Professional Documents
Culture Documents
Contoh : Saya sedang membuat materi perkuliahan bahasa Indonesia. Saat saya
sedang menulis, tiba-tiba saya mendengarkan lagu kesenangan saya. Kemudian
saya berhenti sejenak sambil menikmati lagu tersebut. Setelah lagu selesai, saya
mengerjakan tugas lagi.
Contoh : pada saat belajar bahasa Indonesia, saya menyimaknya dengan sungguh-
sungguh. Sambil menyimak, saya mencatat hal-hal penting yang ada kaitannya
dengan isi pembicaraan. Tanpa saya sadari, sesekali saya mengangguk-anggukkan
kepala karena saya memahami apa yang telah dijelaskan. Saat guru memberi
kesempatan untuk bertanya, saya bertanya apa yang belum saya pahami. Sebelum
berakhir, saya merasa puas mengenai pembelajaran yang telah dibahas.
Setelah Anda membaca dan memahami ketiga kata dan contoh di atas, maka kata
apa yang paling tepat digunakan dalam bahan pelatihan ini? Tentu kata menyimak
bukan? Oleh sebab itu, dalam pembahasan pembelajaran, konsep atau
pengetahuan dalam pelatihan ini istilah yang digunakan adalah istilah menyimak.
Menyimak dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting karena dapat
memperoleh informasi untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Begitu juga
di sekola, menyimak mempunyai peranan penting karena dengan menyimak siswa
dapat menambah ilmu, menerima dan menghargai pendapat orang lain. Oleh
sebab itu dalam pembelajaran menyimak memerlukan latihan-latihan yang
intensif.
MENYIMAK
Modul 1
HAKIKAT MENYIMAK
Pendahuluan
Istilah mendengarkan, mendengar dan menyimak sering kita jumpai dalam dunia
pengajaran bahasa. Ketiga istilah itu berkaitan dengan makna.
Peristiwa mendengar biasanya terjadi secara kebetulan, tiba-tiba dan tidak diduga
sebelumnya. Karena itu kegiatan mendengar tidak direncanakan. Hal itu terjadi
secara kebetulan. Apa yang didengar mungkin tidak dimengerti maknanya dan
mungkin pula tidak menjadi perhatian sama sekali. Suara yang didengar masuk
telingan kanan dan keluar dari telinga kiri. Dalam hal tertentu suara yang didengar
itu dipahami benar-benar maknanya. Hal itu terbukti dari reaksi si pendengar yang
bersangkutan.
Di antara ketiga istilah teraf tertinggi diduduki istilah menyimak. Dalam peristiwa
menyimak sudah ada faktor kesengajaan. Faktor pemahaman merupakan unsur
utama dalam setiap peristiwa menyimak. Bila mendengar sudah tercakup dalam
mendengarkan maka baik mendengar maupun mendengarkan sudah tercakup
dalam menyimak.
Penyimak yang baik adalah penyimak yang berencana. Salah satu butir dari
perencanaan itu ada alasan tertentu mengapa yang bersangkutan menyimak.
Alasan inilah yang kita sebut sebagai tujuan menyimak. Menyimak pada
hakikatnya adalah mendengarkan dan memahami isi bahan simakan Karena itu
dapat disimpulkan bahwa tujuan utama menyimak adalah menangkap,memahami,
atau menghayati pesan,ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan.
Tujuan yang bersifat umum itu dapat dipecah-pecah menjadi beberapa bagian
sesuai dengan aspek tertentu yang ditekankan. Perbedaan dalam tujuan
menyebabkan perbedaan dalam aktivitas menyimak yang bersangkutan. Salah
satu klasifikasi tujuan menyimak adalah seperti pembagian berikut yaitu
menyimak untuk tujuan :
1. mendapatkan fakta
2. menganalisis fakta
3. mengevaluasi fakta
4. mendapatkan inspirasi
5. menghibur diri
6. meningkatkan kemampuan berbicara
Fakta atau informasi yang telah terkumpul perlu dianalisis. Harus jelas
kaitan antarunsur fakta, sebab dan akibat apa yang terkandung di dalamnya. Apa
yang disampaikan pembicara harus dikaitkan dengan pengetahuan atau
pengalaman menyimak dalam bidang yang relevan. Proses analisis fakta ini harus
berlangsung secara konsisten dari saat-ke saat selama proses menyimak
berlangsung. Waktu untuk menganalisis fakta itu cukup tersedia asal penyimak
dapar menggunakan waktu ekstra. Yang dimaksud waktu ekstra adalah selisih
kecepatan pembicaraan 120 – 150 kata per menit dengan kecepatan berpikir
menyimak sekitar 300 – 500 kata per menit. Analisis kata sangat penting dan
merupakan landasan bagi penilaian fakta. Penilaian akan jitu bila hasil analisis itu
benar.
Tujuan ketiga dalam suatu proses menyimak adalah mengevaluasi fakta-fakta
yang disampaikan pembicara. Dalam situasi ini penyimak sering mengajukan
sejumlah pertanyaan seperti antara lain :
a. menyimak : 42%
b. berbicara : 25%
c. membaca : 15%
d. menulis : 18%
_____
Jumlah : 100% (Stuart Vhase, Power of Words, Harcourt, Brace & World,
a. menyimak : 42%
b. berbicara : 32%
c. membaca : 15%
d. menulis : 11%
_____
Jumlah : 100% (Martin P. Anderson dkk. The speaker and His Audience,
No. Kesempatan/orang
Jumlah Perbandingan Bicara-
Uru Berbicara Menyimak
Peserta Menyimak
t
1. 2 Orang ½ jam 1x½ jam 1:1
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna di muka bumi ini. Tanda-
tanda kesempurnaan ini amat banyak, antara lain kelihatan bahwa manusia
(normal) dianugerahi dengan satu mulut dan dua telinga. Apa makna dari
kenyataan ini?Kenyataan tersebut mengisyaratkan kepada kita bahwa faktor
menyimak sangat penting, setidak-tidaknya, jalur untuk mendengar berbanding
jalur untuk berbicara adalah 2:1.
Hal yang sama terjadi pula pada saat orang dewasa belajar bahasa asing.
Yang bersangkutan mulai dengan mendengarkan cara pengucapan fonem, kata,
dan kalimat serta menghafalkan maknanya. Langkah berikutnya meniru
pengucapan, dan mempraktekannya dalam berbicara. Semakin banyak yang
bersangkutan menyimak, meniru, dan berlatih berbicara semakin cepat ia
menguasai bahasa yang dipelajarinya.
Komunikasi lisan dapat bebrbentuk jarak dekat dan jarak jauh dengan dua
arah atau satu arah. Dalam komunikasi lisan dua arah, juga yang satu arah, faktor
menyimak sangat penting. Penyimak harus memahami benar apa yang diutarakan
pembicara. Bila penyimak memahami apa yang disampaikan pembicara maka ia
dapat memberikan reaksi, respon, atau tanggapan yang tepat. Terutama dalam
komunikasi lisan dua arah, menyimak berperan sebagai pelancar jalannya
komunikasi. Pada giliran memberikan reaksi atas apa yang telah disimak,
penyimak berubah manjadi pembicara, sedang pembicara pertama beralih fungsi
sebagai penyimak. Bila penyimak kedua ini benar-benar menyimak pembicaraan
teman bicaranya, maka ia dapat memberikan reaksi yang tepat pula. Dengan
demikian terjadilah komunikasi dua arah yang lancar.
Setiap orang yang terlibat dalam proses menyimak harus menggunakan sejumlah
kemampuan. Jumlah kemampuan yang digunakan itu sesuai dengan aktivitas
penyimak. Pada saat penyimak menangkap bunyi bahasa, yang bersangkutan
harus menggunakan kemampuan memusatkan perhatian. Bunyi yang ditangkap
perlu diidentifikasi. Di sini diperlukan kemampuan linguistik. Kembali, bunyi
yang sudah diidentifikasi itu harus diidentifikasi dan dipahami maknannya. Dala
hal ini penyimak harus menggunakan kemampuan linguistik dan non-linguistik.
Makna yang sudah diidentifikasi dan dipahami, makna itu harus pula ditelaah,
dikaji, dipertimbangkan, dan dikaitkan dengan pengalaman serta pengetahuan
yang dimiliki si penyimak. Pada situasi ini diperlukan kemampuan mengevaluasi.
Melalui kegiatan menilai ini, maka si penyimak sampai pada tahap mengambil
keputusan apakah dia menerima, meragukan, atau menolak isi bahan simakan.
Kecermatan managgapi isi bahan simakan membutuhkan kemampuan mereaksi
atau menanggapi.
Berdasarkan keteraguan dan pendapat para ahli pengajaran bahasa tersebut di atas
penyusun modul ini berkesimpulan bahwa menyimak adalah suatu proses. Proses
menyimak tersebut mencakup enam tahap, yakni:
1. mendengar
2. mengidentifikasikan
3. menginterpretasi
4. memahami
5. menilai
6. menanggapi
Tahap akhir dari proses menyimak ialah menanggapi makna pesan yang
telah selesai dinilai. Tanggapan atau reaksi penyimak terhadap pesan yang
diterimanya dapat berujud berbagai bentuk seperti mengagguk-angguk tanda
setuju, mencibir atau mengerjakan sesuatu.
Menyimak adalah suatu proses. Proses itu terbagi atas tahap-tahap, yakni:
1. mendengar
2. mengidentifikasi
3. menginterpretasi
4. memahami
5. menilai
6. menaggapi
2. kemampuan mengingat
4. kemampuan linguistik
5. kemampuan nonlinguistik
6. kemampuan menilai
7. kemampuan menanggapi
3. JENIS-JENIS MENYIMAK
Menurut pengamatan penulis, paling sedikit ada tujuh titik pandang yang
digunakan sebagai dasar pengklasifikasian menyimak. Ketujuh titik pandang itu
adalah :
1. sumber suara
6. tujuan menyimak
7. tujuan spesifik
Berdasarkan sumber suara yang disimak, dikenal dua jenis nama penyimak
yaitu intrapersonal listening atau menyimak intrapribadi dan interpersonal
listening atau menyimak antarpribadi. Sumber suara yang disimak dapat berasal
dari diri kita sendiri. Ini terjadi di saat kita menyendiri merenungkam nasib diri,
menyesali perbuatan sendiri, atau berkata-kata dengan diri sendiri. Jenis
menyimak yang seperti inilah yang disebut intrapersonal listening. Sumber suara
yang disimak dapat pula berasal dari luar diri penyimak. Menyimak yang seperti
inilah yang paling banyak kita lakukan misalnya dalam percakapan, diskusi,
seminar, dan sebagainya. Jenis menyimak yang seperti ini disebut inter personal
listening.
Modul 2
EFEKTIVITAS MENYIMAK
PENDAHULUAN
Modul kedua ini membahas efektivitas menyimak secara umum dengan fokus
pembicaraan tiga butir masalah, yakni:
pembahasan butir (1), (2), dan (3) dianggap sangat penting mengingat
berbagai alasan. Secara umum dapat dipastikan setiap penyimak berkeinginan
untuk menjadi penyimak yang berkualitas, penyimak yang efektif. Hal yang sama
tentu juga berlaku bagi para mahasiswa yang bersangkutan mengenal,
menghayati, dan menguasai faktor penentu keberhasilan menyimak, ciri
menyimak ideal, serta cara-cara meningkatkan daya simak. Pembicaraan butir (1),
(2), dan (3) pun sangat penting bagi memperkuat landasan pembahasan bagian
modul berikutnya, serta merupakan modal utama bagi pengajaran menyimak
nantinya, saat mahasiswa sudah bertugas sebagai guru bahasa Indonesia di kelas.
(1) Ganda mengikuti dengan cermat tanya-jawab antara wartawan olah raga
dengan Robby Darwis yang disiarkan melalui televisi. Inti pertanyaan
berkisar tentang hukuman yang dijatuhkan wasit Malaysia terhadap
Darwis. Ganda sangat berminat terhadap masalah tersebut, sehingga ia
mengikuti acara itu sampai selesai.
Bila pembaca jeli memperhatikan contoh tang tertera pada nomor (1),(2),
(3), dan (4) maka akan ditemui sejumlah faktor pendukung setiap peristiwa
menyimak. Faktor-faktor itu ada yang sering berulang, ada yang berbeda, ada
yang lengkap, dan ada pula yang tidak lengkap. Peristiwa menyimak selalu
mencakup faktor pembicara, bahan yang dibicarakn, pendengar, waktu, peralatan,
suasana, keadaan cuaca, ruangan, dan sebagainya.
(3) Percaya diri: Pembicara haru percaya akan kemampuan diri sendiri.
Pembicara yang yakin akan kemampuan dirinya akan tampil dengan
mantap dan meyakinkan pendengar.
(5) Gaya bahasa menarik: Pembicara harus tampil dengan gaya yang menarik
dan simpatik. Yang bersangkutan harus menghindari tingkah laku yang
dibuat-buat atau berlebih-lebihan. Pembicara yang terlalu “over acting”
akan membuat pendengarnya beralih dari isi pesan yang disampaikan
kepada tingkah laku yang dianggap aneh itu.
(6) Kontak dnegan pendengar: Pembicara harus menjalin kontak dengan
pendengarnya. Pembicara menghargai, menghormati, serta menguasai para
pendengarnya.
(1) Aktual: pembicaraan haruslah sesuatu yang baru, hangat, dan aktual.
Sesuatu yang baru pastilah lebih menarik, diminati, atau digandrungi oleh
pendengar.
(3) Tenang: Suasana dan lingkungan yang tenang, jauh dari kebisingan,
pemandangan yang tidak mengganggu konsentrasi, suasana yang baik
antar kelompok pendengar sangat menunjang keefektifan menyimak.
(1) Kondisi: Kondisi fisik dan mental penyimak dalam keadaan baik dan
stabil. Penyimak tidak mungkin menyimak secara efektif bila kondisi fisik
dan mentalnya tidak menunjang.
(2) Konsentrasi: penyimak harus dapat memusatkan pikirannya terhadap
bahan simakan. Buat sementara yang bersangkutan harus dapat
menyingkirkan pikiran-pikiran lain selain bahan simakan.
Menyimak pernah dianggap dan diperlakukan oleh para ahli, guru bahasa,
dan orang awam sebagai suatu hal yang akan dikuasai oleh manusia normal pada
waktunya. Perlakuan demikian didasari oleh asumsi bahwa keterampilan
menyimak akan dikuasai secara otomatis. Sebagai mana orang dapat bernafas
tanpa mempelajari cara bernafas, begitu pula menyimak tidak perlu dipelajari
karena pada saatnya orang akan dapat menyimak. Penelitian mengenai menyimak
jarang dilakukan. Buku teks jarang ditulis. Pada gilirannya pengajaran menyimak
diabaikan.
(1) pembicara
(2) pembicaraan
(3) situasi
(4) penyimak
Dari hasil pengamatan penulis, paling sedikit ada lima belas ciri penyimak
ideal. Berikut ini akan disajikan ciri-ciri tersebut beserta penjelasannya.
(2) Berkonsentrasi
(3) Bermotivasi
(4) Objektif
(5) Menyeluruh
Penyimak yang baik ialah penyimak yang menyimak bahan simakan
secara lengkap, utuh, atau menyeluruh. Ia tidak menyimak meloncat-loncat
ataupun terputus-putus, atau hanya menyimak yang disenangi saja.
(7) Selektif
(8) Sungguh-sungguh
Penyimak yang baik tak mudah diganggu oleh hal-hal lain di luar bahan
simakan. Yang bersangkutan dapat membentengi diri dari berbagai
gangguan kecil seperti kebisingan. Kalaupun sekali waktu ia mendapat
gangguan yang tak terelakan, ia dengan cepat kembali kepada tugas semula,
yakni menyimak.
(13) Merangkum
Penyimak yang selalu dapat menangkap sebagian besar isi bahan simakan.
Hal itu terbukti dari hasil rangkuman penyimak yang disampaikan secara
lisan atau tertulis setelah proses menyimak selesai.
(14) Menilai
Penyimak yang baik selalu menilai, menguji, mengkaji, atau menelaah isi
bahan simakan yang diterimanya. Fakta yang diterima dikaitkan atau
dibandingkan dnegan pengetahuan dan pengalamannya.
(15) Merespons
Ciri-ciri penyimak ideal biasanya diterapkan kepada orang lain. Artinya, bila
seseorang menilai apakah orang lain penyimak ideal atau tidak, maka penilai
memeriksa karakteristik penyimak yang dinilainya. Patokan penilaian adalah ciri
penyimak yang sudah dibicarakan.
Ada kalanya seseorang ingin pula menilai, mengetahui, dan mendapat gambaran
kemampuan menyimaknya. Tentang hal itu dia tidak ingin dicampuri atau
diketahui orang lain. Keinginan seperti itu dapat dipenuhi melalui “Checking up
on my listening”, yang disadur secara bebas menjadi duga daya simak diri.
Duga daya simak diri berisi sebelas pertanyaan pada diri sendiri yang dapat
dijawab dengan ya atau tidak. Bila semua pertanyaan itu dapat dijawab dengan ya,
artinya Anda mempunyai daya simak tinggi. Sebaliknya bila pertanyaan itu
dijawab tidak, Anda mempunyai daya simak yang rendah.
(1) Sudahkah saya duduk di tempat yang nyaman dna strategis sehingga saya
dapat melihat dan mendengarkan si pembicara
(3) Bersiapkah saya belajar lebih lanjut mengenai topik yang akan
disampaikan?
3. Siapkah saya memulai menyimak?
(2) Dapatkah saya temukan ide pusat sehingga saya dapat mengikutinya
sepanjang pembicaraan?
(1) Sesuaikah pengetahuan baru itu (hasil simakan) dengan pengetahuan siap
saya?
(2) Saya pertimbangkan setiap ide yang disampaikan pembicara sehingga saya
dapat mengatakan setuju atau tidak setuju dengan pembicara?
Kawolda, seorang ahli, menawarkan lima cara untuk mempertajam daya simak.
Kelima cara tersebut adalah:
(3) parafrase
(4) merangkum
MODUL 3
PENGAJARAN MENYIMAK
Modul ketiga ini membahas tentang bahan dan metode pengajaran menyimak.
Pembicaraan dipusatkan kepada tiga hal, yakni:
Bahan pengajaran membaca yang sudah ada dapat dijadikan sebagai bahan
pengajaran menyimak. Caranya dengan mengubah bentuk tetulis menjadi bentuk
lisan.
Pemilihan dan penerapan metode pengajaran menyimak yang tepat akan dapat
menanggulangi berbagai masalah seperti:
Memusatkan Perhatian
Pemilihan dan penerapan metode pengajaran meenyimak yang lebi tepat lebih
menjamin tercapainya tujuan pengajaran. Ini berarti pengajarn pun akan berhasil
dengan baik.
Pada hakikatnya tidak ada metode yang baik atau buruk. Metode itu sifatnya
netral, karena baik buruknya suatu metode tergantung dari pengajar itu sendiri
yang memakai.
Namun dalam praktek pengajaran kita kenal juga istilah metode yang baik.
Sesuatu metode pengajaran yang baik dapat dikenal dari ciri-cirinya seperti:
(11) Merangkum
(12) Parafrase
Contoh : Saya sedang membuat materi perkuliahan bahasa Indonesia. Saat saya
sedang menulis, tiba-tiba saya mendengarkan lagu kesenangan saya. Kemudian
saya berhenti sejenak sambil menikmati lagu tersebut. Setelah lagu selesai, saya
mengerjakan tugas lagi.
Contoh : pada saat belajar bahasa Indonesia, saya menyimaknya dengan sungguh-
sungguh. Sambil menyimak, saya mencatat hal-hal penting yang ada kaitannya
dengan isi pembicaraan. Tanpa saya sadari, sesekali saya mengangguk-anggukkan
kepala karena saya memahami apa yang telah dijelaskan. Saat guru memberi
kesempatan untuk bertanya, saya bertanya apa yang belum saya pahami. Sebelum
berakhir, saya merasa puas mengenai pembelajaran yang telah dibahas.
Setelah Anda membaca dan memahami ketiga kata dan contoh di atas, maka kata
apa yang paling tepat digunakan dalam bahan pelatihan ini? Tentu kata menyimak
bukan? Oleh sebab itu, dalam pembahasan pembelajaran, konsep atau
pengetahuan dalam pelatihan ini istilah yang digunakan adalah istilah menyimak.
MENYIMAK
Modul 1
HAKIKAT MENYIMAK
Pendahuluan
Istilah mendengarkan, mendengar dan menyimak sering kita jumpai dalam dunia
pengajaran bahasa. Ketiga istilah itu berkaitan dengan makna.
Peristiwa mendengar biasanya terjadi secara kebetulan, tiba-tiba dan tidak diduga
sebelumnya. Karena itu kegiatan mendengar tidak direncanakan. Hal itu terjadi
secara kebetulan. Apa yang didengar mungkin tidak dimengerti maknanya dan
mungkin pula tidak menjadi perhatian sama sekali. Suara yang didengar masuk
telingan kanan dan keluar dari telinga kiri. Dalam hal tertentu suara yang didengar
itu dipahami benar-benar maknanya. Hal itu terbukti dari reaksi si pendengar yang
bersangkutan.
Di antara ketiga istilah teraf tertinggi diduduki istilah menyimak. Dalam peristiwa
menyimak sudah ada faktor kesengajaan. Faktor pemahaman merupakan unsur
utama dalam setiap peristiwa menyimak. Bila mendengar sudah tercakup dalam
mendengarkan maka baik mendengar maupun mendengarkan sudah tercakup
dalam menyimak.
Penyimak yang baik adalah penyimak yang berencana. Salah satu butir dari
perencanaan itu ada alasan tertentu mengapa yang bersangkutan menyimak.
Alasan inilah yang kita sebut sebagai tujuan menyimak. Menyimak pada
hakikatnya adalah mendengarkan dan memahami isi bahan simakan Karena itu
dapat disimpulkan bahwa tujuan utama menyimak adalah menangkap,memahami,
atau menghayati pesan,ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan.
Tujuan yang bersifat umum itu dapat dipecah-pecah menjadi beberapa bagian
sesuai dengan aspek tertentu yang ditekankan. Perbedaan dalam tujuan
menyebabkan perbedaan dalam aktivitas menyimak yang bersangkutan. Salah
satu klasifikasi tujuan menyimak adalah seperti pembagian berikut yaitu
menyimak untuk tujuan :
1. mendapatkan fakta
2. menganalisis fakta
3. mengevaluasi fakta
4. mendapatkan inspirasi
5. menghibur diri
6. meningkatkan kemampuan berbicara
Fakta atau informasi yang telah terkumpul perlu dianalisis. Harus jelas
kaitan antarunsur fakta, sebab dan akibat apa yang terkandung di dalamnya. Apa
yang disampaikan pembicara harus dikaitkan dengan pengetahuan atau
pengalaman menyimak dalam bidang yang relevan. Proses analisis fakta ini harus
berlangsung secara konsisten dari saat-ke saat selama proses menyimak
berlangsung. Waktu untuk menganalisis fakta itu cukup tersedia asal penyimak
dapar menggunakan waktu ekstra. Yang dimaksud waktu ekstra adalah selisih
kecepatan pembicaraan 120 – 150 kata per menit dengan kecepatan berpikir
menyimak sekitar 300 – 500 kata per menit. Analisis kata sangat penting dan
merupakan landasan bagi penilaian fakta. Penilaian akan jitu bila hasil analisis itu
benar.
b. berbicara : 25%
c. membaca : 15%
d. menulis : 18%
_____
Jumlah : 100% (Stuart Vhase, Power of Words, Harcourt, Brace & World,
a. menyimak : 42%
b. berbicara : 32%
c. membaca : 15%
d. menulis : 11%
_____
Jumlah : 100% (Martin P. Anderson dkk. The speaker and His Audience,
No. Kesempatan/orang
Jumlah Perbandingan Bicara-
Uru Berbicara Menyimak
Peserta Menyimak
t
1. 2 Orang ½ jam 1x½ jam 1:1
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna di muka bumi ini. Tanda-
tanda kesempurnaan ini amat banyak, antara lain kelihatan bahwa manusia
(normal) dianugerahi dengan satu mulut dan dua telinga. Apa makna dari
kenyataan ini?Kenyataan tersebut mengisyaratkan kepada kita bahwa faktor
menyimak sangat penting, setidak-tidaknya, jalur untuk mendengar berbanding
jalur untuk berbicara adalah 2:1.
Hal yang sama terjadi pula pada saat orang dewasa belajar bahasa asing.
Yang bersangkutan mulai dengan mendengarkan cara pengucapan fonem, kata,
dan kalimat serta menghafalkan maknanya. Langkah berikutnya meniru
pengucapan, dan mempraktekannya dalam berbicara. Semakin banyak yang
bersangkutan menyimak, meniru, dan berlatih berbicara semakin cepat ia
menguasai bahasa yang dipelajarinya.
Komunikasi lisan dapat bebrbentuk jarak dekat dan jarak jauh dengan dua
arah atau satu arah. Dalam komunikasi lisan dua arah, juga yang satu arah, faktor
menyimak sangat penting. Penyimak harus memahami benar apa yang diutarakan
pembicara. Bila penyimak memahami apa yang disampaikan pembicara maka ia
dapat memberikan reaksi, respon, atau tanggapan yang tepat. Terutama dalam
komunikasi lisan dua arah, menyimak berperan sebagai pelancar jalannya
komunikasi. Pada giliran memberikan reaksi atas apa yang telah disimak,
penyimak berubah manjadi pembicara, sedang pembicara pertama beralih fungsi
sebagai penyimak. Bila penyimak kedua ini benar-benar menyimak pembicaraan
teman bicaranya, maka ia dapat memberikan reaksi yang tepat pula. Dengan
demikian terjadilah komunikasi dua arah yang lancar.
Bial perhatian kita hanya berpusat pada aktivitas fisik penyimak selama yang
bersangkutan terlibat dalam peristiwa menyimak, maka seolah-olah menyimak
memang benar bersifat pasif. Anggapan seperti ini memang pernah dianut orang.
Tetapi kini anggapan seperti itu sudah ditinggalkan. Meyimak dianggap
bersifat aktif-reseptif.
Setiap orang yang terlibat dalam proses menyimak harus menggunakan sejumlah
kemampuan. Jumlah kemampuan yang digunakan itu sesuai dengan aktivitas
penyimak. Pada saat penyimak menangkap bunyi bahasa, yang bersangkutan
harus menggunakan kemampuan memusatkan perhatian. Bunyi yang ditangkap
perlu diidentifikasi. Di sini diperlukan kemampuan linguistik. Kembali, bunyi
yang sudah diidentifikasi itu harus diidentifikasi dan dipahami maknannya. Dala
hal ini penyimak harus menggunakan kemampuan linguistik dan non-linguistik.
Makna yang sudah diidentifikasi dan dipahami, makna itu harus pula ditelaah,
dikaji, dipertimbangkan, dan dikaitkan dengan pengalaman serta pengetahuan
yang dimiliki si penyimak. Pada situasi ini diperlukan kemampuan mengevaluasi.
Melalui kegiatan menilai ini, maka si penyimak sampai pada tahap mengambil
keputusan apakah dia menerima, meragukan, atau menolak isi bahan simakan.
Kecermatan managgapi isi bahan simakan membutuhkan kemampuan mereaksi
atau menanggapi.
1. mendengar
2. mengidentifikasikan
3. menginterpretasi
4. memahami
5. menilai
6. menanggapi
Tahap akhir dari proses menyimak ialah menanggapi makna pesan yang
telah selesai dinilai. Tanggapan atau reaksi penyimak terhadap pesan yang
diterimanya dapat berujud berbagai bentuk seperti mengagguk-angguk tanda
setuju, mencibir atau mengerjakan sesuatu.
Menyimak adalah suatu proses. Proses itu terbagi atas tahap-tahap, yakni:
1. mendengar
2. mengidentifikasi
3. menginterpretasi
4. memahami
5. menilai
6. menaggapi
2. kemampuan mengingat
4. kemampuan linguistik
5. kemampuan nonlinguistik
6. kemampuan menilai
7. kemampuan menanggapi
3. JENIS-JENIS MENYIMAK
Menurut pengamatan penulis, paling sedikit ada tujuh titik pandang yang
digunakan sebagai dasar pengklasifikasian menyimak. Ketujuh titik pandang itu
adalah :
1. sumber suara
6. tujuan menyimak
7. tujuan spesifik
Berdasarkan sumber suara yang disimak, dikenal dua jenis nama penyimak
yaitu intrapersonal listening atau menyimak intrapribadi dan interpersonal
listening atau menyimak antarpribadi. Sumber suara yang disimak dapat berasal
dari diri kita sendiri. Ini terjadi di saat kita menyendiri merenungkam nasib diri,
menyesali perbuatan sendiri, atau berkata-kata dengan diri sendiri. Jenis
menyimak yang seperti inilah yang disebut intrapersonal listening. Sumber suara
yang disimak dapat pula berasal dari luar diri penyimak. Menyimak yang seperti
inilah yang paling banyak kita lakukan misalnya dalam percakapan, diskusi,
seminar, dan sebagainya. Jenis menyimak yang seperti ini disebut inter personal
listening.
Taraf hasil simakan bervariasi merentang mulai dari taraf terendah sampai
taraf mendalam. Berdasarkan taraf hasil simakan tersebut dikenal sembilan jenis
penyimak. Yaitu :
Modul 2
EFEKTIVITAS MENYIMAK
PENDAHULUAN
Modul kedua ini membahas efektivitas menyimak secara umum dengan fokus
pembicaraan tiga butir masalah, yakni:
pembahasan butir (1), (2), dan (3) dianggap sangat penting mengingat
berbagai alasan. Secara umum dapat dipastikan setiap penyimak berkeinginan
untuk menjadi penyimak yang berkualitas, penyimak yang efektif. Hal yang sama
tentu juga berlaku bagi para mahasiswa yang bersangkutan mengenal,
menghayati, dan menguasai faktor penentu keberhasilan menyimak, ciri
menyimak ideal, serta cara-cara meningkatkan daya simak. Pembicaraan butir (1),
(2), dan (3) pun sangat penting bagi memperkuat landasan pembahasan bagian
modul berikutnya, serta merupakan modal utama bagi pengajaran menyimak
nantinya, saat mahasiswa sudah bertugas sebagai guru bahasa Indonesia di kelas.
Berikut ini disajikan beberapa gambaran peristiwa menyimak yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Perhatikan faktor-faktor yang terlibat dalam setiap contoh.
(1) Ganda mengikuti dengan cermat tanya-jawab antara wartawan olah raga
dengan Robby Darwis yang disiarkan melalui televisi. Inti pertanyaan
berkisar tentang hukuman yang dijatuhkan wasit Malaysia terhadap
Darwis. Ganda sangat berminat terhadap masalah tersebut, sehingga ia
mengikuti acara itu sampai selesai.
a. pembicara
b. pembicaraan
c. situasi
d. penyimak
(3) Percaya diri: Pembicara haru percaya akan kemampuan diri sendiri.
Pembicara yang yakin akan kemampuan dirinya akan tampil dengan
mantap dan meyakinkan pendengar.
(4) Berbicara sistematis: Pembicara harus berbahasa sistematis. Bahan yang
disampaikan harus tersusun secara sistematis dan mudah dimengerti.
(5) Gaya bahasa menarik: Pembicara harus tampil dengan gaya yang menarik
dan simpatik. Yang bersangkutan harus menghindari tingkah laku yang
dibuat-buat atau berlebih-lebihan. Pembicara yang terlalu “over acting”
akan membuat pendengarnya beralih dari isi pesan yang disampaikan
kepada tingkah laku yang dianggap aneh itu.
(1) Aktual: pembicaraan haruslah sesuatu yang baru, hangat, dan aktual.
Sesuatu yang baru pastilah lebih menarik, diminati, atau digandrungi oleh
pendengar.
(3) Tenang: Suasana dan lingkungan yang tenang, jauh dari kebisingan,
pemandangan yang tidak mengganggu konsentrasi, suasana yang baik
antar kelompok pendengar sangat menunjang keefektifan menyimak.
(1) Kondisi: Kondisi fisik dan mental penyimak dalam keadaan baik dan
stabil. Penyimak tidak mungkin menyimak secara efektif bila kondisi fisik
dan mentalnya tidak menunjang.
Menyimak pernah dianggap dan diperlakukan oleh para ahli, guru bahasa,
dan orang awam sebagai suatu hal yang akan dikuasai oleh manusia normal pada
waktunya. Perlakuan demikian didasari oleh asumsi bahwa keterampilan
menyimak akan dikuasai secara otomatis. Sebagai mana orang dapat bernafas
tanpa mempelajari cara bernafas, begitu pula menyimak tidak perlu dipelajari
karena pada saatnya orang akan dapat menyimak. Penelitian mengenai menyimak
jarang dilakukan. Buku teks jarang ditulis. Pada gilirannya pengajaran menyimak
diabaikan.
(1) pembicara
(2) pembicaraan
(3) situasi
(4) penyimak
Faktor penyimak ini akan dibicarakan sekali lagi. Fokus pembicaraan
mengenai ciri-ciri atau karakteristiknya.
Dari hasil pengamatan penulis, paling sedikit ada lima belas ciri penyimak
ideal. Berikut ini akan disajikan ciri-ciri tersebut beserta penjelasannya.
(2) Berkonsentrasi
(3) Bermotivasi
(4) Objektif
Penyimak yang baik adalah penyimak yang berprasangka, tidak berat
sebelah. Yang bersangkutan bukan melihat siapa yang berbicara tetapi apa
yang dikatakannya. Bila yang dikatakan itu memang benar, ia terima, bila
salah, ia menolak siapapun yang mengatakannya.
(5) Menyeluruh
(7) Selektif
(8) Sungguh-sungguh
Penyimak yang baik tak mudah diganggu oleh hal-hal lain di luar bahan
simakan. Yang bersangkutan dapat membentengi diri dari berbagai
gangguan kecil seperti kebisingan. Kalaupun sekali waktu ia mendapat
gangguan yang tak terelakan, ia dengan cepat kembali kepada tugas semula,
yakni menyimak.
(13) Merangkum
Penyimak yang selalu dapat menangkap sebagian besar isi bahan simakan.
Hal itu terbukti dari hasil rangkuman penyimak yang disampaikan secara
lisan atau tertulis setelah proses menyimak selesai.
(14) Menilai
Penyimak yang baik selalu menilai, menguji, mengkaji, atau menelaah isi
bahan simakan yang diterimanya. Fakta yang diterima dikaitkan atau
dibandingkan dnegan pengetahuan dan pengalamannya.
(15) Merespons
Ciri-ciri penyimak ideal biasanya diterapkan kepada orang lain. Artinya, bila
seseorang menilai apakah orang lain penyimak ideal atau tidak, maka penilai
memeriksa karakteristik penyimak yang dinilainya. Patokan penilaian adalah ciri
penyimak yang sudah dibicarakan.
Ada kalanya seseorang ingin pula menilai, mengetahui, dan mendapat gambaran
kemampuan menyimaknya. Tentang hal itu dia tidak ingin dicampuri atau
diketahui orang lain. Keinginan seperti itu dapat dipenuhi melalui “Checking up
on my listening”, yang disadur secara bebas menjadi duga daya simak diri.
Duga daya simak diri berisi sebelas pertanyaan pada diri sendiri yang dapat
dijawab dengan ya atau tidak. Bila semua pertanyaan itu dapat dijawab dengan ya,
artinya Anda mempunyai daya simak tinggi. Sebaliknya bila pertanyaan itu
dijawab tidak, Anda mempunyai daya simak yang rendah.
(1) Sudahkah saya duduk di tempat yang nyaman dna strategis sehingga saya
dapat melihat dan mendengarkan si pembicara
(3) Bersiapkah saya belajar lebih lanjut mengenai topik yang akan
disampaikan?
(2) Dapatkah saya temukan ide pusat sehingga saya dapat mengikutinya
sepanjang pembicaraan?
(1) Sesuaikah pengetahuan baru itu (hasil simakan) dengan pengetahuan siap
saya?
(2) Saya pertimbangkan setiap ide yang disampaikan pembicara sehingga saya
dapat mengatakan setuju atau tidak setuju dengan pembicara?
Kawolda, seorang ahli, menawarkan lima cara untuk mempertajam daya simak.
Kelima cara tersebut adalah:
(3) parafrase
(4) merangkum
MODUL 3
BAHAN DAN METODE
PENGAJARAN MENYIMAK
Modul ketiga ini membahas tentang bahan dan metode pengajaran menyimak.
Pembicaraan dipusatkan kepada tiga hal, yakni:
Bahan pengajaran membaca yang sudah ada dapat dijadikan sebagai bahan
pengajaran menyimak. Caranya dengan mengubah bentuk tetulis menjadi bentuk
lisan.