Professional Documents
Culture Documents
Berikut akan diuraikan satu persatu dari komponen Agregat Demand atau Agregat Spending
tersebut.
Pengeluaran Konsumsi
Merupakan bagian terbesar dari permintaan agregat yaitu berupa permintaan dari konsumen
terhadap barang dan jasa yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Konsumsi ini memegang
peranan penting dalam perekonomian menurut teori Keynesian karena akan menentukan output
dan pendapatan masyarakat suatu negara. Kontribusi konsumsi terhadap pembentukan GDP di
Indonesia diperkirakan sebesar 65% dari total GDP. Konsumsi dapat dibagi atas tiga kategori
yaitu barang tanah lama (durable goods) seperti mobil, barang tidak tahan lama (nondurable
goods), dan jasa (services). Dari sisi asal barang maka barang dan jasa yang dikonsumsi oleh
konsumen dalam negeri terdiri dari barang produksi dalam negeri dan barang /jasa yang
diproduksi oleh negara lain yang diimport ke Indonesia. Dalam penghitungan GDP angka import
ini harus dikeluarkan dari angka GDP.
Pengeluaran Pemerintah
Yang termasuk dalam pengeluaran pemerintah adalah semua pengeluaran pemerintah yang
diperlukan agar roda pemerintahan dapat berjalan dengan baik. Pengeluaran pemerintah ini
tercantum dalam Anggaran Belanja dan Pendapatan Nasional (APBN). Barang dan jasa yang
dibeli oleh pemerintah tidak dihitung nilai tambahnya (value added) seperti halnya pada barang
konsumsi karena barang dan jasa yang diproduksi oleh pemerinatah pada umumnya adalah
gratis. Pengeluaran pemerintah seperti uang pensiun (transer of payment) tidak dihitung dalam
GDP karena pengeluaran tersebut bukan merupakan pembelian terhadap barang atau jasa yang
baru diproduksi.
Pengelauran Investasi
Investasi adalah tambahan terhadap akumulasi modal (physical stock of capital) ditambah
dengan perobahan persediaan (inventory changes). Tetapi transaksi saham tidak termasuk dalam
penambahan stok modal. Jadi investasi adalah aktifitas yang bisa meningkatkan kemampuan
ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa dimasa mendatang. Contohnya adalah pembelian
barang investasi, peralatan, dan pembangunan rumah baru. Sewa dari tumah tersebut dihitung
sebagai konsumsi.
Permintaan Ekspor Bersih (Net Export)
Komponen terakhir dari GDP adalah net export yaitu selisih antara export dan import (X – M).
Export merupakan GDP dari dalam negeri karena merupakan barang atau jasa yang diproduksi di
dalam negeri, tetapi tidak dikonsumsi di dalam negeri. Barang ekspor akan dibeli atau
dikonsumsi oleh rumah tangga, investor, atau pemerintah negara asing sedangkan import adalah
barang yang diproduksi di luar negeri, berarti adalah GDP negara asing.
Dalam GDP yang dihitung adalah net ekspor untuk menghindari penghitungan dua kali (double
counting). Barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga, investor, dan pemerintah tidak
semuanya diproduksi di dalam negeri tetapi beberapa barang yang dibeli tersebut berasal dari
luar negeri. Jadi komponen pengeluaran aggeregate yang diuraikan diatas – pengeluaran rumah
tangga, investor dan pemerintah – sebagiannya adalah barang yang diproduksi di luar negeri,
berarti adalah GDP negara asing atau bukan merupakan GDP Indonesia. Karena itu untuk
mengkoreksinya maka ekspor harus dikurangi dengan impor agar barang import tidak terhitung
sebagai GDP kita, karena yang termasuk dalam GDP Indonesia adalah konsumsi rumah tangga
berupa barang-barang produksi dalam negeri, ditambah dengan belanja barang investor,
ditambah belanja barang pemerintah dan ditambah dengan nilai barang yang diekspor ke luar
negeri. Barang-barang import yang telah dikonsumsi oleh konsumen dalam negeri tidak bisa
dihitung sendiri karena telah masuk dalam perhitugan jumlah konsumsi. Nilai barang import ini
tentu sama dengan jumlah nilai barang yang diimport yang tercatat di Bea dan Cukai sehingga
dengan mengeluarkannya dari angka export maka sama dengan mengeluarkannya dari angka
konsumsi barang import.
Y=C+S
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah pendapatan yang digunakan untuk konsumsi antara
lain :
1. besarnya pendapatan yang diterima oleh rumah tangga setelah dikurangi pajak dan potongan-
potongan lainnya.
2. komposisi anggota rumah tangga (jumlah dan umur anggota).
3. kondisi lingkungan, yaitu pengaruh faktor geografis dan social.
4. perkiraan masa depan, misalnya perkiraan mengenai kenaikan dan penurunan harga-harga
barang dan jasa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah pendapatan yang digunakan untuk menabung antara
lain :
1. besarnya pendapatan yang diterima oleh rumah tangga setelah dikuranngi pengeluaran untuk
konsumsi
2. Tingkat bunga. Kenaikan tingkat bunga akan meningkatkan jumlah kecenderungan untuk
menabung dan berinvestasi
3. Keinginan untuk berjaga-jaga terhadap kemungkinan terjadinya hal-hal tidak terduga dimasa
depan.
C + I = Y = C + S (3)
Persamaan sebela kiri adalah komponen aggregate demand atau output dan sebelah kanan adalah
aloksi atau penggunaan income. Atau output yang diproduksi sama dengan output yang dijual
dan sama dengan income yang diterima. Income yang diterima digunakan untuk konsumsi dan
sisanya ditabung. Persamaan diatas akhirnya menjadi:
I = S (4)
Saving sama dengan investasi, artinya sumber dana untuk investasi berasal dari tabungan. Dari
sisi aggregate, konsumen atau private sektor tidak melakukan investasi sendiri terhadap uangnya
yang berlebih tetapi pada umumnya akan menyimpan uangnya di Bank sebagai tabungan (S) dan
bank akan menyalurkan dana tersebut kepada orang-orang yang membutuhkan berupa kredit
usaha atau investasi (I). Dari sisi individual saving yang dilakukan oleh konsumen tidak berarti
akan langung dialoksikan kepada kegiatan produktif (productive investment), karena
keterbatasan yang dimiliki oleh konsumen sehingga mereka memerlukan jasa perbankan untuk
melakukan kegiatan tersebut.
2. Konsumsi dan Investasi
Apabila tabungan berjumlah cukup besar, maka akan digunakan untuk kegiatan menghasilkan
kembali barang dan jasa yang diperlukan konsumen. Dengan kata lain, tabungan akan digunakan
melakukan investasi. Bila digambarkan dengan rumus, maka akan didapat rumus berikut ini :
Y=C+S
Y = C + I sehingga I = S
Faktor – faktor yang mempengaruhi besar investasi anatara lain:
1. Tingkat bunga. Kenaikan tingkat bunga akan mempengaruhi keinginan untuk berinvestasi, dan
sebaliknya.
2. Jumlah permintaan. Semakin besar jumlah permintaan konsumen terhadap barang dan jasa,
keinginan untuk melakukan investasi juga semakin besar.
3. Perkembangan teknologi. Kemajuan teknologi juga akan meningkatkan keinginan untuk
berinvestasi, karena teknologi yang maju akan mengurangi biaya produksi dan meningkatkan
jumlah keuntungan.
Pengaruh Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran di Indonesia
Salah satu titik awal kelahiran ilmu ekonomi makro adalah adanya permasalahan ekonomi
jangka pendek yang tidak dapat diatasi oleh teori ekonomi klasik. Masalah jangka pendek
ekonomi tersebut yaitu inflasi, pengangguran dan neraca pemba-yaran. Munculnya ekonomi
makro dimulai dengan terjadinya depresi ekonomi Amerika Serikat pada tahun 1929. Depresi
merupakan suatu malapetaka yang terjadi dalam ekonomi di mana kegiatan produksi terhenti
akibat adanya inflasi yang tinggi dan pada saat yang sama terjadi pengangguran yang tinggi pula.
Inflasi (inflation) adalah gejala yang menunjukkan kenaikan tingkat harga umum yang
berlangsung terus menerus. Dari pengertian tersebut maka apabila terjadi kenaikan harga hanya
bersifat sementara, maka kenaikan harga yang sementara sifatnya tersebut tidak dapat dikatakan
inflasi. Semua negara di dunia selalu menghadapi permasalahan inflasi ini. Oleh karena itu,
tingkat inflasi yang terjadi dalam suatu negara merupakan salah satu ukuran untuk mengukur
baik buruknya masalah eko-nomi yang dihadapi suatu negara. Bagi negara yang perekono-
miannya baik, tingkat inflasi yang terjadi berkisar antara 2 sampai 4 persen per tahun. Tingkat
inflasi yang berkisar antara 2 sampai 4 persen dikatakan tingkat inflasi yang rendah. Selanjut
tingkat inflasi yang berkisar antara 7 sampai 10 persen dikatakan inflasi yang tinggi. Namun
demikian ada negara yang meng-hadapai tingkat inflasi yang lebih serius atau sangat tinggi,
misalnya Indonesia pada tahun 1966 dengan tingkat inflasi 650 persen. Inflasi yang sangat tinggi
tersebut disebut hiper inflasi (hyper inflation).
Didasarkan pada faktor-faktor penyebab inflasi maka ada tiga jenis inflasi yaitu: 1) inflasi tarikan
permintaan (demand-pull inflation) dan 2) inflasi desakan biaya (cost-push inflation) 3) inflasi
karena pengaruh impor (imported inflation). Inflasi tarikan permintaan (demand-pull inflation)
atau inflasi dari sisi permintaan (demand side inflation) adalah inflasi yang disebabkan karena
adanya kenaikan permintaan agregat yang sangat besar dibandingkan dengan jumlah barang dan
jasa yang ditawarkan. Karena jumlah barang yang diminta lebih besar dari pada barang yang
ditawarkan maka terjadi kenaikan harga. Inflasi tarikan permintaan biasanya berlaku pada saat
perekonomian mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dan pertumbuhan eko-nomi
berjalan dengan pesat (full employment and full capacity). Dengan tingkat pertumbuhan yang
pesat/tinggi mendorong peningkatan permintaan sedangkan barang yang ditawarkan tetap karena
kapasitas produksi sudah maksimal sehingga mendorong kenaikan harga yang terus menerus.
Inflasi desakan biaya (Cost-push Inflation) atau inflasi dari sisi penawaran (supply side inflation)
adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat dari adanya kenaikan biaya produksi yang pesat
dibandingkan dengan tingkat produktivitas dan efisiensi, sehingga perusahaan mengurangi
supply barang dan jasa. Pening-katan biaya produksi akan mendorong perusahaan menaikan
harga barang dan jasa, meskipun mereka harus menerima resiko akan menghadapi penurunan
permintaan terhadap barang dan jasa yang mereka produksi. Sedangkan inflasi karena pengaruh
impor adalah inflasi yang terjadi karena naiknya harga barang di negara-negara asal barang itu,
sehingga terjadi kenaikan harga umum di dalam negeri.
Masalah utama dan mendasar dalam ketenagakerjaan di Indonesia adalah masalah upah yang
rendah dan tingkat pengangguran yang tinggi. Hal tersebut disebabkan karena, pertambahan
tenaga kerja baru jauh lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan lapangan kerja yang dapat
disediakan
setiap tahunnya. Pertumbuhan tenaga kerja yang lebih besar dibandingkan dengan ketersediaan
lapangan kerja menimbulkan pengangguran yang tinggi. Pengangguran merupakan salah satu
masalah utama dalam jangka pendek yang selalu dihadapi setiap negara. Karena itu, setiap
perekonomian dan negara pasti menghadapi masalah pengangguran, yaitu pengangguran alamiah
(natural rate of unemployment).
Pada tahun 1980-an, pengangguran terbuka di Indonesia meningkat hampir dua kali lipat yaitu
dari 1,7 persen pada tahun 1980 menjadi 3,2 persen pada tahun 1990. Pertumbuhan
pengangguran di perkotaan lebih tinggi daripada di pedesaan, yaitu meningkat dari 2,8 persen
pada tahun 1980 menjadi 6,1 persen pada tahun 1990. Sebaliknya tingkat pengangguran di
pedesaan menurun secara drastis yaitu dari 1,4 persen menjadi 0,1 persen.
Dari sisi pendidikan, tingkat pengangguran selama periode 1980 – 1990 pada semua tingkat
pendidikan memper-lihatkan kecenderungan yang meningkat. Seterusnya, tingkat angkatan kerja
berpendidikan di bawah Sekolah Dasar yang menganggur paling rendah sedangkan yang
berpendidikan tinggi adalah yang paling tinggi, yaitu meningkat dari 1,8 persen pada 1980
menjadi 15,9 persen pada 1990.
Selanjutnya, tingkat pengangguran di kota Indonesia selama periode 1971-1980 relatifnya rendah
dan memperlihatkan kecenderungan yang menurun. Menurut Manning (1984: 1-28), kadar
pengangguran rendah ini disebabkan karena: (a) besarnya kemampuan sektor informal
menyerap, bahkan menarik sejum-lah besar penganggur, (b) tingkat investasi pemerintah yang
tinggi dalam projek pembangunan dan prasarana sosial (sekolah, klinik kesehatan dan lain-lain),
dan (c) pertumbuhan sektor pertanian yang tinggi dan adanya peluang pekerjaan baru di luar
bidang usaha tani di pedesaan.
PENDAPATAN NASIONAL DAN ANALISIS PENDAPATAN NASIONAL
UNTUK PEREKONOMIAN TERTUTUP
SEDERHANA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
NIM : 2009050838
FAKULTAS EKONOMI
MANAJEMEN PAGI
SMTR : III C