You are on page 1of 3

Nama : Frisma Arbiana FK

Rombel : 2

TEORI STRUKTURAL SASTRA

Sajak (karya sastra) merupakan sebuah struktur. Sehingga karya sastra itu
merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antara unsur-unsurnya terjadi
hubungan yang timbal balik dan saling menentukan. Struktur memiliki tiga ide dasar,
yaitu ide kesatuan, ide transformasi dan ide pengaturan diri sendiri (Hawkes, 1978:
16). Pertama, struktur itu merupakan keseluruhan yang bulat, yaitu bagian-bagian
yang membentuknya tidak dapat berdiri sendiri di luar struktur itu. Kedua, struktur itu
berisi gagasan tranformasi dalam arti bahwa struktur itu tidak statis. Struktur itu
mampu melakukan prosedur transformasional, dalam arti bahan-bahan baru diproses
dengan prosedur dan melalui prosedur itu. Ketiga, struktur itu mengatur diri sendiri,
dalam arti struktur itu tidak memerlukan pertolongan bantuan dari luar dirinya untuk
mensahkan prosedur transformasinya. Setiap unsur mempunyai fungsi tertentu
berdasarkan aturan dalam struktur itu. Setiap unsur mempunyai fungsi berdasarkan
letaknya.
Menurut pikiran strukturalisme, dunia karya sastra merupakan susunan
hubungan daripada benda-benda. Sebuah struktur dapat dipahami makna
keseluruhannya bila diketahui unsur-unsur pembentuknya dan saling hubungan di
antaranya dengan keseluruhannya. Unsur-unsur karya sebagai bagian dari struktur
tidak mempunyai makna sendiri. Makna ditentukan oleh hubungannya dengan unsur-
unsur lainnya dangan keseluruhan (Hawkes, 1978: 17-18).
Analisis struktural sajak adalah analisis sajak ke dalam unsur-unsurnya dan
fungsinya bahwa setiap unsur itu mempunyai makna hanya dalam kaitannya dengan
unsur-unsur lainnya, bahkan juga berdasarkan tempatnya dalam struktur.
Karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Untuk memahami, karya
harus dianalisis (Hill, 1966: 6). Dalam analisis itu, karya sastra diuraikan unsur-unsur
pembentuknya. Dengan demikian, makna keseluruhan karya sastra akan dapat
dipahami.
T.S. Eliot (via Sansom, 1960: 155) mengemukakan bahwa bila kritikus terlalu
memecah-mecah sajak dan tidak mengambil sikap yang dimaksudkan penyairnya,
maka kritikus cenderung mengosongkan arti sajak. Antara unsur-unsur struktur sajak
itu ada koherensi atau pertautan erat, unsur-unsur itu tidak otonam, melainkan
merupakan bagian dari situasi yang rumit dan hubungannya dengan bagian lain,
unsur-unsur itu mendapatkan artinya (Culler, 1977:170-1). Jadi, untuk memahami
sajak haruslah diperhatikan jalinan atau pertautan unsur-unsurnya sebagai bagian dari
keseluruhan. Sajak (karya sastra) merupakan sebuah struktur. Sehingga karya sastra
itu merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antara unsur-
unsurnyaterjadi hubungan yang timbal balik dan saling menentukan. Struktur
memiliki tiga ide dasar, yaitu ide kesatuan, ide transformasi dan ide pengaturan diri
sendiri (Hawkes, 1978: 16). Pertama, struktur itu merupakan keseluruhan yang bulat,
yaitu bagian-bagian yang membentuknya tidak dapat berdiri sendiri di luar struktur
itu. Kedua, struktur itu berisi gagasan tranformasi dalam arti bahwa struktur itu tidak
statis. Struktur itu mampu melakukan prosedur transformasional, dalam arti bahan-
bahan baru diproses dengan prosedur dan melalui prosedur itu. Ketiga, struktur itu
mengatur diri sendiri, dalam arti struktur itu tidak memerlukan pertolongan bantuan
dari luar dirinya untuk mensahkan prosedur transformasinya. Setiap unsur mempunyai
fungsi tertentu berdasarkan aturan dalam struktur itu. Setiap unsur mempunyai fungsi
berdasarkan letaknya.
Menurut pikiran strukturalisme, dunia karya sastra merupakan susunan
hubungan daripada benda-benda. Sebuah struktur dapat dipahami makna
keseluruhannya bila diketahui unsur-unsur pembentuknya dan saling hubungan di
antaranya dengan keseluruhannya. Unsur-unsur karya sebagai bagian dari struktur
tidak mempunyai makna sendiri. Makna ditentukan oleh hubungannya dengan unsur-
unsur lainnya dangan keseluruhan (Hawkes, 1978: 17-18).
Analisis struktural sajak adalah analisis sajak ke dalam unsur-unsurnya dan
fungsinya bahwa setiap unsur itu mempunyai makna hanya dalam kaitannya dengan
unsur-unsur lainnya, bahkan juga berdasarkan tempatnya dalam struktur.
Karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Untuk memahami, karya
harus dianalisis (Hill, 1966: 6). Dalam analisis itu, karya sastra diuraikan unsur-unsur
pembentuknya. Dengan demikian, makna keseluruhan karya sastra akan dapat
dipahami.
T.S. Eliot (via Sansom, 1960: 155) mengemukakan bahwa bila kritikus terlalu
memecah-mecah sajak dan tidak mengambil sikap yang dimaksudkan penyairnya,
maka kritikus cenderung mengosongkan arti sajak. Antara unsur-unsur struktur sajak
itu ada koherensi atau pertautan erat, unsur-unsur itu tidak otonam, melainkan
merupakan bagian dari situasi yang rumit dan hubungannya dengan bagian lain,
unsur-unsur itu mendapatkan artinya (Culler, 1977:170-1). Jadi, untuk memahami
sajak haruslah diperhatikan jalinan atau pertautan unsur-unsurnya sebagai bagian dari
keseluruhan.

You might also like