Professional Documents
Culture Documents
KELOMPOK 1
Annisaa’ (0802100053)
JURUSAN KEBIDANAN
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
(http://afiyahhidayati.wordpress.com/2009/03/04/askep-atonia-uteri/)
Indonesia tercatat sebagai negara dengan angka kematian maternal yang masih
tinggi. Selain faktor kemiskinan dan masalah aksesiblitas penanganan kelahiran, 75%
hingga 85% kematian maternal disebabkan obstetri langsung, terutama akibat
perdarahan. Padahal 90% dari kematian itu bisa dihindari.
Maka dari itu penulis ingin mengangkat permasalahan ini dalah asuhan
kebidanan agar dapat memberikan asuhan yang tepat bagi pasien.
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
C. METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan adalah metode kepustakaan, wawancara, observasi
D. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I Pendahuluan
BAB IV Pembahasan
BAB V Penutup
DAFTAR PUSTAKA
BABII
TINJAUAN PUSTAKA
Banyak masalah yang kini diwaspadai pakar kesehatan Indonesia berkaitan dengan
terus berlangsungnya krisis multidimensial di negeri ini. Diantara masalah itu adalah,
bangkitnya kembali angka kesakitan dan kematian akibat TB Paru, "lost generation" akibat
kurang gizi pada anak, dan kematian ibu - anak dalam proses kelahiran.
Indonesia tercatat sebagai negara dengan angka kematian maternal yang masih tinggi.
Selain faktor kemiskinan dan masalah aksesibilitas penanganan kelahiran, 75 persen hingga
85 persen kematian maternal disebabkan obstetri langsung, terutama akibat perdarahan.
Padahal, 90 persen dari kematian itu bisa dihindari.
I. Pengertian
Atonia uteria (relaksasi otot uterus) adalah Uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah
dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir).
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan
merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi postpartum.
(http://www.drjaka.com/2010/01/atonia-uteri.html)
Sumber: http://www.google.co.id
II. Etiologi
Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan faktor predisposisi
(penunjang ) seperti :
5. Malnutrisi
6. Dapat juga karena salah penanganan dalam usaha melahirkan plasenta, sedangkan
sebenarnya belum terlepas dari uterus.
III. Patofisiologi
IV.Manifestasi klinis
a. Uterus tidak berkontraksi dan lembek
Kegunaan utama oksitosin sebagai pencegahan atonia uteri yaitu onsetnya yang cepat,
dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani seperti ergometrin.
Pemberian oksitosin paling bermanfaat untuk mencegah atonia uteri. Pada manajemen
kala III harus dilakukan pemberian oksitosin setelah bayi lahir. Aktif protokol yaitu
pemberian 10 unit IM, 5 unit IV bolus atau 10-20 unit per liter IV drip 100-150 cc/jam.
Analog sintetik oksitosin, yaitu karbetosin, saat ini sedang diteliti sebagai uterotonika
untuk mencegah dan mengatasi perdarahan pospartum dini. Karbetosin merupakan obat
long-acting dan onset kerjanya cepat, mempunyai waktu paruh 40 menit dibandingkan
oksitosin 4-10 menit. Penelitian di Canada membandingkan antara pemberian karbetosin
bolus IV dengan oksitosin drip pada pasien yang dilakukan operasi sesar. Karbetosin
ternyata lebih efektif dibanding oksitosin.
VI.Manajemen resusitasi
1. Resusitasi
Apabila terjadi perdarahan pospartum banyak, maka penanganan awal yaitu resusitasi
dengan oksigenasi dan pemberian cairan cepat, monitoring tanda-tanda vital,
monitoring jumlah urin, dan monitoring saturasi oksigen. Pemeriksaan golongan darah
dan crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan transfusi darah.
Masase dan kompresi bimanual akan menstimulasi kontraksi uterus yang akan
menghentikan perdarahan.
Bersihkanlah bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina & lobang serviks
a. Jika uterus berkontraksi, pantau ibu dengan seksama selama kala empat
VII. Uterotonika
Yang dimaksud pencegahan dengan obat adalah pemberian obat uterotonika setelah
lahirnya plasenta. Namun, pemberian obat ini sama sekali tidak dibolehkan sebelum bayi
lahir. Keuntungan pemberian uterotonika ini adalah untuk mengurangi perdarahan kala
III dan mempercepat lahirnya plasenta. Karena itu, pemberian pencegahan dapat
diberikan pada setiap persalinan atau bila ada indikasi tertentu.
Indikasi yang dimaksud, adalah hal-hal yang dicurigai akan menimbulkan perdarahan
pasca persalinan. Yaitu;
Oksitosin merupakan hormon sintetik yang diproduksi oleh lobus posterior hipofisis.
Obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya meningkat seiring dengan
meningkatnya umur kehamilan dan timbulnya reseptor oksitosin. Pada dosis rendah
oksitosin menguatkan kontraksi dan meningkatkan frekwensi, tetapi pada dosis tinggi
menyababkan tetani. Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV, untuk perdarahan aktif
diberikan lewat infus dengan ringer laktat 20 IU perliter, jika sirkulasi kolaps bisa
diberikan oksitosin 10 IU intramiometrikal (IMM). Efek samping pemberian oksitosin
sangat sedikit ditemukan yaitu nausea dan vomitus, efek samping lain yaitu intoksikasi
cairan jarang ditemukan.
Jika uterotonika gagal menghentikan perdarahan, pemberian air panas ke dalam cavum
uteri mungkin dapat bermanfaat untuk mengatasi atonia uteri. Pemberian 1-2 liter salin
47°C-50°C langsung ke dalam cavum uteri menggunakan pipa infus. Tangan operator
tidak boleh menghalangi vagina untuk memberi jalan salin keluar.
Penggunaan uterine packing saat ini tidak disukai dan masih kontroversial. Efeknya
adalah hiperdistended uterus dan sebagai tampon uterus.
IX. Operatif
Beberapa penelitian tentang ligasi arteri uterina menghasilkan angka keberhasilan 80-
90%. Pada teknik ini dilakukan ligasi arteri uterina yang berjalan disamping uterus
setinggi batas atas segmen bawah rahim. Jika dilakukan SC, ligasi dilakukan 2-3 cm
dibawah irisan segmen bawah rahim. Untuk melakukan ini diperlukan jarum atraumatik
yang besar dan benang absorbable yang sesuai. Arteri dan vena uterina diligasi dengan
melewatkan jarum 2-3 cm medial vasa uterina, masuk ke miometrium keluar di bagian
avaskular ligamentum latum lateral vasa uterina. Saat melakukan ligasi hindari rusaknya
vasa uterina dan ligasi harus mengenai cabang asenden arteri miometrium, untuk itu
penting untuk menyertakan 2-3 cm miometrium. Jahitan kedua dapat dilakukan jika
langkah diatas tidak efektif dan jika terjadi perdarahan pada segmen bawah rahim.
Dengan menyisihkan vesika urinaria, ligasi kedua dilakukan bilateral pada vasa uterina
bagian bawah, 3-4 cm dibawah ligasi vasa uterina atas. Ligasi ini harus mengenai
sebagian besar cabang arteri uterina pada segmen bawah rahim dan cabang arteri uterina
yang menuju ke servik, jika perdarahan masih terus berlangsung perlu dilakukan bilateral
atau unilateral ligasi vasa ovarian.
Risiko ligasi arteri iliaka adalah trauma vena iliaka yang dapat menyebabkan
perdarahan. Dalam melakukan tindakan ini dokter harus mempertimbangkan waktu
dan kondisi pasien.
• Teknik B-Lynch
Teknik B-Lynch dikenal juga dengan “brace suture”, ditemukan oleh Christopher B
Lynch 1997, sebagai tindakan operatif alternative untuk mengatasi perdarahan
pospartum akibat atonia uteri.
• Histerektomi
Histerektomi peripartum merupakan tindakan yang sering dilakukan jika terjadi
perdarahan pospartum masif yang membutuhkan tindakan operatif. Insidensi
mencapai 7-13 per 10.000 kelahiran, dan lebih banyak terjadi pada persalinan
abdominal dibandingkan vaginal.
A.Penanganan Umum
1. Mintalah Bantuan. Segera mobilisasi tenaga yang ada dan siapkan fasilitas
tindakan gawat darurat.
2. Lakukan pemeriksaan cepat keadaan umum ibu termasuk tanda vital(TNSP).
3. Jika dicurigai adanya syok segera lakukan tindakan. Jika tanda -tanda syok tidak
terlihat, ingatlah saat melakukan evaluasi lanjut karena status ibu tersebut dapat
memburuk dengan cepat.
4. Jika terjadi syok, segera mulai penanganan syok.oksigenasi dan pemberian cairan
cepat, Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk
persiapan transfusi darah.
5. Pastikan bahwa kontraksi uterus baik:
6. lakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah. Bekuan darah yang
terperangkap di uterus akan menghalangi kontraksi uterus yang efektif. berikan 10
unit oksitosin IM
7. Lakukan kateterisasi, dan pantau cairan keluar-masuk.
8. Periksa kelengkapan plasenta Periksa kemungkinan robekan serviks, vagina, dan
perineum.
9. Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.
1. Jika Hb kurang dari 7 g/dl atau hematokrit kurang dari 20%( anemia berat):berilah
sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 120 mg ditambah asam folat 400 mcg per
oral sekali sehari selama 6 bulan;
2. Jika Hb 7-11 g/dl: beri sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 60 mg ditambah
asam folat 400 mcg per oral sekali sehari selama 6 bulan;
B. Penanganan Khusus
• Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia uteri.
• Teruskan pemijatan uterus.Masase uterus akan menstimulasi kontraksi uterus yang
menghentikan perdarahan.
• Oksitosin dapat diberikan bersamaan atau berurutan
• Jika uterus berkontraksi.Evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus
berlangsung, periksa apakah perineum / vagina dan serviks mengalami laserasi dan jahit atau
rujuk segera.
• Jika uterus tidak berkontraksi maka :Bersihkanlah bekuan darah atau selaput
ketuban dari vagina & ostium serviks. Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong
Sumber : http://www.google.co.id/images
Peralatan :
- sarung tangan steril; dalam keadaan sangat gawat; lakukan dengan tangan telanjang
yang telah dicuci
Teknik :
a. Tangan kanan (luar) menekan dinding abdomen diatas fundus uteri dan menangkap
uterus dari belakang atas
b. Tangan dalam menekan uterus keatas terhadap tangan luar
- Ia tidak hanya menekan uterus, tetapi juga meregang pembuluh darah aferen
sehingga menyempitkan lumennya.
- uterus bimanual dapat ditangani tanpa kesulitan dalam waktu 10-15 menit.
- Bila uterus refrakter oksitosin, dan perdarahan tidak berhenti setelah kompresi
bimanual, maka histerektomi tetap merupakan tindakan terakhir!
Lampiran
Atonia uteri
perdarahan segera setelah anak Bekuan darah pada serviks atau
lahir posisi telentang akan
menghambat aliran darah keluar
Darah segar mengalir segera Pucat
setelah bayi lahir
Dosis dan cara IV: 20 U dalam 1 L IM atau IV (lambat): 0,2 Oral atau rektal 400 mg
pemberian awal larutan garam fisiologis mg
dengan tetesan cepat
IM: 10 U
Dosis lanjutan IV: 20 U dalam 1 L Ulangi 0,2 mg IM 400 mg 2-4 jam setelah
larutan garam fisiologis setelah 15 menit dosis awal
dengan 40 tetes/menit Bila masih diperlukan,
Dosis maksimal per hari Tidak lebih dari 3 L Total 1 mg (5 dosis) Total 1200 mg atau 3
larutan fisiologis dosis
10. Riwayat KB
Metode KB yang pernah dikuti serta rencana KB setelah melahirkan.
11. Pola Kebiasaan Sehari-hari
- Pola nutrisi (makan dan minum terakhir)
- Pola eliminasi (BAB dan BAK terakhir)
12. Keadaan Psikososial
- Psikologis : adakah kekhawatiran ibu terhadap keadaan diri dan janinnya
Ibu ingin ditemani oleh siapa untuk menghadapi kala III dan Kala IV
13. Latar Belakang
Tradisi/kebiasan selama hamil, kebiasaan berobat/pertolongan persalinan
dimana.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
- KU : baik/cukup/lemah
- Kesadaran : composmentis/ada reaksi terhadap rangsang/ tidak
- TD : normal (100/60-130/90 mmHg)
- Nadi : normal (60-90x/mnt)
- suhu : normal (36,5-37,5̊ C)
- Pernafasan : normal (16-24x/mnt)
- TP : tafsiran persalinan
2. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
Muka : oedema/tidak, pucat/tidak, gembira/sedih/cemas.
Mata : konjungtiva pucat/tidak, sklera kuning/tidak.
Leher : ada pembesaran kelenjar tiroid/tidak, pembesaran vena
ada/tidak.
Perut : ada bekas operasi/tidak
Genetalia : ada penyakit kelamin/tidak
Ekstremitas : oedema/tidak, varises/tidak
b) Palpasi
Perut : mengukur TFU
Kandung kemih : kosong/tidak
• Ibu senang bayinya lahir selamat, dan ari-ari lahir tanpa dirogoh.
• TFU 2 jari di bawah pusat, uterus teraba lembek, setelah 15 detik dilakukan masase
setelah lahirnya plasenta.
- Perdarahan 400 cc
Masalah : cemas
DS : Ibu merasa khawatir akan kondisinya saat ini yang telah mengeluarkan darah banyak dan
Kebutuhan
Perbaiki k/u ibu (pasang infus)
Hentikan perdarahan
Segera rujuk kefasilitas yang lebih tinggi (RS)
V. Intervensi
Intervensi :
1. Beritahu ibu akan dilakukan kompresi bimanual interna yaitu suatu tindakan dengan
memasukkan tangan ke dalam alat kelamin dan menekan rahim untuk merangsang rahim
agar berkontraksi sehingga perdarahan dapat segera teratasi.
R/ Kompresi uterus ini akan memberikan tekanan langsung pada pembuluh terbuka di
dinding dalam uterus dan merangsang myometrium untuk berkontraksi.
R/ Ringer laktat akan membantu memulihkan volume cairan yang hilang selama
peredarahan. Ergometrin akan bekerja selama 5-7 menit dan menyebabkan kontraksi
uterus.
R/ KBI yang digunakan bersama dengan ergometrin dan oksitosin akan membantu uterus
berkontraksi.
6. Jika uterus berkontraksi pantau ibu secara seksama selama persalinan kala IV.
R/ Pemantauan kala IV secara seksama dapat mengetahui kondisi ibu dan seberapa banyak
ibu kehilangan darah. Serta dapat digunakan sebagai acuan tindakan selanjutnya.
7. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit, segera rujuk ibu dan
dampingi ibu ketempat rujukan. Lanjutkan infus RL + 20 unit oksitosin dalam 500 cc/jam
hingga tiba di tempat rujukan atau menghabiskan 1,5 liter infus. Kemudian berikan 125
cc/jam. Jika tidak tersedia cairan yang cukup, berikan 55 cc kedua dengan kecepatan
sedang dan berikan minum untuk rehidrasi. Selama dalam perjalanan merujuk, dapat pula
dilakukan tindakan alternatif yaitu kompresi aorta abdominalis.
VI. Implementasi
3. Memersihkan bagian bawah ibu dan mengganti duk dengan yang bersih.
4. Mencuci tangan lalu memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril.
7. Dengan lembut memasukkan tangan dengan cara menyatukan kelima ujung jari
melalui introitus ke dalam vagina ibu.
8. Memeriksa vagina dan serviks, dan membersihkan selaput ketuban atau bekuan
darah pada kavum uteri.
9. Mengepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anterior, tekan dinding
anterior uterus ke arah tangan luar yang menahan, dan tangan yang lain mendorong
dinding posterior uterus ke arah depan dan menjangkau sejauh mungkin seolah-
olah tangan yang di dalam dan di luar bertemu.
10. Menekan kuat uterus diantara kedua tangan
11. Mengajarkan keluarga untuk melakukan kompresi bimanul eksterna karena uterus
tetap tidak berkontraksi:
12. Meletakkan satu tangan pada dinding abdomen dan dinding depan korpus uteri dan
diatas simpisis pubis.
13. Meletakkan tangan lain pada dinding abdomen dan dinding belakang korpus uteri,
sejajar dengan dinding depan korpus uteri. Mengusahakan memegang bagian
belakang uterus seluas mungkin.
14. Melakukan kompresi uterus dengan cara saling mendekatkan tangan depan
belakang agar pembuluh darah di dalam anyaman myometrium dapat dijepit secara
manual.
16. Memasang infus dengan jarum ukuran 18, dan memberikan infus RL 500 + 20 unit
oksitosin dan digrojok dalam waktu 10 menit.
17. Memakai sarung tangan steril dan mengulangi KBI selama 2 menit dan
melanjutkannya selama 5 menit karena kontraksi uterus baik.
VII. Evaluasi
Kesadaran : composmentis
Nadi : 82 x/menit
Pernafasan : 23 x/menit
Suhu : 36,8̊ C
BAB III
TINJAUAN KASUS
22 September 2010
I. Pengkajian Data
1. Data Subyektif
1. Identitas/Biodata
Alamat : Karangkates
- Ibu tidak pernah mengalami sakit jantung, tekanan darah tinggi, kencing manis,
malaria, penyakit menular seksual, atau yang lain.
Ibu mengatakan tidak sedang menderita suatu penyakit yang mempengaruhi persalinan
seperti tekanan darah tinggi, jantung, kencing manis, sesak nafas.
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita suatu penyakit menular
maupun menurun, seperti jantung, kencing manis, TBC, darah tinggi dll, serta tidak ada
riwayat kembar.
5. Riwayat Haid
Menarche : 13 tahun
Siklus : 28 hari
- Kehamilan
Ibu mengatakan ini kehamilannya yang keempat. Selama hamil, ibu tidak mengalami
tanda bahaya kehamilan yaitu, air ketuban keluar sebelum waktunya, perdarahan
pervaginam pada hamil muda mapun hamil tua, bengkak pada kaki, tangan atau wajah
disertai sakit kepala yang hebat atau kejang, demam atau panas tinggi, batuk lama,
jantung berdebar-debar, lemah.
– Persalinan
Ibu senang bayi perempuannya lahir dan langsung menangis, ari-ari lahir tanpa dirogoh.
Ibu mengatakan tidak merasa mules pada perutnya.
a. Pola Nutrisi
Ibu terakhir makan pukul 11.00 di Polindes dengan porsi sedang. Selama persalinan, ibu
hanya minum minuman manis.
b. Eliminasi
Ibu telah BAB 1 kali pada pagi hari setelah bangun tidur pukul 05.00 WIB dan BAK
terakhir pukul 12.30 WIB.
9. Keadaan psikososial
Ibu mengatakan sudah lega karena bayi dan ari-ariny telh lhir dengan lancar dan selamat.
Ibu merassa saat ini lebih tenang karena ada suami yang menemaninya.
B. Data Obyektif
Pemeriksaan Umum
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 90 x /menit
RR : 24 x / menit
Suhu : 37,20 C
TP : 25 September 2010
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi:
Mata : konjungtiva merah muda, fungsi penglihatan baik, sclera putih, dan tidak
ada oedema.
Vulva : tidak ada varises, perdarahan pervaginam 400 cc, tidak terdapat robekan
jalan lahir.
Palpasi
Abdomen : TFU 2 jari di bawah pusat, uterus teraba lembek, setelah 15 detik plasenta
lahir uterus tidak berkontraksi.
Data Penunjang:
• Ibu senang bayi perempuannya lahir selamat, dan ari-ari lahir tanpa dirogoh.
• Perdarahan 400 cc
Masalah : -
Masalah Potensial : -
Intervensi
Intervensi :
1. Beritahu ibu akan dilakukan kompresi bimanual interna yaitu suatu tindakan dengan
memasukkan tangan ke dalam alat kelamin dan menekan rahim untuk merangsang
rahim agar berkontraksi sehingga perdarahan dapat segera teratasi.
R/ Kompresi uterus ini akan memberikan tekanan langsung pada pembuluh terbuka di
dinding dalam uterus dan merangsang myometrium untuk berkontraksi.
R/ Ringer laktat akan membantu memulihkan volume cairan yang hilang selama
peredarahan. Ergometrin akan bekerja selama 5-7 menit dan menyebabkan kontraksi
uterus.
R/ KBI yang digunakan bersama dengan ergometrin dan oksitosin akan membantu
uterus berkontraksi.
6. Jika uterus berkontraksi pantau ibu secara seksama selama persalinan kala IV.
R/ Pemantauan kala IV secara seksama dapat mengetahui kondisi ibu dan seberapa
banyak ibu kehilangan darah. Serta dapat digunakan sebagai acuan tindakan
selanjutnya.
7. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit, segera rujuk ibu dan
dampingi ibu ketempat rujukan. Lanjutkan infus RL + 20 unit oksitosin dalam 500
cc/jam hingga tiba di tempat rujukan atau menghabiskan 1,5 liter infus. Kemudian
berikan 125 cc/jam. Jika tidak tersedia cairan yang cukup, berikan 55 cc kedua dengan
kecepatan sedang dan berikan minum untuk rehidrasi. Selama dalam perjalanan
merujuk, dapat pula dilakukan tindakan alternatif yaitu kompresi aorta abdominalis.
. Implementasi
1. Memberitahu ibu akan dilakukan kompresi bimanual interna yaitu suatu tindakan
dengan memasukkan tangan ke dalam alat kelamin dan menekan rahim untuk
merangsang rahim agar berkontraksi.
2. Menghentikan perdarahan dengan Kompresi Bimanual Internal (KBI) selama 5
menit dengan langkah-langkah sebagai berikut:
3. Memersihkan bagian bawah ibu dan mengganti duk dengan yang bersih.
4. Mencuci tangan lalu memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril.
7. Dengan lembut memasukkan tangan dengan cara menyatukan kelima ujung jari
melalui introitus ke dalam vagina ibu.
8. Memeriksa vagina dan serviks, dan membersihkan selaput ketuban atau bekuan
darah pada kavum uteri.
9. Mengepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anterior, tekan dinding
anterior uterus ke arah tangan luar yang menahan, dan tangan yang lain mendorong
dinding posterior uterus ke arah depan dan menjangkau sejauh mungkin seolah-olah
tangan yang di dalam dan di luar bertemu.
12. Meletakkan satu tangan pada dinding abdomen dan dinding depan
korpus uteri dan diatas simpisis pubis.
13. Meletakkan tangan lain pada dinding abdomen dan dinding belakang
korpus uteri, sejajar dengan dinding depan korpus uteri. Mengusahakan memegang
bagian belakang uterus seluas mungkin.
16. Memasang infus dengan jarum ukuran 18, dan memberikan infus RL
500 + 20 unit oksitosin dan digrojok dalam waktu 10 menit.
17. Memakai sarung tangan steril dan mengulangi KBI selama 2 menit dan
melanjutkannya selama 5 menit karena kontraksi uterus baik.
Kesadaran : composmentis
Nadi : 82 x/menit
Pernafasan : 23 x/menit
Suhu : 36,8 0 C
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah melakukan Asuhan Kebidanan pada Ny”S” P4004 Ab000 partus spontan
pervaginam kala IV dengan atonia uteri, penulis tidak menemukan kesenjangan antara
teori dengan praktek. Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan didapatkan hasil
bahwa uterus tidak berkontraksi dan lembek dan terjadi perdarahan segera setelah
anak lahir (post partum primer). Asuhan Kebidanan yang diberikan kepada Ny.”S”
yaitu dengan melakukan kompresi bimanual interna (KBI) dan kompresi bimanual
eksterna (KBE) yang prosedurnya sudah sesuai dengan dengan standar pelayanan
kebidanan sehingga atonia uteri dapat teratasi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pengkajian pada Ny.”S” didapatkan kesimpulan antara lain:
B. Saran
- Bagi bidan
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk, Jensen. Buku ajar keperawatan maternitas. Alih bahasa: Maria A.
Wijayarini, Peter I. Anugerah. Jakarta: EGC. 2004
Heller, Luz. Gawat darurat ginekologi dan obstetric. Alih bahasa H. Mochamad
martoprawiro, Adji Dharma. Jakarta: EGC, 1997.James R Scott, et al. Danforth buku
saku obstetric dan ginekologi. Alih bahasa TMA Chalik. Jakarta: Widya Medika, 2002.
http://www.drjaka.com/2010/01/atonia-uteri.html
Manuaba, Ida Bagus Gede. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana.
Jakarta: EGC, 1998.