You are on page 1of 32

GANGGUAN

TIDUR
Oleh :
Ade Maryani 207.315.120
Tri Permatadewi SP 207.315.124
Pembimbing :
dr.T Erwin Kusuma,SpKJ
PENDAHULUAN

• Tidur  suatu aktifitas aktif khusus dari otak, dikelola oleh


mekanisme yang rumit dan tepat.
• Ganguan tidur  keluhan yang paling sering ditemukan
• Gangguan tidur yang berkepanjangan : perubahan-perubahan pada
siklus tidur biologiknya, daya tahan tubuh serta prestasi
kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan
• jumlah penderita akibat gangguan tidur setiap tahun semakin lama
semakin sehingga menimbulkan masalah kesehatan
POLA TIDUR

• Tidur tidak sekedar mengistirahatkan tubuh, tapi juga


mengistirahatkan otak, khususnya serebral korteks
• Salah satu kriteria yang digunakan adalah “Siklus Kleitman”, yang
terdiri dari aktivitas bangun / aktivitas harian dan siklus tidur yang
juga dikenal sebagai activity / rest cycle. Siklus ini terdiri dari Rapid
Eye Movement (REM) dan Non-Rapid Eye Movement (NREM).
• NREM : gelombang EEG bervoltase tinggi berfrekuensi rendah
• REM : gambaran EEG berfrekuensi tinggi bervoltase rendah.
• Siklus dari Kleitman akan berulang  pemendekan fase 3-4 dari
NREM disebut SWS (Slow Wave Sleep)  lama REM lebih panjang.
• Kenyenyakan tidur sebenarnya tergantung pada lamanya fase-fase
yang dilalui dari fase pertama sampai fase empat dari NREM.
Berjalan cepat  belum tidur nyenyak.
• Pada usia lanjut, jumlah tidur yang dibutuhkan setiap hari akan
makin berkurang dan disertai fragmen-fragmen tidur yang banyak
sehingga jumlah SWS makin berkurang dan ini menunjukkan bahwa
mereka mengalami masa tidur yang tidak terlalu nyenyak.
POLA TIDUR

• Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu:


1. Tipe Rapid Eye Movement (REM)
2. Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM)
• fase NREM yang terdiri dari 4 stadium,
lalu diikuti oleh fase REM.
Tahap tidur normal orang
dewasa

• Stadium 0 adalah periode dalam keadaan masih bangun tetapi


mata menutup. Tonus otot meningkat. Meningkatnya rasa kantuk.
• Stadium 1 disebut onset tidur. Tidur dimulai dengan stadium
NREM. Stadium 1 NREM adalah perpindahan dari bangun ke tidur.
Ia menduduki sekitar 5% dari total waktu tidur. Aktivitas bola mata
melambat, tonus otot menurun, berlangsung sekitar 3-5 menit. Pada
stadium ini seseorang mudah dibangunkan dan bila terbangun
merasa seperti setengah tidur.
• Stadium 2 ditandai dengan gelombang EEG spesifik . Tonus otot
rendah, nadi dan tekanan darah cenderung menurun. Stadium 1 dan
2 dikenal sebagai tidur dangkal. Stadium ini menduduki sekitar 50%
total tidur.
• Stadium 3 ditandai dengan 20%-50% aktivitas delta disebut juga
tidur delta. Tonus otot meningkat tetapi tidak ada gerakan bola mata.
• Stadium 4 terjadi jika gelombang delta lebih dari 50%. Stadium 3
dan 4 sulit dibedakan. Stadium 4 lebih lambat dari stadium 3.
Rekaman EEG berupa delta. Stadium 3 dan 4 disebut juga tidur
gelombang lambat atau tidur dalam. Stadium ini menghabiskan
sekitar 10%-20% waktu tidur total. Tidur ini terjadi antara sepertiga
awal malam dengan setengah malam.
• Pada orang dewasa muda normal periode tidur NREM berakhir kira-
kira 90 menit sebelum periode pertama REM, periode ini dikenal
sebagai periode REM laten.
• Rangkaian dari tahap tidur selama tahap awal siklus adalah sebagai
berikut : NREM tahap 1,2,3,4,3, dan 2; kemudian terjadi periode
REM. Jumlah siklus REM bervariasi dari 4 sampai 6 tiap
malamnya, tergantung pada lamanya tidur.
Aktifitas ARAS ini sangat dipengaruhi oleh aktifitas neurotransmiter seperti
sistem serotoninergik, noradrenergik, kholinergik, histaminergik.
• Sistem serotonergik
dipengaruhi oleh hasil metabolisme asam amino trypthopan. Dengan bertambahnya
jumlah tryptopan, maka jumlah serotonin yang terbentuk juga meningkat akan
menyebabkan keadaan mengantuk / tidur. Lokasi yang terbanyak sistem serotogenik
ini terletak pada nukleus raphe dorsalis di batang otak
• Sistem Adrenergik
Neuron-neuron yang terbanyak mengandung norepineprin terletak di badan sel
nukleus cereleus di batang otak. Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus sangat
mempengaruhi penurunan atau hilangnya REM tidur. Obat-obatan yang
mempengaruhi peningkatan aktifitas neuron noradrenergik akan menyebabkan
penurunan yang jelas pada tidur REM dan peningkatan keadaan jaga.
• Sistem Kholinergik
Stimulasi jalur kholihergik ini, mengakibatkan aktifitas gambaran EEG seperti dalam
keadaan jaga. Gangguan aktifitas kholinergik sentral yang berhubungan dengan
perubahan tidur ini terlihat pada orang depresi, sehingga terjadi pemendekan latensi
tidur REM. Pada obat antikolinergik (scopolamine) yang menghambat pengeluaran
kholinergik dari lokus sereleus maka tamapk gangguan pada fase awal dan
penurunan REM.
• Sistem histaminergik
Pengaruh histamin sangat sedikit mempengaruhi tidur.
• Sistem hormon
Pengaruh hormon terhadap siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa hormon seperti
ACTH, GH, TSH, dan LH. Hormon hormon ini masing-masing disekresi secara teratur
oleh kelenjar pituitary anterior melalui hipotalamus patway. Sistem ini secara teratur
mempengaruhi pengeluaran neurotransmiter norepinefrin, dopamin, serotonin yang
bertugas mengatur mekanisme tidur dan bangun.
International Classification of Sleep
Disorders (ICSD)
Gangguan tidur menurut DSM-
IV-TR.
• I. GANGGUAN TIDUR PRIMER • III. GANGGUAN TIDUR LAIN
• I.1 Dissomnia • III.1 Gangguan tidur karena kondisi medis umum
• I.1.a Insomnia primer • III.1.a Kejang epilepsi; asma berhubungan dengan tidur
• I.1.b Hipersomnia primer • III.1.b Nyeri kepala kluster & hemikrania paroksismal kronik berhubungan
• I.1.c Narkolepsi • dengan tidur
• I.1.d Gangguan tidur berhubungan dengan pernafasan • III.1 c Sindrom menelan abnormal berhubungan dengan tidur
• I.1.e Gangguan tidur irama sirkadian (gangguan jadwal tidur- • III.1.d Asma berhubungan dengan tidur
bangun) • III.1.e Gejala kardiovaskuler berhubungan dengan tidur
• I.1.f Dissomnia yang tidak ditentukan • III.1.f Refluks gastrointestinal berhubungan dengan tidur
• I.2 Parasomnia • III.1.g Hemolisis berhubungan dengan tidur (Hemoglobinuria Nokturnal
• II.2.a Gangguan mimpi buruk • Paroksismal)
• • III.2 Gangguan tidur akibat zat
II.2.b Gangguan teror tidur
• III.2.a Pemakaian obat hipnotik jangka panjang
• II.2.c Gangguan tidur berjalan
• III.2.b Obat antimetabolit
• II.2.d Parasomnia yang tidak ditentukan
• III.2.c Obat kemoterapi kanker
• III.2.d Preparat tiroid
• II. GANGGUAN TIDUR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
• III.2.e Anti konvulsan
GANGGUAN
• III.2.f Anti depresan
• MENTAL LAIN
• III.2.g Obat mirip hormon Adenokortikotropik (ACTH); kontrasepsi oral;
• II.1 Insomnia berhubungan dengan gangguan aksis I atau aksis alfa
II
• metil dopa; obat penghambat beta.
• II.2 Hipersomnia berhubungan dengan gangguan aksis I atau
aksis II
DISSOMNIA

• keadaan dimana seseorang mengalami kesukaran


menjadi jatuh tidur ( failling as sleep), mengalami
gangguan selama tidur (difficulty in staying as sleep),
bangun terlalu dini atau kombinasi diantaranya
• perubahan dalam jumlah, kualitas atau waktu tidur.
• meliputi insomnia, hipersomnia,; gangguan tidur
berhubungan dengan pernafasan; dan gangguan tidur
irama sirkadian
Insomnia

• Insomnia primer, yaitu insomnia menahun


dengan sedikit atau sama sekali tidak
berhubungan dengan berbagai stres maupun
kejadian.
• Insomnia sekunder, yaitu suatu keadaan yang
disebabkan oleh nyeri, kecemasan obat,
depresi, atau stres yang hebat.
Penyebab Insomnia
• Insomnia bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejala yang
memiliki berbagai penyebab, seperti kelainan emosional, kelainan
fisik, dan pemakaian obat-obatan.
• Orang yang pola tidurnya terganggu dapat mengalami irama tidur
yang terbalik
• Selain itu, perilaku di bawah ini juga dapat menyebabkan insomnia
pada beberapa orang :
– Higienitas tidur yang kurang secara umum (cuci muka)
– Kekhawatiran tidak dapat tidur
– Menkonsumsi kafein secara berlebihan
– Minum alkohol sebelum tidur
– Merokok sebelum tidur
– Tidur siang/sore yang berlebihan
– Jadwal tidur/bangun yang tidak teratur
Gejala
• Penderita mengalami kesulitan untuk tertidur atau sering
terjaga di malam hari dan sepanjang hari merasakan
kelelahan.
• Insomnia bisa dialami dengan berbagai cara :
– Sulit untuk tidur
– Tidak ada masalah untuk tidur namun mengalami kesulitan
untuk tetap tidur (sering bangun)
– Bangun terlalu awal
• Gejala yang dialami waktu siang hari adalah mengantuk,
resah, sulit berkonsentrasi, sulit mengingat, gampang
tersinggung.
Diagnosis
• dilakukan penilaian terhadap : pola tidur
penderita, pemakaian obat-obatan,
alkohol, atau obat terlarang, tingkatan
stres psikis, riwayat medis, aktivitas fisik
Pengukuran sleep hygiene digunakan untuk
memonitor pasien dengan insomnia kronis.
• Bangun dan pergi ke tempat tidur pada waktu yang sama setiap
hari, walaupun pada akhir pekan.
• Batasi waktu ditempat tidur setiap harinya.
• Tidak menggunakan tempat tidur sebagai tempat untuk membaca,
nonton TV atau bekerja.
• Meninggalkan tempat tidur dan tidak kembali selama belum
mengantuk
• Menghindari tidur siang.
• Latihan minimal tiga atau empat kali tiap minggu (tetapi bukan pada
sore hari, kalau hal ini akan mengganggu tidur).
• Pemutusan atau pengurangan konsumsi alkohol, minuman yang
mengandung kafein, rokok dan obat-obat hipnotik-sedatif.
Pengobatan
• Meskipun pengobatan hipnotik-sedatif (misalnya pil tidur)
tidak dapat mencegah insomnia, tetapi dapat
memberikan perbaikan secara bertahap.
• Benzodiazepin merupakan obat pilihan pertama untuk
alasan kenyamanan dan manfaatnya
• Obat-obat lain yang sering digunakan meliputi
chloralhydrate
• Sedatif antidepresan seperti trazodone (50-20 mg)
sering digunakan dalam dosis rendah sebagai hipnotik
untuk pasien yang menderita insomnia primer.
Kriteria Diagnostik untuk Insomnia
Primer menurut DSM-IV-TR
• Keluhan yang menonjol adalah kesulitan untuk memulai atau
mempertahankan tidur, atau tidur yang tidak menyegarkan, selama
sekurangnya satu bulan.
• Gangguan tidur (atau kelelahan siang hari yang menyertai) menyebabkan
penderitaan yang bermakana secara klinis atau gangguan dalam fungsi
sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
• Gangguan tidur tidak terjadi semata-mata selama perjalanan narkolepsi,
gangguan tidur berhubungan pernafasan, gangguan tidur irama sirkadian,
atau parasomnia.
• Gangguan tidak terjadi semata-mata selama perjalanan gangguan mental
lain (misalnya, gangguan depresi berat, gangguan kecemasan umum,
delirium).
• Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya,
obat yang disalahgunakan, medikasi) atau suatu kondisi medis umum.
HIPERSOMNIA PRIMER

• tidur yang berlebihan atau terjadi serangan tidur


ataupun perlambatan waktu bangun.
• Hipersomnia mungkin merupakan akibat dari
penyakit mental, penyakit organik (termasuk
obat-obatan) atau idiopatik.
• Pengobatan dari hipersomnia primer meliputi
kombinasi antara pengu-kuran sleep hygiene,
obat-obatan stimulan, dan tidur siang untuk
beberapa pasien
Kriteria Diagnostik untuk Hipersomnia
Primer menurur DSM-IV-TR

• Keluhan yang menonjol adalah mengantuk berlebihan di siang hari selama


sekurangnya satu bulan (atau lebih singkat jika rekuren) seperti yang
ditunjukkan oleh episode tidur yang memanjang atau episode tidur siang
hari yang terjadi hampir setiap hari.
• BMengantuk berlebihan di siang hari menyebabkan penderitaan yang
bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau
fungsi penting lain.
• Mengantuk berlebihan di siang hari tidak dapat diterangkan oleh Insomnia
dan tidak terjadi semata-mata selam perjalan gangguan tidur lain (misalnya,
narkolepsi, gangguan tidur berhubungan pernafasan, gangguan tidur irama
sirkadian, atau parasomnia) dan tidak dapat diterangkan oleh jumlah tidur
yang tidak adekuat.
• Gangguan tidak terjadi semata-mata selama perjalanan gangguan lain.
• Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya,
obat yang disalahgunakan, medikasi) atau suatu kondisi medis umum.
NARKOLEPSI
• Narkolepsi adalah gangguan tidur yang
diakibatkan oleh gangguan psikologis dan
hanya bisa disembuhkan melalui bantuan
pengobatan dokter ahli jiwa.
NARKOLEPSI
Penatalaksanaan narkolepsi
• Stimulan adalah obat yang sering digunakan untuk mengatasi serangan
tidur karena mula kerjanya yang singkat dan sedikitnya efek samping yang
ditimbulkan. Sebagai contoh, methylphenidate
• Modafinil, merupakan obat baru yang disetujui oleh U.S. Food and Drug
Administration sebagai alternatif lain dalam pengobatan narkolepsi. Obat
tersebut toleransinya baik dan efek kardiovaskular-nya sedikit; dosis
hariannya 200 sampai 400 mg.
• Antidepresan trisiklik sering digunakan untuk menangani cataplexy atau
sleep paralysis tetapi mempunyai sedikit efek pada serangan tidur
• Kerjasama dan pertolongan dari lingkungan sosial diperlukan untuk
mengurangi kesulitan kerja dan membantu menurunkan tingkat kebutuhan
pasien terhadap obat-obatan stimulan.
GANGGUAN TIDUR BERHUBUNGAN
DENGAN PERNAPASAN

• Central apnea timbul sebagai akibat kerusakan pada pusat


pernafasan
• tanda nocturnal lainnya seperti mendengkur, nafas yang terengah-
engah, gastro-esophageal reflux, ngompol, pergerakan tubuh yang
hebat, berkeringat pada malam hari dan pagi hari, sakit kepala.
• Gejala pada siang hari meliputi keinginan untuk tidur yang sangat
hebat atau serangan tidur.
• Gangguan tersebut mempunyai efek psikologis yang serius, meliputi
proses berfikir yang lambat, kerusakan ingatan, dan perhatian.
Pasien sering merasa cemas, dysphoric mood, keluhan fisik yang
bervariasi.
• Apnea terjadi karena fluktuasi atau irama yang tidak teratur dari
denyut jantung dan tekanan darah. Ketika serangan datang,
penderita seketika merasa mengantuk dan jatuh tertidur.
GANGGUAN TIDUR IRAMA SIRKADIAN
(GANGGUAN JADWAL BANGUN TIDUR)

• 1. Sementara (acut work shift, Jet lag)


• 2. Menetap (shift worker)

a) Tipe fase tidur terlambat (delayed sleep phase type)


b) Tipe Jet lag
c) Tipe pergeseran kerja (shift work type).
d) Tipe fase terlalu cepat tidur (advanced sleep phase
syndrome).
e) Tipe bangun-tidur beraturan
f) Tipe tidak tidur-bangun dalam 24 jam.
PARASOMNIA
• kelompok heterogen yang terdiri dari kejadian-kejadian
episode yang berlangsung pada malam hari pada saat
tidur atau pada waktu antara bangun dan tidur
• Ada 3 faktor utama presipitasi terjadinya parasomnia
yaitu:
a. Peminum alkohol
b. Kurang tidur (sleep deprivation)
c. Stress psikososial
Parasomnia
• terdiri dari mimpi buruk, ancaman tidur
dan tidur berjalan (atau somnambulism).
• Ketiga gangguan tersebut relatif sering
terjadi pada anak-anak, biasanya akan
berkurang pada akhir masa remaja tapi
dapat juga berlanjut ke masa dewasa.
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Mimpi
Buruk menurut DSM-IV-TR

• Terbangun berulang kali dari periode tidur utama atau tidur sejenak dengan
ingatan yang terinci tentang mimpi yang panjang dan sangat
menakutkan, biasanya berupa ancaman akan kelangsungan hidup,
keamanan, atau harga diri. Terjaga biasanya terjadi pada separuh bagian
kedua periode tidur.
• Saat terjaga dari mimpi menakutkan, orang dengan segera berorientasi dan
sadar (berbeda dengan konfusi dan disorientasi yang terlihat pada
gangguan teror tidur dan beberapa bentuk epilepsi.
• Pengalaman mimpi, atau gangguan tidur yang menyebabkan terjaga,
menyebabkan penderitaan yang bermakna secara khas atau gangguan
dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
• Mimpi buruk tidak terjadi semata-mata selam perjalanan gangguan mental
lain (misalnya, delirium, gangguan stres pascatraumatik) dan bukan karena
efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan,
medikasi) atau kondisi medis umum.
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan
Teror Tidur menurut DSM-IV-TR

• Episode rekuren terjaga tiba-tiba dari tidur, biasanya terjadi selama


sepertiga bagian pertama episode tidur utama dan dimulai dengan
teriakan panik.
• Rasa takut yang kuat dan tanda rangsangan otonomik, seperti
takikardia, nafas cepat, dan berkeringat, selama tiap episode.
• Relatif tidak responsif terhadap usaha orang lain untuk menenangkan
penderita tersebut selama episode.
• Tidak ada mimpi yang diingat dan terdapat amnesia untuk episode.
• Episode menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
• Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat
(misalnya, obat yang disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis
umum.
TIDUR BERJALAN (SOMNAMBULISM)

• Episode berulang bangkit dari tempat tidur saat tidur dan berjalan berkeliling
terjadi selama sepertiga bagian pertama episode tidur utama.
• Saat berjalan sambil tidur, orang memiliki wajah yang kosong dan menatap,
relatif tidak responsif terhadap usaha orang lain untuk berkomunikasi
dengannya, dan dapat dibangunkan hanya dengan susah payah.
• Saat terbangun (baik dari episode tidur berjalan atau pagi harinya), pasien
mengalami amnesia untuk episode tersebut.
• Dalam beberapa menit setelah terjaga dari episode tidur berjalan, tidak
terdapat gangguan aktivitas mental atau perilaku (walaupun awalnya
mungkin terdapat periode konfusi atau disorientasi yang singkat).
• Tidur berjalan menyebabkan terjaga, menyebabkan penderitaan yang
bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau
fungsi penting lain.
• Gangguan adalah bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat
(misalnya, obat yang disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis umum.

You might also like