You are on page 1of 4

PEMERIKSAAN TELINGA

Alat yang diperlukan untuk memeriksa telinga adalah lampu kepala, corong telinga,
otoskop, pelilit kapas, pengait serumen, pinset telinga dan garputala.

Pasien duduk denganposisi badan condong sedikit ke depan dan keala lebih tinggi sedikit
dari kepala pemeriksan untuk memudahkan melihat liang telinga dan membrane timpani.

Mula-mula diliat keadaan dan bentuk daun telinga, daerah belakang daun telinga (retro-
aurikuler) apakat erdapat tanda peradangan atau sikatriks bekas operasi. Dengan menarik daun
telinga ke atas dan ke belakang, liang telinga menjadi lebih lurus dana akan memepermudah
untuk melihat keasaan liang telinga dan membrane timpani. Otoskop dipegang dengan tangan
kanan untuk memeriksa telinga kanan pasien dan dengan tangan kiri bila memeriksa telinga kiri.
Supaya posisi otoskop ini stabil maka jari kelingking tangan yang memegang otoskop ditekankan
pada pipi pasien.

Bila terdapat serumen dalam liang telinga yang menyumbat maka serumen ini harus
dikeluarkan. Jika konsistensinya cair dapat dengan kapas yang dililitkan, bila konsistensinya
lunak atau liat dapat dkeluarkan dengan pengait dan bila berbentuk lempengan dapat dipegang
dan dikeluarkan dengan pinset. Jika serumen ini sangat keras dan menymbat seluruh liang telinga
maka lebih baik dilunakkan dulu dengan munyak atau karbogliserin. Bila sudah lunak atau cair
dapat dilakukan irigasi dengan air supaya liang telinga bersih.

Uji pendengaran dilakukan dengan memakai garputala dan dari hasil pemeriksaan dapat
diketahui jenis ketulian apakah tuli konduktif atau tuli perseptif (sensorineural)

Uji penala yang dilakukan sehari-hari adalah uji pendengaran Rinne dan Weber.

Uji Rinne dilakukan dengan menggetarkan garputala 512 Hz dengan jari atau
mengetukkannya pada siku atau lutut pemeriksa dan kaki garputala tersebut diletakkan pada
tulang mastoid telinga yang diperiksa selama 2-3 detik. Kemudian dipindahkan ke depan liang
telinga selama 2-3 detik. Pasien menentukan mana yang terdengar lebih keras. Telinga normal
atau telinga dengan tuli sensorineural akan mendengar bunyi didepan telinga lebih keras daripada
di belakang telinga. Keadaan seperti ini disebut Rinne positif. Uji Rinne negative, bilabunyi yang
terdengar lebih keras di tulang mastoid. Hal ini menunjukaan adanya tuli konduktif dan biasanya
lebih dari 20 dB.

Uji Weber dilakukan dengan meletakkan kaki penala yang telah digetarkan pada garis
tengah wajah atau kepala dan ditanyakan ada telinga mana yang terdengar lebih keras. Pada
keadaan normal pasien mendengar suara di tengah atau tidak dapat membedakan telinga mana
yang mendengar lebih keras. Bila satu telinga menderita sensorineural maka pasien akan
mendengar lebih bik pada telinga yang baik (lateralisasi ke telinga yang baik) dan jika telinga
tersebut menderita tuli konduktif maka telinga tersebut akan mendengar bunyi lebih keras
(lateralisasi ke telinga yang sehat).

PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN

Berdiri tegak, berjalan di atas jari kaki, berjalan di atas tumit dan berjalan secara tandem.

Duduk di kursi dan angkat kedua lengan serta kedua kaki dengan mata tertutup:

a. Bila ada kelemahan otot terjadi penurunan lengan atau dan


kaki
b. Bila ada gangguan proprioseptif terjadi kenaikan lengan
atau kaki.
Diadokokinesis, test jari-hidung, test tumit-tibia dan test salah tunjuk.

Membedakan gangguan keseimbangan akibat kelainan labirin dan serebelum:

Penderita disuruh berdiri dengan mata tertutup, lengan ke depan, bila ada gangguan
labirin kiri akan terjadi suatu posisi sebagau berikut :

a. Mata melirik ke arah kiri (perlahan-lahan = fase


lambat), kemudian diikuti dengan gerakan cepat bola mata ke arah kanan. Ini
merupakan suatu nistagmus kekanan.
b. Kepala terputar ke arah kiri.
c. Tubuh terpilin ke kiri.
d. Deviasi kedua lengan ke kiri, bersamaan dengan
kenaikan lengan kanan ke atas dan lengan kiri ke bawah.
e. Cenderung untuk jatuh ke kiri.
f. Berjalan deviasi ke kiri.
Tes Romberg, baik dengan mata terbuka maupun dengan mata tertutup. Pada kelainan serebelum
tidak ada perbedaan hasil pemeriksaan dengan mata terbuka atau tertutup. Kelainan labirin
dipengaruhi oleh mata.

Berdiri dengan satu kaki diangkat (mata terbuka kemudian tertutup): penderita tetap tegak
selama waktu tertentu, maka fungsi keseimbangan adalah normal.

Penderita dengan gangguan labirin:

 Akan jatuh ke arah sesuai dengan fase lambat nistagmusnya.


 Bila bersamaan dengan itu disuruh memutar kepala ke kiri dan ke kanan, kecenderungan
jatuh itu akan berubah-ubah tetapi selalu ke arah sesuai dengan arah fase lambat
nistagmusnya.
Tes berjalan :

Disuruh berjalan lurus ke depan dan ke belakang dengan mata tertutup dan terbuka. Pada
kelainan labirin bilateral terjadi sempoyongan ke semua arah.

Tes jari-jari dengan mata terbuka dan tertutup :

 Kelainan labirin menunjukkan kelainan tes bilateral.


 Kelainan serebelum menunjukkan kelainan unilateral, sesuai dengan lokalisasi
kelainannya.
Tes menulis vertikal : penderita duduk di depan meja, tangan dan tubuhnya tidak boleh
menyentuh meja, tangan yang satu di atas lutut yang lain disuruh menulis A-B-C-D disusun ke
arah bawah mula-mula dengan mata terbuka kemudian tertutup.

 Bila ada deviasi deretan huruf-huruf dari yang paling atas terhadap yang paling bawah
lebih besar dari 10o berarti ada kelainan labirin unilateral.
 Bila tulisannya tidak karuan (atau bila kian lama huruf yang ditulis kian besar :
makrografi berarti ada kelainan serebelum).
Tes dix halpike?
Tes kalori?

You might also like