You are on page 1of 22

Bab 3

Mengikuti Tender : Proses Tender Teknik Sipil


Proses tender bangunan sipil berisi tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh setiap
kontraktor yang akan mengikuti tender setiap proyek sipil, dalam proses mengikuti tender sipil,
kontraktor harus melewati 5 tahap berikut:
1. Mendapatkan dokumen tender,
2. Mempelajatri dokumen tender,
3. Mengikuti rapat penjelasan proyek,
4. Menganalisis setiap pekerjaan, dan
5. Penawaran harga,

Selain lima proses diatas, apabila kontarak yang bersangkutan dinyatakan menang, maka
konsentarasi kontraktor akan beralih ke tahap yang lebih lanjut, yaitu pelaksanaan proyek
dilapangan.

A. mendapatkan dokumen tender


Dokumen tender adalah dokumen yang berisi:
• Dokumen pelelangan
• Rencana kerja dan syarat-syarat
• Gambar arsitektur , gambar struktur, gambar mekanikal serta elektrikal.

Dokuen pelellananadalah dokumen yang dibagikan sebelum diadakan pelelangan


pekerjaan. Dokumen ini berisi:
• Gambar bestek
Gambar yang berupa penjelasan secara visual dari proyek yan akan didirikan. Pada
gambar tersebut diperlihatkan lingkup danbentuk pekerjaan yang harus dibuat.

• Gambar prarencana (preliminary drawings)


Gambar ini dibuat untuk memberikan konsepsi kasar dari ide yang akan dilaksanakan.
• Gambar informasi (information drawings)
Gambar ini memberikan informai tentang proyek sehingga pengikut lelang dapat
menghitung dan mengajukan penawaran.

• Gambar proyek (site drawings)


Gambar ini memperlihatkan denah dari lokasi proyek, topografi lapangan, dan fasilitas
fasilitas sarana dari keseluruhan proyek.

• Gambar kerja (shop drawing/detail working drawings)


Gambar kerja disebut juga gambar pelaksanaan dan memberikan penjelasan visual pada
tiap-tiap bagian konstruksi dengan gambar potongan-potongan memakai skala-skala yang
memadai.

• Gambar jadi (as-built drawing)


Kadang-kadang pada proyek yang memakai tipe design&built contract; kontraktor
memproduksi gambar-gambar kerjanya sendiri dan pada akhir proyek dibuat ambar as-
built, artinya gambar yang betul-betul cocok dengan keadaan sebenarnya yang telah
dibangun dilapangan.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS, bestek) didalamnya diuraikan penjabaran tugas
(job description) untu pemborong, sampaihal-hal yang sekecil-kecilnya. Secara luas dikenal isi
daribestek antara lain:
• Kondisi umum (general condition)
Kondisi ini memuat persyaratan-persyaratan yang berlaku umum untuksegala macam
proyek konstruksi. Di Indonesia dikenal dengan A.V. san S.U. (syarat umum).

• Kondisi khusus (special condition)


Kondisi khusus ini memuat persyaratan-peryaratan yang berlaku khusus untuk proyek
tersebut, misalnya siapa pemilik proyek, siapa perencana, kapan diadakanpelelangan, dan
sebagainya.
• Spesifikasi teknik (technical specification)
Spesifikasi ini meliputi merek produk yang dipakai, mutu yang dihasikan, dan cara
penerjaannya. Untuk tender internasionl bestek diatas dikenal dengan nama “Instruction
to Tender”

Menurut Peraturan Pemerintah yang tertuang dalam Kepres 29 Tahun 1984, rencana
Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) pekerjaan sekurang-kurangnya memuat:
• Syarat umum
 Keterangan mengenai pemberia tugas;
 Keterangan mengenai perencana;
 Keterangan mengenai direksi;
 Syarat-syarat peserta pelelangan;
 Bentuk surat penawaran dan cara penampaiannya.
• Syarat administrative
 Jangka waktu peaksanaaan
 Tanggal waktupenerahan
 Syarat-syarat pembayaran
 Denda atas keterlambatan
 Besarnya jaminan pelelangan
 Besarnya jaminan pelaksanaan
• Syarat teknis
 Jenis dan uraian pekerjaan yang harus dilaksanakan
 Jenis dan mutu bahan
 Gambar detai, gambar konstruksi, dan sebagainya.

Pertama-tama diuraikan syarat-syarat administrasi syarat-syarat administrasi pelanggan


untuk diketahui dan diikuti sacara seksama oleh calon pemborong, agar dapat mengajukan harga
penawaran yang sah. Hal-hal dibawah ini umumnya merupakan isi dari persyaratab admiistrasi
dari pelelangan:
• Keterqngan tentang proyek
• Kapan dan dimana dokumen dimaksudkan
• Besarnya jaminan tender
• Sertifikat lulus prakualifikasi
• Data perusahaan (akta pendirian, fiscal, struktur organisasi, dan pengalaman kerja
perusahaan)
• Surat penawaran
• Peraturanperaturan adminstrasi lainnya.

Bilamana calon pemborong telah memenangkan pekerjaan, maka perhatian lebih


dipusatkan pada syarat-syarat pelaksanaan. Pada bagian kedua diuraikan parsyaratan pelaksanaan
pekerjaan yang mnjelaskan jubungan kerja antara pihak ownwr dewngan pemborong antara lain
tentang peraturan knstruksi yang perlu diperhatikan, misalnya:
• Peraturan beton Indonesia
• Peraturan Muatan Indonesia dan lain sebagainya
• Hak-hak kewajiban pemilik (ownwr/bouwner/principal)
• Hak-hak kewajiban pemborong
• Lingkup pekerjaan (uraian bestek dan gambar)
• Syarat-syarat pembayaran
• Force majeure
• Pekerjaan subkontrak
• Jadwal pelaksanaan
• Enda keterlambatan
• Laporan harian/mingguan
• Peneriman pekerja atau cara engukuran
• Masalah arbitrasi dan lain-lain
• Syarat-syarat dan pemeriksaan barang
• Peralatan kerja
• Pekerjaan yang ditolak (tidak baik)
• Perubahan harga
• Jangka waktu pemeliharaan
• Pemutusan hubungan kerja

Bagian ketiga spesifikasi kontrak menguaraikn syarat teknis. Spesifikasi teknis dapat dibagi
menjadi tiga kategori:
• Syarat bahan
Spesifikasi bahan meliputi merek, tipe, dan kualitas dari bahan tertentu.misalnya:
 Tegel P.C. abu-abu ukuran 20x20 m2 ex Panti
 Asbes gelombang (besar) ex Semen Gersik
 Kayu jati ex Bojonegoro
• Syarat pekerjaan (proses, workmanship)
Spesifikasi tentang pekerjaan, proses, workmanship meliputi cara pengolahan bahan
bangunan asal menjadi bangunan struktur, standar kerjayang diinginkan, metode dan
urutan kerja dari penyusutsn-penysutan atau pemasangannya toleransi yang
diperkenankan, dan ain sebagainya. Juaga dicantumkan pengamanan kerja, kecelakaan,
dan metode-metide kerja yang tak boleh digunakan, misalnya pekerjaan urugan pasir
untuk pondasi jalur jalan harus dilaksanakan per lapis denganlketebalan maksimal 25 cm
memakai mesin pemadat getar (vibrocompactor) seberat 2 ton. Pemadatan yang
dilakukan tanpa alat getar tidak diperkenankan.

• Syarat produkyang dihasilkan spesifikasi pekerjaan instalasi/mekanikal meliputi kapsitas,


prestasi kerja, penampilan, dan operasi dari peralatan serta prosedur testing di lapangan
sebelum diadakan berita acara penyerahan pekerjaan tersebut, misalnya:
 Mutu beton K225
 Pemadatan tanah sampai CBR 90%
 Membuat sumur yang menghasilkan air dengan kapasitas Xm3/dt
Pada prinsipnya semua keterangan harus diuraikan dengan akurat, dan tidak mengundang
interpretasi yang bermacam-acam. Suatu spesifikasi yang tidak jelas merupakan sumber
perselisihan dan pertenkaran.

B. Mempelajari Dokumen Tender


Dalam tahap ini kontraktor atau pemborong harus mempelajari semua isi dokumen tender
tersebut. Dengan mempelajari dokumen tender. Dengan mempelajari dokumen tender, kontraktor
dapat mempersiapkan perhitungn biaya kostruksi proyek sehingga kontraktor dapat membuat
suatu penawaran berdasarkan dokumen tender tersebut. Kontraktor dalam membuat harga
penawaran harus membuat suatu catatan pertanyaan untuk hal-hal yang tidak jelas dalam
dokumen tender tersebut. Kemudian, hal-hal yang tidak jelas ditanyaka dalam sesi rapat
penjeasan pekerjaan. Selain itu kontraktor juga mempersiapkan klegkapan semua dokumen
administrative sebab apabila ada kelalaian pada salah satu dokumen adminitratif, maka peserta
tender dinyatakan gagal atau gugur.
Hal ini perlu diperhatikan kontraktor agar dapat memenangkan sustu tender. Pada saat
penyerahan harga penawaran kontraktor juga harus dapat meyakinkan kepada panitia tender
dengan memerlihatkan kelebihan perusahaan yang dimiliki dalam berbagai hal yang dapat
mengubah nilai plus antara lain:
• Metode kerjanya
• Peralatan yang dipakai
• Kualifikasi personel yang dipakai
• Kualitas perusahaan
• Dan lain-lain

C. Mengikuti Rapat Penjelasan Pekerjaan


Pertemuan diadakan untk tatap muka antara para peminat/calon kontraktor dengan pihak
pemilik. Dalam hal ini pemilik diwakili oleh konsultan perencana. Biasanya untuk proyek-
proyek pemerintah, rapat ini biasanya diselenggarakan oleh panitia pelelangan,pembicaraanya
berkisar pada dua bidang yaitu administratif dan teknis.
Pada bidang administratif dijelaskan perstyaratan-persyaratan yang tercantum daam
dokumen tendr seandainya terdapat hal-hal yang masih meragukan misalnya tentang syarat-
syarat peserta pelelangan, bentuk surat penawaran, referensi bank, dan lain-lain.
Pada bidang teknis proyek dijelaskan antara lain tentang modifikasi baru atau ukuran-
ukuran gambar ang tidak cocok dengan yang tertulis dalam spesifikasi teknis pelaksanaan,
gambar-gambar konstruksi yang sulit dimengerti atau dibaca, serta kesalahan-kesalahan tulis
yang terjadi.
Hasil temu wicara ini dibuatkan berita acara penjelaan (aanwijing) dan ditandatangani
oleh dua wakil daridua calon peserta pekerjaan, tergantung dari peraturan pelelangan setempat.
Dokumen berita ini kemudian menjadi bagian yang mengikat sebagai dokumen tender tambahan
(addendum).
Seandainya pada rapat penjelasan pekerjaan yang pertama ini dirasakan belum
menyelesaikan semua maalah dokumen tender dengan tuntas, maka dapat diadakan temu wicara
yang kedua. Biasanya halite apat terjadi setelah diadakan tinjauan ke lapangan oleh calon peserta
sebelum mereka membuat suatu pnawaran mempunyai arti yang sangat penting. Banyak hal
yang tidak dapt dilihat dengan jelas di lapangan. Cara yang efektif untuk mendaptkan sebanyak
mungkin informs di lapangan adlah dengan mempersiapkan tabel-tabel pertanyaan sebagai
berikut:
• Topografi, kemiringan tanah, dan batas-batas lokasi.
• Kondisi tanah, muka air tanah tertinggi dan terendah, stabilitas, permabilitas,dan
sebagainya.
• Saliran-saluran air yang ada, listrik , gas, telepon, dan lain-lain.
• Jalan masuk ke lokasi
• Kondisi cuaca setempat
• Kemungkinan menerapkan beberapa metode konstruksi.
• Jasa pelayanan yang ada di sekitar lokasi.
• Instalasi lapangan dan bangunan-bangunan sementara.
• Matrial setempat yang bisa di dapat
• Tnaga kerja
• Jalan transportasi
• Kondisi lingkungan dan budaya masyarakat setempat.

D. Menganalisis Setiap Pekerjaan


1. Volume setiap pekerjaan
Biaya langsung didapaat dengan mengalikan volume/kuantitas suatu pos pekerjaan
dengan haarga satuan (unit cost) pekerjaan tersebut. Harga satuan pekerjaan tersebut terdiri dari
harga bahan, upah buruh, dan biaya peralatan. Volume/kuantitas pekerjaan dihitung menurut
satuan dari harga satuan. Dimensi keduanya harus cocok. Contoh: jika menggunakan harga
satuan memakai Rp/m2 maka volume/kuantitas dihitung dengan satuan m2, sedangkan jika
menggunakan harga satuan memakai Rp/m3 maka volume/kuantitas dihitung dengan satuan m3
Volume tidak lain adlah panjang x lebar x tinggi. Jadi, untuk mengukur tiggal mengukur
gambar bestek. Pkerjaan menghitung volume dilakunan dengan memperhatikan skala gambar.
Untuk proyek-proyek tertentu, pada waktu penjelasan pekerjaan (aanwijzing) volume/kuantitas
pekerjaan sudah diberikan kepada rekanan/kontraktor. Volume-volume ini ditulis dalam buku
bill of quantity yang seharusnya dibuat oleh quantity suveyor, yaitu suatu badan yang membantu
konsultan perencana, khusaua dalam menghitung volume pekerjaan.
Pada jenis tender lain, para peserta tenderlah yang diminta mencocokkan sendiri
perhitungan volumenya satu dengan yang lain, sebelum tender.
Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan teknis dalam perhitungan volume
sehingga pada waktu evaluasi lebih mudah membanding-bandingkan rekanan-rekanan yang satu
dengan yang lain. Namun, pada umumnya, rekanan masih harus menghitung sendiri volume dan
kuantitas pada waktu mengajukan penawaran. Apabila tampak adanya perbedaan antara gambar
bestek dan bestek/spesifikasi/rencana kerja dan syarat-syarat, atara denah dan gambar detail,
antara gambar arsitektur dengan gambar sipil, maka bacalah kembali bestek, dan carilah
keterangan yang berlaku. Untuk hal-hal yang belum jelas, harap ditanyakan pada waktu
penjelasan pekerjaaan. Ingatlah bahwa Berita Acara Penjelasan Pekerjaan( aanwijizing)
merupakan dokumen yang sah untuk segala perubahan yang dibuat. Bila bertentangan dengan
bestek/RKS, maka berita acara penjelasan itu yang berlaku.
Untuk memperjelas apakah gambar bstek itu sesuai dengan yang ada dilapangan ayng
sebenarnya atau tidak ( misalnya keadaan dan ketinggian tanah asal, keadaan medan, dan
lingkungan), maka rekanan perlu mengadakan survey lapangan (site inspection)
Peninjauan lapangan ini biasanya dilakukan setelah acara rapat penjelasan pekerjaan
selesai. Untuk proyek tertentu, mungkin saat peninjauan ke lapangan sangat terbatas. Bahkan
mungkin hanya satu kali saja. Supaya tidak ada yang luput atau terlupakan dari pengamatan para
rekanan, sebaiknya disiapkan suatu daftar pertanyan.

2. Analisis Harga Satuan untuk Kebutuhan Bahan dan Ongkos Pekerjaan


Harga satuan dapat dianalisis dengan berbagai cara. Cara lama yang masih dipakai
memakai analisia biaya (BOW) dari zaman Belanda. Sebagai contoh:
• Untuk mengerjakan pekerjaan 1m3 galian tanah biasa diperlukan tenaga dan biaya dari :
0.75 pekerja dan 0.025 mandor.
• Untuk mengerjakan pekerjaan beton konvensional dengan campuran perbandingan
volume 1ps : 2pc: 3 kerikil, diperlukan tenaga dan biaya dari:
 0.82 m3 kerikil
 0.54 m3 pasir
 6.8 zak portland cement
 Tukang batu
 Kepala tukan batu
 6 pekerja
 0.3 mandor

Bila dibandingkan dengan keadaan sekarang, maka banyak koefisien-koefisien dari BOW
(Burgerlikje Openbare Werken) yang sudah tidak cocok lagi. Lagipula terdapat banyak jenis
pekerjaan yang belum tercantum di dalamnya, misalnya lapisan sitru jalan, beton prektikan, aspal
beton, dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, pada praktiknya para kontraktor mengumpulkan data-data historis dari
pengalaman pengalaman kerjanya dan menjabarkannya sebagai koefisien-koefisien BOW yang
lebih mendekati kondisi dan situasi setempat. Dengandemikian, koefisien-koefisien BOW
tersebut dipebaiki dengan angka-angka yang lebih akurat. Tapi sayangnya sampai saat ini belum
terlihat ada suatu penyempurnaan BOW ini sehingga yang dipakai adalah standar biaya secara
nasional.
Metode yang lain untuk perhitungn tenaga manusia adalah man day atau man hour. Stu
man day artinya upah kerja dibayarkan kepada satu orang yang bekerja selama satu hari.
Pada tahun 1973, Direktorat Jendral Bina Marga yang pernah membuat analisis dengan
cara ini. Salah satu contoh perhitungan dengan harga satuan memakai man-day telah dilkukan.
Isinya sebagai berikut:
 Galian tanah (lunak) = 0.7 man day/ m3
 Timbunan dengan pemadatan (lunak) = 0.52 man day/ m3
 Adukan aspal / hotmix = 11.0 man day / m3
 Menyetel tulangan beton = 77 man day / m3
Sementara itu, patoksn nilai uangnya sebagai berikut:
 1 man day = harga ± 5 kg beras
 1 man hour = harga ± 1¼ kg beras
 Jam kerja efektif dianggap 4 jam sehari

Perlu diketahui bahwa di daalam perhitungan masih harus dikalikan dengan faktor-faktor
lainnya seperti pengaruh-pengaruh jam kerja efektif, macam tenaga kerja, lamanya kerja, adanya
kepadatan penduduk, tenaga pinjaman, persaingan tenaga kerja, dan pengaruh-pengaruh lainnya.

3. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan pada Perhitungan Harga Satuan Bahan, Ongkos
Kerja, dan Peralatan
Berikut ini hal yang perlu diperhatikan pada perhitungan harga satuan bahan, ongkos
kerja, dan peralatan:
• Bahan bangunan
Untuk menghitung biaya untuk kebutuhan bahan yang diperlukan:
 Bahan/sisa yang terbuang
 Harga loco atau fracto
 Cari harga terbaik yang masih memenuhi syarat bestek
 Cara pembayaran pada suplier
• Upah buruh
 Untuk menghitung upah buruh dibedakan upah harian, borongan per unit volume,
atau borongan keselurhan (borongan dol) untuk daerah daerah tertentu.
 Sekain tarif upah perlu diperhatikan faktor-faktor kemampuan dan kapasitas
kerjanya
 Perlu diketahui baik buruh atau mandor dapat diperoleh di daerah sekitar atau
tidak. Kalau tidak berarti harus didatangkan buruh dari daerah lain. Ini
menyangkut ongkos transport, penginapan, gaji ekstra, dan lain sebagainya.
 Undang-undang buruh yang berlaku perlu diperhatikan.

• Peralatan
 Untuk peralatan yang disewa peru diperhatikan ongkos keluar masuk garasi,
ongkos buruh untuk menjalankan alat, bahan baku, dan reparasi kecil.
 Untuk alat ayng perlu dibeli perlu diperhatikan bunga investasi, depresiasi,
reparasi besar, pemeliharaan, dan ongkos mobilisasi.

• Urutan pekerjaan
 Pekerjaan persiapan
 Pekerjaan pengukuran
 Pekerjaan tanah
 Pekerjaan pondasi
 Pekerjaan pemancangan
 Pekerjaan beton
 Pekerjaan dinding
 Pekerjaan plesteran
 Pekerjaan kayu
 Pekerjaan baja konstruksi
 Pekerjaan logam arsitektur
 Pekerjaan peunci dan penggantung
 Pekerjaan plumbing (penyediaan air)
 Pekerjaan instalasi fire alarm system
 Pekerjaan pekerjaan hydrant dan instalasinya
 Pekerjaan instalasi penangkal petir
 Pekerjaan listrik dan sistem udara
 Pekerjaan sistem PABX
 Pekerjaan sistem CCTV
 Pekerjaan eskalator dan elevator
 Pekerjaan instalai AC
 Pekerjaan pengecatan
 Pekerjaan pagar kompleks bangunan
 Pekerjaan kaca
 Pekerjaan finishing dan interior
 Pekerjaan pertamanan/ landscape dan penghijauan
 Pekerjaan pembersihan

E. Penawaran Harga
Pada waktu yang ditentukan semua calon peserta membawa penawarannya dan
dimasukkan kedalam kotak pelelangan yang telah disediakan dan dilakukan sebelum tender
dibuka.
Pada jam yang telah ditentukan ketika pemasukan surat penawarn dinyatakan ditutup,
baru masing-masing amplop penawaran dibuka satu per satu di hadapan yang hadir. Harga
penawaran beserta kelengkapan-kelengkapan administaratif dibaca keras-keras dan ditulis pada
papan pengumuman. Bilamana terdapat kesalahan pada salah satu persyaratan administratifnya,
maka calon peserta dinyatankan gugur dari calon pemborong. Kontraktor yang telah
memasukkan harga penawaran beserta kelengkapan administratifnya harus juga dapat
memberikan jaminan tender (bid-bos) kepada pemilik proyek.
Pada dasarnya jaminan ini merupakan pernyataan bahwa perusahaan atau kontraktor
sungguh-sungguh melakukan pekerjaan ini dan bilamana perusahaan atau kontraktor
mengundurkan diri, maka jaminan tender tersebut akan masuk ke kantong pemilik. Besarnya
jaminan tender diatur dalam dokumen tender dan umumnya berkisar antara 1% sampai dengan
3% dari biaya total pekerjaan fisik proyek.

F. Tender
Untuk proyek-proyek pemerintah, berdasarkan hasil evaluasi, maka panitia pelelangan
menetapkan calon-calon pemenang yang diusukan pada instansi berwenang, yang kemudian
menetapkan pemenangnya. Dari hasil keputusan pemenang tadi, panitia pelelangan
mengumumkan hasilnya. Kemudian, bila tidak ada sanggahan, penolakan, atau apabila semua
sanggahan telah dijawab, maka tugas panitia pelelangan telah berakhir. Kemudian, pimpinan
proyek mengeluarkan SPK (Surat Perintah Kerja).
Untuk proyek-proyek non-pemerintah, calon peserta yang telah diputuskan untuk
memenangkan tender ini oleh panitia kemudian diberi tahu secara tertulis dan sifat
pemberitahuan dapat berbebtuk sebagai berikut:
• Dengan memakai SPK
Di dalam surat tersebut calon pemenang yang bersangkutan dinyatan menang dan diminta
dalam tempo sekian hari sudah harus memulai pelaksanaan fisiknya di lapangan. SPK ini
sifatnya mengikat dan dinberikn terlebih dahulu untuk mempercepat pelaksanaan
administratifnya. Meskipun kontrak kerja belum ditandatangani oleh kedua belah pihak.
Untuk tender internasional istilahnya adalah letter to proceed.
• Dengan memakai surat pemberitahuan (letter of award)
Surat ini isinya menjelaskan bahwa calon kontraktor telah menang dan sekaligus menjadi
tanda bagi calon kontraktor tersebut untuk memulai persiaan administratif. Letter of
award dibuat karena adanya kaitan dengan pihak ketiga misalnya untuk kontrak-kontrak
internasional yang sifatnya antara pemerintah (Government to Government / G to G) atau
apabila dananya terdapat di bank internasional.

G. Pelaksanaan Proyek di Lapangan


Pelaksanaan proyek dilapangan dibagi menjadi tiga elemen yang sangat penting dalam
menunjang sukses tidaknya kinerja suatu perusahaan yang telah memenangkan suatu tender.
Berikut ini adalah tiga hal tersebut:
1. Organisasi kerja
Pada saat sebuah tender penawaran dinyatakan menang, maka kegiatan administrasi
proyek akan beralih ke lapangan. Dalam menyusun organisasi kerja di lapangan prinsip
dasar manajeman harus diperhatikan dengan baik terutama faktor-faktor berikut:
• Jalan intruksi harus sependek mungkin.
• Masing-masing staf personel harus memiliki uraian pekerjaan (job description)
secara jelas, terperinci, dan dibuat oleh atasannya.
• Masing-masing individu harus dibekali dengan wewenang untuk mengambil
keputusan yang sesuai dengan jabatannya.
• Iklim kerja harus dibina dan dipelihara untuk memungkinkan setiap orang bekerja
secara maksimal, sepadan dengan kapasitas dan kapabilitasnya. Dengan demikian,
kerja sama dapat berjalan tanpa hambatan.
• Konsederasi untuk kelangsungan hidup organisasi perusahaan perlu diadakan
dengan cara latihan di semua lapisan, mengembangkan SDA, melakukan alih
teknologi, dan pengetahuan dalm rangka mempersiapkan ke jenjang yang lebih tinggi
bagi staf personelnya.

Organisasi pemilik proyek di lapangan, pada umumnya struktur organisasi yang ada dari
pihak pemilik akan sulit dibebani tanggung jawab untuk mengendalikan proyek secara langsung
mulai dari proses peelaksanaan sampai selesai. Cara menanganinya dengan membentuk Gugus
Tugas (task force) yang penempatannya dikoordinasi di bawah pengelolaan seorang pemimpin
proyek.. Umur gugus tugas ini sama halnya dengan pelaksanaan proyek sehingga apabila proyek
telah selesai dikerjakan, maka otomatis gugus tugas itu akan bubar.
Pihak pemilik proyek biasanya menempatkan seorang resident enginer atau PPHP
(Pimpinan Pelaksana Hari Proyek) atau PROMA (Project Manager) yang pada dasarnya
mewakili pihak pemilik proyek. Bilamana perusahaan pemilik cukup besar, maka pengelolaan
proyek ditangani oleh LITBANG (Bagian Penelitian dan Pengembangan). Dengan demikian
Proma atau PPHP umumnya diambilkan dari bagian tersebut dan bertanggung jawab kepada
manajemen atas. Proma atau PPHP akan dibantu dengan stafnya sebagai gugus tugas proyek
apabila lingkup dan ukuran proyek cukup besar. Proma atau PPHP harus memiliki otoritas dan
wewenang yang cukup untuk mengemban tugasnya sebagai wakil pemilik proyek di lapangan.
Seprang resident engineer mungkin dapat disetarakan dengan pengelola teknik proyek.
Tugas utamanya adalah memonitor pekerjaan kontraktor dan sub kontraktor dengan
tujuan supaya hasil pekerjaan di lapangan akan benar-benar sesuai dengan gambar dan
spesifikasi kontrak serta memenuhi persyaratan pelaksanaannya.
Bilamana pekerjaan yang ditangani melebihi kapasita staf personel yang tersedia maka
umumnya pihak pemilik proyek akan melibatkan pihak ketiga, yaitu konsultan pengawas sebagai
pembantunya.
Secara garis besar resident engineer dalam tugasnya sehari-hari di lapangan adalah
memelihara kerjasama dengan pimpinan proyek kontraktor. Hubungan ini merupakan hubungan
resmi dan formal. Tujuan utam dengan terselenggaranya hubungn kerja sama yang baik, yaitu
menyelesaikan proyek dengan berhasil. Dalam rangka mengamankan kepentingan pihak pemilik
yang diwakilinya, seorang resident engineer tanpa mengurangi tuntutan spesifikasi berusaha
sebaik mungkin membantu dan mempermudah pekerjaan kontraktor. Dia harus mampu
mendapatkan hasil pekerjaan kontraktor yang baik, tanpa direpoti hal-hal yang tidak relevan
dengan pekerjaan. Faktor kejujuran dan keadilan dalam mengambil keputusan yang cepat dan
mantap perlu dimilikinya.
Bilamana lebih dari sebuah kontraktor yang terlibat, maka seorang resident engineer
juga berperan sebagai koordinator sehingga pekerjaan dari para kontraktor tidak saling
menghalangi atau tumpang tindih.
Kemampuan lain yang harus dimiliki resident engineer, yaitu menginterpretasikan
gambar-gambar, spesifikasi, dan kondisi umum dari kontrak secara baik dan tidak berat sebelah.
Semua tes-tes di lapangan dan inspeksi kualitas pekerjaan di lapangan adalah tugasnya dibantu
dengan stafnya. Dia bertanggung jawab atas kelengkapan dan pembuatan dokumen prestasi
kerja. Memeriksa permintaan angsuran(progress plan) kontraktor, dan memberikan penyelesaian
akan hasil yang telah dicapai oleh kontraktor. Dengan demikian, resident engineer memberikan
persetujuan untuk pembayaran atas bagiannya termasuk dari pemborong tersebut dan
mengusahakan bahwa uang yang dibayarkan dapat cepat sampai ke tangan kontraktor.
Perubahan volume dan macam pekerjaan, misalnya:
• Pergantian macam pekerjaan,
• Tambahan kerja,
• Pengurangan volume pekerjaan,
• Penghapuan pekerjaan
• Kerja ekstra.
Semua itu dapat dilakukan resident engineer bilamana situasi di lapangan dan kondisi
lainnya memaksanya demikian. Perubahan desain sering terjadi pada waktu pelaksanaan karena
dinilai lebih efisien dalam melancarkan pelaksanaan proyek. Perusahaan desain ini membawa
konsekuensi perubahan volume dan macam pekerjaan (work changes) yang mana sebelumnya
tentu telah ada yang diganti. Semua perubahan yang terjadi dalam tahapan perkembangan
implementasi proyek harus direkam dalam set gambar yang disediakan. Dengan demikian, pada
waktu akhir kontrak ia akan mendapatkan rekaman gambar yang up to date dari struktur yang
telah selesai (as built drawing).
Gambar-gambar ini dipersiapkan sejalan dengan berkembangnya perubahan-perubahan
konstruksi dan memperlihatkan detail-detail yang berbeda dari desain yang semula. Gambar ini
bersama dokumen tertulis yang lain merupakan dasar untuk menaksir/menilai bilamana ada
perubahan pembayaran akibat pekerjaan yang bertambah atau berkurang dari kontraktor.
Pertemuan rapat kerja lapangan secara berkala diorganisasi oleh resident engineer guna
membicarakan kemajuan kerja dan masalah-masalah yang perlu dipecahkan secara bersama.
Rapat semacam ini harus dihadiri oleh kontraktor dan sub-kontraktor yang terlibat alam
implementasi proyek. Tujuan rapat ini bukanlah untuk merencanakan dan mengorganisasi tugas
pekerjaan kontraktor, melainkan untuk meninjau hasil pekerjaan yang sedan ditangani.
Frekuensi pertemuan lapangan sendiri ini bergantung pada informasi masalah yang
dibahas. Umumnya antara dua minggu sekali sampai satu bulan sekali. Dengan kata lain, fungsi
resident engineer bersama stafnya adalah untuk melihat bahwa pemilik proyek menerima hasil
pekerjaaj yang diselesaikan oleh pemborong sesusi dengan uang yang dibayarkan kepadanya.

Struktur organisasi lapangn yang tepat bagi sebuah proyek tergantung dari hal-hal berikut
ini:
• Lingkup dan besarnya proyek,
• Sifat hubungan kontraktual dengan klien.
• Kebijakan perusahaan.
• Anggota staf yang tersedia untuk proyek tersebut.
Dari pihak kontraktor akan menempatkan stafnya ayng dipimpin oleh manajer lapangan
Penentuan jumlah dan tipe personel/staf yang ditempatkan di lapangan sangat bergantung
pula pada ukuran besarnya proyek dan macam pekerjaannya. Bagan organisasi lapangan dapat
berbentuk sebagai berikut:

Gambar 2 Bagan Organisasi Lapanagn

Proyek manajer sebagai pimpinan keseluruhan proyek mengetahui situasi dan status dari
proyeknya dan dapat mengoordinasi kegiatan bawahannya. Tujuan kepemimpinannya adalah
untuk memastikan bahwa pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan persyaratan yang telah
ditntukan dalam spesifikasi dan berjalan mengikuti program kerja yang direncanakan dalam
janka waktu dan biaya yang telah ditentukan. Disamping itu, ia harus mengamankan laba yang
telah digariskan oleh piminan perusahaan tanpa harus mengorbankan kualitas pekerjaaan.
Bagian departemen engineering dikelola oleh perekayasa proyek (project engineering)
yang bertanggung jawab atas:
• Rencana tapak dan rancang bangun
• Rencana, penjadwalan, dan pengontrolan proyek
• Kontrol kualitas dan pngujiannya.
• Engineering lapangan.
• Pematokan dan pengukuran.
• Permintaan pembayaran
Sub bagian kepala kantor bertanggung jawab atas:
• Menyajikan laporan evaluasi prestasi pekerjaan lapangan secara berkala dan biaya
yang terpakai.
• Membuat estimasi biaya
• Mengelola buku laporan proyek yang harus diisi setiap hari oeh engineer
lapangan tentang:
 Cuaca
 Material yang tiba
 Absensi tenaga kerja
 Peralatan kerja
 Program kerja
 Masalah lapangan
 Keadaan istimewa
 Pembuatan permintaan pembayaran
 Membuat gambar detail rancang bangun
 Membuat as-built drawing, bekerjasama dengan pihak pemilik
Subbagian engineering perencanaan bertanggung jawab atas:
• Laporan kemajuan fisik proyek (progress report)
• Jadwal pelaksanaan(construction schedule)
• Pekerjaan tambah-kurang dan keterlambatan.

Subbagian engineer lapangan dan juru ukur melaksanakan pengukuran di lapangan,


pengujian bahan, pengukuran volume bahan dan pekerjaan, inspeksi lapangan, dn pengawasan.
Pengawasan secara langsung terhadap tenaga kerja di lapangan, pemakaian lapangn kerja
dan bahan, pembagian pekerjaan antar kelompok kerja, memecat dan mempekerjakan seseorang
dalam kelompok kerja tertentu, dan kualitas dari konstruksi merupakan tugas dan tanggung
jawab dari kepala pelaksanaan (chief foreman) atau disebut juga construction superintendent.
Bila ada pekerjaan yang disubkontrakkan, maka kepala pelaksanalah yang mengorganisir
pekerjaannya dengan timnya. Disamping itu, ia harus dapat bekerja sama denagn bagian
akuntansi untuk memastikan bahwa gaji yang tepat dan data biaya yang dikeluarkan oleh anak
buahnya sesuai dengan anggaran yang disediakan.
Bersama bagian perekayasaan, ia menetapkan jumlah pesanan material yang akan
dipakai. Pemesanan peralatan kerja yang akan dipergunakan sembari memerhatikan persyaratan
keseluruhan aspek teknis pelaksanaannya. Dia juga harus menjaga peralatan yang disewa agar
dioperasikan dengan semestinya oleh anak buahnya. Tujuan utama dalam bekerja ialah
menjamin nilai kualitas pekerjaan yang tinggi sesuai dengan spesifikasi dengan biaya minimum.
Sering pengalaman kerjanya dimanfaatkan ole bagian engineer perencanaan (planning
engineer) untuk berkonsultasi masalah-masalah kebutuhan tenaga kerja, tenggang waktu
aktivitas-aktivitas pekerjaan, metode praktis pelaksanaan beserta anak buahnya merupakan
kelompok inti proyek yang menjadi motor pekerjaan sehingga membuahkan produk bangunan
konstruksi.
Bergantung pada kerumitan proyek serta kemampuan personel-personel yang terlibat,
kepala pelaksana dapat ditempatkan lahgsung dibawah manajer proyek atau dibawahi oleh
perekayasa proyek.
Bagian akuntansi memiliki tugas membuat/mencatat pengelolaan keuangan proyek,
menyiapkan daftar gaji, melaksanakan tertib administrasi perkantoran proyek, dan pekerjaan-
pekerjaan administratif lainnya. Pengenalan akan pekerjaan di lapanganserta liku-likunua akan
membantu mereka mendapatkan pengertian yang lebih jelas tentang terminologi pekerjaan,
metode konstruksi, pekerjaan, den sebagainya.
Tugas utama bagian akntansi adalah pada dua bidang pekerjaan :
• Bidang perencanaan pembayaran sebelum pekerjaan dilaksanakan, dalam hai ini
berhubungan dengan bagian perekayasaan.
• Bidang akuntansi yang mengatur pengadaan dana dan yang mengalokasikan jumlahnya.

Status laporan proyek yang berkenaan dengan biaya proyek muncul pada bagian ini.
Estimator proyek mengumpulkan data-data pembiayaan dan mengolahnya menjadi laporan
proyek untuk kemudian dipakai sebagai dasar masukan bagi manajer proyek.
Tujuan utama pengadaan pekerjaan estimator proyek yaitu:
• Mendeteksi pembiayaan yang tidak efisien dan saran untuk menanggulanginya.
• Membuat ramalan tentang pemakaian dana untuk pekerjaan mendatang dapat
disiapkan tepat pada waktunya. Banyak pekerjaan proyek yang terbengkalai atau
terlambat karena penyediaan dana untuk kebutuhan yang mendatang tidak
dipikirkan/diramalkan jauh-jauh hari sebelumnya.

Pendekatan yang paling baik organisasi pemborong untuk pekerjaan yan besar adalah
dengan cara WBS (Work Breakdown Structure). Pada prinsipnya tugas proyek yang besar
dipecah-pecah menjadi struktur yang dapat diatasi secara mandiri serta disesuaikan dengan
lokasi dan macam-macam pekerjaan yang dilaksanakan.
Dalam contoh di atas pembagian pekerjaan lebih mendetail untuk masing-masing
subproyek dapat dikembangkan lagi. Hal ini akan terjadi bilamana proyek makin berkembang
dan makin sibuk. Sebuah proyek yang besar dapat mempekerjakan sampai ribuan orang dalam
waktu beban pekerjaan mencapai puncaknya. Menjelang akhir proyek selesai, struktur
organisasinya juga akan menyusut, menyesuaikan dengan situasi dan kondisi pekerjaan di
lapangan.
Pada proyek konstruksi yang relatif kecil, pos pekerjaan yang dapat dirangkap akan
menjadi tanggun jawab satu orang. Beberapa alternatif penempatan staf personel di lapangan
dapat dirinci sebagai berikut:
• Bagian akuntansi, pembelian barang, administrasi teknis perekayasaan
ditempatkan di kantor pusat. Sementara yang bertugas di lapangan dalah kepala pelaksana
beserta anak buahnya. Alternatif ini umumnya dipilih apabila lokasi proyek dan kantor
pusat pemborong tidak terlalu jauh.
• Engineering perencana, estimator, dan bagian logistik ditempatkan di lapangan
bila lokasi proyek amat jauh
• Tipe kontrak yang sifatnya lumpsum cenderung menempatkan staf personel yang
sungguh-sungguh dibutuhkan di lapangan, dengan maksud untuk menekan biaya tidak
langsung sekecil mungkin, lain halnya apabila kontrak diselesaikan dengan tipe prime
cost contracts.

Pada proyek konstruksi yang menggunakan peraatan berat secara intensif, perlu
dipikirkan penempatan seorang manajer peralatan (plant manager) yang membawahi tiga fungsi
pekerjaan sebagai berikut:
• Operasi dan pemeliharaan yang dipimpin oleh operator.
• Reparasi/service yang dipimpin oleh kepala mekanik (chief mechanic)
• Pendukung (gudang spare part, perkakas kerja) yang dipimpin kepala bengkel.

Pada bagian operasi pemeliharaan bertanggun jawab memenuhi kebutuhan peralatan


berat yang siap dipakai. Kapan suatu peralatan berat siap dipakai. Kapan suatu peralatan berat
sudah saatnya diservis dan mengetahui secara tepat mana masing-masing peralatan itu sedang
bekerja dan apa kerjanya.
Bagian reparasi bertanggun jawab pada keadaan “siap pakai” pada alat-alat yang dipakai.
Lokasi bagian pendukung pada umumnya dijadikan satu dengan bagian produksi acuan
(formwork), pekerjaan metal/perpipaan, dan bagian pembesian.
Metode pengelolaan alat-alat berat yang banyak dipakai, yaitu dengan cara
“menyewakan” peralatannya pada pihak proyek, seolah-olah plant departement “berdiri sendiri”
di luar proyek, Hal ini dilakukan untuk mendapat efektifitas kerja bagian peralatan dalam proses
pembangunan konstruksi.

2. Sarana Pelengkap Fasilitas Lapangan (Site Installation)


Perencanaan pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi di lapangan tidak dapt terlepas dari
pelengkapan sarana tempat kerja dan fasilitasnya. Fungsinya sama dengan “dapur” untuk
mengolah bahan/material menjadi “produk” bangunan konstruksi.
Sebagai penjelasan gambar di bawah ini menggambarkan proses perubahan dari masukan
yang berupa material, orang, peralatan, dan metode menjadi keluaran yang berbebtuk bangunan
konstruksi.

Meterial _
Produk
Orang_______________ Bangunan Kontruksi
Peralatan_____________ Lapangan
Metode_____________ “Dapur”

Gambar 3. Proses pekerjaan proyek konstruksi

Perencanaan fasilitas lapangan memberikan peran yang besar dalam persiapan kerja
(work preparation). Kesalahan dalam perencanaan dan penempatan instalasi di lapangan akan
berakibat penanbahan biaya proyek dan mempersulit pelaksanaan konstruksinya.
Elemen-elemen fasilitas lapangan umumnya yang perlu dipikirkan dalam pelaksanaannya
yaitu:
• Kantor lapangan. Bilamana diperlukan, dapt dilengkapi dengan tempat tidur/bermalam.
• Gudang penyimpanan bahan bangunan seperti peralatan sanitasi, pipa dan lain lain dan
tempat penyimpanan peralatan kerja (pompa air, beton vibrator, dan lain lain). Tempat
penyimpanan bahan bakar harus diletakkan jauh dari sarana yang lain untuk menghindari
bahaya kebakaran.
• Tempat kerja untuk menyiapkan acuan, pembengkokan dan pemotongan besi beton,
membuat pra-cetak, dan lain lain.
• Peralatan transport untuk memindahkan bahan-bahan dari satu tempat ke tempat lainnya,
misalnya menara angkat (tower crane).
• Bengkel mekanik/listrik dan tempat persediaan suku cadang.
• Laboratorium untuk menguji kualitas bangunan yang diproduksi.
• Garasi atau tempat parkir kendaraan-kendaraan transport.
• Fasilitas penerangan (gen-set), air bersih, kompresor, komunikasi (telepon SBB)
tergantung kebutuhan dan situasi setempat.
• Fasilitas pembuangan air kotor/WC dan sampah-sampah sebagai hasil produk sampingan
dari proses pelaksanaan. Seperti oli mesin, potongan-potongan kayu, besi beton, peralatan
kerja yang rusak, dan lain sebagainya.

You might also like