau hotel yang akan menggunakan fasilitas DSDP ini harus dilengkapi
dengan saluran pipa yang dilengkapi dengan bak kontrol, serta hause inlet sebelum disalurkan ke
jaringan pipa DSDP.

Gambar 4.4 Skema pemasangan pipa


18
Untuk pemenuhan kebutuhan estetika dari para pelanggan DSDP yang sudah tidak lagi
memiliki halaman, House Inlet ini dibangun dengan menyesuaikan tuntutan di lapangan agar
tidak mengganggu kenyamanan pelanggan.

House Inlet di daerah pertokoan Denpasar, menyesuaikan dengan kondisi / kebutuhan


awal

Manhole berfungsi sebagai kontrol pada jaringan pipa DSDP agar aliran limbah tetap
lancar, untuk membersihkan sedimentasi serta benda-benda yang mungkin menyumbat pipa.
Manhole ini terbuat dari silinder beton dengan penutup yang juga terbuat dari beton

4.1.3 Stasiun pompa


Stasiun pompa terdiri dari inflow pumping station dan 3 buah mesin pompa yang akan
menyalurkannya ke receiving tank. Stasiun pompa diperlukan karena kolam pengolahan berada
pada elevasi yang lebih tinggi dari inflow station.

Gambar 4.5 Inflow pumping station Gambar4.6 inflow pumping station

Stasiun pompa terletak sebelum Receiving tank yang fungsinya menaikkan muka air limbah.
Selain di IPAL Suwung stasiun pompa juga terdapat di Sanur dan Kuta karena elevasi daerahnya
lebih rendah dari receiving tank IPAL. Sedangkan untuk daerah Denpasar tidak memerlukan
stasiun pompa. Penyaluran air limbah sepenuhnya dilakukan dengan sistem gravitasi

Gambar 4.7 Pompa Gambar 4.8 Miniatur rumah pompa

4.1.4. Receiving tank


Receiving tank merupakan tangki penerima yang terletak di IPAL Untuk pelayanan
sistem air limbah cair domestik di Kota Denpasar Bali ini, cakupan pelayanannya baru 26 %
(15.847 sambungan rumah). Selain dari Kota Denpasar tangki ini juga menerima limbah yang
berasal dari Sanur dan Kutadengan dengan kapasitas desain IPAL 51.000 m3/hari dan sampai
saat ini baru 31.185 m3/hari terpakai untuk pengolahan limbah cair domestik di IPAL Suwung.

Gambar 4.9 Receiving tank

19
Receiving tank ini mengandalkan aliran listrik dari PLN, jadi ketika listrik padam makan limbah
didalam inflow pumping station akan naik.

4.2 Sistem Pengolahan Air Limbah


Sistem pengolahan air limbah DSDP ini menggunakan sistem kolam aerasi dan kolam
sedimentasi. Di IPAL DSDP terdapat 2 buah kolam aerasi dan 2 buah kolam sedimentasi. Masing
masing kolam memilkikai kedalaman 4 meter. Sistem aerasi digunakan dengan maksud untuk
mengurangi kebutuhan luas lahan dan meningkatkan proses pengolahan menjadi lebih cepat
sekaligus meniadakan bau yang mungkin timbul akibat proses oksidasi yang tidak sempurna.
Kolam juga dilapisi geomembrane dan geotextile untuk menghindari rembesan air klimbah keluar
dari kolam
Sistem ini cukup sederhana sehingga tidak diperlukan tenaga yang ahli dan memiliki
kualifikasi khusus untuk mengoperasikannya. Selain itu investasi dan biaya pemeliharaannya
relatif rendah. Air hasil olahan memiliki BOD kurang dari 30mg/liter, lebih baik dari standar
baku mutu air yaitu 50 mg/liter. Untuk sementara air olahan digunakan untuk penyiraman taman
dan sisnya dibuang kelaut. Kedepannya akan dibangun instalasi untuk mengolahnya menjadi air
minum

4.2.1 Kolam aerasi


Kolam aerasi adalah kolam dimana limbah cair diperkaya dengan oksigen dengan bantuan
aerator. Prinsip kerja aerasi adalah penambahan oksigen ke dalam air, sehingga oksigen terlarut
di dalam air akan semakin tinggi. Aerasi termasuk pengolahan secara fisika, karena lebih
mengutamakan unsur mekanisasi dari pada unsur biologi. Prinsip kerjanya adalah membuat
kontak antara air dan oksigen. Tujuannya mengaktifkan proses aerob pemecahan senyawa dan
penjernihan air oleh bakteri yang memang sudah terdapat dalam limbah cair tersebut, misalnya
bakteri Coli. Terdapat 2 kolam aerasi dengan total 11 aerator.

4.2.2 Kolam sedimentasi


Kolam sedimentasi berfungsi untuk mengendapkan partikel partikel yang telah diproses di
kolam aerasi, Untuk selanjutnya dibuang ke laut.

Gambar 4.10 Foto satelit IPAL

20
4.3 Manfaat pada Bidang Pariwisata

Direktur Jenderal (Dirjen) Cipta Karya Budi Yuwono mengatakan, keberadaan instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) Denpasar Sewerage Development Project akan meningkatkan
pendapatan Bali dari sektor pariwisata. Berdasarkan hasil studi kelayakan proyek DSDP,
pendapatan pulau dewata pada 2009 akan meningkat menjadi Rp 706,478 miliar dengan adanya
DSDP. Sementara tanpa adanya IPAL tersebut pendapatan diprediksi hanya Rp 313,99 miliar.
Beliau menyampaikan “Pariwisata saat ini, kompetisinya sudah menyangkut isu itu. Jadi bukan
hanya perkara hotel yang bagus saja, namun tingkat pencemaran juga menjadi perhatian,”
Budi Yuwono menuturkan, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik pernah
bercerita beberapa tahun yang lalu sempat ada dua turis Jepang yang menderita diare yang
diindikasikan akibat sanitasi yang kurang baik di Bali. Kejadian tersebut, berdampak langsung
terhadap menurunnya tingkat kunjungan wisatawan Jepang sebesar 80 persen dalam enam bulan
kedepannya. Padahal wisatawan Jepang merupakan turis asing terbanyak yang mengunjungi Bali.
Hasil studi kelayakan DSDP juga mengungkapkan, dengan adanya DSDP dapat
mengurangi tingkat pencemaran sampah ke pantai dan laut. Dengan DSDP tingkat pencemaran
perharinya sebanyak 106 ton per hari, sedangkan tanpa IPAL tersebut sebanyak 128 setiap
harinya.DSDP tahap I pada awalnya akan melayani 10 ribu sambungan rumah atau setara 50 ribu
jiwa.
Dirjen Cipta Karya mengungkapkan, instalasi senilai lebih dari Rp 600 miliar sangat
dinantikan para pengusaha perhotelan dan restoran selain juga masyarakat umum.“Para pemilik
restoran di Bali sering mengeluhkan tersumbatnya saluran pembuangan limbahnya karena
kotoran lemak, sehingga setiap bulannya mereka selalu memanggil tukang pembersih saluran dan
membayar dengan biaya cukup tinggi, dengan adanya DSDP hal tersebut tidak akan terjadi selain
itu biayanya juga lebih murah,”
Selain mengurangi tingkat pencemaran lingkungan, air hasil olahan limbah dari DSDP
masih dapat dipergunakan untuk keperluan seperti menyiram taman kota. Hal serupa telah
dilakukan negara lain seperti Singapura dimana tingkat layanan IPAL telah mencapai 100 persen.
Sedangkan di Indonesia untuk memberlakukan pelayanan sistem pengolahan limbah perpipaan
kepada masyarakat umum bukan hal yang mudah. Hal tersebut memerlukan kampanye dan
sosialisasi yang panjang.
21
Masyarakat di Indonesia mash enggan mengeluarkan uang untuk masalah sanitasi. Untuk
mengatasi hal tersebut, pemerintah akan memperlakukan subsidi silang untuk tarif jasa layanan
DSDP antara untuk dunia usaha dan masyarakat. Dengan subsidi silang, maka retribusi yang
dibayarkan masyarakat akan lebih murah, bahkan dari ongkos operasional DSDP itu sendiri.
Ide pembangunan DSDP didasari pencemaran perairan Teluk Benoa yang ditindaklanjuti
dengan studi masterplan Japan International Cooperation Agency (JICA) yang dilakukan pada
1991-1192. Proyek ini merupakan kerjasama pemerintah pusat, pemerintah provinsi Bali dan
pemerintah Jepang melalui dana pinjamn Japan Bank for International Cooperation (JBIC)
Setelah pembangunan tahap I, DSDP akan dilanjutkan dengan dua tahap selanjutnya.
Layanan DSDP meliputi kota Denpasar dan kabupaten Badung. DSDP tahap I meliputi
pembangunan jaringan pipa sepanjang 129 Km serta pembanguna IPAL. Untuk pengelolaan
sistem ini, pemprov Bali telah membentuk Badan Layanan Umum Pengelolaan Air Limbah
(BLUPAL).

BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Dari kunjungan dan telaah pustaka yang dilakukan oleh tim penulis maka dapat ditarik
beberapa simpulan antara lain:
1. DSDP merupakan proyek yang berwawasan kedepan, walaupun masih banyak kendala
yang dihadapi seperti masalah pemasangan pipa induk di wilayah Kuta yang
dikhawatirkan akan membuat macet lalu-lintas, meluapnya saluran ketika hujan deras dan
lain-lain adalah masalah yang wajar mengingat DSDP adalah proyek yang dilaksanakan
setelah kota daerah tersebut berkembang. Maka sudah selayaknya proyek ini dikerjakan
sebelum kondisinya tidak lagi memungkinkan untuk dibangun.

22
2. DSDP menigkatkan pendapatan bali khususnya di bidang pariwisata. Selain itu dapat
mengurangi anggaran biaya kesehatan pemerintah. Karena perbaikan sistem sanitasi dapat
mengurangi kemungkinan terjadinya penyakit seperti muntaber, keracunan makanan dan
lain-lain.
3. DSDP masih dapat dikembangkan menjadi instalasi yang lebih kompleks. Dengan
menambahkan fasilitas pengolahan air bersih serta pembangkit tenaga listrik di IPLTnya.
Sehingga potensi-potensi yang selama oni belum termanfaatkan dapat digunakan untuk
kepentingan yang lebih besar.
4. Sistem pengolahan DSDP masih menggunakan metode konvensional sehingga masih
dapat di kembangkan saat permintaan akan sanitasi meningkat di kemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.ciptakarya.pu.go.id

http://mydipblog.blogspot.com/2009/06/instalasi-pengolahan-air-limbah-suwung.html

http://asiabloging.com

http://www.airlimbah.com/2010/08/12/aerasi-di-dalam-pengolahan-limbah-cair/

http:// www.gatra.com

http://www.pustaka.pu.go.id /infrastruktur-air-limbah-detail.asp.htm

http://www.airlimbah.com/2010/08/15/Pengolahan Aerob VS Anaerob _ air limbah.mht

23
http://www.airlimbah.com/2009/11/17/Proses Dasar Pengolahan Air Limbah _ air
limbah.mht

24

You might also like