Professional Documents
Culture Documents
APRESIASI
PUISI DAN PROSA
DOSEN:
H.A.NURHADI
1
KATA PENGANTAR
Hand Out APRESIASI PUISI DAN PROSA ini tidak lebih dari sekedar alat
bantu mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan. Oleh karenanya pendalaman
materi masih perlu dilakukan. Mahasiswa masih dituntut menelaah lebih lanjut
buku-buku referensi yang disarankan.
Sedikit upaya ini semoga dapat memicu peningkatan kualitas perkuliahan,
sehingga pada akhirnya bermuara pada terwujutnya Sumber Daya Pendidikan
yang handal. Semua keluarga besar STKIP PGRI SUMENEP ikut bertanggung
jawab terhadap tujuan mulia ini –termasuk mahasiswa-.
Kepada mahasiswa yang sadar sebagai mahasiswa semoga ilmu yang
diperoleh menjadi ilmu yang bermanfaat. Amin ya mujiibassaailiin.
Wallahul muwaffiq ilaa aqwaamiththoriiq.
Wassalamu alaikum wr.wb.
2
PERTEMUAN PERTAMA (TM-1, 2, dan 3)
A. PUISI
PUISI 1
Oleh: Tengsoe Tjahjono
Sejuk senapanku
Sejuk darahku
4
Mimesis bukan sekedar tiruan, bukan sekedar potret dari realitas, melainkan
telah melalui kesadaran personal batin pengarangnya (Aristoteles)
Mimesis dapat tampil dalam berbagai jenis (Gerald Genette):
1. Ujaran yang dilaporkan (Pr: discours repporte)
Contoh:
Nenekku mati dengan sikap pasrah, karena sewaktu meninggal
senyuman tersungging di bibirnya:
2. Ujaran yang telah disesuaikan dengan tanggapan, sikap, dan kesadaran
subyektif pengarangnya.
Contoh:
Nenekku mati dengan sikap pasrah, karena sewaktu meninggal
senyuman tersungging di bibirnya, oleh Chairil Anwar diungkapkan
menjadi:
bukan kematian benar menusuk kalbu
keridhaanmu menerima segala tiba
3. Ujaran yang diceritakan (Pr. discours raconte), paparan yang hanya
berisi tindakan yang hanya ada dalam batin pengarang.
Contoh:
Puisi Goenawan Mohamad:
Siang akan jadi dingin
Tuhan, dan angin telah sedia
Biarkan aku sibuk
dan cinta berangkat dalam rahasia
PEKERJAAN RUMAH
1. Perhatikan unsur mimesis dan diegesis (menurut konsep Plato) dalam puisi:
Sajak Joki Tobing buat Widuri, Puisi 1, dan Nyanyian Letnan Nurhadi
Anggota Garuda XII di atas ! Kemudian buatlah catatan-catatan!
5
2. Bacalah dengan sepenuh penghayatan 3 (tiga) buah puisi dan sebuah
cerpen yang Sdr. temukan dalam harian Kompas, Republika, Jawa Pos,
atau harian lain. Kemudian laporkan judul dan nama pengarangnya !
A. PENGERTIAN PUISI
6
9. Ritme (irama)
10. Rima (persamaan bunyi; sajak)
Bacalah dengan cermat contoh puisi di bawah ini, kemudian temukan
irama, penggantian arti (displacing), :penyimpangan arti (distorting), penciptaan
arti (creating of meaning)
PUISI 6
Oleh: Tengsoe Tjahjono
SUNGAI KECIL
Oleh: D. Zawawi Imron
PANTAI SELOPENG
Oleh: Akhmad Nurhadi Moekri
PERMEN KARET
Oleh: Kalih Raksasewu
9
“Pak..pak”, Ini pak yang menyimpan permen karet di meja saya. Dan
waktu itu saya salah paham memarahi Marso yang sekarang ia tak masuk
sekolah”.
“Maafkan saya…Pak. Karena sa…saya disuruh Jimmi Pak”, kata Komar
menginsyafi perbuatan kotornya.
Pak Guru mengajak pergi ke rumah Marso. Sampai di sana Komar
disuruh mengetuk pintu. Tepat dibuka oleh Marso. Ia sangat kaget.
“Maafkan aku ya Marso” kata Komar.
“Dan maafkan aku juga ya” sambung Fredi.
“Ya kalian kumaafkan”, kata Marso.
“Ya, Pak Guru pulang dulu!” kata Pak Guru, sambil ke luar dari rumah
Marso.
“Terima kasih Pak…” kata mereka serentak.
Pukul setengah dua lewat, Komar dan Fredi minta diri untuk pulang.
Matahari tampak gembira diiringi kedua sahabat itu.
Bandung, 5 Februari 1978
10
melalui langkah-langkah mengenali, menikmati dan memahami sehingga tumbuh
penghargaan terhadap keindahan dan makna yang terkandung dalam puisi.
Analog dengan definisi apresiasi puisi kita dapat mendefinisikan apresiasi
prosa dengan mengganti obyek puisi menjadi prosa.
Paling tidak seorang apresiator tidak begitu saja mengabaikan puisi
dengan membuang kesempatan untuk membacanya. Mari kita baca puisi di
bawah ini:
DOA ORANG LAPAR
Oleh: WS Rendra
Kemudian genre sastra lain selain puisi dapat dibaca pada buku-buku
sastra koleksi perpustakaan atau di surat kabar-surat kabar. Selamat
mengapresiasi!
Kegiatan apresiasi puisi dan prosa fiksi dapat mengambil bentuk kegiatan
langsung, kegiatan tidak langsung, kegiatan dokumentatif maupun kegiatan
kreatif.
1. Kegiatan apresiasi langsung.
Kegiatan apresiasi langsung adalah kegiatan yang secara sengaja dilakukan
untuk apresiasi, dalam hal ini untuk memperoleh kenikmatan, menghargai
dan menilai karya sastra secara tepat.
Termasuk dalam kegiatan ini antara lain dengan membaca karya sastra
( puisi dan prosa fiksi), mendengarkan/melihat karya sastra dibacakan,
dilakukan/dideklamasikan baik melalui pertunjukan life, atau melalui media
elektronika.
a. Membaca Karya Sastra (puisi dan prosa fiksi)
Membaca karya sastra di sini bukan sekedar membaca, tetapi
membaca dengan sungguh-sungguh, dengan empati, dengan kegairahan,
sampai ia menemukan pengalaman pengarang di dalam karangannya.
Pembaca memperoleh kenikmatan, dan pada akhirnya ia merasa perlu
untuk memberikan penghargaan yang layak terhadap karya sastra.
12
Sebagai ilustrasi, kita misalkan seseorang membaca puisi di bawah
ini.
AYAHKU
Oleh: Eddy Juniaman
Ayahku
ia seorang kecil
jabatannya pun kecil
tetapi dia orang besar
besar dalam pandanganku
presiden dalam perasaanku
Ayahku presiden
dalam hatiku
dalam hati kami
17
Aje gile !
Gile bener !
Bener-bener “The Last Encouter”
Pertempuran pungkasan manusia melawan napsunya
Sendiri !
JAKARTA
Oleh: Mustofa Bisri
SIAPA
Oleh: D. Zawawi Imron
Kupu-kupu menari
manaklukkan keangkuhan tebing-tebing
dengan warna
CIK MAT
Oleh: Suman Hs.
18
Di tepi sungai yang jernih bening, berliku ke barat, berkelok ke timur, Cik
Mat, duduk mencangkung lurus, memegang pancing berjoran aur kuning tua,
berkelar ukir lingkaran hitam, halus melentur-lentur.
“Puah, sambut bujang perambut, air pasang bawa ke insang, air surut
bawa ke perut –biar putus jangan rabut.”
Tiga yang sudah, empat dengan ini Cik Mat menyembat boran, menyentak tali,
tetapi yang tergail naik ke atas, hanya umpan-umpan jua. “Cih, sekali lagi …
sambut bujang perambut…!”
Nun di seberang sana, berenang mengigal-igal, berkecimpung menepuk
air Dang Zainab, janda Cik Saleh, sudah ditalak tiga, tapi ingin bercinta-buta.
Telah empat kali Cik Mat melabuhkan pancing, ngelamun mantera
nelayan, sudah sekian kali pula mata dikejap dilayangkan, digedang dipicingkan,
tetapi ‘rang seberang, campung-berkecimpung juga.
Lagi sekali Cik Mat menyentak pancing, maka tergaillah terumban-unban
di awang-awang seekor ikan, putih berkilat-kilat, setempap kurang sejari.
“A, terkait insang.” Cik Mat batuk mendehem, pandang melayang ke tepian ‘rang
seberang; tetapi kecimpung tak bergema lagi. Di bawah pohon rambutan,
bersela manggis, tampak Deng Zainab berjalan membelakang melenggok-
lenggok, tidak berpaling, tidak melengos.
“A, terkait insang.” Cik Mat batuk mendehem, pandang tak lurus, Di man
orang mengenal awak…nasib, nasib.
(Dikutip dari: Kawan Bergelut oleh Suman HS).
Tugas:
Tulis pengalaman Anda saat membaca puisi di atas!
20
Di tingkat ini, apresiator berusaha mengungkap hal-hal yang ada di
balik karya tersebut.Ia memperhatikan unsur-unsur pembentuknya, bahkan ia
merasa perlu mengetahui kaidah-kaidah pembentukan cipta sastra. Iapun
merasa perlu mendalami pengertian tentang unsur-unsur cipta sastra.
Dengan demikian ia dapat menelusuri karya tersebut, dari unsur-unsur
pembentuknya (unsur intrinsik dan ekstrinsik karya sastra).
Pada tingkatan ini, apresiator sudah mempunyai gambaran tentang
karya yang sedang diapresiasinya. Ia sudah mulai mengetahui kualitas karya
tersebut, dan jika karya tersebut bagus ia mulai kagum akan karya tersebut
dan terhadap pengarangnya. Iapun semakin menikmati dan semakin
bergairah mngakrabi karya tersebut.
3. Apresiasi Tingkat Ketiga.
Pada apresiasi tingkat ketiga, seseorang menyadari bahwa sastra
bukan sekedar permainan bahasa atau bunyi bahasa. Sastra ternyata
memberikan sesuatu yang dapat dipetik manfaatnya. Dari sastra seseorang
menemukan nilai-nilai hidup tanpa merasa digurui atau dikhotbai, sehingga ia
menjadi bijak sendiri. Menjadi bijak dan memperoleh kenikmatan.
Dalam tingkatan ini, apresiator sudah mencapai kenikmatan yang
tinggi. Ia telah merasa nikmat memperoleh pengalaman dari karya sastra. Ia
juga menemukan kenikmatan estetik, karena ia tahu tentang wujud bangun
karya sastra secara mendalam. Ia juga merasa nikmat karena memperoleh
nilai-nilai untuk menghadapi kehidupan dengan lebih baik. Ia kagum akan
karya tersebut dan ia kagum akan pengarangnya.
Dengan demikian ia akan mampu menghargai dan menilai karya
sastra tersebut dengan layak dan tepat.
21
1. Mendapatkan hiburan.
2. Mengisi waktu luang.
3. Memberikan informasi yang berhubungan dengan pemerolehan nilai-nilai
kehidupan.
4. Memperkaya pandangan atau wawasan kehidupan sebagai salah satu unsur
yang berhubungan dengan pemberian arti maupun peningkatan nilai
kehidupan manusia itu sendiri.
5. Pembaca dapat memperoleh dan memahami nilai-nilai budaya dari setiap
jaman yang melahirkan cipta sastra itu sendiri.
6. Mengembangkan sikap kritis pembaca dalam mengamati perkembangan
jamannya, sejalan dengan kedudukan sastra itu sendiri sebagai salah satu
kreasi manusia yang mampu menjadi semacam peramal tentang
perkembangan jaman itu sendiri di masa yang akan datang.
Senada dengan di atas Tengsoe Tjahjono mendeskripsikan manfaat
mengapresiasi/membaca puisi sebagai:
1. Media hiburan, lebih-lebih hiburan rohani.
2. Memperluas dan memperkaya wawasan bahasa pembaca.
3. Media kontemplasi dan introspeksi (perenungan dan mawas diri).
4. Memperluas wawasan dan pengalaman kemanusiaan pembaca.
5. Memahami nilai-nilai kebenaran.
Di samping manfaat apresiasi sastra sebagaimana uraian di atas, terdapat
juga pendapat yang merumuskan manfaat apresiasi sastra sebagai:
1. Manfaat estetik
Ialah manfaat yang diperoleh apresiator karena karya sastra yang
diapresiasinya memuaskan, menikmatkan, dan membuka kepekaan pikiran
dan perasaan akan keindahan.
2. Manfaat pendidikan
Ialah manfaat yang diperolah apresiator karena isi sastra yang
diapresiasinya memberi pelajaran yang berarti kepadanya, sehingga ia
mampu menghadapi hidup dengan lebih baik.
3. Manfaat memperluas wawasan
22
Ialah manfaat yang diperolah apresiator karena isi karya sastra yang
diapresiasinya memberi pengetahuan baru, sehingga ia sadar akan
kehidupan sekelilingnya.
4. Manfaat psikologis
Ialah manfaat yang diperolah apresiator karena isi karya sastra yang
diapresiasinya dapat membantu menyelesaikan atau meringankan masalah
yang dihadapinya.
Ibu
Oleh: D. Zawawi Imron
23
bila aku berlayar lalu datang angin sakal
Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal
Menafsikan prosa fiksi tidak serumit menafsirkan puisi. Hal itu sebagai
akibat dari bentuk atau genre sastra tersebut yang bersifat naratif deskriptif.
Dengan demikian untuk menafsirkan atau memahami prosa fiksi hanya
diperlukan antara lain memahami judul, memahami isi setiap paragraf, dan
memahami tema dan amanat.
Bacalah satu atau dua novel atau roman yang Saudara peroleh di
perpustakaan atau paling tidak bacalah sinopsis di bawah ini:
Guru Isa adalah seorang tamatan HIK yang menjadi guru Sekolah Rakyat
di Tanah Abang . Ia mempunyai seorang isteri bernama Fatimah. Selain dikenal
akan kebaikannya, Guru Isa juga memiliki sifat yang lembut. Ia sangat mencintai
musik dan sepak bola.
Penindasan bangsa Jepang yang dilihat oleh guru Isa turut
mempengaruhi kehidupan rumah tangganya. Karena merasa ketakutan yang
terus menerus guru Isa menjadi impoten. Sekalipun telah berusaha berobat,
penyakitnya tak kunjung sembuh.
Sebenarnya guru Isa secara tidak sengaja terlibat dalam pergolakan
revolusi ketika ia diserahi jabatan sebagai pengantar surat dan senjata yang
dibutuhkan dalam perjuangan. Ia kemudian berkenalan dengan Hazil, seorang
anak muda yang menjadi pemimpin pejuang. Semangat Hazil yang menggebu-
gebu meningkatkan gairah semangat guru Isa dan membuatnya melupakan
persoalan rumah tangganya. Hubungan guru Isa dengan anak muda itu semaikin
lama semakin erat, sehingga keduanya menjadi sahabat karib. Keduanya sama-
sama berjuang ketika Belanda datang kembali ke bumi pertiwi setelah kekalahan
Jepang. Hazil berjuang karena panggilan nuraninya dan tekatnya yang sudah
24
bulat, sedangkan guru Isa berjuang karena terpaksa dan takut. Mau tidak mau,
guru Isa harus berhadapan dengan orang-orang yang sangat kasar. Ia selalu
dicekam rasa takut apabila menjalankan tugasnya. Ketakutan yang terus
menerus menghantui dirinya membuat penyakit malaria yang telah dideritanya
kambuh kembali. Hazil selalu menengok dan terus menerus memberikan
semangat kepada sahabatnya.
Setelah sembuh dari penyakitnya, guru Isa kembali mengajar. Sementara
itu hubungan Fatimah dan Hazil semakin erat bahkan keduanya taelah
melakukan hubungan terlarang. Suatu hari guru Isa menemukan pipa rokok Hazil
di bawah bantalnya. Ia menjadi sangat marah, namun ia tidak dapat bertindak
apa-apa karena isterinya berada di rumah. Ia takut kepada isterinya sekaligus
merasa malu atas ketidakberdayaannya kepada suami.
Guru Isa, Hazil, dan Rahmad mendapat tugas melemparkan granat ke
gedung bioskop setelah bioskop bubar. Pekerjaan itu berhasil dilakukan namun
salah seorang di antara mereka tertangkap Belanda. Guru Isa bermaksud untuk
segera melarikan diri, namun ia membatalkan niatnya karena tidak mendapatkan
tempat persembunyian. Ia kemudian ditangkap oleh Belanda dan dipaksa untuk
mengakui semua perbuatannya. Namun, ia hanya tutup mulut saja.
Suatu hari ia dipertemukan dengan Hazil di kamar tahanannya. Ia
mengetahui bahwa Hazil telah menghianati dirinya hanya karena tidak tahan
menerima siksaan. Kekaguman guru Isa terhadap anak muda itu kini telah
hilang. Ia bahkan menjadi tidak takut lagi terhadap siksaan yang akan
diterimanya. Ia mulai membiasakan dirinya untuk menghilangkan ketakutan
dalam dirinya. Tekad ini ternyata memulihkan penyakitnya. Ia tidak lagi impoten.
Guru Isa kini menjadi orang yang sangat bahagia.
KEPADA SEMUT
Oleh: Mustofa Bisri
26
5. Memahami baris dan bait
Pada puisi Mustofa Bisri di atas baris pertama mengungkapkan adanya
percakapan antara semut dan rayap. Puisi tersebut ditulis dalam satu bait,
melukiskan kemunafikan.
6. Memahami tipografi dan enjambemen
7. Memahami makna dan amanat
Pengertian
Pendekatan analitis dalam mengapresiasi sastra (prosa fiksi dan puisi)
adalah pendekatan yang secara sistematis obyektif berusaha memahami unsur-
unsur intrinsik dalam sastra (prosa fiksi dan puisi), mengidentifikasi peranan
setiap unsur intrinsik dalam sastra (prosa fiksi dan puisi) serta berusaha
memahami bagaimana hubungan antara unsur yang satu dengan lainnya.
Unsur intrinsic prosa fiksa
Tahap kegiatan:
1. Membaca puisi berulang-ulang.
2. Memahami judul.
3. Memahami gambaran makna secara umum.
4. Menetapkan kata dalam kategori: lambang, simbol, atau utterance.
5. Memahami setiap simbol.
6. Memahami setiap baris.
7. Memahami hubungan antarbaris.
8. Memahami satuan-satuan pokok pikiran.
9. Memahami sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya.
10. Memahami sikap penyair terhadap pembaca.
11. Merangkum seluruh pemahaman di atas.
12. Menyimpulkan tema
28
Adakah Suara Cemara
Oleh: Taufiq Ismail
29
STKIP PGRI SUMENEP
JURUSAN : BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
MATA KULIAH : APRESIASI PUISI
BOBOT : 2 SKS
SEMESTER : III
DOSEN : Drs. Akhmad Nurhadi, S.Pd., M.Si.
Keterangan:
1. Kehidupan penyair sebagai guru menjadi latar belakang terwujudnya
gagasan dalam puisi.
2. Penggambaran tentang kehidupan guru yang sederhana jauh dari sejahtera.
3. Sikap penyair yang merasa takut kehidupan guru semacam itu mengusik jiwa
murid-muridnya yang belia.
Dengan menggunakan pendekatan sosio psikologis apresiasikan puisi berikut ini:
Megatruh Guru Karni
Oleh: Tengsoe Tjahjono
32
STKIP PGRI SUMENEP
JURUSAN : BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
MATA KULIAH : APRESIASI PUISI
BOBOT : 2 SKS
SEMESTER : III
DOSEN : Drs. Akhmad Nurhadi, S.Pd., M.Si.
Karangan Bunga
Oleh: Taufiq Ismail
Catatan:
1. Taufiq Ismail tahun 1960-an seorang aktivis mahasiswa.
2. Tahun 1960-an terjadi demonstrasi mahasiswa yang memperjuangkan
Trituta.
3. Hadirnya puisi-puisi Angkatan tahun 1960-an.
Apresiasi puisi berikut dengan pendekatan historis:
Aku juga
Ndak jadi presiden ndak patheken tu
Ndak jadi jendral, ndak jadi panglima –ndak patheken
Ndak punya loji, ndak punya mercy –ndak patheken
Ndak pake jas, ndak pake surjan –ndak patheken
Cuma ya itu lho
Pegimana daripada anak-mantuku, konco kopingku
Tahu-tahu nanti pada patheken, panunen, kreminen
Kan ya repot to ya.
35
STKIP PGRI SUMENEP
JURUSAN : BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
MATA KULIAH : APRESIASI PUISI
BOBOT : 2 SKS
SEMESTER : III
DOSEN : Drs. Akhmad Nurhadi, S.Pd., M.Si.
Menulis Puisi
A. Bahan Puisi
Bahan puisi adalah realitas kehidupan, pengalaman kita sehari-hari.
Puisi tidak harus berangkat dari tema, tetapi dapat berangkat dari mana
saja.
B. Bahasa Puisi
Bahasa puisi itu khas.
Pilihan kata-katanya padat, cermat, berkonotasi, bermajas, dan
berirama.
C. Bentuk Ekspresi
Ciri visual puisi
Bagaimana menata huruf-huruf puisi secara grafis.
Pemenggalan larik (enjambemen), penyusunan bait, dan ukiran bentuk
(tipografi).
D. Pengembangan Bahan
Berhubungan dengan sikap penyair menghadapi bahan
Dalam proses penciptaan puisi terdapat pelbagai sikap penyair dalam
menghadapi realitas sebagai bahan:
1. Penyair sebatas merekam peristiwa atau fenomena awal.
36
2. Penyair memakai realitas sebagai media untuk mengungkapkan
gagasan atau perasaan tertentu
3. Gagasan diungkapkan oleh penyair secara telanjang dan terbuka.
4. Gagasan atau realitas diungkapkan dengan mendayagunakan
potensi bahasa yang unik dan menarik.
E. Gaya Pribadi
Gaya pribadi berhubungan dengan: konsep estetika yang diperjuangkan,
aliran yang dianut, dan faktor kepribadian penyair.
Gaya pribadi akan tampak pada:
1. Pilihan kata.
2. Penyusunan frase atau kalimat.
3. Pengolahan majas.
4. Penggarapan unsur intrinsik puisi: baris, bait, tipografi, enjambemen,
dan irama.
5. Pemilihan dan pengungkapan pokok persoalan.
Membaca Puisi
Deklamasi=baca puisi (poetry reading), tetapi ada juga yang
berpendapat:deklamasi=/=baca puisi.
Bekal awal yang harus dipunyai pembaca puisi:
1. Interpretasi, termasuk penghayatan.
2. Presentasi, meliputi:
a. Segi psikhis, meliputi:
a.1. Kesiapan mental.
a.2. Keberanian.
a.3. Konsentrasi.
b. Segi verbal, meliputi:
b.1. Artikulasi.
b.2. Intonasi.
b.3. Irama.
b.4. Volume
37
c. Segi nonverbal, meliputi:
c.1. Mimik.
c.2. Pantomimik.
c.3. Pakaian.
c.4. Komunikasi.
Alternatif membaca puisi: secara individuil, secara kelompok, atau
dramatisasi puisi.
38
STKIP PGRI SUMENEP
JURUSAN : BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
MATA KULIAH : APRESIASI PUISI
BOBOT : 2 SKS
SEMESTER : III
DOSEN : Drs. Akhmad Nurhadi, S.Pd., M.Si.
39
Juri dapat terdiri dari 3 (tiga) orang. Masing-masing juri menilai semua
aspek. Pemenang diambil dari kandidat dengan nilai komulatif terbesar.
B. Penilaian terhadap baca puisi
Unsur-unsur yang dinilai dalam (lomba) baca puisi dapat beragam, tetapi
yang umum dipergunakan dalam lomba baca puisi meliputi: Presentasi dan
interpretasi atau: vokal, interpretasi, dan penampilan. Perhatikan format
penilaian berikut ini:
Format: Penilaian Baca Puisi
No. Urut No. Undian Aspek Catatan Juri
Interpretasi Presentasi
Rentang Nilai 30-90 40-80
Dalam lomba kegiatan penilaian dilakukan oleh 3 (tiga) orang juri. Masing-
masing juri menilai semua aspek. Kejuaraan ditentukan oleh nilai komulatif
semua juri. Apabila terdapat kesamaan nilai, pemenang dapat dipertimbangkan
melalui catatan juri atau memberi penekanan pada nilai aspek interpretasi.
DAFTAR BACAAN
Aminuddin, Drs., M.Pd., 1987, Pengantar Apresiasi Karya Sastra, Sinar baru,
Bandung dan YA3, Malang.
40