You are on page 1of 27

KATETERISASI

Oleh
KELAS SANTA TERESA

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
2010
A. Pengertian kateterisasi
 Kateter adalah peralatan bedah yang berbentuk tubuler dan lentur yang dimasukkan ke
dalam rongga tubuh untuk mengeluarkan atau memasukan cairan (Kamus dorland. 1998 ;
196)
 Chateterization adalah pemasangan kateter ke dalam saluran atau rongga tubuh (Dorland,
1998 ; 197)
 Kateterisasi kandung kemih adalah : memasukan selang plastic atau karet melalui
uretra ke dalam kandung kemih. (Perry, potter, 2005. 1710)

kesimpulan :
Kateterisasi kandung kemih dilakukan dengan memasukan selang plastik atau karet
melalui uretra ke dalam kandung kemih. Kateter juga menjadi alat untuk mengkaji
haluaran urine per jam pada klien yang hemodinamiknya tidak stabil.

B. Tipe Kateterisasi
1. Kateter inweling atau intermiten untuk retensi merupakan dua bentuk insersi kateter. Pada
teknik intermiten, kateter lurus yang sekali pakai dimasukkan cukup panjang untuk
mengeluarkan urine dari kandung kemih (5-10 menit).

2. Kateter menetap atau Foley tetap ditempat untuk periode waktu yang lebih lama sampai
klien mampu berkemih dengan tuntas dan spontan atau selama pengukuran akurat per jam
dibutuhkan. Kateter foley menetap memiliki balon kecil yang dapat digembungkan, yang
melingkari kateter tepat dibawah ujung kateter. Apabila digembungkan, balon bertahan
dipintu masuk kandung kemih untuk menahan selang kateter tetap di tempatnya. Kateter
menetap untuk retensi memiliki dua atau tiga lumen di dalam badan kateter. Satu lumen
mengeluarkan urine melalai kateter ke kantung pengumpul. Lumen kedua membawa air
steril ke dan dari dalam balon saat lumen digembungkan atau dikempeskan. Lumen ketiga
dapat digunakan untuk memasukan cairan atau obat-obatan kedalam kandung kemih.
Menentukan jumlah lumen adalah dengan menghitung jumlah drainase dan tempat injeksi
pada ujung kateter.
3. Kateter coude digunakan pada klien pria, yang mungkin mengalami pembesaran prostat,
yang mengobstruksi sebagian ureter. Kateter ini lebih kaku dan lebih midah terkontrol
daripada kateter yang ujungnya lurus.

C. Indikasi kateterisasi

Kateterisasi Intermiten

 Meredakan rasa tidak nyaman akibat distensi kandung kemih, ketentuan untuk menurunkan
distensi
 Mengambil spesimen urine yang steril
 Mengkaji residu urine setelah pengosongan kandung kemih
 Penatalaksanaan jangaka panjang klien yang mengalami cidera medula spinal, degenerasi
neuromuskular, atau kandung kemih yang tidak kompeten

Kateterisasi Menetap Jangka Pendek

 Obstruksi pada aliran urine (mis, pembesaran prostata)


 Perbaikan kandung kemih, uretra dan struktur disekelilingnya melalui pembedahan
 Mencegah obstruksi uretra akibat adanya bekuan darah
 Mengukur haluaran ureine padaklien yang menderita penyakit kritis
 Irigasi kandung kemih secara intermiten

Kateterisasi Menetap Jangka Panjang

 Retensi urine yang berat disertai ISK yang berulang


 Ruam kulit, atau luka iritasi akibat kontak dengan uriene
 Penderita penyakit terminal yang merasa nyeri ketika linen tepat tidur diganti
PEMASANGAN KATETER

1. Pengertian :

Memasukan selang karet atau plastic ke dalam vesika urinaria (kandung kemih) melalui uretra

2. Tujuan :
1. Menghilangkan distensi kandung kemih
2. Sebagai penatalaksanaan kandung kemih yang inkompeten
3. Mendapatkan spesimen urine steril
4. Mengkaji jumlah residu urine, jika kandung kemih tidak mampu sepenuhnya
dikosongkan

3. Indikasi :
1. Diagnostik (secepatnya dilepas)
a. Mengambil sample urin untuk kultur urin
b. Mengukur residu urine
c. Memasukan bahan kontras untuk pemeriksaan radiology
d. Urodinamik
e. Monitor produksi urine atau balance cairan.
2. Terapi (dilepas setelah tujuan dicapai)
a. Retensi urine
b. Self interniten kateterisasi (CIC)
c. Memasukan obat-obatan
d. Viversi urine
e. Sebagai splin

4. Persiapan

Alat :
 Tray kateterisasi steril
 Sarung tangan steril
 Sarung tangan bersih
 Duk steril, satu fenestrated
 Pelumas
 Larutan pembersih antiseptic
 Bola kapas
 Forsep
 Kateter straight atau inwelling
 Spuit yang sudah terisi dengan larutan untuk menggembungkan balon pada kateter
inwelling
 Wadah atau basin (biasanya bagian dasar dari tray)
 Wadah specimen
 Lampu senter
 Selang drainase sterildan kantung pengumpul
 Plester, gelang karet, dan peniti
 Selimut mandi
 Bantalan tahan air
 Kantung sampah
 Basin dengan air hangat dan sabun
 Handuk mandi

Pasien :

1. Mengucapkan salam terapeutik


2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan yang
akan dilaksanakan.
4. Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya
5. Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak mengancam.
6. Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
7. Privasi klien selama komunikasi dihargai.
8. Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian serta respek selama
berkomunikasi dan melakukan tindakan
9. Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)

Lingkungan :

1. Tutup skerem untuk menjaga privasi klien


2. Minta keluarga untuk menunggu di luar

5. Prosedur :
Pemasangan kateter menetap atau kateter lurus

Langkah Rasional
1. Kaji status klien :
Dapat mengindikasikan derajat kepenuhan
a. Waktu terakhir kali berkemih kandung kemih

b. Tingkat kesadaran atau tahap Menunjukan kemampuan klien untuk


perkembangan klien bekerja sama selama prosedur

c. Keterbatasan mobilitas dan fisik Mempengaruhi cara memposisikan klien


dan mengindikasikan adanya kebutuhan
untuk dibantu

d. Usia Menentukan ukuran kateter yang akan


digunakan. Nomor 8-10 biasanya
digunakan untuk anak-anak dan nomor
14-16 untuk wanita. Nomor 12 dapat
dipertimbangkan untuk wanita muda.
Nomor 16-18 digunakan untuk pria,
kecuali dokter memprogramkan ukuran
yang lebih besar
e. Kondisi patologis yang dapat Obstruksi mencegah jalan masuk kateter
merusak jalan masuk kateter (mis. melalui uretra ke dalam kandung kemih.
Pembesaran prostat)

f. Alergi Menentukan alergi terhadap antiseptic,


plester, atau karet (lateks)

g. Meninjau ulang program dokter untuk Kateterisasi memerlukan resep dokter.


kateterisasi Dokter dapat memprogramkan kateterisasi
setelah pembedahan atau setelah
melahirkan jika klien belum berkemih
selama 8 jam. Kateterisasi juga dapat
diprogramkan untuk penampungan
specimen atau memonitor klien yang
sedang kritis secara akurat

2. Menyiapkan peralatan dan suplai yang


dibutuhkan :
a. Sarung tangan Prosedur dianggap steril
b. Duk steril, 1 duk berlubang
c. Lubrikan steril Meminimalkan trauma uretra
d. Larutan pembersih antiseptic
e. Bola kapas atau kasa berbentuk bujur
sangkar
f. Forsep
g. Spuit yang sudah diisi dengan air Digunakan untuk menggembungkan balon
steril kateter menetap
h. Kateter dengan ukuran dan tipe yang
benar untuk prosedur (intermitten
atau menetap)
i. Lampu senter Membantu melihat meatus urinarius pada
klien wanita
j. Selimut mandi Memberikan privasi pada klien
k. Alas penyerap yang kedap air Mencegah kotornya sprei tempat tidur
l. Tempat sampah
m. Sarung tangan sekali pakai, baskom Pemeliharaan kebersihan perineum
berisi air hangat, sabun, lap badan, sebelum memasang kateter akan
dan handuk mengurangi resiko ISK. Memberikan
kesempatan untuk memeriksa meatus
uretra wanita atau meretraksi prepusium
pada pria yang belum disirkumsisi. Klien
yang mampu, dapat melakukan perawatan
perineum secara mandiri
n. Selang drainase steril dan kantung Apabila kateter menetap akan diinsersi,
penampung (dapat belum plester, pita elastic, atau penjepit akan
ditempelkan ke kateter), plester, membantu memfiksasi posisi kateter,
peniti pengaman, pita elastic sehingga mencegah trauma pada sfingter
uretra eksterna
o. Wadah atau baskom steril (biasanya Menjadi wadah aliran urine jika kateter
di bawah troli) intermitten digunakan atau kateter
indwelling tidak terlebih dahulu dipasang
pada kantung urine
p. Wadah specimen steril Untuk menampung specimen urine

3. Menjelaskan prosedur kepada klien. Mengurangi ansietas dan meningkatkan


Jelaskan sensasi tekanan yang akan kerja sama.
dirasakan selama kateter dimasukan.

4. Atur supaya ada perawat tambahan untuk Mungkin diperlukan untuk membantu
membantu, jika perlu memposisikan klien yang dependen.
Meningkatkan penggunaan mekanika
tubuh yang benar dan aman
5. Tinggikan tempat tidur sampai ketinggian Meningkatkan penggunaan mekanika
yang nyaman untuk melakukan pekerjaan tubuh yang benar

6. Cuci tangan Mengurangi penularan infeksi

7. Posisi perawat menghadap klien, berdiri Keberhasilan insersi kateter dapat dicapai,
di sebelah kiri tempat tidur, jika anda jika posisi perawat nyaman dan semua
akan menggunakan tangan kanan (berdiri peralatan mudah dijangkau
di sebelah kanan tempat tidur jika anda
akan menggunakan tangan kiri).
Bersihkan meja di sisi tempat tidur dan
atur peralatan

8. Naikkan sisi pengaman tempat tidur pada Meningkatkan keamanan klien


sisi yang berlawanan dengan tempat anda
berdiri

9. Tutup gorden atau bilik ruangan Memberikan privasi dan meningkatkan


relaksasi

10. Letakkan alas kedap air di bawah klien Mencegah mengotori seprei tempat tidur

11. Atur posisi klien :

a. Wanita
Bantu untuk mengambil posisi Memungkinkan untuk melihat struktur
dorsal rekumben (telentang dengan perineum dengan baik. Ubah posisi jika
lutut ditekuk). Minta klien untuk klien tidak dapat mengabduksi tungkai
merelaksasi paha sehingga paha pada sendi pinggul. Posisi ini juga dapat
dapat dirotasi ke arah luar (tungkai lebih nyaman untuk klien. Sanggah klien
dapat ditopang dengan bantal)., atau dengan bantal jika perlu, untuk
posisikan klien dalam posisi mempertahankan posisi.
berbaring miring (sim) dengan
menekuk lututnya, apabila klien
tidak mampu mengambil posisi
telentang

b. Pria
Bantu untuk mengambil posisi Posisi telentang mencegah ketegangan
dengan paha sedikit diabduksi otot abdomen dan panggul.

12. Selimuti klien :


a. Wanita : selimuti klien dengan Hindari pajanan bagia-bagian tubuh yang
selimut mandi. Tempatkan selimut tidak perlu dan pertahankan kenyamanan.
dalam bentuk limas di atas klien.
Satu sudut pada bagian leher, satu
sudut pada setiap lengan dan sudut
terakhir di atas perineum. Tinggikan
gaun di atas panggul.
b. Pria : selimuti badan bagian atas
dengan selimut mandi dan tutupi
ekstremitas bagian bawah dengan
sprei tempat tidur sehingga hanya
bagian genetalia yang terpajan

13. Kenakan sarung tangan sekali pakai. Mengurangi keberadaan mikroorganisme


Bersihkan daerah perineum dengan air
dan sabun, sesuai kebutuhan, keringkan

14. Lepas dan buang sarung tangan yang Mencegah penularan mikroorganisme
telah dipakai. Cuci tangan

15. Posisikan lampu untuk menyinari Memungkinkan identifikasi yang akurat


daerah perineum. (apabila dan terlihatnya meatus uretra dengan baik
menggunakan senter, minta seorang
asisten untuk memegangnya)

16. Buka peralatan kateterisasi dan kateter Mencegah transfer mikroorganisme dari
(apabila dikemas terpisah) sesuai permukaan tempat kerja ke peralatan steril
dengan petunjuk penggunaannya

17. Kenakan sarung tangan steril Memungkinkan penanganan peralatan


steril tanpa kontaminasi

18. Atur suplai di atas daerah yang steril. Mempertahankan asepsis bedah dan
Buka bagian dalam kemasan steril yang mengatur daerah tempat kerja. Semua
berisi kateter. Tuangkan larutan aktivitas yang membutuhkan penggunaan
antiseptic steril ke dalam wadah yang kedua tangan anda harus diselesaikan,
berisi bola kapas steril. Buka paket yang sebelum membersihkan meatus uretra.
berisi lubrikan. Pindahkan wadah
specimen (penutup harus dipasang
longgar di atasnya) dan spuit yang
sudah terlebih dahulu diisi, dari
kompartemen pengumpul pada troli ke
lapangan yang steril.

19. Sebelum menginsersi kateter menetap, Memeriksa integritas balon. Balon yang
tes balon dengan menginjeksi cairan bocor atau tidak menggembung dengan
dari spuit yang telah berisi cairan, ke tepat tidak boleh digunakan.
dalam katup balon. Balon harus
menggembung maksimal tanpa bocor.
Tarik kembali cairan dan tinggalkan
spuit di pintu masuk kateter, jika
memungkinkan.

20. Pasang duk steril :


a. Wanita : buat sisi bagian atas duk Permukaan luar duk yang menutupi
membentuk manset di atas kedua tangan anda tetap steril sampai duk
tangan perawat. Tempatkan duk di menyentuh bokong. Duk steril yang
atas tempat tidur di antara paha menyentuh sarung tangan steril adalha
klien. Selipkan ujung yang dibentuk steril. Mempertahankan sterilitas
manset tepat di bawah bokong, permukaan tempat bekerja
berhati-hatilah supaya sarung tangan
tidak menyentuh permukaan yang
terkontaminasi. Angkat duk dteril
bolong dan biarkan duk tetap tidak
terlipat tanpa menyentuh obyek
nonsteril. Tempatkan duk pada
perineum sehingga labia terlihat dan
pastikan untuk tidak menyentuh
permukaan yang terkontaminasi
b. Pria : tempatkan duk di atas paha
tepat di bawah penis. Angkat duk
bolong. Buka lipatan duk dan
pasang di atas penis dengan celah
yang bolong ditempatkan di atas
penis.

21. Tempatkan peralatan steril dan isinya Memungkinkan akses ke peralatan


pada duk steril di antara paha klien, dan menjadi mudah selama insersi kateter
buka wadah specimen urine (jika
diperlukan), menjaga permukaan bagian
dalam tetap steril.

22. Oleskan lubrikan di sepanjang sisi


ujung kateter :
a. Wanita : 2,5 sampai 5 cm Memungkinkan kemudahan insersi ujung
b. Pria : 7,5 sampai 12,5 cm kateter ke meatus uretra
23. Bersihkan meatus uretra :
a. Wanita :
1. Dengan tangan yang tidak Memungkinkan visualisasi seluruh
dominan, retraksi labia dengan meatus. Retraksi penuh mencegah
hati-hati sehingga keseluruhan kontaminasi meatus selama proses
meatus uretra ter;ihat. pembersihan. Menutupnya labia selama
Pertahankan posisi tangan yang proses pembersihan menyebabkan
tidak dominan ini selama perlunya pengulangan prosedur karena
pelaksanaan prosedur. daerah tersebut telah terkontaminasi.

2. Dengan tangan yang dominan, Upaya membersihkan mengurangi jumlah


ambil bola kapas dengan forsep mikroorganisme di meatus uretra.
dan bersihkan daerah perineum, Penggunaan sebuah bola kapas tunggal
mengapusnya dari arah depan ke untuk setiap apusan mencegah transfer
belakang, dari klitoris ke anus. mikroorganisme. Gerakan pembersihan
Gunakan bola kapas yang baru dimulai dari daerah yang kontaminasinya
untuk setiap apusan : pada paling kecil ke daerah yang
sepanjang daerah yang dekat kontaminasinya paling luas. Tangan
dengan lipatan labia, sepanjang dominan tetap steril
daerah yang jauh dari lipatan
labia, dan secara langsung pada
meatus

b. Pria :
1. Apabila klien tidak disirkumsisi, Meminimalkan peluang terjadinya ereksi.
retraksi prepusium dengan (apabila ereksi terjadi, hentika prosedur).
tangan yang tidak dominan. Lepasnya prepusium atau turunnya penis
Pegang batang penis, tepat di selama proses pembersihan menyebabkan
bawah glans. Retraksikan perlunya pengulangan proses karena
meatus uretra dengan daerah tersebut telah terkontaminasi.
menggunakan ibu jari dan jari
telunjuk. Pertahankan tangan
yang tidak dominan pada posisi
ini selama proses insersi kateter.

2. Dengan tangan yang dominan, Mengurangi jumlah mikroorganisme di


ambil bola kapas dengan forsep meatus dan pembersihan bergerak dari
dan bersihkan penis. Mulai dari daerah yang kontaminasinya minimal ke
meatus. lanjutkan sampai ke daerah yang kontaminasinya maksimal.
arah bawah batang penis dengan Tangan dominan tetap steril
menggunakan gerakan
melingkar. Ulangi proses ini 3
kali, dengan mengganti bola
kapas setiap kali proses.

24. Ambil kateter dengan tangan dominan Penampungan urine mencegah kotornya
yang telah mengenakan sarung tangan seperi tempat tidur dan memungkinkan
sekitar 5 cm dari ujung keteter. Pegang pengukuran haluaran urine yang akurat.
ujung kateter dan lekuk dengan longgar
di telapak tangan yang tidak dominan.
Letakan ujung distal kateter di wadah
penampang urine (jika kateter belum
dipasang ke saluran atau kantung urine)

25. Insersi kateter :


a. Wanita : peganag kateter di tangan
yang dominan dan tangan yang
tidak dominan melanjutkan tindakan
meretraksi labia.
1. Minta klien mengambil nafas Relaksasi sfingter eksterna membantu
dalam, insersi kateter melalui insersi kateter. (kateter di vagina tidak lagi
meatus secara perlahan. (apabila steril). Meninggalkan kateter yang
tidak ada urine yang muncul pertama akan mencegah salah masuknya
setelah selang diinsersi beberapa kateter kedua ke dalam vagina
sentimeter, kateter mungkin
masuk ke dalam vagina, biarkan
di tempat, kemudian ambil dan
insersi kateter lain kemudian
lepaskan kateter yang pertama.

2. Masukkan kateter sekitar 5 Uretra waita berukuran pendek. Urine


sampai 7,5 cm pada orang yang keluar mengindikasikan bahwa ujung
dewasa, 2,5 cm pada anak, atau kateter berada di dalam kandung kemih
sampai urine keluar. Apabila atau uretra bagian bawah. Balon kateter
menginsersi kateter menetap, menetap harus dimasukan ke dalam
masukkan lagi 5 cm setelah kandung kemih. Insersi yang dipaksakan
urine keluar. Apabila ada dapat membuat trauma pada uretra
tahanan, jangan memaksa
kateter untuk masuk.

3. Lepaskan labia dan pegang Kontraksi kandung kemih atau sfingter


kateter dengan aman dapat menyebabkan kateter keluar secara
menggunakan tangan yang tidak tidak sengaja.
dominan

b. Pria : tinggikan penis ke posisi


perpendicular terhadap tubuh klien
dan berikan sinar ke arah atas penis
yang telah ditarik.
1. Minta klien untuk berusaha Relaksasi sfingter eksterna membantu
keras untuk mengedan ke bawah insersi kateter
seperti pada saat berkemih,
insersi kateter melalui meatus
secara perlahan

2. Masukkan kateter 17,5 sampai Uretra pada pria dewasa berukuran


22,5 cm pada orang dewasa, 5 panjang. Urine yang keluar
sampai 7,5 cm pada anak kecil, mengindikasikan bahwa ujung kateter
atau sampai urine keluar. berada di dalam kandung kemih atau
Apabila ada tahanan, tarik uretra. Pemasukan kateter yang lebih jauh
kateter dan jangan memaksanya akan memastikan penempatan kateter di
masuk ke uretra. Apabila dalam kandung kemih. Tahanan pada jalan
menginsersi kateter menetap, masuk kateter dapat disebabkan oleh
masukan lagi sepanjang 5 cm striktur atau pembesaran prostat.
setelah urine keluar Memastikan bahwa balon telah masuk ke
dalam kandung kemih.

3. Lepaskan penisdan tahan kateter Kontraksi kandung kemih atau afingter


dengan kuat menggunakan dapat menyebabkan keluarnya kateter
tangan yang tidak dominan yang tidak disengaja.

26. Kumpulkan specimen urine sesuai Memungkinkan diperolehnya specimen


kebutuhan. Isi mangkuk atau botol steril untuk analisis kultur
specimen sampai tingkat tertentu (20-30
ml) dengan memegang bagian pangkal
kateter di tangan yang dominan, di atas
mangkuk (atau kumpulkan specimen
dari kantung drainase yang steril).
Dengan tangan yang dominan, tekuk
kateter untuk menghentikan sementara
aliran urine dan kemudian lepaskan
kateter untuk memungkinkan sisa urine
di dalam kandung kemih keluar ke
dalam penampang pengumpul. Tutup
mangkuk specimen dan letakkan di
pinggir untuk diberi label.

27. Biarkan kandung kemih benar-benar Urine yang tertahan dapat menjadi
kosong (kecuali kebijakan lembaga reservoir pertumbuhan mikrooganisme.
membatasi volume maksimal urine (pengosongan volume dengan cepat dan
yang keluar pada setiap kateterisasi) dalam jumlah yang besar dapat
menyebabkan pembuluh darah membesar
serta menimbulkan syok hipovolemik)

28. Lepaskan kateter intermitten sekali Meminimalkan rasa tidak nyaman klien
pakai. Tarik kateter dengan perlahan
dan lembut sampai terlepas

29. Gembungkan balon kateter menetap :


1. Saat memegang kateter di meatus Kateter harus ditahan pada saat spuit
urinarius dengan tangan yang tidak dimanipulasi
dominan, pegang pangkal kateter,
letakan diantara 2 jari
2. Dengan menggunakan tangan yang Pintu masuk injeksi terhubung dengan
dominan, pasang spuit (jika belum lumen yang menuju ke balon
terpasang) ke tempat injeksi pada
pangkal kateter.
3. Injeksi sejumlah total larutan secara Balon di dalam kandung kemih
perlahan. Apabila klien mengeluh digembungkan. Apabila posisi balon di
nyeri yang tiba-tiba, aspirasi larutan dalam uretra tidak tepat, nyeri terjadi
dan masukkan kateter lebih jauh. selama proses penggembungan.
Jangan menginjeksikan cairan
melebihi ukuran balon.
4. Setelah menggembungkan balon Penggembungan balon menahan ujung
sampai maksimal, lepaskan kateter kateter di tempatnya, di atas pintu masuk
dari tangan yang tidak dominan dan kandung kemih untuk mencegah kateter
tarik dengan perlahan untuk terlepas. Menarik kateter dengan perlahan
merasakan adanya tahanan. memastikan selang terpasang dan tertahan
Kemudian masukkan kateter sedikit dengan benar. Memasukkan kateter lebih
lagi ke dalam kandung kemih. jauh, meminimalkan tekanan pada leher
Lepaskan spuit. kandung kemih

30. Sambungkan pangkal kateter ke selang System tertutup untuk drainase urine
panampung dan kantung drainase, dibuat. Posisi kantung drainase yang
kecuali sudah disambungkan. menggantung meningkatkan aliran urine
Tempatkan kantung pada posisi menjauhi kandung kemih. Kantung yang
terantung. Jangan letakkan kantung di ditempatkan pada pengaman tempat tidur,
kerangka pengaman tempat tidur ketinggiannya dapat berada di atas
ketinggian kandung kemih, pada saat
pengaman tersebut dinaikan.

IRIGASI KATETER

1. Pengertian :
 Pencucian kateter urine untuk mempertahankan kepatenan kateter urine menetap
dengan larutan steril yang diprogramkan oleh dokter. Karena darah, pus, atau
sedimen dapat terkumpul di dalam selang dan menyebabkan distensi kandung kemih
serta menyebabkan urine tetap berada di tempatnya
 memasukan larutan kedalam kandung kemih untuk membersihkan atau memasukan
obat. tujuan : memberikan larutan kedalam kandung kemih; membersihkan atau
memasukan obat kedalam kandung kemih. kebijakan : dilakukan pada pasien

2. Tujuan :
1. Untuk mempertahankan kepatenan kateter urine
2. Mencegah terjadinya distensi kandung kemih karena adanya penyumbatan kateter
urine, misalnya oleh darah dan pus
3. Untuk membersihkan kandung kemih
4. Untuk mengobati infeksi lokal

3. Persiapan :
Alat :
 Latutan irigasi steril (sesuai yang diresepkan dokter)
 Selang irigasi (dengan atau tanpa konektor- Y)
 Pole IV
 Kapas antiseptic
 Wadah metric
 Konektor Y
 Selimut mandi (tidak harus)
 Sarung tangan

IRIGASI PADA KATETER TERTUTUP DAN KATETER TERBUKA

Langkah Rasional
1. Kaji program dokter untuk tipe irigasi dan Memastikan pemilihan peralatan yang tepat.
larutan irigasi yang digunakan
2. Kaji warna urine dan adanya lendir atau Menetukan adanya perdarahan , infeksi , atau
sedimen terkelupasnya jaringan yang dialami klien
3. Tentukan tipe kateter yang akan dipasang :
a. Tiga lumen (satu lumen untuk
menggembungkan balon, satu lumen
untuk memasukkan larutan irigasi, dan
satu lumen untuk aliran keluar urine)
b. Dua lumen (satu lumen untuk
menggembungkan balon, satu lumen
untuk aliran keluar urine)
4. Menentukan kepatenan selang drainase Memastikan bahwa selang drainase tidak
tergulung, diklem dengan cara yang tidak
tepat, atau tertekuk di bawah ketinggian
kandung kemih
5. Mengkaji jumlah urine di dalam kantung Volume cairan di dalam kantung urine setelah
drainase irigasi dikurangi volume cairan di dalam
kantung urine sebelum irigasi, untuk
memastikan bahwa semua bahan irigasi telah
keluar
6. Mengumpulkan peralatan dan
perlengkapan yang dibutuhkan:
a. Metode intermitten tertutup Larutan yang dingin dapat menyebabkan
(1) Larutan irigasi steril pada suhu spasme kandung kemih
ruangan Digunakan untuk memasukkan bahan irigasi
(2) Wadah yang memiliki ukuran ke dalam kandung kemih
(3) Spuit steril dengan berkapasitas 30
sampai 50 ml Menghambat aliran urine di kateter pada saat
(4) Jarum steril dengan ukuran 19 bahan dimasukkan irigasi
sampai 22,1 inci
(5) Swab antiseptik Larutan yang dingin dapat menyebabkan
(6) Klem untuk kateter atau selang spasme kandung kemih
(7) Selimut mandi Klem mengatur aliran irigasi. Penghubung Y
memungkinkan selang terhubung dengan dua
b. Metode kontinu tertutup kantung
(1) Larutan irigasi steril , sesuaikan Dapat menghubungkan selang irigasi ke
suhu dalam kantung dengan suhu kateter yang memiliki dua buah lumen
ruangan Jangan mennggunakan metode ini apabila
(2) Selang irigasi dan klem (dengan terdapat metode lain karena metode ini
atau tanpa penghubung Y) meningkatkan resiko infeksi
(3) Tiang IV Memberikan dorongan yang penting untuk
(4) Swab antiseptik mengeluarkan bekuan darah
(5) Penghubung Y (pilihan) Duk dapat mencegah seprei tempat tidur
(6) Selimut mandi menjadi kotor

c. Metode terbuka Menjaga sistem tetap steril


(1) Set irigasi steril disertai troli/ Larutan yang dingin meneyababkan spasme
penampangnya kandung kemih
(2) Bulb spuit atau spiut tipe piston
berkapasitas 60 ml
(3) Basin penampung yang steril
(4) Duk kedap air
(5) Wadah larutan yang steril
(6) Swab antiseptik
(7) Sarung tangan steril
(8) Sesuaikan larutan irigasi pada suhu
ruangan
(9) Plester atau pita elastis untuk
memfiksasi kembali kateter
(10) Selimut mandi
7. Jelaskan prosedur dan tujuan kepada klien Membantu klien bersikap santai dan
kooperatif selama prosedur
8. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan Mancegah penularan mikroorganisme
untuk metode tertutup
9. Berikan klien privasi dengan menarik Meningkatkan kenyamanan klien
gorden tempat tidur. Lipat kain yang
menutupi kateter sehingga kateter
terpapar. Tutupi bagian atas pinggang
klien dengan selimut mandi.
10. Kaji abdomen bagian bawah untuk Mendeteksi adanya kesalahan fungsi keteter
melihat adanya distensi kandung kemih atau hambatan pada drainase urine
11. Posisikan klien pada posisi dorsal Meningkatkan kenyamanan klien dan
rekumben atau telentang membuat keteter mudah dijangkau.
Meningkatkan aliran larutan irigasi ke dalam
kandung kemih.
12. Irigasi intermitten tertutup:
a. Siapkan larutan irigasi steril sesuai
program di dalam gelas ukur Memastikan bahwa cairan irigasi tetap steril
b. Hisap larutan steril ke dalam spuit Sumbatan pada keteter menimbulkan tahanan
dengan menggunakan teknik aseptik sehingga bahan irigasi dapat dengan kuat
c. Klem kateter retensi menetap pada dimasukkan ke dalam kateter.
bagian bawah pintu masuk injeksinya Mengurangi penularan infeksi
yang lunak
d. Bersihkan pintu masuk injeksi pada
kateter menetap dengan Memastikan bahwa ujung jarum memasuki
menggunakan swab antiseptik (pintu lumen kateter
masuk yang sama digunakan untuk Tekanan perlahan yang diberikan secara
pengumpulan spesimen) kontinu membuat bekuan darah dan sedimen
e. Masukkan jarum spuit melalui pintu terlepas tanpa menimbulkan trauma pada
masuk pada sudut 30 derajat dinding kandung kemih
f. Injeksikan cairan secara perlahan ke Memungkinkan drainase mengalir karena
dalam kateter dan ke dalam kandung dipengaruhi gaya gravitasi
kemih
g. Lepaskan spuit, klem, dan biarkan
larutan mengalir ke dalam kantung
drainase urine. PILIHAN:
pertahankan selang tetap diklem dan
biarkan larutan berada di dalam
kendung kemih untuk sementara
waktu ( 20-30 menit). Jangan lupa
melepaskan klem kateter.
13. Irigasi kontinu tertutup: Mencegah masuknya mikroorganisme
a. Dengan menggunakan teknik aseptik,
masukkan ujung selang irigasi steril
ke dalam kantung larutan irigasi
b. Tutup klem pada selang dan gantung Mengeluarkan udara dari selang
kantung larutan irigasi pada tiang IV
c. Buka klem dan biarkan larutan Penghubung-Y atau kateter dengan tiga
mengalir melalui selang, pertahankan lumen merupakan alat untuk mengirigasi
ujung selang tetap steril. Tutup klem. larutan memasuki kandung kemih. Sistem
d. Bersihkan porta irigasi pada kateter harus tetap steril.
berlumen tiga atau sambungkan Memastikan bahwa urine dan larutan yang
penghubung-Y yang steril ke kateter digunakan untuk irigasi akan keluar dari
berlumen dua dan kemudian kandung kemih.
sambungkan ke selang irigasi Caiaran yang masuk melalui kateter menuju
e. Pastikan bahwa kantung drainase dan ke kandung kemih, membilas sistem. Cairan
selang terhubung dengan kuat ke keluar setelah irigasi selesai.
pintu masuk darinase pada keteter
berlumen tiga atau ke sambungan
lain pada penghubung-Y
f. Untuk aliran yang intermitten, klem
selang sistem drainase, buka klem Memastikan proses irigasi yang kontinu dan
selang irigasi dan biarkan cairan yang merata pada sistem kateter. Mencegah
diprogramkan mengalir memasuki akumulasi larutan di dalam kandung kemih,
kandung kemih (100 ml adalah yang dapat menyebabkan distensi kandung
jumlah yang normal pada orang kemih dan kemungkinan cedera.
dewasa). Tutup klem selang irigasi
dan kemudian buka klem selang
drainase
g. Untuk irigasi kontinu, hitung
kecepatan tetesan larutan irigasi dan
kemudian kemudian atur klem pada
selang sistem irigasi dengan tepat.
Pastikan bahwa klem pada selang
darinase terbuka dan periksa volume
drainase di dalam kantung drainase.
Pastikan bahwa selang drainase paten
dan hindari melekuknya selang.
14. Irigasi terbuka:
a. Buka penampang irigasi yang steril, Mematuhi prinsip asepsis bedah
bentangkan area yang steril, tuangkan
larutan steril yang dibutuhkan ke
dalam wadah steril dan letakkan Mengurangi penularan mikroorganisme
kembali tutup wadah larutan yang Mencegah sprei tempat tidur menjadi kotor
besar Menyiapkan bahan irigasi untuk dimasukkan
b. Kenakan sarung tangan steril ke dalam kateter
c. Letakkan duk kedap air steril di Mencegah sprei tempat tidur menjadi kotor
bawah kateter dan mencegah supaya tidak samapi ke
d. Aspirasi 30 ml larutan ke dalam spuit lapangan steril
irigasi steril Mempertahankan kesterilan bagian dalam
lumen kateter dan selang drainase serta
e. Pindahkan baskom pengumpul steril mengurangi kemungkinan masuknya agens
ke dekat paha klien patogen ke dalam kandung kemih
f. Lepaskan kateter dari selang drainase Instilasi secara perlahan mengurangi insiden
sehingga urine dapat mengalir ke spasme kandung kemih, tetapi dapat
dalam baskom pengumpul steril. membersihkan kateter dari obstruksi
Tutup ujung selang drainase dengan Memungkinkan drainase mengalir akibat
tutup pelindung yang steril. Letakkan gaya gravitasi. Memungkinkan kateter dibilas
selang ini di tempat yang aman. secara adekuat
g. Insersi ujung spuit ke dalam lumen
kateter dan masukkan larutan secara
perlahan Perubahan posisi dapat memindahkan ujung
kateter di dalam kandung kemih,
h. Lepaskan spuit, rendahkan kateter, meningkatkan kemungkinan bahwa cairan
dan biarkan larutan mengalir keluar yang dimasukkan akan mengalir kembali
ke dalam baskom. Ulangi keluar
memasukkan larutan dan keluarkan
lagi beberapa kali sampai cairan Menguarangi masuknya mikroorganisme ke
drainase menjadi jernih. dalam sistem
i. Apabila larutan tidak kembali, minta
klien untuk berbaring miring dengan
posisi tubuh menghadap Anda.
Apabila upaya mengubah posisi tidak
juga membantu, masukkan kembali
spuit dan aspirasi larutan dengan
perlahan
j. Setelah irigasi selesai dilakukan,
lepaskan penutup pelindung dari
selang, bersihkan ujungnya dengan
swab alkohol ( atau larutan yang
direkomendasikan lembaga), dan
pasang kembali sistem drainase
15. Letakkan kembali kateter ke tubuh klien Mencegah trauma pada jarinagan uretra
dengan menggunakan plester atau pita
elastic
16. Bantu klien untuk mendapatkan posisi Meningkatkan relaksasi dna istirahat
yang nyaman
17. Rendahkan tempat tidur sampai posisi Meningkatkan keamanan klien
terendah
18. Buang perlengkapan yang Mencegah penyebaran infeksi
terkontaminasi, lepas sarung tangan, dan
cuci tangan. Pasang sisi pengaman
tempat tidur jika perlu
19. Hitung cairan yang digunakan untuk Menentukan haluaran urine yang akurat
mengirigasi kandung kemih dan kateter
dan kurangi dari volume total drainase
yang dialirkan keluar
20. Kaji karakteristik haluaran urine: Mengevaluasi hasil irigasi
viskositas, warna dan adanya materi
(mis., sedimen, bekuan darah)
21. Catat tipe dan jumlah larutan yang Mendokumentasikan prosedur dan respons
digunakan sebagai bahan irigasi, jumlah klien
bahan yang kembali sebagai darinase,
dan karakteristik drainase tersebut
BLADER TRAINING

1. Pengertian :

Suatu latihan yang digunakan dalam rangka melatih otot-otot kandung kemih.

2. Tujuan :

Mengembalikan pola kebiasaan berkemih

3. Hal yang perlu disiapkan :


a. Tentukan pola waktu biasanya klien berkemih sendiri. Bila tidak dapat dibuat pola
berkemih, rencanakan waktu ke toilet, misalnya 1-2 jam sekali
b. Usahakan agar intake cairan sekitar 2-3 liter/hari
c. Posisi berkemih yang normal dan nyaman
4. Prosedur :

Langkah Rasional
1. Sesuai dengan pola berkemih yang telah
ditentukan, usahakan agar klien
mempertahankannya saat klien merasa
ingin berkemih baik urgen atau tidak.
Kontraksi atau relaksasi secara teratur
akan meningkatkan tonus otot bladder dan
meningkatkan control volunteer
2. Berikan cairan sekitar 30 menit sebelum Intake cairan ini untuk membantu proses
waktu BAK sesuai pola tersebut sebanyak produksi urine yang adekuat, sehingga
± 600-800 cc. merangsang reflex miksi
3. Lakukan program latihan untuk
meningkatkan tonus otot abdomen dan
pelvis melalui latihan kegel’s caranya :
a. Posisi klien duduk atau berdiri dengan
kaki diregangkan
b. Kontraksikan rectum, uretra, dan
vagina (pada wanita) kea rah atas
dalam. Lalu tahan selama 5 detik.
Kontraksi seharusnya dirasakan pada
panggul
c. Ulangi latihan tersebut 5-6 kali pada
tahap awal dengan interval waktu.
Setelah otot semakin kuat tingkatkan
jumlah latihan sampai akhirnya dapat
melakukan sampai 200 kali tiap hari
4. Cobakan klien untuk memulai dan
menghentikan aliran urine

linrin.blogspot.com/2009/12/irigasi-kandung-kemih.html

You might also like