You are on page 1of 11

Tugas

Oceanografi
SEJARAH OCEANOGRAFI LAUT INDONESIA

Larinta Septian (0910813002)


R. Adhariyan Islamy (0910810063)
Makhluki Baedowi (0910810103)
Moch Ikbal Mubaroqi (0910813007)
Rahmadin Mega D. (0910813003)

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

2010
SEJARAH OCEANOGRAFI
LAUT INDONESIA

Di tahun terakhir ini ada tanda tanda kemajuan kita dalam mempelajari
ilmu tentang oseanografi di indonesia. Kemajuan ini adalah suatu hasil dari
menngkatnya ketertarikan masyarakat terhadap oceanografi di dalam laut tropis
ini serta dukungan dan keterbukaan pemerintah Indonesia kepada para pakar
internasional dalam kerjasama. Langkah riset juga mempercepat pengaplikasian
teknologi baru (metode observasi in situ dan pantauan satelit) dan oleh
peningkatan komunikasi antar ilmuan melalui internet. Beberapa hari terakhir,
studi tentang samudra telah dibuat dengan tujuan pelayaran. Dengan peningkatan
ini, kepentingan ekonomi sumberdaya kelautan dan perkiraan iklim yang sedang
diperkenalkan terus dikembangkan.

Perkembangan ilmu oceanografi di perairan Indonesia terbagi dalam 3 periode


besar :

1) Periode Pre-Kolonial

Pre-Colonial Periode dimulai dengan awal sejarah pertama kali hingga


berlanjut sampai datangnya kolonialisme barat pada ujung abad ke 16.

2) Periode Kolonial

Periode colonial (Permulaan abad yang ke 17 sampai Indonesia


memperoleh kemerdekaan). Pada saat Negara Negara barat menduduki
sebagian besar asia tenggara, dan melakukan pengamatan tentang kehidupan
biologi laut dan ilmu oceanografi. Pada permulaan 1768, ketika Boudeuse dan
Etoile dari perancis membuat beberapa pengukuran di dalam perairan laut
hindia (sekarang indonesia). Beberapa ekspedisi dikirim untuk mengkaji
daerah ini. sekitar 38 ekspedisi telah dilaksanakan dalam kurun waktu 173
tahun mencangkup sepuluh Negara : Australia (1 ekspedisi) Inggris ( 10),
Denmark ( 1), Netherlands ( 8), Perancis ( 10), Negara Jerman ( 3), Italia ( 1),
Jepang ( 1), Perserikatan/Pipa sambung Soviet ( 1), dan Amerika Serikat ( 2).

3) Periode Pasca Kemerdekaan

Periode in dimulai ketika Indonesia merdeka pada 1945 dan berakhir


pada awal abad ke 21. Bagian timur hindia yang dulu merupakan daerah
kepulauan timur hindia menjadi pusat pengetahuan di indonesia. setelah
kemerdekaan, laboratorium infestigasi laut merubah namanya sebanyak tiga
kali. mulai dari "lembaga penelitian laut, 1950-1970an" menjadi "Lembaga
Ocseanografi Nasional, 1976 sampai 1999", dan sekarang menjadi "Pusat
penelitian Oseanografi,LIPI, 1999 sampai sekarang"

Peningkatan kuantitas dan cangkupan studi aspek oseanografi


indonesia dan perairan sekitarnya dalam dekade terbaru ini sedang diutamakan
untuk mempercepat langkah pemahaman.

Dalam paruh kedua dari periode ketiga dalam sejarah kelautan


Indonesia, ITF atau Arlindo (Arus Lintas Indonesia) karena dikenal di
Indonesia, menarik banyak perhatian dari komunitas oseanografi. Tiga besar
internasional oseanografi kolaborasi penelitian dilakukan saat ini: (1) JADE
(Jawa-Australia
Dynamic Percobaan), penelitian bersama program antara Indonesia dan
Perancis 1989-1995 yang tujuannya adalah untuk menyelidiki transportasi
Arlindo dan yang variabilitas di pintu masuk ke dalam Hindia Laut antara Bali
dan Australia (Fieux et al., 1994, 1996) dan di outlet-nya bagian melalui
berbagai selat Kepulauan Sunda Kecil (Molcard et al, 1994, 1996);. (2) ROD
(Daerah Dynamic Oseanografi) Metering Lancar Percobaan, sendi oseanografi
ekspedisi, yang memiliki tujuan yang sama dan dilakukan bersama oleh
Australia dan negara-negara ASEAN 1993-1995 (Cresswell dan Wells, 1998);
dan (3) Arlindo ekspedisi, yang bersama oseanografi ekspedisi antara
Indonesia dan Amerika Serikat 1991-1998, yang Tujuan keseluruhan adalah
untuk menyelesaikan pencampuran (dari 1991-1994) dan sirkulasi (dari 1996
untuk 1998), dan umumnya monitor fisik oseanografi fitur dalam laut
Indonesia. Tujuan pemantauan terakhir harus dibatalkan karena krisis politik
dan ekonomi yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia dari 1997-1998. The
Indonesian Institute of Science (LIPI) adalah lembaga fokus untuk yang
Arlindo ekspedisi, dan mitranya adalah LDEO (Bumi Lamont-Doherty
Observatorium Universitas Columbia, New York, USA). AS-Indonesia
Arlindo ekspedisi dihasilkan beberapa publikasi tentang distribusi massa air
dan throughfl ow jalur (misalnya, Gordon dan Fine, 1996; Ilahude dan
Gordon, 1996; Gordon et al., 1996; dan Susanto

Indonesia sekarang terletak laut oseanografi pada landasan yang solid


c scientifi. Berikutnya tahap penelitian dapat lebih fokus pada inti
masalah. Gordon (masalah ini) mengingatkan kita bahwa beberapa ambiguitas
mengenai ITF besar dan variabilitas tetap. Untuk memperoleh data yang
diperlukan untuk lebih mengukur ITF, yang lebih bertarget observasional
pendekatan, dengan pemantauan jangka panjang, sedang dilakukan. ITF ini
pemantauan sedang dilakukan di bawah naungan INSTANT internasional
(International Nusantara Stratifi kation dan Transportasi) program. Program
ini, yang akan berlangsung sampai tahun 2007, adalah sebuah kolaborasi di
antara beberapa negara, termasuk: Indonesia (Departemen Perikanan dan
Kelautan, Institut Indonesia of Science [LIPI] dan Indonesia yang Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi [BPPT]), Amerika Serikat (Universitas
Columbia [LDEO] dan University of California, San Diego [Lembaga
Scripps] Oseanografi), Australia (CSIRO), Perancis (LODYC), dan Belanda
(NIOZ). INSTAN akan mengukur kecepatan, temperatur, dan salinitas dari
ITF baik. Latihan ini diharapkan untuk menyediakan data untuk meningkatkan
pemahaman proses lautan Indonesia dan perairan sekitarnya, dan peran
mereka dalam daerah (misalnya, musim) dan global (misalnya, ENSO)
fenomena. Kunci pertanyaan tentang Indonesia oseanografi laut yang mungkin
dibahas dalam termasuk masa depan :

Kunci pertanyaan mengenai oseanografi laut indonesia nampaknya akan


menjadi kajian menarik di masa depan (berdasar urutan paling diminati):

1. ITF (Indonesia throughflow)


bagaimana kau mengamati ITF dengan ketelitian rasional dengan dibantu
beberapa tekhnik dan instrumen yang dapat dipercaya? apa yang menjadi
kontribusi besar laut banda kepada ITF? serumit apakah peran ITF kepada
inter-oceanic heat transfer?

2. Terrestrial effects
apakah bentuk pulau di Indonesia mempunyai pengaruh penting pada
panas dan kadar kelembaban udara di atmosfer? bagaimana peran penting
perubahan terus menerus aliran air tawar yang terus menerus dari sungan
indonesia terhadap interaksi udara dan lair di laut indonesia? dan
variabilitas ITF

3. Internal waves
bagaimana cara ombak internal mempengaruhi percampuran massa air laut
indonesia, terutama sepanjang ITF (seperti selat lombok)? apakah ombak
internal mempunyai pengaruh penting terhadap variabilitas ITF?

4. Modeling
Bagaimana Anda menggabungkan fisika, kimia, geofisika, dan
aspek biologis menjadi model untuk mempelajari laut
Indonesia? Bagaimana model ini ditingkatkan untuk lebih efisiensi kuno
dalam metode dan di computer waktu?

5. Kondisi Hidrografi
Bagaimana kondisi termal Pacifi c mempengaruhi
intensitas monsoon Asia Timur? Bagaimana suhu lautan dan salinitas yang
berkaitan dengan variabilitas El Niño dan Samudera Hindia ?

6. Perubahan iklim
Bagaimana ITF yang terkait dengan pengeringan
di Afrika Timur? Bagaimana ITF mempengaruhi variabilitas
musim? Apakah peningkatan konsentrasi CO2 dari atmosfer memiliki
dampak signifikan cant terhadap produktivitas shery fi dari Indonesia laut?

7. Perikanan
Bagaimana cant kontribusi signifikan adalah proses fisik dalam Laut
Indonesia untuk produktivitas daerah? Apa yang magnitudonya kontribusi
upwelling proses tersebut dengan makanan dari atas lapisan di perairan
Indonesia? Apakah gelombang internal memiliki kontribusi yang sama
sebagai up welling?
PERIODE KOLONIAL
Masa kolonial (awal abad ke-17 sampai Indonesia memperoleh
kemerdekaan tahun 1945) adalah ketika barat negara menduduki sebagian besar
Tenggara Asia wilayah, dan pengamatan rinci biologi kelautan dan fisik
oseanografi dari Asia Tenggara dan perairan sekitarnya dicatat. Awal tahun 1768,
ketika Boudeuse Ekspedisi dari Perancis dibuat beberapa pengukuran di Hindia
Timur (Sekarang Indonesia) perairan, beberapa negara dikirim oseanografi
ekspedisi ke daerah ini. Sekitar 38 ekspedisi yang dilakukan dalam rentang 173
tahun Pariwono, 1986; van Aken, masalah ini), termasuk ekspedisi sebagai
berikut sepuluh negara: Austria (1 ekspedisi),Inggris (10), Denmark (1), Belanda
(8), Perancis (10), Jerman (3), Italia (1), Jepang (1), Uni Soviet (1), dan Amerika
Serikat (2). Beberapa penting oseanografi fitur yang diamati selama ini ekspedisi,
termasuk: (1) massa air karakteristik air Hindia Timur (Van Riel, 1932, 1934, dan
1938), (2) hidrograf kondisi Indonesia perairan (Tydeman, 1903; van der Stok,
1922; Schott, 1935), (3) musim hujan-driven arus di Laut Jawa (Berlage, 1927);
dan (4) karakteristik iklim yang berhubungan dengan wilayah (Braak, 1921).
Perhatikan bahwa van Riel (1932), menggunakan data dari Snellius Ekspedisi,
yang dianggap sebagai orang terlebih dulu untuk menyarankan bahwa
mengangkut dalam perairan Hindia Timur diarahkan ke Samudera Hindia.
Selanjutnya, Ekspedisi Snellius memberikan kontribusi penting data dan
informasi tentang hidrografi dan topografi dasar laut dalam perairan timur Hindia
Timur (van Riehl, 1934; Kuenen, 1935). Pada tahun 1905, Hindia Belanda
pemerintah mendirikan stasiun shery fidi Pasar Ikan di Batavia (sekarang Sunda
Kelapadi Jakarta). Kemudian, stasiun fi shery menjadi Laboratorium Pemeriksaan
Laut, yang ditugaskan untuk mempromosikan riset kelautan untuk sheries fi
tujuan. Hardenberg (1952) melaporkan pada kegiatan yang dilakukan dari 1939
untuk tahun 1950 oleh laboratorium ini. Monumental karya-karya yang muncul
selama periode ini yang oleh Bleeker dengan publikasi nya Atlas Ichthyologique
dalam enam besar volume (1819-1878); oleh Weber dan de Beaufort (1911, 1913,
1916, 1922, 1929,1931) dengan publikasi mereka dari The Ikan Kepulauan
Indonesia; oleh van Bosse (1928) yang mempelajari botani laut,
khususnya laut alga (berhasil oleh Zaneveld, 1950), dan oleh Delsman(1939) yang
mempelajari telur pelagis sh fi dan plankton. Perhatikan bahwa Bleeker
memprakarsai John I. Pariwono (jpar@indo.net.id) adalah Senior Dosen dan
Peneliti, Departemen Ilmu Kelautan dan Teknologi, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor, Indonesia. Abdul Gani Ilahude
adalah Senior Penelitian Ilmuwan, Pusat Oseanografi Penelitian, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta, Indonesia. Malikusworo Hutomo adalah
Senior Research Scientist, Center Penelitian Oseanografi, Institut Indonesia
Ilmu Pengetahuan (LIPI), Jakarta, Indonesia ada hari-hari awal, studi tentang
lautan dibuat untuk navigasi tujuan. Semakin, ekonomi pentingnya sumber daya
kelautan sedang diakui dan prediksi iklim mendorong penelitian lanjutan.
Oseanografi Vol. 18, No 4, Desember 2005 45 fi rst scientifi c jurnal di Indonesia
(yaitu, Tijdschrift voor Nederlandsch Natuurkundig Indie [Nontji, 2005]).
KEMERDEKAAN POST PERIODE
Priode ini dimulai ketika Indonesia menjadi independen pada tahun 1945
dan berakhir pada awal abad ke-21. Pada 17 Agustus 1945, mantan Hindia Timur
wilayah kepulauan menjadi pejabat cially dikenal sebagai Indonesia. Setelah
kemerdekaan, Laboratorium untuk Investigasi Laut berubah nama tiga kali,
dari Institut Penelitian Laut (Lembaga Laut PENELITIAN, 1950 hingga tahun
1970-an), untuk Institut Nasional Kelautan (Lembaga Oseanologi Nasional, 1976
sampai 1999), kepada Pusat Oseanografi penelitian di bawah Lembaga Bahasa
Indonesia Sains (Pusat PENELITIAN Oseanografi, LIPI, 1999 sampai sekarang).
Dari tahun 1950 sampai 1956, Hardenberg (yang direktur Laboratorium untuk
Investigasi Laut), bersama dengan Soeriaatmadja (seorang ahli kimia dari yang
sama laboratorium), dikumpulkan pengamatan salinitas permukaan dan suhu
Indonesia dan seluruh perairan sekitarnya. Perusahaan Pengiriman Royal Belanda
mengumpulkan sampel salinitas bulanan berlayar di sepanjang trek reguler
mereka dengan bantuan dari kapten kapal dan awak. Sampel ini dianalisis di
Laboratorium dan hasilnya diterbitkan oleh Veen (1953) dan Hardenberg dan
Soeriaatmadja (1956). Hasil dari analisis lebih lanjut digunakan oleh Wyrtki
sebagai bagian dari studi rata-rata bulanan salinitas permukaan distribusi di
Indonesia dan perairan sekitarnya (Wyrtki, 1957, 1961). Pada tahun 1950,
laboratorium menerimanya fi rst penelitian kapal, R / V Samudera (Lihat Wyrtki,
masalah ini), sebuah kapal 25-m-panjang dilengkapi dengan botol Nansen,
membalikkan termometer, dan oseanografi kabel untuk survei laut. Kapal ini
digunakan untuk mengumpulkan musim barat hidrografi data (Wyrtki, 1958,
1961).
Padaahun 1961, laboratorium (maka Institute Laut Penelitian) diterima
lain oseanografi kapal, R 60-m-panjang / V Jalanidhi. Dengan kapal ini, Institut
Laut Penelitian berpartisipasi dan membuat kontribusi terhadap India
Internasional Samudera Ekspedisi (Wyrtki, 1971). Ini Kapal juga merupakan
bagian dari ekspedisi nasional dari Baruna I pada 1965 (Ilahude, 1964;
Rahardjo dan Ilahude, 1965) dan Baruna III pada tahun 1970 (Ilahude, 1970a, b,
1998) yang dilakukan pengukuran hidrografi di laut Indonesia timur.
Sangat menarik untuk dicatat bahwa jumlah ekspedisi c scientifi dilakukan
dalam pasca kemerdekaan ini relatif singkat- jangka waktu (rentang waktu
45 tahun) hampir dua kali lipat dari periode sebelumnya (periode kolonial,
yang membentang 173 tahun). Selama periode pasca-kemerdekaan, 75 ekspedisi
terjadi, sedangkan di kolonial waktu tertentu hanya 38 terjadi. Sejak tahun 1945,
Indonesia yang dilakukan 40 dari 75 ekspedisi, termasuk International
Samudera Hindia Ekspedisi, Koperas Studi Kuroshio, dan enam
PELITAs (yang fi Indonesia ve tahun pengembangan program 1969-1999,
dikenal sebagai Ekspedisi PELITA I-VI). Selama ekspedisi, ilmuwan kapal
diukur hidrografi, kimia, biologis, dan fisik oseanografi parameter yang terkait
dengan sheries fi kegiatan di Indonesia dan sekitarnya perairan. Untuk penjelasan
rinci tentang Indonesia oseanografi kapal pesiar antara 1960 dan 1995, lihat
Ilahude (1998). Di antara artikel c scientifi setia dengan oseanografi fisik
Indonesia perairan diterbitkan sebelum tahun 1960-an, ada tiga artikel layak
disebut. R.E. Soeriaatmadja, yang mempelajari salinitas di lepas pantai utara Jawa
dan pantai selatan Jawa saat ini, menulis dua artikel (Soeriaatmadja, 1956, 1957).
Artikel ini dianggap sebagai fi rst oseanografi makalah diAntara tahun 1960-an
dan 1980-an, studi tentang aspek-aspek oseanografi dari perairan Indonesia
kebanyakan di daerah fenomena dan proses-proses khusu terkait dengan aktivitas
sheries fi. Menggunakan dua penelitian kapal, Samudera dan Jalanidhi,
Institut penelitian terfokus pada upwelling daerah di Indonesia dan
perairan sekitarnya, yaitu Makassar Selat (Ilahude, 1970c, 1978); lepas pantai
Bali (Ilahude, 1975; Nontji dan Ilahude, 1975), Banda, Maluku, Halmahera,
dan Seram Laut (Birowo dan Ilahude, 1977); Selat Sunda (Ilahude dan Ermaitis,
1992); Laut Arafura (Ilahude et al, 1990);. dan sepanjang pantai selatan
Java ke Sumbawa (Ilahude, 1992). Dari tahun 1980-an dan seterusnya, ada
sebuah kebangkitan kepentingan dalam Bahasa Indonesia perairan antara ahli
kelautan dan meteorologi. eskalasi Hal ini disebabkan penelitian
dilakukan 1975-1985 yang enghubungkan perairan Indonesia untuk lokal dan
fenomena global. Dari tahun 1985 dan seterusnya, oseanografi kegiatan penelitian
tentang di perairan Indonesia dan sekitarnya fl laut ourished dalam jumlah dan
spektrum tertutup. Gordon (2001) dan referensi dalamnya menyediakan tinjauan
rinci dari ow throughfl Indonesia (ITF). oegiarto dan Steel (1998) meninjau laut
kegiatan penelitian di Indonesia dan menyimpulkan bahwa pembangunan di
Indonesia laut kemampuan dan peningkatan sejumlah ilmuwan laut utama
faktor yang berkontribusi terhadap fl ourishing dari penelitian di perairan
Indonesia. Dalam paruh kedua dari periode ketiga dalam sejarah kelautan
Indonesia, ITF atau Arlindo (Arus Lintas Indonesia) seperti yang dikenal di
Indonesia, menarik perhatian dari komunitas oseanografi.
Tiga utama internasional oseanografi kolaborasi penelitian dilakukan
saat ini: (1) JADE (Jawa-Australia Dynamic Percobaan), penelitian bersama
program antara Indonesia dan Perancis 1989-1995 yang tujuannya adalah untuk
menyelidiki transportasi Arlindo dan yang variabilitas di pintu masuk ke dalam
Hindia Laut antara Bali dan Australia (Fieux et al., 1994, 1996) dan di outlet-nya
bagian melalui berbagai selat dari Kepulauan Sunda Kecil (Molcard
et al, 1994, 1996);. (2) ROD (Daerah Dynamic Oseanografi) Metering Lancar
Percobaan, bersama seorang oseanografi ekspedisi, yang memiliki tujuan yang
sama dan dilakukan bersama oleh Australia dan negara-negara ASEAN 1993-
1995 (Cresswell dan Wells, 1998), dan (3) Arlindo kspedisi, bersama seorang
oseanografi kspedisi antara Indonesia dan Amerikaerikat 1991-1998, yang
Tujuan utama adalah untuk menyelesaikan pencampuran (dari 991-1994) dan
sirkulasi (dari tahun 1996 ntuk 1998), dan umumnya monitor fisik
oseanografi fitur dalam Bahasa Indonesia laut (Gambar 2). Pemantauan terakhir
Tujuan harus dibatalkan karena krisis politik dan ekonomi yang dihadapi
oleh pemerintah Indonesia dari 1997-1998. The Indonesian Institute
Ilmu Pengetahuan (LIPI) adalah lembaga fokus yang Arlindo ekspedisi, dan
pasangannya adalah LDEO (Bumi Lamont-Doherty Observatorium Universitas
Columbia, New York, USA). The Arlindo AS-Indonesia ekspedisi dihasilkan
beberapa publikasi tentang distribusi massa air n throughfl ow jalur (misalnya,
Gordon dan Fine, 1996; Ilahude dan Gordon, 1996; Gordon et al, 1996;. Dan
Susanto Setelah besar dan variasi TF yang diukur lebih akurat, pemodelan
akan menjadi alat yang semakin penting dalam memahami dinamika dan variasi
perairan di Indonesia, dan luence inf terhadap perairan yang berdekatan dan di
laut besar-besaran dan iklim sistem. Lebih rinci penelitian bagian laut Indonesia
telah mulai pada tahun-tahun pembukaan abad ke-21. Oseanografi Vol. 18, No 4,
Desember 2005 47 dan Gordon, 2005). The Arlindo ekspedisi juga memberikan
estimasi yang baik kontribusi Selat Makassa throughfl ow untuk total Bahasa
Indonesia throughfl ow (Gordon, masalah ini) Abad 21 ahasa Indonesia sekarang
terletak laut oseanografi pada pondasi yang kokoh scientifi .

You might also like