You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Dengan adanya pemberitaan media cetak di halaman depan.Bahwa Dua Siswa SMP
tersangka Perkosaan,dan masih banyak kasus kenalan remaja lainya yang sering kita dengar
melalui berbagai media cetak maupun elektronik.di berbagai kota maupun daerah. Hal ini
sungguh sangat memperhatinkan bagi perkembangan para generasi muda sebagai
tongngak penerus cita-cita para pendiri bangsa.

Sungguh sangat di sayangkan para remaja saat ini dengan mudah melakukan
perubahan social dan budaya dengan mengadopsi budaya luar tanpa adanya filter.
Meningkatnya kenakalan remaja saat ini merupakan salah satu dampak dari media informasi
yaitu program siaran televisi yang dinilai kurang memberikan nilai edukatif bagi remaja
ketimbang nilai amoralnya. Hal ini disebabkan karena industri perfilman kurang memberikan
pesan-pesan moral terhadap siaran yang ditampilkan. Dapat diperhatikan dalam berbagai
program televisi seperti pada sinetron-sinetron maupun reality show yang banyak
menayangkan tentang pergaulan bebas remaja bersifat pornografis, kekerasan, hedonisme
dan sebagainya untuk selalu ditampilkan dilayar kaca. Oleh karena program tersebut banyak
diminati publik, khususnya remaja. Sehingga dapat memberikan suatu peluang bisnis bagi
pihak stasiun TV yaitu misalnya berupa banyaknya iklan yang masuk.Berbagai acara yang
menayangkan tentang pergaulan bebas remaja di kota besar yang sarat akan dunia
gemerlap (dugem). Seperti tayangan remaja dalam mengonsumsi obat-obatan terlarang,
cara berpakaian yang terlalu minim alias kurang bahan / sexy, goyang-goyangan yang
sensual para penyanyi dangdut, kisah percintaan remaja hingga menimbulkan seks bebas,
ucapan-ucapan kasar dengan memaki-maki atau menghina dan sebagainya. Inilah yang
seringkali menjadi contoh tidak baik yang sering mempengaruhi remaja-remaja yang berada
di kota maupun di daerah untuk mengikuti perilaku tersebut.

1.2.Rumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan di atas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :

“terjadinya pergeseran kepribadian dan kebudayaan di kalangan remaja”


“Apa saja permasalahan pada dunia pergaulan remaja pada masa sekarang ini dan
bagaimana cara mensiasatinya ?”

1.3. Tujuan

Keprihatinan terhadap kenalan remaja adalah tugas dan tanggung jawab kita
bersama.bagaimana kita menyelamatkan generasi bangsa dari keterpurukan moral.karena
pengapdosian budaya barat yang tidak sesuai dengan kebudayaan bangsa kita.tujuan
makalah ini berusaha membahas kenalalan remaja yang di sebabkan pergaulan bebas dan
berusaha meninjau dari aspek social budaya. Sistem sosial yang menjadi dasar sikap
pergaulan bangsa Indonesia tidak jarang malah menjadi bumerang, dimana ada rasa
“segan” dan rasa kekerabatan yang tinggi terkadang menjadikan mengesampingkan aspek-
aspek yang lainnya yang juga berjalan di lingkungan kemasyarakatan. Sistem budaya yang
masih banyak melekat pada masyarakat Indonesia pada akhirnya menjadi parsial, dimana
pilah-pilih menjadi tidak objektif dan akan selalu mengesampingkan segala sesuatu jika
berhubungan dengan kekerabatan di dalam lingkungan masyarakat.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Landasan Teori

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Cultural determinism:


Segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki
oleh masyarakat itu sendiri (Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski )

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut
culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan.

Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai,


norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain,
juga segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks,


yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat.

Sifat hakikat kebudayaan sebagai berikut :

 Kebudayaan terwujud dan tersalurkan lewat perilaku manusia


 Kebudayaan telah ada terlebih dahulu mendahului lahirnya suatu generasi tertentu
dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan
 Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan tingkah lakunya
 Kebudayaan mencangkup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban,
tindakan-tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang dan
tindakan-tindakan yang diizinkan

Kepribadian dan Kebudayaan


Pengertian masyarakat menunjuk pada sejumlah manusia, sedangkan pengertian
kebudayaan menunjuk pada pola-pola perilaku yang khas dari masyarakat tersebut.
Masyarakat dan kebudayaan sebenarnya merupakan perwujudan atau abstraksi perilaku
manusia. Kepribadian menunjukan perilaku manusia. Perilaku manusia dapat dibedakan
dengan kepribadiannya karena kepribadian merupakan latar belakang perilaku yang ada
dalam diri seorang individu. Kekuatan kepribadian bukanlah terletak pada jawaban atau
tanggapan manusia terhadap suatu keadaan, akan tetapi justru pada kesiapannya di dalam
memberikan jawab dan tanggapan.

Menurut Theodore M. Newcomb, yaitu bahwa kepribadian merupakan organisasi sikap-sikap


(predispositions) yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.

2.2. Masa Remaja

Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari
satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola
perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah ( Hurlock, 1998). Oleh karenanya,
remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau
kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan social. Memang banyak
perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan, namun seringkali perubahan itu
hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan
seseorang. Namun satu hal yang pasti, konflik yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks
seiring dengan perubahan pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka. Untuk dapat
memahami remaja, maka perlu dilihat berdasarkan perubahan pada dimensi-dimensi
tersebut

 Dimensi Biologis

Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi
pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis
dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba
memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi. Pada masa pubertas, hormon seseorang
menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic
hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu:

1. Follicle-Stimulating Hormone (FSH);


2. Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormone tersebut
merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone
dua jenis hormone kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan
Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone.
Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis
seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem
reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai
berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik
lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka
akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia
remaja.

 Dimensi Kognitif

Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan
kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal
(period of formal operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola
pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak.
Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan
mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan
akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang
sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi
menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta
mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri.

 Dimensi Moral

Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanyamengenai berbagai


fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri
mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian
tersendiri dalam menghadapi masalahmasalah populer yang berkenaan dengan lingkungan
mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb. Remaja tidak lagi
menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka
selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada
dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih
banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama
ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya
“kenyataan” lain di luar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya
 Dimensi Psikologis

Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa
berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi Csikszentmihalyi dan
Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk
berubah dari mood “senang luar biasa” ke “sedih luar biasa”, sementara orang dewasa
memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama. Perubahan mood (swing) yang drastis
pada para remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah,
atau kegiatan ehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah
dengancepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis. Pada
usia 16 tahun ke atas, keeksentrikan remaja akan berkurang dengan sendirinya jika ia
sering dihadapkan dengan dunia nyata. Pada saat itu, Remaja akan mulai sadar bahwa
orang lain tenyata memiliki dunia tersendiri dan tidak selalu sama dengan yang dihadapi
atau pun dipikirkannya. Anggapan remaja bahwa mereka selalu diperhatikan oleh orang lain
kemudian menjadi tidak berdasar. Pada saat inilah, remaja mulai dihadapkan dengan realita
dan tantangan untuk menyesuaikan impian dan angan-angan mereka dengan kenyataan.
Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka
terlihat “tidak memikirkan akibat” dari perbuatan mereka. Tindakan impulsif sering
dilakukan; sebagian karena mereka tidak sadar dan belum biasa memperhitungkan akibat
jangka pendek atau jangka panjang. Remaja yang diberi kesempatan untuk
mempertangung-jawabkan perbuatan mereka, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang
lebih berhati-hati, lebih percaya-diri, dan mampu bertanggung-jawab. Dari beberapa
dimensi perubahan yang terjadi pada remaja seperti yang telah dijelaskan diatas maka
terdapat kemungkinan – kemungkinan perilaku yang bisa terjadi pada masa ini. Diantaranya
adalah perilaku yang mengundang resiko dan berdampak negative pada remaja. Perilaku
yang mengundang resiko pada masa remaja misalnya seperti penggunaan alcohol,
tembakau dan zat lainnya; aktivitas social yang berganti – ganti pasangan dan perilaku
menentang bahaya seperti balapan, selancar udara, dan layang gantung (Kaplan dan
Sadock, 1997). Alasan perilaku yang mengundang resiko adalah bermacam – macam dan
berhubungan dengan dinamika fobia balik ( conterphobic dynamic ), rasa takut dianggap
tidak cakap, perlu untuk menegaskan identitas maskulin dan dinamika kelompok seperti
tekanan teman sebaya.
2.3. Faktor Kenakalan Remaja

Berdasarkan perkembangan zaman saat ini adapun yang menjadi faktor-faktor penyebab
kenakalan remaja saat ini adalah:

1. faktor intern: adalah faktor yang datangnya dari dalam tubuh remaja sendiri. Faktor
intern ini jika mendapatkan contoh-contoh yang kurang mendidik dari tayangan
televisi akan menimbulkan niat remaja untuk meniru adegan-adegan yang disaksikan
pada isi program televisi tersebut. Khususnya menyangkut masalah pergaulan
remaja di zaman sekarang yang makin berani mengedepankan nilai-nilai budaya luar
yang tidak sesuai dengan adat budaya bangsa. Akhirnya keinginan meniru tersebut
dilakukan hanya sekedar rasa iseng untuk mencari sensasi dalam lingkungan
pergaulan dimana mereka bergaul tanpa batas dan norma agar dipandang oleh
teman-temannya dan masyarakat sebagai remaja yang gaul dan tidak ketinggalan
zaman. Timbulnya minat atau kesenangan remaja yang memang gemar menonton
acara televisi tersebut dikarenakan kondisi remaja yang masih dalam tahap pubertas.
Sehingga rasa ingin tahu untuk mencontoh berbagai tayangan tersebutyang dinilai
kurang memberikan nilai moral bagi perkembangan remaja membuat mereka
tertarik. Dan keinginan untuk mencari sensasipun timbul dengan meniru tayangan-
tayangan tesebut, akibat dari kurangnya pengontrolan diri yang dikarenakan emosi
jiwa remaja yang masih labil
2. faktor ekstern: adalah faktor yang datangnya dari luar tubuh remaja. Faktor ini
dapat disebut sebagai faktor lingkungan yang memberikan contoh atau teladan
negatif serta didukung pula oleh lingkungan yang memberikan kesempatan. Hal ini
disebabkan karena pengaruh trend media televisi saat ini yang banyak menampilkan
edegan-adegan yang bersifat pornografi, kekerasan, hedonisme dan hal-hal yang
menyimpang dari nilai moral dan etika bangsa saat ini. sepertinya media televisi
telah memaksa remaja untuk larut dalam cerita-cerita yang mereka tampilkan
seolah-olah memang begitulah pergaulan remaja seharusnya saat ini. Yang telah
banyak teradopsi oleh nilai-nilai budaya luar yang kurang dapat mereka seleksi mana
yang layak dan yang tidak layak untuk ditiru.
3. Kurangnya perhatian dari orang tua dan lingkungan yang memang menyediakan
pergaulan buruk. Maka memberikan dampak buruk pula bagi remaja untuk mudah
larut dalam hal-hal negatif. Baik dari tayangan televisi maupun dari pergaulan
teman-temannya. Kurangnya perhatian orang tua banyak para remaja mencari
perhatian didunia luar. Mereka cenderung melakukan atau mencari kesenangan di
lingkungan pergaulannya. Ikut-ikutan dan tak lagi dapat membedakan yang mana
baik dan buruk. Rasa takut hilang karena menganggap banyak temannya yang
melakukan hal keliru tersebut. Hingga akhirnya ketergantungan dan mereka terus
melakukannya berulang kali seperti halnya biasa dan membentuk sebuah budaya
yang tak bisa lepas dari hidup mereka. Seperti mengkonsumsi minuman keras,
narkoba dan kegiatan lain yang dinilai dapat memberikan kesenangan sesaat. Dan
dampak dari kegiatan tersebut akan menciptakan orang-orang yang hedonis.
2.4. Pemerkosaan/pencabulan

Lunturnya budaya bangsa menyebabkan mudah masuknya sistem budaya luar.


Dalam masa peralihan budaya ini, objektifitas masyarakat akan suatu budaya menjadi tidak
lagi terkontrol, termasuk budaya luar yang individualis menjadi mudah sekali masuk dan
mempengaruhi bahkan mengambil alih budaya asli Indonesia.

Banyak anak-anak di bawah umur yang menjadi korban pemerkosaan karena


kurangnya pengawasan dari pihak orangtua. Dan kesalahan bagi pihak pemerkosa.

Pemerkosaan terjadi karena tersangka melihat tubuh korban yang sangat molek dan rasa
ingin menikmati.

Faktor-faktor terjadinya pemerkosaan :

 Kurangnya pengawasan dari orangtua


 Korban yang terlalu membuka aurat.
 Tidak dapat menahan nafsu.
 Adapun juga karena faktor balas dendam
 Kurangnya jatah biologis dari isteri.

2.5.Menanggulangi masalah yang terjadi pada remaja

Selain ketiga masalah psikososial yang sering terjadi pada remaja seperti yang
disebutkan dan dibahas diatas terdapat pula masalah masalah lain pada remaja seperti
tawuran, seks bebas Semua masalah tersebut perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak
mengingat remaja merupakan calon penerus generasi bangsa. Ditangan remaja lah masa
depan bangsa ini digantungkan.

Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan dalam upaya untuk mencegah semakin
meningkatnya masalah yang terjadi pada remaja, yaitu antara lain :
Peran Orangtua :

 Menanamkan pola asuh yang baik pada anak sejak prenatal dan balita
 Membekali anak dengan dasar moral dan agama
 Mengerti komunikasi yang baik dan efektif antara orangtua – anak
 Menjalin kerjasama yang baik dengan guru
 Menjai tokoh panutan bagi anak baik dalam perilaku maupun dalam hal menjaga
lingkungan yang sehat
 Menerapkan disiplin yang konsisten pada anak

Peran Pendidik

 Bersahabat dengan siswa


 Menciptakan kondisi sekolah yang nyaman
 Memberikan keleluasaan siswa untuk mengekspresikan diri pada kegiatan
ekstrakurikuler
 Menyediakan sarana dan prasarana bermain dan olahraga
 Meningkatkan disiplin sekolah dan sangsi yang tegas
 Meningkatkan kerjasama dengan orangtua, sesama guru dan sekolah lain
 Meningkatkan keamanan terpadu sekolah bekerjasama dengan Polsek setempat
 Mewaspadai adanya provokator
 Mengadakan kompetisi sehat, seni budaya dan olahraga antar sekolah
 Menciptakan kondisi sekolah yang memungkinkan anak berkembang secara sehat
dalah hal fisik, mental, spiritual dan sosial

Peran Pemerintah dan masyarakat

 Menghidupkan kembali kurikulum budi pekerti


 Menyediakan sarana/prasarana yang dapat menampung agresifitas anak melalui
olahraga dan bermain
 Menegakkan hukum, sangsi dan disiplin yang tegas
 Memberikan keteladanan
 Menanggulangi masuknya budaya luar yang tidak sesuai dengan khasanah budaya
indonesia, dengan menerapkan peraturan dan hukumnya secara tegas

Peran Media

 Sajikan tayangan atau berita tanpa kekerasan (jam tayang sesaui usia)
 Sampaikan berita dengan kalimat benar dan tepat (tidak provokatif)
 Adanya rubrik khusus dalam media masa (cetak, elektronik) yang bebas biaya
khusus untuk remaja

Realiata lunturnya sendi-sendi morlitas dan sistim social budaya yang menimpa
para remaja Indonesia
BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Dari isi makalah ini, penulis mengambil beberapa kesimpulan bahwa :

1. Kenakalan remaja terjadi Karena berbagai factor baik dari kondisi remaja itu sendiri
maupun dari factor lingkungan yang tidak sehat
2. Akibat yang di timbulkan dari tindakan remaja yang tidak baik dapaat merugikan diri
sendiri dan orang lain di sekitarnya
3. Perilaku remaja yang sering kali mengakibatkan kehamilan di luar nikah, di
sebabkan oleh kurangnya kesadaran remaja itu sendiri akan tindakanya, dan bahwa
remaja tersebut masih dalam kondisi labil, dalam arti belum mampu mengendalikan
diri dengan baik.
4. Tindakan remaja yang sering kali menampakan aurat, dapat memicu terjadinya
tindakan yang tidak baik, ( pemerkosaan )
5. Hidup yang sehat adalah hidup yang teratur, dekat dengan orang tua, dan rajin
beribadah, sehingga iman seseorang akan baik jika diimbangi dengan tindakan baik
pula

3.2.Saran

Manusia adalah mahkluk budaya adalah juga kodrati, artinya sejak lahir manusia
sudah menjadi mahkluk yang paling sempurna karena dibekali oleh sang pencipta dengan
akal, perasaan, dan kehendak yang membedakannya dengan mahkluk hewan.

Sebagai mahkluk budaya, manusia hanya mampu mengembangkan diri dan budayanya
apabila hidup bersama dan berhubungan dengan orang lain.dalam hubungannya manusia
mempertimbangkan benar dan salah, baik dan buruk, serta yang bermanfaat dan tidak

Bagi remaja yang belum terkena hal-hal di atas, maka hendaknya untuk menghindari
hal tersebut, dan ketahuilah bahwa semua tindakan yang tidak baik pastilah hasil yang akan
kita dapat tidak baik pula, dan ingatlah meskipun balasan Allah itu datangnya terlambat
namun yakinlah hal itu pastilah ditunaikan.

Harapan bangsa ada di pundakmu


DAFTAR PUSTAKA

Atkinson (1999). Pengantar Psikologi. 2010Jakarta: Penerbit Erlangga

Harian kompas edisi 02 april 2010

Hurlock, E.B (1998). Perkembangan Anak. Alih bahasa oleh Soedjarmo & Istiwidayanti.
Jakarta: Erlangga.

You might also like