You are on page 1of 49

IDENTIFIKASI LALAT BUAH

I. PENDAHULUAN

A . Latar Belakang

Lalat buah (Diptera : Tephritidae) merupakan salah satu hama potensial yang sangat
merugikan produksi buah-buahan dan sayuran, baik secara kuantitas maupun kualitas (Rouse
et al., 2005; Copeland et al., 2006). Hama ini menjadi key pest pada buah-buahan di seluruh
dunia (Pena, et al., 1998; Vargas et al., 2005), termasuk di Indonesia (Sodiq, 1993;
Soesilohadi, 2002; Siwi dkk., 2006). Dari beberapa jenis lalat buah, Bactrocera dorsalis
Complex adalah yang paling banyak dan Elson-Harris, 1992; Sodiq, 1993; Soesilohadi, 2002;
USDA-ARS, 2002; Revis et al., 2004; Robacker et al., 2005). Bahkan akibat serangan
lalatbuah ini, beberapa jenis buah-buahan yang diekspor ke Jepang pada tahun 1981
semuanya ditolak karena terinfestasi hama ini (Priyono, 2002). Berdasarkan PP Nomor 14
Tahun 2002, lalat buah termasuk Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) yang
ditetapkan oleh Menteri Pertanian untuk dicegah masuknya ke dalam dan tersebarnya di
wilayah Negara Republik Indonesia (Iwantoro, 2005; Suwanda, 2005).

Lalat buah (Dacus sp.) merupakan hama yang menyerang tanaman buah mulai stadia
buah masih muda dengan menimbulkan tingkat kerusakan yang parah saat buah menjadi
matang. Kerusakan yang timbul dimulai dari lalat buah betina yang siap bertelur
menyuntikkan telurnya ke dalam buah muda. Perkembangan selanjutnya adalah
menetasnya larva berupa ulat yang memakan daging buah dan bahkan terdapat lubang
kecil sebagai tempat keluar dari ulat tersebut. Dengan demikian buah akan membusuk
dari dalam dan rontok.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum kali ini adalah dapat mengidentifikasi jenis lalat buah yang didapat
dan dapat mengetahui deskripsi lalat buah tersebut.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Lalat buah merupakan salah satu hama utama penyebab kerugian pada produksi buah-
buahan di Indonesia. Upaya pengendalian lalat buah dapat dilakukan dengan
menggunakan umpan protein sebagai zat pemikat lalat buah Bactrocera carambolae.
Umpan protein mampu menarik lalat buah karena dibutuhkan lalat buah sebagai sumber
proteinnya (Dewi, 2007).

Upaya memenuhi kebutuhan buah untuk menekan impor dan meningkatkan ekspor,
pengembangan buah di Indonesia mengalami kendala, mulai penyediaan benih bermutu,
budidaya sampai penanganan panen. Salah satu kendala dalam upaya meningkatkan
produksi dan mutu buah di Indonesia adalah serangan hama lalat buah; Lebih kurang 75
% dari tanaman buah dapat diserang oleh hama lalat buah (Sutrisno,1991).; Dari berbagai
laporan yang diterima, intensitas serangan lalat buah terus meningkat, fluktuasi maupun
populasi lalat buah juga naik terus.; Kebutuhan terhadap teknik pengendalian yang ramah
lingkungan sangat diharapkan, terutama yang efektif dan efisien serta mudah diperoleh
petani dalam operasionalnya di lapangan.; Perbaikan terhadap teknik identifikasi yang
disesuaikan dengan kunci determinasi yang terbaru, memerlukan sosialisasi, sehingga
petani dapat mengetahui organisme pengganggu tumbuhan yang telah merusak
tanamannya dan banyak menimbulkan kerugian. Secara ekonomis beberapa spesies lalat
buah merupakan hama penting yang berasosiasi dengan berbagai buah-buahan dan
sayuran tropika. Lalat buah dapat menyebabkan kerusakan langsung terhadap 150 spesies
tanaman buah dan sayur-sayuran baik di daerah tropis maupun daerah subtropis
(Christenson & Foote 1960; Haramoto & Bess 1970; Alyoklin et al. 2000; Bateman
1972).

Musuh utama tanaman buah adalah lalat buah. Lalat buah merupakan hama yang banyak
menyerang buah-buahan dan sayuran seperti mangga, jambu biji, belimbing, melon,
nangka, jambu air, tomat, cabai merah, dan pare. Hama ini terdapat hampir di seluruh
kawasan asia-pasifik, dan diketahui dapat menyerang lebih dari 26 jenis buah-buahan dan
sayuran. Kerugian akibat serangan lalat buah cukup besar. Cara yang aman dan cukup
efektif untuk membrantas lalat buah yaitu dengan menggunakan perangkap lalat buah.
Prinsip kerja perangkap lalat buah ini adalah memikat lalat buah agar masuk ke dalam
perangkap. Perangkap dibuat dari botol aqua, kemudian potong ujungnya dan dipasang
terbalik miring corong agar lalat buah mudah masuk dan sulit untuk keluar lagi. Minyak
cemara hantu (Melaleuca bracteata) dan minyak selasih (Ocimum sanctum) berpeluang
menjadi atraktan karena mengandung Metil eugenol cukup tinggi. Minyak atraktan dari
metil eugenol diteteskan ke kapas kemudian ditempatkan di dalam perangkap. Lalat buah
akan masuk, lengket atau tenggelam di dalam perangkap dan akhirnya mati.
(www.Pustaka.deptan.go.id)

Lalat buah (Bactrocera sp.) tertarik pada aroma yang dikeluarkan oleh minyak cemara
hantu (Melaleuca bracteata) dan minyak selasih (Ocimum sanctum). Beberapa petani
buah telah membuktikan keefektifan minyak nabati tersebut untuk mengendalikan lalat
buah.lalat buah merupakan hama yang banyak menyerang buah-buahan dan sayuran
seperti mangga, jambu biji, belimbing, melon, nangka, jambu air, tomat, cabai merah,dan
pare. Hama ini terdapat hampir di seluruh kawasan Asia-Pasifik, dan diketahui dapat
menyerang lebih dari 26 jenis buah-buahan dan sayuran. Kerugian akibat serangan lalat
buah cukup besar. Berdasarkanberita yang dimuat dalam Media Bisnis Indonesia tanggal
2 Maret 2003, luas serangan lalat buah diperkirakan mencapai 4.790 ha dengan kerugian
Rp21,99 miliar. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) di Bogor telah
melakukan serangkaian penelitian pengendalian hama tersebut. Pengendalian yang dipilih
menggunakan Minyak cemara hantu (Melaleuca bracteata) dan minyak selasih (Ocimum
sanctum) berpeluang menjadi atraktan karena mengandung metil eugenol cukup tinggi.
Sesuai dengan fungsinya sebagai atraktan, minyak tersebut hanya bersifat menarik lalat
buahtetapi tidak membunuhnya. Oleh karena itu, penggunaan minyak tersebut harus
dilengkapi dengan alat yang dapat menjebak atau menangkap lalat buah. Tiga jenis alat
perangkap telah dibuat Balittro untuk mengendalikan lalat buah. Alat tersebut telah diuji
coba di kebun buah belimbing dan jambu batu. berada di bagian dalam (tutup botolnya
dibuka). Bagian depan dan belakang botol diikat dengan kawat agar mudah digantungkan
di pohon. Pada bagian tengah botol diikatkan segumpal kapas yang ditetesi 2-4 ml metil
eugenol, kemudian botol diisi dengan air seperempat bagian (jangan sampai mengenai
kapas). Dengan adanya air, lalat yang masukke dalam botol akan tenggelam dan mati.
Perangkap dipasang agak miring agar air tidak tumpah. Dalam waktu satu minggu,
perangkap inidapat menjebak/mematikan 50- 150 ekor lalat buah jantan.(balitro,2003)

Hama lalat buah (Bactrocera sp.) merupakan hama utama buah. Inangnya banyak Pada
mangga, jambu air, jambu biji, cabai, papaya, nangka, jeruk, melon, ketimun, tomat,
alpukat, pisang, dan belimbing. Kerugian yang ditimbulkan dapat secara kuantitatif
maupun kualitatif. Kerugian kuantitatif yaitu berkurangnya produksi buah sebagai akibat
rontoknya buah yang terserang sewaktu buah masih muda ataupun buah yang rusak serta
busuk yang tidak laku dijual. Kerugian kualitatif yaitu buah yang cacat berupa bercak,
busuk berlubang dan berulat yang akhirnya kurang diminati konsumen. Buah dapat
mencapai 100% jika tidak dilakukan pengendalian secara tepat.(Sinar Tani).

III. PROSEDUR PERCOBAAN

A. Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini antara lain

Cutter/pisau,sterofom,Mikroskop,Lup/Kaca Pembesar,Penggaris,Jarum Pentul dan


bahan-bahan yang di butuhkan adalah Serangga lalat buah yang di dapat

B. Cara Kerja

Cara kerja dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :

1. Diambil Perangkap yang di pasang dari lokasi


2. Di lakukan identifikasi satu persatu perangkap yang telah di ambil
3. Kemudian di identifiksi menggunakan lup/kaca pembesar dan Mikroskop
4. Setelah di ketahui jenis lalat buah tersebut
5. Dilakukan pengeloksian lalat buah yang dtelah didapat dengan mencamtumkan
jenis , nama ilmiah , di dapat dimana , jenis perangkap nya , dan Morfologi lalat
buah
6. Pengoleksian dapat menggunkan sterofom sebagai media tersebut
7. Laporan dan Koleksi lalat buah dikumpul satu minggu kemudian
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

No Perlakuan Jenis Jumlah


1 Cure Lure (Cl) Bactocera cucurbitae 1 ekor
Cure Lure (Cl) Bactocera dorsalis 2 ekor
2 Petrogenol Bactocera dorsalis 3 ekor

B. Pembahasan

Dalam melakukan Praktikum Identifikasi Lalat buah pada saat melakukan identifikasi
perlakuan Cure Lure (CL) di dapatkan jenis lalat buah Bactocera cucurbitae sejumlah 1
ekor , dari ciri morfologi dan lokasi pemasangan serta pengidentifikasian maka jenis ini
benar lalat bauah bactocera cucurbitae , untuk perlakuan Cure Lure (CL) lainya adalah
lalat buah yang di identifikasi adalah jenis lalat buah bactocera dorsalis yang berjumlah 2
ekor dugaan ini didukung dengan ciri morfologi lalat buah , pengindesifikasian serta
lokasi pemasangan perangkap lalat buah. Untuk perlakuan Petrogenol pada saat
melakukan identifikasi terdapat 3 jenis lalat buah bactocera dorsalis . Methyl eugenol
adalah Parapheromone untuk penarik serangga jantan Bactrocera dorsalis sedangkan
Cue lure merupakan Parapheromone untuk penarik serangga jantan Bactrocera
cucurbitae (Alexander et al. 1962; Epsky & Heath 1998). Beberapa penelitian telah
menemukan adanya interaksi antara isyarat visual dan isyarat kimia yang berfungsi untuk
mengefektifkan daya tangkap lalat buah Bactocera dorsalis

V. KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan yang kita lakukan, maka simpulan yang dapat ditarik adalah
sebagai berikut :

1. Jenis lalat buah yang didapat pada perlakuan Cure Lure adalah Bactocera
cucurbitae 1 ekor dan Bactocera dorsalis 2 ekor
2. Jenis lalat buah yang didapat pada perlakuan Petrogenol adalah Bactocera
dorsalis 3 ekor
3. Methyl eugenol adalah Parapheromone untuk penarik serangga jantan
4. Cue lure merupakan Parapheromone untuk penarik serangga jantan Bactrocera
cucurbitae

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:XvEru72-
ndYJ:lestaritani.blogspot.com/2010/06/identifikasi-lalat-
buah.html+identifikasi+lalat+buah&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a

Lalat buah
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Terkini (belum ditinjau)


Langsung ke: navigasi, cari

Lalat buah dapat berupa:

 Tephritidae, keluarga lalat buat ukuran besar


 Drosophilidae, keluarga lalat buah ukuran kecil, termasuk:
o Drosophila melanogaster, spesies yang biasa disebut "lalat buah", dan
biasa digunakan sebagai model dalam biologi modern

http://id.wikipedia.org/wiki/Lalat_buah

Home Artikel Lainnya


Mengatasi Lalat Buah dengan Minyak Sereh Wangi

Lalat buah merupakan salah satu serangga hama yang menyerang tanaman buah-buahan
di lapangan. Spesies lalat buah dari famili Tephritidae yang menjadi hama tanaman
mencapai 4.500 spesies, dan terdapat 20 spesies dari genus Bactrocera merupakan hama
penting pada buah-buahan dan sayuran di Asia (Vijaysegaran, 1998). Bactrocera spp.
memiliki inang yang cukup banyak seperti: jeruk, mangga, pepaya, nangka, alpokat,
pisang, tomat, apel, nenas, pear, aprikot, terong, jambu dan melon.

Kehilangan hasil akibat serangan lalat buah di Indonesia cukup besar. Hal ini disebabkan
karena stadia yang merusak adalah larva yang menyerang langsung pada buah tanaman.
Pada tanaman cabai kehilangan hasil dapat mencapai 80%. Luas serangan lalat buah
diperkirakan 4.700 ha dengan kerugian Rp. 21,99 miliar pada tahun 2002. Dalam
menanggulangi hama ini, petani telah melakukan pengendalian secara alami, diantaranya
dengan pembungkusan buah, pengurungan tanaman dengan jaring plastik, pengasapan di
sekitar pohon dan lainnya. Usaha ini memungkinkan untuk luasan lahan yang relatif
sempit, tetapi tidak efisien untuk lahan yang luasnya puluhan hektar. Pengendalian lain
yang telah dilakukan adalah pemandulan jantan, kimiawi dan memakai perangkap dengan
menggunakan atraktan/penarik.

PENDAHULUAN
 
            Lalat buah (Bactrocera spp.) merupakan salah satu hama yang sangat ganas pada
tanaman hortikultura diantaranya mangga, belimbing, jambu, nangka, semangka, melon,
pare, cabai, dll. Akibat serangan hama ini menyebabkan rendahnya produksi dan mutu
buah. Hal ini dapat menurunkan daya saing komoditas hortikultura Indonesia di pasar
dalam dan luar negeri.
            Ada beberapa cara pengendalian lalat buah yang dianjurkan, diantaranya yaitu :
pembungkusan buah, pengasapan, sanitasi kebun, dengan perangkap/atraktan, dan
penggunaan pestisida kimia. Namun dalam pelaksanaannya masih sulit, belum
sepenuhnya dilakukan petani kita.
           Penggunaan pestisida kimia sering menjadi tumpuan dalam pengendalian lalat
buah, namun dirasa kurang bijaksana karena menimbulkan dampak negatif antara lain
terhadap kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Oleh karena itu perlu dicari cara
pengendalian yang lebih aman dan akrab lingkungan diantaranya dengan menggunakan
pestisida nabati. Salah satu  jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati
untuk pengendalian lalat buah adalah tanaman selasih (Ocimum sp.).
          Laboratorium BPTPH Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta  telah
mengembangkan dan memproduksi  minyak selasih yang mengandung Methyl Eugenol
(ME)  bahan penarik atau pemikat hama lalat buah jantan.

         
http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:cYWHTVWeNjIJ:www.distan.pemda-diy.go.id/index.php%3Foption
%3Dcontent%26task%3Dview%26id%3D110%26Itemid
%3D2+lalat+buah&cd=14&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a

Drosophila melanogaster
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Terkini (belum ditinjau)


Langsung ke: navigasi, cari
?Drosophila melanogaster

Drosophila melanogaster Jantan


Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Diptera
Famili: Drosophilidae
Upafamili: Drosophilinae
Genus: Drosophila
Upagenus: Sophophora
Grup spesies: Grup melanogaster
Upagrup spesies: Subgrup
melanogaster
Spesies melanogaster
kompleks:
Spesies: D. melanogaster
Nama binomial
Drosophila melanogaster
Meigen, 1830[1]

Drosophila melanogaster adalah jenis serangga bersayap yang masuk ke dalam ordo
Diptera, (bangsa lalat).

Spesies ini umumnya dikenal sebagai lalat buah dalam pustaka-pustaka biologi
eksperimental (walaupun banyak jenis lalat-lalat buah lainnya) dan merupakan organisme
model yang paling banyak digunakan dalam penelitian genetika, fisiologi, dan evolusi
sejarah kehidupan. D. melanogaster populer karena sangat mudah berbiak (hanya
memerlukan waktu dua minggu untuk menyelesaikan seluruh daur kehidupannya),
mudah pemeliharaannya, serta memiliki banyak variasi fenotipe yang relatif mudah
diamati.

http://id.wikipedia.org/wiki/Drosophila_melanogaster

Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Diptera
Famili: Drosophilidae
Upafamili: Drosophilinae
Genus: Drosophila
Upagenus: Sophophora
Grup spesies: Grup melanogaster
Upagrup spesies: Subgrup melanogaster
Spesies kompleks: melanogaster
Spesies: D. melanogaster

Drosophila melanogaster
From Wikipedia, the free encyclopedia Dari Wikipedia Bahasa Melayu,
ensiklopedia bebas

Jump to: navigation , search Langsung ke: navigasi , cari


Drosophila melanogaster
Drosophila melanogaster

Male Drosophila melanogaster Pria


Drosophila melanogaster
Scientific classification
Klasifikasi ilmiah
Kingdom: Animalia
Kerajaan: Animalia
Arthropoda
Phylum: Filum:
Arthropoda
Class: Kelas: Insecta Insecta
Order: Order: Diptera Diptera
Family: Drosophilidae
Keluarga: Drosophilidae
Drosophila
Genus: Genus:
Drosophila
Subgenus: Sophophora
Subgenus: Sophophora
melanogaster
Species group:
group Grup
Spesies grup:
melanogaster
Species melanogaster
subgroup: subgroup
Spesies subkelompok
subkelompok: melanogaster
Species melanogaster
complex: complex
Spesies kompleks
kompleks: melanogaster
Species: D. melanogaster
Spesies: D. melanogaster
Binomial name Nama binomial
Drosophila melanogaster
Drosophila melanogaster
Meigen , 1830 [ 1 ] Meigen , 1830 [1]

Drosophila melanogaster ( Greek for dark-bellied dew lover : δρόσος = dew, φίλος =
intimate friend, lover, μέλας = dark-coloured, γαστήρ = belly [ 2 ] ) is a species of Diptera ,
or the order of flies , in the family Drosophilidae . Drosophila melanogaster ( Yunani
untuk bellied embun kekasih-gelap: δρόσος = embun, φίλος = teman dekat, kekasih,
μέλας = berwarna gelap, γαστήρ = perut [2] ) adalah spesies Diptera , atau urutan lalat ,
dalam keluarga Drosophilidae . The species is commonly known as the common fruit fly
or vinegar fly . Spesies ini umumnya dikenal sebagai lalat buah umum atau terbang
cuka. Starting from Charles W. Woodworth , this species is one of the most commonly
used model organisms in biology, including studies in genetics , physiology , microbial
pathogenesis and life history evolution because they are easy to take care of, breed
quickly, and lay many eggs. [ 3 ] Mulai dari Charles W. Woodworth , spesies ini
merupakan salah satu yang paling umum digunakan organisme model dalam biologi,
termasuk studi dalam genetika , fisiologi , patogenesis mikroba dan sejarah evolusi
kehidupan karena mereka mudah untuk mengurus, berkembang biak dengan cepat, dan
bertelur banyak . [3]

Flies belonging to the family Tephritidae are also called fruit flies, which can lead to
confusion, especially in Australia where the term fruit fly refers to the Tephritidae,
economic pests in fruit production. Lalat milik keluarga Tephritidae juga disebut lalat
buah, yang dapat menyebabkan kebingungan, terutama di Australia di mana lalat buah
merujuk pada Tephritidae, hama ekonomi dalam produksi buah.
Contents Isi
[hide]
 1 Physical appearance 1 Fisik penampilan
 2 Life cycle and reproduction 2 Siklus hidup dan reproduksi
 3 History of use in genetic analysis 3 Sejarah gunakan dalam analisis genetik
 4 Model organism in genetics 4 Model organisme dalam genetika
o 4.1 Genetic markers 4,1 penanda genetik
 5 Genome 5 Genom
o 5.1 Similarity to humans 5,1 kesamaan dengan manusia
 6 Development 6 Pengembangan
 7 Immunity 7 Imunitas
 8 Behavioral genetics and neuroscience 8 Perilaku genetika dan neuroscience
 9 Vision 9 Visi
 10 Flight 10 Penerbangan
 11 See also 11 Lihat pula
 12 References 12 Referensi
 13 Further reading 13 Bacaan lebih lanjut
 14 Popular media 14 Populer media

 15 External links 15 Pranala luar

[ edit ] Physical appearance [ sunting penampilan fisik]

Male (left) and female D. Pria (kiri) dan perempuan D. melanogaster melanogaster

Wildtype fruit flies have brick red eyes, are yellow-brown in color, and have transverse
black rings across their abdomen. Wildtype lalat buah memiliki mata merah bata, kuning-
cokelat di warna, dan memiliki cincin hitam melintang di atas perut mereka. They exhibit
sexual dimorphism : females are about 2.5 millimeters (0.098 in) long; males are slightly
smaller and the back of their bodies is darker. Mereka menunjukkan dimorfisme seksual :
perempuan adalah sekitar 2,5 mm (0,098 in) panjang; laki-laki sedikit lebih kecil dan
bagian belakang tubuh mereka lebih gelap. Males are easily distinguished from females
based on color differences, with a distinct black patch at the abdomen, less noticeable in
recently emerged flies (see fig), and the sexcombs (a row of dark bristles on the tarsus of
the first leg). Pria dengan mudah dibedakan dari wanita berdasarkan perbedaan warna,
dengan patch hitam berbeda di perut, kurang terlihat di akhir-akhir ini muncul lalat (lih.
gambar), dan sexcombs (sederet bulu gelap di Tarsus kaki yang pertama). Furthermore,
males have a cluster of spiky hairs (claspers) surrounding the reproducing parts used to
attach to the female during mating. Selain itu, pria memiliki sekelompok bulu runcing
(penjepit) yang mengelilingi bagian-bagian reproduksi digunakan untuk melampirkan
betina saat kawin. There are extensive images at FlyBase . [ 4 ] Ada gambar yang luas di
FlyBase . [4]

[ edit ] Life cycle and reproduction [ sunting ] Daur hidup dan


reproduksi

Egg of D. Telur D. melanogaster melanogaster

The D. D. melanogaster lifespan is about 30 days at 29 °C (84 °F). umur melanogaster


adalah sekitar 30 hari pada 29 ° C (84 ° F).

The developmental period for Drosophila melanogaster varies with temperature, as with
many ectothermic species. Periode perkembangan untuk melanogaster Drosophila
bervariasi dengan suhu, seperti halnya dengan banyak ectothermic spesies. The shortest
development time (egg to adult), 7 days, is achieved at 28 °C (82 °F ). [ 5 ] [ 6 ]
Development times increase at higher temperatures (11 days at 30 °C or 86 °F) due to
heat stress. Waktu pengembangan terpendek (telur untuk dewasa), 7 hari, dicapai pada 28
° C (82 ° F ). [5] [6] Pengembangan meningkatkan kali pada temperatur yang lebih tinggi
(11 hari pada 30 ° C atau 86 ° F) karena panas stres. Under ideal conditions, the
development time at 25 °C (77 °F) is 8.5 days, [ 5 ] [ 6 ] [ 7 ] at 18 °C (64 °F) it takes 19 days
[5] [6]
and at 12 °C (54 °F) it takes over 50 days. [ 5 ] [ 6 ] Under crowded conditions,
development time increases, [ 8 ] while the emerging flies are smaller. [ 8 ] [ 9 ] Females lay
some 400 eggs (embryos), about five at a time, into rotting fruit or other suitable material
such as decaying mushrooms and sap fluxes . Dalam kondisi ideal, waktu pengembangan
di 25 ° C (77 ° F) adalah 8,5 hari, [5] [6] [7] pada 18 ° C (64 ° F) yang dibutuhkan 19 hari [5]
[6]
dan di 12 ° C (54 ° F) yang diperlukan lebih dari 50 hari. [5] [6] Di bawah kondisi yang
penuh sesak, pengembangan peningkatan waktu, [8] sedangkan lalat muncul lebih kecil. [8]
[9]
Wanita berbaring sekitar 400 telur ( embrio), sekitar lima per satu, menjadi busuk buah
atau bahan yang cocok lainnya seperti membusuk jamur dan getah flux . The eggs, which
are about 0.5 millimetres long, hatch after 12–15 hours (at 25 °C or 77 °F). [ 5 ] [ 6 ] The
resulting larvae grow for about 4 days (at 25 °C) while molting twice (into 2nd- and 3rd-
instar larvae), at about 24 and 48 h after hatching. [ 5 ] [ 6 ] During this time, they feed on
the microorganisms that decompose the fruit, as well as on the sugar of the fruit itself.
Telur, yang sekitar 0,5 milimeter panjang, menetas setelah 12-15 jam (pada 25 ° C atau
77 ° F). [5] [6] yang dihasilkan larva tumbuh selama 4 hari (pada 25 ° C), sedangkan
menyilih dua kali (ke 2 dan ke-3 larva instar-), di sekitar 24 dan 48 jam setelah menetas.
[5] [6]
Selama waktu ini mereka makan, pada mikroorganisme yang membusuk buah, dan
juga pada gula dari buah itu sendiri . Then the larvae encapsulate in the puparium and
undergo a four-day-long metamorphosis (at 25 °C), after which the adults eclose
(emerge). [ 5 ] [ 6 ] Kemudian larva mengenkapsulasi dalam puparium dan menjalani empat
hari selama metamorfosis (pada 25 ° C), setelah itu eclose orang dewasa (emerge). [5] [6]

Mating fruit flies. Kawin lalat buah. Note the sex combs on the forelegs of the male
(insert) Catatan sisir seks pada kaki depan dari laki-laki (menyisipkan)

Females become receptive to courting males at about 8–12 hours after emergence. [ 10 ]
Males perform a sequence of five behavioral patterns to court females. Perempuan
menjadi laki-laki menerima pacaran di sekitar 8-12 jam setelah munculnya. [10] Jantan
melakukan urutan lima pola perilaku untuk perempuan pengadilan. First, males orient
themselves while playing a courtship song by horizontally extending and vibrating their
wings. Pertama, berorientasi laki-laki sambil memainkan lagu pacaran oleh horizontal
memperluas dan bergetar sayap mereka. Soon after, the male positions itself at the rear of
the female's abdomen in a low posture to tap and lick the female genitalia. Segera setelah
itu, posisi laki-laki sendiri di bagian belakang perut betina dalam posisi rendah untuk
menekan dan menjilat alat kelamin wanita. Finally, the male curls its abdomen, and
attempts copulation. Akhirnya, laki-laki ikal perut, dan upaya kopulasi. Females can
reject males by moving away and extruding their ovipositor. Wanita dapat menolak laki-
laki dengan menjauh dan ekstrusi ovipositor mereka. The average duration of successful
copulation is 30 minutes, during which males transfer a few hundred very long (1.76 mm)
sperm cells in seminal fluid to the female. [ 11 ] Females store the sperm in a tubular
receptacle and in two mushroom-shaped spermathecae , sperm from multiple matings
compete for fertilization. Durasi rata-rata kopulasi sukses adalah 30 menit, di mana laki-
laki transfer beberapa ratus sangat panjang (1,76 mm) sperma sel di dalam air mani untuk
wanita. [11] Betina menyimpan sperma dalam sebuah wadah dan di dua tubular berbentuk
jamur spermathecae , sperma dari beberapa perkawinan bersaing untuk pemupukan. A
last male precedence is believed to exist in which the last male to mate with a female
sires approximately 80% of her offspring. Sebuah diutamakan laki-laki terakhir yang
diyakini ada di mana laki-laki terakhir yang kawin dengan perempuan yang pejantan
sekitar 80% dari anaknya. This precedence was found to occur through displacement and
incapacitation. [ 12 ] . preseden ini ditemukan terjadi melalui perpindahan dan menderita
cacat. [12] . The displacement is attributed to sperm handling by the female fly as multiple
matings are conducted and is most significant during the first 1–2 days after copulation.
perpindahan ini disebabkan penanganan sperma oleh terbang perempuan sebagai
beberapa perkawinan dilakukan dan yang paling signifikan selama 1-2 hari pertama
setelah kopulasi. Displacement from the seminal receptacle is more significant than
displacement from the spermathecae. [ 12 ] Incapacitation of first male sperm by second
male sperm becomes significant 2–7 days after copulation. Perpindahan dari wadah
seminalis lebih penting daripada perpindahan dari spermathecae itu. [12] menderita cacat
sperma laki-laki pertama oleh sperma laki-laki kedua menjadi signifikan 2-7 hari setelah
kopulasi. The seminal fluid of the second male is believed to be responsible for this
incapacitation mechanism (without removal of first male sperm) which takes effect
before fertilization occurs. [ 12 ] The delay in effectiveness of the incapacitation
mechanism is believed to be a protective mechanism that prevents a male fly from
incapacitating its own sperm should it mate with the same female fly repetitively. [ 12 ]
Cairan mani dari laki-laki kedua adalah diyakini bertanggung jawab untuk mekanisme
menderita cacat (tanpa penghapusan sperma laki-laki pertama) yang berlaku sebelum
pembuahan terjadi. [12] Penundaan efektifitas mekanisme menderita cacat diyakini
menjadi mekanisme pelindung yang mencegah lalat laki-laki dari melumpuhkan sperma
itu sendiri harus kawin dengan perempuan yang sama berulang-ulang terbang. [12]

[ edit ] History of use in genetic analysis [ sunting ] Sejarah


gunakan dalam analisis genetik

Drosophila melanogaster was among the first organisms used for genetic analysis , and
today it is one of the most widely used and genetically best-known of all eukaryotic
organisms. Drosophila melanogaster merupakan salah satu organisme yang digunakan
untuk analisis genetik , dan hari ini adalah salah satu yang paling banyak digunakan dan
genetis paling terkenal dari semua eukariotik organisme. All organisms use common
genetic systems; therefore, comprehending processes such as transcription and replication
in fruit flies helps in understanding these processes in other eukaryotes, including humans
. [ 13 ] Semua organisme menggunakan sistem genetik umum, karena itu, memahami
proses seperti transkripsi dan replikasi pada lalat buah membantu dalam memahami
proses-proses pada eukariota lainnya, termasuk manusia . [13]

Charles W. Woodworth is credited with being the first to breed Drosophila in quantity
and for suggesting to WE Castle that they might be used for genetic research during his
time at Harvard University . Charles W. Woodworth dikreditkan dengan menjadi yang
pertama untuk berkembang biak Drosophila dalam jumlah dan untuk menyarankan untuk
KAMI Castle bahwa mereka dapat digunakan untuk penelitian genetik selama waktunya
di Universitas Harvard . But it was not until 1910 that Thomas Hunt Morgan began using
fruit flies in experimental studies of heredity at Columbia University . Tapi itu tidak
sampai 1910 bahwa Thomas Hunt Morgan mulai menggunakan lalat buah dalam studi
eksperimental keturunan di Columbia University .

Morgan's laboratory was located on the top floor of Schermerhorn Hall , which became
known as the Fly Room. Morgan's laboratorium yang terletak di lantai atas Schermerhorn
Hall , yang dikenal sebagai Fly Kamar. The Fly Room was cramped with eight desks,
each occupied by students and their experiments. The Fly Kamar itu sempit dengan
delapan meja, masing-masing diduduki oleh mahasiswa dan percobaan mereka. They
started off experiments using milk bottles to rear the fruit flies and handheld lenses for
observing their traits. Mereka mulai percobaan menggunakan botol susu ke belakang lalat
buah dan lensa genggam untuk mengamati sifat-sifat mereka. The lenses were later
replaced by microscopes which enhanced their observations. Lensa kemudian digantikan
oleh mikroskop yang disempurnakan pengamatan mereka. The Fly Room was the source
of some of the most important research in the history of biology . The Fly Kamar adalah
sumber dari beberapa penelitian yang paling penting dalam sejarah biologi . Morgan and
his students eventually elucidated many basic principles of heredity, including sex-linked
inheritance, epistasis , multiple alleles, and gene mapping . [ 13 ] Morgan dan murid-
muridnya akhirnya dijelaskan prinsip dasar banyak keturunan, termasuk-linked warisan
seks, epistasis , alel ganda, dan pemetaan gen . [13]

"Thomas Hunt Morgan and colleagues extended Mendel 's work by describing X-linked
inheritance and by showing that genes located on the same chromosome do not show
independent assortment. Studies of X-linked traits helped confirm that genes are found on
chromosomes, while studies of linked traits led to the first maps showing the locations of
genetic loci on chromosomes" (Freman 214). "Thomas Hunt Morgan dan rekan
diperpanjang Mendel kerja 'dengan menjelaskan pewarisan terkait-X dan dengan
menunjukkan bahwa gen terletak di sama kromosom tidak menunjukkan berbagai
independen. Studi -link sifat X membantu memastikan bahwa gen yang ditemukan pada
kromosom, sementara studi dari sifat-sifat yang terkait menyebabkan peta-peta yang
menunjukkan lokasi pertama lokus genetik pada kromosom "(Freman 214). The first
maps of Drosophila chromosomes were completed by Alfred Sturtevant . Peta pertama
Drosophila kromosom diselesaikan oleh Alfred Sturtevant .

[ edit ] Model organism in genetics [ sunting ] Model dalam


genetika organisme

D. melanogaster types (clockwise): brown eyes with black body, cinnabar eyes, sepia
eyes with ebony body, vermilion eyes, white eyes, and wild-type eyes with yellow body
D. melanogaster jenis (searah jarum jam): coklat mata dengan tubuh hitam, mata
cinnabar, mata sepia dengan tubuh hitam, mata merah delima, mata putih, dan tipe-mata
liar dengan tubuh kuning

Drosophila melanogaster is one of the most studied organisms in biological research,


particularly in genetics and developmental biology. Drosophila melanogaster adalah
salah satu yang paling banyak dipelajari organisme dalam penelitian biologi, khususnya
dalam genetika dan biologi perkembangan. There are several reasons: Ada beberapa
alasan:

 The care and culture requires little equipment and use little space even when
using large cultures, and the overall cost is low. Perawatan dan budaya
memerlukan peralatan kecil dan menggunakan ruang kecil bahkan ketika
menggunakan budaya besar, dan keseluruhan biaya rendah.
 It is small and easy to grow in the laboratory and their morphology is easy to
identify once they are anesthetized (usually with ether , carbon dioxide gas, by
cooling them, or with products like FlyNap ) Ini adalah kecil dan mudah tumbuh
di laboratorium dan morfologi mereka adalah mudah untuk mengidentifikasi
begitu mereka dibius (biasanya dengan eter , karbon dioksida gas, dengan
pendingin mereka, atau dengan produk-produk seperti FlyNap )
 It has a short generation time (about 10 days at room temperature) so several
generations can be studied within a few weeks. Ia memiliki waktu generasi
pendek (sekitar 10 hari pada suhu kamar) beberapa generasi sehingga dapat
dipelajari dalam beberapa minggu.
 It has a high fecundity (females lay up to 100 eggs per day, and perhaps 2000 in a
lifetime). [ 3 ] Ia memiliki tinggi fekunditas (perempuan berbaring hingga 100 telur
per hari, dan mungkin 2000 di seumur hidup). [3]
 Males and females are readily distinguished and virgin females are easily isolated,
facilitating genetic crossing. Jantan dan betina mudah dibedakan perempuan dan
perawan yang mudah terisolasi, memfasilitasi persilangan genetik.
 The mature larvae show giant chromosomes in the salivary glands called polytene
chromosomes —"puffs" indicate regions of transcription and hence gene activity.
Larva dewasa menunjukkan kromosom raksasa dalam kelenjar ludah yang disebut
kromosom polytene - "semprotan" mengindikasikan daerah transkripsi dan
karenanya aktivitas gen.
 It has only four pairs of chromosomes : three autosomes , and one sex
chromosome . Itu hanya memiliki empat pasang kromosom : tiga autosom , dan
satu kromosom seks .
 Males do not show meiotic recombination , facilitating genetic studies. Pria tidak
menunjukkan meiosis rekombinasi , memfasilitasi studi genetika.
 Recessive lethal " balancer chromosomes " carrying visible genetic markers can
be used to keep stocks of lethal alleles in a heterozygous state without
recombination due to multiple inversions in the balancer. Resesif mematikan "
kromosom penyeimbang "tercatat terlihat tanda-tanda genetik dapat digunakan
untuk menjaga stok dari alel mematikan dalam keadaan heterozigot tanpa
rekombinasi karena beberapa inversi dalam penyeimbang tersebut.
 Genetic transformation techniques have been available since 1987. teknik
transformasi genetik telah tersedia sejak 1987.
 Its complete genome was sequenced and first published in 2000. [ 14 ] yang lengkap
genom adalah disekuensing dan pertama kali diterbitkan pada tahun 2000. [14]

[ edit ] Genetic markers [ sunting ] penanda genetik

Genetic markers are commonly used in Drosophila research, for example within balancer
chromosomes or P-element inserts, and most phenotypes are easily identifiable either
with the naked eye or under a microscope. Genetik marker biasanya digunakan dalam
penelitian Drosophila, misalnya dalam kromosom penyeimbang atau sisipan unsur-P, dan
fenotip yang paling mudah diidentifikasi baik dengan mata telanjang atau di bawah
mikroskop. In the list of example common markers below, the allele symbol is followed
by the name of the gene affected and a description of its phenotype. (Note: Recessive
alleles are in lower case, while dominant alleles are capitalised.) Dalam daftar contoh
umum spidol di bawah ini, simbol alel diikuti oleh nama gen yang terkena dampak dan
deskripsi dari fenotipe tersebut Catatan. (: Alel Resesif dalam huruf kecil, sedangkan alel
dominan dikapitalisasi.)

 Cy 1 : curly; The wings curve away from the body, flight may be somewhat
impaired. Cy 1: keriting; Sayap kurva dari badan, penerbangan mungkin sedikit
terganggu.
 e 1 : ebony; Black body and wings (heterozygotes are also visibly darker than wild
type). e 1: hitam, tubuh dan sayap Hitam (heterozigot juga tampak lebih gelap dari
wild type).
 Sb 1 : stubble; Hairs are shorter and thicker than wild type. Sb 1: tunggul; Rambut
lebih pendek dan tebal dari wild type.
 w 1 : white; Eyes lack pigmentation and appear white, vision may be somewhat
impaired. w 1: putih; kurangnya Mata dan pigmentasi tampak putih, visi mungkin
sedikit terganggu.
 y 1 : yellow; Body pigmentation and wings appear yellow. y 1: kuning; pigmentasi
Tubuh dan sayap tampak kuning.

Drosophila genes are traditionally named after the phenotype they cause when mutated.
gen Drosophila secara tradisional dinamai fenotipe mereka karena saat bermutasi. For
example, the absence of a particular gene in Drosophila will result in a mutant embryo
that does not develop a heart. Sebagai contoh, tidak adanya gen tertentu dalam
Drosophila akan menghasilkan embrio mutan yang tidak mengembangkan hati. Scientists
have thus called this gene tinman , named after the Oz character of the same name . [ 15 ]
This system of nomenclature results in a wider range of gene names than in other
organisms. Para ilmuwan telah demikian disebut gen tinman ini, dinamai Oz karakter
dengan nama yang sama . [15] Sistem ini hasil tata-nama dalam berbagai nama gen yang
lebih luas dari pada organisme lain.
[ edit ] Genome [ sunting ] Genom

D. melanogaster chromosomes to scale with megabase-pair references oriented as in the


National Center for Biotechnology Information database . kromosom D. melanogaster
untuk skala dengan pasangan megabase berorientasi sebagai referensi dalam database
Pusat Informasi Nasional Bioteknologi . Centimorgan distances are approximate and
estimated from the locations of selected mapped loci. jarak Centimorgan merupakan
perkiraan dan diperkirakan dari lokus dipetakan lokasi yang dipilih.

The genome of D. The genom D. melanogaster (sequenced in 2000, and curated at the
FlyBase database [ 14 ] ) contains four pairs of chromosomes: an X/Y pair, and three
autosomes labeled 2, 3, and 4. melanogaster (diurutkan pada tahun 2000, dan dikuratori
di FlyBase database [14] ) berisi empat pasang kromosom: X / Y pasangan, dan tiga
autosom berlabel 2, 3, dan 4. The fourth chromosome is so tiny that it is often ignored,
aside from its important eyeless gene. Kromosom keempat adalah sangat kecil sehingga
sering diabaikan, selain dari gen penting tanpa mata nya. The D. D. melanogaster
sequenced genome of 165 million base pairs has been annotated [ 16 ] and contains
approximately 13,767 protein-coding genes which comprise ~20% of the genome out of a
total of an estimated 14,000 genes. melanogaster sekuensing genom dari 165 juta pasang
basa telah terhubung [16] dan berisi sekitar 13.767 gen pengkode protein yang terdiri dari ~
20% dari out genom dari total sebuah gen diperkirakan 14.000. More than 60% of the
genome appears to be functional non-protein-coding DNA [ 17 ] involved in gene
expression control. Lebih dari 60% dari genom tampaknya fungsional non-protein-coding
DNA [17] terlibat dalam pengendalian ekspresi gen. Determination of sex in Drosophila
occurs by the ratio of X chromosomes to autosomes, not because of the presence of a Y
chromosome as in human sex determination. Penentuan seks di Drosophila terjadi
dengan rasio kromosom X untuk autosom, bukan karena adanya kromosom Y seperti
dalam penentuan seks manusia. Although the Y chromosome is entirely heterochromatic ,
it contains at least 16 genes, many of which are thought to have male-related functions.
[ 18 ]
Meskipun kromosom Y adalah sepenuhnya heterochromatic , berisi setidaknya 16
gen, banyak yang diduga terkait fungsi laki-laki. [18]
[ edit ] Similarity to humans [ sunting ] Kesamaan untuk manusia

About 75% of known human disease genes have a recognizable match in the genetic code
of fruit flies, [ 19 ] and 50% of fly protein sequences have mammalian homologs. Sekitar
75% dari penyakit manusia dikenal gen memiliki kecocokan dikenali dalam kode genetik
lalat buah, [19] dan 50% dari protein memiliki urutan terbang homologs mamalia. An
online database called Homophila is available to search for human disease gene
homologues in flies and vice versa. [ 20 ] Drosophila is being used as a genetic model for
several human diseases including the neurodegenerative disorders Parkinson's ,
Huntington's , spinocerebellar ataxia and Alzheimer's disease . Sebuah database online
yang disebut Homophila tersedia untuk mencari homolog gen penyakit manusia di lalat
dan sebaliknya. [20] Drosophila sedang digunakan sebagai model genetik untuk penyakit
manusia beberapa termasuk gangguan neurodegenerative Parkinson , Huntington , ataksia
spinocerebellar dan Penyakit Alzheimer . The fly is also being used to study mechanisms
underlying aging and oxidative stress , immunity , diabetes , and cancer , as well as drug
abuse . terbang ini juga digunakan untuk mempelajari mekanisme yang mendasari
penuaan dan oksidatif stres , kekebalan , diabetes , dan kanker , serta penyalahgunaan
narkoba .

[ edit ] Development [ sunting ] Pembangunan


Main article: Drosophila embryogenesis Artikel utama: Drosophila embryogenesis

Embryogenesis in Drosophila has been extensively studied, as its small size, short
generation time, and large brood size makes it ideal for genetic studies. Embriogenesis di
Drosophila telah dipelajari secara ekstensif, sebagai ukuran yang kecil, waktu generasi
pendek, dan ukuran induk yang besar membuatnya ideal untuk studi genetik. It is also
unique among model organisms in that cleavage occurs in a syncytium . Hal ini juga unik
di antara organisme model dalam yang terjadi di belahan syncytium .

Drosophila melanogaster oogenesis Drosophila melanogaster oogenesis

During oogenesis, cytoplasmic bridges called "ring canals" connect the forming oocyte to
nurse cells. Selama oogenesis, jembatan sitoplasma disebut "kanal cincin"
menghubungkan ke sel oosit membentuk perawat. Nutrients and developmental control
molecules move from the nurse cells into the oocyte. Nutrisi dan molekul kontrol
perkembangan bergerak dari sel-sel perawat ke oosit. In the figure to the left, the forming
oocyte can be seen to be covered by follicular support cells. Pada gambar ke kiri,
membentuk oosit dapat dilihat ditutupi oleh sel dukungan folikel.

After fertilization of the oocyte the early embryo (or syncytial embryo ) undergoes rapid
DNA replication and 13 nuclear divisions until approximately 5000 to 6000 nuclei
accumulate in the unseparated cytoplasm of the embryo. Setelah fertilisasi oosit embrio
awal (atau embrio syncytial ) mengalami replikasi DNA yang cepat dan 13 divisi nuklir
sampai kira-kira 5-6000 inti terakumulasi dalam sitoplasma tidak terpisahkan dari
embrio. By the end of the 8th division most nuclei have migrated to the surface,
surrounding the yolk sac (leaving behind only a few nuclei, which will become the yolk
nuclei). Pada akhir dari pembagian 8 inti sebagian besar bermigrasi ke permukaan, sekitar
yolk sac (hanya meninggalkan beberapa inti, yang akan menjadi kuning inti). After the
10th division the pole cells form at the posterior end of the embryo, segregating the germ
line from the syncytium. Setelah divisi bentuk sel 10 tiang pada bagian belakang embrio,
pemisahan garis kuman dari syncytium tersebut. Finally, after the 13th division cell
membranes slowly invaginate, dividing the syncytium into individual somatic cells.
Akhirnya, setelah pembelahan sel membran lambat 13 invaginate, membagi syncytium ke
dalam sel somatik individu. Once this process is completed gastrulation starts. [ 21 ] Setelah
proses ini selesai gastrulasi dimulai. [21]

Nuclear division in the early Drosophila embryo happens so quickly there are no proper
checkpoints so mistakes may be made in division of the DNA . divisi Nuklir pada embrio
Drosophila awal terjadi begitu cepat tidak ada pos-pos pemeriksaan yang sesuai sehingga
kesalahan dapat dilakukan di divisi dari DNA . To get around this problem the nuclei
which have made a mistake detach from their centrosomes and fall into the centre of the
embryo (yolk sac) which will not form part of the fly. Untuk menyiasati masalah ini inti
yang telah membuat kesalahan dari mereka melepaskan centrosomes dan jatuh ke tengah
embrio (yolk sac) yang tidak akan merupakan bagian dari lalat itu.

The gene network (transcriptional and protein interactions) governing the early
development of the fruit fly embryo is one of the best understood gene networks to date,
especially the patterning along the antero-posterior (AP) and dorso-ventral (DV) axes
(See under morphogenesis ). [ 21 ] Jaringan gen (transkripsi dan interaksi protein) yang
mengatur awal perkembangan embrio lalat buah adalah salah satu jaringan gen terbaik
dipahami saat ini, terutama pola sepanjang Antero-posterior (AP) dan Dorso-ventral
(DV) sumbu (Lihat bawah morfogenesis ). [21]

The embryo undergoes well-characterized morphogenetic movements during gastrulation


and early development, including germ-band extension, formation of several furrows,
ventral invagination of the mesoderm, posterior and anterior invagination of endoderm
(gut), as well as extensive body segmentation until finally hatching from the surrounding
cuticle into a 1st-instar larva. Embrio baik ditandai mengalami morfogenetik gerakan
selama gastrulasi dan pengembangan awal, termasuk-band ekstensi kuman, pembentukan
beberapa alur-alur, invaginasi ventral mesoderm, dan invaginasi anterior posterior
endoderm (usus), serta segmentasi tubuh yang ekstensif sampai akhirnya menetas dari
kutikula sekitarnya menjadi larva instar-1.

During larval development, tissues known as imaginal discs grow inside the larva.
Imaginal discs develop to form most structures of the adult body, such as the head, legs,
wings, thorax and genitalia. Dalam perkembangannya larva, jaringan yang dikenal
sebagai disc imajinal tumbuh di dalam larva. imaginal cakram mengembangkan untuk
membentuk sebagian besar struktur tubuh orang dewasa, seperti kepala, kaki, sayap, dada
dan alat kelamin. Cells of the imaginal disks are set aside during embryogenesis and
continue to grow and divide during the larval stages - unlike most other cells of the larva
which have differentiated to perform specialized functions and grow without further cell
division. Sel dari disk imajinal yang disisihkan selama embriogenesis dan terus tumbuh
dan membagi selama tahap larva - tidak seperti sel-sel yang paling lain dari larva yang
berbeda untuk melakukan fungsi-fungsi khusus dan tumbuh tanpa pembelahan sel lebih
lanjut. At metamorphosis, the larva forms a pupa , inside which the larval tissues are
reabsorbed and the imaginal tissues undergo extensive morphogenetic movements to
form adult structures. Pada metamorfosis, larva membentuk pupa , di dalam jaringan
larva yang diserap dan jaringan imajinal mengalami gerakan morfogenetik luas untuk
membentuk struktur dewasa.

[ edit ] Immunity [ sunting ] Imunitas

The D. D. melanogaster immune system can be divided into two responses: humoral and
cell-mediated. sistem kekebalan melanogaster dapat dibagi menjadi dua tanggapan:
humoral dan sel-dimediasi. The former is a systemic response mediated through the Toll
and imd pathways, which are parallel systems for detecting microbes. D. Yang pertama
merupakan respon sistemik dimediasi melalui tol dan jalur IMD, yang sistem paralel
untuk mendeteksi mikroba. D. melanogaster has a "fat body" which is thought to be
homologous to the human liver. melanogaster memiliki lemak tubuh "" yang dianggap
homolog ke hati manusia. It is the primary secretory organ and produces antimicrobial
peptides . Ini adalah organ sekretori primer dan menghasilkan peptida antimikrobial .
These peptides are secreted into the hemolymph and bind infectious bacteria, killing them
by forming pores in their cell walls . Peptida ini juga dikeluarkan ke dalam hemolymph
dan mengikat bakteri menular, membunuh mereka dengan membentuk pori-pori di
mereka dinding sel . Years ago many drug companies wanted to purify these peptides and
use them as antibiotics. Tahun lalu perusahaan obat banyak yang ingin memurnikan
peptida tersebut dan menggunakannya sebagai antibiotik.

[ edit ] Behavioral genetics and neuroscience [ sunting ]


genetika perilaku dan neuroscience

In 1971, Ron Konopka and Seymour Benzer published "Clock mutants of Drosophila
melanogaster ", a paper describing the first mutations that affected an animal's behavior.
Pada tahun 1971, Ron Konopka dan Seymour Benzer diterbitkan "mutan Drosophila
melanogaster Jam", kertas menggambarkan pertama mutasi yang mempengaruhi perilaku
hewan yang. Wild-type flies show an activity rhythm with a frequency of about a day (24
hours). Wild-jenis lalat menunjukkan irama aktivitas dengan frekuensi kira sehari (24
jam). They found mutants with faster and slower rhythms as well as broken rhythms -
flies that move and rest in random spurts. Mereka menemukan mutan dengan ritme lebih
cepat dan lebih lambat serta irama patah - lalat yang bergerak dan beristirahat di spurts
acak. Work over the following 30 years has shown that these mutations (and others like
them) affect a group of genes and their products that comprise a biochemical or
biological clock . Bekerja selama 30 tahun berikutnya menunjukkan bahwa mutasi ini
(dan lain-lain seperti mereka) mempengaruhi sekelompok gen dan produk mereka yang
terdiri dari sebuah biokimia atau jam biologis . This clock is found in a wide range of fly
cells, but the clock-bearing cells that control activity are several dozen neurons in the
fly's central brain. Jam ini ditemukan dalam berbagai sel terbang, tetapi sel jam-bantalan
bahwa aktivitas kontrol neuron beberapa lusin pusat otak lalat.

Since then, Benzer and others have used behavioral screens to isolate genes involved in
vision, olfaction, audition, learning/memory, courtship, pain and other processes, such as
longevity. Sejak itu, Benzer dan lain-lain telah menggunakan layar perilaku untuk
mengisolasi gen yang terlibat dalam visi, Penciuman, audisi, belajar / memori, pacaran,
rasa sakit dan proses lainnya, seperti umur panjang.

The first learning and memory mutants ( dunce , rutabaga etc.) were isolated by William
"Chip" Quinn while in Benzer's lab, and were eventually shown to encode components of
an intracellular signaling pathway involving cyclic AMP , protein kinase A and a
transcription factor known as CREB. Pembelajaran pertama dan mutan memori (bodoh,
rutabaga dll) diisolasi oleh William "Chip" Quinn's laboratorium sementara di Benzer,
dan akhirnya ditunjukkan untuk menyandikan komponen dari jalur sinyal intraselular
yang melibatkan AMP siklik , protein kinase A dan faktor transkripsi diketahui sebagai
CREB. These molecules were shown to be also involved in synaptic plasticity in Aplysia
and mammals. Molekul-molekul yang akan ditampilkan secara juga terlibat dalam
plastisitas sinaps di Aplysia dan mamalia.

Male flies sing to the females during courtship using their wing to generate sound, and
some of the genetics of sexual behavior have been characterized. Pria lalat bernyanyi
dengan perempuan selama pacaran dengan sayap mereka untuk menghasilkan suara, dan
beberapa genetika perilaku seksual telah ditandai. In particular, the fruitless gene has
several different splice forms, and male flies expressing female splice forms have female-
like behavior and vice-versa. Secara khusus, tanpa hasil yang berbeda bentuk gen
memiliki beberapa sambatan, dan laki-laki lalat mengekspresikan sambatan wanita
memiliki bentuk seperti perilaku perempuan dan sebaliknya.

Furthermore, Drosophila has been used in neuropharmacological research, including


studies of cocaine and alcohol consumption. Selain itu, Drosophila telah digunakan
dalam penelitian neuropharmacological, termasuk studi kokain dan konsumsi alkohol.
[ edit ] Vision [ sunting ] Visi

Stereo images of the fly eye Gambar stereo pada mata lalat

The compound eye of the fruit fly contains 760 unit eyes or ommatidia , and are one of
the most advanced among insects. Para mata majemuk dari mata lalat buah berisi 760
unit atau ommatidia , dan salah satu yang paling maju di antara serangga. Each
ommatidium contains 8 photoreceptor cells (R1-8), support cells, pigment cells, and a
cornea. Setiap ommatidium mengandung sel-sel fotoreseptor 8 (R1-8), sel dukungan, sel
pigmen, dan kornea seorang. Wild-type flies have reddish pigment cells, which serve to
absorb excess blue light so the fly isn't blinded by ambient light. Wild-jenis lalat
memiliki sel pigmen kemerahan, yang berfungsi untuk menyerap cahaya biru kelebihan
sehingga terbang tidak dibutakan oleh cahaya ambient.

Each photoreceptor cell consists of two main sections, the cell body and the rhabdomere .
Setiap sel fotoreseptor terdiri dari dua bagian utama tubuh sel dan rhabdomere . The cell
body contains the nucleus while the 100-μm-long rhabdomere is made up of toothbrush-
like stacks of membrane called microvilli . Badan sel berisi inti sementara-μm-panjang
rhabdomere 100 adalah terdiri dari tumpukan-seperti sikat gigi yang disebut membran
mikrovili . Each microvillus is 1–2 μm in length and ~60 nm in diameter. [ 22 ] The
membrane of the rhabdomere is packed with about 100 million rhodopsin molecules, the
visual protein that absorbs light. Setiap microvillus 1-2 μm panjang dan ~ 60 nm dalam
diameter. [22] The membran rhabdomere ini dikemas dengan sekitar 100 juta rhodopsin
molekul, protein visual yang menyerap cahaya. The rest of the visual proteins are also
tightly packed into the microvillar space, leaving little room for cytoplasm . Sisanya
protein visual juga erat dikemas ke dalam ruang microvillar, meninggalkan sedikit ruang
untuk sitoplasma .

The photoreceptors in Drosophila express a variety of rhodopsin isoforms . The


fotoreseptor di Drosophila mengungkapkan berbagai rhodopsin isoform . The R1-R6
photoreceptor cells express Rhodopsin1 (Rh1) which absorbs blue light (480 nm). Sel-sel
fotoreseptor R1-R6 mengungkapkan Rhodopsin1 (Rh1) yang menyerap cahaya biru (480
nm). The R7 and R8 cells express a combination of either Rh3 or Rh4 which absorb UV
light (345 nm and 375 nm), and Rh5 or Rh6 which absorb blue (437 nm) and green
(508 nm) light respectively. sel yang R7 dan R8 mengungkapkan kombinasi baik atau
Rh4 Rh3 yang menyerap sinar UV (345 nm dan 375 nm), dan Rh5 atau Rh6 yang
menyerap biru (437 nm) dan hijau (508 nm) lampu masing-masing. Each rhodopsin
molecule consists of an opsin protein covalently linked to a carotenoid chromophore, 11-
cis-3-hydroxyretinal. [ 23 ] Setiap molekul rhodopsin terdiri dari protein opsin kovalen
dihubungkan dengan karotenoid kromofor, 11-cis-3-hydroxyretinal. [23]

Expression of Rhodopsin1 (Rh1) in photoreceptors R1-R6 Ekspresi Rhodopsin1 (Rh1)


dalam fotoreseptor R1-R6

As in vertebrate vision , visual transduction in invertebrates occurs via a G protein-


coupled pathway. Seperti dalam visi vertebrata , transduksi visual dalam invertebrata
terjadi melalui protein-coupled jalur G. However, in vertebrates the G protein is
transducin, while the G protein in invertebrates is Gq (dgq in Drosophila ). Namun,
dalam vertebrata yang protein G adalah transducin, sedangkan protein G dalam
invertebrata adalah GQ (dgq di Drosophila). When rhodopsin (Rh) absorbs a photon of
light its chromophore, 11-cis-3-hydroxyretinal, is isomerized to all-trans-3-
hydroxyretinal. Ketika rhodopsin (Rh) menyerap foton cahaya kromofor nya, 11-cis-3-
hydroxyretinal, adalah isomerized untuk semua-trans-3-hydroxyretinal. Rh undergoes a
conformational change into its active form, metarhodopsin. Rh mengalami perubahan
konformasi ke dalam bentuk aktif, metarhodopsin. Metarhodopsin activates Gq, which in
turn activates a phospholipase Cβ (PLCβ) known as NorpA. [ 24 ] Metarhodopsin
mengaktifkan GQ, yang pada gilirannya mengaktifkan fosfolipase Cβ (PLCβ) dikenal
sebagai NorpA. [24]

PLCβ hydrolyzes phosphatidylinositol (4,5)-bisphosphate (PIP 2 ), a phospholipid found


in the cell membrane , into soluble inositol triphosphate (IP 3 ) and diacylgycerol (DAG),
which stays in the cell membrane. Hidrolisis PLCβ phosphatidylinositol (4,5)-
bisphosphate (PIP 2), suatu fosfolipid ditemukan di membran sel , menjadi larut inositol
trifosfat (IP 3) dan diacylgycerol (DAG), yang tinggal di dalam selaput sel. DAG or a
derivative of DAG causes a calcium selective ion channel known as TRP (transient
receptor potential) to open and calcium and sodium flows into the cell. DAG atau turunan
dari DAG menyebabkan kalsium selektif saluran ion dikenal sebagai TRP (potensial
reseptor fana) untuk membuka dan kalsium dan natrium mengalir ke sel. IP 3 is thought to
bind to IP 3 receptors in the subrhabdomeric cisternae, an extension of the endoplasmic
reticulum , and cause release of calcium, but this process doesn't seem to be essential for
normal vision. [ 24 ] IP 3 diduga berikatan dengan IP 3 reseptor di cisternae subrhabdomeric,
merupakan perpanjangan dari retikulum endoplasma , dan menyebabkan pelepasan
kalsium, namun proses ini tampaknya tidak menjadi penting untuk penglihatan normal.
[24]

Calcium binds to proteins such as calmodulin (CaM) and an eye-specific protein kinase C
(PKC) known as InaC. Kalsium mengikat protein seperti kalmodulin (CAM) dan mata-
spesifik protein kinase C (PKC) yang dikenal sebagai InaC. These proteins interact with
other proteins and have been shown to be necessary for shut off of the light response.
Protein ini berinteraksi dengan protein lain dan telah terbukti diperlukan untuk menutup
dari respon cahaya. In addition, proteins called arrestins bind metarhodopsin and prevent
it from activating more Gq. Selain itu, protein yang disebut arrestins metarhodopsin
mengikat dan mencegahnya dari mengaktifkan lebih GQ. A sodium-calcium exchanger
known as CalX pumps the calcium out of the cell. A -kalsium exchanger natrium pompa
dikenal sebagai kapur kalsium keluar dari sel. It uses the inward sodium gradient to
export calcium at a stoichiometry of 3 Na + / 1 Ca ++ . [ 25 ] Ia menggunakan ke dalam
gradien natrium untuk mengekspor kalsium pada stoikiometri dari 3 Na + / 1 + + Ca. [25]

TRP, InaC, and PLC form a signaling complex by binding a scaffolding protein called
InaD. TRP, InaC, dan PLC membentuk kompleks sinyal oleh sebuah mengikat protein
perancah disebut InaD. InaD contains five binding domains called PDZ domain proteins
which specifically bind the C termini of target proteins. InaD berisi lima domain
mengikat disebut domain PDZ protein yang secara khusus mengikat protein C Termini
target. Disruption of the complex by mutations in either the PDZ domains or the target
proteins reduces the efficiency of signaling. Gangguan kompleks dengan mutasi baik
dalam domain PDZ atau protein target mengurangi efisiensi sinyal. For example,
disruption of the interaction between InaC, the protein kinase C, and InaD results in a
delay in inactivation of the light response . Misalnya, gangguan interaksi antara InaC,
protein kinase C, dan hasil InaD dalam keterlambatan dalam inaktivasi dari respon
cahaya .

Unlike vertebrate metarhodopsin, invertebrate metarhodopsin can be converted back into


rhodopsin by absorbing a photon of orange light (580 nm). Tidak seperti metarhodopsin
vertebrata, invertebrata metarhodopsin dapat dikonversikan kembali ke rhodopsin dengan
menyerap sebuah foton cahaya orange (580 nm).

Approximately two-thirds of the Drosophila brain is dedicated to visual processing. [ 26 ]


Although the spatial resolution of their vision is significantly worse than that of humans,
their temporal resolution is approximately ten times better. Sekitar dua pertiga dari otak
Drosophila didedikasikan untuk pemrosesan visual. [26] Meskipun resolusi spasial visi
mereka secara signifikan lebih buruk dari manusia, mereka resolusi temporal adalah
sekitar sepuluh kali lebih baik.
genetika: siklus hidup Drosophila melanogaster
Lompat ke Komentar

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Tujuan

1. Mengetahui tahapan-tahapan dalam siklus hidup Drosophila melanogaster.


2. Mengetahui lama dari tiap tahapan dalam siklus hidup Drosophila melanogaster.
3. Mengetahui cara menangani dan memelihara Drosophila melanogaster.

I.2 Teori Dasar

Drosophila melanogaster merupakan jenis lalat buah yang dapat ditemukan di buah-buahan
busuk. Drosophila telah digunakan secara bertahun-tahun dalam kajian genetika dan perilaku hewan.

Berikut merupakan klasifikasi dari Drosophila melanogaster (Borror, 1992):

Kingdom Animalia
Phyllum Arthropoda
Kelas Insecta
Ordo Diptera
Famili Drosophilidae
Genus Drosophila
Spesies Drosophila melanogaster

Selain itu, Drosophila juga diklasifikasikan ke dalam sub ordo Cyclophorpha (pengelompokan
lalat yang pupanya terdapat kulit instar 3, mempunyai jaw hooks) dan termasuk ke dalam seri Acaliptrata
yaitu imago menetas dengan keluar dari bagian anterior pupa (Wheeler, 1981).

Lalat buah dan Artrophoda lainnya mempunyai kontruksi modular, suatu seri segmen yang
teratur. segmen ini menyusun tiga bagian tubuh utama, ayitu; kepala, thoraks, dan abdomen. seperti hewan
simetris bilateral lainnya, Drosophila ini mempunyai poros anterior dan posterior (kepala-ekor) dan poros
dorsoventral (punggung-perut). Pada Drosophila, determinan sitoplasmik yang sudah ada di dalam telur
memberi informasi posisional untuk penempatan kedua poros ini bahkan sebelum fertilisasi. setelah
fertilisasi, informasi dengan benar dan akhirnya akan memicu struktur yang khas dari setiap segmen.

Adapun ciri umum lain dari Drosophila melanogaster diantaranya:

1. Warna tubuh kuning kecoklatan dengan cincin berwarna hitam di tubuh bagian belakang.
2. Berukuran kecil, antara 3-5 mm.
1. Urat tepi sayap (costal vein) mempunyai dua bagian yang terinteruptus dekat dengan tubuhnya.

1. Sungut (arista) umumnya berbentuk bulu, memiliki 7-12 percabangan.


2. Crossvein posterior umumnya lurus, tidak melengkung.
3. Mata majemuk berbentuk bulat agak ellips dan berwana merah.
4. Terdapat mata oceli pada bagian atas kepala dengan ukuran lebih kecil dibanding mata majemuk.
5. Thorax berbulu-bulu dengan warna dasar putih, sedangkan abdomen bersegmen lima dan bergaris
hitam
6. Sayap panjang, berwarna transparan, dan posisi bermula dari thorax.

Sedangkan ciri-ciri yang membedakan Drosophila jantan dan betina antara lain;

Jantan Betina Metamorfosis pada Drosophila termasuk


1. Ukuran tubuh lebih 1. Ukuran tubuh lebih metamorfosis sempurna, yaitu dari telur – larva
kecil dari betina besar dari jantan instar I – larva instar II – larva instar III – pupa –
2. Sayap lebih pendek 2. Sayap lebih panjang imago. Fase perkembangan dari telur Drosophila
dari sayap betina dari sayap jantan melanogaster dapat dilihat lebih jelas pada gambar
3. Terdapat sisir 3. Tidak terdapat sisir
di bawah ini.
kelamin (sex comb) kelamin (sex comb)
4. Ujung abdomen 4. Ujung abdomen Perkembangan dimulai segera setelah
tumpul dan lebih runcing terjadi fertilisasi, yang terdiri dari dua periode.
hitam Pertama, periode embrionik di dalam telur pada saat
fertilisasi sampai pada saat larva muda menetas dari telur dan ini terjadi dalam waktu kurang lebih 24 jam.
Dan pada saat seperti ini, larva tidak berhenti-berhenti untuk makan (Silvia, 2003)

Periode kedua adalah periode setelah menetas dari telur dan disebut perkembangan postembrionik yang
dibagi menjadi tiga tahap, yaitu larva, pupa, dan imago (fase seksual dengan perkembangan pada sayap).
Formasi lainnya pada perkembangan secara seksual terjadi pada saat dewasa (Silvia, 2003).

Telur Drosophila berbentuk benda kecil bulat panjang dan biasanya diletakkan di permukaan
makanan. Betina dewasa mulai bertelur pada hari kedua setelah menjadi lalat dewasa dan meningkat
hingga seminggu sampai betina meletakkan 50-75 telur perhari dan mungkin maksimum 400-500 buah
dalam 10 hari. (Silvia, 2003). Telur Drosophila dilapisi oleh dua lapisan, yaitu satu selaput vitellin tipis
yang mengelilingi sitoplasma dan suatu selaput tipis tapi kuat (Khorion) di bagian luar dan di anteriornya
terdapat dua tangkai.tipis. Korion mempunyai kulit bagian luar yang keras dari telur tersebut (Borror,
1992).

Larva Drosophila berwarna putih, bersegmen, berbentuk seperti cacing, dan menggali dengan
mulut berwarna hitam di dekat kepala. Untuk pernafasan pada trakea, terdapat sepasang spirakel yang
keduanya berada pada ujung anterior dan posterior (Silvia, 2003).
Saat kutikula tidak lunak lagi, larva muda secara periodik berganti kulit untuk mencapai ukuran dewasa.
Kutikula lama dibuang dan integumen baru diperluas dengan kecepatan makan yang tinggi. Selama periode
pergantian kulit, larva disebut instar. Instar pertama adalah larva sesudah menetas sampai pergantian kulit
pertama. Dan indikasi instar adalah ukuran larva dan jumlah gigi pada mulut hitamnya. Sesudah pergantian
kulit yang kedua, larva (instar ketiga) makan hingga siap untuk membentuk pupa. Pada tahap terakhir, larva
instar ketiga merayap ke atas permukaan medium makanan ke tempat yang kering dan berhenti bergerak.
Dan jika dapat diringkas, pada Drosophila, destruksi sel-sel larva terjadi pada prose pergantian kulit
(molting) yang berlangsung empat kali dengan tiga stadia instar : dari larva instar 1 ke instar II, dari larva
instar II ke instar III, dari instar III ke pupa, dan dari pupa ke imago (Ashburner, 1985).

Selama makan, larva membuat saluran-saluran di dalam medium, dan jika terdapat banyak saluran maka
pertumbuhan biakan dapat dikatakan berlangsung baik. Larva yang dewasa biasanya merayap naik pada
dinding botol atau pada kertas tissue dalam botol. Dan disini larva akan melekatkan diri pada tempat kering
dengan cairan seperti lem yang dihasilkan oleh kelenjar ludah dan kemudian membentuk pupa.

Saat larva Drosophila membentuk cangkang pupa, tubuhnya memendek, kutikula menjadi keras dan
berpigmen, tanpa kepala dan sayap disebut larva instar 4. Formasi pupa ditandai dengan pembentukan
kepala, bantalan sayap, dan kaki. Puparium (bentuk terluar pupa) menggunakan kutikula pada instar ketiga.
Pada stadium pupa ini, larva dalam keadaan tidak aktif, dan dalam keadaan ini, larva berganti menjadi lalat
dewasa (Ashburner, 1985)

Struktur dewasa tampak jelas selama periode pupa pada bagian kecil jaringan dorman yang sama seperti
pada tahap embrio. Pembatasan jaringan preadult (sebelum dewasa) disebut anlagen. Fungsi utama dari
pupa adalah untuk perkembangan luar dari anlagen ke bentuk dewasa (Silvia, 2003).

Dewasa pada Drosophila melanogaster dalam satu siklus hidupnya berusia sekitar 9 hari. Setelah keluar
dari pupa, lalat buah warnanya masih pucat dan sayapnya belum terbentang. Sementara itu, lalat betina
akan kawin setelah berumur 8 jam dan akan menyimpan sperma dalam jumlah yang sangat banyak dari
lalat buah jantan.

Pada ujung anterior terdapat mikrophyle, tempat spermatozoa masuk ke dalam telur. Walaupun banyak
sperma yang masuk ke dalam mikrophyle tapi hanya satu yang dapat berfertilisasi dengan pronuleus betina
dan yang lainnya segera berabsorpsi dalam perkembangan jaringan embrio. (Borror, 1992)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada siklus hidup Drosophila melanogaster


diantaranya sebagai berikut:

Suhu Lingkungan
Drosophila melanogaster mengalami siklus selama 8-11 hari dalam kondisi ideal. Kondisi ideal yang
dimaksud adalah suhu sekitar 25-28°C. Pada suhu ini lalat akan mengalami satu putaran siklus secara
optimal. Sedangkan pada suhu rendah atau sekitar 180C, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
siklus hidupnya relatif lebih lama dan lambat yaitu sekitar 18-20 hari. Pada suhu 30°C, lalat dewasa
yang tumbuh akan steril.

Ketersediaan Media Makanan

Jumlah telur Drosophila melanogaster yang dikeluarkan akan menurun apabila kekurangan
makanan. Lalat buah dewasa yang kekurangan makanan akan menghasilkan larva berukuran kecil.
Larva ini mampu membentuk pupa berukuran kecil, namun sering kali gagal berkembang menjadi
individu dewasa. Beberapa dapat menjadi dewasa yang hanya dapat menghasilkan sedikit telur.
Viabilitas dari telur-telur ini juga dipengaruhi oleh jenis dan jumlah makanan yang dimakan oleh larva
betina (Shorrocks, 1972).

Tingkat Kepadatan Botol Pemeliharaan

Botol medium sebaiknya diisi dengan medium buah yang cukup dan tidak terlalu padat.
Selain itu, lalat buah yang dikembangbiakan di dalam botol pun sebaiknya tidak terlalu banyak, cukup
beberapa pasang saja. Pada Drosophila melanogaster dengan kondisi ideal dimana tersedia cukup
ruang (tidak terlalu padat) individu dewasa dapat hidup sampai kurang lebih 40 hari. Namun apabila
kondisi botol medium terlalu padat akan menyebabkan menurunnya produksi telur dan meningkatnya
jumlah kematian pada individu dewasa.

Intensitas Cahaya

Drosophila melanogaster lebih menyukai cahaya remang-remang dan akan mengalami


pertumbuhan yang lambat selama berada di tempat yang gelap.

BAB II

METODE KERJA

II.1 Alat dan Bahan

ALAT BAHAN
Botol berisi medium dengan sumbat Drosophila melanogaster
busa
Buah-buahan yang membusuk
Kantong plastik

II.2 Metode Kerja

1. Menangkap Lalat Buah

Lalat buah dipancing untuk datang dengan memasukkan pisang atau buah-buahan lain yang sudah
mulai membusuk ke dalam kantung plastik kosong. Setelah beberapa pasang lalat buah masuk ke
dalam plastik, lalat buah dipindahkan ke botol media. Makin banyak lalat yang tertangkap makin
baik, karena meningkatkan kemungkinan terdapatnya lalat betina dan memperkecil kemungkinan
adanya kontaminasi oleh jamur. Kemudian botol disimpan di tempat teduh.

2. Memelihara Lalat Buah

Lalat buah dipelihara didalam botol berisi media. Media yang digunakan dibuat dari pisang yang sudah
dihancurkan dan ragi. Botol media berisi lalat buah ini sebaiknya disimpan ditempat yang teduh.

Bila kultur terkontaminasi oleh jamur, bersihkan media dengan membuang bagian yang terkontaminasi
dan sedikit daerah disekitarnya menggunakan sendok. Kultur dapat juga dipindahkan ke media baru,
dengan mensterilkan botol dan sumbat busa sebelum dipakai. Bila media menjadi sangat
basah,masukkan kertas saring kedalam botol media tersebut.

3. Pengamatan Siklus Hidup Lalat Buah

Tempat, tanggal, jam penangkapan dan jumlah lalat buah yang tertangkap dicatat dalam lembar
pengamatan. Botol media berisi lalat buah kemudian diamati paling sedikit dua kali sehari. Pada
saat pertama muncul tahapan pertumbuhan tertentu, tanggal dan jam pengamatan dicatat. Bila pupa
pertama telah muncul, lalat buah parental harus dikeluarkan dari botol media. Pengamatan
dilanjutkan sampai lalat buah dewasa pertama muncul.

BAB III

HASIL PENGAMATAN

Siklus Hidup Lalat Buah


Tanggal lalat buah parental dimasukkan ke dalam botol : 9 September 2008

Tanggal lalat buah parental dikeluarkan dari botol : 19 September 2008

Temperatur rata-rata : ± 25°C

TabelPengamatan

Umur
Pertama Ukuran (mm) dan hasil
Foto
muncul pengamatan lainnya (hari/jam)

berwarna putih dengan


Telur ukuran kurang lebih 0.5 mm, ± 19 jam
terlihat seperti titik

berwarna putih, bersegmen,


Larva Instar I berbentuk seperti cacing, 2 hari
motil

ukuran lebih besar dibanding


larva instar I, terlihat adanya
Larva Instar warna kehitaman pada bagian
3 hari
II anterior larva (mulut
larva) ,menggali dengan
mulut tersebut

Mulut hitam terlihat jelas


Larva Instar berbentuk sungut, bergerak
4 hari
III lebih aktif, ukuran menjadi
lebih besar

Tidak ada pergerakan,


muncul selaput yang
Prepupa 6 hari
mengelilingi larva, tubuhnya
memendek

Kutikula menjadi keras dan


Pupa berpigmen, tidak bergerak 7 hari
(diam)
Ukuran relatif kecil dan
Imago kurus, berwarna pucat, dan 10 hari
sayap belum terbentang

BAB IV

PEMBAHASAN

Orang pertama yang menggunakan Lalat buah (Drosophila melanogaster) sebagai objek
penelitian genetika adalah Thomas Hunt Morgan yang berhasil menemukan “pautan seks” dan “gen
rekombinan”. Ada beberapa keuntungan sehingga lalat buah banyak dijadikan objek untuk kajian-kajian
genetik, di antaranya :

1. Lalat buah (Drosophila melanogaster) mudah dipelihara dalam laboratorium karena makanannya
sangat sederhana, hanya memerlukan sedikit ruangan dan tubuhnya cukup kuat.
2. Pada temperatur kamar (suhu ruangan), Lalat buah (Drosophila melanogaster) dapat
menyelesaikan siklus hidupnya kurang lebih dalam 12 hari.
3. Jumlahnya di alam sangat berlimpah dan mudah didapati.
4. Lalat buah (Drosophila melanogaster) dapat menghasilkan keturunan dalam jumlah yang besar.
5. Jumlah kromosom relatif sedikit, yaitu 4 pasang dan memiliki “Giant Chromosme”. kromosom ini
terdapat dalam sel-sel kelenjar ludah yang besarnya 100 kali lipat dari kromosom biasa, sehingga
mudah diamati di bawah mikroskop cahaya.
6. Lalat buah (Drosophila melanogaster) memiliki berbagai macam perbedaan sifat keturunan yang
dapat dikenali dengan pembesaran lemah. Lalat buah (Drosophila melanogaster) ini memiliki
beberapa jenis mutan (individu yang dihasilkan karena adanya mutasi) yang dapat diamati dengan
perbesaran yang lemah pula.
7. Perkembangan dari siklus hidupnya mudah di amati, karena terjadi di luar tubuhnya mulai dari
telur, larva, pupa hingga menjadi dewasa (imago).

Pada pengamatan ini, praktikan mengganti media di dalam botol media. Lalat yang telah
dimasukkan ke dalam botol media, mati hanya dalam waktu beberapa jam saja. Hal ini dapat disebabkan
karena ketidaklayakan media yang pertama kali diberikan. Karena telah dicampur beberapa bahan untuk
mencegah kontaminasi mutan lain seperti bakteri, tungau, atau jamur. Alkohol yang berasal dari bahan anti
jamur menyebabkan lalat tidak dapat bertahan lama.

Media dalam botol akhirnya diganti dengan pisang ambon bulu busuk yang dilumatkan.
Kemudian, lalat dimasukkan ke dalam botol media pada pukul 09.00. Jumlah lalat yang dimasukkan ke
dalam botol media sekitar 13 ekor. Pada tanggal 10 september 2008 pukul 04.00 mulai ditemukan beberapa
bercak-bercak putih. Menurut literatur, bercak-bercak putih berukuran kurang dari 0.5 mm tersebut tidak
lain adalah telur dari Drosophila melanogaster. Pengamatan dilanjutkan lagi hingga mulai muncul larva
instar 1 setelah 2 hari. Larva instar 1 berukuran kurang lebih 0.5 mm, berwarna putih, dan terlihat adanya
pergerakan (motil). Perubahan berikutnya terlihat saat larva instar 1 mulai membesar ukurannya pada hari
ke 3, inilah yang disebut larva instar 2. Selain itu, pergerakannya terlihat lebih aktif dibanding larva instar
1. Saat mengamati munculnya larva instar 2, terlihat adanya kontaminasi jamur. Hari berikutnya, ukuran
larva makin bertambah besar dan fase larva instar 3 mulai muncul. Pergerakan larva ini aktif di atas media
maupun di dinding botol. Saat pengamatan larva instar 3, media di dalam botol mengalami kenaikan
permukaan akibat gas yang menekan di bagian dasar. Gas tersebut diperkirakan dari adanya hasil
fermentasi oleh jamur yang tumbuh di sekitar permukaan media. Namun setelah larva berubah menjadi
larva instar 3, jamur yang ada di permukaan media menghilang. Larva-larva tersebut yang memakan jamur
yang tumbuh di atas permukaan media. Namun, setelah hilangnya jamur bagian dasar media mulai berair.
Selanjutnya, larva instar 3 mulai melakukan pergerakan ke bagian atas botol, mengurangi pergerakannya
dan diam menempel pada bagian dinding atas botol. Larva instar 3 ini mulai akan berubah menjadi
prepupa yang berwarna putih. Prepupa kemudian berubah menjadi fase pupa. Dan imago pun akhirnya
muncul setelah 10 hari lamanya.

Waktu yang diperlukan Drosophila melanogaster untuk pergiliran yang dilakukan praktikan 2 adalah 8
hari. Lamanya perubahan telur menjadi imago dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti suhu
lingkungan (rendah, ideal atau tinggi) dan perlakuan yang diberikan masing-masing praktikan seperti
pemberian intensitas cahaya (botol diletakkan di tempat gelap atau terang).

Dalam mengembangbiakkan Drosophila melanogaster dalam botol medium teramati adanya


kontaminasi dengan tumbuhnya jamur diatas medium buah pisang ambon bulu busuk yang dilumatkan.
Hal ini disebabkan karena media semakin membusuk. Selain itu, beberapa saat botol sempat ditaruh di
tempat yang cukup lembab (di dalam lemari). Namun, setelah beberapa waktu dilakukan pengamatan
kembali, jamur yang tumbuh di atas medium buah tersebut menghilang karena Drosophila memakan jamur
yang tumbuh dalam medium buah dalam botol. Hal ini memperlihatkan bahwa Drosophila melanogaster,
sejenis serangga biasa yang umumnya tidak berbahaya yang merupakan pemakan jamur yang tumbuh pada
buah.

Pada pengamatan, praktikan perlu mengetahui dan mempelajari siklus hidup Drosophila
melanogaster sebelumnya. Dengan mempelajari siklus hidupnya, akan lebih mudah untuk diamati fase-fase
pergiliran keturunannya dan mudah diamati proses penurunan sifatnya. Genom Drosophila memiliki
kemiripan 77% dengan genom pada manusia, hal ini yang menyebabkan Drosophila melanogaster sebagai
model yang ideal untuk dipelajari. Selain itu, juga dapat diaplikasikan untuk meningkatkan jangka hidup
manusia dan mempelajari mortalitas manusia.

BAB V

SIMPULAN
1. Tahapan-tahapan fase pertumbuhan Drosophila melanogaster adalah; telur – larva instar I – larva instar
II – larva instar III – prepupa – pupa – imago

2. Lama fase telur sekitar 19 jam, larva instar1 sekitar 1 hari, larva instar 2 sekitar 1 hari, larva instar 3
sekitar 1 hari, prepupa 2 hari, dan pupa 3 hari. Lama siklus hidup lalat Drosophila melanogaster sejak
telur menjadi imago adalah selama 10 hari. Lama perubahan dari telur menjadi imago bervariasi tergantung
kondisi lingkungan termasuk suhu lingkungan, pencahayaan, kepadatan dan ketersediaan makanan.

3. Dalam memelihara Drosophila melanogaster, botoL media diusahakan berada pada kondisi lingkungan
yang ideal yaitu sekitar 25°C. Selain itu, perlu diperhatikan ketersediaan media makanannya. Jumlah
Drosophila melanogaster yang dimasukkan ke dalam botol cukup beberapa pasang saja sehingga
memberikan ruang pada Drosophila melanogaster untuk hidup. Botol media juga sebaiknya diletakkan di
tempat dengan cahaya remang-remang yang tidak terlalu besar intensitas cahayanya.

http://zarzen.wordpress.com/2008/09/27/siklus-hidup-drosophila/

Senin, 17 Mei 2010

Drosophila melanogaster (Lalat Buah)

Orang yang pertama yang menggunakan Lalat buah sebagai objek penelitian Genetika
adalah Thomas Hunt Morgan yang berhasil menemukan penemuan pautan seks. Spesies
lalat buah, Drosophila melanogaster, sejenis serangga biasa yang umumnya tidak
berbahaya yang merupakan pemakan jamur yang tumbuh pada buah. Lalat buah adalah
serangga yang mudah berkembang biak. Dari satu perkawinan saja dapat dihasilkan
ratusan keturunan, dan generasi yang baru dapat dikembangbiakkan setiap dua minggu.
Karakteristik ini menjadikan lalat buah menjadi  organisme yang cocok sekali untuk
kajian-kajian genetik.

Berikut merupakan klasifikasi dari Drosophila melanogaster  (Borror,1992) :


Kingdom           Animalia
Phyllum             Arthropoda
Kelas                  Insecta
Ordo                  Diptera
Famili                 Drosophilidae
Genus                Drosophila
Spesies               Drosophila melanogaster

  Ada beberapa keuntungan dari Lalat buah (Drosophila melanogaster) sehingga banyak
dijadikan objek atau bahan percobaan genetik, di antaranya :
1.    Lalat buah (Drosophila melanogaster) mudah dipelihara dalam laboratorium karena
makanannya sangat sederhana, hanya memerlukan sedikit ruangan dan tubuhnya cukup
kuat. Biasanya Lalat buah (Drosophila melanogaster) dikembangbiakan dalam botol
medium, mediumnya dapat terdiri dari :
  Molase
  Agar Molase
  Agar Pisang
  Campuran antara Pisang dengan tape singkong dengan perbandingan 6:1
     Jenis medium yang paling banyak digunakan adalah medium yang terdiri dari campuran
antara pisang dengan tape singkong. Jenis medium ini juga biasanya digunakan untuk
pemeliharaan.
2. Pada temperatur kamar (suhu ruangan), Lalat buah (Drosophila melanogaster) dapat
menyelesaikan siklus hidupnya kurang lebih dalam  12 hari.
3.    Jumlahnya di alam sangat berlimpah dan mudah didapati.
4.    Lalat buah (Drosophila melanogaster) dapat menghasilkan keturunan dalam jumlah
yang besar.
5.    Jumlah kromosom relatif sedikit, yaitu 4 pasang dan memiliki "Giant Chromosme”.
kromosom ini terdapat dalam sel-sel kelenjar ludah yang besarnya 100 kali lipat dari
kromosom biasa, sehingga mudah diamati di bawah mikroskop cahaya.
6.    Lalat buah (Drosophila melanogaster) memiliki berbagai macam perbedaan sifat
keturunan yang dapat dikenali dengan pembesaran lemah. Lalat buah (Drosophila
melanogaster) ini memiliki beberapa jenis mutan (individu yang dihasilkan karena
adanya mutasi) yang dapat diamati dengan perbesaran yang lemah pula.
7.    Perkembangan dari siklus hidupnya mudah di amati, karena terjadi di luar tubuhnya
mulai dari telur, larva, pupa hinggá menjadi dewasa (imago)
LALAT BUAH
a.    Penampilan
 Panjang 3 mm
 Berwarna kunig coklat atau berbintik-bintik dengan mata merah terang
 Perut menggelatung saat terbang , sehingga jadi lambat
 Cenderung melayang
b.    Siklus hidup
 Berkembang menjadi dewasa dalam 7-10 hari
 Dewasa hidup selama 2-9 minggu
c.    Pola hidup
 Melakukan perkembangbiakan pada sisa sisa buah dan sayur

http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:hEUZdXGkflQJ:ayosinauonline.blogspot.com/2010/05/drosophila-
melanogaster-lalat-
buah.html+karakter+lalat+buah&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a
Ada beberapa keuntungan dari Lalat buah (Drosophila melanogaster) sehingga banyak
dijadikan objek atau bahan percobaan genetik, di antaranya :
1. Lalat buah (Drosophila melanogaster) mudah dipelihara dalam laboratorium karena
makanannya sangat sederhana, hanya memerlukan sedikit ruangan dan tubuhnya cukup
kuat. Biasanya Lalat buah (Drosophila melanogaster) dikembangbiakan dalam botol
medium, mediumnya dapat terdiri dari :
o Molase
o Agar Molase
o Agar Pisang
o Campuran antara Pisang dengan tape singkong dengan perbandingan 6:1
Jenis medium yang paling banyak digunakan adalah medium yang terdiri dari campuran
antara pisang dengan tape singkong. Jenis medium ini juga biasanya digunakan untuk
pemeliharaan.
2. Pada temperatur kamar (suhu ruangan), Lalat buah (Drosophila melanogaster) dapat
menyelesaikan siklus hidupnya kurang lebih dalam 12 hari.
3. Jumlahnya di alam sangat berlimpah dan mudah didapati.
4. Lalat buah (Drosophila melanogaster) dapat menghasilkan keturunan dalam jumlah
yang besar.
5. Jumlah kromosom relatif sedikit, yaitu 4 pasang dan memiliki "Giant Chromosme”.
kromosom ini terdapat dalam sel-sel kelenjar ludah yang besarnya 100 kali lipat dari
kromosom biasa, sehingga mudah diamati di bawah mikroskop cahaya.
6. Lalat buah (Drosophila melanogaster) memiliki berbagai macam perbedaan sifat
keturunan yang dapat dikenali dengan pembesaran lemah. Lalat buah (Drosophila
melanogaster) ini memiliki beberapa jenis mutan (individu yang dihasilkan karena
adanya mutasi) yang dapat diamati dengan perbesaran yang lemah pula.
7. Perkembangan dari siklus hidupnya mudah di amati, karena terjadi di luar tubuhnya
mulai dari telur, larva, pupa hinggá menjadi dewasa (imago).
Drosophila melanogaster mempunyai panjang tubuh sekitar 3 sampai 4 mm, tubuhnya
berwarna kuning kecoklatan. ( Borror, 1992 ). Telur Drosophila berbentuk benda kecil
bulat panjang dan biasanya diletakkan di permukaan makanan. Betina dewasa mulai
bertelur pada hari kedua setelah menjadi lalat dewasa dan meningkat hingga seminggu
sampai betina meletakkan 50-75 telur perhari dan mungkin maksimum 400-500 buah
dalam 10 hari. ( Silvia, 2003 ). Telur Drosophila dilapisi oleh dua lapisan, yaitu satu
selaput vitellin tipis yang mengelilingi sitoplasma dan suatu selaput tipis tapi kuat
(Khorion) di bagian luar dan di anteriornya terdapat dua tangkai.tipis. Korion mempunyai
kulit bagian luar yang keras dari telur tersebut. ( Borror, 1992 ).
Pada ujung anterior terdapat mikrophyle, tempat spermatozoa masuk ke dalam telur.
Walaupun banyak sperma yang masuk ke dalam mikrophyle tapi hanya satu yang dapat
berfertilisasi dengan pronuleus betina dan yang lainnya segera berabsorpsi dalam
perkembangan jaringan embrio. ( Borror, 1992 )
Perkembangan dimulai segera setelah terjadi fertilisasi, yang terdiri dari dua periode.
Pertama, periode embrionik di dalam telur pada saat fertilisasi sampai pada saat larva
muda menetas dari telur dan ini terjadi dalam waktu kurang lebih 24 jam. Dan pada saat
seperti ini, larva tidak berhenti-berhenti untuk makan. ( Silvia, 2003 )
Periode kedua adalah periode setelah menetas dari telur dan disebut perkembangan
postembrionik yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu larva, pupa, dan imago ( fase
seksual dengan perkembangan pada sayap ). Formasi lainnya pada perkembangan secara
seksual terjadi pada saat dewasa. ( Silvia, 2003 ).
Larva Drosophila berwarna putih, bersegmen, berbentuk seperti cacing, dan menggali
dengan mulut berwarna hitam di dekat kepala. Untuk pernafasan pada trakea, terdapat
sepasang spirakel yang keduanya berada pada ujung anterior dan posterior. ( Silvia,
2003 ).
Saat kutikula tidak lunak lagi, larva muda secara periodik berganti kulit untuk mencapai
ukuran dewasa. Kutikula lama dibuang dan integumen baru diperluas dengan kecepatan
makan yang tinggi. Selama periode pergantian kulit, larva disebut instar. Instar pertama
adalah larva sesudah menetas sampai pergantian kulit pertama. Dan indikasi instar adalah
ukuran larva dan jumlah gigi pada mulut hitamnya. Sesudah pergantian kulit yang kedua,
larva ( instar ketiga ) makan hingga siap untuk membentuk pupa. Pada tahap terakhir,
larva instar ketiga merayp ke atas permukaan medium makanan ke tempat yang kering
dan berhenti bergerak. Dan jika dapat diringkas, pada Drosophila, destruksi sel-sel larva
terjadi pada prose pergantian kulit ( molting ) yang berlangsung empat kali dengan tiga
stadia instar : dari larva instar 1 ke instar II, dari larva instar II ke instar III, dari instar III
ke pupa, dan dari pupa ke imago.
( Ashburner, 1985 )
Selama makan, larva membuat saluran-saluran di dalam medium, dan jika terdapat
banyak saluran maka pertumbuhan biakan dapat dikatakan berlangsung baik. Larva yang
dewasa biasanya merayap naik pada dinding botol atau pada kertas tissue dalam botol.
Dan disini larva akan melekatkan diri pada tempat kering dengan cairan sperti lem yang
dihasilkan oleh kelenjar ludah dan kemudian membentuk puypa ( kepompong ).
Saat larva Drosophila membentuk cangkang pupa, tubuhnya memendek, kutikula
menjadi keras dan berpigmen, tanpa kepala dan sayap disebut larva instar 4. Formasi
pupa ditandai dengan pembentukan kepala, bantalan sayap, dan kaki. Puparium ( bentuk
terluar pupa ) menggunakan kutikula pada instar ketiga. Pada stadium pupa ini, larva
dalam keadaan tidak aktif, dan dalam keadaan ini, larva berganti menjadi lalat dewasa.
( Ashburner, 1985 )
Struktur dewasa tampak jelas selama periode pupa pada bagian kecil jaringan dorman
yang sama seperti pada tahap embrio. Pembatasan jaringan preadult ( sebelum dewasa )
disebut anlagen. Fungsi utama dari pupa adalah untuk perkembangan luar dari anlagen ke
bentuk dewasa.
( Silvia, 2003 )
Dewasa pada Drosophila melanogaster dalam satu siklus hidupnya berusia sekitar 9
hari. Setelah keluar dari pupa, lalat buah warnanya masih pucat dan sayapnya belum
terbentang. Sementara itu, lalat betina kan kawin setelah berumur 8 jam dan akan
menyimpan sperma dalam jumlah yang sangat banyak dari lalat buah jantan.

Posted August 17th, 2008 by ghostrecon


 Biologi Umum

DROSOPHILA MELANOGASTER:
Pengamatan Siklus Hidup, Morfologi, Determinasi Jenis, Pengamatan Kromosom dari
Kelenjar Ludah Drosophila, dan Persilangan Monohibrid Drosophila.

TUJUAN
1. Pengamatan Siklus Hidup Drosophila melanogaster
? Mengetahui tahapan-tahapan dalam siklus hidup Drosophila
? Mengetahui lama dari tiap tahapan dalam siklus hidup Drosophila
? Mengetahui cara menangani dan memelihara Drosophila

2. Pengamatan Morfologi dan Determinasi Drosophila melanogaster


? Mengetahui morfologi Drosophila melanogaster secara umum
? Dapat membedakan Drosophila melanogaster jantan dan betina
? Dapat mengetahui perbedaan dan ciri khas dari setiap strain Drosophila melanogaster

3. Pengamatan Kromosom dari Kelenjar Ludah Drosophila melanogaster


? Mendapatkan keterampilan memperoleh kromosom dari kelenjar ludah Drosophila
melanogaster
? Mengetahui bentuk kromosom Drosophila melanogaster
4. Pengamatan Persilangan Monohibrid Drosophila melanogaster
? Mengetahui keturunan hasil persilangan monohibrid pada Drosophila melanogaster
? Menguji/membuktikan kebenaran hukum Mandel I

LANDASAN TEORI
Drosophila melanogaster meupakan jenis lalat buah, dimasukkan dalam filum Artropoda
kelas Insekta bangsa Diptera, anak bangsa Cyclophorpha (pengelompokan lalat yang
pupanya terdapat kulit instar 3, mempunyai jaw hooks), seri Acaliptrata (imago menetas
dengan keluar dari bagian anterior pupa), suku Drosophilidae, Jenis Drosophila
melanogaster di Indonesia terdapat sekitar 600 jenis, pulau Jawa sekitar 120 jenis dari
suku drosophilidae (Wheeler, 1981). Drosophila melanogaster yang sering ditemukan di
Indonesia dan Asia adalah Drosophila melanogaster ananasae, kikawai, malerkotliana,
repleta, hypocausta, imigran, dll.
Lalat buah dan Artrophoda lainnya mempunyai kontruksi modular, suatu seri segmen
yang teratur. segemn ini menyusun tiga bagian tubuh utama, ayitu; kepala, thoraks, dan
abdomen. seperti hewan simetris bilateral lainnya, Drosophila ini mempunyai poros
anterior dan posterior (kepala-ekor) dan poros dorsoventral (punggung-perut). Pada
Drosophila, determinan sitoplasmik yang sudah ada di dalam telur memberi informasi
posisional untuk penempatan keduaporos ini bahkan sebelum fertilisasi. setelah
fertilisasi, informasi dengan benar dan akhirnya akan memicu struktur yang khas dari
setiap segmen.
Drosophila memiliki warna tubuhkuning kecoklatan dengan cincin berwarna hitam di
tubuh bagian belakang. betina memilki ukuran panjang sekitar 2,5 mm dan yang jantan
lebih kecil dibandingkan dengan betina. pada jantan, bagian tubuh belakang lebih gelap.
pada Drosophila yang liar memilki mata berwarna merah. Adapun ciri umum dari
Drosophila melanogaster antara lain :
1. Berukuran kecil, antara 3-5 mm
2. Urat tepi sayap (costal vein) mempunyai dua bagian yang terinteruptus dekat dengan
tubuhnya.
3. Sungut (arista) umumnya berbentuk bulu, memiliki 7-12 percabangan.
4. Crossvein posterior umumnya lurus, tidak melengkung
5. Mata berwarna merah

Gambar 3. Sketsa perbedaan morfologi Drosophila jantan dan betina


Setiap jenis Drosophila melanogaster khususnya jantan memiliki susunan yang berbeda
antara jenis yang satu dengan yang lainnya. Periode dari pengembangan Drosophila
melanogaster bervariasi antara lain temperatur, umumnya semua jenis berdarah dingin.
Waktu perkembangan yang paling pendek (telur-dewasa), adalah 7 hari, dan dicapai pada
suhu 28° C. Perkembangan meningkat pada suhu yang lebih tinggi, yaitu sekitar 30° C,
selama 11 hari, hal tersebut berkaitan dengan pemanasan tekanan. Pada suhu 25° C
tersebut, lama harinya umumnya adalah sekitar 8.5 hari, sedangkan pada suhu 18° C lama
harinya sekitar 19 hari dan pada suhu 12° C lama hari perkembangannya adalah 50 hari.
betina meletakkan sekitar 400 telur, sekitar lima tiap waktunya, dimasukkan ke dalam
sebuag kantung atau material organik lain. panjnag telur sekitar 0.5 millimetres akan
mengeram setelah 12-15 jam pada suhu 25° C. Akan menghasilkan larva instar I setelah 4
hari pada suhu 25° C, kemudian molting sebanyak dua kali sehingga masuk ke fase larva
instar II & III, hal tersebut terjadi sekitar 24 dan 48 jam setelah eclosion. Selama masa
ini, mereka akan mikroorganime yang menguraikan buah. Kemudian larva dibungkus
oleh kapsul yang disebut puparium, puparium ini berfungsi melindungi pupa lalat buah
dari gannguan lingkungan sekitarnya. pupa tersebut akanmengalami metamorfosis selama
5 hari dan tumbuh menjadi dewasa.
Perkawinan pertama lalat buah betina terjadi 12 jam setelah ”emergence”. Betina
menyimpan sperma dari jantan yang telah mengawininya. Drosophila melanogaster
mulai bertelur setelah berumur lebih kurang 8 jam. Drosophila melanogaster betina
sanggup menghasilkan 50-75 butir telur per hari atau dapat menghasilkan 400-500 butir
telur. Telur Drosophila melanogaster berwarna putih susu berbentuk bulat panjang
dengan ukuran 0,5 mm. Pada ujunganterior terdapat lubang yang disebut mikropil dan
terdapat tonjolan memanjang seperti sendok.
Telur yang dikeluarkan pada umumnya sudah tahap blastula berkembang dalam 24 jam
dan akan menetas menjadi larva. Larva akan mengalami pergantian kulit 4 kali dan
berubah menjadi pupa. Pupa akan menetas setelah 8-11 hari (tergantung dari spesies dan
suhu lingkungan).
Metamorfosis pada Drosophila termausk metamorfosis sempurna, yaitu dari telur - larva
instar I - larva instar II - larva instar III -pupa - imago. Fase perkembangan dari telur
Drosophila melanogaster dapat dilihat lebih jelas pada table di bawah ini.

Gambar perbedaan fase pada Drosophila

Genom Drosophila terdiri atas 4 pasang kromosom, psanagn X/Y dan tiga autosom yang
berlabel 2, 3, dan 4. Kromosom yang keempat berukuran sangat kecil sehingga dapat
diabaikan. Genom terdiri atas 165 juta rantai basa dan kira-kira 14.000 gen.

ALAT DAN BAHAN


1. Pengamatan Siklus Hidup Drosophila melanogaster
Alat : Botol selai dan tutup busa steril, dan Mikroskop
Bahan : Drosophila melanogaster dan Media (makanan) Drosophila melanogaster

2. Pengamatan Morfologi dan determinasi Drosophila melanogaster


Alat : Cawan petri, mikroskop, dan kuas
Bahan : Drosophila melanogaster , dan Chlorofom

3. Pengamatan Kromosom dari Kelenjar Ludah Drosophila melanogaster


Alat : Object glass dan cover glass, pipet, mikroskop, dan jarum
Bahan : Drosophila melanogaster, Larutan ringer, aquades, acetic acid, dan larutan osein.
4. Pengamatan Persilangan Monohibrid Drosophila melanogaster
Alat : Botol selai dan tutup busa steril, cawan petri, dan kuas.
Bahan : Drosophila melanogaster strain white ? dan wild-type ?, chloroform.

CARA KERJA
1. Pengamatan Siklus Hidup Drosophila melanogaster
a. Masukkan Drosophila dalam botol kultur
b. Amati perubahan yang terjadi pada medium dan catat saat terjadinya telur, larva, pupa,
dan imago.
c. Pengamatan dilakukan secara periodik sekitar 4-6 jam sekali

2. Pengamatan Morfologi dan Dterminasi Drosophila melanogaster


a. Ambil beberapa lalat dari botol kultur dan pindahkan dalam cawan petri yang
dilengkapi kapas yang ditetesi eter, lakukan pembiusan sekitar 30 detik.
b. Lalat yang sudah dalam keadaan pingsan selama 30-60 detik diamati di bawah
mikroskop, bila pengamatan belum selesai lalat sudah sadar dapat dimasukkan kembali
ke dalam cawan Petri.
c. Lakukan pengamatan tentang:
- Jenis kelamin : jantan atau betina
- Mata majemuk : bentuk, ukuran dan warna
- mata oceli : 3 mata tunggal pada bagian atas kepala
- sungut : bentuk dan cabang-cabangnya
- kepala
- thorax : warna dasar
- abdomen : garis-garis hitam pada segmen abdomen
- sayap : bentuk, panjang, warna dan posisi
d. Bandingkan dengan Drosophila strain lain, amati ciri khas masing-masing strain
e. Gambarkan hasil pengamatan saudara

3. Pengamatan Kromosom dari Kelenjar Ludah Drosophila melanogaster


a. Keluarkan larva Drosophila dari media kultur dan letakkan dalam cawan petri berisi
aquadest
b. Ambil larva dan letakkan di atas object glass yang telah ditetesi larutan ringer
c. Dengan menggunakan dua buah jarum yang dipegang dengan kedua tangan, tusuk
bagian anterior dan posterior larva kemudian tarik secara berlawanan arah.
d. Didapatkan kelenjar ludah dari bagian anterior larva. Bersihkan lemak yang menempel
pada kelenjar ludah, bila ada, dengan menggunakan jarum.
e. Letakkan kelenjar ludah di atas object glass yang telah ditetesi acetic acid dan diamkan
selama 2-3 menit dalam keadaan tertutup cover glass.
f. Pegang object glass dengan satu tangan dan ketukkan tangan dengan tangan
sebelahnya. Lalu letakkan object glass pada meja dan ketu-ketukkan tepi object glass
dengan pinset.
g. Taruh object glass di selipan tisu untuk mengeringkan larutan yang keluar
h. Dengan kertas isap pada ujung object glass, tetesi object glass dengan larutan osein
pada ujung lainnya. Lalu diamkan selama 30-60 menit.
i. Amati kromosom di bawah mikroskop.

4. Pengamatan Persilangan Monohibrid Drosophila melanogaster


a. Kosongkan botol biakan mutan dan normal yang akan disilangkan
b. Sebelum 8 jam pilihlah dan kawinkan 20 ekor lalat betina dari biakan mutan dan 20
ekor lalat jantan dari biakan normal dalam botol biakkan baru.
c. Pelihara sampai terjadi pertumbuhan telur, larva, pupa, bila pupa telah berpigmentasi
semua imago (p) dikeluarkan.
d. Imago baru (F1) yang keluar dipindahkan ke dalam botol biakkan baru, jumlahnya
kurang lebih 20 pasang. Pelihara sampai terjadi pertumbuhan telur, larva, pupa.
e. Bila dalam botol telah terdapat pupa berpigmentasi, keluarkan semua imago (F1)
f. Amati dan lakukan perhitungan yang diperoleh dengan menggunakan Chi Square

HASIL PENGAMATAN
1. Pengamatan Siklus Hidup Drosophila melanogaster
Stadium Perkembangan Lama Hari
Telur

Larva (instar 1)

Larva (instar 2)

Larva (instar 3)

Prepupa

Pupa

Imago

1 hari

1 hari

1 hari

2 hari

1 hari

4 hari

2. Pengamatan Morfologi dan determinasi Drosophila melanogaster

Tabel ciri-ciri morfologis Drosophila melanogaster

Gambar Drosophila melanogaster Ciri morfologi


- Mata majemuk:
bentuk bulat agak elips
warna merah
- Terdapat mata oceli pada bagian atas kepala
- Terdapat sungut yang bercabang
- Kepala berbentuk elips
- Thorax berbulu-bulu dengan warna dasar putih
- Abdomen :
Jumlah segmen lima
Warna segmen garis hitam
- Sayap :
Warna transparan
Panjang
Posisi bermula dari thorax

Tabel ciri khas masing-masing strain

Jenis strain Cirri khas


Wild-type

Curly

Ebony
Black
White

Miniatur

Dumphy

- Drosophila normal
- Warna mata majemuk merah
- Ukuran tubuh normal
- Sayap panjang, lurus
- Warna tubuh coklat muda

Sayap melengkung/menggulung ke atas

Warna tubuh hitam


Warna tubuh hitam
Warna mata putih
Warna tubuh keputihan

Ukuran tubuh kecil

Sayap tereduksi

3. Pengamatan Kromosom dari Kelenjar Ludah Drosophila melanogaster

- ketika larva dimasukkan ke dalam cairan ringer di atas object glass, larva terlihat sedikit
hancur (bagian kulit larva terlihat mengelupas)

- ketika larva ditusuk dan ditarik berlawanan, terlihat adanya kelenjar ludah yang
berbentuk dua gelendong yang teruntai menjadi satu
- ketika kelenjar ludah ditetesi larutan osein, maka terlihat menjadi berwarna merah

- tidak terlihat bentuk kromosom Drosophila melanogaster dengan pengamatan di bawah


mikroskop.

4. Pengamatan Persilangan Monohibrid Drosophila melanogaster

Tidak terjadi persilangan antara white dan wild-type sehingga tidak menghasilkan
keturunan F1.

PEMBAHASAN
1. Pengamatan Siklus Hidup Drosophila melanogaster
Drosophila melanogaster merupakan hewan yang seringkali dijadikan model dalam
penelitian, sebagai objek penelitian. Terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan alasan
dijadikannya Drosophila sebagai model dalam penelitian, antara lain: Drosophila
memiliki siklus hidup yang pendek yaitu berkisar antara 7 s.d 10 hari bergantung pada
kondisi lingkungan termasuk suhu sekitar; Memiliki jumlah keturunan yang banyak;
Memiliki banyak variasi sifat yang diturunkan; Jumlah kromosom yang sedikit (8
kromosom) sehingga memudahkan dalam pengontrolan; dan Memiliki nilai kepraktisan
dan keekonomisan.
Praktikum ini bertujuan untuk melihat lamanya siklus hidup Drosophila melanogaster
serta mengetahui lama setiap tahapannya, telur, larva, pupa dan imago. Drosophila
melanogaster merupakan hewan yang mengalami metamorfosa kompleks (holometabola).
Hasil pengamatan terhadap Drosophila melanogaster strain wild-type memperlihatkan
bahwa lama siklus Drosophila melanogaster yang kami kultur dari telur menjadi imago
adalah selama 10 hari, dengan tahapan-tahapan antara lain: telur selama 1 hari, larva
instar 1 selama 1 hari, larva instar 2 selama 1 hari, larva instar 3 selama 2 hari, prepupa
selama 1 hari, pupa selama 4 hari dan menjadi imago setelah 10 hari.
Telur Drosophila berwarna putih susu transparant dengan ukuran yang sangat kecil (kami
tidak melakukan pengukuran), berbentuk elips, dengan antena panjang di bagian
anteriornya. Setelah satu hari telur berubah menjadi larva instar satu, yaitu berbentuk
seperti ulat dengan ukuran yang masih relatif kecil, motil. Umur larva instar satu adalah
kurang lebih selama satu hari, kemudian berubah menjadi larva instar dua dengan ukuran
yang membesar dan memanjang, terlihat adanya warna kehitaman pada bagian anterior
larva, bagian kehitaman itu adalah mulut larva. Drosophila berada dalam bentuk larva
instar dua selama satu hari, kemudian larva Drosophila mengalami pembesaran menjadi
lebih besar dari sebelumnya, dimana bagian tubuhnya menjadi terlihat lebih jelas karena
lebih besar, warna kehitaman pada bagian anterior larva menjadi lebih terlihat jelas
berbentuk sungut. Drosophila berada dalam bentuk larva instar tiga selama dua hari.
Setelah melalui fase larva, Drosophila terlihat banyak berada pada dinding tabung/botol,
mulai bergerak pelan dan ahirnya berdiam di satu tempat. Terlihat adanya selaput yang
mengelilingi larva, inilah saatnya Drosophila dalam siklus hidupnya mengalami fase
prepupa. Prepupa merupakan tahapan sebelum menjadi pupa seutuhnya, warna prepupa
masih krem agak transparant. Masa prepupa hanya terjadi selama kurang lebih satu hari,
kemudian prepupa mengalami perubahan warna menjadi lebih coklat, inilah yang
dinamakan fase pupa. Pada fase prepupa dan masa pupa Drosophila terlihat tidak aktif ,
namun sesungguhnya di dalamnya sedang terjadi proses pembentukan organ-organ tubuh
yang nantinya akan membentuk imago, sebuah insecta Drosophila melanogaster yang
sempurna, dengan sayap, kepala, thorax, abdoment, kaki, mata majemuk dan mata oceli
yang sempurna. Pada masa pupa juga terjadi peristiwa fagositosis, yaitu peristiwa
pemakanan sel-sel tubuh larva tertentu sebagai sumber makanan dalam fase pupa. Pada
fase akhir pupa, yaitu hari ke tiga fase pupa, terlihat bahwa Drosophila sudah membentuk
bagian tubuh yang sempurna dan siap untuk menjadi imago, dan setelah fase pupa
berakhir Drosophila menjadi imago yang sempurna.

2. Pengamatan Morfologi dan Determinasi Drosophila melanogaster


Pada pengamatan morfologi Drosophila yang telah dipingsankan dengan chlorofom
diamati dengan menggunakan mikroskop. Untuk mendapatkan seluruh bagian tubuh
Drosophila lalat dibolak-balik dengan menggunakan kuas. Pengamatan morfologi
Drosophila mencakup jenis kelamin, mata majemuk, mata oceli, sungut, kepala, thorax,
abdoment, dan sayap.
Hasil pengamatan mendapatkan dua buah Drosophila dengan jenis kelamin yang
berbeda, jantan dan betina. Perbedaan jenis kelamin ini secara morfologi terlihat dari
bentuk pantat Drosophila, lalat jantan memiliki ujung posterior yang tumpul sedangkan
lalat betina memiliki ujung posterior yang runcing. Ciri lainnya yang dapat membedakan
jantan dan betina adalah dari ukuran tubuhnya, dimana lalat jantan memiliki ukuran
tubuh yang lebih kecil dibandingkan ukuran lalat betina.
Pengamatan terhadap mata majemuk terlihat bahwa mata majemuk lalat Drosophila wild
type memiliki mata yang berwarna merah erbentuk elips. Terdapat pula mata oceli yang
ukurannya jauh lebih kecil dari mata majemuk, berada pada bagian atas kepala, di atas di
antara mata dua mata majemuk, berbentuk bulat.
Terlihat sungut yang berbentuk tidak runcing dan bercabang-cabang. Kepala berbentuk
elips. Thorax terlihat berwarna krem, ditumbuhi banyak bulu, dengan warna dasar putih.
Abdomen bersegmen lima, segmen terlihat dari garis-garis hitam yang terletak pada
abdomen. Sayap Drosophila wild type memiliki panjang yang lebih panjang dari
abdomen lalat, lurus, dan bermula dari thorax dengan warna transparant.
Pengamatan determinasi dan pembedaan strain Drosophila satu dengan lainnya
menunjukkan adanya perbedaan baik dari bentuk sayap, warna mata, warna tubuh, dan
ukuran tubuh. Strain yang diamati pada praktikum ini antara lain: wild type, white,
dumphy, curly, vestigeal, ebony, black, dan miniatur.
Mutan Drosophila dari segi warna mata yaitu strain white yang memiliki warna mata
yang putih, mutan Drosophila dari segi bentuk dan ukuran sayap adalah strain: dumphy
yang memiliki sayap yang tereduksi, curly yang memiliki sayap yang melengkung ke
atas, dan vestigeal yaitu lalat yang tidak memiliki sayap. Mutan Drosophila dari segi
warna tubuh adalah ebony yang memiliki warna tubuh coklat, dan black yang memiliki
warna tubuh hitam. Sedangkan mutan Drosophila dari segi ukuran tubuh adalah strain
miniatur yang memiliki ukuran tubuh yang kecil.
3. Pengamatan Kromosom dari Kelenjar Ludah Drosophila melanogaster
Pengamatan kromosom dari kelenjar ludah Drosophila bertujuan untuk mengetahui
bentuk kromosom dari lalat Drosophila. Alasan mengapa kromosom lalat Drosophila
diambil dari kelenjar ludah larva Drosophila instar tiga adalah karena pada kelenjar ludah
tersebut terdapat giant chromosome sehingga akan memudahkan dalam pengamatan.
Kelenjar ludah larva Drosophila berada pada bagian anterior larva, menyatu dengan
mulut larva, oleh karenanya untuk mengambil kelenjar ludah tersebut digunakan dua
jarum yang ditusukkan pada bagian anterior untuk menarik kelenjar ludah leluar, dan
satu jarum lagi untuk merobek atau menahan tubuh larva. Kelenjar ludah terlihat seperti
dua gelendong yang berhubungan/menyatu di bagian anterior, berwarna bening. Larva
yang akan diambil kelenjar ludahnya diletakkan di atas object glass yang telah ditetesi
larutan ringer. Dengan adanya larutan ringer terlihat bahwa tubuh larva menjadi rusak,
sehingga mudah untuk dirobek dan diambil kelenjar ludahnya.
Pengetuk-ketukan object glass berisi kelenjar ludah yang ditutup cover glass
dimaksudkan agar sel menjadi rusak dan ahirnya kromosom dapat keluar dari sel.
Larutan osein berguna sebagai pewarna kromosom, waktu yang digunakan setelah
pentetesan adalah 30-60 menit dimaksudkan agar osein menyerap ke dalam kromosom
sehingga kromosom dapat terlihat dengan jelas.
Pengamatan kromosom di bawah mikroskop tidak menunjukkan hasil yang memuaskan,
karena kami tidak menemukan adanya kromosom Drosophila dalam sampel. Hal ini
dapat disebabkan karena kekurang trampilan praktikan dalam melakukan pengamatan,
atau dapat pula disebabkan karena terlalu rusaknya sel dan kromosom sehingga tidak
terlihat adanya kromosom.
4. Pengamatan Persilangan Monohibrid Drosophila melanogaster
Praktikum ini dimaksudkan untuk membuktikan kebenaran hukum mandel I. Persilangan
dilakukan antara white jantan dengan wild type betina. Wild type betina yang diambil
adalah betina yang masih virgin, yaitu betina yang baru berubah dari pupa menjadi
imago yang berumur tidak lebih dari delapan jam. Hal ini sangat penting karena betina
dapat menyimpan sel sperma di dalam tubuhnya, umur betina yang masih virgin tidak
lebih dari delapan jam adalah agar menghindari kemungkinan betina tersebut telah
dibuahi oleh pejantan. Sehingga keturunan yang dihasilkan diharapkan benar-benar
berasal dari pejantan yang diharapkan.
Praktikum ini selalu gagal dilakukan oleh praktikan disebabkan karena kekurang ahlian
praktikan dalam menentukan jantan danbetina sehingga memakan waktu yang
mengakibatkan lalat Drosophila terlalu lama dalam keadaan terbius yang akhirnya mati.
Kesalahan juga disebabkan karena kesalahan dalam menggunakan pembius, dimana
praktikan menggunakan alkohol dalam membius yang mengakibatkan Drosophila mati.
Kesalahan lainnya adalah praktikan memasukkan lalat ke media persilangan dalam
keadaan pingsan, dan sayap lalat mengenai media yang basah sehingga lengket pada
media dan lalat tidak bisa bergerak lalu lama kelamaan mati karena kekurangan
makanan.

KESIMPULAN
• Lama siklus hidup lalat Drosophila melanogaster sejak telur menjadi imago adalah
selama 10 hari.
• Lama fase telur 1 hari, larva instar1 1 hari, larva instar 2 1 hari, larva instar 3 2 hari,
prepupa 1 hari, dan pupa 4 hari.
• Lama perubahan dari telur menjadi imago bervariasi tergantung kondisi lingkungan
termasuk suhu lingkungan.
• Drosophila melanogaster tipe wild type memiliki warna mata majemuk merah, dengan
sayap yang panjang dan lurus melebihi abdomen, dengan posisi yang bermula dari
thorax, abdoment bersegmen 5, warna tubuh coklat krem.
• Ciri morfologi masing masing strain berbeda satu dengan lainnya disebabkan karena
modifikasi pada bagian kromosom yang mengatur warna mata, bentuk tubuh, dan bentuk
sayap.
• Kromosom drosophila diambil dari kelenjar ludah karena didalamnya terdapat giant
chromosome sehingga memudahkan untuk diamati.
• Persilangan monohibrida dilakukan untuk menguji kebenaran hukum mandel I

JAWABAN PERTANYAAN
1. adakah variasi dari lalat Drosophila yang saudara mati?
Terdapat variasi dari Drosophila yang diamati dari bentuk sayap, ukuran tubuh, warna
mata, warna tubuh.
2. ciri apakah yang terbanyak, tebtukan persamaan dan perbedaan yang menonjol!
Perbedaan dengan wild type: White (warna mata putih), Ebony (warna tubuh coklat),
black (warna tubuh hitam), curly (bentuk sayap melengkung ke atas), vestigeal (sayap
tereduksi)
3. jelaskan perbedaan antara bagian-bagian tubuh Drosophila dengan Drosophila liar
yang saudara amati
Perbedaan dengan wild type: White (warna mata putih), Ebony (warna tubuh coklat),
black (warna tubuh hitam), curly (bentuk sayap melengkung ke atas), vestigeal (sayap
tereduksi)
4. Jenis Drosophila manakah yang paling banyak ditemukan
Drosophila melanogaster
5. bagaimana ciri-ciri Drosophila jantan dan betina
Jantan Betina
Ukuran tubuh lebih kecil dari betina
Sayap lebih pendek dari betina
Terdapat sex comb
Ujung abdomen tumpul Ukuran tubuh lebih besar dari jantan
Sayap lebih panjang dari sayap jantan
Tidak terdapat sex comb
Ujung abdoment runcing

6. apakah yang terjadi bila betina yang saudara gunakan berumur lebih dari 8 jam?
Betina sudah tidak vertil karena sudah dibuahi oleh pejantan, betina dapat menyimpan
sperma dari pejantan di tubuhnya.
7. apakah pada jantan harus berumur kurang dari 8 jam?
Tidak harus, karena virginitas pada jantan tidak mempengaruhi hasil
8. Apakah uji chi square telah menunjukkan perbandingan yang diharapkan?
Persilangan monohibrida gagal dilakukan

You might also like