You are on page 1of 55

____________________________________________________Waktu reaksi terhadap bebagi sinar ... (Mas Mansur, ....

WAKTU REAKSI TERHADAP BERBAGAI SINAR WARNA


PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

TIME RESPONSE IN VARIOUS COLOUR LIGHT ON THE STUDENT OF


SCHOOL OF MEDICINE OF WIJAYA KUSUMA SURABAYA UNIVERSITY

Mas Mansyur, E. Devi Dwi Rianti, Fuad Ama

Department of Medical Physics-School of Medicine of


Wijaya Kusuma Surabaya University

Phone : 031-78887814, HP. 08563384833


E-mail : m_mans_sda@telkom.net

ABSTRACT

Time response is the duration between light stimulation until the effect arises, it involves the duration of sight receptor,
processing of signal information in the nerve system, until the motion turn up on motoric system. From result of which we do at
randomize of the first semester of 30 male and 30 female students of Medical Faculty of Wijaya Kusuma Surabaya University, the
time responses of male student on blue, green, yellow, and red light, respectively are: 0,3631 s < tb < 0,3765 s, 0,3563 s < tg <
0,3725 s, 0,3493 s < ty < 0,3641 s, and 0,3076 s < tr < 0,3142 s, while the time responses of female student to the same color are:
0,3908 s < tb < 0,4058 s, 0,3608 s < tg < 0,3142 s, 0,3713 s < ty < 0,3865 s, and 0,3127 s < tr < 0,3223 s. It seem that the red
light makes the quickest response on male and female, while blue light gave slower response on male or female students. There
are no correlation between time response with lihght color and the gender.

Key words : electromagnetic waves, rod and cone cells, color spectrum

ABSTRAK

Waktu reaksi adalah selang waktu antara pemberian rangsangan sampai timbulnya jawaban. Jadi waktu reaksi yang diukur
disini adalah waktu reaksi reseptor penglihatan, pengolahan sistem informasi saraf, dan penghantaran sinyal hingga terjadi gerak
oleh sistem motorik. Dari hasil yang kami lakukakn secara acak terhadap 30 mahasiswa pria dan 30 mahasiswa wanita Fakultes
Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Semester 1. Hasil yang diperoleh adalah waktu reaksi pria terhadap lampu warna
biru, hijau, kuning dan merah berturut-turut adalah : 0,3619 s < tb < 0,3765 s, 0,3563 s < th < 0,3725 s, 0,3493 s < tk < 0,3641 s,
and 0,3076 s < tm < 0,3142 s. Sedangkan waktu reaksi mahasiswa wanita terhadap lampu warna biru, hijau, kuning dan merah
adalah : 0,3908 s < tb < 0,4058 s, 0,3608 s < th < 0,3865 s, 0,3713 s < ky < 0,3865 s, and 0,3127 s < tr < 0,3223 s. Dari hasil
penelitian tersebut diatas, terlihat bahwa sinar berwarna merah mempunyai waktu reaksi tercepat bagi mahasiswa pria dan wanita,
sedangkan warna biru mempunyai waktu reaksi terlambat bagi mahasiswa pria dan wanita. Disamping itu waktu reaksi tidak
mempunyai korelasi dengan warna dan jenis kelamin.

Kata kunci : gelombang elektromagnet, sel batang, sel kerucut, spektrum warna.

PENDAHULUAN dipadukan. Kebutaan terjadi apabila salah satu


Sebagian besar pengetahuan kita tentang dunia dari ketiganya tidak berfungsi.
di sekeliling kita didapat melalui mata. Perasaan Mata adalah alat indera kompleks yang
tidak berdaya yang muncul saat kita terperangkap berevolusi dari bintik-bintik peka sinar primitif
dalam kegelapan lingkungan yang asing pada permukaan golongan invertebrata. Dalam
merupakan petunjuk kuat akan ketergantungan bungkus pelindungnya, mata mempunyai reseptor,
kita pada penglihatan. Indera penglihatan terdiri sistem lensa yang membiaskan cahaya ke reseptor
dari tiga komponen utama yaitu mata yang tersebut, dan sistem saraf yang menghantarkan
memfokuskan bayangan dari dunia luar ke retina impuls dari reseptor ke otak. Mata terlindungi
peka cahaya, sistem syaraf yang menyalurkan dengan baik dari cedera oleh adanya dinding
informasi ke dalam otak, dan korteks penglihatan orbita yang terdiri dari tulang. Sedangkan kornea
yaitu bagian dari otak tempat semuanya dibasahi dan dijaga tetap jernih oleh air mata yang

1
____________________________________________________Waktu reaksi terhadap bebagi sinar ... (Mas Mansur, ....)

mengalir di permukaan mata. Berkedip membantu demikian cahaya merah, hijau dan biru disebut
kornea tetap basah. warna primer. Hal lain yang penting tentang
persepsi warna juga tergantung pada warna benda
Salah satu kemampuan luar biasa mata adalah lain dalam lapangan penglihatan (Land, 1973).
kemampuan melihat warna. Mekanisme pasti Selang waktu antara pemberian rangsangan
melihat warna belum dipahami secara penuh, sampai dengan timbulnya jawaban disebut waktu
tetapi dapat diterima bahwa terdapat tiga jenis sel reaksi (Ganong, 2001). Pada manusia, waktu
kerucut yang merespon terhadap sinar dari tiga reaksi untuk refleks regang misalnya refleks ketok
bagian spektrum yang berlainan. Gambar di TV lutut adalah 19 – 24 ms. Sedangkan waktu reaksi
berwarna dihasilkan dengan metode yang serupa terhadap sinar adalah waktu reaksi reseptor
pada mata. Apabila kita teliti layar TV berwarna penglihatan, pengolahan informasi system syaraf
dengan kaca pembesar, kita akan melihat banyak dan penghantaran sinyal hingga terjadinya gerak
sekali titik kecil merah, hijau dan biru. Titik-titik oleh sistem motorik.
itu dapat menghasilkan semua warna dalam Pada alat ukur waktu reaksi, menggunakan
spektrum, dengan cara mengkombinasikan lampu indikator berupa LED (Light Emittting
berbagai warna yang ada. Diperkirakan dengan Diode) warna tunggal dan empat buah berwarna
cara serupa, sinyal dikirim ke otak dari tiga kerucut (biru, hijau, kuning dan merah). Pengukuran
berwarna dalam berbagai kombinasi warna dengan menggunakan lampu indikator empat
sehingga otak dapat menentukan warna. Apabila warna ini dimaksudkan untuk mengamati
salah satu dari warna hilang, yang terjadi adalah hubungan antara waktu reaksi terhadap warna
buta warna yaitu beberapa warna tidak dapat sumber cahaya, sebab menurut teori Young –
dikenali. Helmholt terdapat tiga jenis sel kerucut dalam
retina yang masing-masing peka terhadap warna
Mata berfungsi untuk melihat yang dapat tertentu.
menimbulkan sensasi di otak. Sifat terpenting dari Dari latar belakang masalah di atas dapat
sistem penglihatan adalah kemampuan untuk dirumuskan permasalah sebagai berikut :
berfungsi pada intensitas cahaya yang luas. Faktor 1. Berapakah waktu reaksi Mahasiswa Fakultas
yang bereaksi terhadap naik turunnya intensitas Kedokteran terhadap Sinar berwarna : biru,
cahaya ialah adanya dua jenis reseptor. Sel batang hijau, kuning dan merah.
sangat peka terhadap cahaya dan merupakan 2. Apakah ada korelasi waktu reaksi antara sinar
reseptor untuk penglihatan malam (penglihatan bewarna yang digunakan dalam percobaan.
skotopik). Alat penglihatan skotopik tidak mampu 3. Apakah ada korelasi waktu reaksi terhadap
memisahkan secara rinci dan batas obyek dengan sinar berwarna antara pria dan wanita.
baik atau menentukan warna. Sel kerucut
mempunyai ambang yang lebih tinggi, dan Mengingat kemampuan seseorang dalam
memiliki ketajaman yang jauh lebih besar dan menerima rangsangan sinar berwarna berbeda,
merupakan sistem yang berperan dalam maka penelitian ini bertujuan untuk :
penglihatan pada cahaya terang (penglihatan 1. Menentukan waktu reaksi terhadap sinar biru,
fotopik) dan penglihatan warna. Dengan demikian hijau, kuning dan merah.
terdapat dua jenis masukan ke sistem saraf pusat 2. Menentukan korelasi waktu reaksi antara sinar
dari sel batang dan sel kerucut. Adanya dua jenis biru dan hijau, biru dan kuning, biru dan
masukan ini yang masing-masing bekerja merah, hijau dan kuning, hijau dan merah,
maksimum di bawah kondisi pencahayaan yang serta kuning dan merah.
berbeda disebut teori duplisitas. 3. Menentukan korelasi waktu reaksi terhadap
sinar biru, hijau, kuning dan merah antara pria
Setiap warna terdapat warna komplementer dan wanita.
yang bila dicampurkan secara tepat dengan warna
tersebut akan menghasilkan kesan putih. Hitam Hasil penelitian ini yakni diketahuinya waktu
adalah kesan yang dihasilkan bila tidak ada cahaya. reaksi terhadap sinar biru, hijau, kuning dan
Setiap warna spektrum dapat dihasilkan dengan merah, diharapkan dapat membuka peluang untuk
cara mencampurkan cahaya merah, hijau dan biru dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode
dengan berbagai macam perbandingan. Dengan dan peralatan yang berbeda serta penelitian lain

2
____________________________________________________Waktu reaksi terhadap bebagi sinar ... (Mas Mansur, ....)

yang terkait dengan waktu reaksi seperti : tingkat Untuk selanjutnya operator menyalakan lampu
kelelahan, kecepatan reaksi akibat pemberian obat lain secara acak dengan cepat, hal ini dimaksudkan
tertentu dan sebagainya. Dengan mengetahui agar responden tadi punya kesempatan untuk
tingkat kelelahan pengelihatan penelitian dapat memperkirakan lampu selanjutnya yang akan
dikembangkan untuk mengetahui sampai sejauh menyala. Percobaan ini dilakukan pengulangan
mana kelelahan mata dapat dikaitkan dengan untuk mahasiswa yang lain.
ketelitian kerja atau kecelakaan kerja dan
sebagainya. Analisa data dilakukan dengan metode uji t.
Dari data hasil penelitian ini dapat ditentukan :
mean, variance dan standar deviasinya (s), interval
BAHAN DAN CARA
estimasi waktu reaksinya dapat ditentukan dengan
Pada penelitian ini metode yang digunakan
rumus :
adalah random sampling dengan sample 30
mahasiswa pria dan 30 mahasiswa wanita dari
seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran UWKS s s
X Z U  X  Z
tahun 2006/2007. Untuk menentukan waktu n n
reaksinya menggunakan alat reaction time meter.
Alat ini terdiri atas tombol operator yang Uji t untuk membedakan 2 buah mean digunakan
berfungsi untuk memberi rangsangan yang berupa untuk menentukan apakah suatu mean sample
sinar berwarna secara acak dan tombol responden mempunyai hubungan atau tidak perlu dihitung
yang berfungsi untuk menanggapi rangsangan standar error dari beda dengan rumus:
yang diberikan oleh operator.

Penelitian ini dilakukan di bagian fisika Ss1  Ss2 1 1


Ss1  x2   
kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya n1  n2  2 n1 n2
pada tahun 2006 selama 6 bulan.
Peralatan yang utama yang dibutuhkan dari
Ss   x 
 x 
2 i
2

dan nilai statistik


penelitian ini adalah alat ukur waktu reaksi. Alat i
n
ini di buat di laboratorium Biofisika FMIPA
Universitas Airlangga Surabaya. Alat ini t
x1  x2 
mempunyai ketelitian 0,0001 sekon, sehingga Sx1  x2
perbedaan reaksi yang sangat kecil dapat terdeteksi
dengan baik. dengan :
Menentukan salah seorang mahasiswa yang Z : level significance tertentu
akan diukur waktu reaksinya dan empat orang Ss1 : sun square sample 1
mahasiswa yang berdiri di belakang operator Ss2 : sun square sample 2
untuk mencatat waktu reaksi dari sinar biru, hijau, n1 : besar sample 1
kuning dan merah. Saat operator menekan salah n2 : besar sample 2
satu tombol secara acak untuk menghidupkan X : nilai rata-rata
lampu time display pada alat ukur akan berjalan
dan lampu indicator akan mati jika responden HASIL
menekan tombol yang sesuai dengan lampu pada Dari data hasil penelitian dapt ditentukan mean,
operator dengan demikian time displaynya akan standar deviasi, dan standar error sbb
berhenti dan waktu reaksinya dapat diketahui.

3
____________________________________________________Waktu reaksi terhadap bebagi sinar ... (Mas Mansur, ....)

Tabel : 1
Tabel Mean, Standar Deviasi, Interval Estimasi, dan Standar Error Waktu Reaksi

Nilai Statistik Pria Wanita


Mean waktu reaksi t b = 0,3698 s t b = 0,3983 s
t h = 0,3644 s t h = 0,3647 s
t k = 0,3567 s t b = 0,3789 s
t m = 0,3109 s t b = 0,3175 s

Standart Deviasi S b = 0,1033 s S b = 0,1145 s


S h = 0,1239 s S h = 0,0598 s
S k = 0,1131 s S k = 0,1168 s
S m = 0,0508 s S m = 0,0741 s

Interval Estimasi Dengan 0,3631 s < tb < 0,3765 s 0,3908 s < tb < 0,4058 s
Level Significance 95% 0,3563 s < th < 0,3725 s 0,3608 s < th < 0,3686 s
(Z=1,96) 0,3493 s < tk < 0,3641 s 0,3713 s < tk < 0,3865 s
0,3076 s < tm < 0,3142 s 0,3127 s < tm < 0,3223 s
SE bh = 0,2734 s SE bh = 0,2739 s
Standart Error Dari Beda
Antar Warna SE bk = 0,2801 s SE bk = 0,2820 s
SE bm = 0,2708 s SE bm = 0,2756 s
SE hk = 0,2842 s SE hk = 0,2744 s
SE hm = 0,2751 s SE hm = 0,2606 s
SE km = 0,2762 s SE km = 0,2762 s

Standart Error Dari Beda Warna biru : 0,3489 s


Antara Pria dan Wanita Warna hijau : 0,3337 s
Warna kuning : 0,3414 s
Warna merah : 0,2973 s

Nilai statistik hitungan dengan derajat kebebasan antara sinar yang berbeda warna pada pria dan
58, untuk menentukan hubungan waktu reaksi wanita ditampilkan pada tabel dibawah ini.

Tabel : 2
Hubungan Antara Warna

T hitungan
Hubungan antara warna
Pria Wanita

Biru dan hijau 0,0198 0,1227


Biru dan kuning 0,0468 0,0686
Biru dan merah 0,2175 0,3931
Hijau dengan kuning 0,0270 0,0517
Hijau dengan merah 0,2053 0,1811
Kuning dengan merah 0,1658 0,2223

Nilai statistik t hitungan dengan derajat kebebasan - Warna biru : 0,0817


58 untuk menentukan hubungan antara waktu - Warna hijau : 0,0009
reaksi terhadap sinar warna antara pria dan wanita - Warna kuning : 0,0650
adalah : - Warna merah : 0,0230

4
____________________________________________________Waktu reaksi terhadap bebagi sinar ... (Mas Mansur, ....)

Nilai statistik t pada tabel dengan level pada medium udara, sehingga sampai di mata
significance 95% dan derajat kebebasan 58 adalah responden dalam waktu yang sama.
2,002. Dari uji t untuk menentukan beda dua buah
mean yaitu waktu reaksi terhadap sinar warna
PEMBAHASAN untuk mahasiswa pria dan wanita, diperoleh nilai
Dari hasil pengolahan data di atas terlihat statistik t hitungan untuk warna biru, hijau,
bahwa waktu reaksi mahasiswa wanita untuk sinar kuning, dan merah adalah 0,0817, 0,0009, 0,0650,
biru, hijau, kuning dan merah lebih lambat dari dan 0,0230. Sedangkan nilai statistik pada tabel
waktu reaksi mahasiswa pria. Sedangkan sinar dengan derajat kebesaran 58 dan level significance
warna merah mempunyai waktu reaksi paling 95% adalah 2,002. Karena t hitungan lebih kecil
cepat bagi mahasiswa pria dan wanita. Waktu dari t tabel, ini berarti tidak ada korelasi antara
reaksi mahasiswa pria terhadap sinar warna dari waktu reaksi mahasiswa pria dan wanita.
yang paling cepat ke yang paling lambat adalah
merah, kuning, hijau dan biru. Sedangkan bagi KESIMPULAN
mahasiswa wanita adalah merah, hijau, kuning dan Dari penelitian yang kami lakukan dapat
biru. disimpulkan bahwa :
Besar rangsangan yang timbul pada sel kerucut 1. Waktu reaksi mahasiswa pria terhadap sinar :
yang peka terhadap warna oleh adanya cahaya - biru : 0,3631 s < tb < 0,3765 s
monokhromatik terbesar pada warna jingga. Hal - hijau : 0,3563 s < th < 0,3725 s
ini sesuai dengan percobaan yang kami lakukan - kuning : 0,3493 s < tk < 0,3641 s
yang menghasilkan waktu reaksi tercepat pada - merah : 0,3076 s < tm < 0,3142 s
sinar merah bagi mahasiswa pria dan wanita. 2. Waktu reaksi mahasiswa wanita terhadap sinar
Cahaya disekitar lingkungan tempat percobaan :
juga berpengaruh terhadap tampilan sinar warna - biru : 0,3908 s < tb < 0,4058 s
sehingga tampak kurang jelas. Ini terjadi pada - hijau : 0,3608 s < th < 0,3686 s
sinar baru yang menghasilkan waktu reaksi - kuning : 0,3713 s < tk < 0,3865 s
terbesar atau paling lambat bagi mahasiswa pria - merah : 0,3127 s < tm < 0,3223 s
dan wanita. Faktor posisi juga berpengaruh pada 3. Waktu reaksi terhadap sinar merah paling
waktu reaksi sinar merah yang terletak di ujung cepat bagi mahasiswa pria dan wanita.
sebelah kanan sehingga relatif lebih mudah untuk 4. Tidak ada korelasi waktu reaksi antara sinar
dijangkau dibandingkan posisi lampu berwarna berwarna biru dan hijau, biru dan kuning, biru
yang lain. Secara umum waktu reaksi terhadap dan merah, hijau dan kuning, hijau dan merah,
sinar berwarna biru, hijau, kuning, dan merah bagi serta kuning dan merah.
mahasiswa semester 1 tahun 2006/2007 Fakultas 5. Tidak ada korelasi waktu reaksi terhadap sinar
Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya warna antara pria dan wanita.
diantaranya dipengaruhi oleh :
1. Faktor posisi SARAN
2. Intensitas cahaya di tempat percobaan
berlangsung. 1. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat
3. Konsentrasi perlu dilakukan penyempurnaan alat ukur
Hasil pengolahan data untuk mencari t waktu reaksi antara lain :
hitungan antar berbagai macam kontribusi warna a. Posisi lampu berwarna diubah-ubah pada
yaitu : biru dengan hijau, biru dengan kuning, biru setiap percobaan.
dengan merah, hijau dengan kuning, hijau dengan b. Perlu diupayakan untuk mendisain suatu
merah dan kuning dengan merah. Diperoleh t alat yang terdiri dari satu lampu yang dapat
hitungan lebih kecil dari t tabel, hal ini berarti mengeluarkan cahaya berwarna biru, hijau,
warna tidak mempunyai korelasi dengan besar kuning dan merah secara acak. Sedangkan
waktu reaksi yang ditimbulkan bagi mahasiswa tombol pada responden untuk mematikan
pria dan wanita. Peristiwa itu dapat dipahami lampu tersebut sebanyak empat buah.
karena sinar warna termasuk gelombang 2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk
elektromagnetik yang mempunyai kecepatan sama mengukur tingkat kelelahan seseorang, yang
memerlukan peralatan baru dengan prinsip

5
____________________________________________________Waktu reaksi terhadap bebagi sinar ... (Mas Mansur, ....)

kerja yang sama dengan alat ukur waktu reaksi


tetapi dengan jumlah lampu diperbanyak
sehingga dapat membentuk pola-pola berupa
garis horizontal, vertikal dan diagonal.

DAFTAR PUSTAKA
Ackerman, Engene, 1988, Ilmu Biofisika,
Diterjemahkan oleh Rejani, Airlangga
University Press Surabaya.
Alan H. Cromer, 1994, Physics for The Life
Sciences, Second Edition, Mc. Graw Hill,
Book Company USA.
Anggono, Priyo Tri, 1989, Alat Ukur Refleks
Manusia Secara Digital, Jurusan Fisika
FMIPA Universitas Airlangga Surabaya
Cameron John R., 2006, Fisika Tubuh Manusia,
Diterjemahkan Oleh Brahm U. Pendit,
Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Cameron John R., Skofronick, James G., 1978,
Medical Physics, John Willey & Sons Inc,
New York.
Gabriel. J.F, 1998, Fisika Kedokteran, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Ganong William F., 2003, Fisiologis Kedokteran,
Diterjemahkan oleh H.M. Djauhari W.,
Edisi 20, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Guyton & Hall, 1997. Fisiologi Kedokteran,
Diterjemahkan oleh Setiawan Irawati Dkk,
Edisi 9, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Sherwood, Lauralee, 1996, Humam Physiology, A
Division of International Thomson
Publishing Inc.
Spiegel, Murray R., 1996, Statistik, Diterjemahkan
Oleh Nyoman Susila & Elen Gunawan,
Edisi 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Zemansky, Sears, Fisika Untuk Universitas,
Cetakan ke 6, Penerbit Bina Cipta Bandung.

6
______________________________________________________________Studi pendahuluan analisis mutasi ... (Sri Lestari Utami)

STUDI PENDAHULUAN ANALISIS MUTASI PADA PENYINARAN DENGAN


SINAR ULTRAVIOLET (UV) TERHADAP LARVA
Drosophila melanogaster, Meigen

Sri Lestari Utami

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya


Jln. Dukuh Kupang XXV/54, Surabaya 60225 ; Telp/Fax : (031) 5686531
E-mail : restumi_mindar@yahoo.co.id

ABSTRACT

UV light is a potential mutagen with slightly penetration. This research aims to observe the number of living imago and its
mutant ; the fertility of the adult Drosophila melanogaster, Meigen from which the larva have illuminated with UV light at  : 254 nm.
The data was analysed by One Way ANOVA and continued by BNJ test. The results indicated that there are significant
differences the number of living imago (1885,312>2,87, p<0,05)) and its mutant (403,287>2,87,p<0,05) of irradiating with UV
light to the larva D. melanogaster, Meigen. Meanwhile the fertility of the adult D. melanogaster, Meigen had no significant effect (1,0<
2,87,p<0,05). From BNJ test knomn that there were correlation between the duration of UV irradiation and the number of living
imago. Meanwhile the number of mutant D. melanogaster, Meigen showed significantly differences treatment combination, i.e.
between 30 minute and 10 minute, control and 30 minute, control and 10 minute. The products of D. melanogaster, Meigen mutant
were abero and Gull.

Key word : ultraviolet (UV) light, mutation, Drosophila melanogaster, Meigen larvae

ABSTRAK

Sinar UV merupakan mutagen yang potensial dengan daya tembus yang tidak terlalu besar. Penelitian ini bertujuan untuk
mengamati jumlah imago yang hidup, jumlah mutan dan fertilitas Drosophila melanogaster, Meigen dewasa dari larva yang disinari
dengan sinar UV pada  : 254 nm. Data yang diperoleh dianalisis dengan ANOVA Satu Arah dan dilanjutkan dengan uji BNJ.
Hasil analisa data menunjukkan bahwa terdapat beda nyata untuk jumlah imago yang hidup (1885,312>2,87,p<0,05) dan jumlah
mutan (403,287>2,87,p<0,05) dari penyinaran dengan sinar UV terhadap larva D. melanogaster, Meigen. Sedangkan fertilitas dari
larva D. melanogaster, Meigen dewasa tidak menunjukkan adanya perubahan yang signifikans (1,0< 2,87,p<0,05). Dari uji BNJ
diketahui bahwa semakin lama penyinaran maka semakin sedikit jumlah imago yang hidup. Sementara untuk jumlah D.
melanogaster, Meigen mutan hanya terdapat 3 kombinasi perlakuan yang berbeda nyata, yaitu antara 30 menit dengan 10 menit. 30
menit dengan kontrol dan 10 menit dengan kontrol. D. melanogaster, Meigen mutan yang dihasilkan adalah abero dan Gull.

Key word : sinar ultraviolet (UV), mutasi, larva Drosophila melanogaster, Meige

PENDAHULUAN helix” (tergolong asam nukleat selain ARN), yang


Drosophila melanogaster, Meigen merupakan susunan kimianya terdiri atas gula pentoda
salah satu jenis lalat buah dari famili (deoksiribosa), asam fosfat dan basa nitrogen.
Drosophilidae yang banyak ditemukan di antara Basa nitrogen dapat dibedakan atas 2 tipe dasar,
rumput-rumput, semak atau buah-buah yang yaitu : pirimidin (yang terbagi atas sitosin/C dan
masak sebagai tempat berkembang biak seperti timin/T) dan purin (yang terbagi atas adenin/A
buah mangga, jambu dan pisang. Mereka dan guanin/G). ADN ini dalam proses
meletakkan telur pada buah yang masih muda dan ekspresinya dapat berupa ARN dan protein.
larvanya akan menghabiskan buah yang masak (Nussbaum, McInnes and Willard, 2007)
sebagai makanannya, sehingga bersifat sangat Mutasi adalah perubahan materi genetik
merugikan. D. melanogaster, Meigen juga merupakan (ADN dan ARN) dan proses yang menyebabkan
obyek studi genetika dasar yang terpenting terjadinya perubahan tersebut. Sedangkan mutan
(termasuk mutasi) (Metcalf, 1973 ; Shull, 1948). adalah organisme yang menunjukkan fenotip baru
Genetika akan ditentukan oleh gen, yang sebagai hasil terjadinya mutasi. Mutasi dapat
merupakan unit dari informasi genetik. Informasi disebut sebagai mutasi terinduksi jika terjadinya
atau materi genetik ini dikode sebagai ADN, yang disebabkan perlakuan organisme dengan agen
akan tersusun menjadi sejumlah organel mutagenik seperti irradiasi pengionan, sinar
berbentuk batang yang disebut kromosom. Pada ultraviolet (sinar UV) atau berbagai bahan kimia
kromosom ini terdapat ADN (asam yang bereaksi dengan ADN atau ARN (Garder,
deoksiribonukleat) berpilin ganda atau “double Simmons and Snustad, 1991).

7
______________________________________________________________Studi pendahuluan analisis mutasi ... (Sri Lestari Utami)

ADN akan menyerap sinar UV secara besar daripada jantan. D. melanogaster, Meigen yang
maksimum pada  = 254 nm, sehingga didapatkan di alam disebut sebagai lalat buah “wild
mutagenitas maksimum juga terjadi pada panjang type” (jenis/tipe liar) mempunyai badan berwarna
gelombang tersebut. Sinar UV tidak mampu abu-abu dan mata merah. Lalat jantan dapat
menimbulkan pengionan dan hanya sedikit dibedakan dari betina dengan adanya : sisir
menembus jaringan (umumnya hanya pada sel-sel kelamin pada sepasang kaki depan (segmen
lapisan permukaan organisme multiseluler) metatarsal pertama), ujung abdomen membulat
dikarenakan memiliki energi yang rendah. dengan pita hitam yang merupakan penyatuan
Walaupun demikian sinar UV merupakan beberapa segmen dosal dari abdomen dan akhir
mutagen yang potensial untuk organisme bagian ventral terdapat penis dan klaspen (dari
uniseluler (Gardner, Simmons and Snustad, 1991). ovipositor) (Herskowitz, 1965 ; Strickberger, 1962
Shull (1948) menyatakan bahwa sinar UV ; Yasin, 1989). Siklus hidup D. melanogaster, Meigen
menyebabkan mutasi pada Drosophila. Demikian pada suhu optimum untuk pekembangannya
juga dengan Altenburg yang melakukan irradiasi (250C) adalah : 0 jam (0 hari)  telur diletakkan ;
telur Drosophila. Sinar UV diserap olah substansi 0-22 jam (0-1 hari)  embrio ; 22 jam (1 hari) 
ADN (purin dan pirimidin) yang menyebabkan menetas dari telur (instar pertama) ; 47 jam (2
lebih reaktif atau dalam keadaan tereksitasi. hari)  instar kedua ; 70 jam (3 hari)  instar
Penyerapan sinar UV oleh pirimidin menyebabkan ketiga ; 118 jam (5 hari)  pembentukan
terbentuknya primidin hidrat dan pirimidin dimer.
puparium ; 122 jam (5 hari)  instar keempat ;
Beberapa peristiwa menunjukkan bahwa
dimerisasi timin (studi in vitro) mungkin 130 jam (5,5 hari)  pupa ; 167 jam (7 hari) 
merupakan akibat mutagenik sinar UV. (Gardner, pigmentasi mata pupa ; 214 jam (9 hari)  imago
Simmons and Snustad, 1991 ; Sinnot et. al., 1958). keluar dari puparium dengan sayap yang melekuk
D. melanogaster, Meigen merupakan organisme dan berlipat dan merupakan stadium dewasa. Hal
eksperimen modern dalam bidang genetika karena ini menunjukkan bahwa D. melanogaster, Meigen
memiliki karakter fenotip yng berbeda dan terlihat mengalami metamorfosis sempurna selama siklus
nyata, mudah mendapatkannya, murah (dapat hidupnya. Walapun fertilisasi biasanya dapat
dibiakkan dalam botol yang hanya berisi media terjadi setelah 24 jam dalam stadium dewasa,
pisang yang difermentasi) dan mempunyai waktu peletakan telur umumnya baru dilakukan setelah 2
perkembiakan yang tidak terlalu lama (2 minggu hari dengan 50-75 telur setiap hari (kemungkinan
dengan waktu pematangan seksual awal yaitu 7 maksimum total 400-500 dalam 10 hari, yang
jam setelah keluar dari pupa) (Walter, 1938). merupakan waktu generasi). Lalat dewasa dapat
Masa dewasa D. melanogaster, Meigen biasanya hidup selama 10 minggu (Herskowitz, 1965 ;
mempunyai panjang 2-3 mm dengan betina lebih Strickberger, 1962).

Gambar 1.
D. melanogaster, Meigen jantan (♂) dan betina (♀) stadium dewasa (Strickberger, 1962 setelah Morgan dan
Utami, 1996)
Telur D. melanogaster, Meigen berbentuk ovoid semicair. (Bursell, 1970 ; Strickberger, 1962).
dengan adanya “sayap air” yang mencegah telur Larva D. melanogaster, Meigen berwarna putih,
agar tidak tenggelam dan terbenam dalam medium bersegmen dan bertipe vermiform. Pada segmen
8
______________________________________________________________Studi pendahuluan analisis mutasi ... (Sri Lestari Utami)

kepala dalam prothoraks dan thorasik tidak pernapasan (trakea). Tabung ini mengalami
terdapat lengan. Tubuh berubah meruncing dan penebalan sehingga dari luar tampak seperti jari-
menajam pada ujungnya. Kepala berbentuk jari sayap. Oleh karenanya tabung berfungsi ganda
globular dan mempunyai warna yang sama dengan sebagai pembawa oksigen dan penguat sayap.
dada dan perut, dengan lebar lebih pendek Semua bagian-bagian tubuh dari D. melanogaster,
daripada prothoraks dan perut. Antena dan ocelli Meigen dewasa ini juga terdapat pada imago yang
menghilang. Kulitnya pada permulaan stadium baru keluar dari pupa. Perbedaanya hanya adanya
tidak begitu kuat tetapi larva kecil muda secara penyempurnaan bentuk dan fungsi organ dalam
periodik akan menambahkan kulit hingga tubuh (Borror, Triplehorn and Johnson, 1989 ;
mencapai ukuran dewasa. Pada beberapa keadaan Bursell, 1970 ; Metcalf and Flint, 1973 ;
disebut dengan belatung. Selama tiap periode di Sastrodihardjo, 1984 ; Yasin, 1989).
antara belatung Selama tiap periode di antara Kromosom (sebagai pembawa bahan
belatung, larva disebut dengan instar. Setiap instar keturunan) pada D. melanogaster, Meigen berjumlah
ditunjukkan oleh perbedaan ukuran larva dan 8, yaitu 6 autosom (kromosom somatik) dan 2
jumlah gigi pada kait rahang yang berwarna hitam. gonosom (kromosom seks). Komposisi basa
Sedangkan perkembangan larva hingga nitrogen pada D. melanogaster, Meigen adalah adenin
membentuk pupa meliputi reorganisasi seluler = 30,7% ; guanin = 19,6% ; sitosin = 20,2% dan
dalam differensiasi pertama dari sel epidermal, timin = 29,4% (Gardner, Simmons and Snustad,
mulai terjadi differensiasi progresif dari sel somtik 1991 ; Suryo, 1986).
dan jaringan menuju kondisi dewasa, Sebagian besar mutasi yang terjadi bersifat
pembentukan organ-organ dalam atau alat-alat merugikan organisme dan dijaga pada frekuensi
tambahan untuk dewasa yaitu antena, bagian- rendah dalam populasi oleh seleksi alam.
bagian mulut, kaki, sayap dan genitalia eksternal. Sementara organisme mutan yang terbentuk
(Borror, Triplehorn dan Johnson, 1989 ; Bursell, karena mutasi biasanya tidak mampu bersaing
1970 ; Metcalf dan Flint, 1973 ; Strickberger, sama kuat dengan individu-individu wild type
1962) karena terjadinya penurunan daya tahan hidup
Pada stadium pupa terjadi perubahan organ dan/atau kapasitas reproduktif yang lebih rendah
larva menjadi organ imago, meskipun beberapa daripada wild type. Diantara hasil mutasi oleh
organ larva masih ada yang terbawa menjadi organ mutagen adalah mutasi visible (yang terlihat), yang
imago. Organisme terdapat dalam peti seperti biji mempengaruhi perangai morfologi dan mutasi
yang keras atau puparium (merupakan kulit larva letal. Mutasi letal umumnya disebabkan oleh
yang kering), yang menutupi semua alat-alat ketidakmampuan gen untuk menghasilkan bentuk
tambahan sehingga bertipe koarktat. (Borror, aktif protein yang tak dapat ditiadakan. Mutasi
Triplehorn dan Johnson, 1989 ; Bursell, 1970 ; letal pada diploid memiliki kemampuan
Sastrodihardjo, 1984) membunuh oganisme secara langsung atau
Deskripsi D. melanogaster, Meigen pada stadium menghalanginya dari berbiak (kematian genetik).
dewasa diantaranya, yaitu tubuh terdiri atas Mutasi letal atau steril dominan pada organisme
caput/kepala, thorax/dada dan abdomen/perut. Pada diploid tidak dapat dipertahankan melalui satu
kepala yang tersusun atas 6 somit menjadi satu generasi, tetapi tidak berlaku untuk letal-letal
terdapat sepasang antena, mata dan mulut dengan resesif karena selalu bergabung dengan alel
bagian-bagiannya. Dada terdiri dari 3 somit, yaitu dominan (dapat dipertahankan tanpa batas pada
prothorax/dada depan, mesothorax/dada tengah dan kondisi heterozigot).
metathorax/dada belakang serta terdapat 3 pasang Radiasi mensuplai energi dalam bentuk yang
kaki yang beruas-ruas pada tiap somit dan berbeda, yaitu panas, aktivasi atau eksitasi dan
sepasang sayap pada dada tengah. Pada somit ionisasi. Sinar UV merupakan radiasi non-ionisasi
perut terdiri atas 3 bagian, yaitu dorsum/atas, dengan kemampuan daya tembus dalam sel yang
pleura/samping dan venter/bawah. Garis dorso-pleura lebih kecil dibandingkan dengan gelombang
terdapat di antara dorsum dan pleura, sedangkan elektromagnetik yang lebih pendek, seperti sinar
garis pleura-ventral di antara pleura dan venter. Sayap X. Walaupun begitu sinar UV juga menghasilkan
pada dada tengah lebar dan lebih panjang daripada mutasi gen dan eberasi kromosom, karena
dada serta membulat di bagian ujung, yang absorbsi yang besar oleh asam nukleat. Seperti
merupakan pertumbuhan daerah tergum dan yang ditunjukkan oleh Noethling dan Stubbe yang
pleura. Pada sayap tedapat berbagai cabang tabung mengirradiasi serbuk sari Antirrhinum ataupun
10
______________________________________________________________Studi pendahuluan analisis mutasi ... (Sri Lestari Utami)

oleh Stadler dan Uber pada serbuk sari jagung, media setinggi  0,3 cm. Setelah telur menetas
bahwa potensi spektum sinar UV sebagai mutagn menjadi larva instar pada hari ketiga maka D.
paralel dengan tingkat absorbsi panjang melanogaster, Meigen jantan dan betina dikeluarkan
gelombang tertentu dalam asam nukleat (Sinnot et. dan siap untuk diperlakukan.
al., 1958). Absorbsi yang bsar oleh asam nukleat Terdapat 5 perlakuan yang berbeda dalam
diantaranya pirimidin, menyebabkan terjadinya kelompok A – E dengan masing-masing
pirimidin hidrat dan pirimidin dimer. Beberapa kelompok perlakuan ini dilakukan 5 kali ulangan.
peristiwa menunjukkan bahwa dimerisasi timin Kelompok A : kelompok kontrol, tidak disinari
(studi in vitro) mungkin merupakan akibat dengan sinar UV
mutagenik sinar UV. Adanya kerusakan pada Kelompok B : setiap larva disinari dengan
dimerisasi timin akan merangsang terjadinya sinar UV selama 10 menit
proses perbaikan kerusakan ADN (repair DNA Kelompok C : setiap larva disinari dengan
systems), yang meliputi fotoreaktivasi dan sinar UV selama 20 menit
postreplikasi perbaikan rekombinasi. Kelompok D : setiap larva disinari dengan
Tujuan penelitian ini adalah untuk sinar UV selama 30 menit
mengetahui pengaruh penyinaran dengan sinar Kelompok E : setiap larva disinari dengan
UV (pada  = 254 nm dan perbedaan lama sinar UV selama 40 menit
penyinaran) pada larva D. melanogaster, Meigen Setelah disinari dengan sinar UV maka botol
terhadap perkembangannya hingga dewasa dan sampel akan ditambah dengan media sebelum
perubahannya (meliputi jumlah imago yang hidup, ditutup kembali dengan tutup gabus. Larva
jumlah mutan dan fertilitas saat dewasa). dibiarkan berkembang hingga menjadi imago D.
Hipotesis penelitian ini adalah adanya melanogaster, Meigen. Setiap imago diisolasi dalam
perbedaan jumlah imago yang hidup, jumlah botol-botol tersendiri dan dilakukan setiap 1 jam
mutan dan fertilitas D. melanogaster, Meigen dewasa sekali
pada larva D. melanogaster, Meigen yang disinari Imago yang hidup pada botol-botol isolasi
dengan sinar UV pada lama penyinaran yang dihitung jumlahnya dan diamati dengan
berbeda dan yang tidak disinari. mikroskop binokuler untuk mengamati kelainan
sifat fenotipnya (deskripsinya sesuai dengan
BAHAN DAN CARA rumusan Strickberger, 1962 : sifat fenotip pada
Obyek atau sampel penelitian yang digunakan mutasi D. melanogaster, Meigen). Setelah itu D.
adalah larva D. melanogaster, Meigen yang melanogaster, Meigen dewasa yang normal akan
dikembangbiakkan dari D. melanogaster, Meigen dikawinkan sesamanya (yang perlakuan dan
“wild type” strain Canton dengan jenis kelamin ulangannya sama). Apabila perkawinan ini tidak
jantan dan betina. Sedangkan sinar UV yang menghasilkan anak maka akan dikawinkan dengan
digunakan berasal dari lampu UV dengan  = 254 jantan atau betina D. melanogaster, Meigen wild type
nm. virgin untuk mengetahui fertilitasnya.
Media D. melanogaster, Meigen yang digunakan Semua perlakuan dan pemeliharaan D.
adalah media pisang-agar, yaitu dengan melanogaster, Meigen dilakukan pada ruangan khusus
mencampurkan pisang ambon dan agar bubuk yang bersuhu 250C.
serta difermentasi dengan ragi. Media ini Data yang diperoleh berupa data diskrit
dimasukkan dalam botol-botol yang diberi sumbat (jumlah imago yang hidup dan jumlah mutan) dan
gabus dan kemudia disterilkan sebelum dipakai. data rasio (fertilitas atau sifat fertil D. melanogaster,
Jantan dan betina D. melanogaster, Meigen yang Meigen dewasa), sehingga akan ditransformasi
digunakan untuk menghasilkan obyek penelitian dengan menggunakan transformasi akar kuadrat.
harus virgin dan baru memasuki masa dewasa. Kemudian akan dianalisa dengan Analisis Varians
Cara yang digunakan yaitu dengan mengisolasi (Anava) Satu Arah untuk Desain Acak Sempurna
individu-individu imago setiap satu jam sekali dengan Model Tetap dan Uji BNJ (Beda Nyata
pada botol-botol yang terpisah menurut jenis Jujur) jika Ho ditolak (ada beda nyata).
kelaminnya.
Obyek penelitian dipersiapkan dengan HASIL
memasukkan 20 jantan dan 40 betina D. Jumlah imago yang hidup pada penyinaran
melanogaster, Meigen virgin yang berusia sama (lebih sinar UV dengan  = 254 nm terhadap larva D.
dari 7 jam) dalam beberapa botol yang telah diberi melanogaster, Meigen menunjukkan adanya
11
______________________________________________________________Studi pendahuluan analisis mutasi ... (Sri Lestari Utami)

perbedaan yang signifikan (terdapat beda nyata bahwa nilai selisih rata-rata perlakuan akan linier
atau Ho ditolak dengan nilai Fhitung > Ftabel pada dengan besar selisih waktu perlakuan (menit). Hal
p<0,05), dimana datanya dapat dilihat pada Tabel ini menunjukkan semakin lama penyinaran maka
1. Sedangkan nilai Anava yang didapat adalah = makin sedikit jumlah imago yang hidup dari
Fhitung : 1885,312 > Ftabel : 2,87 pada p<0,05. penyinaran dengan sinar UV pada  = 254 nm
Sementara hasil uji BNJ (Tabel 2) sebagai terhadap larva D. melanogaster, Meigen .
perbandingan antar kelompok-kelompok
perlakuan (setiap 2 perlakuan) menunjukkan

Tabel 1. Jumlah imago yang hidup pada penyinaran dengan sinar UV pada  = 254 nm terhadap larva D.
melanogaster, Meigen
Jumlah imago hidup (individu)

Ulangan Perlakuan
Kontrol 10 menit 20 menit 30 menit 40 menit
(Klp A) (Klp B) (Klp C) (Klp D) (Klp E)

I 121 67 53 39 24
II 120 62 56 41 26
III 121 66 53 40 24
IV 117 64 54 39 25
V 115 62 56 41 23

Tabel 2. Hasil uji BNJ pada jumlah imago yang hidup dari larva D. melanogaster, Meigen yang disinari dengan
sinar UV pada  = 254 nm.

Kombinasi perlakuan Selisih rata-rata Selisih waktu perlakuan


(menit) perlakuan Nilai BNJ Uji BNJ (menit)

10 >< 20 0,636 0,14 beda nyata 10


20 >< 30 1,051 0,14 beda nyata 10
30 >< 40 1,386 0,14 beda nyata 10
10 >< 30 1,687 0,14 beda nyata 20
20 >< 40 2,437 0,14 beda nyata 20
K >< 10 2,888 0,14 beda nyata 10
10 >< 40 3,073 0,14 beda nyata 30
K >< 20 3,524 0,14 beda nyata 20
K >< 30 4,575 0,14 beda nyata 30
K >< 40 5,961 0,14 beda nyata 40

Jumlah mutan yang hidup pada penyinaran 403,287 > Ftabel : 2,87 pada p<0,05), dimana
sinar UV dengan  = 254 nm terhadap telur D. datanya dapat dilihat pada Tabel 3. Sedang untuk
melanogaster, Meigen menunjukkan adanya mutan-mutannya yang diidentifikasi dengan
perbedaan yang signifikan (terdapat beda nyata rumusan Strickberger (1962) akan mempunyai
dengan nilai Anava yang didapat adalah = Fhitung : fenotip seperti yang tampak pada Ilustrasi.
Sementara dari hasil uji BNJ (Tabel 4) sebagai tterhadap larva D. melanogaster, Meigen. Walaupun
perbandingan antar kelompok perlakuan (setiap 2 terdapat beda nyata antar perlakuan tetapi ini
kelompok perlakuan) menunjukkan hasil yang hanya terjadi pada 3 kombinasi perlakuan, yaitu
berbeda dengan jumlah imago yang hidup pada antara 30 menit dengan kontrol, 10 menit dengan
penyinaran dengan sinar UV pada  = 254 nm kontrol dan 30 menit dengan 10 menit. Sedangkan
12
______________________________________________________________Studi pendahuluan analisis mutasi ... (Sri Lestari Utami)

pada perbandingan antar kelompok perlakuan (tidak beda nyata).


yang lain didapatkan nilai yang tidak signifikan

Tabel 4.
Hasil uji BNJ pada jumlah mutan D. melanogaster, Meigen dari larva D. melanogaster, Meigen yang disinari dengan
sinar UV pada  = 254 nm
Kombinasi Selisih Selisih waktu
Perlakuan rata-rata Nilai BNJ Uji BNJ perlakuan
(menit) perlakuan (menit)

30 >< K 1,049 0,7 beda nyata 30


10 >< K 1,049 0,7 beda nyata 10
30 >< 10 1,259 0,7 beda nyata 20
20 >< 30 0,21 0,7 tidak beda nyata
20 >< 10 0,21 0,7 tidak beda nyata
20 >< 40 0,0 0,7 tidak beda nyata
20 >< K 0,659 0,7 tidak beda nyata
30 >< 40 0,449 0,7 tidak beda nyata
10 >< 40 0,449 0,7 tidak beda nyata
40 >< K 0,6 0,7 tidak beda nyata

Sedangkan jumlah individu yang fertil tidak adanya perbedaan yang signifikan (tidak ada
(fertilitas dari D. melanogaster, Meigen dewasa) pada beda nyata dengan nilai Anava yang didapat
penyinaran dengan sinar UV pada  = 254 nm adalah = Fhitung : 1,0 < Ftabel : 2,87 pada p<0,05),
terhadap larva D. melanogaster, Meigen menunjukkan dimana datanya dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel Ilustrasi. Kelainan fenotip akibat penyinaran dengan sinar UV pada  = 254 nm terhadap
larva D. melanogaster, Meigen dan gambarnya.

Mutan Fenotip

8
______________________________________________________________Studi pendahuluan analisis mutasi ... (Sri Lestari Utami)

abero (abr) pita-pita pada abdomen (a) dan tepi sayap (b) yang tidak teratur (irregular),
dengan mata kasar, bulu jarang, fertilitas dan viabilitas rendah. Sedangkan
gambarnya adalah :

Gull (G) sayap menyimpang keluar dari sisi-sisi tubuh pada sudut 450 sampai 900 dan
membengkok ke bawah. Bulu-bulu kepala vertical dan thorasik umumnya
terduplikasi. Homozigot letal. Barangkali defisiensi atau merupakan suatu alel
pada fat.

Tabel 5.
Sifat fertil dari D. melanogaster, Meigen dewasa pada penyinaran dengan sinar UV pada  = 254
nm terhadap larva D. melanogaster, Meigen.

8
______________________________________________________________Studi pendahuluan analisis mutasi ... (Sri Lestari Utami)

Sifat fertil (individu)

Ulangan Perlakuan
Kontrol 10 menit 20 menit 30 menit 40 menit
(Klp A) (Klp B) (Klp C) (Klp D) (Klp E)

I 121 67 53 39 24
II 120 62 56 41 26
III 121 66 53 39* 24
IV 117 64 54 39 25
V 115 62 56 41 23

* : terdapat satu ekor D. melanogaster, Meigen yang bersifat steril, yaitu mutan abero.

PEMBAHASAN Sementara mutan-mutan yang dihasilkan


Adanya penurunan jumlah imago yang hidup menunjukkan bahwa perubahan fenotip yang
akibat penyinaran dengan sinar UV pada  = 254 terjadi terkait dengan lapisan embrional ektoderm
nm terhadap larva D. melanogaster, Meigen yang yang terkena langsung sinar UV yang menembus
linier dengan lama penyinaran diasumsikan lapisan permukaan larva D. melanogaster, Meigen.
sebagai adanya mutasi letal karena kerusakan Hal ini disebabkan adanya pembentukan pirimidin
ADN yang bertambah banyak seiring dengan hidrat dan timin dimer pada absorbsi sinar UV
lamanya penyinaran. Hal ini juga berlaku pada pada  = 254 nm oleh asam nukleat. Timin dimer
jumlah mutan D. melanogaster, Meigen, walapun dan pirimidin hidrat menyebabkan mutasi tidak
pada uji antar kelompok-kelompok perlakuan langsung dalam dua cara, yaitu :
hanya ada 3 kombinasi antara 2 perlakuan yang 1. mengacaukan “double helix” ADN dan
menunjukkan adanya perbedaan yang signikans. mencampuri keakuratan replikasi ADN,
Dari 3 kombinasi perlakuan tersebut mempunyai 2. mengadakan perbaikan ADN (DNA repair
selisih waktu perlakuan 10 menit, 20 menit dan 30 systems) yang telah rusak yang bahkan akan
menit, tetapi hal ini tidak terlihat pada lama mengakibatkan bertambahnya jumlah gen
penyinaran 40 menit. Hal ini mungkin disebabkan esensial, tempat sisi mutasi letal terjadi.
oleh lama penyinaran yang lama sehingga adanya Keadaan tersebut merupakan kegagalan dan
kesalahan pada proses perbaikan ADN yang kesalah fungsi ADN. Sementara pada penelitian
dilakukan sangat sedikit. Sehingga terdapat sebelumnya oleh Harris P.V. dan Boyd J.B. (1988)
pengaruh penyinaran dengan sinar UV pada  = disimpulkan bahwa pirimidin dimer pada
254 nm terhadap larva D. melanogaster, Meigen kromatin Drosophila akan bertambah setelah
terhadap perkembangannya hingga dewasa dan irradiasi sinar UV. (Garder, Simmons and
perubahannya, yaitu pada jumlah imago dan Snustad, 1991 ; Shull, 1948 ; Sinnot et. al. 1958).
jumlah mutan pada 3 kombinasi perlakuan Sifat mutan yang terjadi pada abero dan Gull
tersebut. adalah kelainan pada sayap, pita-pita abdomen dan
Mutasi dapat terjadi walaupun sudah terdapat bulu-bulu thorasik. Hal ini menunjukkan bahwa
proses perbaikan pada kerusakan ADN karena lapisan yang terkena adalah lapisan ektoderm.
bertambahnya frekuensi basa-basa yang tidak Sinar UV tidak dapat menembus lapisan
berpasangan, yang lolos dari proses perbaikan mesoderm karena sifat steril sebagai akibat dari
yang mengakibatkan perubahan pita asli dari penyinaran UV tidak terjadi. Lapisan mesoderm
ADN (Schleif, 1985). Selain itu Watson et. al. akan berkembang menjadi kelenjar-kelenjar
(1987), Elseth dan Baumgadner (1984) dan kelamin pada proses differensiasi dan spesialisasi.
Bainbridge (1987) menyebutkan bahwa yang Walapun begitu ada D. melanogaster, Meigen
paling bertanggung jawab pada keadaan ini adalah mutan yang bersifat steril, yaitu abero. Hal ini
proses perbaikan ADN ”SOS”, karena prosesnya disebabkan karena adanya pita-pita abdomen
yang dapat menyebabkan mutasi akibat induksi dengan kerusakan yang sangat parah sehingga
UV ketika menyampaikan basa ADN yang salah. lubang vaginal pada betina atau arkus genital pada
9
_____________________________________________________________Studi Pendahuluan Analisis Mutasi ...(Sri Lestari Utami)

jantan tidak teratur dan sulit untuk mengadakan Gadjah Mada University Press., Yogyakarta,
perkawinan. hal. 79-91 dan 617-710.
Mutasi yang terjadi pada penyinaran dengan Bursell, E., 1970. An Introduction to Insect Physiology,
sinar UV terhadap larva D. melanogaster, Meigen Academic Press Inc. Ltd., London, hal. 185-
menghasilkan mutan abero lebih banyak. Hal ini 189 dan 203.
disebabkan oleh besarnya daerah permukaan pada Elseth, GD., dan Baumgardner, KD., 1991.
lapisan sel yang membentuk abdomen yang Principles of Genetics, edisi 7, John Wiley and
disinari oleh siner UV, sehingga sinar UV yang Sons Inc., USA, hal. 292-297.
diserap lebih banyak. Akibatnya kemungkinan Gardner, EJ. and Snustad, DP., 1984. Principles of
untuk mengalami kerusakan lebih besar dan lebih Genetics, 7th edition, John Wiley and Sons
mudah. Inc., USA, hal. 292-297.
Herskowitz, IH., 1965. Genetics, 2nd edition, Little
KESIMPULAN Brown Company, Boston and Toronto
1. Penyinaran dengan sinar UV pada  = 254 nm (USA), hal. 23-25.
terhadap larva D. melanogaster, Meigen Metcalf, CL and Flint, WP., 1973. Destructive and
menyebabkan adanya perbedaan nyata (efek Useful Insect : Their Habits and Control, 4th
yang signifikans) pada jumlah imago yang edition, Tata McGraw-Hill Publishing
hidup dan jumlah mutan D. melanogaster, Meigen, Company Ltd., New Delhi, hal. 193-199
tetapi tidak menunjukkan adanya efek yang dan 293-309.
signifikans pada pengamatan fertilitas pada D. Nussbaum, RL., McInnes, RR. and Willard, HF.,
melanogaster, Meigen dewasa. 2007. Thompsom & Thompson : Genetics
2. Semakin lama penyinaran dengan sinar UV in Medicine, 7th edition, Saunders-Elsevier
pada  = 254 nm terhadap larva D. melanogaster, Inc., Kanada, hal. 5-10.
Meigen menunjukkan semakin sedikit jumlah Sastrodihardjo, 1984. Pengantar Entomologi Terapan,
imago yang hidup. Sedangkan pada jumlah Penerbit Sinar Wijaya, hal. 36 dan 19-21.
mutannya hanya ada 3 kombinasi perlakuan, Schleif, R., 1985. Genetics and Molecular Biology, The
yaitu antara 10 menit dengan kontrol (selisih Benjamin/Cummings Publishing Company
waktu 10 menit), 30 menit dengan 10 menit Inc., hal. 192.
(selisih waktu 20 menit) dan 30 menit dengan Shull, AF., 1948. Heredity, 4th edition, McGraw-
kontrol (selisih waktu 30 menit) yang Hill Book Company Ltd., New York (USA),
menunjukkan adanya nilai yang signifikans hal. 153 dan 183.
(beda nyata). Sementara yang selisih waktu 40 Sinnot, et. al., 1958. Principles of Genetics, 5th edition,
menit tidak menunjukkan adanya perbedaan McGraw-Hill Book Company Inc., hal. 169
nyata. dan 237-239.
3. Terdapat pengaruh penyinaran dengan sinar Strickberger, MW., 1962. Experiments in Genetics
UV pada  = 254 nm dan lamanya waktu with Drosophila, John Wiley and Sons Inc.,
penyinaran terhadap larva D. melanogaster, New York, hal. 4-18.
Meigen pada perkembangannya hingga dewasa Suryo, 1986. Genetika Manusia, Gadjah Mada
dan perubahannya, yaitu pada jumlah imago University Press., Yogyakarta.
dan jumlah mutan pada 3 kombinasi perlakuan, Walter, HE., 1938. Genetics. 4th edition, The
tetapi tidak berpengaruh pada fertilitasnya. MacMillan Company, New York.
Watson, JD. ; Hopkins, NH. ; Roberts, JW. ;
DAFTAR PUSTAKA Steitz, JA. dan Weiner, AM., 1987. Molecular
Bainbridge, BW., 1987. Genetics of Microbes, edisi 2, Biology of the Genes, The
Chapman : Hall dan Methuen Inc., hal. 168- Benjamin/Cummings Publishing Company
180. Inc., hal. 354.
Borror, DJ., ; Triplehorn, CA. and Johnson, NF., Yasin, M., 1989. Sistematika Hewan (Invertebrata
1982. Pengenalan Pelajaran Serangga, edisi 6, danVertebrata) untuk Universitas, Penerbit
SinarWijaya, hal 161-165 dan 187-1

15
_____________________________________________________________Studi Pendahuluan Analisis Mutasi ...(Sri Lestari Utami)

15
__________________________________________________________________Langerhans cell histiocytosis (Jimmy Hadi Widjaja)

LANGERHANS CELL HISTIOCYTOSIS

Jimmy Hadi Widjaja

Dosen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran UWKS


Peserta PPDS Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran UNAIR

ABSTRACT

A case of Langerhans cell histiocytosis in a 1- year- Javanese boy was reported. He was brought to our hospital because of
skin rashes. Skin rashes was seen 1 month before, on his trunk, palm, sole and scalp. His abdomen was distended. There were
enlargement of lymphnodes back of ear and cervical. There was no gum bleeding and epistaxis but there was febrile, pale, jaundice
and otitis media. The laboratory and radiographic investigation: the hemoglobin was 7 g/dl. The peripheral smear showed
normocytic normochromic anemia with normal platelet. The abdominal sono-graphy revealed hepatospenomegaly. The skull
radiograph was normal. Diagnosis was established by clinical appearance, laboratory and histopathology examination.
Histopathology examination : Langerhans cell histiocytosis . He was treatment with prednisone 50 mg/ m2 daily than tapering off
for 2 weeks, cyclophospamide 200 /m2 once weekly, introduction phase was 8 weeks than continued with maintenance phase
until 6 months. Maintenance phase consisted of: prednisone 50 mg/m2 daily for a week every 1 month, Metotrexate 20 mg/m2
once weekly per oral, cyclophospamide 200 mg/m2 once weekly per oral.

Key words: Langerhans Cell Histiocytosis, Chemotherapy

INTRODUCTION spontaneous delivery and his birth weight was 3


The clinical presentation of Langerhans Cell kg. He had got immunization completely (BCG,
Histiocystosis is highly variable. Almost every DPT, Polio, measles). Growth and development
organ in the body can be effected. This case were normal.
repport is hoped to be able to contribute a more
detailed features about the prognosis and theraphy Physical examination on admission revealed:
of this disease. Furthermore, it also about General status
explained the importance of histophathology in Body weight : 9 kg
making the diagnosis. Pulse rate : 180x/m, RR: 28x/m
o
BT: 37,5 C
CASE REPORT Head and neck : conjunctiva: rather
AP, one year old boy, came to pediatric anemis, sclera: no icteric,
out patient clinic Dr.Soetomo Hospital, at May 6,
2005. Nose: no dyspnoe, lip : no cyanosis
He had main complain skin rash accompanied by Cor : S1-S2 reguler, murmur-,
fever. gallop-
Skin rash was seen one month before Pulmo : Vesiculer +/+, rh-/-, wh-
hospitalization, on his back, buttock, stomach, /-
both of palms and soles, and head. His abdomen Abdomen : Hepar: papable 5x5x4
was distended. There enlargement of lymphnodes BRCM (Below Right
back of ear and cervical since 2 weeks. Ten days Costal Margin)
before admission, he suffered from fever, cough, Lien : Schuffner IV, no
coryza and diarrhea. The stool and urine were tenderness
normal. He was brought to public health centre, Lymphnodes : Back of ear and cervical
but there was no improvement of the sign and were enlargement
symptoms, five days later his conditions became
decrease, he looked pale and weak, then he was
brought to Mojokerto hospital, He got transfusion Dermatological Status
because his hemoglobin was 7. There was no gum Regio head, neck, back, stomach, buttock, both of
bleeding nor epistaxis. His abdomen became palm and soles
bigger. There was no history of the same disease There were petechiae and yellow brown papules
on his family. He was born fully term with topped with scale and crust. The papules were

17
__________________________________________________________________Langerhans cell histiocytosis (Jimmy Hadi Widjaja)

coalesce to form an erythematous weeping Hb: 11,4 WB : 4900 Diffcount: 2/-


eruption mimicking seborrheic dermatitis. /1/37/58/2 RBC: 4.360.000 Platelets:
Regio Mouth 151.000
There was an ulcerative white plaques SGOT/ SGPT : 23/ 22 Albumin :
2,6
Assessment Globulin : 2,6
Suspect Langerhans Cell Histiocytosis BUN/ Creatinin : 96/1,0
Differential diagnose: Leukemia Bilirubin direct/ indirect: 2,8/ 5,7
Feses examination: Leuco/ ery/ ascaris/
Planning Diagnose: cysteamuba: -/-/-/- Amylum +
Blood, urine, LFT, RFT examination
Peripheral blood smear examination Result Radiology examination
Skin biopsy for Histopathology examination. Thorax: Bronchopneumonia
Bone marrow aspiration (BMA) Skull: within normal limit. There was no
Ro. Scull Anteroposterior and chest osteolytic lesions

Laboratory examination Result from Bone Marrow Aspiration: normal


marrow
Result Histopathology :

Proliferation of histiocytes with oval-nucleus and abundant foamy cytoplasm, eosinophyl, multinucleated
giant cells  Langerhans’ cell histiocytosis

FOLLOW UP Plateletes: 11.000, Blood culture: coccus


15/05/2005 gram negative and E.coli
S : Fever +, skin and eye looked yellowish, A : Langerhans cell histiocytosis
cough+, defecation: brown stool, P : Infus D5 ¼ NS 500 cc, Transfusion of
Urinate: like tea, discharge from right ear pack red cell 2x70cc (2 days) pre lasix 9
(brown, no smelt) mg IV and post Ca Gluconas 0,7 cc(
O : Look weak, BT: 38, RR: 40OC, PR: bolus ), Cefotaxim 3x 300 mg IV, O2
160x/m nasal, Imboost 1x1 cth
Sclera: icteric+/+, conjunctiva : : Consult to ENT department otitis
anemis+/+, Abdomen: Distended+, externa D/S  tampon burowi
ascites+ Burowi ear drop each 3 hour two days
Lab: Billirubin direct: 2,8, total: 5,7 mg/dl, later aff tampon : Tampon aff 
RBC: 4.300.000, WBC: 2500 otopain ear drop

18
__________________________________________________________________Langerhans cell histiocytosis (Jimmy Hadi Widjaja)

Paracetamol pro renata, Diet High kalori Lab: SGOT/SGPT: 16/36,


and protein. Billirubin direct/ indirect/tot:
17/05/2005 Vinblastine 2,6 mg in 200 1,0/4,8/5,8
cc D5 ¼ S Hb: 10,5, WBC 3500, Plateletes:
18/05/2005 Prednison tab 2-2-1 and 248.000
Metotrexate 8 mg IV, Leucovorin 6 mg IV P : Diet High calory and protein: 900
every six hour (for 3 days) cal sonde, D5 ¼ S 1000 cc,
19/05/2005  Cyclophosphamide 80 mg Prednison 2-2-1, Vinblastine 2,6
drip mg diluted with 250 cc NaCl 0,9
26/05/2005  Tranfusion Pack red cell % drip in 2 hour. Mycostatin oral
75 cc (2X) drop 2x 0,5 cc
Infus D5 ¼ NS 500 cc/24 hour,
3/06/2005 Clindamycin 4x50 mg,
S : Fever, nausea+, vomit+, skin Allopurinol 2x100 mg , multivit
rash more severe, cough + 1x1 tea spoon.Urdakalk 3x 80
O : Looked weak, BT: 38OC, RR: 4/06/05  metotrexate 8 mg
24x/m, Sclera icteric+ diluted with 20 cc NS IV.
: Abd: distended, Hepar II-IV, 5/06/05  Cyclophosphamide 8
Spleen S III mg drip in D5 ¼ NS 250 cc 20
gtt/m

Pictures:
The first time when he hospitalized to Dr Soetomo Hospital. There were petechiae and yellow- brown
papules top with scale and crust. Pictures of head the papules were coalesce to form an erythematous
weeping eruption mimicking seborrheic dermatitis.

19
_________________________________________________________________Langerhans Cell Histiocytosis(Jimmy Hadi Widjaja)

Almost every organ in the body can be affected.


DISCUSSION Prognosis and treatment depend on the number
Patient came to Dr. Soetomo Hospital with main of organ systems involved. Single bony lesions
complain “skin rash” on the head, neck, both of may resolve spontaneously or require only
palm and soles, and trunk. Another sign and curettage. Multi-organ diseases may require
symptom were found: fever, cough, diarrhea, chemotherapy, as in case.
otitis, anemia and hepatosplenomegaly.
Laboratory examinations revealed severe anemia. REFERENCES
These clinical symptoms and signs can be found Hurwitz S, 1993, Clinical Pediatric Dermatology,
in Leukemia or Histiocytosis. Bone marrow WB Sounders, Philadelphia, p68-77.
aspiration and skin biopsy had been done. The Juan Rosai, 2004, Surgical Pathology, Elsevier inc,
diagnoses was Langerhans Cell Histiocytosis. p1913-1915.
The clinical presentation of Langerhans cell Vinay Kumar, abul abbas, 2004, Pathologic Basis
histiocytosis is highly variable. Patients with acute of Disease, 7th edition, Elsevier Saunders,
disseminated LCH (multi-organ involvement) Philadelphia, p701-702.
present with fever; anemia; thrombocytopenia; Stacey E. mills, 2004, Diagnostic Surgical
pulmonary infiltrates; skin lesions; and Pathology, 4th edition, Lippincott William &
enlargement of the lymph nodes, the spleen, and Wilkins, Philadelphia, p308-309.
the liver.

20
____________________________________________________________________________Pengeruh uji invivo .... (Fadli Ama)

PENGARUH UJI INVIVO HIPERTERMIA TERHADAP DAYA PEMBANGKIT


GELOMBANG MIKRO 2450 MHz

THE EFFECT OF TEST HYPERTHERMIA INVIVO WITH MICROWAVE GENERATOR


POWER 2450 MHz

Fadli Ama

Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Surabaya 60225.


Email : fadliama@windowslive.com

ABSTRACT

Hyperthermia gives new hope for the patients and is offering faster responses, better cancer control, and fewer side
effects. The aim of this research is getting optimal temperature of hyperthermia and necrosis of tissue. This research method was
an experimental with mice as test of invivo experiment. At tail organ of mice was given treatment using prototype hyperthermia
microwave with the generator power was 750 watt. It was used for temperature treatment producting at 40 up to 50 centidegrees.
The conclusion of this research shows that the optimal of hyperthermia was gotten at temperature 43oC, and the necrosis of tissue
was happened at temperature 45oC and 50oC.

Key Words : Hyperthermia, Necrosis, Optimal.

ABSTRAK

Terapi hipertermia memberikan harapan baru pada penderita kanker atau tumor dan menawarkan respon yang lebih
cepat, pengontrolan kanker lebih baik dan sedikit efek samping. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan suhu optimal
hipertermia dan nekrosis jaringan. Metode penelitian ini adalah experimental dengan tikus sebagai uji percobaan invivo. Organ
ekor tikus diberikan paparan menggunakan prototipe hipertermia gelombang mikro dengan daya pembangkit adalah 750 watt. Hal
itu digunakan untuk menghasilkan paparan suhu 40 sampai 50 derajat celsius. Kesimpulan pada penelitian ini menunjukkan bahwa
optimal hipertermia diperoleh pada suhu 43 derajat celsius dan nekrosis jaringan terjadi pada suhu 45 dan 50 derajat celsius.

Kata Kunci : Hipertermia, Nekrosis, Optimal.

PENDAHULUAN Tujuan penelitian ini adalah untuk


Tujuan terapi dengan hipertermia adalah mendapatkan suhu optimal hipertermia dan
membangkitkan panas yang cukup untuk nekrosis jaringan ekor tikus mencit serta untuk
membunuh sel tumor. Tujuan tersebut akan menguji kinerja dari prototipe hipertermia
diperoleh bila telah dibuatkan suatu perangkat microwave.
hipertermia. Sedangkan pembuatan perangkat ini, Pada umumnya, sel jahat (kanker atau tumor)
didasarkan atas penemuan sebelumnya tentang lebih peka terhadap panas daripada sel normal
gelombang elektromagnetika dan pemahaman pada suhu di atas 40oC. Secara klinis hampir
tentang gelombang mikro. semua tumor yang tampak (dengan diameter
Penggunaan gelombang elektromagnetik sekitar 1 cm) mempunyai laju peredaran darah
gelombang pendek (27,33 MHz) dan Microwave kurang dari 1/5 laju jaringan normal bila dipanasi.
(2450 MHz) telah lama digunakan untuk Kepekaan termis dinyatakan dengan dosis
memanaskan jaringan yang letaknya di dalam DO hipertermia. Dosis ini sesuai dengan waktu
tubuh untuk tujuan pengobatan medis (Guy, yang diperlukan untuk mengamati penurunan
James, 1974, 2003). banyaknya sel yang tahan hidup dengan faktor е
Studi experimental dan studi klinis, atau rasio ketahanan 37% pada suhu tertentu yang
menunjukkan suatu respon fisiologis pada jaringan diberikan.
tubuh bila terjadi pemanasan jaringan pada suhu Sedangkan metode hipertermia dapat
yang berkisar 41o – 50o Celcius sehingga digolongkan menjadi dua, yaitu hipertermia total
diperlukan pengaturan temperatur yang tepat agar dan hipertermia lokal. Membangkitkan
didapatkan efisiensi terapi.. (Stewart, Song, 1978, hipertermia total berarti menaikkan kuantitas
1980) panas tubuh kemudian mempertahankan konstan
pada aras yang diinginkan dan mempengaruhi

21
____________________________________________________________________________Pengeruh uji invivo .... (Fadli Ama)

fungsi – fungsi fisiologis vital. Sementara itu,


reaksi hipertermia lokal adalah kecil dan timbul
secara lokal.
Teknik untuk memanasi jaringan biologis ini
dilakukan secara elektromagnetik – termik dengan
menggunakan gelombang elektromagnetik yang
terdiri atas tiga cara, yaitu kapasitif, induktif dan
radiatif. (Gambar 1.1)

Gambar 1.2 Struktur dasar magnetron


BAHAN DAN CARA
Metoda yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah eksperimental secara Invivo dan dilakukan
dengan binatang percobaan tikus mencit dengan
berat masing – masing (kontrol dan perlakuan)
Gambar 1.1 Teknik hipertermia adalah 30 gram.
Pemaparan hipertermia dilakukan terhadap
Prototipe hipertermia terdiri atas magnetron, 24 ekor tikus mencit dengan empat kelompok
pemandu gelombang dan aplikator. Magnetron suhu berbeda, yakni; 40oC, 43oC, 45oC, 50oC., yang
adalah tabung elektron bertipe diode yang terdiri difokuskan pada organ ekor dan 1 ekor tikus
atas anoda, katode/filamen, antena dan magnet mencit sebagai kontrol (tanpa perlakuan), untuk
berdaya tinggi yang digunakan untuk selanjutnya diamati secara mikroskopis dalam
menghasilkan energi 2450 MHz di daerah laboratorium Patologi Anatomi.. Sedangkan daya
frekuensi gelombang mikro. (Gambar 1.2) pembangkit gelombang mikro yang dipergunakan
Pemandu gelombang merupakan tabung dalam uji experimental ini adalah 750 watt.
logam yang berpenampang persegi dan berfungsi
untuk menghantarkan pancaran gelombang HASIL
elektromagnetik. Dan aplikator merupakan Hasil penelitian ini didasarkan pada hasil uji
rangkaian akhir dari pemandu gelombang, yang klinis yang dilakukan di Laboratorium Patologi
dipergunakan untuk mengarahkan energi dan Anatomi. Terdiri atas organ ekor kontrol,
gelombang mikro ke jaringan. serta jaringan ekor terpapar pada 40, 43, 45, dan
50 derajat celcius.

Lemak

Tulang dgn
Medulla Ossium

Otot Lurik

Corium

Syaraf

Otot Fragmented

Epidermis

Bulla

Gambar 3.1. Jaringan ekor mencit kontrol Gambar 3.2. Jaringan ekor mencit pada 40oC

22
____________________________________________________________________________Pengaruh Uji Invivo ...(Fadli Ama)

tulang, saraf masih sangat baik. Hal ini


menunjukkan bahwa suhu 43 derajat celcius
merupakan kelompok suhu yang optimal untuk
perlakuan hipertermia.
Pada kelompok suhu 45 dan 50 derajat
celcius, terjadi kerusakan jaringan yang sangat
berat pada ekor tikus mencit yang ditandai
dengan semakin hilangnya berkas dari otot, tulang
dan saraf oleh adanya keberadaan lemak.

KESIMPULAN
Gambar 3.3. Jaringan ekor mencit pada 43oC Prototipe Hipertermia Microwave mampu
membangkitkan panas mulai suhu 40oC, 43oC,
45oC, dan 50oC. Pada suhu 40oC dihasilkan efek
hipertermia yang minimal, pada suhu 43oC
dihasilkan efek hipertermia yang optimal, dan
pada suhu 45oC & 50oC dihasilkan efek nekrosis
jaringan ekor tikus yang sangat berat.

DAFTAR PUSTAKA
Bicher HI, Hetzel FW, Shandu TS, 1980, “Effects
of Hyperthermia on normal and tumor
micro envienment”, Radiology 137: 352.
Curtis C. Johnson, Arthur W. Guy, 1972,
Gambar 3.4 Jaringan ekor mencit pada 45oC “Nonionizing Electromagnetic Wave
Effects in Biological Materials and
Systems”, Proceeding of I.E.E.E. vol. 60, June
1972.
Dewey WC, Highfield, Freeman ML, 1979, “Cell
biology of hyperthermia and radiation”, In :
Okada S. 6th International congress Radiat
Research Tokyo pp 832.
Eddy H.A, 1980, “Alteration in tumor
microvasculature during hyperthermia”,
Radiology 137.515.
Guy A.W Lehman J.F., Stone bridge JB, 1974,
Gambar 3.5 Jaringan ekor mencit pada 5 ”Therapeutic Applications of
Electromagnetic Power”, Proceeding of
I.E.E.E. January 1974.
PEMBAHASAN
James R. Lepock, 2003, “Cellular effects of
Hasil uji klinis invivo menunjukkan bahwa
pada kontol diperoleh berkas jaringan (otot, hyperthermia : relevance to the minimum
dose for thermal damage”, Int. J.
tulang, syaraf, corium dan epidermis) yang sangat
Hyperthermia, pp 252-266.
jelas bila dibandingkan dengan kelompok
Stewart CA, Denekamp j, 1977, “Sensititaion of
perlakuan. Pada kelompok suhu 40 derajat celcius,
mouse skin to X irradiation by moderate
terjadi perubahan pada jaringan luar (epidermis)
heating”, Radiology 123.195.
dengan sedikit bulla dan batas berkas pada otot,
Song CW, 1978, “Effect of hyperthermia on
tulang, syaraf, corium masih sangat jelas.
vascular function of normal tissue and
Sedangkan pada kelompok suhu 43 derajat
celcius, berkas pada epidermis semakin hilang, experimental tumor”, J. Natl. Cancer Inst. 60:
711.
berkas corium sedikit jelas dan berkas pada otot,

23
____________________________________________________________________________Pengaruh Uji Invivo ...(Fadli Ama)

Song CW, Kang MS, Rhee JG, 1980, “Vascular


damage and delayed cell death in tumor
after hyperthermia”, Br.J. Cancer 41: 309.
Stewart CA, Denekamp J., 1978, “Therapeutic
advantage of combined heat and X ray on
mouse fibrosarcoma”, Br. J Radiology.
Vaupel P, Ostheimer K Muller Klieser W., 1980,
“Circulatory and metabolic responses of
malignant tumors during localized
hyperthermia”, J. Cancer Res Clin Oncol. 98
:15.
Webster John G, 1978, “Medical Instrumentation
Aplication & Desaign”, Houghton Mifflin
Company, Boston.

24
____________________________________________________________________________Pengaruh Uji Invivo ...(Fadli Ama)

25
____________________________________________________________________________Pengaruh Uji Invivo ...(Fadli Ama)

26
________________________________________________________________________Genetika kanker (Retno Dwi Wulandari)

GENETIKA KANKER

Retno Dwi Wulandari

Dosen Genetika Medik


Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Jln. Dukuh Kupang XXV/54 Surabaya 60225 ; Telp/Fax (031) 5670495
Email : unit_gen_uwks@telkom.net

ABSTRACT

The goal of this paper is to provide an introduction to genetic bases of cancers and the roles of various genes in the
development of cancer cells which will lead to better approaches for cancer diagnosis, treatment, and prevention. Cancers develop
due to alterations (mutations) in genes which characterized by uncontrolled cellular proliferation and capable of invading other
biological tissues, either direct growth in surrounding tissues (invading) or cells migration to more distant sites (metastasizing).
Genes involved in development of cancer are oncogenes, tumor suppressor genes and DNA repair genes. Certain cancers are
hereditary, and what can be inherited is an increased susceptibility to developing cancers. Cancers that arise because inherited
predisposition are called familial or hereditary cancers, whereas the more common cancers are sporadic or nonhereditary cancers.

Key word : cancer, oncogene, tumor suppressor gene, DNA repair gene

ABSTRAK
Tujuan tulisan ini adalah memberikan dasar-dasar genetika kanker dan peranan berbagai macam gen dalam perkembangan
sel-sel kanker yang pada akhirnya dapat memberikan pendekatan yang lebih baik dalam diagnosis kanker, pengobatan, dan
pencegahannya. Kanker disebabkan adanya perubahan (mutasi) pada gen yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak
terkendali dan mampu menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan
(invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Gen-gen yang terlibat dalam perkembangan kanker adalah
onkogen, gen supresor tumor (tumor suppressor genes) dan gen untuk perbaikan kerusakan DNA (DNA repair genes). Yang diwariskan
pada kanker adalah kepekaan untuk terkena kanker yang sama. Kanker semacam ini disebut kanker familial atau herediter,
sedangkan yang banyak ditemukan adalah kanker yang muncul secara sporadik atau nonherediter.

Kata kunci : kanker, onkogen, gen supresor tumor, gen untuk perbaikan kerusakan DNA

PENDAHULUAN Berbagai kemajuan telah dicapai dalam


Kanker (dalam bahasa Latin berarti beberapa dekade terakhir ini untuk mengetahui
kepiting) adalah salah satu penyakit yang dapat mekanisme seluler dan molekuler yang mendasari
mengakibatkan kematian pada penderitanya bila perkembangan suatu kanker. Penelitian pada sifat-
tidak diterapi. Diagnosis dan perawatan dini sifat sel kanker telah memperdalam pengetahuan
sangat penting, demikian pula identifikasi kita mengenai sel-sel normal. Demikian pula
penderita yang memiliki resiko tinggi untuk sebaliknya, makin berkembangnya pengetahuan
terkena kanker (neoplasma) sebelum tentang sifat sel-sel normal akan menambah
perkembangan kanker itu sendiri.(Nussbaum, wawasan kita mengenai sifat-sifat sel kanker.
McInnes, Willard, 2001) (Kleinsmith, L. J., 2006)
Statistik menunjukkan beberapa bentuk Tulisan ini bertujuan untuk memberikan
kanker dapat diderita oleh lebih dari sepertiga dasar-dasar genetika kanker, serta peranan
populasi dan merupakan penyebab lebih dari 20% berbagai macam gen dalam perkembangan sel-sel
kematian. (Nussbaum, McInnes, Willard, 2001). kanker, yang pada akhirnya dapat memberikan
Sepuluh juta kasus baru didiagnosis setiap pendekatan yang lebih baik dalam diagnosis
tahunnya di seluruh dunia. Jumlah ini diperkirakan kanker, pengobatan, dan pencegahannya.
akan meningkat menjadi 20 juta pada tahun 2020.
(Kleinsmith,L.J.,2006). Di Indonesia, menurut Apakah kanker itu ?
Menkes, jumlah penderita kanker mencapai 6% Kanker bukan kelainan tunggal, tetapi
dari populasi, namun, kecenderungannya terus merupakan suatu istilah untuk menggambarkan
meningkat seiring globalisasi, gaya hidup dan bentuk yang lebih ganas dari neoplasia, yaitu suatu
kualitas pelayanan kesehatan.(Siswono, 2005) proses penyakit yang memiliki karakterisasi

25
________________________________________________________________________Genetika kanker (Retno Dwi Wulandari)

proliferasi (pembelahan) yang tak terkontrol yang berfungsi dalam pertumbuhan dan pembelahan
menyebabkan terbentuknya suatu massa atau sel-sel normal. (Hunt, III, Jay D.Dr.)
tumor. Suatu neoplasia akan berubah menjadi Apabila proto-onkogen mengalami mutasi
kanker apabila bersifat maligna/ganas, artinya menjadi onkogen (berasal dari bahasa Yunani
pertumbuhannya tidak lagi terkendali dan tumor “Oncos” yang berarti tumor) yang bersifat
tumbuh langsung di jaringan didekatnya (invasi), karsinogen, akibatnya sel-sel mengalami
menyebar (metasatase) ke tempat yang lebih jauh, multiplikasi (penggandaan) secara berlebihan,
atau keduanya. (tumor yang tidak bermetastase karena gen-gen mutan ini tidak bereaksi terhadap
tidak dapat disebut kanker, tetapi disebut tumor sinyal pengatur pada sel ( cellular regulatory signals).
jinak) (Nussbaum, McInnes, Willard, 2001). (Kleinsmith, L.J.)
Neoplasia sendiri adalah akumulasi abnormal Aktivasi suatu proto-onkogen sehingga
dari sel-sel yang terjadi karena ketidakseimbangan mengeskpresikan potensi onkogen dapat melalui
antara pembelahan sel dan atrisi sel. Sel-sel 5 mekanisme : mutasi titik (point mutation) ;
membelah pada saat mitosis dan atrisi merupakan penggandaan kopi proto-onkogen normal dalam
kematian sel yang terprogram melalui proses suatu sel (gene amplification) ; translokasi kromosom
normal yang disebut apoptosis. (Nussbaum, ; pengaturan kembali DNA (DNA rearrangements) ;
McInnes, Willard, 2001) infeksi virus yang mengandung onkogen.
Kanker berkembang apabila gen-gen pada sel (Kleinsmith, L.J.) :
normal mengalami mutasi. Mutasi pada DNA
dapat terjadi karena berbagai sebab. Diperkirakan Mekanisme 1 : Mutasi Titik (point mutation)
sebanyak 80% penyebab kanker adalah faktor Perubahan 1 (satu) basa tunggal pada sekuen
lingkungan, terutama paparan bahan kimiawi nukleotida dari suatu gen normal dapat
tertentu pada tempat kerja, polusi lingkungan, menyebabkan gen tersebut berubah menjadi gen
merokok kretek, konsumsi alkohol berlebihan, yang menyebabkan kanker. Contoh dari mutasi
infeksi virus atau bakteri, radiasi matahari dan semacam ini adalah adanya perubahan 1 basa
radiasi ion, serta diet. (Hunt, III, Jay D.Dr.) tunggal pada proto-onkogen RAS yang
Terdapat tiga jenis kanker yaitu : (1). menyebabkan onkogen RAS menghasilkan
Sarcoma, dimana tumor berasal dari jaringan protein Ras abnormal dimana asam amino glycine
mesenkim, seperti tulang, otot atau jaringan ikat; berubah menjadi valine
(2). Carcinoma, yang berasal dari jaringan epithel,
seperti sel-sel yang melapisi bagian dalam usus, Mekanisme 2 : Penggandaan kopi proto-
atau bronchi dan (3). Keganasan pada limfoid onkogen (Gene Amplification)
(kelenjar getah bening) dan hematopoietic, seperti Melalui proses replikasi DNA pada regio
leukemia dan limfoma yang menyebar melalui tertentu pada suatu kromosom yang berlebihan,
sumsum tulang, sistem limfatik dan pembuluh akan dihasilkan puluhan atau ratusan, bahkan
darah tepi.(Nussbaum, McInnes, Willard, 2001) ribuan kopi DNA. Regio kromosom yang
Manusia memiliki sekitar 25.000 gen pada mengandung amplifikasi gen ini seringkali
tiap-tiap selnya, tetapi pada umumnya mutasi pada menunjukkan bentuk abnormal yang dapat
satu gen tidak akan berkembang menjadi kanker, dideteksi melalui mikroskop cahaya. Terdapat 2
kecuali apabila mutasi terjadi pada gen-gen macam abnormalitas karena proses ini, yaitu
tertentu yang dapat menimbulkan kanker. Gen- homogenously staining regions (HSRs) dan
gen tersebut dikelompokkan menjadi tiga (3) double minutes (DMs). HSRs adalah regio
kelompok, yaitu : (Strachan, T.) kromosom yang tidak menunjukkan pita-pita
berwarna gelap dan terang seperti pada kromosom
1. ONKOGEN normal, tetapi menunjukkan warna yang sama
Onkogen adalah bentuk mutan dari proto- (homogen). Sedangkan DMs adalah bentukan
onkogen (disebut juga gen-gen untuk mirip kromosom tetapi berukuran lebih kecil,
pertumbuhan/growth promoting genes). Pada berbentuk bulat/speris dan berpasangan. Ke dua
umumnya proto-onkogen mengkode protein macam kelainan kromosom ini merupakan regio
seluler yang merespon sinyal dari sel-sel lain dan dimana amplifikasi DNA menyebabkan
membawanya ke inti sel, untuk menstimulasi terbentuknya berpuluh-puluh sampai beratus-ratus
pertumbuhan. Dengan kata lain proto-onkogen kopi satu atau lebih gen-gen.

26
________________________________________________________________________Genetika kanker (Retno Dwi Wulandari)

Apabila suatu gen mengalami amplifikasi, mendapat sekuen nukleotida); transposisi


kopi-kopi gen tersebut akan mengalami ekspresi (perpindahan segmen DNA) dan inversi
secara berlebihan, sehingga jumlah protein total (patahnya segmen DNA yang diikuti pembalikan
yang dihasilkan juga lebih banyak. Sekuen 1800, kemudian segmen patahan tersebut melekat
nukleotida pada tiap-tiap kopi gen pada umumnya kembali).
normal. Berbeda dengan mutasi titik yang Sebagai contoh, mekanisme semacam ini dapat
menghasilkan protein abnormal, amplifikasi gen dideteksi pada hampir 50% tumor pada penderita
menghasilkan protein normal, tetapi dalam jumlah kanker thyroid.
yang berlebihan.
Contoh onkogen yang dihasilkan dari proses Mekanisme 5 : Infeksi Virus
amplifikasi semacam ini adalah kelompok gen Sekitar 15% kanker yang ditemukan di
MYC, yaitu : MYC, MYCL dan MYCN. seluruh dunia dipicu oleh infeksi virus, bakteri
Amplifikasi pada gen MYCN dapat dideteksi pada atau parasit. Contoh : infeksi virus Epstein-Barr
kanker payudara , ovarium dan serviks uteri. (EBV) menyebabkan kanker nasofaring; infeksi
virus hepatitis B (HBV) atau hepatitis C (HBC)
Mekanisme 3 : Translokasi Kromosom menyebabkan kanker pada liver.
Translokasi adalah patahnya segmen suatu Dikenal lebih dari 100 onkogen, dan tidak
kromosom yang diikuti pindah dan melekatnya diragukan lagi jumlahnya akan makin banyak di
segmen patahan tersebut ke kromosom lain. masa yang akan datang. Onkogen diklasifikasikan
Contohnya Kromosom Philadelphia yang menurut lokasinya pada sel dan fungsi
ditemukan pada 90% penderita chronic onkoprotein yang dihasilkannya, antara lain :
myelogenous leukemia. Kromosom Philadelphia (Mueller, R.F., Young, I.D., 2001)
dihasilkan dari tanslokasi antara kromosom nomer Faktor pertumbuhan (Growth factors) :
9 dan 22, dan mengakibatkan terbentuknya growth factor akan merangsang sel untuk membelah
onkogen yang mengandung bagian 2 (dua) gen dengan melekat pada reseptornya. Salah satu
normal yang berasal dari kromosom 9 (gen ABL) onkogen yang bertindak sebagai growth factor adalah
dan 22 (gen BCR). Gabungan gen ABL dan BCR onkogen v-sis.
pada kromosom nomer 22 bertindak sebagai Reseptor faktor pertumbuhan (Growth
onkogen yang mengkode protein abnormal yang factor receptors) : secara normal akan menjadi
dapat menyebabkan kanker. "on" atau "off" bagi “growth factors”. Apabila
Contoh lain adalah translokasi antara berada dalam keadaan "on", akan merangsang sel
kromosom nomer 8 dan 14 pada Burkitt’s untuk terus tumbuh. Sebaliknya apabila berada
lypmphoma, yang menyebabkan proto-onkogen dalam keadaan “off”, maka sel tidak tumbuh.
MYC berpindah dari kromosom 8 ke regio yang Mutasi-mutasi tertentu pada gen-gen yang
sangat aktif pada kromosom 14. Akibatnya menghasilkan reseptor ini menyebabkan reseptor-
protein Myc dihasilkan secara berlebihan yang reseptor selalu dalam keadaan “on”.
merangsang sel untuk berproliferasi. Sinyal transduser (Signal transducers) :
Kontribusi translokasi kromosom pada merupakan petanda jalur antara reseptor faktor
perkembangan suatu kanker dapat melalui 2 (dua) pertumbuhan (growth factor receptor) dan inti sel
mekanisme berbeda, yaitu : (1). gabungan dua gen dimana sinyal diterima. Petanda-petanda inipun
membentuk onkogen yang mengkode protein seperti juga growth factor receptors, dapat berada
gabungan atau (2). Aktifasi ekspresi suatu proto- dalam keadaan “on” atau “off”. Pada sel-sel
onkogen karena lokasinya dekat dengan gen yang kanker, sinyal transduser berada dalam keadaan
sangat aktif. “on”.
Faktor transkripsi (Transcription factors)
Mekanisme 4 : Pengaturan kembali DNA : di antara onkogen yang menghasilkan faktor
(DNA rearrangement) transkripsi yang umum ditemukan adalah onkogen
Pindahnya sekuen basa DNA pada regio tertentu yang mengkode faktor transkripsi Myc, yang
pada suatu kromosom dapat merubah struktur mengontrol ekspresi berbagai gen yang terlibat
atau mengganggu ekspresi proto-onkogen pada dalam proliferasi dan ketahanan hidup sel.
regio tersebut. Pengaturan kembali DNA meliputi Onkogen dalam sel bersifat dominan,
delesi (hilangnya segmen DNA); insersi (DNA sehingga mutasi pada satu kopi gen sudah dapat

27
________________________________________________________________________Genetika kanker (Retno Dwi Wulandari)

menyebabkan pertumbuhan sel ke arah keganasan selanjutnya. Mutasi pada p53 akan menyebabkan
(Vile, R.G.,1992) peningkatan resiko terjadinya kanker karena sel-sel
yang DNAnya mengalami kerusakan akan tetap
2. GEN SUPRESOR TUMOR (Tumor survive dan bereproduksi. Mutasi pada p53 tidak
Suppressor Genes) diwarisi, tetapi disebabkan paparan terhadap
Dahulu disebut sebagai anti-onkogen, radiasi dan bahan-bahan kimiawi. Sebagai contoh,
(Strachan, T.1992) merupakan gen-gen yang bahan kimia yang bersifat karsinogenik pada asap
apabila inaktif atau hilang dapat menyebabkan tembakau diketahui menjadi pemicu mutasi titik
kanker, suatu kondisi dimana terjadi peningkatan pada gen p53 pada paru-paru ; radiasi ultra violet
proliferasi sel dan penurunan tingkat kematian sel. dari sinar matahari menyebabkan mutasi gen p53
Penelitian oleh Harris, dkk pada akhir tahun 1960 pada sel-sel kulit. (Kleinsmith, L.J.,2006)
yang menggabungkan sel-sel maligna dan sel-sel Gen supresor tumor cenderung bersifat
normal menghasilkan sel-sel hibrid yang awalnya resesif, dimana kedua alel normal harus bermutasi
bersifat normal dan tidak menunjukkan sebelum pertumbuhan ke arah kanker dimulai.
pertumbuhan tumor. Hal ini menunjukkan bahwa Inaktifasi atau hilangnya gen supresor tumor
sel mengandung gen-gen yang dapat menekan dapat dijumpai di seluruh sel-sel tubuh termasuk
pertumbuhan tumor dan mengontrol pembelahan pada sel-sel germinal atau mungkin hanya
sel. (Kleinsmith, L.J.,2006) diketemukan pada sekelompok sel-sel somatik
Walaupun gabungan sel-sel kanker dan sel-sel saja. (Mueller R.F., Young, I.D.,2001)
normal menghasilkan sel-sel hibrid yang
kehilangan kemampuan untuk membentuk tumor, 3. GEN PERBAIKAN KERUSAKAN DNA
tidak berarti sel-sel ini normal. Apabila sel-sel (DNA repair genes)
hibrid ini dibiakkan dalam waktu yang lebih lama, Terdapat berbagai mekanisme seluler untuk
sel-sel ini akan menunjukkan keganasan. memperbaiki atau mentolerir kerusakan pada
Munculnya sifat-sifat maligna dihubungkan DNA. Mutasi pada gen-gen yang mengkode
dengan hilangnya kromosom tertentu yang protein untuk perbaikan kerusakan DNA
diperkirakan mengandung gen-gen yang dapat merupakan predisposisi terjadinya keganasan.
menekan pertumbuhan tumor. Dari observasi Pada tingkat seluler, seringkali ditandai dengan
akhirnya disimpulkan, gen-gen tersebut adalah gen makin meningkatnya frekuensi aberasi/kelainan
supresor tumor (tumor suprpressor genes). kromosom dan hipersensitivitas terhadap sinar u.v
(Kleinsmith, L.J.,2006) dan/atau radiasi ion. (Strachan, T.,1992)
Gen supresor tumor yang pertama kali Sistem perbaikan DNA penting untuk
diidentifikasi adalah gen RB1, dimana hilangnya mempertahankan integritas genom, sehingga
gen ini menyebabkan kanker mata pada anak, ketidakteraturan (disregulation) gen-gen perbaikan
retinoblastoma. (Mueller R.F., Young, I.D.,2001) DNA akan menyebabkan pengaruh buruk pada
Sejak penemuan gen RB pada pertengahan kesehatan, termasuk peningkatan prevalensi cacat
tahun 1980, puluhan gen supresor tumor telah lahir, memperbesar resiko kanker dan
diidentifikasi, termasuk didalamnya BRCA1, mempercepat proses penuaan. Saat ini telah
BRCA2, dan p53. Salah satu yang terpenting diidentifikasi sebanyak 125 gen untuk perbaikan
adalah gen p53 (pada manusia disebut TP53, DNA, demikian pula telah diketahui urutan
terletak pada kromosom 17p13.1 Neville, P.J., et cDNAnya. Gen-gen ini berfungsi untuk
al), yang menghasilkan protein p53. Separuh dari mengenali dan membuang DNA yang rusak, serta
hampir sepuluh juta penderita yang didiagnosa proteksi terhadap kesalahan yang terjadi selama
menderita kanker tiap tahunnya di seluruh dunia replikasi DNA atau perbaikan DNA.( Glickman
menunjukkan adanya mutasi pada gen p53. Ronen A)
(Kleinsmith, L.J.,2006)
Protein p53 disebut “penjaga genom”, karena Sitogenetika kanker
memiliki peran sentral dalam menjaga sel-sel dari Perubahan sitogenetik merupakan pertanda
pengaruh kerusakan DNA. Sebagai respon kanker, terutama kanker pada tahap lanjut yang
terhadap kerusakan DNA, protein p53 akan lebih ganas atau pada tahap invasif pada
mencegah sel-sel untuk berproliferasi sehingga perkembangan kanker. Perubahan sitogenetik ini
kerusakan tidak akan diwariskan ke generasi menunjukkan adanya elemen penting pada

28
________________________________________________________________________Genetika kanker (Retno Dwi Wulandari)

perkembangan kanker yang mencakup defek pada dengan familial form menderita tumor pada kedua
gen-gen yang terlibat dalam menjaga kestabilan belah matanya, sedangkan pada penderita dengan
dan integritas kromosom dan menjamin retinoblastoma sporadic hanya menunjukkan tumor
pembelahan pada mitosis terjadi secara akurat. tunggal.(Kleinsmith, L.J.,2006)
(Nussbaum, McInnes, Willard, 2001)
Pada awalnya, penelitian sitogenetik pada Mutasi pada gen BRCA1 dan BRCA2
perkembangan tumor terutama dilakukan pada dihubungkan dengan resiko terkena kanker
leukemia, karena sel-sel tumornya mudah dikultur payudara dan ovarium yang diwarisi. Statistik
dan diketahui karyotipnya dengan menggunakan menunjukkan 1 di antara 8 wanita di Amerika
metode standard. Metoda lain yang digunakan Serikat akan menderita kanker payudara. Resiko
oleh para ahli sitogenetika kanker untuk terkena kanker payudara dua kali lipat lebih besar
mengetahui adanya mutasi genom atau kromosom pada wanita yang memiliki hubungan darah dekat
pada jaringan tumor tanpa harus melakukan dengan penderita (ibu, saudara, atau anak). Resiko
karyotyping adalah Comparative Genome juga meningkat apabila terdapat sejarah adanya
Hybridization (CGH). Atau Spectral karyotyping kanker payudara pada anggota keluarga, semisal
yang dapat mengetahui adanya abnormalitas lebih bibi atau nenek dari pihak ibu ataupun
baik dibanding karyotyping / identifikasi ayah.(Kleinsmith, L.J.,2006)
kromosom dengan teknik banding. Meskipun Sekitar 10% kasus kanker payudara
semua kanker menunjukkan adanya abnormalitas, disebabkan oleh pewarisan mutasi pada gen
tetapi pada beberapa contoh tumor, tidak selalu BRCA1 dan BRCA2 (BRCA merupakan singkatan
ditemukan abnormalitas ini. Beberapa perubahan dari BReast CAncer). Kerusakan pada gen-gen ini
hanya ditemukan pada kanker metastase tetapi bertanggungjawab untuk familial breast cancer,
tidak ditemukan pada tumor primernya. dengan karakter onset kelainan pada usia muda
(Nussbaum, McInnes, Willard, 2001) dan, pada beberapa kasus, kanker menimpa dua
payudara atau satu payudara dan ovarium
Kanker dan Hereditas sekaligus pada satu individu. Yang menarik adalah
Tiap-tiap orang memiliki kemungkinan yang wanita-wanita yang lahir setelah tahun 1940
berbeda untuk terkena kanker karena faktor dengan mutasi pada gen BRCA1 atau BRCA2
herediter membuat sebagian orang lebih rentan memiliki resiko yang lebih tinggi untuk terkena
daripada yang lain. 80-90% resiko terkena kanker kanker payudara dibanding wanita dengan mutasi
pada keseluruhan populasi berasal dari faktor yang sama yang lahir sebelum tahun 1940. Hal ini
lingkungan dan gaya hidup (lifestyle), sedang 10% - menunjukkan adanya faktor non genetik yang
20% sisanya merupakan faktor herediter. mempengaruhi resiko terkena kanker payudara,
Meskipun faktor herediter penyebab kanker ini bahkan pada individu yang mewarisi resiko tinggi
hanya kecil, tidak berarti merupakan faktor minor untuk terkena kanker. (Kleinsmith, L.J.,2006)
untuk tiap individu. Beberapa individu mewarisi Proyek pemetaan genom manusia (“Human
mutasi gen yang dapat meningkatkan faktor resiko Genom Project”) yang dimulai tahun 1990
untuk terkena kanker, bahkan hingga 100%, bertujuan untuk memetakan lokasi seluruh gen-
artinya individu dengan mutasi semacam ini pasti gen pada kromosom dari sel. Pencapaian
akan terkena kanker.(Kleinsmith, L.J.,2006) monumental ini memberikan kepada ilmuwan-
Meskipun beberapa kanker diwariskan, tidak ilmuwan bangunan dasar untuk menentukan
berarti seseorang akan mewarisi kanker dari orang bagaimana terjadinya suatu penyakit seperti
tuanya. Yang sebetulnya diwarisi adalah kanker, bagaimana pengobatannya dan pada
peningkatan kerentanan untuk terkena kanker. akhirnya dapat diketahui cara-cara pencegahannya.
Kanker yang diderita karena adanya faktor (http://www.stjosephsatlanta.org/HealthLibrary/
predisposisi yang diwarisi ini disebut familial cancers content.aspx?pageid=P07243)
atau hereditary cancers, sedangkan kanker yang lebih
umum ditemukan, tidak menunjukkan pola
pewarisan yang jelas disebut sporadic cancers atau DAFTAR` PUSTAKA
nonhereditary cancers. Pada beberapa kasus langka Anonymous. Description of Genetics. Saint Joseph's
seperti retinoblastoma, 40% nya merupakan Hospital, Atlanta. dalam http://www.stjosephs
familial cancer dan sisanya sporadic. Anak-anak atlanta.org/HealthLibrary/content.aspx?pageid=

29
________________________________________________________________________Genetika kanker (Retno Dwi Wulandari)

P07243. (tanggal akses 12 Mei 2007 pukul edited by Cowell, J.K. ,2nd ed. Academic
19.25) Press New York
Glickman Ronen A. Human DNA repair genes. Nussbaum, R.L., McInnes, R.R., Willard, H.F.,
Environ Mol Mutagen. 2001;37(3):241-83. 2001. Thompson and Thompson Genetics
dalam http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ . in Medicine 6th ed., WB Saunders
Hunt, III, Jay D. Ph.D. An Introduction to Company, Philadelphia
Cancer. dalam Siswono. 29 Maret 2005. Penderita Kanker Terus
http://www.medschool.lsuhsc.edu/ Meningkat, Indonesia Kekurangan Dokter
genetics_center/louisiana/article_cancer.ht Bedah Onkologi. dalam www.gizi.net/cgi-
m. (tanggal akses 13 Mei 2007 pukul 20.59) bin/berita/fullnews.cgi?newsid1111986431,
Kleinsmith, L.J., 2006. Principles of Cancer 81378 (tanggal akses 19 Agustus 2007 pukul
Biology. Pearson International Edition, San 19.47)
Francisco. Strachan, T.1992. The Human Genome.BIOS
Mueller, R.F., Young, I.D., 2001. Emery’s Scientific Publishers Limited
Elements of Medical Genetics. 11th edition, Vile, R.G. 1992. Tumour Suprressor Genes and
Churchill Livingsone Cancer – the Missing Link?, Introduction to
Neville, P.J., Morland, S.J., Vaziri, S and Casey, G. the Molecular Genetics of Cancer, edited by
2001. The genetics of breast and ovarian Vile, R.G. John Wiley & Sons. Chichester
cancer, Molecular Genetics of Cancer, New York.

30
____________________________________________________________Kriopreservasi dalam teknologi...(Harry Kurniawan Gondo)

KRIOPRESERVASI DALAM TEKNOLOGI REPRODUKSI BANTUAN (TRB)

Harry Kurniawan Gondo

Program Pendidikan Dokter Spesialis I


Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Udayana, Denpasar

ABSTRAK

Tujuan artikel tinjauan pustaka mengenai kriopreservasi dalam teknologi reproduksi bantuan ini adalah untuk memperkaya
khasanah pengetahuan teknologi reproduksi yang dewasa ini terus berkembang, disamping juga untuk membuka diskusi melalui
media ini sehingga memperoleh pengayaan materi tentang teknologi reproduksi.
Bahan dan cara penulisan artikel adalah dengan mengumpulkan berbagai referensi yang berhubungan dengan Teknologi
Reproduski Bantuan (TRB), terutama mengenai kriopreservasi dalam penyimpanan gamet, kemudian di telaah dan kemudian
ditulis kembali dengan tujuan memberikan tinjauan pustaka ilmiah dalam ilmu kedokteran.
Dari hasil kajian pustaka tersebut dapat disimpulkan bahwa penyimpanan embrio dalam bentuk beku sebagai salah satu bank
genetika merupakan upaya penyimpanan embrio yang aman untuk bisa dimanfaatkan dimasa datang atau untuk keperluan
mendadak. Hal ini sangat diperlukan mengingat bahwa gamet mempunyai daya tahan hidup yang relatif singkat.

Kata Kunci : TRB (Teknologi Reproduksi Bantuan), Kriopreservasi, Gamet

ABSTRACT

The aim of writing of this article is to give an evaluation concerning cryptopreservatin Assited Technology Reproduction
(ART), and opening discussions on this media to enrich the science about reproduction technology.
The materials of this article were optained by collecting various references related to, especially Assited Technology
Reproduction (ART) regarding cryopreservasion in gamet, then in study and later then rewritten with a purpose to give erudite
book evaluation in medical science
From this reference study we get a conclusion that depository of embryo in the form of frost as one of the bank of genetika
represent depository effort peaceful embryo to be able to exploited a period of/to coming or for is sudden. This matter very
needed to see that gamet have life endurance which relative shorten.

Key Words : ART (Assited Reproduction Techique), Cryopreservation, Gamet

PENDAHULUAN fertilisasi (tahap 2PN) maupun pembekuan


Teknologi kriopreservasi oosit, sperma dan embrio tahap pembelahan (cleavage) dan blastosis
embrio banyak dikembangkan pada berbagai menjadi solusi untuk dilakukan transfer embrio
spesies hewan dan manusia bersamaan dengan dimasa datang pada kondisi yang lebih baik.
kemajuan pesat teknologi produksi embrio baik Sampai saat ini teknologi pembekuan embrio telah
secara in vivo maupun in vitro. Walaupun viabilitas menjadi program rutin pada banyak klinik
sperma, oosit dan embrio segar lebih baik infertilitas untuk kepentingan transfer embrio
daripada setelah pembekuan, namun teknologi ini dikemudian hari tanpa menimbulkan pengaruh
berkembang pesat untuk menangani ketersediaan negatif terhadap bayi yang dilahirkan. (Siristatidis,
gamet (sperma dan oosit) pada saat in vitro 2008)
fertilisasi serta kelebihan embrio hasil produksi in Penyimpanan embrio dalam bentuk beku
vivo maupun in vitro. Teknologi ini memungkinkan sebagai salah satu bank genetika merupakan upaya
penyimpanan oosit dalam jangka waktu yang penyimpanan embrio yang aman untuk bisa
relatif lama sehingga bisa dimanfaatkan dalam dimanfaatkan dimasa datang atau untuk keperluan
kondisi tertentu. (Marcelle, 2005; Decherney et al., mendadak. Hal ini sangat diperlukan mengingat
1997) bahwa gamet mempunyai daya tahan hidup yang
Pada program ART (Assisted Reproduction relatif singkat.
Technique), pasien dengan kondisi Policystic Ovary Solusi untuk masalah ini adalah pengawetan
(PCO) dimana tidak memungkinkan dilakukan gamet wanita dalam suhu dingin. Sterilitas
transfer embrio (TE) pada siklus yang sedang iatrogenik yang timbul setelah pemberian
berjalan, maka strategi pembekuan oosit setelah kemoterapi atau radioterapi pada kondisi

31
____________________________________________________________Kriopreservasi dalam teknologi...(Harry Kurniawan Gondo)

neoplasma dapat dihindari dengan pengawetan diantara -5ºC sampai -15ºC, pembentukan es
dari oosit, sama seperti penyimpanan sperma pertama kali diinduksi oleh media ekstraseluler
dalam suhu dingin. Hal ini disebabkan karena sebagai proses yang dinamakan dengan seeding.
gambaran biologis dari oosit, dan telah muncul Saat suhu menurun, maka jumlah es akan
sejumlah pertanyaan mengenai induksi dari meningkat dan terlarut pada media ekstraseluler.
aneuploidy setelah gamet terpapar dengan Hasilnya adalah pembentukan gradien osmotik.
cryoprotectant dan pembekuan serta proses Sebagai hasil dari gradien ini, air akan tertarik dari
pencairan. Oosit, faktanya, dihambat saat ovulasi sitoplasma ke media ekstraseluler, dan sel akan
pada metafase dari pembelahan meiosis kedua, menjadi lebih kecil. Apabila proses ini berjalan
dimana 23 kromosom dikromatid terikat dengan cukup lambat, maka aliran air keluar dari sel akan
mikrotubulus dari benang meiosis. Pada fase ini, menurunkan kemungkinan nukleasi es dalam sel,
dimana oosit amat peka terhadap perubahan suhu pada suhu sekitar -15ºC. Untuk sel dengan rasio
dan akhirnya mengalami depolimerisasi dari surface atau volume yang rendah, seperti gamet,
benang mikrotubulus yang disebabkan karena diperlukan suhu pembekuan yang rendah agar
cryoprotectant atau es kristal yang terbentuk selama didapatkan aliran air yang cukup untuk mengalir
proses pembekuan dan pencairan, pemisahan keluar dari sel. Dengan cara seperti ini, kristal es
normal dari kromatid pada saat fertilisasi dapat intraseluler yang terbentuk akan menjadi cukup
mengalami kerusakan, maka dari itu menyebabkan sedikit untuk menimbulkan kerusakan pada
aneuploidy setelah pengeluaran dari badan polar komponen intraseluler. Perlu ditekankan,
kedua. (Pandian Z, 2008) bagaimanapun juga, bahwa peningkatan angka
pembekuan akan menurunkan survival rate dari
semua jenis sel.
METODE KRIOPRESERVASI Angka pembekuan yang optimal bergantung
Terdapat lima langkah penting pada prosedur pada banyak variabel : komponen air sitosolik,
penyimpanan dengan suhu dingin ini : (D’Angelo, perubahan permeabilitas membran, permukaan
2008; Porcu, 2001; Sperof, 2005) membran, dan suhu. Komponen air intraseluler,
1. Paparan awal dengan cryoprotectant, bahan yang disamping menimbulkan kerusakan mekanik pada
digunakan untuk mengurangi kerusakan saat pembekuan, juga akan menyebabkan
seluler yang disebabkan karena kristalisasi air. kerusakan bahan pada saat pencairan kembali,
2. Mendinginkan suhu sampai dibawah 0ºC. sebagai akibat dari peningkatan volume selama
3. Penyimpanan proses ini berlangsung. Apabila proses pencairan
4. Pencairan kembali berlangsung lambat, maka survival rate akan
5. Dilusi dan menyingkirkan cryoprotectan, menurun karena kristal yang terbentuk pada
mengembalikan fisiologi dari microenvironment, sitosol akan memiliki waktu yang cukup untuk
sehingga membuat oosit ini mampu berkembang, dan maka dari itu akan
dikembangkan lebih jauh. menimbulkan kerusakan pada struktur intraseluler.
Momen paling kritis untuk mempertahankan Rekristalisasi dan shok osmotik, yang terjadi
kehidupan seluler adalah pada fase awal dari selama proses pencairan dari oosit yang beku,
pembekuan dengan suhu yang sangat rendah dan akan menurunkan suvival rate secara efektif.
pengembalian akhir ke kondisi fisiologis awal. Rekristalisasi adalah proses dimana air
Apabila suhu rendah yang cukup telah dicapai kembali masuk ke dalam sel menjadi keadaan yang
(normalnya -196ºC, suhu dari nitrogen cair), padat disekitar kristal es yang telah terbentuk
penyimpanan, bahkan untuk periode waktu yang sebelumnya pada sitosol. Ketika suhu meningkat
cukup lama, tidak akan memberikan pengaruh menjadi -40ºC, beberapa molekul air akan kembali
apapun pada survival rate dari oosit tersebut. pada sepanjang jalur yang dilalui selama proses
Pada suhu ini, faktanya, tidak tersedia cukup pembekuan, maka dari itu molekul air akan
energi untuk kebanyakan reaksi fisiologis dan kembali ke sitosol dan membentuk kembali ikatan
molekul air akan terbentuk dalam struktur kristal. hidrogen dengan kristal es yang telah ada dan
Kerusakan dari DNA yang disebabkan karena meningkatkan dimensi sel secara bermakna. Baik
radiasi kosmik merupakan satu-satunya kerusakan proses pencairan maupun proses pembekuan
gamet dan embrio yang disimpan pada suhu kemungkinan akan mempengaruhi berulangnya
demikian. Ketika oosit didinginkan pada suhu fenomena ini. Dehidrasi sel kemungkinan tidak

32
____________________________________________________________Kriopreservasi dalam teknologi...(Harry Kurniawan Gondo)

memadai setelah pembekuan cepat, menimbulkan polyethlene glycol, dan telah berhasil digunakan
pembentukan masa intraseluler yang besar apabila untuk vetrification dari embrio murine. Hasil yang
proses pencairan berlangsung sangat lambat. bervariasi telah didapatkan dari pengawetan oosit
Pembentukan es intraseluler dapat dicegah apabila murine pada suhu dingin dengan menggunakan
pencairan cepat terjadi di inti nukleasi dari es. campuran ini, dengan malformasi fetus telah
Shock osmotik kemungkinan diperlukan selama dilaporkan setelah terpapar dengan solusi
proses pencairan cepat. Faktanya, apabila vetrification dengan atau tanpa pendinginan. Oosit
cryoprotectant yang diletakkan sebelumnya pada sel manusia terpapar dengan VS1 untuk periode
tidak berdifusi cukup cepat untuk mencegah waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan
masuknya air, maka oosit akan membengkak dan yang digunakan untuk penelitian embrio yang
akhirnya pecah. Pada fase ini, dua kebutuhan yang sebenarnya dan sukrosa digunakan untuk
saling berlawanan harus dihadapi : pada satu sisi, membantu agar bahan cryoprotectant dapat berdilusi.
waktu kontak antara sel dengan bahan cryoprotectant Hendaknya dicatat bahwa komponen acetamide
pada suhu kamar harus dikurangi sampai tingkat dari VS1 merupakan bahan karsinogen bagi
yang paling minimal karena cryoprotectant akan manusia.
memicu sitotoksik yang bergantung pada suhu; Walaupun semua kelahiran hidup yang
pada sisi lainnya, proses dilusi dari cryoprotectant dicapai saat ini menggunakan Me2SO sebagai
pada sitosol harus dikerjakan dengan amat lambat bahan cryoprotectant, namun perhatian beralih pada
untuk mencegah reduksi osmotik ekstraseluler metode pendinginan lambat dalam PrOH yang
yang berlebihan, yang akan menyebabkan mengikuti penggunaan PrOH untuk pembekuan
masuknya air dalam jumlah besar ke dalam sel embrio. (Bessenlink DE et all., 2008)
yang akan mengakibatkan lisisnya sel. (Rao, 2001)
Keberhasilan proses pembekuan PENYIMPANAN OOSIT IMMATURE
tergantung dari jenis embrio melalui upaya DENGAN SUHU DINGIN
pemilihan media pembekuan (krioprotektan) yang Masalah utama dari pengawetan oosit matur
tepat, pengaturan suhu baik saat pendinginan pada suhu dingin berasal dari sensitifitas
(cooling), penyimpanan (storage), dan pencairan gelendong mikrotubuler terhadap suhu dingin dan
(warming) dan manipulasi embrio sebagai upaya bahan cryoprotectant, satu cara untuk mengatasi
pengeluaran air sebanyak mungkin dari dalam masalah ini adalah dengan menyimpan oosit
embrio untuk menghindari terbentuknya kristal es. immatur pada stadium germinal vesikel dimana
(Porcu, 2001) tidak dijumpai adanya gelendong mikrotubuler.
Penggunaan oosit immatur juga berarti bahwa
VARIASI TEKNIK KRIOPRESERVASI pasien akan menerima rangsangan hormonal yang
Banyak tehnik pengawetan suhu dingin yang lebih sedikit untuk menghasilkan oosit atau oosit
telah diterapkan pada oosit manusia. Penggunaan mungkin akan dihasilkan tanpa rangsangan
gliserol, yang secara umum dianggap kurang apapun. Oosit immatur yang mampu melakukan
toksik daripada bahan cryoprotectant. Peranan dari pembelahan meiosis dapat diperoleh transvaginal,
equilibration oosit baik pada Me2SO (15 oosit) atau walaupun prosedur ini memerlukan modifikasi
gliserol (13 oosit) telah dibandingkan. Setelah dari tehnik pengambilan oosit matur.
diawetkan dengan suhu dingin, oosit kemudian di- Penyimpanan oosit manusia yang immatur
inseminasi-kan, namun hanya ada satu oosit yang pada suhu dingin dari pasien yang mendapat
membelah menjadi stadium dua sel setelah rangsangan hormonal telah menghasilkan
diawetkan dengan suhu dingin pada Me2SO dan pemulihan dan pematangan menjadi metafase II.
tidak ditemukan pembelahan pada oosit yang Oosit manusia yang immatur yang diperoleh dari
diawetkan pada suhu dingin dengan gliserol atau ovarium yang tidak dirangsang yang didinginkan
yang terpapar dengan gliserol tanpa pendinginan. secara cepat dengan 3.5 mol/l Me2SO ditambah
(D’ Angelo et al., 2008; Boediono, 2007) dengan 0.5 mol/l sukrosa ditemukan mampu
Pembuahan dari oosit segar didapatkan untuk mengalami kematangan meiosis setelah
setelah pendinginan lambat pada Me2SO dan pencairan namun dijumpai adanya kondensasi
vetrification selanjutnya yang dinamakan dengan kromosom prematur dan sebagian pada hampir
solusi VS1, yang mengandung 2.62 mol/l Me2SO, setengah dari oosit yang ditangani dimana
2.62 mol/l acetamide, 1.3 mol/l PrOH, dan 6%

33
____________________________________________________________Kriopreservasi dalam teknologi...(Harry Kurniawan Gondo)

fenomena demikian tidak pernah dijumpai pada tua, dikultur terlebih dahulu secara in vitro
oosit murine. sebelum dibekukan, yang menghasilkan
Kerugian dari pembekuan oosit immatur penurunan fertilisasi, dan peningkatan fertilisasi
pada suhu dingin termasuk masih diperlukan anomalous dan polyploidy. Semua kehamilan yang
prosedur pematangan tambahan. Walaupun didapatkan dari oosit yang dibekukan berasal dari
pematangan oosit invitro seringkali berhasil pada oosit metafase II. Faktanya, oosit yang matur pada
beberapa spesies binatang, namun tidak demikian saat diambil memiliki survival dan fertilisasi rate
halnya pada oosit manusia. Sejauh ini hanya yang lebih tinggi. Penyimpanan oosit dengan suhu
sedikit kehamilan yang berhasil dicapai yang dingin pada profase I dianggap sebagai
berasal dari oosit immatur. Disamping itu pendekatan alternatif yang lain dalam usaha untuk
immatur oosit harus disimpan bersama dengan sel menyimpan gamet wanita. Pada oosit ini, meiosis
kumulus yang intak karena sel ini sangat ditahan, dan kromosom berada di dalam nukleus,
diperlukan agar pematangan bisa terjadi, pada tidak berjajar di sepanjang spindle. Lebih jauh,
kasus yang demikian protokol penyimpanan pada pada stadium ini, sel berukuran kecil dan tidak
suhu dingin nampaknya perlu dilakukan berdeferensiasi, kurang akan zona pellucida, dan
kompromi antara protokol terbaik untuk oosit dan relatif diam dari metabolisme. (Boediono et al.,
untuk sel kumulus. (D’Angelo et al., 2008) 2007)
Pada pasien yang ingin mempertahankan
VARIABEL YANG TERKAIT DENGAN potensi reproduksinya walaupun sedang menjalani
OOSIT kemoterapi atau radioterapi atau telah menjalani
Ukuran dari oosit mempengaruhi survival ovariektomi, mungkin akan mendapat keuntungan
rate secara keseluruhan, kemungkinan pemben- dari tehnik ini dikombinasi dengan IVF. Tehnik
tukan es intraseluler juga akan bergantung pada pembekuan yang baru untuk menyimpan lapisan
ukuran oosit ini. Sperma manusia merupakan tipis dari parenkim ovarium, kortek ovarium kaya
contoh yang baik untuk menjelaskan peranan akan folikel pada berbagai macam tingkatan
volume sitoplasmik terhadap survival rate pada kematangan, khususnya folikel primordial. Telah
penyimpanan dengan suhu dingin ini; gamet laki- menjadi mungkin untuk menyimpan lapisan dari
laki berukuran 180 kali lebih kecil daripada gamet kortek ovarium untuk periode yang bervariasi dari
wanita, dan survival ratenya jauh lebih tinggi. 24 jam sampai lima minggu dengan menggunakan
(Anwar et al., 2002) dua protokol pembekuan yang berbeda (DMSO
Kualitas oosit yang optimal sangat penting 1,5 M+ PROH 1,5 M+ Sukrose 0,1M). Air
untuk menjamin survival rate selama proses dengan suhu 37ºC digunakan pada kedua kasus
pembekuan. Seringkali, sejumlah oosit dengan segera menyelesaikan proses pencairan. Tehnik
kualitas yang rendah dibekukan sehingga penyimpanan dengan suhu dingin dan
memberikan hasil yang rendah pada survival rate. transplantasi ini masih diperlukan, hasil yang
Beberapa peneliti berdebat mengenai perlu atau didapatkan cukup memuaskan, dan penyimpanan
tidaknya mempertahankan kumulus ooporus jaringan ovarium disarankan sebagai metode yang
untuk meningkatkan survival rate. Tidak adanya berlaku untuk mempertahankan fertilitas pada
kumulus ooporus ini akan memudahkan penetrasi kasus tertentu. Apabila autograft ortotopik cukup
dari bahan cryoprotectant untuk masuk ke dalam memadai untuk menciptakan sebuah siklus
sitoplasma. Pentingnya kumulus yang akan menstruasi ovulatori, maka kebutuhan akan
meningkatkan seluler survival pada akhir dari induksi ovulasi dan fertilisasi in vitro akan tidak
proses penyimpanan dengan suhu dingin. dibutuhkan lagi. Pasien anak-anak juga akan
Keberadaan kumulus akan berfungsi sebagai diuntungkan dengan metode ini. Faktanya,
lapisan pelindung terhadap perubahan osmotik kebanyakan folikel primordial dan keadaan
dan stres yang tiba-tiba yang diakibatkan karena ovarium yang relatif stabil pada masa prepubertas
perubahan konsentrasi dan dilusi dari cryoprotectant akan meningkatkan peluang keberhasilan, dan
selama proses equilibrum dan pemindahan setelah pada beberapa kasus, penyimpanan jaringan
proses pencairan. Semua oosit hendaknya ovarium merupakan pilihan untuk
dibekukan segera setelah dipanen, antara 38 mempertahankan fertilitas yang telah ada.
sampai 40 jam setelah munculnya human (Darmasetiawan MS et al., 2006)
chorionic gonadotrophin (hCG). Oosit yang lebih

34
____________________________________________________________Kriopreservasi dalam teknologi...(Harry Kurniawan Gondo)

VARIABEL TEKNIK 1,2 Propanediol (PROH)


Krioprotektan PROH telah digunakan pada sebagian besar
Cryoprotectant adalah bahan yang memiliki penyimpanan blastosit dan pre-embrio dengan
komposisi bahan kimia yang berbeda. Mereka suhu dingin baik pada manusia maupun spesies
memiliki kelarutan air yang cukup tinggi yang lainnya. Pada kombinasi dengan agen lainnya yang
dikaitkan dengan toksisitas, yang proporsional menurunkan toksisitas dan kekuatan osmotik,
secara langsung dengan konsentrasi dan suhu. PROH nampaknya memiliki oosit survival rate
Peranan ini adalah untuk melindungi sel dari yang lebih baik setelah pencairan, karakteristik ini
kerusakan, yang dikenal dengan “cold shock”, yang kemungkinan disebabkan karena fakta bahwa
mungkin terjadi selama proses pembekuan, PROH dapat menembus oolema lebih cepat;
penyimpanan, dan pencairan kembali. disamping itu juga lebih larut air dan kurang
Cryoprotectant dibagi menjadi 2 katagori menurut toksik.
kemampuannya dalam menembus sel :
1. Krioprotektan yang dapat masuk kedalam sel Sukrose
(permeable cryoprotectants) atau agen intraseluler, Sukrose seringkali digunakan bersama dengan
misalnya : glycerol, dimethylsulfoxide bahan cryoprotectant yang lain. Bahan ini tidak
(DMSO), ethylene glycol, propanediol, mampu menembus membran sel, dan
diethylene glycol. keberadaannya pada media ekstraseluler akan
2. Krioprotektan yang tidak dapat masuk menimbulkan efek pengeluaran osmotik yang
kedalam sel (non permeable cryoprotectants) atau bermakna. Sukrose merupakan bahan pelindung
agen ekstraseluler, misalnya : sucrose, selama fase dilusi atau setelah pencairan cepat,
raffinose, protein, lipoprotein, kuning telur ketika sel mulai mengalami rehidrasi dan
dan serum. membengkak.
Secara biokimia, dibedakan 3 kelas bahan dari Resiko ini dapat ditekan dengan
cryoprotectant : memindahkan cryoprotectant intraseluler (misal,
1. Alkohol (methanol, ethanol, propanol, 1,2 PROH) pada langkah dilusi (1,5 ; 1,0 ; 0,25M)
propanediol (PROH), gliserol), dengan tujuan untuk mengurangi perluasan dari
2. Gula (glukosa, laktosa, sukrose, strach) sembab seluler. Suatu metode alternatif dan lebih
3. Dimetilsulfoksida (DMSO). cepat untuk menghilangkan cryoprotectant yang
Krioprotektan merupakan komponen utama permeabel berkaitan dengan penambahan dari
dalam proses pembekuan, namun demikian molekul yang non permeabel, seperti sukrosa, ke
hampir semua jenis krioprotektan bersifat toksik. dalam larutan pencair.
Ketepatan dalam menentukan jenis krioprotektan Konsentrasi ekstraseluler yang meningkat dari
dan waktu ekuilibrasi sebelum embrio dibekukan molekul ini menyeimbangkan konsentrasi
akan menentukan keberhasilan pembekuan intraseluler cryoprotectant yang tinggi, menguragi
embrio. (D’Angelo et al., 2008; Wilson et al., perbedaan osmolaitas pada kedua sisi dari
2008) membran plasma. Kini, sukrosa adalah satu-
satunya cryoprotectant non penetratif yang secara
DMSO dan Gliserol rutin digunakan di dalam pengawetan oosit
Penggunaan glycerol sebagai krioprotektan manusia dengan suhu dingin. Mekanisme kerja
pertama dalam bidang kriopreservasi ditemukan dari cryoprotectant cukup rumit dan dikarenakan
secara kebetulan pada tahun 1948 karena beberapa rentetan dari fungsinya. Yang pertama,
kesalahan pemberian label pada bahan atau media adanya cryoprotectant di dalam larutan
pembekuan sperma unggas. Sejak temuan tersebut mengijinkan penurunan sedikit dari titik
keberhasilan yang pesat dilaporkan pada cryoscopic larutan, sekitar pada suhu -2ºC atau -
pembekuan sperma dan embrio. 3ºC. Efek proteksi pada prinsipnya diakibatkan
DMSO dan gliserol, keduanya memiliki berat oleh kapasitas dari molekul ini untuk membentuk
molekul yang rendah, telah dikenal sebagai bahan ikatan hidrogen yangmana mengubah struktur
cryoprotectant terhadap kerusakan dari suhu dingin ristal yang normal, sehingga mengurangi
selama lebih dari 30 tahun. dimensinya. Melalui gugus –OH nya, sebagai
contoh, gliserol dan PROH, dapat membentuk
ikatan hidrogen denan air sama halnya dnegan

35
____________________________________________________________Kriopreservasi dalam teknologi...(Harry Kurniawan Gondo)

DMSO melalui atom oksigennya. Agen pendinginan yang tinggi (hampir 1500°C/menit)
cryoprotectant mengurangi efek perusakan dari dan konsentrasi yang tinggi dari cryoprotectant
konsentrasi tingggi elektrolit di dalam porsi air seperti DMSO, acetamide, propyleneglycol, dan
cair. Pada sistem yang terjadi dari dua fase pada polyethyleneglycol dibutuhkan untuk vitrification.
tekanan yang konstan, seperti es dan air, Dasar teoritis dari vitrification, suatu teknik untuk
konsentrasi total dari cairan pada fase cair adalah mempreservasi embrio. Namun demikian,
konstan untuk masing-masing konsentrasi. hasilnya tidak sesuai, dan toksisitas dari
Dikarenakan konsentrasi total dari cairan harus cryoprotectant dikonfirmasi dengan penelitian
konstan, penambahan dari cryoprotectant eksperimental. Hambatan pembelahan mungkin
mengurangi jumlah dari air yang mengkristal. dikaitkan dengan kerusakan ireversibel yang terjadi
(Boediono et al., 2007; D’Angelo et al., 2008) di dalam sitoskeleton terkait dengan cairan
Efikasi dari senyawa ini secara langsung pendinginan dan vitrifikasi. Vitrifikasi oosit
terkait dengan temperatur pada saat di mana manusia dengan tujuan untuk membuktikan
mereka ditambahkan ke dalam media kultur. Oosit kemungkinan berhasilnya prosedur ini. Proses
manusia yang dipajankan terhadap DMSO pada dari pembekuan dan pencairan dan cryoprotectant
suatu temperatur 37ºC kapasitas untuk mengalami dapat merusak beberapa struktur sel.
fertilisasinya lenyap, tetapi pada suhu 4ºC
kapasitas ini dapat dipertahankan. Penambahan KROMOSOM DAN GELENDONG
dari suatu cryoprotectant pada media harus dilakukan MEIOSIS
pada suhu di bawah -10ºC dengan tujuan untuk Gelendong meiosis terdiri dari benang-
menghindari kegagalan fertilisasi. Konsentrasi benang rapuh berasal dari kutub yang berhadapan
cryoprotectant optimal bervariasi tergantung dari tipe dari sel, dari suatu struktur yang disebut sentriole,
sel dan tipe spesies yang diperiksa. dan membentang sampai kromosom. Kehilangan
Suatu langkah yang penting di dalam proses apapun dari mikrotubular selama proses
kriopreservasi adalah pelenyapan dari cryoprotectant pembekuan dapat memisahkan kromosom dan
permeabel dari sitoplasma. Prosedur ini terdiri menyebabkan aneuploidi.
dari proses lewatnya oosit melewati suatu Fertilisasi normal dapat dicapai pada oosit
rangkaian larutan yang mengandung konsentrasi yang menjalani kriopreservasi, menunjukkan
yang menurun bertahap. sebagai akibat dari efek bahwa integritas yang layak dipertahakan setelah
tekanan osmotok, sel tersebut akan segera pecah kriopreservasi. Sebagai akibat dari kariotyping dan
apabila ditempatkan pada suatu medium tanpa staining atau pengecatan DNA, kromosom terbukti
cryoprotectant pada saat pencairan. Penyimpanan tidak hilang dari gelendong selama fertilisasi dari
oosit seringkali dilakukan dengan suatu prosedur oosit beku, tidak terbukti untuk oosit manusia.
pembekuan lambat-pencairan cepat. Mungkin hilangnya kromosom ditambatkan
Walaupun tidak lazim dan jarang dilaporkan melalui kynetochores terkait dan tidak bebas
di dalam literatur, pembekuan lambat atau bergerak di dalam sitoplasma. Mungkin juga
pencairan lambat terjadi pada kehamilan kedua bahwa gelendong oosit manusia lebih tidak
dengan suatu oosit beku. Penggunaan dari sensitif untuk membeku dibandingakn dengan
cryoprotectant konsentrasi tinggi, pembekuan gelendong tikus. Kehilangan kromosomal dari
ultracepat atau pencairan cepat mencegah gelendong minimal pada oosit manusia setelah
terbentuknya kristal es dan menginduksi terjadinya pembekuan atau pencairan dan fertilisasi,
suatu medium yang amorfik dan bening. menunjukkan bahwa kerusakan krio yang dicatat
Pada proses lainnya yang disebut vitrification, pada binatang tidak sama seringnya pada oosit
suatu larutan sangat pekat dari cryoprotectant manusia.(Larsen, 1993)
dipadatkan selama proses pembekuan tanpa
terbentuknya kristal es, di dalam suatu cairan yang SITOSKELETON
sangat kental, dan superdingin. Hal ini Terdiri dari struktur sitoplasmik bersabut
menunjukkan beberapa keuntungan yang sangat kompleks, yang berguna untuk mempertahankan
jelas dibandingkan dengan pembekuan sederhana dan memodifikasi bentuk, mengijinkan pergerakan
dikarenakan kerusakan yang disebabkan oleh dari organela sitoplasmik, eksositosis dari protein
bentukan kristal es intraseluler yang dapat membran intrinsik. Mikrotubular, aktin
dihindarkan. Kombinasi dari kecepatan mikrofilamen, dan filamen intermediate adalah

36
____________________________________________________________Kriopreservasi dalam teknologi...(Harry Kurniawan Gondo)

komponen utama dari sitoskeleton. Keseluruhan AKTIVASI PARTHENOGENETIK


dari komponen tersebut cukup sensitif terhadap Sejak tahun 1940 telah ditunjukkan bahwa
berbagai stimuli dan mempunyai kemampuan aktivasi parthenogenetik dapat diinduksi oleh
untuk depolimerisasi cepat subunit. Cryoprotectant kondisi fisik seperti pembekuan. Secara sukses,
DMSO menghasilkan kerusakan pada ditemukan bahwa syok termal dalam bentuk panas
mikrofilamen dari oosit tikus, yang secara dan dingin dapat bertindak secara efektif sebagai
langsung proporsional terhadap konsentrasinya. aktivator parthenogenetik pada beberapa spesies
Ketika DMSO digunakan pada temperatur binatang. Kemungkinan dengan mengubah
mendekati 0°C, efek ini nampaknya berkurang. ultrastruktur dan respon integral dari berbagai
Perubahan pada komponen sitoskeleton, komponen oosit, akan mengganggu fertilisasi dan
diakibatkan oleh kristal es atau cryoprotectant di pertumbuhan embrio. Secara khusus,
dalam oosit beku atau cair. Kemungkinan untuk timbulnya kelainan
genetik yang menyertai distribusi kromosom yang
GRANULA – GRANULA KORTIKAL abnormal selama dan setelah fertilisasi merupakan
Oosit yang selamat dari pencairan perhatian utama. Hampir 15% oosit manusia yang
menunjukkan suatu tingkat aneuploid yang tinggi baru diperoleh (pada metafase II dan secara
ketika menjalani fertilisasi in vitro. Normalnya, morfologi nampak normal dengan mikroskop
granula kortikal pada oosit yang matur segera cahaya) menunjukkan satu atau lebih gelendong
dialinisasi di bawah oolemma. Reaksi zona terjadi yang tidak dikaitkan dengan kromosom. Pada
setelah pergerakan granula ini ke bagian perifer oosit murine yang diawetkan dengan suhu dingin,
dari sitoplasma dan bertanggung jawab akan yang selama pendinginan lambat dengan
hambatan dari polispermia. Ketika menggunakan menggunakan DMSO sebagai cryoprotectant
mikroskop elektron untuk mempelajari oosit menunjukkan bahwa oosit kemudian akan
manusia dan tikus, suatu reduksi yang bermakna mengalami pembuahan dan mencapai stadium
terdapat dalam hal jumlah dan perubahan pembelahan pertama, polyploidy mengalami
morfologi granula kortikal setelah pencairan. peningkatan, namun hal ini nampaknya tidak
Pengamatan ini mungkin dapat menjelaskan berkaitan dengan polispermia. Retensi dari polar
insiden yang tinggi dari aneuploidi dalam oosit body nampaknya menjadi penyebab utama
beku atau cair. Eksositosis prematur dari granula peningkatan poliploidy yang mirip dijumpai juga
kortikal mungkin dikarenakan kerusakan pada oosit tikus yang diawetkan dengan suhu
diakibatkan kristal es atau cryoprotectant pada dingin dengan menggunakan tahnik ultrarapid, ini
mikrofilamen aktin yang terdapat tepat di bawah juga dinamakan dengan triploidy, walaupun
oolemma. nampaknya tidak mungkin untuk menentukan
apakah berasal dari diandric atau digynic.(Rao et al.,
ZONA PELLUCIDA 2001)
Suatu karakteristik umum dari semua oosit Pada oosit manusia, hanya terdapat sedikit
mamalia adalah adanya suatu lapisan glikoprotein, informasi mengenai kemungkinan penyebab dari
zona pellucida, di sisi luar dari oolemma. Fungsi kelainan kromosom, karena fertilisasi yang
dari zona pellucida adalah majemuk dan hanya berhasil dicapai setelah diawetkan dengan suhu
sebagian yang sudah dimengerti. Yang paling dingin hanya ada beberapa kasus. Perbandingan
dimengerti dengan baik antara lain adalah: adanya antara pengawetan suhu dingin pada oosit segar
reseptor terhadap sperma, induksi dari reaksi dan pada oosit manusia yang telah matur yang
zona, blokade dari polispermia, dan proteksi fisik dilakukan dengan menggunakan 1,2-propanediol
dari embrio. Bahaya dari perusakan zona pellucida sebagai bahan cryoprotectant, bahwa distribusi
pada saat kriopreservasi, secara khusus, dapat kromosom yang normal akan diketahui dari
terjadi 20-29% oosit. Kerusakan pada zona karyotipe setelah pembuahan dari oosit segar yang
pellucida diperkirakan akibat dari pembentukan diawetkan dengan suhu dingin. Apabila oosit yang
dari bidang pembelahan di dalam es atau akibat telah berumur diawetkan dengan suhu dingin dan
pembentukan dari kristal yang besar, yang mana kemudian dilakukan inseminasi, maka akan
dapat mengurung sel dan membuat sel mengalami terdapat peningkatan angka fertilisasi yang
perforasi pada saat proses pembekuan atau abnormal, hal ini menunjukkan bahwa oosit yang
pencairan. (D’Angelo et al., 2008) telah matur hendaknya segera diawetkan dengan

37
____________________________________________________________Kriopreservasi dalam teknologi...(Harry Kurniawan Gondo)

suhu dingin pada hari oosit ini diambil. Tingginya DAFTAR PUSTAKA
angka fertilisasi yang abnormal nampaknya Anwar NC, Jamaan T, Manual Inseminasi Intrauterus
dikaitkan dengan penuaan in-vitro daripada (IIU). Klinik Fertilitas Morula RS Bunda
prosedur pengawetan suhu dingin ini. Jakarta. Jakarta, 2002.
Tidak ada peningkatan yang bermakna dari Besselink DE, Marjoribanks J, Farquhar C et all.
frekuensi aneuploidy pada populasi oosit matur Cervical Insemination versus intrauterine
setelah pengawetan dengan suhu dingin, pada insemination of donor sperm for subfertility
oosit immatur, yang diambil dari keadaan beku (Protocol). The Cochrane Collboration and
dan dikultur pada suhu 37ºC untuk mencapai Published in The Cochrane Library 2008,
kematangan, juga tidak menunjukkan adanya bukti issue 2.
pembentukan kromosom yang abnormal. Apabila Boediono. A., Kriopreservasi sperma, oosit dan embrio.
oosit manusia diawetkan pada suhu dingin pada Laboratorium Embriologi, Fakultas
stadium germinal vesikel, dikembalikan lagi, dan Kedokteran Hewan, Institut Pertanian
dikultur sampai mencapai kematangan, dan Bogor, dibacakan pada PIT III HIFERI 24-
kemudian didinginkan kembali untuk kedua 27 januari 2007, Yogyakarta
kalinya, maka aneuploidy akan ditemukan pada 25% D’Angelo A, Amso N. Embryo Freezing For
dari populasi yang dipulihkan kembali, hal ini Preventing Ovarian Hyperstimulation Syndrome
menunjukkan masalah yang mungkin timbul dari (Review). The Cochrane Collboration and
pengawetan suhu dingin yang berulang kali. Published in The Cochrane Library 2008,
issue 2.
KESIMPULAN Darmasetiawan MS, Anwar Indra. Fertilisasi In
Sesungguhnya, sebelum penerapan klinis dari Vitro Dalam Praktek Klinik. Kelompok
pengawetan oosit dengan suhu dingin menyebar Seminat Kedokteran Reproduksi dan
luas, penting untuk merencanakan penelitian Embriologi. Jakarta, 2006.
prospektif lebih jauh dan untuk memeriksa Decherney A, Polan ML (Alih Bahasa : Widjaya
dengan hati-hati oosit manusia yang telah matur, kusuma, Lydon Saputra), Skema Diagnosis
baik sebelum dan sesudah pembuahan dan dengan dan Penatalaksanaan Infertilitas. Binarupa
cara yang dapat diterima secara etis, untuk Aksara, Jakarta, 1997.
membuktikan hipotesis bahwa pengawetan Larsen WJ. Human Embriology. Churchill
dengan suhu dingin tidak menyebabkan aneuploidy. Livingstone. Singapore, 1993.
Marcelle I, Practical Pathways In Infertility. McGraw-
Hasil terbaik diperoleh dengan pemindahan Hill, United of State, 2005.
embryo dalam suatu siklus penggantian hormonal Pandian Z, Bhattacharya S, Vale L, et all. In Vitro
lambat. Pengawetan oosit dengan suhu dingin Fertilization For Unexplained Subfertility
dapat digunakan untuk berbagai pemakaian klinis. (Review). The Cochrane Collboration and
Sindrom hiperstimulai ovarium merupakan Published in The Cochrane Library 2008,
kondisi klinis yang berbeda dimana pengawetan issue 2.
dengan suhu dingin elektif dari seluruh oosit Porcu. E., Oocyte cryopreservation. In Textbook of
merupakan alternatif yang berlaku tanpa adanya Assested Reproductive Techniques Laboratory and
implikasi etis dibandingkan dengan embryo beku. Clinical Perspectives. Martin Dunitz Ltd.
United Kingdom, 2001 : 233-241
Pengawetan oosit dengan suhu dingin pada Rao KA, brinsden PR. The Infertility Manual. Jaypee
masa lalu dipertimbangkan sebagai tehnik yang Brothers, New Dehli, 2001.
tidak efisien, memberikan hasil, fertilisasi dan RCOG Press at the Royal College of
pembelahan sel yang buruk. Dengan pengenalan Obstetricians and Gynaecologists, 27 Sussex
tehnik ICSI, hasil fertilisasi, perkembangan Place, Guideline Fertility : Assesment and
embryo dan implantasi menjadi serupa dengan treatment for people with fertility problem. London
yang dihasilkan oleh oosit segar. Satu-satunya 2004.
langkah yang kritikal dari proses akhirnya tampak Self MM, Edi OE, Farquhar C, et all. Assisted
menjadi survival rate dari oosit beku dan hal ini hatching on assisted conception (IVF & ICSI,
harus dikembangkan lagi selanjutnya. Review). The Cochrane Collboration and

38
____________________________________________________________Kriopreservasi dalam teknologi...(Harry Kurniawan Gondo)

Published in The Cochrane Library 2008,


issue 2.
Simson, Elias. Genetic In Obstetri And Gynecology 3rd
edition. Saunders, United States of America,
2003.
Siristatidis CS, Bhattacharya S, Mahewshawri A. In
Vitro Maturation in subfertile patient with
Polycystic Ovarian Syndrome Undergoing Assisted
Reproduction (Protocol). The Cochrane
Collboration and Published in The
Cochrane Library 2008, issue 2.
Sperof L, Fritz MA. Clinical Gynecologic
Endocrinology And Infertility 7th edition, Assited
Reproductive Technologies, p 1215 – 74.
Lipincott Williams & Wilkins. Phildelphia,
2005.
Taylor A, Braude P. ABC of Subfertility. Bristish
Medicine Jurnal, 2007.
Wilson A, Proctor M, Garzo G. Techinique For
Intrautrine Embryo Transfer (Protocol). The
Cochrane Collboration and Published in
The Cochrane Library 2008, issue 2.

39
____________________________________________________________Kriopreservasi dalam teknologi...(Harry Kurniawan Gondo)

40
_________________________________________________________________________The Influence of Glucagon ...(Dao, L.H.)

THE INFLUENCE OF GLUCAGON LIKE PEPTIDE-1 (GLP-1) FOR GLUCONEOGENESIS

Dao, L H

Department of Biochemistry, School of Medicine


Wijaya Kusuma Surabaya University
E-MAIL : loo_hiandao@yahoo.com

ABSTRACT

Glucagon like peptide-1 (GLP-1) is gut hormone which secreted by intestinal L-cell. Secretion GLP-1 by L-cell dependent on
the presence of nutrients in the lumen of the small intestine. GLP-1 stimulation Glucagon like peptide-1 receptor in pancreatic ß-
cell so that increases insulin secretion from the pancreas. Increasing insulin in the blood level to cause inhibits gluconeogenesis in
liver. Therefore Glucagon like peptide-1 can reduce blood sugar level especially after eaten.

Key words: Glucagon like peptide-1, gluconeogenesis, insulin

INTRODUCTION
Some tissues, such as brain and erythrocytes, PYRUVATE &
depend on a constant supply of glucose. If the PHOSPHOENOLPYRUVATE
amount of carbohydrate taken up in food is not Mitochondrial pyruvate carboxylase
sufficient, the blood sugar level can be maintained catalyzes the carboxylation of pyruvate to
for a limited time by degradation of hepatic glycogen. If oxaloacetate, an ATP-requiring reaction in which
these reserves are also exhausted, de-novo the vitamin biotin is the coenzyme.
synthesis of glucose (gluconeogenesis) begins. Biotin binds CO2 from bicarbonate as
The liver is also mainly responsible for this, but carboxybiotin prior to the addition of the CO2 to
the tubular cells of the kidney also show a high pyruvate. A second enzyme,
level of gluconeogenetic activity. During fasting phosphoenolpyruvate carboxykinase, catalyzes
and starvation, when hepatic glycogen is depleted, the decarboxylation and phosphorylation of
gluconeogenesis is essential for maintenance of oxaloacetate to phosphoenolpyruvate using GTP
blood glucose homeostasis. Gluconeogenesis (or ITP) as the phosphate donor. Thus, reversal
requires both a source of energy and a source of of the reaction catalyzed by pyruvate kinase in
carbons for formation of the backbone of the glycolysis involves two endergonic reactions.
glucose molecule. The energy is provided by The main source of GTP for
metabolism of fats released from adipose tissue. phosphoenolpyruvate carboxykinase inside the
The carbons skeletons are provided from three mitochondrion is the reaction of succinyl-CoA
primary sources: synthetase. This provides a link and limit between
* Lactate produced in tissues such as the red citric acid cycle activity and the extent of
cell by anaerobic glycolysis; withdrawal of oxaloacetate for gluconeogenesis.
* Amino acids derived from muscle protein;
* Glycerol released from tryglycerides during FRUCTOSE 1,6-BISPHOSPHATE &
lipolysis in adipose tissue. FRUCTOSE 6-PHOSPHATE
Among these, muscle protein is the major The conversion of fructose 1,6-bisphosphate
precursor of blood glucose – the rated of to fructose 6-phosphate, to achieve a reversal of
gluconeogenesis is often limited by the availability glycolysis, is catalyzed by fructose-1,6-
of substrate, including the rate of proteolysis in bisphosphatase. Its presence determines
muscle. During prolonged fasting, malnutrition, whether or not a tissue is capable of synthesizing
or starvation, we loss both adipose and muscle glycogen not only from pyruvate but also from
mass. The fat is used both for the general energy triosephosphates. It is present in liver, kidney, and
needs of the body and to support skeletal muscle but is probably absent from heart
gluconeogenesis, while most of the amino acids in and smooth muscle.
protein are converted into glucose.

41
_________________________________________________________________________The Influence of Glucagon ...(Dao, L.H.)

GLUCOSE 6-PHOSPHATE & GLUCOSE may be oxidized to dihydroxyacetone phosphate


The conversion of glucose 6-phosphate to by NAD+ catalyzed by glycerol-3-phosphate
glucose is catalyzed by glucose-6-phosphatase. dehydrogenase.
It is present in liver and kidney but absent from
muscle and adipose Gluconeogenesis from lactate
tissue, which, therefore, cannot export glucose Gluconeogenesis is conceptually the opposite
into the bloodstream. of anaerobic glycolysis, but proceeds by a slightly
different pathway, involving both mitochondrial
GLUCOSE 1-PHOSPHATE & GLYCOGEN and cystolic enzymes. Blood lactate, produced
The breakdown of glycogen to glucose 1- during anaerobic glycolisis in red cells and
phosphate is catalyzed by phosphorylase. exercising skeletal muscle, is used as a substrate
Glycogen synthesis involves a different pathway for aerobic metabolism in some tissues, such as
via uridine diphosphate glucose and glycogen heart and brain. Gluconeogenesis, the major
synthase. pathway for lactate metabolism in the liver,
After transamination or deamination, converts the lactate back into glucose, using, in
glucogenic amino acids yield either pyruvate or part, the same glycolytic enzymes involved in
intermediates of the citric acid cycle. Therefore, conversion of glucose into lactate. The lactate –
the reactions described above can account for the glucose cycle involving red cycle, muscle, and
conversion of both glucogenic amino acids and liver, is known as the cori cycle.
lactate to glucose or glycogen. Propionate is a A critical problem in the reversal of glycolysis
major source of glucose in ruminants and enters is overcoming the irreversibility of three kinase
gluconeogenesis via the citric acid cycle. reactions: glucokinase, phosphofructokinase-1,
Propionate is esterified with CoA, then propionyl- and pyruvate kinase. The fourth kinase in
CoA, is carboxylated to D-methylmalonyl-CoA, glycolysis, phosphoglycerate kinase, catalyzes a
catalyzed by propionyl-CoA carboxylase, a freely reversible, equilabirium reaction,
biotin-dependent enzyme. Methylmalonyl-CoA transferring a high energy acyl phosphate in 1,3-
racemase catalyzes the conversion of D- biphospho- glycerate to an energetically similar
methylmalonyl-CoA to L-methylmalonyl-CoA, pyrophosphate bond in ATP. To circumvent the
which then undergoes isomerization to succinyl- three irreversible reactions, the liver uses four
CoA catalyzed by methylmalonyl-CoA unique enzymes: pyruvate carboxylase in the
isomerase. This enzyme requires vitamin B12 as mitochondrion and phosphoenolpyruvate
a coenzyme, and deficiency of this vitamin results carboxykinase in the cytoplasm to bypass
in the excretion of methylmalonate pyruvate kinase, fructose 1,6-bisphosphatase to
(methylmalonic aciduria). bypass phosphofructokinase-1, and glucose 6-
Glycerol is released from adipose tissue as a phosphatase to bypass glucokinase. Because these
result of lipolysis, and only tissues such as liver enzymes are located in different compartemens,
and kidney that possess glycerol kinase, which substrates, including pyruvate and malate, must be
catalyzes the conversion of glycerol to glycerol 3- shuttle between the mitochondrion and the
phosphate, can utilize it. Glycerol 3-phosphate cytosol.

42
_________________________________________________________________________The Influence of Glucagon ...(Dao, L.H.)

Gluconeogenesis from lactate involves, first, cystolic oxaloacetate is then decarboxylated by


its conversion into phosphoenol pyruvate, a phosphoenolpyruvate carboxykinase, using GTP
process requiring investment of two ATP as a cosubstrate, yielding Phosphoenol pyruvate.
equivalents because of the high energy of the The energy for synthesis of phosphoenol pyruvate
enol-phosphate bond in phosphoenol pyruvate. from oxaloacetate is derived from both the GTP
Lactate is first converted into pyruvate by lactate and the decarboxylation of oxaloacetate.
dehydrogenase, then enters the mitochondrion, Glycolisis may now proceed backwards from
where it is converted into oxaloacetate by phosphoenol pyruvate until it reaches the next
pyruvate carboxylase, using biotin and ATP. irreversible reaction, phosphofructokinase-1. This
Oxaloacetate is reduced to malate for export from enzymes is bypassed by a simple hydrolysis
the mitochondrion, then reoxidized to reaction, catalyzed by fructose 1,6-bisphosphatase
oxaloacetate by cystolic malat dehidrogenase. The without production of ATP, as would be required

43
_________________________________________________________________________The Influence of Glucagon ...(Dao, L.H.)

by reversal of the phosphofructokinase-1 reaction. released from the beta cells of the islets of
Similarly, the bypass of glucokinase is Langerhans after eating, even before blood
accomplished by hydrolysis of glucose 6-phosphat glucose levels become elevated. They also slow
by glucose-6-phosphatase, without production of the rate of absorption of nutrients into the blood
ATP. The free glucose is then released into blood. stream by reducing gastric emptying and may
directly reduce food intake. As expected, they also
Gluconeogenesis from amino acids and inhibit glucagon release from the alpha cells of the
glycerol Islets of Langerhans. The two main candidate
Most amino acids are glucogenic, i.e. molecules that fulfill criteria for an incretin are
following deamination their carbon skeletons can glucagon-like peptide-1 (GLP-1) and Gastric
be converted into glucose. Alanine and glutamine inhibitory peptide (glucose-dependent
are the major amino acids exported from muscle Insulinotropic peptide or GIP). Both GLP-1 and
for gluconeogenesis. Their relative concentrations GIP are rapidly inactivated by the enzyme
in venous blood from muscle exceed their relative dipeptidyl peptidase 4 (DPP-4). The human
concentration in muscle protein, indicating Proglucagon gene was cloned in 1983 by G. Bell,
considerable reshuffling of muscle amino acids to et al, and the human proglucagon sequence was
provide gluconeogenic substrates. Other amino subsequently deduced. However, the entire GLP-
acids are converted into tricarboxylic acid cycle 1 molecule had no effect on insulin levels. It was
(TCA-cycle) intermediates, then to malate for found that only one specific sequence of GLP-1
gluconeogenesis. Aspartate, for example, is has insulinotropic effect: GLP-1 (7-36) amide. It
converted into oxaloacetate by aspartate amino is rapidly inactivated to GLP-1 (9-36) by DPP-4
transferase, and glutamate into α-ketoglutarate by with a plasma half-life of only 1-2 minutes.
glutamate dehydrogenase. Other glucogenic
amino acids are converted by less direct routes Glucagon-like peptide-1
into alanine or intermediates in the tricarboxylic Glucagon-like peptide-1 (GLP-1) is derived
acid cycle for gluconeogenesis. Excess amino from the transcription product of the proglucagon
groups generated during the transamination gene. The major source of GLP-1 in the body is
reactions are converted into urea, via the urea the intestinal L cell that secretes GLP-1 as a gut
cycle and the urea is excreted in urine. hormone. The biologically active forms of GLP-1
Glycerol enters gluconeogenesis at the level of are: GLP-1-(7-37) and GLP-1-(7-36)NH2.
triose phosphates. Following release of glycerol GLP-1 secretion by L-cells is dependent on the
and fatty acids from adipose tissue, the glycerol is presence of nutrients in the lumen of the small
taken up into liver and phosphorylated by glycerol intestine. The secretagogues (agents that causes or
kinase, then enters the gluconeogenic pathway as stimulates secretion) of this hormone include
dihydroxyacetone phosphate. Only the glycerol major nutrients like carbohydrate, protein and
component of fats can be converted into glucose. lipid. Once in the circulation, GLP-1 has a half
Odd chain and branched chain fatty acids yield life of less than 2 minutes, due to rapid
propionyl-Coa, which can serve as a minor degradation by the enzyme dipeptidyl peptidase-4.
precursor for gluconeogenesis. Propionyl-Coa is The known physiological functions of GLP-1
first carboxylated to methylmalonyl-Coa, which include:
undergoes racemase and mutase reactions to form # increases insulin secretion from the
succinyl-Coa, a tricarboxylic acid cycle pancreas in a glucose-dependent manner.
intermediate. Succinyl-Coa is converted into # decreases glucagon secretion from the
malate, exits the mitochondrion and is oxidized to pancreas.
oxaloacetat. Following decarboxylation by # increases beta cells mass and insulin gene
phosphoenolpyruvate carboxykinase, the three expression.
carbons of propionate appear intact in # inhibits acid secretion and gastric emptying
phosphoenol pyruvate for gluconeogenesis. in the stomach.
# decreases food intake by increasing satiety.
INCRETINS GLP-1 has multifaceted actions, which include
Incretins are a type of gastrointestinal hormone stimulation of insulin gene expression, trophic
that cause an increase in the amount of insulin effects on the beta-cells, inhibition of glucagon

44
_________________________________________________________________________The Influence of Glucagon ...(Dao, L.H.)

secretion, promotion of satiety, inhibition of food sensitive to allosteric effectors fructose 2,6-
intake, and slowing of gastric emptying, all of bisphosphate. Fructose 2,6-bisphosphate is an
which contribute to normalizing elevated glucose activator of phosphofructo- kinase-1 and an
levels. inhibitor of fructose 1,6-bisphosphatase. In the
phosphorylated state, under the influence of
Regulation of gluconeogenesis glucagon, this enzymes displays fructose 2,6-
Gluconeogenesis is regulated primarily by bisphosphatase activity, reducing the level of
hormonal mechanism. The primary control point fructose 2,6-bisphosphate, which simultaneously
is at the regulatory enzymes decreases the stimulation of glycolysis
phosphorfructokinase-1 and fructose 1,6- (phosphofructokinase-1) and relieves inhibition of
bisphosphatase, which in liver, are exquisitely gluconeogenesis (fructose 1,6-bisphosphatase)

The coordinate, allosterically-mediated providing an additional site for inhibition of


decrease in phosphofructokinase-1 and increase in glycolysis.
fructose 1,6-bisphosphatase activity ensures that When glucose enters the liver following a
glucose made by gluconeogenesis is not meal, insulin mediates the dephosphorylation of
consumed by glycolysis in a futile cycle, but phosphofructokinase-2/fructose 2,6
released into blood by glucose 6-phosphatase. bisphosphatase turning on its
Similarly, any flux of glucose from glycogen, also phosphofructokinase-2 activity. The resultant
induced by glucagon, is diverted to blood, rather increase in fructose 2,6-bisphosphate activates
than glycolysis, by inhibition of phosphofructokinase-1 and inhibits fructose 1,6-
phosphofructokinase-1. Pyruvate kinase is also bisphosphatase activity. Gluconeognesis is
inhibited by phosphorilation by protein kinase A, inhibited, and glucose entering the liver is then

45
_________________________________________________________________________The Influence of Glucagon ...(Dao, L.H.)

incorporated into glycogen or routed into REFERENCES


glycolysis and lipogenesis. Thus, liver metabolism Brubaker PL, Drucker DJ (2002). "Structure-
following is focused on synthesis and storage of function of the glucagon receptor family of
both carbohydrate and lipid energy reserves, G protein-coupled receptors: the glucagon,
which it will later use, in the post absorptive state, GIP, GLP-1, and GLP-2 receptors". Recept.
for maintenance of blood glucose and fatty acid Channels 8 (3-4): 179-88.
homeostasis. Baynes J, Dominiczak MH, Medical Biochemistry,
Gluconeogenesis is also regulated in the Mosey,2003 :139-155, 201-216,243-265
mitochondrion by acetyl-Coa. The influx of fatty D’Alessio DA, Vogel R, Prigeon R, et al. 1996
acids from adipose tissue, stimulated by glucagon Elimination of the action of glucagon-like
to support gluconeogenesis, leads to an increase peptide 1 causes an impairment of glucose
in hepatic acetyl-Coa, which is both an inhibitor tolerance after nutrient ingestion by healthy
of pyruvate dehydrogenase and an essential baboons. J Clin Invest 97:133–138
allosteric activator of pyruvate carboxylase. In this Donovan CM, Sumida KD 1997 Training
way, fat metabolism inhibits the oxidation of enhanced hepatic gluconeogenesis: The
pyruvate and favor gluconeogenesis in liver, in importance for glucose homeostasis during
muscle, the utilization of glucose is limited both exercise. Med sci sports exercise 29: 628-634.
by the low level of GLUT-4 in the plasma Koolman J, Roehm KH, Color Atlas of
membranes and by inhibition of pyruvate Biochemistry, Thieme,2005 :224, 381,389
dehydrogenase by acetyl-Coa. Active fat Kolligs F, Fehmann HC, Goke R, Goke B 1995
metabolism and high levels of acetyl-Coa in Reduction of the incretin effect in rats by
muscle promote the excretion of a significant the glucagon-like peptide 1 receptor
fraction of pyruvate as lactate, even in the resting antagonist exendin (9–39) amide. Diabetes
state. 44:16–19
Kieffer TJ, Habener JF 1999 The glucagon-like
peptides. Endocr Rev 20:876–913
CONCLUSION Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Pathology Basic
of Disease : THE ENDOCRINE
GLP-1(7-36) NH2 have activity PANCREAS, Elsevier Saunders, 2005 1189-
Insulinotropic, but its can inactivity to GLP-1(9- 1203
36) NH2 by enzyme dipeptidyl peptidase-4(DPP- Marks DB,Marks AD, Smith CM, Basic Medical
4). With given DPP-4 inhibitor, GLP-1(7-36) NH2 Biochemistry: A Clinical Approach,
can stimulation GLP-1 receptor in ß-pancreatic Williams & wilkins, 1996 :243-265;201-216
cells then increase insulin secretion. Increase Meier J, Weyhe D, Michaely M, Senkal M,
insulin level in blood can inhibits lypolysis then Zumtobel V, Nauck M, Holst J, Schmidt W,
decrease glycerol. Inhibits lipolysis can decrease of Gallwitz B (2004). "Intravenous glucagon-
[ATP]/[ADP] ratio leads to activity of pyruvate like peptide 1 normalizes blood glucose
kinase, then increase [pyruvate]/[lactate] ratio. after major surgery in patients with type 2
This condition leads to inhibits gluconeogenesis. diabetes.". Crit Care Med 32 (3): 848-51.
DPP-4 inhibitor also inhibited pyruvate Murray RK, Granner DK et al, Harper’s
carboxylase, inhibited phosphoenol pyruvate Illustrated Biochemistry 26 th edition, Lange
carboxykinase, inhibited fructose 2,6- medical book,2003 :466-470
bisphosphatase, stimulated phosphofructose Orskov C, Rabenhoj L, Wettergren A, Kofod H,
kinase-2, stimulated phosphofructokinase-1,and Holst JJ 1994 Tissue and plasma
inhibited fructose 1,6-bisphosphatase. concentrations of amidated and glycine-
DPP-4 inhibitor can activated glucokinase or extended glucagon-like peptide in humans.
heksokinase. Thus, at summary DPP-4 inhibitor Diabetes 43:535–539
can stimulated glycolysis and inhibited Orskov C, Wettergren A, Holst JJ 1993 Biological
gluconeogenesis. This effect of DPP-4 is useful effects and metabolic rates of glucagon-like
for patient with diabetes mellitus type I (Insulin peptide-1(7–36) amide and glucagon-like
dependent diabetes mellitus) or type II (Non- peptide-1(7–37) in healthy subjects are
Insulin dependent diabetes mellitus). indistinguishable. Diabetes 42:658–661

46
_________________________________________________________________________The Influence of Glucagon ...(Dao, L.H.)

Toft-Nielsen M, Madsbad S, Holst J (2001).


"Determinants of the effectiveness of
glucagon-like peptide-1 in type 2 diabetes.".
J Clin Endocrinol Metab 86 (8): 3853-60
Wang Z, Wang RM, Owji AA, Smith DM, Ghatei
MA, Bloom SR 1995 Glucagon-like peptide-
1 is a physiological incretin in rat. J Clin
Invest 95:417–421

47
_____________________________________________________________________Pencegahan dan pembelaan ...(Ibrahim Nyoto)

PENCEGAHAN DAN PEMBELAAN DIRI DOKTER TERHADAP TUDUHAN


MALPRAKTEK

Ibrahim Njoto

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya


Alumnus Pasca Sarjana Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

ABSTRAK

Dokter yang melakukan praktek kedokteran merupakan profesi yang rawan dituduh melakukan malpraktek oleh pasien,
pengetahuan tentang Hukum Kedokteran dan Hukum Peradilan Umum perlu diketahui oleh Dokter, sebagai upaya pencegahan
dan pembelaan diri terhadap tuduhan malpraktek.

Kata kunci : malpraktek, hukum kedokteran dan hukum peradilan umum, pencegahan dan pembelaan diri, tuduhan malpraktek.

ABSTRACT

Physician as a medical practicioners was fragile profession to malpractice misconduct by patient, a knowledge of medical law and
general law must be known by physician, as a prevention and to defend against a malpractice accusation.

Key words : malpractice, medical law and general law, prevention and to defend, malpractice accusation.

PENDAHULUAN ini terbina dengan baik dan efektif maka dapat


Profesi Dokter merupakan profesi yang rawan diminimalisasi kemungkinan terjadinya tuduhan
timbul permasalahan hubungan antara dokter dan dugaan malpraktek terhadap dokter.
pasien, umumnya pasien menilai pelayanan Lahirnya UU no 29 tahun 2004 tentang Praktek
pengobatan, komunikasi yang terbina, tindakan Kedokteran bertujuan untuk memberikan
medis yang dilakukan dokter, serta hasil dari kepastian hukum bagi kalangan dokter, pasien dan
pengobatan; apabila pasien puas maka tidak aparat penegak hukum, tetapi dengan lahirnya
timbul permasalahan tetapi bila timbul rasa tidak undang-undang tersebut fakta dilapangan semakin
puas maka dapat timbul tuduhan dokter telah tinggi pengaduan malpraktek yang dituduhkan
melakukan malpraktek. kepada dokter, oleh karena itu dokter hendaknya
Praktek kedokteran merupakan pelayanan jasa mengetahui peraturan perundangan baik yang
pengobatan yang diberikan dokter kepada pasien, bersifat umum, misalnya : Kitab Undang-Undang
hubungan ini merupakan hubungan kepercayaan Hukum Pidana, dan peraturan perundangan yang
berdasarkan keahlian medis. bersifat kusus, misalnya : UU no 29 tahun 2004
Hubungan Dokter den pasien merupakan tentang Praktek Kedokteran; sehingga dokter
hubungan kebersamaan yang tidak terpisahkan dapat melakukan langkah-langkah pencegahan dan
beriring bersama dalam upaya pencapaian pembelaan diri terhadap tuduhan malpraktek.
kesembuhan, dimana dipengaruhi oleh berbagai Tidak seluruh pengaduan malpraktek dapat
faktor, yaitu : faktor pasien, faktor dokter dan dibuktikan kebenarannya, sebagian besar
faktor penyakitnya. Proses hubungan tersebut merupakan salah pengertian hubungan dokter-
melalui tahapan INPUT—PROSES—OUTPUT, pasien, efek samping obat, resiko tindakan medis,
dokter memegang peranan penting dalam tahapan proses perjalanan penyakit, penyulit penyakit
proses diatas, oleh karena itu dibutuhkan sebelumnya, atau hanya berupa hasutan dari
kecermatan dalam melakukan praktek kedokteran. pihak-pihak tertentu, Etika Pers yang tidak
Pada tahapan INPUT, seorang dokter harus profesional, pengetahuan hukum kedokteran yang
membina komunikasi Dokter-Pasien yang efektif kurang dimiliki oleh aparat penegak hukum;
sehingga tidak terjadi kesalahpahaman, juga sehingga sering terjadi Carracter assasination atau
mengisi rekam medik yang lengkap dan Trial by Pers yang merugikan pihak dokter.
bertanggung jawab serta tidak lupa meminta Karya Tulis ini diharapkan memberikan wawasan
Informed Concent apabila dibutuhkan. Tahapan hukum kepada kolega dokter, sehingga dapat
INPUT merupakan tahapan yang menentukan melakukan praktek kedokteran sesuai peraturan
kelancaran hubungan Dokter-Pasien, bila tahapan yang berlaku dan dapat melakukan

49
_____________________________________________________________________Pencegahan dan pembelaan ...(Ibrahim Nyoto)

langkah-langkah pencegahan dan pembelaan diri dokter memiliki ”Payung Hukum” untuk
secara hukum terhadap tuduhan dugaan melakukan praktek kedokteran.
malpraktek oleh pihak pasien, pihak aparat Praktek kedokteran dilaksanakan dengan
penegak hukum, tanpa rasa ragu-ragu ataupun melalui tahapan INPUT—PROSES—OUTPUT,
rasa tak berdaya. dimana peran dokter sangat menentukan sejak
awal dalam membina hubungan dokter-
PEMBAHASAN pasien/tahapan INPUT, bila tahapan Input
Seorang dokter yang sehat jasmani dan terbina baik maka selanjutnya memasuki tahap
rohani, saat melakukan praktek kedokteran selalu Proses/tahap pengobatan atau tindakan medis
mengutamakan keselamatan pasien dan tidak ada dalam upaya pencapaian kesembuhan dapat
niatan untuk mencelakai pasien dari sejak awal dilaksanakan oleh dokter secara cermat dengan
praktek. harapan memperoleh hasil pengobatan/output
Dokter dalam melakukan praktek kedokteran yang baik dengan rahmat Sang Pencipta.
perlu membekali diri tentang pengetahuan tentang Seorang dokter dalam berpraktek dilarang men-
Hukum Kedokteran dan KUHP agar dapat JANJI-kan kesembuhan pada pasien dengan
memenuhi kewajiban dokter sesuai amanat menjamin besaran biaya pengobatan atau lamanya
perundangan yang berlaku serta melakukan proses pengobatan, sebab dokter adalah seorang
praktek kedokteran yang baik dan benar, hal ini manusia yang tak sempurna dan bukan DEWA.
dapat mencegah terjadinya tuduhan dugaan Beberapa contoh pelanggaran seorang dokter,
malpraktek terhadap dokter. yang dapat diadukan adalah sebagai berikut:
Malpraktek atau malpractice berarti praktek Tidak kompeten misalnya seorang dokter
yang jelek/salah, dalam sistem perundangan umum melakukan tindakan aborsi; tidak merujuk,
Republik Indonesia tidak dijumpai istilah dan seorang dokter jaga poliklinik tidak merujuk
definisi tentang malpraktek, tetapi seiring dengan pasien contusio cerebri dengan cermat, sehingga
lahirnya UU no 29 tahun 2004 makin populer timbul squele otak; pendelegasian kepada tenaga
istilah malpraktek pada kalangan pers. Acuan kesehatan yang tidak kompeten, seorang dokter
suatu tindakan dokter tergolong malpraktek, bila menyerahkan kondisi monitor keadaan vital
memenuhi unsur 4D yaitu : Duty, Damaged, pasien kepada siswa Ak-Per; dokter pengganti tidak
Dereliction of that duty, Direct causal of memiliki Surat Ijin Praktek, seorang dokter senior
relationship berhalangan praktek, kemudian menyerahkan
Hukum Republik Indonesia menganut praktek kepada dokter lain yang tidak memiliki ijin
Positif-Normatif, yang berarti bahwa segala yang praktek sebagai pengganti; tidak layak
tertulis merupakan bukti kuat di peradilan umum, praktek/tidak sehat jasmani dan rohani, seorang
oleh karena itu dokter harus cermat dalam dokter spesialis bedah menderita sakit tetapi
menyusun Rekam Medis agar menjadi alat bukti memaksakan diri untuk tetap melakukan operasi;
yang benar di depan peradilan. kelalaian dalam penatalaksanaan pasien, pasien
Pencegahan terhadap tuduhan dugaan menderita pendarahan yang banyak, kemudian
malpraktek dapat dilakukan oleh dokter dengan dilakukan rehidrasi cairan yang seharusnya segera
cara melakukan praktek kedokteran yang baik dan diusahakan transfus; pengobatan dan pemeriksaan
benar, yaitu terikat : yang berlebihan, seorang pasien wanita hamil yang
1) Moral (kepada Sang Pencipta), melalui dapat partus per vagina tetapi dilakukan partus
Sumpah Dokter. dengan sectio caezaria; tidak memberikan informasi
2) Etika Kedokteran kepada organisasi yang benar, seorang dokter tidak menjelaskan secara
profesi dan masyarakat kedokteran. rinci tentang resiko tindakan medis yang akan
3) Disiplin Kedokteran kepada Konsil dilakukan terhadap pasien dan keluarganya; tidak
Kedokteran Indonesia. membuat informed concent tertulis, seorang dokter
4) Hukum Kedokteran, Hukum Pidana- spesialis Obsgyn melakukan pertolongan
Perdata dan administrasi kepada Negara pendarahan per vagina dengan melakukan
dan masyarakat umum. curetage tanpa disertai persetujuan tindakan medis
Apabila kewajiban dokter telah dipenuhi secara tertulis tetapi hanya secara lisan, hal ini
menurut aturan perundangan yang berlaku, maka rawan tuntutan dari pihak pasien apabila hasil
pengobatan tidak memuaskan; tidak menyusun

50
_____________________________________________________________________Pencegahan dan pembelaan ...(Ibrahim Nyoto)

rekam medis, seorang dokter praktek swasta, tidak tingkat kesulitan tindakan medis yang dilakukan;
menyusun rekam medis; menghentikan kehamilan tidak memberikan keterangan yang diminta MKDKI,
tanpa indikasi medis, seorang dokter melakukan seorang dokter menolak memberikan keterangan
tindakan abortus tanpa indikasi medis; melakukan saat diperiksa oleh MKDKI.
praktek kedokteran yang belum diakui kebenarannya, Kondisi diatas merupakan tindakan dokter
seorang dokter melakukan terapi kombinasi antara yang dapat diadukan secara etik, disiplin ataupun
pengobatan medis dan pengobatan supranatural; secara hukum/litigasi, oleh karena itu patut
euthanasia, seorang dokter menghentikan peralatan dilakukan pencegahan untuk melanggarnya.
penunjang kehidupan pada pasien vegetatif yang Beberapa macam istilah berkaitan dengan
kronis di Rumah Sakit; tidak melakukan pertolongan Malpraktek, yaitu :
darurat, seorang dokter yang menjumpai pasien a) Negligence/Culpa, yaitu melakukan praktek
dalam kondisi darurat, tidak memberikan kedokteran tetapi lalai sehingga dapat berakibat
pertolongan; penelitian klinis tanpa persetujuan tertulis, fatal pada pasien, misalnya : kelalaian merujuk,
seorang dokter melakukan penelitian klinis pada kelalaian berkonsultasi dengan dokter yang
pasiennya tanpa meminta persetujuan tertulis; merawat sebelumnya, memberikan instruksi per-
menolak/menghentikan pengobatan tanpa alasan yang telepon, tidak dapat dihubungi saat pasien
benar, seorang dokter perusahaan menghentikan memerlukan, tidak membuat surat rujukan saat
proses pengobatan pada karyawan perusahaan merujuk, lalai mendeteksi suatu gejala infeksi yang
atas permintaan pihak personalia dengan alasan akan timbul sebagai keadaan komplikasi.
biaya, padahal secara medis belum sembuh; Keadaan diatas dapat terjerat KUHP pasal 359-
memberikan surat keterangan dokter yang tidak dapat 360 dengan ancaman penjara paling lama lima
dibuktikan kebenarannya, seorang dokter verifikator tahun.
asuransi melakukan penilaian langsung terhadap b) Lack of Skills, yaitu melakukan tindakan medis
klaim, tanpa melakukan penyelidikan kasus secara dengan pengalaman yang kurang atau diluar
cermat dari pasien dan dokter yang merawat; kemampuan ketrampilannya, misalnya : dokter
membuka rahasia medis tanpa izin, seorang dokter spesialis bedah melakukan curetage, dokter umum
membuka rahasia medis tanpa persetujuan tertulis melakukan abortus provocatus criminalis.
dari pihak pasien-pemilik sarana kesehatan dan Keadaan demikian dapat juga berakibat fatal pada
dilakukan bukan di depan peradilan; melakukan pasien, mengandung unsur kesengajaan/tahu
pelanggaran susila, seorang dokter memeriksa bahwa bukan keahliannya dan dapat terjerat
payudara pasien tanpa indikasi medis; membuat KUHP pasal 338 jo 347-348 dengan ancaman
peresepan narkotik-opioid tanpa indikasi medis, seorang hukuman penjara paling lama lima belas tahun.
dokter meresepkan obat psikotropika tanpa c) Medical Error, yaitu melakukan tindakan medis
indikasi medis yang tepat; ketergantungan Napza, terencana tetapi tidak berhasil akibat terjadi
seorang dokter turut kecanduan obat kesalahan tertentu yang tidak sengaja dilakukan,
psikotropika; menerima komisi atas peresepan, adanya misalnya : operasi ”closed cholecystectomy” yang
kolusi antara dokter dan apotik dimana obat yang gagal karena pemotongan ductus cysticus yang
diracik hanya disediakan pada apotik tertentu; tidak benar walaupun prosedur pelaksanaan
melakukan intimidasi/kekerasan, seorang dokter operasi telah mengikuti aturan baku. Keadaan ini
memaksa pasien untuk menerima suatu tindakan memerlukan saksi ahli dan biasanya dokter juga
medis dengan intimidasi atau kekerasan; memakai mendapat perlindungan dari asosiasinya tentang
gelar palsu, seorang dokter umum memakai gelar keadaan yang terjadi.
dokter spesialis sebagai upaya menyakinkan d) Medical Blunder yaitu melakukan tindakan medis
pasien; STR/SIP/Surat Kompetensi yang tidak sah, yang bodoh, buruk, tidak sesuai dengan aturan
seorang dokter tetap menjalankan praktek baku dan menyebabkan output yang
kedokteran walaupun tidak memiliki STR/SIP fatal/merugikan pasien, misalnya : menegakkan
yang sah; pengiklanan diri yang tidak diagnosa dan melakukan operasi mastectomy
benar/menyesatkan, seorang dokter melakukan tanpa didahului pemeriksaan FNA, hanya
promosi tentang kemampuan pengobatan yang berdasarkan Mammography, melakukan
dimilikinya; imbal jasa yang tidak sesuai dengan sirkumsisi pada pasien dengan hipospadia.
tindakan, seorang dokter mematok tarif Keadaan ini mirip dengan culpa tetapi lebih ke
pengobatan yang tinggi tidak sesuai dengan

51
_____________________________________________________________________Pencegahan dan pembelaan ...(Ibrahim Nyoto)

arah pelanggaran prinsip aturan baku, dapat dijerat Pembelaan diri dokter mencakup dua faktor, yaitu
dengan KUHP yang sama dengan culpa. :
e) Medical Accident, yaitu melakukan tindakan 1) Faktor Internal :
medis yang benar dan sesuai aturan baku tetapi a) Memiliki STR, SIP dan Surat Kompetensi
dalam proses terjadi keadaan yang tidak disengaja, yang berlaku (sesuai UU no 29 tahun
misalnya : pemasangan IUD coper-T yang benar 2004).
dan telah dilakukan USG tetapi etrjadi kehamilan b) Menyusun Rekam Medis dan Informed
pada pasien tersebut, saat proses operasi terjadi Concent yang benar (sesuai ManualKonsil
kerusakan alat respirator sehingga mengakibatkan Kedokteran Indonesia ).
pasien koma. Keadaan ini merupakan kondisi c) Melakukan praktek kedokteran yang sesuai
yang tidak direncanakan, terjadi diluar kehendak Standar Kompetensi Dokter serta
sehingga perlu pembuktian unsur tidak diinginkan penyelenggaraan praktek kedokteran yang
yang timbul tersebut agar lolos dari jerat hukum. baik di Indonesia ( sesuai Manual KKI ).
f) Medical Risk/Resiko Medis, yaitu melakukan d) Melakukan komunikasi efektif dokter-
tindakan medis yang benar dan sesuai aturan baku pasien dan membina kemitraan dokter-
serta telah dilengkapi persetujuan tindakan pasien ( sesuai manual KKI ), menjelaskan
medis/informed concent, tetapi output-nya tidak diagnosa, rencana tindakan medis,
sesuai harapan dokter-pasien, misalnya : operasi persetujuan tindakan medis, resiko
trepanasi pada kasus CVA haemoragis yang tindakan medis yang akan dilakukan,
berhasil tetapi post-op pasien tetap koma dan komplikasi yang dapat timbul; penjelasan
meninggal beberapa hari kemudian, pengobatan tersebut dilakukan terhadap pasien dan
Radio-Tx menyebabkan kebotakan total pasien, keluarganya disaksikan staf paramedis.
pemberian obat-obat tertentu menyebabkan e) Memiliki integritas diri, tidak mudah stress
Steven Johnson Syndrome, pemberian antibiotika dan tidak takut menempuh jalur hukum.
menyebabkan alergi sampai shock anafilaktik, 2) Faktor Eksternal :
pasien anak dengan febris, diberi obat per-oral a) Meminta perlindungan dari organisasi
tidak timbul respons terapi malah timbul profesi atau asosiasi spesialis tertentu.
kejang-kejang. Keadaan ini sering merupakan efek Misalnya : IDI, IKABI, POGI.
samping obat, proses perjalanan penyakit yang b) Melakukan hak-jawab/klarifikasi terhadap
parah, resiko tindakan medis; diperlukan input Pers atas tuduhan dugaan malpraktek
yang terbina baik antara dokter-pasien berupa sambil mengumpulkan alat-bahan bukti di
komunikasi yang efektif sehingga dapat dihindari peradilan umum, berupa: rekam medis,
kesalahpahaman yang berujung pada tuduhan informed concent, berkas hasil
dugaan malpraktek terhadap dokter. pemeriksaan penunjang, laporan operasi,
dokumen rekaman operasi, bentuk
PEMBELAAN DIRI DOKTER komunikasi tertulis lain;
Hukum di Republik Indonesia menganut asas c) Mempersiapkan tim pembela di depan
Praduga Tak Bersalah/Presumption of Innocence peradilan umum, memilih pengacara,
dan Persamaan Derajat di depan Hukum/Equality mempersiapkan saksi ahli.
Before The Law, sehingga dokter tidak perlu takut d) Melakukan tuntutan balik terhadap
untuk melakukan langkah pembelaan hukum tuduhan dugaan malpraktek melalui jalur
asalkan telah melakukan praktek kedokteran yang hukum/litigasi berdasarkan pasal KUHP,
baik dan benar sesuai dengan moral, etika, disiplin yaitu :
kedokteran dan hukum kedokteran serta hukum - pasal 310 tentang pencemaran nama
pidana, berupa melaksanakan amanat yang baik, ancaman penjara max 9 bulan.
terkandung dan mencegah melakukan larangan - pasal 311 tentang fitnah terkait
yang tertulis disertai ancaman sanksi. Dokter yang pencemaran nama baik, ancaman penjara
telah melakukan seluruh kaidah diatas telah max 4 tahun.
memperoleh ”Payung Hukum” untuk melakukan - pasal 315 tentang penghinaan, ancaman
praktek kedokteran dengan cermat dan berhati- penjara max 4 bulan 2 minggu.
hati. - pasal 317 tentang pengaduan palsu,
ancaman penjara max 4 tahun.

52
_____________________________________________________________________Pencegahan dan pembelaan ...(Ibrahim Nyoto)

- pasal 318 tentang persangkaan palsu, Umum, apabila telah melaksanakan syarat-syarat
ancaman penjara max 4 tahun. yang telah diatur dan tidak melakukan Praktek
- pasal 322 tentang membuka rahasia, Kedokteran atau tindakan medis yang melawan
ancaman penjara max 9 bulan. Hukum yang berlaku
- pasal 242 tentang sumpah palsu,
ancaman penjara max 7-9 tahun. DAFTAR PUSTAKA
e) Mempersiapkan langkah-langkah mediasi Anny Isfandyarie.,dkk.(2006).: Tanggung Jawab
dengan menggunakan jasa mediator. Hukum dan Sanksi bagi Dokter Buku ke II,
Seluruh faktor diatas menjadi pertimbangan volume 2, edisi pertama, Jakarta, Prestasi
dokter dalam melakukan pembelaan diri terhadap Pustaka.
tuduhan dugaan malpraktek. As’ad Sungguh.(2004).: 25 Etika Profesi, edisi
kedua, Jakarta, Sinar Grafika, hal. 105-108.
KESIMPULAN Danny Wiradharma.(1996).: Penuntun Kuliah
Profesi Dokter merupakan profesi yang rawan Hukum Kedokteran, edisi pertama, Jakarta,
terhadap tuduhan dugaan malpraktek, hal ini Binarupa Aksara,
dapat dihindari jika dokter berpraktek sesuai hal.87-110.
dengan peraturan perundangan yang berlaku. J.Guwandi.(2004).: Hukum Medik, edisi pertama,
Proses pengobatan melalui tiga tahapan, yaitu : Jakarta, Balai Penerbit FKUI, hal 22-59.
INPUT—PROSES—OUTPUT, dokter berperan J.Guwandi.(2005).: Medical Error dan Hukum
maksimal pada tahap Input untuk membina Medis, edisi pertama, Jakarta, Balai Penerbit
komunikasi dan hubungan dokter-pasien yang FKUI, hal 59-101.
efektif sehingga dapat mencegah timbulnya Moeljatno.(1996).: KUHP, edisi sembilan belas,
kesalahpahaman. Dokter sebagai subyek hukum Jakarta, Bumi Aksara.
dapat melakukan pembelaan diri dengan Konsil Kedokteran Indonesia, 2006, Standar
melakukan tuntutan balik atas tuduhan dugaan Kompetensi Dokter, Jakarta.
malpraktek yang merugikannya asalkan dokter Konsil Kedokteran Indonesia, 2006,
tersebut telah melakukan praktek secara Penyelenggaraan Praktik Kedokteran Yang Baik
prosedural. Di Indonesia, Jakarta.
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Praktek
SARAN Kedokteran, Jakarta.
Seorang Dokter akan merasa aman terlindungi
oleh Hukum Kedokteran dan Hukum Peradilan

53
_____________________________________________________________________Pencegahan dan pembelaan ...(Ibrahim Nyoto)

54

You might also like