Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN
dipakai secara umum untuk menggabungkan dua jenis penyakit, yaitu Kolitis
Ulseratif (UK) dan Penyakit Chorn (PC) dalam satu istilah yang belum
1
mempunyai gambaran klinis yang tumpang tindih sehingga tidak jarang
dalam kelompok IBD, bila gejalanya tidak jelas masuk ke diagnosis KU atau
II. EPIDEMIOLOGI
meningkat. IBD cenderung terjadi pada usia muda (umur 25-30 tahun) dan
tidak terdapat perbedaan bermakna antara wanita dan laki-laki. Yang cukup
Orang kulit putih jauh lebih banyak terkena dibandingkan kulit hitam. Dari
segi ras, tampaknya IBD banyak terdapat pada orang Yahudi. IBD lebih
Belum ada data prevalensi dan insidensi IBD di Indonesia. Bila bertitik
2
mungkin lebih tinggi daripada data yang ada di rumah sakit, mengingat
dan nyeri perut kronik (total 451 kasus), didapatkan KU sebanyak 5,5 %, PC
Sampai saat ini belum diketahui etiologi IBD maupun penjelasan yang
peranan penting dengan adanya kekerapan yang tinggi pada anak kembar
banyak dikemukakan. Yang tetap menjadi masalah adalah hal apa yang
oleh adanya infeksi, toksin, produk bakteri atau diet intralumenal kolon, yang
3
terjadi pada individu yang rentan dan dipengaruhi oleh faktor genetic, defek
usus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah penyakit inflamasi usus (IBD) merujuk pada keadaan kolitis ulserativa (UC) dan
penyakit Crohn (CD). Inflammatory bowel disease adalah suatu kondisi kronis yang tidak
diketahui etiologinya, yang dicirikan oleh episode berulang dari nyeri perut, sering kali disertai
dengan diare. Meskipun kedua kondisi diatas (ulcerative colitis dan penyakit Crohn) memiliki
temuan patologis yang berbeda, sehingga persentase pasien dengan penyakit inflamasi usus
4
(IBD) tidak jelas dilaporkan angka kejadiannya. Penyakit Crohn juga disebut enteritis regional,
Penyakit Crohn, sebuah subkategori penyakit inflamasi usus, dilaporkan memiliki angka
orang-orang dari umur berapa saja, tetapi lebih sering ditemukan pada remaja dan dewasa muda.
Peradangan dan ulserasi terjadi terutama di ileum terminalis dan kolon, meskipun setiap bagian
dari saluran pencernaan dapat terkena penyakit inflamasi usus (IBD) ini. Tidak ada etiologi yang
jelas tentang penyakit inflamasi usus (IBD) ini, meskipun sejumlah faktor mempunyai kontribusi
kepada etiopathogenesis penyakit inflamasi usus (IBD), termasuk genetik, mikroba, penyebab
terjadinya peradangan, kekebalan tubuh (imunitas), dan kelainan pada system permeabilitas
tubuh. Pengobatan secara konvensional dilaporkan tidak memberikan hasil yang cukup
memuaskan, tetapi dapat memberikan kontribusi untuk resolusi flare-ups akut dan berperan
terhadap terjadinya episode remisi. Efek samping yang ditimbulkan setelah intervensi
medikamentosa yang dilakukan menyebabkan intervensi yang lebih alami untuk membantu
Nilai remisi yang lebih baik terlihat dalam pasien Crohn's siapa yang mendapatkan obat
.
penekan imun lebih dulu daripada steroids Remisi dari penyakit Crohn's mungkin lebih besar
jika pasien mendapatkan obat penekan, bukan steroids, lebih dulu. Berita itu, diterbitkan dalam
edisi The lanset, sebuah studi yang berasal dari pasien penyakit Crohn's di Eropa.
Studi menunjukkan nilai remisi lebih baik bila pasien memulai perawatan penyakit
Crohn's tertentu dengan obat penekan kekebalan daripada steroids. "Tidak hanya pasien seperti
mendapatkan penyakitnya di bawah kontrol, namun mereka juga terkena penyebaran steroids -
5
memperpanjang penggunaan terkait dengan penyakit metabolis dan bahkan meningkat
kematian," kata Feagan, yang mengarahkan pada percobaan klinis di Robarts Research Institute
Peneliti lainnya sedang menguji dengan strategi yang sama. Jika temuan mereka,
diharapkan nanti dalam tahun ini, yang sesuai dengan studi di Eropa, "perawatan algoritma untuk
pasien dengan penyakit Crohn's akan berubah," mengenyangkan sebuah editorial di The Lancet.
Studi Eropa termasuk 133 orang pasien penyakit Crohn's yang tidak mulai mengambil obat
Para peneliti yang menugaskan separuh dari pasien secara acak untuk memulai
pengobatan penyakit Crohn's dengan mengambila dua obat penekan kekebalan, Remicade dan
Imuran. Pasien itu dapat mengambil corticosteroids kemudian, jika diperlukan. Sebagai
perbandingan, pada pasien lainnya yang mendapat kan pengobatan penyakit Crohn's standar,
dan akhirnya mengambil Remicade. Tujuan dari studi ini adalah untuk melihat grup mana yang
lebih baik nilai remisi tanpa operasi setelah 26 minggu pengobatan dan setelah satu tahun
perawatan.
6
Nilai remisi sangat unggul di antara para pasien yang memulai pengobatan dengan
Remicade dan Imuran. Di antara pasien itu, 60% adalah dalam remisi setelah 26 minggu
pengobatan dan hampir 62% adalah dalam remisi dalam satu tahun pengobatan dimulai. Sebagai
perbandingan, sekitar 36% dari pasien yang mulai dengan pengobatan steroid dalam remisi itu
setelah 26 minggu perawatan dan 42% adalah dalam remisi setelah satu tahun pengobatan
dimulai. Setelah tahun pertama perawatan, dua kelompok mempunyai nilai remisi yang mirip.
Kemudian kambuh terjadi bagi para pasien yang dimulai dengan Remicade dan Imuran daripada
Pasien yang memulai dengan Remicade dan Imuran kurang kemungkinan untuk
memiliki borok dua tahun setelah perawatan, dibandingkan dengan mereka yang dimulai dengan
steroids. Dalam pola yang jelas, para peneliti menyarankan untuk memulai dengan Remicade dan
7
Imuran mungkin dapat mengubah bagian dari penyakit. Kedua kelompok itu memiliki
Diare kronik disertai atau tanpa darah dan nyeri perut merupakan
sistemik yang timbul sebagai dampak keadaan patologis yang ada sebagai
pada PC. Hal ini disebabkan karena distribusi usus yang terlibat pada KU
adalah kolon, sedangkan pada PC lebih bervariasi yaitu dapat hanya usus
gastrointestinal. Adapun gejala dan lesi anatomis yang terlibat dapat dilihat
Perjalanan klinis IBD ditandai oleh fase aktif dan remisi. Fase remisi ini
dapat disebabkan oleh pengobatan tetapi tidak jarang dapat terjadi spontan.
8
pedomn keberhasilan pengobatan umum maupun menetapkan fase remisi.
Secara umum Disease Activity Index (DAI) yang didasari dari frekuensi diare,
ada tidaknya perdarahan per anum, penilaian kondisi mukosa kolon pada
pemeriksaan endoskopi, dan penilaian klinis secara umum oleh dokter, dapat
9
Colitis Ulseratif Penyakit Chorn
Gejala dan tanda :
○ Diare kronik ++ ++
○ Perdarahan per anum
++ +
○ Nyeri perut
○ Adanya massa intraabdomen + ++
○ Terjadinya fistula
0 ++
○ Timbul striktur/stenosis usus
○ Keterlibatan usus halus +/- ++
○ Keterlibatan rectum
+ ++
○ Menifestasi ekstraintestinal
○ Komplikasi megakolon toksik +/- ++
95% 50%
+ +
+ +/-
Patologi :
+/- ++
10
Pada PC selain gejala umum di atas, adanya fistula merupakan hal
mencolok. Hal ini disebabkan oleh sifat lesi yang transmural sehingga dapat
bacterial overgrowth.
bagian usus yang terlibat. Tetapi pada PC hal tersebut lebih sulit, terlebih
bila ada keterlibatan usus halus (tidak terjangkau oleh tehnik pemeriksaan
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
3.1 Laboratorium
11
penyakit dan dampaknya pada status nutrisi pasien. Parameter yang banyak
menilai kehilangan darah dalam usus, laju endap darah untuk menilai
aktivitas inflamasi serta kadar albumin serum untuk status nutrisi, serta C
penyakit.
3.2. Endoskopi
2. (Modigilani, 1999)
kolon secara difus dan kontinyu, dimulai dari rectum dan menyebar ke
12
Dari data kolonoskopi pada beberapa rumah sakit di Jakarta
Sedangkan PC, 11% terbatas pada ileum terminal, ileo-kolon 33%, dan kolon
oleh 17,6% PC, 23,5% TBC, 17,6% amebiasis, dan 35,4% colitis infektif.
(Djojodiningrat, 2003)
Colitis Penyakit
ulseratif Crohn
13
✔ Bersifat kontinyu +++ +
✔ Adanya skip area (adanya
0 +++
mukosa normal di antara
lesi)
✔ Keterlibatan rectum +++ +
✔ Lesi mudah berdarah
+++ +
✔ Mukosa granular
✔ Cobblestoned +++ +
appearece/pseudo polip
+ +++
Sifat ulkus :
– Dalam
– aphloid + ++
+ +++
14
0 ++++
3.3. Radiologi
dapat mendeteksi adanya dilatasi toksik yaitu tampak lumen usus yang
15
dialirkan secara kontinyu tanpa terganggu oleh kontraksi pylorus. Peran CT
3.4. Histopatologi
dari pada specimen yang diambil secara biopsy per-endoskopik. Terlebih lagi
16
adanya abses kripti, distorsi kripti, infiltrasi sel monoukleus dan
disamping adanya infiltrasi sel makrofag dan limfosit di lamina propia serta
I. PENGOBATAN
konstituen yang bersifat anti oksidan yang dalam penelitian terbatas terlihat
17
bermanfaat pada kasus IBD yaitu glutamine dan asam lemak rantai pendek.
Mengingat penyakit ini bersifat kronik eksaserbasi, edukasi pada pasien dan
4.1 Kortikosteroid
usus yang tinggi dengan efek sistemik (dan efek sampan) yang renda,
digunakan adalah setara prednisone 40-60 mg per hari dan bila remisi
(Hanaver, 1997)
18
Pemakaian aminosalisilat telah lama mapan pada pengobatan IBD.
inflamasi pada IBD adalah 5-ASA. Saat ini tersdia preparate 5-ASA
murni, baik dalam bentuk lepas lambat pada ph>5 (di Indonesia
oral rata-rata yang banyak digunakan adalah 2-4 gram per hari.
(Campieri, 1999)
4.3 Imnosupresif
19
4.4 Loperamide (Imodium)
Bekerja pada lapisan otot intestinal untuk menghambat peristaltic usus
Dewasa :
Dosis Awal : 4 mg PO
Anak :
2-6 tahun : 1 mg PO
6-8 tahun : 2 mg PO
8-12 tahun : 2 mg PO
>12 tahun : Diberikan dosis dewasa dengan Chronic diarrhea: 0.08-0.24 mg/kg/hari
Dewasa :
Anak :
20
<2 tahun : Tidak dianjurkan
2-5 tahun : 2 mg PO
5-8 tahun : 2 mg PO
Dewasa :
Anak :
Dewasa :
80 mg/d PO
Anak :
10 mg/dose PO
4.8 Surgical
21
Indikasi intervensi surgical biasanya bila terjadi komplikasi atau terapi
I. KOMPLIKASI
berikut :
– Perforasi usus
– Degenerasi maligna
Diperkirakan resiko terjadinya kanker pada IBD lebih kurang 13% setelah 20
tahun menderita.
I. PROGNOSIS
spontan dan dalam jangka waktu yang lama. Prognosis banyak dipengaruhi
oleh ada tidaknya komplikasi dan perjalanan klinis yang resisten terhadap
22
penatalaksanaan konservatif dan membutuhkan intervensi surgical.
2000)
maupun sistemik.
23
BAB III
RINGKASAN
dipakai secara umum untuk menggabungkan dua jenis penyakit, yaitu Kolitis
Ulseratif (UK) dan Penyakit Chorn (PC) dalam satu istilah yang belum
dalam kelompok IBD, bila gejalanya tidak jelas masuk ke diagnosis KU atau
PC.
Sampai saat ini belum diketahui etiologi IBD maupun penjelasan yang
peranan penting dengan adanya kekerapan yang tinggi pada anak kembar
24
banyak dikemukakan. Yang tetap menjadi masalah adalah hal apa yang
pasien IBD.
Diare kronik disertai atau tanpa darah dan nyeri perut merupakan
sistemik yang timbul sebagai dampak keadaan patologis yang ada sebagai
pada PC. Hal ini disebabkan karena distribusi usus yang terlibat pada KU
adalah kolon, sedangkan pada PC lebih bervariasi yaitu dapat hanya usus
gastrointestinal.
Laboratorium
Endoskopi
Radiologi
Histopatologi
25
Pada pasien-pasien dengan Inflammatory bowel disease dapat
Kortikosteroid
Asam Aminosalisilat
Imnosupresif
Loperamide (Imodium)
Cholestyramine (Questran)
Dicyclomine (Bentyl)
Surgical
26