You are on page 1of 2

Alkisah "Suami Orang Lain" dengan Wanita Lain

Pagi yang indah…

Daun-daun kampus yang melambai ke kanan-kiri tertiup angin menemani langkah gadis itu
untuk memulai hari. Hari itu, memang sangat indah. Tapi tak seindah perasaan yang dirasakan oleh
gadis itu. Hari itu, gadis itu sangat merasakan kemalasan dalam diri untuk mengikuti perkuliahan.
Sengaja dia datang terlambat, untungnya dia masih diperbolehkan masuk ke kelas dan mengikuti
perkuliahan, walaupun itu hanya 30 menit. Karena, ya… memang perkuliahan akan berakhir pada
saat gadis itu masuk.
Selama 30 menit di dalam kelas. Teman nya berkata bahwa “suami orang lain” ternyata di
curigai mempunyai “wanita lain” oleh teman-teman di kantor tempat gadis itu bekerja sekarang.
Gadis itu hanya bisa berteriak dalam hati. Tidak mungkin. Bagaimana mungkin bisa, dan betapa
“suami orang lain” begitu tidak bersyukur kepada yang telah menciptakan istrinya yang begitu
cantik. Tuhan menciptakan istrinya begitu cantik, dan gadis itu merasa kalau dirinya saja tidak dapat
menyainginya… Dan untuk mempunyai “wanita lain” adalah tindakan yang sangat salah. Itu sama
saja menyia-nyiakan batu intan yang sangat cantik, indah, yang mempunyai bentuk menawan yang
mampu menyedot perhatian banyak orang, hanya demi sebuah batu kerikil kecil yang tidak
mempunyai bentuk yang indah, cantik pun mungkin tidak, dan hanya dianggap batu kerikil biasa
oleh kebanyakan orang.
Bingung. Gadis itu sedikit membagi cerita kepada temannya, ketika dirinya masih bersama
“suami orang lain” itu. Ya… gadis itu pernah “hidup” bersama “suami orang lain” selama 1 bulan
lebih. Tepatnya 30 hari. “hidup” bersama dalam lindungan pekerjaan. Tidak ada hal-hal yang
seharusnya tidak mereka lakukan, semuanya berjalan hanya diatas namakan PEKERJAAN saja.
Selama gadis itu menjadi partner “suami orang lain”, dirinya memang melihat keanehan dalam diri
pria yang dia sukai ini. Ketika dirinya sampai di kantor, tidak sekali dirinya mendapati, “suami
orang lain” sedang berbicara di telepon. Dan kenapa harus berbisik. Jika yang diseberang sana
adalah istrinya, kenapa dia harus berbicara dengan nada berbisik. Percakapan itu biasanya
berlangsung sangat lama, 30 menit, 1 jam. Kemudian berhenti, sesaat kemudian, dia akan menerima
telepon atau menelpon lagi. Gadis itu juga berkata kepada temannya, kalau dirinya tidak sengaja
mendengar percakapan “suami orang lain” di telepon. Yang isinya, bahwa sore itu bahwa “suami
orang lain” ada janji dengan “wanita lain” yang sepertinya masih seorang mahasiswa. Gadis itu bisa
mengambil kesimpulan, wanita lain itu adalah seorang mahasiswa karena satu perkataan “suami
orang lain” yang terucap dari bibir manisnya “kamu pulang kampus, jam berapa?”.
Jujur dari hati, pada saat gadis itu mendengar percakapan itu, dirinya telah terbakar api
cemburu. Saking cemburunya, gadis itu bekerja dengan tidak biasanya di kantor. Duduk di meja
kantor, stress, galau, mengumpat, tidak konsentrasi lagi. Pekerjaan pun jadi korban. Meja kantor
gadis itu akhirnya di penuhi beberapa bungkus coklat. Yang akhirnya membuat teman kantornya
bertanya apa dia sedang mengalami stress, tapi gadis itu hanya menjawab “I’m stuck in my work”.
Gadis itu berusaha tenang. Dan mencoba kembali ke dalam dunia pekerjaannya. Yang ingin,
dilakukan gadis itu hanya segera pulang, agar dirinya tidak lagi mendengar kata-kata yang keluar
dari mulut “suami orang lain” yang mampu membuatnya semakin gila karena cemburu.
Waktu pun berpihak kepada gadis itu, jam kantornya telah berakhir, dia pulang. Dan itu
adalah hari terakhir dimana menjadi partner “suami orang lain”. Tidak banyak kata yang terucap
dalam perpisahan mereka. Hanya tatapan aneh. Dan ajakan yang seperti sebuah pertanyaan yang
keluar dari mulut “suami orang lain” apakah lusa dirinya akan masuk kantor. “suami orang lain”
mungkin menyadari, hari ini adalah hari terakhir gadis itu di kantor, tapi dia tidak menyadari bahwa
kontrak kerjanya di kantor itu hanya selama 30 hari. Dan hari itu adalah tepat hari 30. Gadis itu
hanya berkata “Lusa?? Ada apa dengan lusa? Aku sudah nggak masuk lagi. Kontrak kerja sudah
habis, hari ini hari terakhir aku… Ya, udah aku pulang ya, sampai ketemu lagi. Terima kasih.”
Tatapan aneh yang kami berikan satu sama lain. Tatapan yang penuh pertanyaan, dan tatapan yang
memikat satu sama lain.
Gadis itu keluar dari kantor. Kantor yang telah memberikan dia seorang “suami orang lain”
untuk dia cintai selama 30 hari. Kantor yang telah memberikan keceriaan, ketakutan, kemaluan,
kesedihan. Semua perasaan yang ada, pernah dia alami di kantor itu. Di ambang pagar kantor, gadis
itu membalikkan tubuhnya menghadap ke kantor. Dipandanginya gedung yang selalu dia masuki
setiap hari selama 30 hari. Pagi, siang, sore, dan malam. Kaki gadis itu selalu melangkah setiap
harinya ke gedung itu. Setiap hari, gadis itu akan merasa semangat jika dia memasuki gedung itu.
Ya… Dia semangat karena dia akan bertemu seseorang yang mampu mengalihkan pandangannya
dari pekerjaannya menuju ke seorang sosok yang sangat charming di dirinya. Gadis itu kemudian
berbalik ke jalan raya, pulang.
Di perjalan pulang, gadis itu hanya berkata dalam hati: “Why do you look at me like that?
Kau telah membuat hari-hariku berwarna kembali. Setelah sekian lama, setelah 7 bulan hidup ku
seakan-akan seperti hidup di dunia yang selalu mempunyai awan kelabu. Tapi sejak kehadiranmu,
kehidupanku berwarna kembali. Aku tahu, kita tidak akan pernah satu. I know, we are never meant
to be. But one love side is not so bad anyhow… When I will see your face again?”

You might also like