You are on page 1of 9

Zina Menurut Hukum Islam

Posted by admin on April 24th, 2009

Zina menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah Persetubuhan yang dilakukan oleh bukan suami
istri, menurut Kamus Islam zina artinya hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan di
luar perkawinan; tindakan pelacuran atau melacur, dan menurut Ensiklopedia Alkitab Masa Kini
zina artinya hubungan seksual yang tidak diakui oleh masyarakat.

Zina merupakan perbuatan amoral, munkar dan berakibat sangat buruk bagi pelaku dan
masyarakat, sehingga Allah mengingatkan agar hambanya terhindar dari perzinahan :

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji.
Dan suatu jalan yang buruk. QS. 17:32

Allah juga memberikan jalan untuk menghindari perzinahan yaitu dengan berpuasa, menjaga
pandangan dan memakai Jilbab bagi perempuan, dan Allah juga memberikan ancaman yang luar
biasa bagi pelaku zina agar hambanya takut untuk melakukan zina :

Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari
keduanya seratus kali dera. QS. 24:2

Maka ketika hukum Islam dijalankan, hasilnya sangat fantastis, perbuatan zina dan amoral betul-
betul sangat minim dan masyarakatnya menjadi masyarakat yang baik. Amatilah dengan teliti
dan obyektif sejak pemerintahan Rasulullah SAW hingga saat ini, ketika diterapkan hukum
Islam secara utuh, maka terciptalah masyarakat yang baik.

Tetapi bila kita menengok hukum zina dalam Alkitab, yang tampak adalah adanya kontradiksi
antara keras hukumannya dan tidak dihukum.

Zina Dalam Pandangan Islam

Di dalam Islam, zina termasuk perbuatan dosa besar. Hal ini dapat dapat dilihat dari urutan
penyebutannya setelah dosa musyrik dan membunuh tanpa alasan yang haq, Allah berfirman:
“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh
jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar dan tidak berzina.” (QS. Al-
Furqaan: 68). Imam Al-Qurthubi mengomentari, “Ayat ini menunjukkan bahwa tidak ada dosa
yang lebih besar setelah kufur selain membunuh tanpa alasan yang dibenarkan dan zina.” (lihat
Ahkaamul Quran, 3/200). Dan menurut Imam Ahmad, perbuatan dosa besar setelah membunuh
adalah zina.

Islam melarang dengan tegas perbuatan zina karena perbuatan tersebut adalah kotor dan keji.
Allah berfirman: “Dan janganlah kamu mendekati perbuatan zina. Sesungguhnya zina itu suatu
perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”. (QS. Al-Isra’: 32). Syaikh Abdurrahman bin
Nashir As-Sa’di, seorang ulama besar Arab Saudi, berkomentar: “Allah Swt telah
mengategorikan zina sebagai perbuatan keji dan kotor. Artinya, zina dianggap keji menurut
syara’, akal dan fitrah karena merupakan pelanggaran terhadap hak Allah, hak istri, hak
keluarganya atau suaminya, merusak kesucian pernikahan, mengacaukan garis keturunan, dan
melanggar tatanan lainnya”. (lihat tafsir Kalaam Al-Mannan: 4/275)

Imam Ibnul Qayyim menjelaskan, “Firman Allah Swt yang berbunyi: “Katakanlah, Tuhanku
hanya mengharamkan perbuatan keji, baik yang tampak ataupun yang tersembunyi” (QS.Al-
Maidah: 33), menjadi dalil bahwa inti dari perbuatan zina adalah keji dan tidak bisa diterima
akal. Dan, hukuman zina dikaitkan dengan sifat kekejiaannya itu”. Kemudian ia menambahkan,
“Oleh karena itu, Allah berfirman: “Dan janganlah kamu mendekati perbuatan zina.
Sesungguhnya zina itu suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”. (QS. Al-Isra’: 32)
(lihat At-Tafsir Al-Qayyim, hal 239)

Oleh karena itu, Islam telah menetapkan hukuman yang tegas bagi pelaku zina dengan hukuman
cambuk seratus kali bagi yang belum nikah dan hukuman rajam sampai mati bagi orang yang
menikah. Di samping hukuman fisik tersebut, hukuman moral atau sosial juga diberikan bagi
mereka yaitu berupa diumumkannya aibnya, diasingkan (taghrib), tidak boleh dinikahi dan
ditolak persaksiannya. Hukuman ini sebenarnya lebih bersifat preventif (pencegahan) dan
pelajaran berharga bagi orang lain. Hal ini mengingat dampak zina yang sangat berbahaya bagi
kehidupan manusia, baik dalam konteks tatanan kehidupan individu, keluarga (nasab) maupun
masyarakat.

Hukuman zina tidak hanya menimpa pelakunya saja, tetapi juga berimbas kepada masyarakat
sekitarnya, karena murka Allah akan turun kepada kaum atau masyarakat yang membiarkan
perzinaan hingga mereka semua binasa, berdasarkan sabda Rasulullah saw: “Jika zina dan riba
telah merebak di suatu kaum, maka sungguh mereka telah membiarkan diri mereka ditimpa azab
Allah.” (HR. Al-Hakim). Di dalam riwayat lain Rasulullah saw bersabda: “Ummatku senantiasa
ada dalam kebaikan selama tidak terdapat anak zina, namun jika terdapat anak zina, maka Allah
Swt akan menimpakan azab kepada mereka.” (H.R Ahmad).

Ibnul Qayyim mengatakan bahwa zina adalah salah satu penyebab kematian massal dan penyakit
tha’un. Tatkala perzinaan dan kemungkaran merebak dikalangan pengikut Nabi Musa as, Allah
Swt menurunkan wabah tha’un sehingga setiap hari 71.000 orang mati (lihat Ath-Thuruq Al-
Hukmiyah fii As-Siyaasah Asy-Syar’iyyah, hal 281). Kemungkinan besar, penyakit berbahaya
yang dewasa ini disebut dengan HIV/AIDS (Human Immunodefienscy Virus/Acquire Immune
Defisiency Syindrome) adalah penyakit tha’un (penyakit mematikan yang tidak ada obatnya di
zaman dulu) yang menimpa ummat terdahulu itu. Na’uu zubilahi min zalik..semoga kita tidak
ditimpakan musibah ini.

Melihat dampak negatif (mudharat) yang ditimbulkan oleh zina sangat besar, maka Islampun
mengharamkan hal-hal yang dapat menjerumuskan kedalam maksiat zina seperti khalwat,
pacaran, pergaulan bebas, menonton VCD/DVD porno dan sebagainya, berdasarkan dalil sadduz
zari’ah. Hal ini perkuat lagi dengan kaidah Fiqh yang masyhur: “Al wasilatu kal ghayah” (sarana
itu hukumnya sama seperti tujuan) dan kaidah: “Maa la yatimmul waajib illa bihi fahuwa
waajib” (Apa yang menyebabkan tak sempurnanya kewajiban kecuali dengannya maka ia
menjadi wajib pula).
Dan berdasarkan makna tersurat dalam firman Allah: “Dan janganlah kamu mendekati perbuatan
zina. Sesungguhnya zina itu suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”. (QS. Al-
Isra’: 32). Maka secara mafhum muwafaqah, maknanya adalah mendekati zina saja hukumnya
dilarang (haram), terlebih lagi sampai melakukan perbuatan zina, maka ini hukumnya jelas lebih
haram.

Inilah rahasia kesempurnaan agama Islam dan misinya yang menjadi rahmatan lil ‘aalamiin
(rahmat bagi segenap penghuni dunia). Islam sangat memperhatikan kemaslahatan ummat
manusia, baik dalam skala individu, sosial (masyarakat), maupun Negara. Selain itu, Islam juga
menolak dan melarang segala kemudharatan (bahaya) yang dapat menimpa pribadi, masyarakat
dan Negara. Prinsip ini dalam ilmu Ushul Fiqh dikenal dengan maqashid syar’i (maksud dan
tujuan syariat). Dalam prinsip maqashid syari’, ada 5 hal pokok dalam kehidupan manusia (adh-
dharuriyatul al-khamsah) yang wajib dijaga dan pelihara yaitu: hifzu ad-diin (menjaga agama),
hifzu an-nafs (menjaga jiwa), hifzu al-aql (menjaga akal), hifzu maal (menjaga harta) dan hifzu
an-nasl (menjaga keturunan). Untuk memelihara lima pokok inilah syariat Islam diturunkan.
Oleh sebab itu, menjadi kewajiban kita sebagai seorang muslim untuk menjaga adh-dharuriyaat
al-khamsah ini berdasarkan nash-nash Al-Quran dan hadits, dengan mentaati setiap perintah dan
larangan di dalam nash-nash tersebut.

Solusi permasalahan moral ini

Islam adalah agama fitrah yang mengakui keberadaan naluri seksual. Di dalam Islam, pernikahan
merupakan bentuk penyaluran naluri seks yang dapat membentengi seorang muslim dari jurang
kenistaan. Maka, dalam masalah ini nikah adalah solusi jitu yang ditawarkan oleh Rasulullah
saw sejak 14 abad yang lampau bagi gadis/perjaka.

Selain itu, penerapan syariat Islam merupakan solusi terhadap berbagai problematika moral ini
dan penyakit sosial lainnya. Karena seandainya syariat ini diterapkan secara kaffah (menyeluruh
dalam segala aspek kehidupan manusia) dan sungguh-sungguh, maka sudah dapat dipastikan
tingkat maksiat khalwat, zina, pemerkosaan dan kriminal lainnya akan berkurang drastic, seperti
halnya di Arab Saudi. Survei membuktikan, kasus kriminal di Arab Saudi paling sedikit di dunia.

Orang tua pun sangat berperan dalam pembentukan moral anaknya dengan memberi pemahaman
dan pendidikan islami terhadap mereka. Orang tua hendaknya menutup peluang dan ruang gerak
untuk maksiat ini dengan menyuruh anak gadisnya untuk berpakaian syar’i (tidak ketat, tipis,
nampak aurat dan menyerupai lawan jenis). Memberi pemahaman akan bahaya pacaran dan
pergaulan bebas. Dalam konteks kehidupan masyarakat, tokoh masyarakat dapat memberikan
sanksi tegas terhadap pelaku zina sebagai preventif (pencegahan). Jangan terlalu cepat
menempuh jalur damai “nikah”, sebelum ada sanksi secara adat, seperti menggiring pelaku zina
ke seluruh kampung untuk dipertontonkan dan sebagainya. Selain itu, majelis ta’lim dan ceramah
pula sangat berperan dalam mendidik moral masyarakat dan membimbing mereka.

Begitu pula sekolah, dayah dan kampus sebagai tempat pendidikan secara formal dan informal
mempunyai peran dalam pembentukan moral pelajar/mahasiwa. Dengan diajarkan mata
pelajaran Tauhid, Al-Quran, Hadits dan Akhlak secara komprehensif dan berkesinambungan,
maka para pelajar/mahasiswa diharapkan tidak hanya menjadi seorang muslim yang cerdas
intelektualnya, namun juga cerdas moralnya (akhlaknya).

Peran Pemerintah dalam amal ma’ruf nahi munkar mesti dilakukan. Pemerintah diharapkan
mengawasi dan menertibkan warnet-warnet, salon-salon, kafe-kafe dan pasangan non-muhrim
yang berboncengan. Karena, bisa memberi celah dan ruang untuk maksiat ini. Mesti ada tindak
pemblokiran situs-situs porno sebagaimana yang diterapkan di Negara Islam lainnya seperti Arab
Saudi, Iran, Malaysia dan sebagainya.

Pemerintah Aceh hendaknya bersungguh menegakkan syariat Islam di Bumi Serambi Mekkah
ini, dengan membuat Qanun-Qanun yang islami, khususnya Qanun Jinayat (hukum pidana)
dengan sanksi yang tegas, demi terciptanya keamanan, kenyamanan dan ketentraman di Aceh. Di
samping itu, konsep pendidikan Islami mesti segera dirumuskan dan diterapkan di Aceh. Sebagai
solusi atas kegagalan dan kelemahan sistim pendidikan selama ini yang tidak mendidik moral
generasi bangsa. Tidak ada pilihan lain, pendidikan Islami sudah menjadi pilihan dan priotitas di
Aceh seperti yang diamanatkan dalam renstra Qanun pendidikan untuk segera diterapkan dan
juga merupakan solusi terhadap permasalahan moral generasi bangsa.[]

Hukum Pacaran Dalam Islam


Posted by admin on April 24th, 2009

Berhubung dalam comment di beberapa artikel dan di shoutbox ada sahabat yg menanyakan
tentang pacaran dalam islam maka berikut saya carikan artikel kemudian saya posting kembali di
sini dengan menyertakan sumber artikelnya. Semoga bermanfaat

1. Hukum pacaran itu bagaimana sih? .


2. Saya ingin tanya tentang pergaulan antara pria dan wanita menurut syariat islam! dan
bagaimana hukumnya apabila tidak berpacaran namun bergaul dengan pria lain dan pria itu
timbul perasaan terhadap kita walaupun kita tidak ingin dikatakan berpacaran dengan pria itu
walaupun wanitanya lama-lama juga timbul perasaan tertarik pada pria tersebut? Atas
jawabannya saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya!
3. Saya muslimah ingin menyakan tentang hukum pacaran saya pernah dengar katanya pacaran
itu haram lalu bagi cowok untuk mengetahui sifat/karakter pujaannya bisa mengirim saudaranya
untuk mengetahui nya(mohon koreksinya), lalu bagaimana dengan cewek? apakah juga perlu
mengirimkan saudaranya untuk mengetahui sifat cowok
pujaanya?

Jawaban:

Dalam Islam, hubungan antara pria dan wanita dibagi menjadi dua, yaitu hubungan mahram dan
hubungan nonmahram. Hubungan mahram adalah seperti yang disebutkan dalam Surah An-Nisa
23, yaitu mahram seorang laki-laki (atau wanita yang tidak boleh dikawin oleh laki-laki) adalah
ibu (termasuk nenek), saudara perempuan (baik sekandung ataupun sebapak), bibi (dari bapak
ataupun ibu), keponakan (dari saudara sekandung atau sebapak), anak perempuan (baik itu asli
ataupun tiri dan termasuk di dalamnya cucu), ibu susu, saudara sesusuan, ibu mertua, dan
menantu perempuan. Maka, yang tidak termasuk mahram adalah sepupu, istri paman, dan semua
wanita yang tidak disebutkan dalam ayat di atas.

Uturan untuk mahram sudah jelas, yaitu seorang laki-laki boleh berkhalwat (berdua-duaan)
dengan mahramnya, semisal bapak dengan putrinya, kakak laki-laki dengan adiknya yang
perempuan, dan seterusnya. Demikian pula, dibolehkan bagi mahramnya untuk tidak berhijab di
mana seorang laki-laki boleh melihat langsung perempuan yang terhitung mahramnya tanpa
hijab ataupun tanpa jilbab (tetapi bukan auratnya), semisal bapak melihat rambut putrinya, atau
seorang kakak laki-laki melihat wajah adiknya yang perempuan. Aturan yang lain yaitu
perempuan boleh berpergian jauh/safar lebih dari tiga hari jika ditemani oleh laki-laki yang
terhitung mahramnya, misalnya kakak laki-laki mengantar adiknya yang perempuan tour keliling
dunia. Aturan yang lain bahwa seorang laki-laki boleh menjadi wali bagi perempuan yang
terhitung mahramnya, semisal seorang laki-laki yang menjadi wali bagi bibinya dalam
pernikahan.

Hubungan yang kedua adalah hubungan nonmahram, yaitu larangan berkhalwat (berdua-duaan),
larangan melihat langsung, dan kewajiban berhijab di samping berjilbab, tidak bisa berpergian
lebih dari tiga hari dan tidak bisa menjadi walinya. Ada pula aturan yang lain, yaitu jika ingin
berbicara dengan nonmahram, maka seorang perempuan harus didampingi oleh mahram aslinya.
Misalnya, seorang siswi SMU yang ingin berbicara dengan temannya yang laki-laki harus
ditemani oleh bapaknya atau kakaknya. Dengan demikian, hubungan nonmahram yang
melanggar aturan di atas adalah haram dalam Islam. Perhatikan dan renungkanlah uraian berikut
ini.

Firman Allah SWT yang artinya, ?Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.? (Al-Isra: 32).

?Katakanlah kepada orang-orang mukmin laki-laki: ?Hendaklah mereka itu menundukkan


sebahagian pandangannya dan menjaga kemaluannya ?.? Dan katakanlah kepada orang-orang
mukmin perempuan: ?Hendaknya mereka itu menundukkan sebahagian pandangannya dan
menjaga kemaluannya ??.?
(An-Nur: 30?31).

Menundukkan pandangan yaitu menjaga pandangan, tidak dilepas begitu saja tanpa kendali
sehingga dapat menelan merasakan kelezatan atas birahinya kepada lawan jenisnya yang beraksi.
Pandangan dapat dikatakan terpelihara apabila secara tidak sengaja melihat lawan jenis
kemudian menahan untuk tidak berusaha melihat mengulangi melihat lagi atau mengamat-amati
kecantikannya atau kegantengannya.

Dari Jarir bin Abdullah, ia berkata, ?Saya bertanya kepada Rasulullah saw. tentang melihat
dengan mendadak. Maka jawab Nabi, ?Palingkanlah pandanganmu itu!? (HR Muslim, Abu
Daud, Ahmad, dan Tirmizi).
Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. telah bersabda yang artinya, ?Kedua mata itu bisa
melakukan zina, kedua tangan itu (bisa) melakukan zina, kedua kaki itu (bisa) melakukan zina.
Dan kesemuanya itu akan dibenarkan atau diingkari oleh alat kelamin.? (Hadis sahih
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Ibn Abbas dan Abu Hurairah).

?Tercatat atas anak Adam nasibnya dari perzinaan dan dia pasti mengalaminya. Kedua mata
zinanya melihat, kedua teling zinanya mendengar, lidah zinanya bicara, tangan zinanya memaksa
(memegang dengan keras), kaki zinanya melangkah (berjalan) dan hati yang berhazrat dan
berharap. Semua itu dibenarkan (direalisasi) oleh kelamin atau digagalkannya.? (HR Bukhari).

Rasulullah saw. berpesan kepada Ali r.a. yang artinya, ?Hai Ali, Jangan sampai pandangan yang
satu mengikuti pandangan lainnya! Kamu hanya boleh pada pandangan pertama, adapun
berikutnya tidak boleh.? (HR Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi).

Al-Hakim meriwayatkan, ?Hati-hatilah kamu dari bicara-bicara dengan wanita, sebab tiada
seorang laki-laki yang sendirian dengan wanita yang tidak ada mahramnya melainkan ingin
berzina padanya.?

Yang terendah adalah zina hati dengan bernikmat-nikmat karena getaran jiwa yang dekat
dengannya, zina mata dengan merasakan sedap memandangnya dan lebih jauh terjerumus ke
zina badan dengan, saling bersentuhan, berpegangan, berpelukan, berciuman, dan seterusnya
hingga terjadilah persetubuhan.

Ath-Thabarani dan Al-Hakim meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, ?Allah berfirman
yang artinya, ?Penglihatan (melihat wanita) itu sebagai panah iblis yang sangat beracun, maka
siapa mengelakkan (meninggalkannya) karena takut pada-Ku, maka Aku menggantikannya
dengan iman yang dapat dirasakan manisnya dalam hatinya.?

Ath-Thabarani meriwayatkan, Nabi saw. bersabda yang artinya, ?Awaslah kamu dari
bersendirian dengan wanita, demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, tiada seorang lelaki yang
bersendirian (bersembunyian) dengan wanita malainkan dimasuki oleh setan antara keduanya.
Dan, seorang yang berdesakkan dengan babi yang berlumuran lumpur yang basi lebih baik
daripada bersentuhan bahu dengan bahu wanita yang tidak halal baginya.?

Di dalam kitab Dzamm ul Hawa, Ibnul Jauzi menyebutkan dari Abu al-Hasan al-Wa?ifdz bahwa
dia berkata, ?Ketika Abu Nashr Habib al-Najjar al-Wa?idz wafat di kota Basrah, dia dimimpikan
berwajah bundar seperti bulan di malam purnama. Akan tetapi, ada satu noktah hitam yang ada
wajahnya. Maka orang yang melihat noda hitam itu pun bertanya kepadanya, ?Wahai Habib,
mengapa aku melihat ada noktah hitam berada di wajah Anda?? Dia menjawab, ?Pernah pada
suatu ketika aku melewati kabilah Bani Abbas. Di sana aku melihat seorang anak amrad dan aku
memperhatikannya. Ketika aku telah menghadap Tuhanku, Dia berfirman, ?Wahai Habib?? Aku
menjawab, ?Aku memenuhi panggilan-Mu ya Allah.? Allah berfirman, ?Lewatlah Kamu di atas
neraka.? Maka, aku melewatinya dan aku ditiup sekali sehingga aku berkata, ?Aduh (karena
sakitnya).? Maka. Dia memanggilku, ?Satu kali tiupan adalah untuk sekali pandangan.
Seandainya kamu berkali-kali memandang, pasti Aku akan menambah tiupan (api neraka).?
Hal tersebut sebagai gambaran bahwa hanya melihat amrad (anak muda belia yang kelihatan
tampan) saja akan mengalami kesulitan yang sangat dalam di akhirat kelak.

?Semalam aku melihat dua orang yang datang kepadaku. Lantas mereka berdua mengajakku
keluar. Maka, aku berangkat bersama keduanya. Kemudian keduanya membawaku melihat
lubang (dapur) yang sempit atapnya dan luas bagian bawahnya, menyala api, dan bila meluap
apinya naik orang-orang yang di dalamnya sehingga hampir keluar. Jika api itu padam, mereka
kembali ke dasar. Lantas aku berkata, ?Apa ini?? Kedua orang itu berkata, ?Mereka adalah
orang-orang yang telah melakukan zina.? (Isi hadis tersebut kami ringkas redaksinya. Hadis di
ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).

Di dalam kitab Dzamm ul-Hawa, Ibnul Jauzi menyebutkan bahwa Abu Hurairah r.a. dan Ibn
Abbas r.a., keduanya berkata, Rasulullah saw. Berkhotbah, ?Barang siapa yang memiliki
kesempatan untuk menggauli seorang wanita atau budak wanita lantas dia melakukannya, maka
Allah akan mengharamkan surga untuknya dan akan memasukkan dia ke dalam neraka. Barang
siapa yang memandang seorang wanita (yang tidak halal) baginya, maka Allah akan memenuhi
kedua matanya dengan api dan menyuruhnya untuk masuk ke dalam neraka. Barang siapa yang
berjabat tangan dengan seorang wanita (yang) haram (baginya) maka di hari kiamat dia akan
datang dalam keadaan dibelenggu tangannya di atas leher, kemudian diperintahkan untuk masuk
ke dalam neraka. Dan, barang siapa yang bersenda gurau dengan seorang wanita, maka dia akan
ditahan selama seribu tahun untuk setiap kata yang diucapkan di dunia. Sedangkan setiap wanita
yang menuruti (kemauan) lelaki (yang) haram (untuknya), sehingga lelaki itu terus membarengi
dirinya, mencium, bergaul, menggoda, dan bersetubuh dengannya, maka wanitu itu juga
mendapatkan dosa seperti yang diterima oleh lelaki tersebut.?

?Atha? al-Khurasaniy berkata, ?Sesungguhnya neraka Jahanam memiliki tujuh buah pintu. Yang
paling menakutkan, paling panas, dan paling bisuk baunya adalah pintu yang diperuntukkan bagi
para pezina yang melakukan perbuatan tersebut setelah mengetahui hukumnya.?

Dari Ghazwan ibn Jarir, dari ayahnya bahwa mereka berbicara kepada Ali ibn Abi Thalib
mengenai beberapa perbuatan keji. Lantas Ali r.a. berkata kepada mereka, ?Apakah kalian tahu
perbuatan zina yang paling keji di sisi Allah Jalla Sya?nuhu?? Mereka berkata, ?Wahai Amir al-
Mukminin, semua bentuk zina adalah perbuatan keji di sisi Allah.? Ali r.a. berkata, ?Akan tetapi,
aku akan memberitahukan kepada kalian sebuah bentuk perbuatan zina yang paling keji di sisi
Allah Tabaaraka wa Taala, yaitu seorang hamba berzina dengan istri tetangganya yang muslim.
Dengan demikian, dia telah menjadi pezina dan merusak istri seorang lelaki muslim.? Kemudian,
Ali r.a. berkata lagi, ?Sesungguhnya akan dikirim kepada manusia sebuah aroma bisuk pada hari
kiamat, sehingga semua orang yang baik maupun orang yang buruk merasa tersiksa dengan bau
tersebut. Bahkan, aroma itu melekat di setiap manusia, sehingga ada seseorang yang menyeru
untuk memperdengarkan suaranya kepada semua manusia, ?Apakah kalian tahu, bau apakah
yang telah menyiksa penciuman kalian?? Mereka menjawab, ?Demi Allah, kami tidak
mengetahuinya. Hanya saja yang paling mengherankan, bau tersebut sampai kepada masing-
masing orang dari kita.? Lantas suara itu kembali terdengar, ?Sesungguhnya itu adalah aroma
alat kelamin para pezina yang menghadap Allah dengan membawa dosa zina dan belum sempat
bertobat dari dosa tersebut.?
Bukankah banyak kejadian orang-orang yang berpacaran dan bercinta-cinta dengan orang yang
telah berkeluarga? Jadi, pacaran tidak hanya mereka yang masih bujangan dan gadis, tetapi dari
uisa akil balig hingga kakek nenek bisa berbuat seperti yang diancam oleh hukuman Allah
tersebut di atas. Hanya saja, yang umum kelihatan melakukan pacaran adalah para remaja.

Namun, bukan berarti tidak ada solusi dalam Islam untuk berhubungan dengan nonmahram.
Dalam Islam hubungan nonmahram ini diakomodasi dalam lembaga perkawinan melalui sistem
khitbah/lamaran dan pernikahan.

?Hai golongan pemuda, siapa di antara kamu yang mampu untuk menikah, maka hendaklah ia
menikah, karena menikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih memelihara kemaluan.
Tetapi, siapa yang tidak mampu menikah, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu dapat
mengurangi syahwat.? (HR Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmizi, Nasai, Ibnu Majah, Ahmad,
dan Darami).

Selain dua hal tersebut di atas, baik itu dinamakan hubungan teman, pergaulan laki perempuan
tanpa perasaan, ataupun hubungan profesional, ataupun pacaran, ataupun pergaulan guru dan
murid, bahkan pergaulan antar-tetangga yang melanggar aturan di atas adalah haram, meskipun
Islam tidak mengingkari adanya rasa suka atau bahkan cinta. Anda bahkan diperbolehkan suka
kepada laki-laki yang bukan mahram, tetapi Anda diharamkan mengadakan hubungan terbuka
dengan nonmahram tanpa mematuhi aturan di atas. Maka, hubungan atau jenis pergaulan yang
Anda sebutkan dalam pertanyaan Anda adalah haram. Kalau masih ingin juga, Anda harus
ditemani kakak laki-laki ataupun mahram laki-laki Anda dan Anda harus berhijab dan berjilbab
agar memenuhi aturan yang telah ditetapkan Islam.

Hidup di dunia yang singkat ini kita siapkan untuk memperoleh kemenangan di hari akhirat
kelak. Oleh karena itu, marilah kita mulai hidup ini dengan bersungguh-sungguh dan jangan
bermain-main. Kita berusaha dan berdoa mengharap pertolongan Allah agar diberi kekuatan
untuk menjalankan perintah dan meninggalkan larangan-Nya. Semoga Allah menolong kita,
amin.

Adapun pertanyaan berikutnya kami jawab bahwa cara mengetahui sifat calon pasangan adalah
bisa tanya secara langsung dengan memakai pendamping (penengah) yang mahram. Atau, bisa
melalui perantara, baik itu dari keluarga atau saudara kita sendiri ataupun dari orang lain yang
dapat dipercaya. Hal ini berlaku bagi kedua belah pihak. Kemudian, bagi seorang laki-laki yang
menyukai wanita yang hendak dinikahinya, sebelum dilangsungkan pernikahan, maka baginya
diizinkan untuk melihat calon pasangannya untuk memantapkan hatinya dan agar tidak kecewa
di kemudian hari.

?Apabila seseorang hendak meminang seorang wanita kemudian ia dapat melihat sebagian yang
dikiranya dapat menarik untuk menikahinya, maka kerjakanlah.? (HR Abu Daud).

Hal-hal yang mungkin dapat dilakukan sebagai persiapan seorang muslim apabila hendak
melangsungkan pernikahan.
1. Memilih calon pasangan yang tepat.
2. Diproses melalui musyawarah dengan orang tua.
3. Melakukan salat istikharah.
4. Mempersiapkan nafkah lahir dan batin.
5. Mempelajari petunjuk agama tentang pernikahan.
6. Membaca sirah nabawiyah, khususnya yang menyangkut rumah tangga Rasulullah saw.
7. Menyelesaikan persyaratan administratif sesui dengan peraturan daerah tempat tinggal.
8. Melakukan khitbah/pinangan.
9. Memperbanyak taqarrub kepada Allah supaya memperoleh kelancaran.
10. Mempersiapkan walimah.

You might also like