You are on page 1of 40

Hand Out

APRESIASI
PUISI DAN PROSA

DOSEN:
H.A.NURHADI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


(STKIP) PGRI SUMENEP
20008

1
KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum wr. wb.

Hand Out APRESIASI PUISI DAN PROSA ini tidak lebih dari sekedar alat
bantu mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan. Oleh karenanya pendalaman
materi masih perlu dilakukan. Mahasiswa masih dituntut menelaah lebih lanjut
buku-buku referensi yang disarankan.
Sedikit upaya ini semoga dapat memicu peningkatan kualitas perkuliahan,
sehingga pada akhirnya bermuara pada terwujutnya Sumber Daya Pendidikan
yang handal. Semua keluarga besar STKIP PGRI SUMENEP ikut bertanggung
jawab terhadap tujuan mulia ini –termasuk mahasiswa-.
Kepada mahasiswa yang sadar sebagai mahasiswa semoga ilmu yang
diperoleh menjadi ilmu yang bermanfaat. Amin ya mujiibassaailiin.
Wallahul muwaffiq ilaa aqwaamiththoriiq.
Wassalamu alaikum wr.wb.

Sumenep, Agustus 2007


Dosen,

2
PERTEMUAN PERTAMA (TM-1, 2, dan 3)

I. BERKENALAN DENGAN PUISI DAN PROSA FIKSI

A. PUISI

 Hayati puisi-puisi berikut dengan sepenuh penghayatan !

SAJAK JOKI TOBING BUAT WIDURI


Oleh: WS Rendra

Dengan latar gubug-gubug karton,


aku terkenang akan wajahmu,
Di atas debu kemiskinan,
aku berdiri menghadapmu,
Usaplah wajahku, Widuri,
Mimpi remajaku gugur
di atas padang penangguran,
Ciliwung keruh,
wajah-wajah nelayan keruh,
lalu muncullah rambutmu yang berkebaran,
Kemiskinan dan kelaparan,
membangkitkan keangkuhanku,
wajah indah dan rambutmu,
menjadi pelangi dicakrawalu.

PUISI 1
Oleh: Tengsoe Tjahjono

Sebut saja namamu: puisi


Lahir dari kemelut sejarah dan benteng terakhir
Perlawanan

Engkau melayang: misteri


Tinta biru getar terakhir jemari
Perburuan

Dan ini catatan itu


Yang dikirim lewat sekawanan elang
: negerimu ? Masih saja belukar
tanah lembab tanpa cahaya

Adakah yang masih bisa digali dari pesan itu


Lihatlah bukit-bukit begitu agungnya
Lambaian tangan samar kubaca
3
Sebut saja namamu: puisi

NYANYIAN LETNAN NURHADI ANGGOTA PASUKAN


GARUDA XII
Oleh: Akhmad Nurhadi Moekri

Kalau aku ke Kamboja


anakku
berbekal seribu peluru
Kalau aku pulang nanti
anakku
Kubawakan seribu peluru

Sejuk senapanku
Sejuk darahku

Telah kuminum darah yang tumpah


Telah kubungkam parang yang pecah

Kalau aku ke Kamboja


anakku
berbekal seribu peluru
kusalami penduduk desa
kubangun pagar rumahnya
kusapu hutan
kurajut kota

Kalau aku pulang nanti


anakku
kubawakan seribu peluru
sekeranjang jeruk untuk tetangga
sekeranjang senyum gerilya untuk
mamamu

kubawakan Ho Chi Minh


kubawakan sungai Mekong
kubawakan Pnom Penh
kubawakan Kamboja

Catatan tentang Mimesis dan Diegesis:


 Mimesis adalah paparan realitas seperti apa adanya, diegesis paparan ilusi
pengarang.(Plato).

4
 Mimesis bukan sekedar tiruan, bukan sekedar potret dari realitas, melainkan
telah melalui kesadaran personal batin pengarangnya (Aristoteles)
 Mimesis dapat tampil dalam berbagai jenis (Gerald Genette):
1. Ujaran yang dilaporkan (Pr: discours repporte)
Contoh:
Nenekku mati dengan sikap pasrah, karena sewaktu meninggal
senyuman tersungging di bibirnya:
2. Ujaran yang telah disesuaikan dengan tanggapan, sikap, dan kesadaran
subyektif pengarangnya.
Contoh:
Nenekku mati dengan sikap pasrah, karena sewaktu meninggal
senyuman tersungging di bibirnya, oleh Chairil Anwar diungkapkan
menjadi:
bukan kematian benar menusuk kalbu
keridhaanmu menerima segala tiba
3. Ujaran yang diceritakan (Pr. discours raconte), paparan yang hanya
berisi tindakan yang hanya ada dalam batin pengarang.
Contoh:
Puisi Goenawan Mohamad:
Siang akan jadi dingin
Tuhan, dan angin telah sedia
Biarkan aku sibuk
dan cinta berangkat dalam rahasia

B. PROSA (Cerpen, Novel/Roman, Drama)

Coba Sdr apresiasi cerpen guntingan koran terlampir!

PEKERJAAN RUMAH

1. Perhatikan unsur mimesis dan diegesis (menurut konsep Plato) dalam puisi:
Sajak Joki Tobing buat Widuri, Puisi 1, dan Nyanyian Letnan Nurhadi
Anggota Garuda XII di atas ! Kemudian buatlah catatan-catatan!

5
2. Bacalah dengan sepenuh penghayatan 3 (tiga) buah puisi dan sebuah
cerpen yang Sdr. temukan dalam harian Kompas, Republika, Jawa Pos,
atau harian lain. Kemudian laporkan judul dan nama pengarangnya !

II. PENGERTIAN PUISI DAN PROSA FIKSI

A. PENGERTIAN PUISI

Secara etimologis.kata puisi berasal dari bahasa Yunani poemia yang


berarti membuat, poeisis yang berarti pembuatan, atau poeites yang berarti
pembuat, pembangun atau pembentuk. Di Inggris puisi itu disebut poem atau
poetry yang tidak jauh berbeda dengan to make atau to create, sehingga pernah
lama sekali di Inggris puisi itu disebut maker.
Lebih lanjut Tengsoe Tjahjono mendefinisikan puisi sebagai ungkapan
pikir dan rasa yang padat dan berirama, dalam bentuk larik dan bait dengan
memakai bahasa indah dalam koridor estetik.
Hudson mengungkapkan puisi adalah salah satu cabang sastra yang
menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi
dan imajinasi, seperti halnya lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam
menggambarkan gagasan pelukisnya.
Sebagai salah satu karya kreatif yang diwujudkan dalam bentuk bahasa,
puisi mempunyai unsur-unsur intrinsik, yaitu:
1. Tema (gagasan utama)
2. Rasa (arti emosional)
3. Nada (menggurui, mencaci, merayu, merengek, menyindir,
mengajak,dsb).
4. Amanat (pesan)
5. Diksi (pilihan kata)
6. Imajeri (daya baying: imajeri pandang, imajeri dengar, imajeri rasa, dsb).
7. Kata-kata konkret (kata-kata yang secara denotatir sama, tetapi secara
konotatif berbeda)
8. Gaya bahasa (bahasa khas untuk memperjelas makna)

6
9. Ritme (irama)
10. Rima (persamaan bunyi; sajak)
Bacalah dengan cermat contoh puisi di bawah ini, kemudian temukan
irama, penggantian arti (displacing), :penyimpangan arti (distorting), penciptaan
arti (creating of meaning)

PUISI 6
Oleh: Tengsoe Tjahjono

Kembali pada puisi, sungai mengalir di antaranya


Daun berbentuk hati mengapung di alir bebatuan
Tak henti-henti hujan mematuki

Sepasang angsa berenangan di tepi


Putih berkilau, dikibaskan air di badan
: Oi kenapa sampai di sini ?

Dan siapa mengintip dari remang bebukitan


Oh, jangan bulan atau bintang-gemintang
: Jejak itu telah lama hilang

SUNGAI KECIL
Oleh: D. Zawawi Imron

Sungai kecil, sungai kecil ! dimanakah engkau telah kulihat ?


antara cirebon dan purwokerto atau hanya dalam
mimpi
di atasmu batu-batu kecil sekeras rinduku dan di tepimu
daun-daun bergoyang menaburkan sesuatu yang kuminta
dalam doaku
sungai kecil, sungai kecil ! terangkanlah kepadaku,
dimanakah negeri asalmu ?
di atasmu akan kupasang jembatan bambu agar para petani
mudah melintasimu dan akan kubersihkan lubukmu agar
para perampok yang mandi merasakan sejuk airmu
sungai kecil, sungai kecil ! mengalirlah terus ke rongga
jantungku dan kalau kau payah, istirahatlah ke dalam tidurku
! kau yang jelita kutembangkan buat kasihku

PANTAI SELOPENG
Oleh: Akhmad Nurhadi Moekri

nganga bahak ombak


meruncing taring sepi
7
mengunyahku
yang terlentang di sela jajaran perahu bajak
yang ditinggalkan para awak ke darat

di darat mereka akan menjumpai


ikan yang terenggut dari lautku
lautku
dan mereka akan tenggelam di matanya
bersama lentangku

B. PENGERTIAN PROSA FIKSI


Prosa Fiksi = karya fiksi, prosa cerita, prosa narasi, narasi, atau cerita
berplot.
Prosa Fiksi adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku
tertentu dengan pemeranan, latar, serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu
yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita.
Unsur-unsur prosa fiksi:
1. Pengarang atau narator.
2. Isi penciptaan, Pengarang memaparkannya lewat:
a. penjelasan atau komentar.
b. Dialog maupun monolog
c. Lewat lakuan atau action
3. Media penyampai isi berupa bahasa.
4. Elemen-elemen fiksional atau unsur-unsur intrinsik yang membangun karya
fiksi itu sendiri sehingga menjadi suatu wacana. Unsur-unsur intrinsic terdiri
atas:
a. Tema
b. Amanat
c. Alur
d. Perwatakan
e. Latar
f. Pusat Pengisahan
Prosa fiksi lebih lanjut dapat dibedakan atas roman, novel, novelet,
maupun cerpen.

Bacalah cerpen berikut:

PERMEN KARET
Oleh: Kalih Raksasewu

Matahari bersinar cerah diiringi langkah kaki Marso. Ia hendak pergi ke


sekolah. Ia tak lupa pergi ke rumah temannya untuk berangkat bersama. Sampai
di sekolah seperti biasa ia menyimpan tasnya ke bangku masing-masing.
Pukul tujuh lonceng berbunyi mulai terdengar dan pelajaran dimulai.
Selesai pelajaran anak-anak lari saling mendahului. Hanya Marso dan Fredi
sahabatanya yang tidak saling mendahului. Ia berjalan dengan asyiknya pada
8
bercerita. Tidak terasa ia harus berpisah di persimpangan Jalan Oto Iskandar
Dinata.
Bulan Januari berhenti, maka dirobeknya kalender Januari itu oleh Fredi
dan arlojinya pun diputar. Memang ayah Fredi berpangkat tinggi tetapi ia sangat
ramah dan baik budinya dan Fredi pun begitu tak seperti orang kaya tetapi pelit.
Pada suatu hari si Komar memakan permen karet. Ia terkenal sangat
nakal. Sesudah selesai memkan permen karet ia oleskan ke meja Fredi. Bel
sekolah terdengar lagi, Fredi mengambil buku dan disimpannya di meja untuk
menulis.
Ketika ia mengangkat bukunya ternyata buku itu lengket. Ia sangat marah
karena ia merasa sedang dipermainikan. Fredi melirik kepada Marso, karena ia
ingat bahwa Marso suka sekali makan permen karet.
Sewaktu bel istirahat berbunyi Fredi cepat-cepat ke luar dan menjaga
pintu masuk kelas. Marso berjalan ke pintu kelas maksudnya ia hendak ke Fredi
untuk bermain bersama.tetapi ia dipegang kerah bajunya.
“He …ada apa kamu Fredi?” tanya Marso terkejut.
“Jangan berpura-pura!”Geram Fredi. “Kamu tadi menyimpan permen karet
ini ya?” sambungnya.
Komar melihat kejadian itu lalu tertawa terbahak-bahak diiringi
menertawakan kawannya yang menyuruh Komar menyimpan permen karet di
meja Fredi.
“Ti…ti…dak Fredi.”, katanya penuh ketakutan. Mukanya merah sekali.
Lalu ia masuk ke kelas dan lari keluar SD Negeri itu, ia pulang tanpa
dihirauikan teman-temannya.
Komar melihat kejadian itu ia malah tertawa dengan Jimmi yang
menyuruh Komar menyimpan permen karet itu.
Jam pelajaran telah selesai. Ketika itu Fredi berjalan sendirian ia
memikirkan persoalan itu. Tiba-tiba ia ingat masa temannya yang baik itu
berbuat perbuatan yang sejelek itu. Ia lari seketika itu juga ke Gang Suniaraja
untuk mendapatkan Marso. Sampai di rumah Marso ia berjalan perlahan-lahan
Dilihatnya Marso duduk seperti yang sangat sedih.
Besoknya Marso kelihatan tak masuk sekolah. Fredi teringat pesan
ayahnya sewaktu Fredi di kelas 3 SD itu. Kta ayahnya, “tidak boleh menuduh
orang sebelum ada buktinya”.
Sepulang sekolah ia pergi ke kantor untuk melaporkan bahwa Marso tak
masuk sekolah. Jimmi berjalan bersama Komar. Memang Jimmi tak menyukai
Marso. Dan waktu itu Fredi berjalan sendiri. Ia teringat akan waktu itu. Ia
memegang kerah baju Marso dan terdengar suara Komar. Lalu ia lari
mendapatkan Komar yang berjalan di depan.
“Hai Komar…kamukah yang menyimpan permen karet itu?” Tanya Fredi.
“Apa…aku…hahaha…aku?”katanya.
“Ya…ia!” kata Jimmi menutup pembicaraan Komar.
“Diam kau! Kau yang menyuruh aku.”, bisik Komar.
Tanpa berkata lagi Fredi menarik tangan Komar ke Pak Guru yang masih
ada di kelas.

9
“Pak..pak”, Ini pak yang menyimpan permen karet di meja saya. Dan
waktu itu saya salah paham memarahi Marso yang sekarang ia tak masuk
sekolah”.
“Maafkan saya…Pak. Karena sa…saya disuruh Jimmi Pak”, kata Komar
menginsyafi perbuatan kotornya.
Pak Guru mengajak pergi ke rumah Marso. Sampai di sana Komar
disuruh mengetuk pintu. Tepat dibuka oleh Marso. Ia sangat kaget.
“Maafkan aku ya Marso” kata Komar.
“Dan maafkan aku juga ya” sambung Fredi.
“Ya kalian kumaafkan”, kata Marso.
“Ya, Pak Guru pulang dulu!” kata Pak Guru, sambil ke luar dari rumah
Marso.
“Terima kasih Pak…” kata mereka serentak.
Pukul setengah dua lewat, Komar dan Fredi minta diri untuk pulang.
Matahari tampak gembira diiringi kedua sahabat itu.
Bandung, 5 Februari 1978

III. PENGERTIAN APRESIASI


Istilah apresiasi berasal dari bahasa Latin apresiatio yang berarti
mengindahkan atau menghargai. Kata apresiato menurunkan kata appreciation
(Inggris) atau appretiare (Perancis).
Istilah apresiasi menurut Gove mengandung makna:
(1). Pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin.
(2). Pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang
diungkapkan pengarang.
Natawijaya menyatakan bahwa apresiasi adalah penghargaan dan
pemahaman atas sesuatu hasil seni atau budaya. (Tugas: Buat kesimpulan
sendiri pengertian apresiasi!)
Squire dan Taba berkesimpulan bahwa sebagai suatu proses, apresiasi
melibatkan tiga unsur inti, yaitu:
(1). Aspek kognitif.
(2). Aspek emotif.
(3). Aspek evaluatif.
Akhirnya apresiasi puisi didefinisakan oleh Tengsoe Tjahjono sebagai
aktivitas menggeluti puisi yang melibatkan unsur pikiran, perasaan, bahkan fisik,

10
melalui langkah-langkah mengenali, menikmati dan memahami sehingga tumbuh
penghargaan terhadap keindahan dan makna yang terkandung dalam puisi.
Analog dengan definisi apresiasi puisi kita dapat mendefinisikan apresiasi
prosa dengan mengganti obyek puisi menjadi prosa.
Paling tidak seorang apresiator tidak begitu saja mengabaikan puisi
dengan membuang kesempatan untuk membacanya. Mari kita baca puisi di
bawah ini:
DOA ORANG LAPAR
Oleh: WS Rendra

Kelaparan adalah burung gagak


yang licik dan hitam
Jutaan burung-burung gagak
bagai awan yang hitam
O Allah !
Burung gagak menakutkan
Dan kelaparan adalah burung gagak
Selalu menakutkan
Kelaparan adalah pemberontakan
Adalah penggerak gaib
dari pisau-pisau pembunuhan
yang diayunkan oleh tangan-tangan orang miskin
Kelaparan adalah batu-batu karang
di bawah wajah laut yang tidur
Adalah mata air penipuan
Adalah pengkhianat kehormatan
Seorang pemuda yang gagah akan menangis tersedu
melihat bagaimana tangannya sendiri
meletakkan kehormatannya di tana
karena kelaparan
Kelaparan adalah iblis
Kelaparan adalah iblis yang menawarkan kediktatoran
O Allah !
Kelaparan adalah tangan-tangan hitam
yang memasukkan segenggam tawas
ke dalam perut para miskin
O Allah !
Kami berlutut
Mata kami adalah mata-Mu
Ini juga mulut-Mu
Ini juga hati-Mu
Dan ini juga perut-Mu
Perut-Mu lapar, ya Allah
11
Perut-Mu menggenggam tawas
dan pecahan-pecahan gelas kaca
O Allah !
Betapa indahnya sepiring nasi panas
Semangkok sop dan segelas kopi hitam
O Allah !
Kelaparan adalah burung gagak
Jutaan burung gagak
bagai awan yang hitam
menghalang pandangku
ke sorga-Mu !

Kemudian genre sastra lain selain puisi dapat dibaca pada buku-buku
sastra koleksi perpustakaan atau di surat kabar-surat kabar. Selamat
mengapresiasi!

PERTEMUAN KEDUA (TM: 4, 5, dan 6)

IV. KEGIATAN APRESIASI PUISI DAN APRESIASI PROSA FIKSI

Kegiatan apresiasi puisi dan prosa fiksi dapat mengambil bentuk kegiatan
langsung, kegiatan tidak langsung, kegiatan dokumentatif maupun kegiatan
kreatif.
1. Kegiatan apresiasi langsung.
Kegiatan apresiasi langsung adalah kegiatan yang secara sengaja dilakukan
untuk apresiasi, dalam hal ini untuk memperoleh kenikmatan, menghargai
dan menilai karya sastra secara tepat.
Termasuk dalam kegiatan ini antara lain dengan membaca karya sastra
( puisi dan prosa fiksi), mendengarkan/melihat karya sastra dibacakan,
dilakukan/dideklamasikan baik melalui pertunjukan life, atau melalui media
elektronika.
a. Membaca Karya Sastra (puisi dan prosa fiksi)
Membaca karya sastra di sini bukan sekedar membaca, tetapi
membaca dengan sungguh-sungguh, dengan empati, dengan kegairahan,
sampai ia menemukan pengalaman pengarang di dalam karangannya.
Pembaca memperoleh kenikmatan, dan pada akhirnya ia merasa perlu
untuk memberikan penghargaan yang layak terhadap karya sastra.

12
Sebagai ilustrasi, kita misalkan seseorang membaca puisi di bawah
ini.
AYAHKU
Oleh: Eddy Juniaman
Ayahku
ia seorang kecil
jabatannya pun kecil
tetapi dia orang besar
besar dalam pandanganku
presiden dalam perasaanku

Ayahku tidak kaya harta


kekayaannya ialah cita-cita
dia minyak, dia obor
dia jalan, dia jenjang
kami tinggal memanfaatkanya

Ayahku presiden
dalam hatiku
dalam hati kami

Apabila orang/pembaca tersebut merasa terharu akan sikap


seorang anak yang sangat mengagumi ayahnya. Dia merasa menjadi aku
puisi (aku liris) yang sama-sama mengagumi ayahnya. Terbayang olehnya
keadaan ekonomi ayahnya, ketegaran hidupnya, kepemimpinan dan kasih
sayang ayahnya. Setelah membaca puisi tersebut ia pun merasa semakin
hormat kepada ayahnya.
Selain itu, ia juga merasa kagum kepada penulis puisi tersebut
yang mampu menggugah pembaca dengan bahasa yang sederhana
bahkan lugu. Dengan kesederhanaannya penulis mampu menyusun tema
yang disajikan. Gaya bahasa dan diksi (pilihan kata) digunakan begitu
tepat. Iapun terus menggumuli puisi tersebut dengan dibekali kemampuan
teoritis yang dimiliki. Bagaimana sikap penyair terhadap pokok persoalan
yang dibicarakan, bagaiman nada membicarakannya, dan bagaimana
tujuannya.
Tidak cukup sampai di situ, ia menelusuri terus. Bagaiman imajeri,
rima, dan iramanya. Setelah itu ia mendiskusikan pengalaman yang
13
diperoleh dari puisi tersebut dengan teman-temannya. Kemudian ia
menyimpulkan bahwa puisi Ayahku adalah puisi yang baik.
Inilah contoh tentang membaca yang termasuk kegiatan
mengapresiasi. Pembaca tersebut telah melakukan dengan sungguh-
sungguh, iapun menikmati, iapun mendapat pengalaman dan menjadi
lebih baik sikapnya terhadap ayahnya dan ia dapat menghargai karya
tersebut dengan tepat.
b. Mendengarkan Karya Sastra Dibacakan/Dilakukan
Mendengarkan karya sastra dibacakan/dilakukan dapat mengambil
bentuk mendengarkan puisi/cerpen dituturkan, baca dongeng, dst.
Kegiatan ini dapat dilakukan secara life maupun melalui saluran media
elektronik, seperti radio atau televisi, bahkan melalui rekaman kaset/tape
recorder, CD/MP-3/VCD, komputer/internet, dst.
Sebagai ilustrasi kita misalkan seseorang menonton pagelaran
baca dongeng. Inilah dongeng yang ia dengarkan.

DUA EKOR BURUNG KUTILANG DAN ANAK YANG BAIK HATI


Oleh: Ami Raksanagara.
Dalam sebuah hutan hiduplah dua ekor burung kutilang. Yang satu
jantan dan yang lainnya betika. Mereka hidup berbahagia dalam
sarangnya yang terletak pada sebuah pohon mangga.
Kedua ekor burung kutilang itu biasanya terbang bersama-sama
jika mencari makanan. Tetapi setelah yang betina bertelu, mereka tidak
pernah pergi bersama-sama, sebab mereka sangat sayang kepada telur-
telurnya itu. Jika yang jantan pergi, maka yang betinalah yang menjaga
telurnya itu. Dan jika yang betina pergi, maka yang jantanlah yang
menjaganya. Mereka khawatir kalau-kalau telurnya itu ada yang
mencurinya.
Pada suatu hari, ketika bapak kutilang itu sedang pergi, telur itu
menetas.Lahirlah dua ekor anak kutilang yang sangat lucu. Betapa
gembira hati induknya. Dilindunginyalah anak-anaknya itu dengan kedua
belah sayapnya supaya tidak kedinginan.
Ketika bapak kutilang datang berserulah induknya:
“Hai, syukurlah! Kita telah punya anak. Cantik sekali, bukan?”
“Oh, syukurlah! Coba kulihat. Wah, yang ini cantik seperti ibunya.
Dan ini, wah pasti gagah seperti ayahmu, ya nak!” kata yang jantan.
Dibelainya anaknya itu. Induknya tersenyum bahagia.
14
Setelah anak-anaknya lahir, kedua ekor kutilang itu lebih hati-hati
lagi menjaga anaknya itu. Makin lama makin besar dan bulunya makin
tumbuh dengan bagusnya.
Pada suatu hari induknya akan pergi mencari makanan Bapak
kutilang berkata:
“Hati-hatilah jangan mendekati kampung tempat manusia!”
Sang betina itupun terbanglah. Dia mencari makanan kesana
kemari tapi tak ada. Maka sampailah ke sebuah kampung. Baru saja
sampai ke sana, induknya kutilang itu dikejar oleh seorang anak. Karena
gugupnya ia terbang lalu masuk ke dalam rumah. Maka tertangkaplah
kutilang itu. Ia menangis ketika telah dimasukkan ke dalam sebuah
sangkar. Ia berusaha melepaskan diri, akan tetapi tidak dapat…
Ketika badanya merasa sakit-sakit karena terbentur ke sangkar itu
dan sudah luka-luka, datanglah seorang anak perempuan mendekatinya.
Lalu ia berkata:
“Wahai burung betina, engkau tentu ditunggu anakmu, ya. Aku
kasihan kepadamu. Pulanglah, bawalah ini!” kata anak perempuan itu.
“Terima kasih anak yang manis, semoga banyaklah orang yang
sayang kepadamu. Tak akan kulupakan kebaikanmu.’
Lenyaplah kutilang itu dalam kegelapan senja.
Dalam sarangnya, kedua anak kutilang itu menangis saja karena
lapar dan mereka gelisah sekali karena induknya belum juga datng.
Bapak merekapun sangat cemas hatinya. Dia sudah menyangka bahwa
induknya pasti kena celaka. Ia ingin sekali menangis, seperti anak-
anaknya. Tetapi ia selalu menghibur anaknya.
“Diam nak, sebentar lagi ibumu pulang. Kau kedinginan? Mari
dengan bapak. “, kata bapak kutilang. Pada waktu itu datanglah ibunya.
“Pak, pak, ini aku dating!” kata induknya.
“Hai, ibumu datang!, ibumu datang!” seru bapaknya dengan
gembira.
Riuhlah anaknya menyambut ibunya. Dengan mata yang sayu,
induknya memandang wajah bapaknya. Dipandangnya oleh bapaknya.
Dekat bapaknya induknya menjatuhkan dirinya karena letihnya dan sedih,
dan menangislah ia. Ketika dilihatnya anak-anaknya, redahlah tangisnya
dan dibelainya anaknya yang manis itu. Dan berceritalah induknya
tentang kejadian yang menimpa dirinya siang itu.
“Syukurlah engkau selamat. Aku sangat gembira kita bisa
berkumpul lagi. Mudah-mudahan lukamu cepat sembuh. Marilah kita
berdoa untuk anak perempuan yang baik hati itu.”
Dan heninglah dalam sarang kutilang itu sejenak.

Orang itu mendengarkan dengan sungguh-sungguh ketika


dongeng di atas dibacakan. . Setelah pembacaan dongeng selesai ia
merasa terharu akan kebahagiaan keluarga burung dan akan kebaikan
hati anak perempuan itu. Ia juga merasa kasihan ketika membayangkan
15
nasib anak burung yang kedinginan dan lapar. Kasihan terhadap induk
burung yang tertangkap anak-anak ketika berusaha mencarikan makanan
buat keluarganya.
Cerita di atas mengajak pendengar merenung membayangkan
betapa indahnya hidup dengan penuh kasih sayang, seperti keluarga
burung, sehingga timbul kesadaran dalam diri pendengar, bahwa ia akan
berusaha menciptakan hidup dalam keluarganya seperti keluarga burung.
Keluarga penuh kasih sayang. Ia akan memulai dari dirinya sendiri. Ia
akan mengasihi orang lain dan mengasihi binatang.
Kemudian pendengar merasa kagum terhadap pengarang yang
telah mampu menyajikan ide, pengalaman dan pesan pendidikan dengan
menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dicerna.
Dengan tanpa menggurui pengarang telah berhasil menggugah fikir
dan rasa pendengar. Pengarang berhasil membangkitkan kesadaran para
pendengar untuk berperilaku lebih baik.
Pendengar tersebut telah mengapresiasi Dua Ekor Burung Kutilang
dan Anak yang Baik.
2. Kegiatan Apresiasi Tidak Langsung.
Kegiatan apresiasi tidak langsung adalah kegiatan di luar apresiasi
langsung yang dapat membantu meningkatkan dan mengefektifkan kegiatan
apresiasi langsung. Termasuk dalam kegiatan ini antara lain mempelajari
konsep, teori, sejarah, ulasan, yang berhubungan dengan sastra.
Kegiatan ini akan sangat menunjang kegiatan apresiasi langsung, sebab –
seperti disebutkan di muka- apresiasi adalah penikmatan pemuasan rasa
terhadap hasil sastra berdasarkan pengenalan, pengalaman, pemahaman,
penalaran, dan pengertian yang sifatnya teoritis.
Jadi jika pengenalan, pengalaman, pemahaman, penalaran, dan
pengertian meningkat, maka apresiasi kita terhadap karya sastra akan meingkat
pula. Dengan demikian kegiatan apresiasi tidak langsung ini, tidak bisa dianggap
remeh, karena apresiasi tanpa ditunjang kegiatan tersebut tidak akan efektif.
3. Kegiatan dokumentatif.
16
Termasuk dalam kegiatan ini antara lain upaya mengumpulkan atau
mengadakan koleksi tentang hasil-hasil karya sastrawan, mengumpulkan buku,
artikel, atau pembahasan tentang sastra.
4. Kegiatan kreatif.
Termasuk dalam kegiatan ini adalah melakukan upaya penciptaan karya
sastra itu sendiri atau menulis tentang sastra, seperti menulis kritik, esai, artikel,
studi, penelitian sastra, dan sebagainya.

 Menurut Tengsoe Tjahjono kegiatan apresiasi puisi meliputi:


1. Kegiatan reseptif, kegiatan penerimaan. Termasuk dalam kegiatan ini
adalah kegiatan membaca, kegiatan analitik, dan kegiatan interpretatif.
2. Kegiatan produktif, kegiatan penciptaan.
3. Kegiatan performansi.
4. Kegiatan dokumentatif.
 Kegiatan menulis dan membaca karya sastra.
Sebagai awal dari kegiatan apresiasi sastra, maka marilah kita baca
beberapa puisi berikut kemudian kita analisis dalam sebuah diskusi.
RENUNGAN BAB AIDS
Oleh: Darmanto Jatman

Tuhan menciptakan langit dan bumi dan laut


dan burung di awang-awang, dan binatang di daratan
dab ikan di kedalaman air;
dan di hari ke tujuh ia menarik nafas panjang dan
bersabda: Sempurna !
Manusia menciptakan teologi dan filsafat dan ilmu dan
seni dan teknologi
Satelit di awang-awang, meriam di daratan
dan kapal selam di kedalaman samudra
dan di akhir zaman Ia menarik nafas panjang
dan berkata: Sempurna !
Sesuatu, entah apa, atau siapa, melepas jasad-jasad
renik
protozoa, amoeba, bakteria, virus
dan akhirnya HIV
lalu Ia menyeringai dan bicara:
Sempurna

17
Aje gile !
Gile bener !
Bener-bener “The Last Encouter”
Pertempuran pungkasan manusia melawan napsunya
Sendiri !

Ya mubya mubyati, ya mubya mubyati, ya mubya


Mubyati
Aum shatih, shantih aum
Bismillah irrahman irrahim
Ya Allah !
Jadikanlah kami saksi atas kemenanganMu ini

JAKARTA
Oleh: Mustofa Bisri

Jakarta yang angkuh


Jakarta yang selingkuh
Jakarta yang berpeluh
Jakarta yang mengeluh
Jangan mengaduh !
Rasakanlah sendiri
Sakitmu !
Kau telah memaksakan diri
Menjadi asing
Di mata anak-anakmu
Sendiri !

SIAPA
Oleh: D. Zawawi Imron

Kupu-kupu menari
manaklukkan keangkuhan tebing-tebing
dengan warna

Aku jadi ingin tahu


siapa
yang memetik tombak jadi kecapi

Demikian juga analisislan cerita pendek di bawah ini!

CIK MAT
Oleh: Suman Hs.
18
Di tepi sungai yang jernih bening, berliku ke barat, berkelok ke timur, Cik
Mat, duduk mencangkung lurus, memegang pancing berjoran aur kuning tua,
berkelar ukir lingkaran hitam, halus melentur-lentur.
“Puah, sambut bujang perambut, air pasang bawa ke insang, air surut
bawa ke perut –biar putus jangan rabut.”
Tiga yang sudah, empat dengan ini Cik Mat menyembat boran, menyentak tali,
tetapi yang tergail naik ke atas, hanya umpan-umpan jua. “Cih, sekali lagi …
sambut bujang perambut…!”
Nun di seberang sana, berenang mengigal-igal, berkecimpung menepuk
air Dang Zainab, janda Cik Saleh, sudah ditalak tiga, tapi ingin bercinta-buta.
Telah empat kali Cik Mat melabuhkan pancing, ngelamun mantera
nelayan, sudah sekian kali pula mata dikejap dilayangkan, digedang dipicingkan,
tetapi ‘rang seberang, campung-berkecimpung juga.
Lagi sekali Cik Mat menyentak pancing, maka tergaillah terumban-unban
di awang-awang seekor ikan, putih berkilat-kilat, setempap kurang sejari.
“A, terkait insang.” Cik Mat batuk mendehem, pandang melayang ke tepian ‘rang
seberang; tetapi kecimpung tak bergema lagi. Di bawah pohon rambutan,
bersela manggis, tampak Deng Zainab berjalan membelakang melenggok-
lenggok, tidak berpaling, tidak melengos.
“A, terkait insang.” Cik Mat batuk mendehem, pandang tak lurus, Di man
orang mengenal awak…nasib, nasib.
(Dikutip dari: Kawan Bergelut oleh Suman HS).

PERTEMUAN KE-3 (TM KE 7, 8, DAN 9)

TINGKAT-TINGKAT APRESIASI SASTRA


Kemampuan apresiasi keadaannya bertingkat-tingkat, karena itu dapat
ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi atau lebih baik. Yang belum mampu dapt
dijadikan mampu. Jadi apresiasi itu dapat dipelajari, dapat dilatih, karena itu pula
dapat diajarkan.
Di bawah ini kita lihat tingkatakn dalam apresiasi tersebut agar kita dapat
mengetahui tingkatan yang telah kita capai. Dengan pengetahuan akan
ti9ngkatan yang kita duduki, kita dapat meningkatkannya ke tingkat yang lebih
tinggi.
Yus Rusana dalam makalahnya menuliskan, “Tingkatan apresiasi ada
tiga” yaitu, tingkat pertama terjadi apabila seseorang mengalami pengalaman
yang ada dalam sebuah karya. Ia terlibat secara intelektual, emosional, dan
imajinatif dengan karya itu. Tingkat kedua terjadi apabila daya intelektual
19
pembaca bekerja lebih giat, dan tingkat ketiga apabila pembaca menyadari
hubungan sastra dengan dunia di luarnya sehingga pemahaman dan
penikmatannya dapat dilakukan dengan lebih luas dan mendalam.
1. Apresiasi Tingkat Pertama
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkatan pertama
merupana tingkatan yang didominasi pergulatan emosi, walaupun tetap
dikontrol oleh kesadaran intelektual dan dipupuk oleh imajinasi. Di tingkat
pertama, apresiator seolah-olah berada di dalam “pengalaman” yang
diceritakan pengarang. Ia dapat merasakan kesenangan, kegembiraan, dan
sebagainya jika pengarang memang melukiskan hal tersebut. Dengan
imajinasinya apresiator dapat menangkap dan membayangkan kejadian-
kejadian yang terdapat dalam karya tersebut. Ia mulai memperoleh
kenikmatan dari karya sastra yang sedang diakrabinya.
Mari kita ikuti contoh di bawah ini, sambil bersama-sama membaca
puisinya!
PAK POS
Engkau mengayuh speda sepanjang jalan
Tak pandang panas maupun hujan
Untuk melaksanakan tugas harian
Miskin dan kaya tak kau bedakan
Surat pada mereka kau berikan
Kring, kring, kring itu kodemu
Begitulah berjalan sepanjang waktu

Tugas:
Tulis pengalaman Anda saat membaca puisi di atas!

2. Apresiasi Tingkat Kedua.


Di atas telah disebutkan bahwa, apresiasi tingkat kedua terjadi apabila
daya intelektual telah bekerja lebih giat. Maksudnya, adalah selain terjadi
pergulatan emosi, terjadi pula pergulatan intelektual. Pada tingkat kedua ini,
intelektual bekerja lebih giat, karena apresiator tidak hanya puas dengan
memperoleh kenikmatan menemukan pengalaman, melainkan ia juga ingin
tahu mengapa karya tersebut memberi nikmat.

20
Di tingkat ini, apresiator berusaha mengungkap hal-hal yang ada di
balik karya tersebut.Ia memperhatikan unsur-unsur pembentuknya, bahkan ia
merasa perlu mengetahui kaidah-kaidah pembentukan cipta sastra. Iapun
merasa perlu mendalami pengertian tentang unsur-unsur cipta sastra.
Dengan demikian ia dapat menelusuri karya tersebut, dari unsur-unsur
pembentuknya (unsur intrinsik dan ekstrinsik karya sastra).
Pada tingkatan ini, apresiator sudah mempunyai gambaran tentang
karya yang sedang diapresiasinya. Ia sudah mulai mengetahui kualitas karya
tersebut, dan jika karya tersebut bagus ia mulai kagum akan karya tersebut
dan terhadap pengarangnya. Iapun semakin menikmati dan semakin
bergairah mngakrabi karya tersebut.
3. Apresiasi Tingkat Ketiga.
Pada apresiasi tingkat ketiga, seseorang menyadari bahwa sastra
bukan sekedar permainan bahasa atau bunyi bahasa. Sastra ternyata
memberikan sesuatu yang dapat dipetik manfaatnya. Dari sastra seseorang
menemukan nilai-nilai hidup tanpa merasa digurui atau dikhotbai, sehingga ia
menjadi bijak sendiri. Menjadi bijak dan memperoleh kenikmatan.
Dalam tingkatan ini, apresiator sudah mencapai kenikmatan yang
tinggi. Ia telah merasa nikmat memperoleh pengalaman dari karya sastra. Ia
juga menemukan kenikmatan estetik, karena ia tahu tentang wujud bangun
karya sastra secara mendalam. Ia juga merasa nikmat karena memperoleh
nilai-nilai untuk menghadapi kehidupan dengan lebih baik. Ia kagum akan
karya tersebut dan ia kagum akan pengarangnya.
Dengan demikian ia akan mampu menghargai dan menilai karya
sastra tersebut dengan layak dan tepat.

MANFAAT MENGAPRESIASI PROSA FIKSI DAN PUISI

Manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan apresiasi sastra pada


umumnya menurut Aminuddin, (dan apresiasi puisi pada khususnya, pen) dapat
dikemukakan sebagai berikut:

21
1. Mendapatkan hiburan.
2. Mengisi waktu luang.
3. Memberikan informasi yang berhubungan dengan pemerolehan nilai-nilai
kehidupan.
4. Memperkaya pandangan atau wawasan kehidupan sebagai salah satu unsur
yang berhubungan dengan pemberian arti maupun peningkatan nilai
kehidupan manusia itu sendiri.
5. Pembaca dapat memperoleh dan memahami nilai-nilai budaya dari setiap
jaman yang melahirkan cipta sastra itu sendiri.
6. Mengembangkan sikap kritis pembaca dalam mengamati perkembangan
jamannya, sejalan dengan kedudukan sastra itu sendiri sebagai salah satu
kreasi manusia yang mampu menjadi semacam peramal tentang
perkembangan jaman itu sendiri di masa yang akan datang.
Senada dengan di atas Tengsoe Tjahjono mendeskripsikan manfaat
mengapresiasi/membaca puisi sebagai:
1. Media hiburan, lebih-lebih hiburan rohani.
2. Memperluas dan memperkaya wawasan bahasa pembaca.
3. Media kontemplasi dan introspeksi (perenungan dan mawas diri).
4. Memperluas wawasan dan pengalaman kemanusiaan pembaca.
5. Memahami nilai-nilai kebenaran.
Di samping manfaat apresiasi sastra sebagaimana uraian di atas, terdapat
juga pendapat yang merumuskan manfaat apresiasi sastra sebagai:
1. Manfaat estetik
Ialah manfaat yang diperoleh apresiator karena karya sastra yang
diapresiasinya memuaskan, menikmatkan, dan membuka kepekaan pikiran
dan perasaan akan keindahan.
2. Manfaat pendidikan
Ialah manfaat yang diperolah apresiator karena isi sastra yang
diapresiasinya memberi pelajaran yang berarti kepadanya, sehingga ia
mampu menghadapi hidup dengan lebih baik.
3. Manfaat memperluas wawasan
22
Ialah manfaat yang diperolah apresiator karena isi karya sastra yang
diapresiasinya memberi pengetahuan baru, sehingga ia sadar akan
kehidupan sekelilingnya.
4. Manfaat psikologis
Ialah manfaat yang diperolah apresiator karena isi karya sastra yang
diapresiasinya dapat membantu menyelesaikan atau meringankan masalah
yang dihadapinya.

Carilah manfaat dengan mengapresiasi puisi berikut:

Ibu
Oleh: D. Zawawi Imron

kalau aku merantau lalu datang musim kemarau


sumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama
reranting
hanya mataair airmatamu ibu, yang tetap lancar
mengalir

bila aku merantau


sedap kopyor susumu dam ronta kenakalanku
di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari
kerinduan
lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar

ibu adalah gua pertapaanku


dan ibulah yang meletakkan aku di sini
saat bunga kembang menyerbak bau sayang
ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi
aku mengangguk meskipun kurang mengerti

bila kasihmu ibarat samudra


sempit lautan teduh
tempatku mandi, mencuci lumut pada diri
tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh
lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku
kalau ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan
namamu ibu, yang kan kusebut paling dahulu
lantaran aku tahu
engkau ibu dan aku anakmu

23
bila aku berlayar lalu datang angin sakal
Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal

ibulah itu, bidadari yang berselendang bianglala


sesekali datang padaku
menyuruhku menulis langit biru
dengan sajakku

PERTEMUAN KE-4 (TATAP MUKA KE-9, 10, DAN 11)

MENAFSIRKAN PROSA FIKSI DAN PUISI

A. MENAFSIRKAN PROSA FIKSI

Menafsikan prosa fiksi tidak serumit menafsirkan puisi. Hal itu sebagai
akibat dari bentuk atau genre sastra tersebut yang bersifat naratif deskriptif.
Dengan demikian untuk menafsirkan atau memahami prosa fiksi hanya
diperlukan antara lain memahami judul, memahami isi setiap paragraf, dan
memahami tema dan amanat.
Bacalah satu atau dua novel atau roman yang Saudara peroleh di
perpustakaan atau paling tidak bacalah sinopsis di bawah ini:

JALAN TAK ADA UJUNG


Oleh: Mochtar Lubis

Guru Isa adalah seorang tamatan HIK yang menjadi guru Sekolah Rakyat
di Tanah Abang . Ia mempunyai seorang isteri bernama Fatimah. Selain dikenal
akan kebaikannya, Guru Isa juga memiliki sifat yang lembut. Ia sangat mencintai
musik dan sepak bola.
Penindasan bangsa Jepang yang dilihat oleh guru Isa turut
mempengaruhi kehidupan rumah tangganya. Karena merasa ketakutan yang
terus menerus guru Isa menjadi impoten. Sekalipun telah berusaha berobat,
penyakitnya tak kunjung sembuh.
Sebenarnya guru Isa secara tidak sengaja terlibat dalam pergolakan
revolusi ketika ia diserahi jabatan sebagai pengantar surat dan senjata yang
dibutuhkan dalam perjuangan. Ia kemudian berkenalan dengan Hazil, seorang
anak muda yang menjadi pemimpin pejuang. Semangat Hazil yang menggebu-
gebu meningkatkan gairah semangat guru Isa dan membuatnya melupakan
persoalan rumah tangganya. Hubungan guru Isa dengan anak muda itu semaikin
lama semakin erat, sehingga keduanya menjadi sahabat karib. Keduanya sama-
sama berjuang ketika Belanda datang kembali ke bumi pertiwi setelah kekalahan
Jepang. Hazil berjuang karena panggilan nuraninya dan tekatnya yang sudah
24
bulat, sedangkan guru Isa berjuang karena terpaksa dan takut. Mau tidak mau,
guru Isa harus berhadapan dengan orang-orang yang sangat kasar. Ia selalu
dicekam rasa takut apabila menjalankan tugasnya. Ketakutan yang terus
menerus menghantui dirinya membuat penyakit malaria yang telah dideritanya
kambuh kembali. Hazil selalu menengok dan terus menerus memberikan
semangat kepada sahabatnya.
Setelah sembuh dari penyakitnya, guru Isa kembali mengajar. Sementara
itu hubungan Fatimah dan Hazil semakin erat bahkan keduanya taelah
melakukan hubungan terlarang. Suatu hari guru Isa menemukan pipa rokok Hazil
di bawah bantalnya. Ia menjadi sangat marah, namun ia tidak dapat bertindak
apa-apa karena isterinya berada di rumah. Ia takut kepada isterinya sekaligus
merasa malu atas ketidakberdayaannya kepada suami.
Guru Isa, Hazil, dan Rahmad mendapat tugas melemparkan granat ke
gedung bioskop setelah bioskop bubar. Pekerjaan itu berhasil dilakukan namun
salah seorang di antara mereka tertangkap Belanda. Guru Isa bermaksud untuk
segera melarikan diri, namun ia membatalkan niatnya karena tidak mendapatkan
tempat persembunyian. Ia kemudian ditangkap oleh Belanda dan dipaksa untuk
mengakui semua perbuatannya. Namun, ia hanya tutup mulut saja.
Suatu hari ia dipertemukan dengan Hazil di kamar tahanannya. Ia
mengetahui bahwa Hazil telah menghianati dirinya hanya karena tidak tahan
menerima siksaan. Kekaguman guru Isa terhadap anak muda itu kini telah
hilang. Ia bahkan menjadi tidak takut lagi terhadap siksaan yang akan
diterimanya. Ia mulai membiasakan dirinya untuk menghilangkan ketakutan
dalam dirinya. Tekad ini ternyata memulihkan penyakitnya. Ia tidak lagi impoten.
Guru Isa kini menjadi orang yang sangat bahagia.

Pahami judul, isi setiap paragraf, tema, serta amanat.sinops di


atas!
B. MENAFSIRKAN PUISI

Perhatikan terlebih dahulu puisi berikut:

KEPADA SEMUT
Oleh: Mustofa Bisri

Kepada semut rayap berucap


Kami pun semut, jangan takut !
Kepada rayap kecoa berkata
Kami rayap juga, jangan curiga
Kepada kecoa tikus mendengus
Kami kecoa lihatlah, jangan salah !
Kepada tikus ular berujar
Kami juga tikus ini, jangan sangsi
Kepada ular manusia bicara
Kami ular kok mas, jangan cemas !
25
Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam rangka menafsirkan sebuah puisi,
yaitu:
1. Memahami judul
Puisi Mustofa Bisri di atas berjudul Kepada Semut. Judul saja memang
tidak selalu memberikan gambaran yang jelas terhadap isi puisi, tetapi paling
tidak mengarahkan perhatian kita teradap semut, binatang, atau wacana
kefabelan (fabel=penokohan binatang dalam karya sastra).
Memahami judul tersebut akan lebih memudahkan kita dalam memahami
isi puisi.
2. Memahami latar
Semua piranti wacana yang menjelaskan perihal tempat, waktu, keadaan
sosial, keadaan kultural, peristiwa, sejarah, dsb. biasa disebut latar. Piranti
wacana yang muncul dalam puisi Mustofa Bisri di atas ialah ialah terutama
pada baris yang berbunyi: //Kepada ular manusia bicara//Kami ular kok mas,
jangan cemas ! //
Baris tersebut menyiratkan sinisme pengarang terhadap bergesernya nilai
kejujuran, keterusterangan, transparansi, dan nilai-nilai adiluhung lainnya
yang diagung-agungkan sebagai kultur bangsa kita. Nilai-nilai kultur yang
kita bangga-banggakan, sekarang bergeser menjadi mesyarakat, paling tidak
lapisan masyarakat, yang munafik, hipokrit, dan culas.
3. Memahami kata ganti
Kata ganti (pronomina) adalah kata yang menggantikan nomina atau frase
nominal. Siapakah kami dalam puisi Kepada Semut ? Kami adalah rayap,
kecoa, tikus, ular, bahkan manusia.
4. Memahami majas
Majas adalah kekayaan bahasa seseorang yang dimanfaatkan dalam
berkomunikasi untuk mencapai efek-efek tertentu, baik efek semantik,
maupun efek estetik.
Memahami majas menyangkut: jenis majas, alasan penggunaan, dan
efek semantik dan efek estetik.

26
5. Memahami baris dan bait
Pada puisi Mustofa Bisri di atas baris pertama mengungkapkan adanya
percakapan antara semut dan rayap. Puisi tersebut ditulis dalam satu bait,
melukiskan kemunafikan.
6. Memahami tipografi dan enjambemen
7. Memahami makna dan amanat

PENDEKATAN DALAM APRESIASI SASTRA

Terdapat banyak pendekatan dalam upaya mengapresiasi sastra.

Pendekatan yang dimaksud antara lain meliputi pendekatan analisis, sosiologis,

sosiopsikologis, dan histories.

PENDEKATAN ANALITIS PROSA FIKSI DAN PUISI

Pengertian
Pendekatan analitis dalam mengapresiasi sastra (prosa fiksi dan puisi)
adalah pendekatan yang secara sistematis obyektif berusaha memahami unsur-
unsur intrinsik dalam sastra (prosa fiksi dan puisi), mengidentifikasi peranan
setiap unsur intrinsik dalam sastra (prosa fiksi dan puisi) serta berusaha
memahami bagaimana hubungan antara unsur yang satu dengan lainnya.
Unsur intrinsic prosa fiksa

Unsur intrinsik puisi


 Menurut Wellek:
1. Lapis bunyi (sound stratum).
2. Lapis makna.
a. Lapis arti (units of meaning).
b. Lapis dunia atau relalitas yang digambarkan penyair.
c. Lapis dunia atau realitas dipandang dari titik dunia tertentu.
d. Lapis dunia yang bersifat metafisis.
27
 Menurut LA Richards:
Lapis makna terdiri dari:
a. Sense (gambaran): Apa yang ingin dikemukakan penyair lewat puisi
yang diciptakan ini ?
b. Subyect matter (pokok pikiran): Pokok-pokok pikiran apa yang
dikemukakan penyair, sejalan dengan sesuatu yang secara umum
diungkapkan penyairnya ?
c. Feeling. Bagaimanakah sikap penyair terhadap pokok pikiran yang
ditampilkannya ?
d. Tone. Bagaimanakah sikap penyair terhadap pembaca ?
e. Total of meaning. Bagaimanakah makna keseluruhan puisi yang saya
baca berdasarkan subject matter, feeling, dan tone yang telah saya
temukan ?
f. Theme. Apakah ide dasar atau inti dari totalitas makna itu ?

 Tahap kegiatan:
1. Membaca puisi berulang-ulang.
2. Memahami judul.
3. Memahami gambaran makna secara umum.
4. Menetapkan kata dalam kategori: lambang, simbol, atau utterance.
5. Memahami setiap simbol.
6. Memahami setiap baris.
7. Memahami hubungan antarbaris.
8. Memahami satuan-satuan pokok pikiran.
9. Memahami sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya.
10. Memahami sikap penyair terhadap pembaca.
11. Merangkum seluruh pemahaman di atas.
12. Menyimpulkan tema

Dengan menggunakan pendekatan analitis, apresiasikan puisi di bawah ini:

28
Adakah Suara Cemara
Oleh: Taufiq Ismail

Adakah suara cemara


Mendesing menderu padamu
Adakah melintas sepintas
Gemersik daunan lepas

Deretan bukit-bukit biru


Menyeru lagu itu
Gugusan mega
Ialah hiasan kencana

Adakah suara cemara


Mendesing menderu padamu
Adakah lautan ladang jagung
Mengombakkan suara itu

29
STKIP PGRI SUMENEP
JURUSAN : BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
MATA KULIAH : APRESIASI PUISI
BOBOT : 2 SKS
SEMESTER : III
DOSEN : Drs. Akhmad Nurhadi, S.Pd., M.Si.

Tatap Muka ke-9


PENDEKATAN SOSIOPSIKOLOGIS

Pendekatan sosiopsikologis dalam mengapresiasi puisi adalah:


1. Pendekatan yang berusaha memahami latar belakang kehidupan sosial
masyarakat, baik secara individual maupun kelompok yang mempengaruhi
terwujudnya suatu gagasan dalam puisi.
2. Pendekatan yang berusaha memahami terwujudnya gagasan tentang
kehidupan sosial masyarakat baik secara individual, maupun kelompok salam
suatu puisi.
3. Pendekatan yang berusaha memahami sikap penyair terhadap kehidupan
sosial masyarakat yang dipaparkannya.
Selanjutnya kita gunakan pendekatan sosiopsikologis untuk mengapresiasi
puisi di bawah ini dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Baca berulang-ulang untuk mengetahui totalitas maknannya.
2. Menafsirkan dan menyimpulkan judul puisi, kata-kata, baris atau kalimat di
dalamnya.
3. Menafsirkan hubungan makna antara baris yang satu dengan baris yang lain
untuk memahami satuan makna yang terdapat dalam sekelompok baris atau
bait dalam puisi.
30
4. Mengidentifikasi unsur sosial kehidupan yang dikemukakan penyair.
5. Mengidentifikasi sikap penyair terhadapnya.

Dari Seorang Guru Kepada Murid-Muridnya


Oleh: Hartojo Andangdjaja

Apakah yang kupunya anak-anakku


selain buku-buku dan sedikit ilmu
sumber pengabdianku kepadamu

Kalau di hari minggu engkau datang ke rumahku


aku takut, anak-anakku
kursi-kursi tua yang di sana
dan meja tulis sederhana
dan jendela-jendela yang tak pernah diganti kainnya
semua padamu akan bercerita
tentang hidupku di rumah tangga

Ah, tentang ini tak pernah aku bercerita


depan kelas, sedang menatap wajah-wajahmu remaja
-horison yang selalu biru bagiku-

karena kutahu anak-anaku


engkau terlalu muda
engkau terlalu bersih dari dosa
untuk mengenal ini semua

Keterangan:
1. Kehidupan penyair sebagai guru menjadi latar belakang terwujudnya
gagasan dalam puisi.
2. Penggambaran tentang kehidupan guru yang sederhana jauh dari sejahtera.
3. Sikap penyair yang merasa takut kehidupan guru semacam itu mengusik jiwa
murid-muridnya yang belia.
Dengan menggunakan pendekatan sosio psikologis apresiasikan puisi berikut ini:
Megatruh Guru Karni
Oleh: Tengsoe Tjahjono

baju drill si guru karni


dikayuhnya sepeda jengki
di panahnya matahari
dedikasi, oh, dedikasi
31
di rumah diminumnya air kendi
ketujuh anaknya minta roti
diberinya kaspe beragi

baju drill si guru karni


dikayuhnya sepeda jengki
nafasnya bagimu negri

dedikasi, oh, dedikasi


rumahnya beratap jerami
radio transistor pengganti tivi
di senthong anaknya bernyani

baju drill si guru karni


dikayuhnya sepeda jengki
digantangnya mimpi-mimpi

dedikasi, oh, dedikasi


kain, beras, gula, dan kopi
garam lombok seluruh isi kranji
meringis dipotong gaji

baju drill si guru karni


dokter, insinyur, pejabat, dan koki-koki
diperam tangannya tana janji
tetapi jadi, oh, jadi

dedikasi, oh, dedikasi


istrinya ibu pertiwi
tak pernah mencaci
tak pernah memaki

baju drill si guru karni


kenyang oleh himne
kenyang oleh sage-sege !

32
STKIP PGRI SUMENEP
JURUSAN : BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
MATA KULIAH : APRESIASI PUISI
BOBOT : 2 SKS
SEMESTER : III
DOSEN : Drs. Akhmad Nurhadi, S.Pd., M.Si.

Tatap Muka ke-10


PENDEKATAN HISTORIS

Pendekatan historis (kesejarahan) dalam mengapresiasi puisi adalah:


1. Berusaha memahami biografi pengarang.
2. Berusaha memahami peristiwa sejarah yang melatarbelakangi terwujudnya
puisi.
3. Berusaha memahami perkembangan puisi pada suatu jaman.
Selanjutnya kita gunakan pendekatan historis dalam mengapresiasi puisi
di bawah ini dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Memahami tanggal, bulan, dan tahun puisi itu diciptakan.
2. Memahami peristiwa sejarah yang terjadi pada masa itu.
3. Mamahi peranan penyairnya.
4. Membaca puisi secara keseluruhan.
5. Menghubungkan peristiwa kesejarahan yang melatarbelakangi lahirnya puisi
itu dengan gagasan yang terdapat di dalamnya.

Karangan Bunga
Oleh: Taufiq Ismail

Tiga anak kecil


Dalam langkah malu-malu
Datang ke Salemba
Sore itu
33
Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak mati
Siang tadi

Catatan:
1. Taufiq Ismail tahun 1960-an seorang aktivis mahasiswa.
2. Tahun 1960-an terjadi demonstrasi mahasiswa yang memperjuangkan
Trituta.
3. Hadirnya puisi-puisi Angkatan tahun 1960-an.
Apresiasi puisi berikut dengan pendekatan historis:

Apa Ndak Bosen Kamu Sampek Tuwek Jadi Presiden ?


Oleh: Darmanto Jatman

Tanggal, 19 Mei 1998, di istana presiden


Soeharto berkata: Ndak jadi presiden ndak patheken
(aku)

Aku juga
Ndak jadi presiden ndak patheken tu
Ndak jadi jendral, ndak jadi panglima –ndak patheken
Ndak punya loji, ndak punya mercy –ndak patheken
Ndak pake jas, ndak pake surjan –ndak patheken
Cuma ya itu lho
Pegimana daripada anak-mantuku, konco kopingku
Tahu-tahu nanti pada patheken, panunen, kreminen
Kan ya repot to ya.

Ndak jadi ke Beijing aku ndak gulung koming


Ndak jadi punya bini Dessy aku ndak setengah mati
Cuma ya itu repotnya kalo
Ndak jadi lengser keprabon aku dimungsuhi,
didomonstrasi
Ndak jadi madeg pandhita aku digarap dijadikan parodi
Mangkanya
Aku ogah jadi IMF biar ndak maksa-maksa kamu
Aku ogah jadi dollar biar nggak nggoyang rupiahmu
Apa jadi Indonesia biar ndak jadi kuda tungganganmu
Tapi jelas aku ogah jadi rakyat biar nggak dijarah
sama kamu
34
Eh tokh, aku makasih banget sama kamu
Soalnya
Tanpa kamu aku ndak kenal sama reformasi
Ndak kenal reformasi aku ndak bakal kenal diriku
Sendiri
Pokoknya beneran nih
Ndak jadi presiden ndak patheken aku
Asal ya itu tahu sama tahulah
Jangan kamu sita daripada harta bendaku
Jangan kamu bui anak cucuku
Jangan kamu permalukan aku
Dan kamu hapus namaku dari buku sejarah bangsaku
Hanya karena aku gagal ngrungkebi sabda pandhita
ratu
Habis bisaku jadi presiden kamu, jadi
Yang lega lila legawalah menerima aku sebagaimana
adaku
Soalnya, kalau kamu desak-desak aku, akan
semangkin kuat tekadku:
Tidak bakal tinggal glanggang colong playu aku
Camkanlah itu !
19 Mei 1998

35
STKIP PGRI SUMENEP
JURUSAN : BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
MATA KULIAH : APRESIASI PUISI
BOBOT : 2 SKS
SEMESTER : III
DOSEN : Drs. Akhmad Nurhadi, S.Pd., M.Si.

Tatap Muka ke-11


MENULIS DAN MEMBACA PUISI

Menulis Puisi
A. Bahan Puisi
 Bahan puisi adalah realitas kehidupan, pengalaman kita sehari-hari.
 Puisi tidak harus berangkat dari tema, tetapi dapat berangkat dari mana
saja.
B. Bahasa Puisi
 Bahasa puisi itu khas.
 Pilihan kata-katanya padat, cermat, berkonotasi, bermajas, dan
berirama.
C. Bentuk Ekspresi
 Ciri visual puisi
 Bagaimana menata huruf-huruf puisi secara grafis.
 Pemenggalan larik (enjambemen), penyusunan bait, dan ukiran bentuk
(tipografi).
D. Pengembangan Bahan
 Berhubungan dengan sikap penyair menghadapi bahan
 Dalam proses penciptaan puisi terdapat pelbagai sikap penyair dalam
menghadapi realitas sebagai bahan:
1. Penyair sebatas merekam peristiwa atau fenomena awal.
36
2. Penyair memakai realitas sebagai media untuk mengungkapkan
gagasan atau perasaan tertentu
3. Gagasan diungkapkan oleh penyair secara telanjang dan terbuka.
4. Gagasan atau realitas diungkapkan dengan mendayagunakan
potensi bahasa yang unik dan menarik.
E. Gaya Pribadi
 Gaya pribadi berhubungan dengan: konsep estetika yang diperjuangkan,
aliran yang dianut, dan faktor kepribadian penyair.
 Gaya pribadi akan tampak pada:
1. Pilihan kata.
2. Penyusunan frase atau kalimat.
3. Pengolahan majas.
4. Penggarapan unsur intrinsik puisi: baris, bait, tipografi, enjambemen,
dan irama.
5. Pemilihan dan pengungkapan pokok persoalan.

Membaca Puisi
 Deklamasi=baca puisi (poetry reading), tetapi ada juga yang
berpendapat:deklamasi=/=baca puisi.
 Bekal awal yang harus dipunyai pembaca puisi:
1. Interpretasi, termasuk penghayatan.
2. Presentasi, meliputi:
a. Segi psikhis, meliputi:
a.1. Kesiapan mental.
a.2. Keberanian.
a.3. Konsentrasi.
b. Segi verbal, meliputi:
b.1. Artikulasi.
b.2. Intonasi.
b.3. Irama.
b.4. Volume
37
c. Segi nonverbal, meliputi:
c.1. Mimik.
c.2. Pantomimik.
c.3. Pakaian.
c.4. Komunikasi.
 Alternatif membaca puisi: secara individuil, secara kelompok, atau
dramatisasi puisi.

38
STKIP PGRI SUMENEP
JURUSAN : BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
MATA KULIAH : APRESIASI PUISI
BOBOT : 2 SKS
SEMESTER : III
DOSEN : Drs. Akhmad Nurhadi, S.Pd., M.Si.

Tatap Muka ke-12


MENILAI PUISI
A. Penilaian terhadap naskah puisi
Unsur-unsur yang dinilai dalam hasil karya puisi, meliputi:
1. Amanat penyair dapat dipahami sekaligus dapat dinikmati (komunikatif).
2. Bahasa yang digunakan memiliki ciri personal dan khas (orisinil).
3. Penggunaan bahasa yang cermat, berkesan, dan imajinatif (estetis).
4. Wajar dan tidak dibuat-buat (kewajaran).
5. Menimbulkan kenikmatan dan kepuasan kepada pembaca (emosional
estetis).
Atau dengan penyederhanaan dapat dibuatkan format penilaian sebagai
berikut:
Format: Penilaian Naskah Puisi
No. No. Aspek Catatan
Urut Undian Juri
Komunikatif Orisinil Kewajaran Estetis

39
Juri dapat terdiri dari 3 (tiga) orang. Masing-masing juri menilai semua
aspek. Pemenang diambil dari kandidat dengan nilai komulatif terbesar.
B. Penilaian terhadap baca puisi
Unsur-unsur yang dinilai dalam (lomba) baca puisi dapat beragam, tetapi
yang umum dipergunakan dalam lomba baca puisi meliputi: Presentasi dan
interpretasi atau: vokal, interpretasi, dan penampilan. Perhatikan format
penilaian berikut ini:
Format: Penilaian Baca Puisi
No. Urut No. Undian Aspek Catatan Juri
Interpretasi Presentasi
Rentang Nilai 30-90 40-80

Dalam lomba kegiatan penilaian dilakukan oleh 3 (tiga) orang juri. Masing-
masing juri menilai semua aspek. Kejuaraan ditentukan oleh nilai komulatif
semua juri. Apabila terdapat kesamaan nilai, pemenang dapat dipertimbangkan
melalui catatan juri atau memberi penekanan pada nilai aspek interpretasi.

DAFTAR BACAAN
Aminuddin, Drs., M.Pd., 1987, Pengantar Apresiasi Karya Sastra, Sinar baru,
Bandung dan YA3, Malang.

Supriyadi, Drs., dkk., 1994. Pendidikan Bahasa Indonesia. Universitas Terbuka,


Jakarta

40

You might also like