You are on page 1of 17

MAKALAH

ETIKA BISNIS & CSR


dalam

PEMASARAN PRODUK

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Bisnis


tahun 2010 Semester Alih Tahun

Disusun oleh:
Dwi Nurhayati R 120310080066
Rizky Cahyani P 120310080101
Shanti Kusuma W 120310080115
Shinta Kusuma W 120310080120

Fakultas Ekonomi
Universitas Padjadjaran
Bandung, 2010
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 2

LATAR BELAKANG 3

KAJIAN PUSTAKA 5

STUDI KASUS 13

PEMBAHASAN 14

KESIMPULAN & SARAN 16

REFERENSI 17

2
LATAR BELAKANG

Setiap manusia yang ada di dunia ini pasti memiliki kebutuhan yang harus mereka
penuhi. Mulai dari kebutuhan yang sifatnya dasar atau primer seperti sandang, pangan dan
papan hingga kebutuhan yang sifatnya tersier atau barang – barang mewah. Berbagai cara
dapat ditempuh oleh manusia untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan tersebut. Salah
satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan menjalankan bisnis. Bisnis dapat diartikan
sebagai organisasi yang menyediakan barang atau jasa dengan maksud mendapatkan laba
(keuntungan). Laba (keuntungan) yang didapatkan tersebut dapat digunakan untuk
mempertahankan diri dan memenuhi kebutuhan.

Walaupun tujuan utama dari bisnis itu adalah mendapatkan keuntungan yang sebesar
– besarnya (maximum profit), bukan berarti organisasi yang menjalankan bisnis tersebut
dapat menghalalkan segala cara yang mereka tempuh. Bisnis yang dijalankan harus
menjunjung etika.

Etika adalah suatu cabang dari filosofi yang berkaitan dengan ”kebaikan (rightness)”
atau moralitas (kesusilaan) dari perilaku manusia. Dalam pengertian ini etika diartikan
sebagai aturan-aturan yang tidak dapat dilanggar dari perilaku yang diterima masyarakat
sebagai baik atau buruk. Sedangkan Penentuan baik dan buruk adalah suatu masalah selalu
berubah. Etika bisnis adalah standar-standar nilai yang menjadi pedoman atau acuan manajer
dan segenap karyawan dalam pengambilan keputusan dan mengoperasikan bisnis yang etik.
Paradigma etika dan bisnis adalah dunia yang berbeda sudah saatnya dirubah menjadi
paradigma etika terkait dengan bisnis atau mensinergikan antara etika dengan laba. Justru di
era kompetisi yang ketat ini, reputasi perusahaan yang baik yang dilandasi oleh etika bisnis
merupakan sebuah competitive advantage yang sulit ditiru. Para manajer pun kini menyadari
bahwa hanya bisnis yang beretikalah yang mampu bertahan. Bahkan etika itu sendiri kini
diyakini dapat menjadi sumber keuntungan jangka panjang bagi perusahaan. sehingga etika
dan laba dapat diseleraskan dalam berbisnis.
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain
yaitu pengendalian diri, pengembangan tanggung jawab sosial, mempertahankan jati diri,
menciptakan persaingan yang sehat, menerapkan konsep pembangunan tanggung jawab
sosial, mempertahankan jati diri, menciptakan persaingan yang sehat, menerapkan konsep

3
pembangunan yang berkelanjutan, menghindari sikap 5K (Katabelece, Kongkalikong,
Koneksi, Kolusi, dan Komisi) mampu mengatakan yang benar itu benar, dll.

Bukan hanya etika, CSR (Corporate Social Responsibility) juga menjadi salah satu hal
yang turut dijunjung oleh perusahaan dalam menjalankan bisnisnya sekarang-sekarang ini.
Dengan adanya program CSR ini, perusahaan dapat menciptakan image baik di mata
pelanggan dan juga masyarakat sekitar. Sehingga perusahaan mampu mendapatkan nilai lebih
di mata konsumen.

Guna mendapatkan profit semaksimal mungkin, perusahaan tentunya berusaha sebaik


mungkin agar produknya laku terjual. Dibutukan konsep pemasaran guna memasarkan
produk tersebut sehingga laku terjual. Berbagai cara dapat dilakukan untuk memasarkan
produk perusahaan. Diantaranya melalui promosi di berbagai media baik cetak maupun
elektronik, membuat event atau acara tertentu, membuat jalur distribusi yang baik, dll.

Pemasaran produk yang dilakukan perusahaan tidak hanya memikirkan bagaimana


caranya agar produk perusahaan dapat habis terjual namun juga menciptakan, menumbuhkan,
dan menjaga pelanggan/konsumen. Oleh karena itu,dibutuhkan etika bisnis dalam
memasarkan produk untuk mencegah praktik – praktik pemasaran yang tidak etis, yang
ujungnya menimbulkan persaingan yang tidak sehat dan mencelakakan konsumen. Meliputi
etika pemasaran dalam konteks produk, etika pemasaran dalam konteks harga, etika
pemasaran dalam konteks distribusi/penyaluran, etika pemasaran dalam konteks promosi, dan
juga keetisan iklan.

4
KAJIAN PUSTAKA

 Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu Ethos yang berarti adat istiadat. Etika adalah
prinsip atau standar yang mengatur perilaku suatu komunitas, kelompok, organisasi dan
individu. Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang
maupun pada suatu masyarakat. Etika berkaitan dengan nilai-nilai, tatacara hidup yang
baik, aturan hidup yang baik dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu
orang ke orang yang lain atau dari satu generasi ke generasi yang lain.

Teori Etika
1. Etika Teleologi
Bearasal dari kata Yunani, telos = tujuan,
Mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan
tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu.
Dua aliran etika teleologi :
- Egoisme Etis
Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya
bertujuan untuk mengejar pribadi dan memajukan dirinya sendiri.
- Utilitarianisme
Berasal dari bahasa latin utilis yang berarti “bermanfaat”.
Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat
itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai
keseluruhan.
Dalam rangka pemikiran utilitarianisme, kriteria untuk menentukan baik buruknya
suatu perbuatan adalah “the greatest happiness of the greatest number”, kebahagiaan
terbesar dari jumlah orang yang terbesar.
2. Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata Yunani ‘deon’ yang berarti kewajiban.
‘Mengapa perbuatan ini baik dan perbuatan itu harus ditolak sebagai buruk’,
deontologi menjawab : ‘karena perbuatan pertama menjadi kewajiban kita dan karena
perbuatan kedua dilarang’.
Yang menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah kewajiban.

5
3. Teori Hak
Teori Hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena berkaitan dengan
kewajiban. Hak dan kewajiban bagaikan dua sisi uang logam yang sama.
Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Karena
itu hak sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis.
4. Teori Keutamaan (Virtue)
Teori ini memandang sikap atau akhlak seseorang.
Tidak ditanyakan apakah suatu perbuatan tertentu adil, atau jujur, atau murah hati dan
sebagainya.
Keutamaan bisa didefinisikan sebagai berikut : disposisi watak yang telah diperoleh
seseorang dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral.
Contoh keutamaan :
a. Kebijaksanaan
b. Keadilan
c. Suka bekerja keras
d. Hidup yang baik

 Etika Bisnis
Etika bisnis merupakan etika yang berlaku dalam kelompok para pelaku bisnis dan
semua pihak yang terkait dengan eksistensi korporasi termasuk dengan para
kompetitor. Etika itu sendiri merupakan dasar moral, yaitu nilai-nilai mengenai apa
yang baik dan buruk serta berhubungan dengan hak dan kewajiban moral.

Menurut Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance Managemen
Jouurnal (1988), memberikan tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika
bisnis, yaitu :

 Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya.


Oleh karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang
dapat memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang
tidak membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.

6
 Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya
memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku
tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan
dengan hak orang lain.
 Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama,
dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara
perseorangan ataupun secara kelompok.

Prinsip Etika Bisnis

Secara umum, prinsip-prinsip yang berlaku dalam bisnis yang baik sesungguhnya
tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita sebagai manusia, dan prinsip-prinsip ini sangat erat
terkait dengan sistem nilai yang dianut oleh masing-masing masyarakat.

Sonny Keraf (1998) menjelaskan, bahwa prinsip etika bisnis sebagai berikut;

1. Prinsip Otonomi, yaitu kemampuan mengambil keputusan dan bertindak


berdasarkan kesadaran tentang apa yang baik untuk dilakukan dan bertanggung
jawab secara moral atas keputusan yang diambil.
2. Prinsip Kejujuran, bisnis tidak akan bertahan lama apabila tidak berlandaskan
kejujuran karena kejujuran merupakan kunci keberhasilan suatu bisnis (missal,
kejujuran dalam pelaksanaan kontrak, kejujuran terhadap konsumen, kejujuran
dalam hubungan kerja dan lain-lain).
3. Prinsip Keadilan, bahwa tiap orang dalam berbisnis harus mendapat perlakuan
yang sesuai dengan haknya masing-masing, artinya tidak ada yang boleh
dirugikan haknya.
4. Prinsip Saling Mengutungkan, agar semua pihak berusaha untuk saling
menguntungkan, demikian pula untuk berbisnis yang kompetitif.
5. Prinsip Integritas Moral, prinsip ini merupakan dasar dalam berbisnis dimana para
pelaku bisnis dalam menjalankan usaha bisnis mereka harus menjaga nama baik
perusahaan agar tetap dipercaya dan merupakan perusahaan terbaik.

7
 CSR (Corporate Social Responsibility)
Beberapa pengertian CSR antara lain :
- CSR means that a corporation should be held accountable for any of its action that
affect people, their communities, and their environment. (Lawrence, Weber and
Post, 2005).
- The commitment of business to minimize its negative impacts and maximize its
positive contributions to all stakeholders in connection in economic, social and
environmental aspects to achieve suistanable development. (Indonesia Business
Links, 2001).
- Corporate Social Responsibility (CSR) ialah sebuah pendekatan dimana
perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial di dalam operasi bisnis mereka
dan dalam interaksi mereka dengan para stakeholder berdasarkan prinsip
kemitraan dan kesukarelaan (Nuryana, 2005).
- CSR merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak
etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas
setempat ataupun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup
pekerjanya beserta seluruh keluarga (organiasi dunia World Bisnis Council for
Sustainable Development (WBCD)).
- CSR adalah sebuah konsep dimana sebuah perusahaan mengintegrasikan
pemikiran sosial dan lingkungan di dalam operasi bisnis dan di dalam interaksi
dengan para stakeholders (The European Multistakeholder Forum).
- Dari beberapa definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan dari
CSR bukan hanya didasarkan pada keputusan sebuah peraturan pemerintah atau
dorongan dari luar perusahaan tetapi lebih kepada untuk menunjukkan perilaku
yang baik dari sebuah perusahaan yang bertanggung jawab pada semua
lingkungannya menurut etika, hukum, bisnis, dan ekspektasi yang dimiliki publik
pada sebuah bisnis.

Sejauh ini, definisi yang cukup dikenal mengenai CSR masih mengandun empat
kategori tanggung jawab social seperti yang dirumuskan oleh Carrol (1979 :499),
yaitu economic responsibilities, legal responsibilities, ethical responsibilities, dan
discretionary responsibilities.

8
 Pemasaran
Menurut Philip Kotler, Pemasaran adalah suatu proses social yang didalamnya
individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menaawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai
dengan pihak lain.
Sedangkan Manajemen Pemasaran menurut Philip Kotler adalah seni dan ilmu
memilih pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga, dan menumbuhkan pelanggan
dengan menciptakan, menyerahkan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang
unggul.

Pemasaran holistic
Pemasaran holistis menggabungkan pemasaran yang bertanggungjawab social dan
pemahaman masalah-masalah yang lebih luas serta konteks etis, lingkungan hidup,
hukum dan social dari kegiatan dan program pemasaran. Tanggung jawan social
menuntut para pemasar untuk secara cermat mempertimbangkan peran yang dapat
mereka mainkan dari segi kesejahteraan social.

Konsep pemasaran social menegaskan bahwa tugas organisasi adalah menetapkan


kebutuhan, keinginan, dan kepentingan pasar sasaran dan menyerahkan kepuasan
yang diinginkan secara lebih efektif dan efisien ketimbang pesaing dengan cara yang
memelihara atau meningkatkan kesejahteraan konsumen dan masyarakat.

Menurut McCarthy, bauran pemasaran (marketing mix) merupakan perangkat alat


pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mengejar tujuan pemasarannya.
Bauran pemasaran (marketing mix) atau biasa dikenal dengan 4P meliputi :
- Product (produk)
Meliputi keragaman produk, kualitas, design, cirri, nama merk, kemasan, ukuran,
pelayanan, garansi, imbalan.
- Price (Harga)
Meliputi daftar harga, rabat/diskon, potongan harga khusus, periode pembayaran,
syarat kredit.
- Promotion (promosi)
Meliputi beberapa hal seperti promosi penjualan, periklanan, tenaga penjualan,
public relation, direct marketing.

9
- Place (tempat)
Meliputi hal-hal seperti salurang pemasaran, cakupan pasar, lokasi,transportasi.

 Konsep Etika dalam Pemasaran


3 konsep etika dalam pemasaran menurut John R. Boatright adalah :
1. Fairness (Justice)
Fairness menjadi pusat perhatian karena menjadi kebutuhan yang paling dasar dari
transaksi pasar. Setiap pertukaran atau transaksi dianggap fair atau adil ketika satu
sama lain memberikan keuntungan (mutually beneficial) dan memberikan
informasi yang memadai.
Namun, pemberian informasi dalam transaksi ini masih diragukan. Hal ini
disebabkan karena penjual tidak memiliki kewajiban untuk menyediakan semua
informasi yang relevan kepada pembeli/pelanggan, dan pembeli memiliki suatu
kewajiban untuk diinformasikan mengenai apa yang dibelinya.
Pertanyaan mengenai siapa yang memiliki kewajiban menyangkut informasi ini
terbagi menjadi 2 doktrin tradisional dalam pemasaran, yaitu caveat emptor
(biarkan pembeli berhati – hati) dan caveat venditor (biarkan penjual berhati –
hati).
2. Freedom
Freedom berarti memberikan jangkauan pada pilihan konsumen. Freedom dapat
dikatakan tidak ada apabila pemasar melakukan praktik manipulasi, dan
mengambil keuntungan dari populasi yang tidak berdaya seperti anak – anak,
orang – orang miskin, dan kaum lansia.
3. Well-being
Suatu pertimbangan untuk mengevaluasi dampak social dari produk dan juga
periklanan, dan juga product safety.

 Norma & Etika Umum dalam bidang Pemasaran


- Etika pemasaran dalam konsep produk
o Produk yang dibuat berguna dan dibutuhkan masyarakat.
o Produk yang dibuat berpotensi ekonomi atau benefit
o Produk yang dibuat bernilai tambah tinggi
o Produk yang dapat memuaskan masyarakat

10
- Etika pemasaran dalam konteks harga
o Harga diukur dengan kemampuan daya beli masyarakat.
o Perusahaan mencari margin laba yang layak.
o Harga dibebani cost produksi yang layak.
- Etika pemasaran dalam konteks tempat/distribusi
o Barang dijamin keamanan dan keutuhannya.
o Konsumen mendapat pelayanan cepat dan tepat.
- Etika pemasaran dalam konteks promosi
o Sebagai sarana menyampaikan informasi yang benar dan obyektif.
o Sabagai sarana untuk membangun image positif.
o Tidak ada unsur memanipulasi atau memberdaya konsumen.
o Selalu berpedoman pada prinsip2 kejujuran.
o Tidak mengecewakan konsumen.

Ada tiga fakor yang mempengaruhi manajer pemasaran untuk melakukan tindakan tidak etis
(Schermerhorn, 1999), yaitu :

1. Manajer sebagai pribadi. Manajer sebagai pribadi ingin memaksimalkan keuntungan


bagi dirinya sendiri, faktor lain yang mendorong manajer melakukan perilaku tidak
etis yaitu agama dan tingkat pendidikan

2. Organisasi. Adanya aturan tertulis serta kebijakan resmi dari top manajemen akan
mempengaruhi tindakan etis para manajer, sehingga kadangkala mereka mengabaikan
prinsip-prinsip pribadi mereka untuk kepentingan organisasi.

3. Lingkungan

 Iklan
Iklan ialah bentuk komunikasi tidak langsung yg didasari pada informasi tentang
keunggulan suatu produk sehingga mengubah pikiran konsumen untuk melakukan
pembelian.

Fungsi dari iklan antara lain :

11
 Iklan sebagai pemberi informasi tentang produk yang ditawarkan di pasar.
 Iklan sebagai pembentuk pendapat umum tentang sebuah produk.

Sebenarnya dalam dunia periklan sudah ada peraturan yang mengatur tata cara dalam
periklanan yang diantaranya tertuang dalam Tata Krama dan Tata Cara Periklanan
Indonesia serta SK Menkes Nomor 368.

Tata Krama dan Tata Cara Periklanan

Bab II A Ayat 1 yang berbunyi :” Iklan harus jujur, bertanggung jawab dan tidak
bertentangan dengan hokum yang berlaku.”

Bab II B No.3 Ayat 3 a yang berbunyi :”Iklan tidak boleh menggunakan kata
“ter”,”paling”,”nomor satu” dan atu sejenisnya tanpa menjelaskan dalam hal apa
keunggulannya itu dan harus dapat membuktikan sumber-sumber otentik pernyataan
tersebut.”

Bab II B No.1 Ayat a yang berbunyi :”Iklan tidak boleh menyesatkan, antara lain
dengan memberikan keterangan yang tidak benar, mengelabui dan memberikan janji
yang berlebihan.”

Bab II B No.3 Ayat b yang berbunyi :”Iklan harus dijiwai oleh asas persaingan yang
sehat. Perbandingan tidak langsung harus didasarkan pada criteria yang tidak
menyesatkan konsumen.”

Bab II B No.3 Ayat c yang berbunyi :”Iklan tidak boleh secara langsung ataupun tidak
langsung merendahkan produk-produk lain.”

Bab II C No.2 yang berbunyi :”Dokter, ahli farmasi, tenaga kerja medis dan
paramedic lain atau atribut-atribut profesinya tidak boleh digunakan untuk
mengiklankan produk obat-obatan, alat kesehatan maupun kosmetika.”

Bab II C No.10 Ayat g yang berbunyi :”Iklan tidak boleh memanipulasi rasa takut
seseorang terhadap suatu penyakit karena tidak menggunakan obat yang diiklankan.”

Dari ketentuan yang dipaparkan diatas, ternyata banyak sekali pelanggaran etika yang
telah dilakukan oleh para pengusaha periklanan dan perusahaan . dampaknya pun ada

12
beberapa iklan yang kemudian ditarik dari penayangannya karena dianggap kurang
beretika. Yang tidak kalah pentingnya adalah perlunya control dalam dunia periklanan
yaitu control dari pemerintah, control dari pengiklan itu sendiri (self regulation), dan
yang tidak kalah pentingnya adalah control dari masyarakat.

STUDI KASUS

Kasus yang kami ambil ini adalah tentang PEMASARAN ONLINE. Akhir – akhir ini,
seiring dengan maraknya situs-situs jejaring social seperti Facebook, muncul pula berbagai
toko online yang memasarkan produknya dan juga menjual produknya secara online.
Antusiasme masyarakat cukup tinggi dengan dibukanya toko online ini. Namun, masalah
mulai muncul. Apakah etis bagi perusahaan yang memasarkan dan juga menjual produknya
secara online? Apakah iklan produk yang ditampilkan di website tidak memanipulasi
pelanggan?

Untuk itu, kami mencoba membedah pemasaran secara online yang dilakukan oleh
suatu perusahaan. Dari berbagai toko online yang tersebar di internet, kami mengambil salah
satu contoh perusahaan toko online yaitu “jagungturbo.com”. jagungturbo.com merupakan
salah satu toko online yang menyediakan dan menjual barang-barang original, meskipun
skala perusahaan masih kecil dan kurang terkenal, namun situs ini menjual produk
berkualitas tinggi, produk unik dan menarik dengan harga yang terjangkau. Salah satu merk
yang dijual disini adalah “CROCS”, sepatu impor dengan logo buaya yang memiliki banyak
penggemar. Harga rata – rata crocs adalah sekitar Rp400.000,- namun disini kami bias
menjual dengan harga Rp300.000,-.

Situs ini memberikan kepercayaan yang sangat tinggi bagi konsumen karena selain
memiliki testimony dari para pembeli yang telah berhasil melakukan transaksi secara online,
perusahaan ini juga menjamin barang yang dijualnya adalah barang original. Apabila
konsumen mendapati produk yang diterima tidak original, maka perusahaan akan
mengembalikan uang yang sudah dikirim oleh konsumen.

13
PEMBAHASAN

Menurut kami, pemasaran ataupun penjualan yang dilakukan perusahaan secara


online adalah etis. Dari contoh kasus di atas, kami dapat mengambil unsur-unsur etis yang
dilakukan oleh jagungturbo.com antara lain :

 Dari segi produk, etika sudah terpenuhi. Disini, perusahaan tersebut menjual dan
menyediakan barang yang berguna bagi masyarakat dan dapat memuaskan
masyarakat. Produk yang dijual juga memiliki merk yang terkenal dan sudah
dipercaya oleh masyarakat.
 Dari segi harga, perusahaan ini memberikan harga yang lebih murah dan dapat
dijangkau oleh masyarakat. Perusahaan ini juga tidak mengambil margin yang terlalu
tinggi sehingga menguntungkan para pembeli. Biaya yang dibebankan kepada produk
tersebut juga tidak terlalu tinggi. Harga di toko biasa sekitar Rp350.000,- hingga
Rp700.000,- namun di toko online ini harga berkisar antara Rp300.000,- hingga Rp
450.000,-. Jauh lebih murah dari harga toko biasa.
 Dari segi tempat/distribusi, perusahaan ini memberikan pelayanan lebih cepat dan
juga kemudahan dalam bertransaksi. Konsumen hanya tinggal duduk dan mentransfer
uang sambil menunggu barang dikirim. Selain itu, keutuhan dan keamanan barang
yang dikirim dijamin oleh perusahaan.
 Dari segi iklan, perusahaan ini mengiklankan produknya di website tanpa
menjelekkan produk lain. Iklan yang ditampilkan juga sesuai dengan barang yang
akan dijual kepada pembeli. Iklan tersebut juga memberikan beberapa informasi yang
dibutuhkan pembeli dan sesuai dengan kenyataan (tidak membohongi pembeli).

Perusahaan ini juga menggunakan prinsip – prinsip etika bisnis yang dikemukakan
oleh Sony Keraf (1998) dalam menjalankan usahanya. Prinsip etika bisnis yang dijunjung
antara lain :

 Prinsip Kejujuran
Prinsip kejujuran dilakukan dengan cara perusahaan tidak melebih – lebihkan
informasi produk yang dipasarkan dan dijual. Selain itu, perusahaan juga akan
mengirimkan barang yang diminta konsumen sesuai dengan kesepakatan sehingga

14
tidak terjadi penipuan. perusahaan juga tidak membohongi konsumen dengan menjual
barang yang tidak original atau cacat. Perusahaan justru menjual barang asli sesuai
dengan apa yang diklankan.
 Prinsip Saling Menguntungkan
Prinsip Saling Menguntungkan disini maksudnya menguntungkan kedua belah pihak,
baik konsumen maupun perusahaan. dilihat dari segi konsumen, konsumen
mendapatkan barang yang original, bermerk dan berkualitas dengan harga yang lebih
murah, pelayanan yang lebih cepat, lebih efektif dan efisien. Dari segi perusahaan,
perusahaan jelas mendapat keuntungan dari hasil penjualan. Jadi jelaslah bahwa satu
sama lain mendapatkan keuntungan.
 Prinsip Integritas Moral
Perusahaan menjaga nama baiknya dengan cara menjamin keaslian barang yang
dijual. Apabila ternyata konsumen mendapati barang yang dibeli tidak asli / original
maka perusahaan akan mengembalikan uang konsumen yang telah ditransfer. Hal
tersebut membuat perusahaan mendapatkan kepercayaan dari para konsumen.

15
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami ambil adalah bahwa pemasaran yang dilakukan secara
online adalah etis. Alasannya adalah karena :
 Menjunjung etika pemasaran yang ada. Seperti etika pemasaran dari sisi produk,
menyediakan produk yang berkualitas sehinnga bermanfaat bagi masyarakat. Dari sisi
harga, pemasaran yang dilakukan secara online menjual barangnya dengan harga yang
lebih murah dibandingkan harga di toko biasa. Dari sisi tempat/distribusi, pemasaran
dan penjualan online memberikan pelayanan yang lebih cepat dan juga menjamin
keamanan dan keutuhan barang.
 Iklan yang ditampilkan tidak berlebih – lebihan dan menipu konsumen. Perusahaan
menampilkan iklan sesuai dengan kenyataan dan sama dengan apa yan diiklankan.
Selain itu, kebanyakan iklan yang dipampang di website tidak menjelekkan produk
lain. Hanya menyampaikan keunggulan produknya saja.

Selain itu, perusahaan yang memasarkan produknya secara online juga menjunjung
prinsip – prinsip etika bisnis. Antara lain prinsip kejujuran, yaitu tidak membohongi
konsumen dengan informasi – informasi yang ada di iklan. Selain itu, barang yang dijual
dan dipasarkan berkualitas tinggi meskipun terkadang tidak bermerk dengan harga yang
lebih murah. Selanjutnya adalah prinsip saling menguntungkan. Maksudnya
menguntungkan kedua belah pihak, baik konsumen maupun perusahaan.

SARAN

 Hendaknya para perusahaan yang memasarkan produknya secara online tetap


menjunjung prinsip – prinsip etika dalam berbisnis sehingga konsumen tetap
percaya kepada perusahaan.
 Bagi para pelanggan, hendaknya teliti sebelum membeli. Periksa dengan teliti
perusahaan yang akan kita beli produknya, jangan sampai kita tertipu dan justru
merugikan diri sendiri.

16
REFERENSI

 Ethics and the conduct of business. Edisi 5 th. Karangan John R. Boatright. Pearson
International Edition. 2007
 Business Ethichs (concept & case). Karangan Manuel G. Velasquez.
 http://www.csrbusinessindonesia.com/2009/08/membangun-csr-berbasis-
masyarakat_13.html
 http://blog.beswandjarum.com/rezamf/tanggung-jawab-sosial-perusahaan.html

17

You might also like